|
Zuraida |
Zuraida membiarkan jilbab putihnya tertiup angin, coba mendinginkan hatinya yang terasa begitu panas. Namun hembusan angin pantai selatan pun tampaknya tak mampu untuk mengusir rasa gundah, kesal, cemburu yang menggulung menjadi satu dan memenuhi lubuk hatinya . Wanita cantik itu sengaja menepi dari ramainya obrolan dan celoteh teman-teman suaminya, karena tak yakin dapat menyembunyikan emosi yang terukir diraut wajah nan cantik.
“Uggghhhh,,, Argaaaa,,,” jemari lentiknya mematah ranting kecil dengan kesal. Berkali-kali mengumpat, menyebut nama Arga dengan rasa kesal yang begitu mendalam.
Bukan perkara mudah bagi seorang Zuraida, disaat dirinya sekuat tenaga menahan birahi ketika gerbang dari liang kemaluannya dicumbu dengan hebat oleh lidah seorang pejantan, lelaki yang hingga kini dikaguminya justru dengan bebasnya mencumbu cairan cinta dari seorang gadis muda. Sedangkan Dako,,, yaaa,, meski sempat marah saat matanya secara jelas menyaksikan bagaimana suaminya dengan begitu nakal memasukkan batangan sosis ke dalam vagina Bu Aida, tapi amarah itu tidak sebesar saat menyaksikan lidah Arga yang terjulur memasuki liang kemaluan Andini.
“Argaaaa,,, koq ga berpasangan sama aku aja tadiii,,, iikkkhhhsss,,,” terisak pelan, menyeka kelopak matanya yang berair. Emosi, cemburu dan birahi semakin berpadu merongrong hati yang tengah labil.
Tapi tidak ada yang dapat dilakukannya, meski tau Arga masih menyimpan rasa terhadap dirinya, tapi status mereka tidak sendiri lagi. Sambil menyandarkan tubuhnya ke batang pohon kelapa, Zuraida coba meresapi semilir angin di tubuhnya yang berkeringat. Merasa tidak cukup, wanita itu mengangkat tepian jilbab, dan membiarkan angin yang berpacu mencumbu leher dan kaos tipisnya. Lirikan mata Mang Oyik yang terpesona pada sepasang payudara yang tercetak jelas, tak dihiraukannya. Batin Zuraida berujar, Toh,, lelaki itu sudah menyaksikan bagaimana payudaranya berloncatan saat dirinya ikut lomba balap karung. Ternyata rasa kecewa dan cemburu dapat merubah hati seorang wanita.
“Wooyyy,, Mang,, mlototin nenen bini orang mulu, kalo kepotong tu tangan baru nyahoo,,” seru Bu Sofie, membuat Mang Oyik yang tengah mengupas buah kelapa tersadar, tangannya bisa saja melayang kalo mata dan konsentrasi sange nya terus tertuju pada tubuh si dokter cantik.
Zuraida tertawa mendengar celoteh Bu Sofie atas kekaguman Mang Oyik pada tubuhnya.
Seperti inikah perasaan yang tengah dinikmati oleh para istri yang dilihatnya menggunakan rok pendek. Rasa bangga atas pengakuan para lelaki akan tubuh indah mereka. Zuraida tidak tau pasti apa yang diinginkan oleh hatinya, tapi kini tangannya mengakat jilbabnya lebih tinggi, mengibas-ngibaskan ujung kain itu seolah berusaha mengusir rasa gerah yang tak mampu diatasi oleh angin laut yang cukup kencang. Zuraida berusaha menahan tawanya saat Bu Sofie memites kepala lelaki berambut kriwel itu, sambil mengayunkan parangnya lelaki itu masih saja berusaha mencuri pandang pada payudara Zuraida yang bergoyang pelan karena kibasan tangannya.
“Kalau kau memang menginginkan wanita yang nakal, akupun bisa,,, dan nikmatilah rasa cemburu yang akan menderamu,,” bisik hati Zuraida, tersenyum sinis, kecantikan yang tercipta dari indah senyumnya yang menampilkan keanggunan seorang Zuraida seakan sirna, berganti dengan seringai tajam diatas hati yang bergemuruh.
Matanya menatap Arga, meski tidak dapat mendengar percekapan mereka, tapi tampaknya lelaki yang hingga kini masih dikaguminya tengah kebingungan menerangkan pada Adit tentang apa yang telah terjadi saat game. Dikelilingi oleh Dako, suaminya, dan Pak Prabu.
“Gaaa,,, santai aja ngapaaa,,, Adit juga ga marah koq meqi istrinya kamu kobel-kobel pake lidah,,,hahahaaa,,” Pak Prabu tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Arga.
“Asseeeem,,, cuma orang gila yang ga marah bininya dikerjain ama orang, Om,,, lagian kamu emang kelewatan ya Gaaa,, sempat-sempatnya ngerjain Andini,,” Adit terus mengomel, hatinya begitu panas melihat Andini yang sukses menghambur caira orgasme ke mulut Arga.
“Hadeeeehhh,,, kan aku udah bilang,, aku cuma berusaha ngeluarin sosis yang dimasukin istri mu ke Meqinya, disini justru aku yang jadi korban,,,” Arga mencoba membela diri. “lagian kamu juga udah bikin bini ku orgasme juga kan?,,” Arga balik menyerang Adit.
“Sudaaahh,,sudaaahh,, ingat,,, ini cuma permainan,” Dako coba menengahi, “Ingatkan dengan perjanjian kita, selama tidak ada saling paksa dan intimidasi, game must go on,”.
“dan sekarang bagi yang belum pernah nyicipin istrinya Munaf, aku udah ngasih jalan,,, tapi tentunya setelah aku,hahahaa,,,” ucapan Dako yang didendangkan dengan suara pelan itu membuat para lelaki menatap tubuh Aida.
Ibu muda itu tampak begitu sulit berjalan, giginya menggigit bibir, pahanya mengatup erat persis seperti wanita yang tengah menahan hajat buang air kecil.
“Asal kalian tau,,tadi aku liat kimpitannya sempit banget,,,dan kalian tau kenapa dia berjalan seperti itu?,,,” pertanyaan Dako membuat Pak PRabu Arga dan Adit serentak menggeleng.
“Meqi nya aku jejalin sama sosis,,,, aku berani taruhan? kalo meqi istrinya Munaf emang ganas, pasti sekarang tu sosis udah ancur,,,”
“Busyeeeet,,, dasar sinting,,”
“Oooowwwhhh,,, gila kau Koo,,,”
“Emang saraf lu ya,,, pasti kesiksa banget tu Bu Guru,,,” serentak ketiganya mengumpat.
“Asseeeemmm,,, tapi batang ku jadi ngaceng Koo,,, kalo ada kesempatan, kita hajar aja si Aida bareng-bareng,,, liat aja tuh pantatnya nungging banget,, pasti nikmat kalo di Doggy,,,” seru Pak Prabu sambil mengelus-elus selangkangannya.
“Tapi gimana dengan si Munaf,,,” tanya Adit yang kelimpungan membetulkan letak batangnya yang kut ngaceng, nyasar kesamping kiri celana.
“gampang,,, Arga, nanti kau ajak Munaf jalan-jalan ya,,, kau kan udah pernah nyicipin Bu Guru cantik itu,,,” usul Pak Prabu, membuat Arga mengangguk pasrah.
“Wooyyy,,, ada apa nih,,, lagi ngomongin istriku ya?,,,” tanya Munaf saat memergoki keempat teman kerjanya itu tengah memplototi istrinya, tangannya tampak membawa buah kelapa yang sudah dipotong pangkalnya, siap untuk dinikmati.
“Iya Naf,,, saat game tadi aku baru nyadar, ternyata istrimu cantik juga ya,, apalagi saat ngangkang di atas mulut ku tadi,,, hehehee,,,”
“Juaaancuukkk,, bilang aja kau mau ngentotin istriku,, gila Kau Ko,,” Munaf menyumpah serapah mendengar pengakuan Dako. “Tapi ga segampang itu,,, karena kali ini aku bakal memprotect istriku bener-bener lebih ketat,,hehehee,,”
“Bener nih?,,, jadi kamu bakal ngangkremin istrimu terus nih?,,, ga pengen coba ndeketin istriku,,,” tantang Dako sambil menoleh ke arah Zuraida, diikuti lelaki lainnya.
Sontak Zuraida yang memang tengah memperhatikan Arga yang berdiri di antara suami dan teman-temannya itu menjadi bingung, apalagi para lelaki menatap tubuhnya dengan pandangan penuh nafsu.
“emang geser otak ni orang ya,,, istri sendiri ditawarin ke kita-kita,,,” Munaf menggeleng-gelengkan kepala, diikuti Arga yang menahan nafas, hatinya tidak rela bila wanita berjilbab yang memiliki kenangan baginya itu dinikmati oleh teman-temannya.
“Emang gila kau Ko, tapi aku suka,,, hahahaha,,, kalo aku beneran bisa masukin ni batang ke meqi istrimu yang alim itu jangan marah yaa,,, hahahaa,,,” Pak Prabu terkekeh sambil mengusap-usap batangnya. Dan tingkah Pak Prabu itu jelas terlihat oleh mata indah Zuraida, dan saat itu juga membuang pandangannya ke arah lain.
“kita buktikan saja, siapa yang beruntung,,,hehehee,,” Dako tampak begitu yakin tidak mudah untuk menaklukkan istrinya.
“Ya kita lihat saja nanti,,hahahaa,, Ehh,, dimana kau dapat kelapa itu Naf,,” tanya Pak Prabu yang tergiur dengan Munaf yang asik menyeruput air kelapa langsung dari buahnya.
“Tuhhh, sama Mang Oyik,, aku aja pengen nambah lagi nihh,,” Pak Prabu dan Adit segera menuju ketempat Mang Oyik disusul oleh Munaf.
“Gimana Gaa,, masa kamu ga mampu ngenaklukin Istriku,, keahlian mu sebagai penjahat kelamin belum hilangkan?,,” tanya Dako blak-blakan saat mereka tinggal berdua, berdiri berhadapan.
“Sebenarnya apa sih yang ada diotak mu itu Ko,, dari rencana liburan, perjanjian yang ga masuk di akal, sampai permainan gila-gilaan di pantai inipun kuyakin semua adalah usulmu,,,”
Dako tertawa garing, lalu wajahnya berubah menjadi murung.
“Aku juga ga tau Ga,, aku hanya merasa bersalah pada istriku, sebulan yang lalu Zuraida memergoki aku selingkuh dengan Risna,”
“Risnaa?,,, Risna keponakanmu yang masih SMA itu? Owwwgghh kamu emang gilaa,, gilaa,,gilaa,, apa sih kurangnya Zuraida,,”
“Argaaa,,, kita ini sama, sama-sama cowok petualang,, kau juga sudah memiliki Aryanti yang cantik, tapi kau tetap saja bersemangatkan menghajar tubuh istri teman-temanmu kan?,,” meski pelan, penekanan suara Dako meninggi.
“Bahkan saat kami masih belum apa-apa kau sudah berkali-kali membuat Aida, istri Munaf terkapar, plus tubuh Lik Marni tentunya,,,dan pastinya kau juga merasa bersalah pada istrimukan?,,” Dako menatap Arga dengan pandangan tajam.
“dan Aku juga sama seperti dirimu Sob,,, aku sudah berulang kali berusaha membuang kebiasaan buruk ku ini, tapi sangat sulit, entah kenapa aku selalu tertantang untuk menaklukan wanita,” intonasi suara Dako mulai kembali datar. Matanya menatap kelaut lepas.
“Argaa,, kamu teman ku yang paling aku percaya, tolong bebasin aku dari rasa bersalah ini,,, Kamu tau?,, Zuraida tidak pernah sekalipun mengenakan pakaian seketat dan setipis itu di tengah orang banyak, dan aku tau saat ini dia melakukan itu bukan karena aku, tapi kamu,,”
Arga hanya terdiam mendengar pengakuan sahabatnya. Apa yang dikatakan Dako memang benar adanya.
“Aku juga tidak ingin membuat istriku menjadi liar, tapi aku ga tau lagi cara seperti apa agar semua terlihat natural dan mengalir apa adanya,,,” Dako menarik nafasnya dalam-dalam, lalu membuangnya dengan perlahan.
“Ko,, aku bisa menerima alasanmu itu untuk melakukan kegilaan ini, tapi itu tidak cukup, jujurlah,, sebenarnya ada apa?,,,” pertanyaan Arga menohok hati Dako. Sulit untuk berkelit dari Arga yang sudah sangat mengenal pribadinya.
Lagi-lagi Dako menarik nafas panjang. “Mungkin aku memang gila dan psycho, Sob,,” lelaki itu menatap Arga dalam-dalam. “Aku sangat terangsang bila melihat istriku yang alim itu dicumbu oleh orang lain,, aku merasakan sakit, tapi aku juga menikmatinya,,”
“Gilaa,,, pantas saja kau menawarkan istrimu sama mereka juga,,,” Arga menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tidak Gaa,, kau salah,,, aku bisa merasakan itu bila kamu yang melakukannya,,, Kau ingat percumbuanmu dengan Zuraida di kost kita, sehari sebelum kau cuti dan pergi meninggalkan kami?,,,”
Arga terkaget, lagi-lagi kenangan masa lalunya kembali terkoyak. “Apaa,, apaa kau melihat semuanya?,,” tanya Arga gugup, sadar bahwa hal itu pasti sangat menyakitkan bagi Dako yang juga tengah mengharapkan Zuraida.
“Aku melihat semuanya,,, dan saat itu aku baru sadar bahwa kita menginginkan gadis yang sama, aku hampir saja mendobrak masuk saat melihat Zuraida begitu pasrah dalam pelukanmu,,tapi,,,” Dako menghela nafasnya.
“Tapi kau menghentikan cumbuan mu tanpa sebab,, sorenya, kau menghilang, meninggalkan aku dan Zuraida tanpa pesan sedikitpun.”
Arga tertawa tanpa suara, matanya seakan dapat melihat peristiwa beberapa tahun silam. “Aku tidak mungkin menghianati sahabatku,”
“Bego!!!,,,” umpat Dako. “Akhirnya, kau justru tidak tau betapa nikmatnya keperawanan seorang Zuraida.”
“Asseeeeem,,, jangan manas-manasin aku gitu lah,,,” Arga melotot memukul lengan Dako dengan wajah kesal. “Tapi, kau sudah memberikan seorang wanita yang tidak kalah cantik dari Zuraida,” Arga dan Dako bersamaan menatap Aryanti yang tengah ngobrol dengan Sintya, sesekali kedua wanita itu tertawa terkikik.
“Tapi,,, sekarang aku justru bingung, kenapa Aryanti bisa berubah seperti ini,,,” Arga mengegeleng-gelengkan kepala, menatap istrinya yang terlihat agak cuek saat duduk, rok nya yang lebar dan pendek tak mampu menutupi keindahan dari paha mulusnya.
“Hahaaha,,, kita cuma bisa berharap semua kebinalan ini berakhir saat liburan ini selesai, tapi Gaaa,, kurasa istrimu memang,,,”
“Apa? Memang nikmat? Kempotannya dahsyat? Goyangnya liar?,,, Asseeeem,, taik kau Ko,, tega bener ngehajar istriku depan belakang,,”
“Whuhahahahaa,,, jadi kau melihat kenakalan istrimu tadi malam,,, hahahaa,, Sorry Sob, sorry banget,” Dako tertawa terpingkal, “Tapi,,,kamu ga marahkan?”
“Eeee,, busyet dah, mana ada suami yang ga marah ngeliat istrinya digenjot habis-habisan sama orang, Aaahhh,, taik kau Ko,,,” Arga bener-bener mangkel mendengar tawa Dako, tapi apa yang bisa diperbuatnya.
“Tapi,, Game must Go on,,, dan masih ada sisa waktu untuk mendapatkan istrimu,,” lanjut Arga berusaha menghibur dirinya, sambil menatap Zuraida yang tengah digoda oleh Mang Oyik.
“Yaaa,, aku ingin kau yang melakukannya,, Aku hanya ingin menebus rasa bersalahku pada kalian berdua, Okeeeyyy,, ke ketempat Aida dulu, kasian banget tu Bu Guru jalannya mpe tertatih gitu,, hehehehee,,,” Dako menepuk pundak Arga, lalu berjalan menghampiri Aida, dengan sedikit memaksa lelaki itu menarik Aida ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan sebagai gudang.
“Dasar bocah kentir,,, dari dulu mpe sekarang ga pernah berubah,,, doyan banget nyatroni bini orang,,,” Arga tertawa melihat tingkah Dako, tapi dalam hatinya justru menertawakan dirinya sendiri yang tak jauh berbeda dengan Dako.
Arga memasang kacamata hitamnya, dengan langkah pasti menghampiri Zuraida. Saat melewati meja Tangannya meraih sebiji buah kelapa yang sudah dikupas ujungnya, siap untuk dinikmati.
“Hai Zee,,, sudah minum es kelapa?,,” lelaki itu menawarkan apa yang dibawanya kepada Zuraida sambil menebar senyum lebar.
“Sudah,, makasih, kalo kebanyakan takutnya malah ga bisa ikut lomba lagi,, hadiahnya mobil Bu Sofie lho,,hehehee,,”
Arga bisa melihat senyum dan tawa Zuraida tampak sangat dipaksakan, hati lelaki itu bertanya-tanya, apa yang tengah dipikirkan oleh Zuraida yang berusaha terlihat santai dan cuek.
“Mang Oyik, toiletnya dimana ya?,,, anterin dong,,,” Zuraida berdiri, membersihkan pasir pantai yang melekat di celananya. “Gaa,, aku kebelakang dulu ya,,”
Arga terkaget dengan sikap Zuraida, terlihat jelas bahwa wanita itu sengaja menghindari dirinya. Arga semakin kaget saat Zuraida menggandeng tangan Mang Oyik, membuat lelaki berabut kriwel itu tersenyum girang.
“Ada apa dengan mu Zee?,,,” hati Arga terasa begitu sakit, tercampakkan.
* * *
Disaat yang sama, tak seberapa jauh dari Arga yang berdiri terpaku, Andini terlihat tidak nyaman, sepertinya gadis itu sedang disindir oleh Aryanti.
“Din,,, kalo kamu mau ngerjain suamiku, jangan ditempat umum begini,,, kasian Mas Arga dia pasti jadi malu,,,”
“Iya mbaaa,, aku minta maaf,,, habisnya tadi akku kebawa-bawa permainan,,, ngga lagi koq,,,”
“Hahahaa,, iya santai aja,, gapapa koq,,, tapi hati-hati lho, batang Mas Arga tu gede banget,,,emang kamu sanggup?,,,”
“Emang gede banget mba, tapi masih bisa masu,,, ehh,, maksud saya tubuh Pak Arga emang gede banget,,,” Andini keceplosan, wajahnya menjadi pucat dibawah tatapan curiga Aryanti.
Tapi entah kenapa, dada Aryanti tiba-tiba bergemuruh bukan karena marah, tapi justru penasaran apakah suaminya yang memiliki tubuh tinggi besar, pernah menggagahi tubuh mungil Andini. Tanpa sepengetahuan gadis itu, Aryanti mengagumi kecantikan Andini, senyum manisnya mengingatkan Aryanti pada salah seorang anggota JKT 48, Melody Nurramdhani Laksani.
“Din,,, pernah kepikiran ngga, main sama orang yang tinggi besar seperti Mas Arga?,,,”
“Eeehh,, maksud ibu?,,” Andini menyelidik, takut dirinya tengah dipancing untuk mengakui persetubuhan dirinya dengan Arga dikolam renang.
“Nggaaa,, ngga apa-apa,,, aku cuma sering penasaran aja ngebayangin gadis mungil seperti kamu disetubuhi sama pria dengan tubuh tinggi besar,,,hehehee,, tapi lupain aja,,” terang Aryanti. “Maaf yaa,, aku nanya yang aneh-aneh,,”
“Kan,, tadi malam ibuu udah liat,,aku di,, di,, digituin sama Pak Prabu,,” jawab Andini pelan dengan wajah malu-malu.
“Tadi malam?,,,ohh,,,iyaaa aku lupaaa, habisnya tadi malam aku agak mabuk,,,,” Aryanti menepuk jidatnya, bagaimana bisa dirinya bisa lupa permainan kartu yang berubah jadi sangat panas.
“Kamu sih,, pake masukin batangnya Pak Munaf, aku jadi ikut-ikutan panas,, ujung-ujungnya malah aku yang digangbang dua cowok kesurupan,, hihihii,,” Obrolan dua wanita yang berpaut umur enam tahun lebih itu mulai mencair. Petualangan birahi memang dapat dengan cepat menyatukan keakraban anak manusia.
“Ihh,, ibuuu,, salahin Pak Munaf tuh,, mana ada sih cewek yang tahan kalo gerbang itunya terus-terusan disundul sama helm preman,, mana tu bapak ngerengek terus minta dimasukin, ya udah aku makan aja sekalian,,,hihihi,,, ga taunya baru masuk sebentar udah langsung croot,,,hahahahaa,,,” Andini menutup mulutnya berusaha menahan tawa, teringat wajah Munaf yang kalang kabut dan harus mengakui kekalahannya.
“Tapi waktu sama Pak Prabu,,,koq kamu langsung dapet sih?,,,” tanya Aryanti penasaran.
“Habisnyaaa,, itu nya Pak Prabu gede banget,, punyaku ampe penuh banget Bu,,,apalagi sebelumnya ni lubang udah dikerjain sama batang Pak Munaf, hihihii,,,” Andini cekikikan sambil menunjuk selangkangannya. Membuat mata Aryanti tertuju pada kemaluan Andini yang roknya sedikit terbuka.
“Tapi masih hebat ibu,, kuat banget ngeladenin Pak Prabu sama Pak Dako,,, Eeeng gimana sih bu rasanya kalo dimasukin depan belakang gitu?,,”
Wajah Aryanti merona malu teringat kenakalannya yang ditonton oleh Andini. “hebat apanya, aku aja sekuat tenaga nahan biar ngga keluar duluan, tengsin aja kalah sama si kunyuk Dako,,, hahahaa,, habisnya tu orang sering koar-koar jago bikin tepar cewek cuma dalam beberapa tusukan,,,”
“Emang sih,, kalo Pak Dako tangannya ga bisa diam, jago banget ngerangsang orang biar cepat keluar,,, Tapi koq ibu kayanya akrab banget sama Pak Dako,, jangan-jangan dari dulu udah sering itu ya sama Pak Dako,,hihihi,,” Gadis itu tertawa genit sambil melontarkan pertanyaan yang menyudutkan.
“Huussshh,, kamu ini,, aku akrab dengan Dako dan istrinya, Zuraida, karena dia memang tetangga ku sebelum menikah dengan Arga. tu orang emang nakal banget, untung aja Zuraida orangnya pengertian,, jadi ga mungkinlah aku ngehianatin orang yang udah baik banget ama aku,,” terang Aryanti.
Sewaktu masih sendiri, rumah yang disewa Aryanti memang berada tepat di samping rumah Dako dan Zuraida yang baru menikah. Dan hubungannya dengan Zuraida cukup baik, meski sering dihias dengan celoteh nakal dari suaminya, Dako. Dari mereka berdua jua lah akhirnya Aryanti bertemu dengan Arga.
“Diin,, punya kamu basah yaa?,,, hayooo,, mikirin punya siapa nih,, punya Pak Prabu yang gede, batang Munaf yang gemuk, atau punya Dako yang bengkok?,,hihihii,,”
“Iiihh,,, Mbaa Yantii,, habisnya dari tadi kita ngomongin punya cowok terus sih,,, tapi tadi malam kita emang gila banget yaa,,”
“Iyaa,, nyoba-nyobain batang punya cowok, mana ukuran dan bentuknya beda-bedaa,,, Haduuuhhh,, Diiin,, punya mba basah juga nihh,,” Aryanti menjepit pahanya saat merasakan desir cairan yang merembes keluar dari lipatan vaginanya.
* * *
Kita kembali kepada Arga yang kebingungan plus rasa sakit yang menyertai. Cukup lama dirinya terdiam, berdiskusi dengan hati yang galau. Mungkinkah Zuraida masih marah pada dirinya. Dengan berat Arga melangkahkan kaki, berharap jika memang wanita itu memang masih marah apa yang akan diterangkannya dapat diterima.
“Mang, ngapain? Mau ngintip ya?,,,” seru Arga saat mendapati Mang Oyik celiangk-celinguk mencari-cari celah untuk melihat ke dalam toilet. “Sana Gih,,,”
Ada beberapa kamar kecil dibangunan itu, meski tidak jelas lagi mana toilet untuk wanita dan mana yang untuk pria, tapi kebersihan tempat itu terpelihara dengan baik.
“Argaaa,,, ngapain disini,, kamu mau ngintipin aku?,, emang punya Andini tadi masih kurang?,,, hehehehee,,,”
“Zee,,, apa yang kamu lihat itu salah,, justru aku yang sedang dikerjai oleh Andini,,, Aku justru memikirkanmu terus,,,” suara Arga meninggi, hatinya yang sudah dipersiapkan untuk tenang tersulut mendengar kata-kata pedas dari wanita yang dikaguminya.
“Oyaaa,,, hehehee,, gapapa koq, itu masalah mu, istrimu aja bisa santai, masa aku harus marah-marah,,”
“Zeee,,,” kedua tangan Arga mencengkram pundak Zuraida, memaksa wanita itu untuk menatapnya, mencari kebenaran dari matanya.
“Percumaaa!!!,,, Mas Dako sudah memberikan waktu untuk kita,, tapi percumaa,,, semua sia-siaaa, aku berharap kamu masih seperti duluuu,, Tapii,,,,” setetes air mata mengalir dimata yang indah, ada kesedihan mendalam yang sulit untuk dibaca dibalik wajah cantik berbalut jilbab putih.
Pikiran Arga semakin bingung dengan penuturan Zuraida, mungkinkag wanita itu tau dengan rencana suaminya, dan segala permainan gila yang tercipta.
“MINGGIIIR,, LEPAAASIN,,,” Zuraida berontak, berusaha melepaskan tangan Arga.
“Zeee,,, kamu salah Zeeee,, cuma kamu yang aku inginkan saat ini,,,”
Entah karena frustasi, tidak tau lagi bagaimana harus menerangkan kepada wanita bertubuh semampai yang berdiri dengan goyah, Arga melumat bibir indah Zuraida, menciumi wajah cantiknya.
“Eeemmmpphhh,,, Eeeengghhhh,, heeekkss,,”
Zuraida semakin kuat berontak, mendorong kepala Arga agar menjauh dari wajahanya, tapi sia-sia. Lelaki itu tampak kesurupan. Tangan Arga meremas bongkahan payudara Zuraida, mengusap, memilin dengan liar. Sesekali wanita itu melenguh, walau bagaimanapun rangsangan yang diberikan Arga begitu kuat. Tapi entah kenapa rasa kesalnya tak kunjung hilang.
“Bajingan kaaauuu Gaaa,,” jemari lentik Zuraida sekuat tenaga mendorong tubuh lelaki yang kini mulai menciumi lehernya, berusaha menyelusup ke balik kain penutup kepala.
“Oooowwwggghhhkk,,, Ghaaaa,,,” seketika tangan lentik Zuraida menjambak rambut Arga saat bibir lelaki itu melumat putingnya yang mengeras. Sangat sulit berkelit bahwa saat ini dirinyapun tengah dilanda birahi.
“Slluuurrppsss,,, Ooowwwhhhsss,,, Zeee,, milikmuuu,,, owwwhh,,,”
Arga mendengus, membuat tubuh Zuraida yang berkeringat semakin panas oleh hembusan nafas Arga yang menderu diantara sepasang payudaranya. Puting yang berwarna merah muda itu sangat menggoda Arga untuk memberikan gigitan kecil.
“Aaarrrggh,,,”
PLAAKKK,,,,
PLAAAKK,,,
“Ternyata kamuu memang ga bedaaa dengan merekaaa,,,,”
Arga terkejut, menarik wajahnya dari payudara Zuraida. Pipinya terasa panas oleh dua hantaman yang cukup keras dari tangan lembut seorang Zuraida.
“Asal kau tauu,, Dako itu memang liar, tapi satu yang membuatku merasa nyaman untuk terus bersamanya, Suamiku itu,,, suamiku Dako tidak pernah sekasar ini padaku,,,dia tau bagaimana cara memperlakukan seorang wanita,,
Arga mengusap pipinya, menatap mata Zuraida yang penuh kemarahan.
“dan satu yang harus kau ingat, jangan samakan aku dengan wanita-wanita yang dengan mudah kau tiduri. Dan kurasa Pak Prabu masih jauh lebih baik dibanding dirimu,,” air mata dengan cepat membasahi pipi yang lembut.
“Kau ini kenapa Zee,,, kenapa berfikir tentang ku sampai seburuk itu,,, Aku memang seperti mereka, seperti teman-temanku, seperti suami mu yang senang untuk menaklukkan wanita,,,” Arga berusaha mengatur nafasnya.
“Ok,, aku memang sudah kasar kepadamu, tapi itu karena aku sudah tidak tau lagi bagaimana harus menerangkan apa yang terjadi,, apa yang kau lihat tidak seburuk yang kau kira,,,”
“asal kau tau,, jauh didalam hati ini aku selalu menyayangimu, merindukanmu, mengharapkanmu lebih dari apapun, dan jangan pernah lagi membandingkan aku dengan Dako, Pak Prabu atau lelaki lainnya, aku ya aku, lelaki bego yang rela menyerahkan wanita yang dicintainya untuk balas budi,,, ”
Sebenarnya Arga tidak sanggup melihat wanita yang dicintainya itu menangis, tapi saat ini tangannya terasa begitu berat untuk memeluk Zuraida, kata-kata keras dengan mudah mengalir dari mulutnya, membuat air mata sang wanita semakin deras mengalir, sesenggukan, menyembunyikan wajahnya yang pilu diantara jemari yang lentik. Dan,, saat semua telah terjadi, saat dirinya tersadar, pelukan selembut apapun takkan sanggup membuat keadaan lebih baik.
“Maaf Zee,,, maaf,,, sungguh,,, hingga saat ini tak ada yang berubah, hati ini masih mencintaimu,, Maaf,,” suara Arga terdengar getir, lalu melangkah keluar meninggalkan Zuraida di lorong yang memisahkan kamar kecil yang saling berhadapan.
Sepeninggal Arga, tangis Zuraida semakin deras. memukul-mukul dinding, Meratapi pertualangan hatinya yang berakhir tragis. Di balik ego nya yang begitu tinggi, sebenarnya Zuraida sangat menikmati cumbuan kasar Arga, tapi rasa cemburu kembali mengambil alih. Label sebagai wanita cantik yang tidak mudah ditaklukan para pria, digenggamnya erat.
“Seharusnya kau rayu aku,, seharusnya kau bujuk aku,,, bukan meninggalkanku seperti ini,,hikksss,, aku cuma ingin kamu Gaa,,”
Bagi siapapun yang melihat kondisi Zuraida pasti akan mencibir, seorang wanita dewasa yang berpendidikan tinggi, disertai karir yang matang, meratap menangisi cinta layaknya gadis SMU belasan tahun. Tapi itulah cinta, dapat membuat seseorang menjadi layaknya anak kecil, menafikan pikiran sehat yang selalu mereka agungkan. Dan rasa cemburu yang selalu menyertai keagungan cinta, dapat merubah mereka menjadi pribadi yang berbeda.
* * *
Arga mengayunkan kaki tanpa arah. Pikirannya sepenuhnya dikuasai oleh Seorang wanita cantik bernama Zuraida.
“Paaaakkhh,,, Ooowwwhhh,,, gapapaaaa,, biar didaaaalaaam ajaaa,, Aaagghhh,,,”
Langkah Arga terhenti disebuah bangunan kecil, bangunan yang dituju oleh Dako saat menggiring si guru cantik Aida.
Arga yang tengah kalut justru tertawa mendengar rintihan Aida, ikut menikmati tubuh montok Bu Guru cantik ini mungkin dapat sedikit membantu menenangkan pikirannya, pikir Arga.
Di dalam, Arga mendapati Adit yang tengah menunggangi tubuh Aida yang mengangkang pasrah.
“Lhooo,, kamu Dit?,, Dako manaa?,,,”
Adit tertawa saat melihat wajah Arga dipintu. “Lubang Bu Guru emang sempit banget Pak,, bener-bener maknyus empotannya,,,hehehee,,”
Suara Adit yang menyapa Arga membuat Aida terkejut, lalu menoleh ke arah pintu, seketika wajahnya yang tengah terengah-engah pasrah menerima gempuran penis, tersipu malu. Tak lama Adit tampak mengejang, tangannya erat mencengkram pinggul Aida, menghentak kejantanannya jauh kedalam rongga vagina, menghantar sperma kedalam rahim si wanita.
“Oooowwhh,, owwhhh,,,oowwhh,, banyak banget Diiit,,,” rintih Aida, sangat menikmati setiap semprotan yang keluar dari lubang penis. Sementara Adit tertawa bangga.
“Saya boleh ikut?,,,” tanya Arga mengeluarkan batangnya, mengurut pelan, memamerkan perkakas jumbonya kepada Aida.
“Darimana aja bray,,,” tanya Adit, melepaskan batang nya dari jepitan vagina Aida.
“Adduuuuhh,,, bakal tambah bonyok nih,,,” Aida menepuk-nepuk vaginanya, seolah tengah merapal mantera agar alat tempurnya sanggup meladeni batang Arga yang kemarin telah berhasil membuatnya orgasme berkali.
“Kasian bu kalo saya make yang depan,,,” ucap Arga.
“Duuuhh,,, masa yang di belakang lagi Pak,,, ya udah deehh,, tapi pelan-pelan yaa,,” Aida membalikkan tubuhnya menungging, mengangkat tinggi pantatnya, sementara kepalanya bersimpuh di lantai.
“Pelan-pelan Pak,,,” sambil membuka liang anusnya, lagi-lagi Aida memperingatkan Arga.
“Aaawwhhh,,, katanya di belakang koq malah nusuk memek saya pak?,,”
Arga tertawa, tapi terus membenamkan batangnya jauh ke dalam lorong, lalu bergerak maju mundur dengan perlahan.
“Duuuhhh,, penuhhh bangeeet pak,,, nikmaaat bangeeet,,, yang depaaaan aja ya paaaak,, biar sama-sama enaaaak,, owwwhh,,,” Pantat Aida bergerak menjepit maju mundur, berusaha agar batang itu tetap betah di dalam vaginanya.
“Tenang Bu,,,cuma minta pelumasnya aja koq,, kemaren waktu saya tusuk dibelakang juga enakkan?,,”
“Iyaaa, tapi waktu itukan pake minyak goreng,,,” Aida pasrah saat Arga menarik keluar batangnya, dengan jarinya, Aida berusaha membuka liang anusnya lebih lebar, mempersilahkan batang Arga untuk bertandang.
“Weeekkssss Gila,, koq tadi ga bilang kalo yang belakang boleh dipake Bu,,” Adit kaget, tidak menyangka Aida bersedia dianal, matanya mengawasi batang Arga yang perlahan menghilang ke dalam tubuh guru cantik itu melalui jalur belakang.
|
Aida |
Adit harus mengakui kelebihan yang dimiliki batang Arga.
“Aaaahhhhh,,, yaaa,,,masssuuukkkhhh,,” tubuh Aida melengking, meski sudah pernah merasakan nikmatnya dikerjai dari belakang, tetap saja penetrasi awal terasa sedikit perih.
Aida menoleh ke belakang, “Suddaaahh masuk semuaaa paaaakk,,,”
“Belum,, tapi ini udah cukup koq,,” tangan Arga bergerak meremasi payudara Aida, mengecup punggung mulusnya, lalu menarik tubuh Aida agar lebih tegak. “Kau semakin seksi saja Aii,,,”
Wajah Aida memerah mendengar pujian Arga,, “Pak Argaa bisa ajaaa,,,”
“Asseeem,,koq keliahatannya mesra banget sih,,,” Adit bingung dengan tingkah Aida yang terlihat begitu serius untuk melayani setiap keinginan Arga.
“Silahkaaan dinikmaati Paaakss,,,” Aida justru semakin bergairah mendengar komentar Adit, sambil berpegangan pada kursi, wanita itu menggerakkan pinggulnya, memberikan jepitan terbaik anusnya untuk memanjakan batang sipejantan.
“Owwwhhhh,, Tuuu kaann tambah mantap aja goyangan bininya Munaf ini,,, oowwhh,,” Arga memegangi pinggul Aida untuk menyetir kecepatan ritme yang diinginkannya.
“Dit,, Munaf kemanaaa,,” tanya Arga tanpa menghentikan gempurannya.
“Tadi aku suruh Aryanti dan Andini menemani Munaf ngobrol, makanya aku bisa kesini,,, hehehee,,” jawab Adit.
Mendengar suaminya disebut-sebut, goyangan pinggul Aida justru semakin ganas, entah kenapa birahinya terlecut.
“Paaakk,,, sooddooookk depaaan duluuu paaak,,” rintih Aida.
Arga yang sudah hapal dengan tingkah Aida yang ingin orgasme segera mencabut batangnya dari anus, dan tanpa ba bi bu, langsung menghajar vagina Aida dengan cepat.
“Paaaakk nikmaaaattss,,, penuhhh bangeeeeettss,,,Aaaggh,,, cepaaattt,,”
“Asseeeeemm,,, kenapa tambah legit ni memeq Aaaiii,,,” Arga semakin cepat merojok batangnya ke kemaluan guru cantik itu.
“Paaakk sayaaa keluaaarrr,,, Aaauuuhhhh,,, tahaaannn,, sodoook yang daaalaaam,,,Aaaahhh,,” tubuh Aida melengking, berkelojotan liar, hingga akhirnya melemah.
“Balik Ai,,,” pinta Arga meminta Aida kembali telentang, sebenarnya Arga lebih senang gaya missionoris ini, karena dirinya dapat dengan jelas melihat ekspresi wanita yang tengah menikmati rojokannya.
Aida telentang, memeluk kedua pahanya, hingga lorong vagina dan anusnya terentang, memberikan pilihan bebas kepada Arga untuk menikmati mana yang diinginnya.
“Aaaauuuhhhh,,, emang doyaaan lubang belakang yaaa paaak,,,” seru Aida saat Arga menusuk anusnya.
“Ngga juga,,, kali ini aku pengen nyemprot dirahim istrinya Munaf,,” jawab Arga, membuat gairah Aida kembali terlecut.
“Paaaakk,,, seneng nyodok meme qsss bini orang yaaaa,,,Aaaahh,,,” Aida merentangkan kedua pahanya, mengekspos lorong vagina yang terlihat sempit. Menggoda agar vaginanya kembali disodok.
“Aaaahh,,, Siaaal,,, pinter banget ssiihh si Munaaaf nyari meqi,,, Aaaagghhh,,, nih rasaaiiinnn,,” lagi-lagi Arga mengganti tujuan serangannya.
“Paaakk,,, masukin lebih dalaaamm,,” rintih Aida saat melihat sebagian batang Arga masih di luar vaginanya. “Yaaaaooohhh,,, menthhoookk,,, aauuwww,,”
“Paaakk,,, jangaaan keraasss-kerass,,” kini justru Aida yang meringis, saat dasar vaginanya digedor dengan keras.
BLEEGG...
“Aaaaggghhh,,,”
Seketika Arga menghentikan gerakannya, “Masuk kemana tuh Ai,,” tanya Arga saat kepala penisnya menerobos lorong yang lebih sempit.
“Gaa,, taaauu,,,” jawab Aida sambil meringis menahan nyeri, mengamati batang Arga yang menghilang sepenuhnya kedalam tubuhnya. “Gerakin pelaan-pelaaan,, masih enak koq,, enaaak bangeeet,,”
“Aii,, Aiddaaaa,, aku ga taahaaann,,,empotan mu semakin dahsyaaaat,,,”
“Gilaaa,, Aidaaa,,,” Arga memeluk tubuh Aida dengan kuat. Menggencet payudara empuk dengan tubuhnya, melumat bibir ibu Guru cantik utu dengan ganas.
“Naaaaaaff,, aku nitip ngecrot dimeqi istrimuuu,, Aaarrgghhh,,,” tubuh Arga berkelojotan. Disusul lengkingan orgasme dari Aida.
Adit yang menyaksikan persetubuhan itu tercengang, tak pernah dirinya orgasme sedahsyat kedua orang itu.
* * *
Kita kembali ke Zuraida yang meratapi nasib hatinya.“Bu,,, ibu ngga kenapa-kenapa kan Bu,,,” Pak Prabu yang tidak sengaja lewat, mendengar pertengkaran antara Zuraida dan Arga, cukup kaget dirinya saat mengetahui hubungan tersembunyi antara kedua insan itu.
Namun saat Arga meninggalkan wanita cantik itu menangis sendiri, hatinya menjadi iba. Tangannya yang kasar menyentuh pundak Zuraida yang masih sesenggukan menghadap dinding, penangkupkan kepalanya ke dinding dengan berlapakkan punggung tangan.
“Buuu,, ibu memang berbeda dari wanita lainnya,,, saya tau ibu hanya ingin melakukan segalanya atas dasar cinta, dan itu tidak salah,,,” Pak Prabu mengeluarkan kata-kata bijaknya, memilih untuk bersikap dewasa daripada memuaskan hasrat tangannya untuk menggerayangi tubuh wanita cantik yang tampak lemah itu.
“Tapi bukan berarti ibu harus terpenjara dalam kungkungan hati yang selalu berharap lebih, cobalah untuk menikmati apa yang ibu jalani lebih apa adanya.”
“Meski sulit, bebaskanlah dengan perlahan hasrat ibu pada lelaki yang ibu cintai itu, tanpa mengabaikan apa yang terjadi disekitar,” petuah dari Pak Prabu mengalir lembut, sementara hasratnya untuk mencumbu tubuh Zuraida mulai bergolak.
Tangannya terus mengusap-usap punggung wanita itu seolah berusaha untuk menenangkan. Meski sesekali telapak tangannya nyasar kebongkahan pantat yang terpapar, seolah menunggu untuk dicumbu.
Sebenarnya Pak Prabu sendiri kagum dengan kata-kata yang dilontarkannya, bagaimana bisa mulutnya yang terbiasa berkata kasar, mampu membuat Zuraida mengangguk mendengar petuahnya. Tapi memang itu lah adanya, kata-kata Pak Prabu meresap tanpa rintangan kehati Zuraida yang tengah labil, yang tak lagi memiliki pertahanan untuk memproteksi hatinya.
“Lihatlah teman-teman ibu yang lebih memilih untuk menikmati hidup, tanpa mengesampingkan rasa cinta mereka kepada lelaki yang mereka kasihi, mengusir jauh rasa cemburu yang hanya akan memperburuk keadaan, mereka justru bisa tertawa lepas tanpa beban,”
Kata-kata dari mulai sulit untuk diterima oleh logika orang yang waras, namun lagi-lagi kepala Zuraida justru mengagguk. Wejangan yang keluar dari mulut yang berbau tembakau itu mulai menyimpang, seiring tangannya yang perlahan tapi pasti mulai bergerilya, menyentuh pelan tepian payudara si wanita. Zuraida bukannya tidak sadar dengan aktifitas tangan Pak Prabu, tapi saat ini hatinya tangah berusaha mencari pembenaran, pembenaran atas orgasme yang didapat Andini saat mengangakangi Arga. Pembenaran atas orgasme yang didapat Aryanti diantara tubuh suaminya dan Pak Prabu. Pembenaran atas rengekan dan lenguhan manja Sintya saat dicumbu oleh Arga.
“Maaf Pak, aku bukan wanita seperti mereka, yang bisa acuh saat tubuhnya dinikmati lelaki yang tidak dicintainya,,, maaf,,,” Zuraida menepis tangan Pak Prabu, berusaha mendorong tubuh lelaki itu.
“Ohh,,, maaf,,, aku terbawa suasana, tapi kalau tidak salah aku tadi melihat dua orang pria yang kau kasihi sedang mendapatkan servis gratis dari Bu Aida,,”
Deegg!!!,,,keterangan yang diberikan Pak Prabu tepat sasaran, menghancurkan pertahanan terakhir dari kesetiaan hati seorang wanita.
“Paaak,, apa seseorang harus memiliki alasan untuk berbuat nakal?,,” tanya Zuraida pelan, hampir tak terdengar.
“Tidak, mereka hanya ingin menikmati hidup,,,” bisik Pak Prabu dengan suara yang sangat meyakinkan.
Air mata yang bening kembali mengalir, memproklamirkan rasa sakit yang disandang oleh hatinya yang merapuh.
Mengapa yang lain bisa,,,
Mendua dengan mudahnya,,,
Sementara kita terbelenggu,,,
Dalam ikatan tanpa cinta,,,”
Di antara kewarasan yang tersisa, wanita itu sadar bahwa Pak Prabu memiliki hasrat yang begitu besar atas tubuhnya. Usapan yang lembut menjelma menjadi remasan nakal. Dan, wanita itu juga sadar, jika dirinya terus diam tak berkelit, maka hanya menunggu waktu bagi tangan itu untuk menyentuh setiap bagian dari tubuhnya yang mengundang hasrat para lelaki.
“Paaakhhh,,,Eeeenghhh,,” Zuraida melenguh saat kedua payudaranya direngkuh dengan lembut oleh telapak tangan yang kasar. Bibirnya tersenyum nyinyir, mengakui ketepatan tebakannya, memang seperti inilah lelaki, tak ada yang berbeda.
Kini semua tergantung dirinya, apakah harus menepis tangan yang kini berusaha menyelinap ke dalam kaosnya, ataukah membiarkan sisi lain dari dirinya bertualang. Menikmati apa yang dinikmati oleh wanita lainnya, tanpa beban, tanpa rasa, tanpa cinta, hanya hasrat yang ingin dicecah dalam digdaya birahi.
“Eeeengghhh,,,” tubuh wanita itu terlonjak, setelah Arga, kini giliran Pak Prabu yang menikmati ranum nya payudara seorang Zuraida.
Kepala lelaki yang mendekati umur 50an itu menyelinap diantara ketiak Zuraida, melahap buah dada yang dibiarkan pemiliknya dalam diam. Meski sesekali bibir sensualnya merintih.
“Paaaak,, sakiiit,,,”
“Sakiiit?,,,” Wajah Pak Prabu mendongak, menatap Zuraida yang mengangguk dengan ekspresi yang tak dapat ditebak.
“Kena kumis saya ya?,,” Pak Prabu nyengir, wajah sangarnya jadi terlihat sangat lucu, lagi-lagi Zuraida mengangguk dengan tawa dikulum.
“Kenapa aku bisa seperti ini,, tersenyum dan membiarkan mulut seorang lelaki menikmati tubuhnya yang selalu terlindung oleh pakaian yang tertutup??,, ini salaaah,,, ini tidak benar,,” hati Zuraida mencoba protes.
Tapi tidak dengan tubuhnya, tangannya justru mengusap kepala Pak Prabu, merestui apa yang diinginkan lelaki itu atas tubuhnya. Parahnya lagi, tanpa sadar, pinggul Zuraida justru menyambut cumbuan batang Pak Prabu yang mulai mengeras, menggasak pantatnya dalam hijab celana legins.
|
Pak Prabu |
"Uuuggghhh,,, Paaaak,,,” wajah Zuraida tampak memelas. Mencoba memberikan perlawanan atas setiap stimulan yang diberikan pejantan dari belakang tubuhnya.
Di balik rintihan, hatinya terus berkecamuk, menentang nurani dengan mencari-cari pembenaran atas perbuatannya ini. Dan sialnya rasa cemburu, cinta yang terluka, hingga sikap sang suami yang selalu memilih hubungan yang liberal, mampu menumbangkan nurani yang kini jatuh terjerembab. Pak Prabu membalik tubuhnya, menatap dengan lembut.
“Bu Dokter, Pantatmu nakal banget,,,” bisik Pak Prabu. Membuat Zuraida membuang muka, tersipu malu.
“Kenapa kamu tadi menolak cumbuan Arga, bukankah kamu mencintainya?,,,”
“Paaak!!!,,,” Zuraida segera menurunkan kaosnya, menyembunyikan payudaranya yang tersembul bebas. Wajahnya cemberut. Berusaha mendorong tubuh Pak Prabu.
“Okee,,Okeee, sorry,,, aku takkan mengungkitnya lagi,,,sorry,,,””Sekarang,,, mari kita nikmati kebebasan hatimu,,, aku bersedia koq jadi alat peraga,,, dan aku takkan bilang-bilang pada yang lain,,”
Tapi Zuraida masih saja cemberut, padahal saat ini dirinya mulai bisa menikmati perselingkuhan hatinya.
“Eeeeenggghhh Paaaak,,,” tiba-tiba tubuh Zuraida terhimpit ke dinding, saat Pak Prabu menggasak selangkangan wanita itu dengan batang yang mengeras.
Lelaki itu terus menggesek-gesek selangkangan Zuraida dengan batangnya, seolah ingin memamerkan keperkasaan senjatanya, yang menjadi misteri bagi wanita yang selalu mengenakan penutup kepala itu. Zuraida dapat merasakan betapa kerasnya batang yang berada dibalik celana pantai itu. Batang yang saat game tadi sempat mencuri perhatiannya. Pancingan Pak Prabu berhasil, kini mata Zuraida tertuju kebawah, dengan malu-malu, sesekali pinggulnya maju, seolah menyambut cumbuan kelamin sang penjatan dengan vagina yang mulai membasahi celana dalam dan leggins nya.
“Paaak,,,” tangan Zuraida memegang pinggul Pak Prabu, mengikuti ulah Pak Prabu yang lebih dulu memegang pinggulnya. “Punya bapak nakal banget,,,Eeenghhh,,,” bisik Zuraida saat menyambut gesekan kerasnya batang Pak Prabu dengan gerbang vagina yang gemuk.
Zuraida yakin, seandainya pakaian bawah mereka tak tertutup pakaian, dapat dipastikan batang itu pasti sudah menyelusup kedalam tubuhnya dengan cepat. Tapi Zuraida lebih menikmati percumbuan seperti ini. Kenakalan yang dianggapnya masih dalam batas wajar, seperti saat game tadi. Mungkin bagi orang yang melihat akan tampak lucu, tubuh kedua insan itu begitu kompak bekerjasama, saling menggesek selangkangan mereka.
“Aku tak yakin kau bisa mengeluarkan burung itu dari sangkarnya, tanpa harus memegangnya,,,” tantang Pak Prabu sambil meremas pantat montok Zuraida.
“Oyaaa,,, apa yang aku dapat jika aku berhasil melakukannya?,,,”
“Hhhmm,, apa saja yang kau mau?,,”
Zuraida tersenyum, “Aku ingin Mas Dako dikasih liburan ke Madrid, tapi hanya kami berdua,”
“Hahahaa,, itu gampang, tapi jika kamu gagal,,, Aku mau,, kita melanjutkan game yang terhenti tadi,,,” jawab Pak Prabu sambil mengusap selangkangan Zuraida, membuat wanita terhenyak, menggeliat geli, lalu mengangguk dengan lemah.
Hati Pak Prabu berteriak girang bukan main, tapi berusaha terlihat santai. “Okee,, jadi sekarang,, cobalah untuk membebaskan burungku, tanpa melepasnya,” Pak Prabu melepas kaosnya, memamerkan tubuh yang masih terlihat tegap. Meski perutnya mulai berlemak, namun dada yang bidang dipenuhi rambut-rambut halus membuat pikiran Zuraida semakin kacau.
“Eeeenghhh,,,” Wanita itu melenguh, saat merasakan bibir vaginanya kembali diusap oleh tonjolan di balik celana Pak Prabu.
Zuraida berusaha mengangkat selangkangannya lebih tinggi, mencoba menjangkau tepian celan Pak Prabu dengan selangkangannya. Sambil menekan kebawah Zuraida berusaha menarik kebawah tepian karet celana.
“Paaak ini sulit banget,, karetnya kencang bangeeetsss,,,” rengek wanita berjilbab itu, gesekan yang semakin intens membuat bibir vaginanya semakin basah.
“Coba lah terusss,,,” pinta Pak Prabu sambil meremasi pantat Zuraida.
Pak Prabu yang tidak tahan ingin memamerkan batangnya, berusaha membantu, membungkukkan badannya, agar selangkangan Zuraida bisa lebih bebas bergerak, menarik turun celananya. tapi tetap saja terasa sulit.
“Pak,,,,Eeengghhhhh,,, Paaak,,,” mata Zuraida melotot saat melihat kepala dari batang Pak Prabu mulai mencuat keluar. Semakin cepat pinggulnya bergerak berusaha menurunkan dengan selangkangannya.
Dan kini batang Prabu telah mencuat sepenuhnya, tapi pinggul Zuraida terus bergerak menggesek, membuat selangkangannya semakin basah.
“Sudahh pak,,, burung bapak sudah keluar,,,” rintih Zuraida, matanya menatap Pak Prabu dengan wajah sendu, sementara pahanya menjepit batang Pak Prabu dengan kuat. “Burung Bapaak besar bangeeeet,,,”
“Yaaa,, sudaahh keluar,, teruss?,,,” jawab Pak Prabu terdiam, meminta pendapat Zuraida.
“Terusss,, Apaaa?,,” Zuraida menggumam tak jelas, balik bertanya, tidak tau lagi dengan petualangan seperti apa yang akan terjadi. Nafasnya menderu menikmati gerakan batang Pak Prabu di antara jepitan pahanya.
Tangan pak Prabu yang dari tadi terus meremasi pantat Zuraida beringsut keatas, memegang tepian leggins Zuraida. “Boleeeehh?,,,”
“Eeengghhh,,,” Zuraida bingung, hatinya panik, lalu mengangguk ragu-ragu, tak yakin dengan keputusannya.
Tanpa menunggu persetujuan lebih jauh, perlahan tangan kekar Pak Prabu menarik turun leggins putih yang sedari tadi menghalangi pertemuan kulit kelamin mereka.
“Paaak,,,” Zuraida mencengkram tangan pak Prabu. “Yang itu jangan pak,,, saya mohooon,,,” wanita berusaha mempertahankan kain kecil yang menjadi pertahanan terakhir dari alat senggamanya.
“Zee,,, Plisss,,,”
Zuraida terkaget, saat mendengar sebutan nama yang hanya digunakan oleh Arga, tangannya melemah, menuntun tangan Pak Prabu untuk melucuti pertahanan terakhirnya.
“Oooowwwhhh,, Paaak,,, saya ga bisaaa,,” tangannya dengan cepat menahan batang Pak Prabu yang berada tepat didepan bibir kemaluannya.
“Kenapaa Bu,,, pliss saya mohon,, saya ga kuat lagi buuu,,, izinin punya saya masuk,,,” rengek Pak Prabu.
“Tapi saya benar-benar ga bisa melakukannya tanpa rasa,, rasa cintaa,,,mengertilah Pak,,,”
“Buu,,, Eeemmmpphhh,,, eemmmphh,,,” Pak Prabu melumat lembut bibir Zuraida. Mata mereka berpandangan saling berkirim pesan, ciuman Pak Prabu begitu lembut membuat jantung Zuraida gemetar.
Perlahan mata Zuraida terpejam, seiring batang Pak Prabu yang menyentuh lebut klitoris kemaluannya, menggesek pelan.
“Oooowwgghhh,,,” Wanita itu melenguh saat Pak Prabu mulai memberikan tekanan untuk penetrasi.
“Paaak,,, jangan,,, Hiksss,,,,” Tiba-tiba Zuraida memundurkan pinggulnya, menjauhkan batang Pak Prabu dari bibir vagina yang menagih untuk dijejali. Tangisnya kembali tumpah.
Di saat dirinya berniat untuk menyambut kesenangan yang ditawarkan Pak Prabu, wajah Arga hadir bersama percumbuan panas mereka sebelum akhirnya Arga menghilang meninggalkan dirinya dan Dako.
“Saya mohon Paaak,,, Mengetilah,, ini bukan sekedar mencari kesenangan, tapi tentang janji seorang wanita,” air mata Zuraida mengalir semakin deras.
“Owwwhhh,,, maaf,,, saya memang kelewatan,,, maaf,,,” Pak Prabu mengusap-ngusap pundak Zuraida.
Meski dirinya bisa saja sedikit memaksa untuk menyetubuhi wanita yang tengah labil itu, entah kenapa hatinya tidak tega untuk terus mempermainkan nafsu dan perasaan wanita cantik itu.
“Benahi lah pakaian mu,,,” Pak Prabu membantu menurunkan kaos Zuraida yang berantakan.
“Hiikksss,, makasih pak,,, terimakasih,,,hiksss,hikss,,” entah kenapa Zuraida merasa seperti baru saja terbebas dari ujian yang besar.
“Kau memang berbeda,,, sungguh sangat beruntung lelaki yang mendapatkan cintamu,,” Pak Prabu tersenyum, lalu mengecup lembut kening Zuraida.
Zuraida terkaget saat keningnya dikecup dengan lembut, lalu berusaha tersenyum.
“Pak,,, makasih,,,” tiba-tiba Zuraida memeluk tubuh lelaki itu dengan erat.
“Sudaah,, sudahh,,, jangan lama-lama memeluk saya, nanti burung nya bangun lagi lho,,, haahaaaha,,”
Zuraida melepas pelukannya, berusaha menahan tawanya.
“Anggap aja tadi ujian dari setan, dan kamu sukses berhasil lepas dari ikatannya,,, hahahaa,,”
“Iiihh,, ya ngga gitu lah Pak,, masa setan sih,, hahahha,, justru bapak itu malaikat penolong yang menyadarkan saya,,hahahaa,,” Kali ini Zuraida tak mampu menahan tawanya.
“Tapi,, bila nanti saya sudah menyelesaikan janji cinta saya, mungkin kita bisa mencobanya lagi,,”
DEGG,,,
Zuraida terkejut dengan apa yang diucapkan oleh bibirnya, lidah memang tak bertulang.
“Yang Bener,,, Yeaaahhh,,,”
Wanita itu tersenyum kecut, baru saja dirinya membuat janji baru, janji dengan malaikat penolongnya.
“Tapi boleh saya meminta panjernya dulu,,”
“Maksud bapak?,,,”
Tanpa memberikan jawaban, Pak Prabu kembali melumat bibir Zuraida, hingga membuat wanita itu gelagapan.
“Plisss,, sekarang saya yang minta tolong,,,” ucap Pak Prabu dengan wajah memelas, tangannya menarik karet celana ke depan, memperlihatkan batang yang masih mengeras.
“Teruss,, saya mesti gimana,, tolong jangan minta saya mengoral, saya tidak pernah melakukan, walau dengan suami saya,,” bingung apa yang mesti diperbuatnya.
Pak Prabu juga terlihat bingung.
“Tapi,,, Kalo Bapak mau, bapak boleh melakukannya di luar,,,” Zuraida membalikkan tubuhnya, tangannya bertumpu ke dinding, dengan wajah malu-malu wanita itu menunggingkan pantatnya. “Kalo digesek-gesek seperti tadi bisa keluar ga Pak?,,”
“Ooowwhh,, Bu Dokteeeer,,,” wajah Pak Prabu berbinar, lalu menyergap tubuh Zuraida dari belakang, tangannya segera meremas payudara ranum Zuraida.
“Ooowwhhh,,, Buuu,,,” Pak Prabu segera menggesek-gesekkan batang yang ada di dalam celananya ke bongkahan pantat Zuraida yang masih terbungkus leggins.
Tapi mereka sadar, kain yang menutupi tubuh mereka masih terlalu tebal untuk dapat saling merasakan suguhan yang ditawarkan.
“Woooyy,,, ayooo kumpuuuul,,, bersiap untuk game terakhir,,,”
Sayup-sayup terdengar teriakan lantang Bu Sofie, yang memanggil untuk berkumpul.
“Buu,,”
“Yaa,, yaa,, saya tauu,, waktu kita tak banyak,,, keluarkanlah burung bapak,,” Zuraida memberi perintah, tapi justru tangan lentiknya yang terhulur ke belakang, menarik keluar batang Pak Prabu.
“Ooowwwhhh,,, Buuu,, ini jauh lebih baik,,,” dengus Pak Prabu yang segera menyelipkan batangnya dilipatan paha Zuraida, bergerak maju mundur selayaknya orang bersenggama.
Zuraida yang merasakan vaginanya mendapat gesekan-gesekan dari batang mulai dilanda gairah yang tadi sempat meredup.
“Buuu,,,waktu kita ga banyak bu,,,”
“Lalu gimana lagi Pak,,,” Zuraida menoleh, bingung bagaimana lagi untuk menyelesaikan panjer dadakan itu secepatnya.
“Ya sudahlah,,semoga ini bisa membantu,,tapi jangan dipelototin paak,,, saya maluu,,” dengan jantung bergemuruh, Zuraida menurunkan celana leginsnya, memamerkan pantat mulus berhias celana dalam mungil. meski sadar ini sudah terlalu jauh, tapi kondisi memaksa melakukan itu.
“Makaaassiiihhh,,, Bu,,, Aaaawwhhh,,, Buuu,,,” Tanpa membuang waktu Pak Prabu segera menjejalkan batangnya kelipatan paha tepat didepan bibir vagina gemuk yang tertutup kain tipis.
“Aaaaggghhh,,, Paaak,,, lubangnya jangan disundul paaaak,,,” Kini giliran Zuraida yang mulai kelabakan.
Berkali-kali batang Pak Prabu yang keras menghentak bibir vaginanya,membuat sebagian kain celana dalamnya masuk ke dalam lipatan vagina.
“Aaaaghhh,,, Aaaanghh,,, Aaaangghh,,,” bibir Zuraida terpekik setiap batang Pak Prabu menggasak kain tipis yang menjadi pelindung terakhir lorong vaginanya.
Serangan yang bertubi-tubi membuat kain itu semakin tertarik kebawah, dan semakin banyak pula bagian kain yang memasuki vagina Zuraida. Tangannya yang bertumpu didinding gemetar menahan birahi. Alat senggamanya yang sangat sensitif, dapat merasakan sebagian dari helm kejantanan Pak Prabu, berhasil menyatroni bagian dalam kemaluan yang sudah sangat basah.
“Paaak,, sayaaa ga kuaaat lagi paaak,,,”
Merasakan nikmatnya hentakan-hentakan yang tertahan itu, membuat tubuh sang wanita semakin penasaran, pantatnya semakin menungging, berusaha memberi akses untuk hentakan yang lebih keras. Seolah berharap batang perkasa itu mampu merobek kain tipis yang menghalang, dan menyelusup masuk memenuhi setiap sisi rongga vagina.
“Aaaagghhh,,, Paaak,, ”
Tiba-tiba Zuraida menoleh ke belakang, wajahnya terengah-engah menahan birahi. Dengan tubuh yang berusaha menahan hentakan, wajahnya mengangguk memberi isyarat, untuk persetubuhan yang sesungguhnya. Tangan lentiknya terjulur ke selangkangan untuk menyibak kain yang menjadi perhalang, kenikmatan yang tertahan. Tapi belum sempat tangannya menyentuh kain itu,,,
”Aaaaaaaaaggghhhhh,,, Buuuuu,,, Sayaaaa keluarrrrr,,, Aaaagghhh,,, Pak Prabu menghentak dengan kuat, kerasnya sodokan Pak Prabu membuat sebagian kepala penisnya merangsek masuk ke dalam vagina.
“Aaaaggghhh,,, Tubuh mu memang nikmat banget,,,”
Zuraida dapat merasakan sperma yang menghambur tertahan oleh kain, merembes membasahi bibir dan sebagian dinding kemaluan.
“Maaf Buuu,,, tadi ibu mau ngelepas CD yaa,,” tanya Pak Prabu masih dengan nafas memburu.
“Owwwhhh tidaaak,, tapi hentakan bapak terlalu keras, takut membuat CD saya robek,” jawab Zuraida cepat sambil tersipu malu. Matanya tak lepas dari perkakas milik sang pejantan yang kembali dimasukkan kedalam celana.
“Hampir sajaa,,” Hati Zuraida menggumam, entah merasa beruntung semua tidak terjadi lebih jauh, entah merutuki kesempatan akan kenikmatan yang terbuang.
To be continued...
By: Mojo Jos