“Masukkanlah daging sosis itu kebelahan dadamu, mungkin daging itu merasa kesepian tak memiliki teman,” seru Munaf seraya menunjuk payudara Bu Sofia dengan bibirnya.
“Ow, ow, ow,, aku tidak mungkin mengambil talenta yang dimiliki oleh Aryanti,” jawab Bu Sofia sambil melirik Aryanti dengan mata mengedip, membuat semua tertawa. Dan kini semua mata tertuju pada Aryanti.
“Tidak,tidak,,, Aku memenuhi permintaan kalian tadi sore hanya karena penasaran, dan sekarang tidak ada yang dapat memaksaku,” sela Aryanti.
Jidat Arga berkerut, dan Aryanti membaca tanda tanya dikepala suaminya.
“Sayang, tadi sore setelah berjalan-jalan sebentar kami kembali ke gazebo tempat kita berkumpul selumnya, dan aku sudah tidak mendapatimu disana.
“lalu, apa hubungannya dengan sosis itu,” Tanya arga penasaran.
“Istrimu memang hebat, mampu melakukan apa yang tidak mampu dilakukan oleh istri-istri kita,” Jawab pak Prabu cepat dengan bibir nyengir.
“Ya,ya,,, itu Cuma kebetulan saja Sayang,, Adit menantang bu Sofia, apakah payudara tantenya itu dapat memeras jeruk yang sudah terbelah dua, imbalannya Adit bersedia memijiti kaki Bu Sofia yang memang terus mengeluh capek karena terlalu lama jalan-jalan tadi sore” jawab Aryanti berusaha menerangkan, tak ingin membuat suaminya salah paham.
”Lalu Bu Sofia meladeni tantangan Adit dengan memasukkan jeruk itu kedalam kaos dan dijepit oleh kedua payudaranya yang besar, Namun ternyata air yang keluar dan mengalir kepusarnya hanya sedikit,So,,,Karena penasaran aku turut mencobanya, dan ternyata air jeruk yang diperah kedua payudara istrimu ini lebih banyak, hahahaha,,,”
”Dengan menjepitkan kedua payudaramu?” Tanya Arga cepat yang dijawab dengan anggukan.
”Semuanya sudah mencoba, jadi tidak ada salahnya kan jika aku turut mencoba, sekuat tenaga aku mengepit balon ini dengan lenganku dan ternyata aku berhasil,” sahutnya sambil memperagakan kedua tangannya yang saling menggenggam lalu menjepit kedua payudaranya dengan kuat.
Tak ayal sepasang payudara Aryanti menyembul seakan ingin melompat dari kaosnya yang longggar, Mata Arga bisa menangkap bagaimana mata teman-temannya melotot melihat aksi Aryanti yang me-replay usahanya tadi sore.
“Sebenarnya aku tidak kalah dari istrimu, hanya saja air jeruk hasil perahanku tertahan oleh bra ku, sementara istrimu bisa mengalirkan air itu langsung kepusarnya tanpa terhalang,” celetuk Bu Sofia yang masih belum bisa menerima kekalahannya, tapi justru membuat mata Arga melotot kaget.
“Haahahahaa,,, Ya,,yaa,, aku memang sudah melepas bra ku karena sudah terlalu lengket oleh keringat akibat berlarian dipantai dengan Zuraida, tapi setidaknya aku tidak melepas bra-ku karena permainan itu,” jawab Aryanti dengan santai seakan semua itu adalah hal yang biasa.
“Pasti saat itu semua mata dapat memandang dengan bebas kearah gumpalan payudara istriku,” gumam Arga sedikit cemburu.
Arga perlahan menarik nafas panjang mencoba untuk lebih rileks, toh apa yang telah dilakukannya lebih dahsyat dari istrinya, sesekali matanya melirik Zuraida yang malam itu terlihat berpakaian lebih santai, baju tidur berwarna biru lengkap dengan penutup kepala jenis bergo. Sangat berbeda dengan istri Arga yang berpakaian lebih menantang dari biasanya, kaos longgarnya kali ini lebih kedodoran dari biasanya, memperlihatkan pundaknya yang putih begitu kontras dengan tali bra yang berwarna merah.
”Shit,,, sejak kapan Aryanti memeiliki baju model seperti ini,” dengus hati Arga saat menyadari pakaian baru yang dikenakan istrinya. Pasti bosnya memberikan uang sangu yang cukup besar untuk cutinya kali ini.
Namun Arga terlihat puas saat memergoki semua mata teman-temannya yang diam-diam menyatroni bagian tubuh Aryanti yang terbuka dengan rasa kagum.
“Tapi tunggu,,, jika semua wanita melakoni permainan itu, artinya Zuraida juga melakukannya kan?” bisik Arga ketelinga Aryanti.
“Ya,, dia juga melakukannya, hanya saja kami tidak dapat melihat dengan jelas aksinya karena terhalang oleh penutup kepalanya,,, Heeeyy,,, apa kau mengagumi istri temanmu itu?” tanya Aryanti, menatap penuh selidik kewajah Arga yang tiba-tiba salah tingkah.
“Tidak juga, hanya penasaran apakah wanita seperti dia juga seberani istriku yang seksi ini,” jawab Arga memandang istrinya berusaha memberikan ketegasan.
“Tidak mengapa sayang, itu wajar, karena Zuraida memang cantik,,, apa kau tau?,, tadi sore dia mengenakan celana dalam berwarna pink lhoo,, itu terlihat saat dia mengangkat kaos bawahnya untuk memperlihatkan pusarnya yang hanya dialiri beberapa tetes air jeruk,”
GLEEEKK,,,, Arga yang sedang minum untuk menenangkan hati tiba-tiba tersedak, tapi Aryanti justru tertawa terpingkal, membuat mereka yang ada disitu bingung melihat Aryanti yang tiba-tiba tertawa setelah berbisik-bisik dengan suaminya.
”Hey, apakah ada yang melihat istriku,” celetuk Munaf tiba-tiba yang masih menunggu istrinya.
Lagi-lagi Arga tersedak, Aida istri Munaf yang begitu menggairahkan mungkin masih terlelap dikamar Lik Marni, setelah kelelahan bertempur dengannya.
”Tadi sih jalan-jalan denganku ke belakang cottage, dan mungkin dia sedang kelelahan di kamar, karena kami berjalan terlalu jauh,” jawab Arga sesantai mungkin takut mengundang kecurigaan teman-temannya, dan untunglah Munaf tak ambil pusing lalu mengunyah makanannya.
Seusai makan Munaf mengeluarkan rokoknya, lalu berjalan kearah tepian kolam renang, ”Kapan kita akan memulai permainan ini?,,” ucapnya kepada para lelaki yang berkumpul.
”Hey,,hey,,hey,,,apakah kau tidak sadar jika pesta sudah lama dimulai, bahkan istrimulah yang telah menjadi hidangan pembuka,” mendengar paparan Pak Prabu, Munaf dan Dako serentak melotot.
”Assem,,, pantes dari tadi aku nyari istriku ga ketemu. Ni orang pake ga ngaku lagi kalo udah make bini orang,” Arga hanya tersenyum cengengesan. “Gimana,, mantap ga servis bini ku,” tanya Munaf dengan santai.
“Sialan ni orang, cuek bener istrinya digagahin orang,” hati Arga jelas heran dengan respon Munaf. Tapi masa bodohlah, yang jelas dirinya telah berhasil menjajal keindahan tubuh montok itu, dan membuat ibu muda itu kembali menagih untuk dipuaskan.
“Apa rencana kita malam ini,” tanya Munaf sambil menatap Dako dan dan Arga.
“Terserah, tapi yang pasti aku telah memiliki janji dengan Bu Sofia, hehe,,” jawab Dako sambil menghembuskan asap rokok dari bibirnya yang tersenyum simpul.
Pak Prabu yang asik dengan Handphone nya langsung melotot ke arah Dako, meski sadar permainan must go on, namun tetap saja terasa berat untuk melepas tubuh wanita yang telah menemani hidupnya selama bertahun-tahun, untuk disantap para srigala mesum.
“Bolehkan Pak Prabu?,”
“Terserah kalian lah, tapi ingat tidak ada pemaksaan, pengeoroyokan dan kekerasan,” kata-kata Pak Prabu begitu tegas, setidaknya dengan cara itu dirinya dapat sedikit memastikan wanitanya dalam keadaan lebih baik.
“Mungkin untuk syarat yang lain, aku dapat memenuhi, tapi untuk kekerasan sepertinya tidak mungkin, karena bagaimana tombakku dapat menghujam membelah tubuhnya jika dalam keadaan loyo,” kelakar Dako sontak membuat semua yang ada disitu tertawa, begitu juga dengan Pak Prabu yang hanya bisa tersenyum masam.
“Weeehhh,, rame bener nih, ada apa,” sura lembut itu, siapa lagi jika bukan milik Zuraida.
Seketika tawa mereda, masing-masing berusaha menyembunyikan rahasia, jika para wanita mengetahui sebelum permainan berjalan panas, maka semuanya akan menjadi lebih sulit.
“Tidak ada yang spesial, hanya membicarakan pembagian jabatan dikantor,” jawab Pak Prabu cepat, meski diucapkan dengan santai dari bicaranya lelaki paruh baya itu ingin mengukuhkan kuasanya dalam kelompok itu kepada Zuraida.
Gadis itu mendekati bangku Arga yang memang duduk didekat suaminya. Dari jarak sedekat ini pesona Zuraida seakan begitu nyata, ditambah dengan kaos tidur yang melekat sedikit lebih ketat dibandingkan baju yang biasa digunakannya. Kini Zuraida berdiri tepat di depannya, berbicara dengan suaminya, entah apa yang dibicarakan Arga tidak terlalu peduli karena posisinya yang tengah duduk membuat wajahnya berhadapan langsung dengan pantat membulat yang terangkat, layaknya pantat bebek yang memiliki kaki yang langsing.
“Ternyata berani juga Zuraida memakai celana seketat ini,” gumam Arga.
“Arrrgghh,,, sialan,” ulah Dako yang memeluk pinggul Zuraida dan memberikan sedikit remasan nakal, seakan sebuah tantangan dari Dako untuk menaklukan Zuraida bersama tubuh indahnya.
Tampak Zuraida sedikit berkelit, jelas dirinya malu jika diperlakukan seperti itu di depan umum, walau itu oleh suaminya sendiri. Zuraida menoleh ke belakang dan mendapati Arga masih duduk di kursinya berhadapan tepat dengan pantatnya yang tengah diremas Dako. wajah Zuraida terlihat tak nyaman dan menahan malu oleh ulah suaminya.
“Ok,,, aku pamit dulu, ada yang harus ku kerjakan,” ucap Arga sambil menggerutu melihat ulah Dako.
“Arga, malam ini aku ingin ngobrol dengan Aryanti, tapi ada yang harus aku bereskan sebelumnya dengan suamiku ini,”
“Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepadanya,” ucap Arga menjawab rencana Zuraida yang kini menggantikannya duduk di kursi.
Ketika melewati persimpangan yang menuju kearah dapur, Arga bingung, di ujung lorong itu telah menunggu tubuh montok Aida yang masih mengharapkan sentuhannya.
“Mungkin aku akan menyelesaikan tanggung jawabku dengan gadis itu sebentar,” ucap Arga sambil berbelok ke lorong.
Aida |
“Arrgghhh,, Adduuuhhh,,, pelaann dikit dong Pak, Aarrghh,,”
Itu jelas suara Aida, tapi bukankah semua teman-temannya tengah duduk santai di pinggir kolam renang, lalu siapa yang telah membuat wanita itu mendesah dan menjerit tertahan, langkah kaki Arga semakin cepat ingin mencari tau. Tampak Lik Marni sedang mencuci beberapa peralatan makan yang baru saja mereka gunakan, suara gemericik air kran bersahutan dengan lenguhan seorang wanita yang tengah dilanda orgasme.
“Aaarrggghhh,,, aaahh,,”
Dari celah pintu Arga mengintip dua tubuh yang saling menindih, tampak sang wanita telah terkapar mengakang lebar, hanya bisa pasrah membiarkan seorang pejantan menggasak selangkangannya. Dari rambutnya yang kriting jelas itu adalah Mang Oyik, penjaga cottage, tapi kenapa Lik Marni bisa begitu cuek dengan pekerjaannya, sementara suaminya tengah menggagahi tamu dikamar tidur mereka. Lik Marni menolehkan wajahnya saat menyadari ada orang yang mendekati kamarnya, sesaat wajahnya sedikit pucat.
“Maaf Den’ Saya udah ngelarang bapak yang pengen nyicipin, tapi Nona nya juga mau, jadi saya ga bisa ngelarang lagi Den,” ucapnya berusaha menerangkan sekaligus membela ulah suaminya.
“Nikmat banget kayanya, biar gayanya standar tapi serangannya mantap juga,” ucap Arga bersandar pada dinding yang menghadap kaca pemisah antara ruang dapur dan kamar Lik Marni. Dirinya baru tersadar, dari tempat itu segala kejadian diruang itu terlihat dengan jelas, tapi tidak sebaliknya. Artinya, semua yang dilakukannya bersama Aida tadi sore ditonton oleh pasangan penjaga villa ini.
“Gedean mana Lik, punya saya ama punya Mang Oyik,”
“Gede? Apanya sih Den yang gede,”
Lik Marni hanya tersenyum dengan wajah menunduk, Arga telah mengetahui semua rahasia kaca itu. “Mang Oyik udah sering ikut icip-icip tamu? Wajah manis khas wanita jawa tengah itu menganguk pelan.
“Berarti Lik Marni juga sering dong dicicipin ama tamu,” dengan cepat wajahnya menggeleng, “Ngga juga Den’ saya kan jarang dibolehin keluar dapur ama Mamang,”
Arga tersenyum mendengar keegoisan Mang Oyik, “Ngga juga? Berarti pernah juga kan?” Arga terus menggoda.
“Aaaarrrgg,,, Maaaaang,,,” lagi-lagi lenguhan Aida kembali terdengar, serentak Lik Marni dan Arga menoleh ke kaca, menyaksikan tubuh montok Aida menggeliat dan bergetar seiring tubuh Mang Oyik yang berkelojotan dan semakin mengukuhkan penancapan batangnya keselangkangan Aida. Meski tidak sepanas saat melayani Arga, namun Aida tidak melakukan penolakan ketika tubuh ceking itu menghamburkan sperma kedalam tubuhnya, mengosongkan kantung sperma. Tampak Aida terkikik, entah kata-kata apa yang diucapkan Mang Oyik sehingga membuat Aida kembali melingkarkan paha sekalnya kepinggul Mang Oyik dan kembali bergerak pelan menyambut pinggul Mang Oyik yang kembali bergerak menumbuk dengan pelan.
“Punya suami saya walo udah keluar bisa tetap keras Den” ucap Lik Marni menjawab kebingungan Arga. “kalo Aden mau, saya masih punya jamu nya,” imbuhnya sambil berjalan ke sudut dapur mengambil ceret yang bodynya menghitam karena gosong.
Dengan cepat air dengan warna hijau pekat dan sedikit kental mengisi gelas kecil yang dipegang Lik Marni.
“Kalo Aden mau tarung lagi ama pasangannya boleh diminum sekarang, khasiatnya bisa sampai dua hari koq,” ucapnya sambil tersipu malu.
“Takut ahh,,, Ntar punya saya ngaceng terus dong, kan malu jalan-jalan di pantai bawa pentungan satpam,”
“Hahaha,,, Ihh,, Aden bisa aja,” Lik Marni tidak dapat menahan tawanya. “Ramuan rumput laut plus kuda laut ini beda ama ramuan yang lain Den’ kalo kita udah ga pengen ntar bisa tidur sendiri, tapi kalo Aden mau beraksi lagi langsung on lagi, Aden ngecrot mpe 10 kali lagi juga ga bakal loyo koq,”
Penuturan Lik Marni jelas membuat Arga terkesima, apalagi miliknya kini tengah tegak sepenuhnya, sementara dirinya masih ingin menghabiskan malam ini dengan berbagai petualangan. Dengan cepat tangannya meraih gelas yang dipegang Lik Marni,
Mang Oyik |
(Sumpah,,, jangan percaya dengan ramuan Lik Marni, karena Ane sendiri belum pernah nyicipin tu jamu, Cuma terlintas diotak mesum khasiat Kuda Sumbawa, So,, berhubung lokasi lagi di pantai ya akhirnya ane ganti dengan kuda laut)
“Berarti giliran saya masih lama dong?” ucap Arga setelah menghabiskan jamunya. Lik Marni hanya tertawa lalu kembali meneruskan membilas beberapa piring yang masih kotor.
“Kalo ngetem disini dulu boleh?” bisik Arga sambil memeluk Lik Marni dari belakang, tangannya langsung menuju selangkangan yang dibalut kain jarik.
Lik Marni hanya tertawa, rupanya wanita muda itu memang telah menduga apa yang akan dilakukan oleh tamunya. Tapi jantungnya langsung berdegub kencang ketika teringat penis Arga yang terlalu besar. Memorynya langsung mengingatkan dirinya pada sosok pak Nathan lelaki India yang secara terang-terangan meminta kepada Mang Oyik untuk menemaninya dikamar selama menginap di Vila itu. Dimata Lik Marni, Pak Nathan betul-betul seorang petarung seks sejati yang memiliki penis begitu besar dan mampu menggasak kemaluannya semalam suntuk. Melihat tidak ada penolakan, tangan Arga segera menyelusup masuk kedalam kebaya sementara tangan lainnya berusaha mengurai puntelan jarik yang cukup panjang.
“Weeeww,, koq bisa sih Mang Oyik ngedapetin body sebagus ini.” Ucap Arga setelah berhasil menjatuhkan kain jarik itu ke lantai.
“eegghhh, saya dijodohin Den, eenghh,,” Lik Marni mulai mendesah saat merasakan sebuah batang mulai menyelinap di antara paha montoknya, perlahan cairan vagina mulai membasahi batang yang sesekali menusuk klirotisnya.
“Den,,Adeeen,,”
“Ada apa Lik, takut ketahuan Mang Oyik,” ucap Arga sambil meremasi payudara dari balik kebaya, dengan pakaian atas yang tetap lengkap memberikan gairah tersendiri baginya.
“Bukaaan, saya boleh minta cium Aden?” Arga tergelak, tak perlu diminta dua kali bibirnya langsung menyambar bibir basah Lik Marni.
“Eemmhhh,,, uummhh,,”
Ternyata wanita ini buas juga, lidah Arga yang terjulur disedoti oleh bibir Lik Marni. Bagi wanita yang tinggal di pesisir yang sepi terpisah dari keramaian ini, sangat jarang mendapati para lelaki tampan, rupanya dirinya telah lama bosan, tiap hari hanya memelototi wajah Mang Oyik yang penuh bopeng akibat cacar air. Dan kini tubuhnya tengah dipeluk oleh lelaki yang biasa hanya muncul di televisi, meminta pelayanan dari tubuhnya, maka tak ada alasan bagi Lik Marni untuk menolak, masalah apakah nantinya Mang Oyik akan marah melihat istrinya digagahi tanpa seijinnya itu urusan belakangan. Dengan sigap tangannya menggenggam batang Arga dan mengarahkan keliang kemaluannya, seakan takut Arga berubah pikiran.
“Uuugghhh,,, Deeenn,,”
Batang yang terlalu besar membuat vaginanya sedikit nyeri, tapi Arga lebih cekatan memiting pinggul wanita muda itu dan terus memaksa masuk.
“Deenn,, tunggu dulu deen,,” Mata Lik Marni mendelik dengan air mata menahan perih, kepalanya coba menunduk ingin melihat batang yang tengah berusaha membelah tubuhnya. Benar saja, penis lelaki ini terlalu besar, lebih besar dari milik Pak Nathan yang dikiranya merupakan ukuran maksimal dari penis lelaki.
“Aaahhh,,, nyonyaaa,,, iseepp dong,,,” tiba-tiba terdengar suara Mang Oyik yang meloncat kewajah Aida, namun ibu muda itu terlalu jijik dengan penis Mang Oyik dan menutup mulutnya dengan rapat, akibatnya cairan itu menghambur kewajah cantiknya.
“Uuuugghhh,,, Deenn,” Lik Marni sepertinya tak ingin kalah dengan aksi suaminya.
“coba teruuss deen,,,masukiiinn,, pasti bisa koq” tubuhnya membungkuk agar batang Arga lebih mudah menerobos kemaluan yang sehari-hari hanya menyantap batang dengan ukuran standar.
Lik Marni terlonjak saat Arga tiba-tiba melesakkan penisnya dengan kuat. Tanpa menunggu dirinya bersiap-siap untuk menerima serangan selanjutnya Arga sudah kembali menghentak dengan keras. Entah kenapa Arga sangat menikmati wajah Lik Marni yang begitu tersiksa tapi pada saat yang bersamaan juga menikmati perlakuan kasarnya.
“Adeeenn,,, batang gede kayaaa giniii emang divagiinnaa sayaa tempatnyaaa,,” Lik Marni menggoda Arga dengan menggoyang-goyangkan pantatnya yang besar. Setelah beberapakali batang itu keluar masuk, akhirnya Lik Marni dapat merasakan batapa nikmatnya kejantanan milik lelaki berparas ganteng itu.
“Deenn,, kalo saya ketagihaaan gimaanaa,,,” bibir wanita berwajah oval itu mulai meracau akibat ekstasi yang disuguhkan kejantanan Arga disaluran kencingnya.
“Tenang saja Lik,, teman-teman saya yang menginap disini ukuran batangnya juga besar-besar koq,” bisik Arga yang tengah berusaha mengenali kekenyalan pantat besar Lik Marni sambil menggerak-gerakkan batangnya kekiri dan kanan.
“Kalo Lik Marni mau nyicipin batang mereka satu-satu bisa koq, atau kalau Lik Marni pengen dikeroyok, mereka juga siap koq,” goda Arga yang begitu menikmati mimik wajah Lik Marni yang merem melek dengan bibir terbuka lebar membentuk huruf O.
Sambil menghujamkan batangnya Arga berusaha melolosi kebaya Lik Marni, cukup sulit ternyata, tanpa bantuan Lik Marni yang sibuk berpegangan ke meja dapur, memberikan perlawanan atas batang yang menerobos jauh ke lorong kemaluannya.
“Lik,, kancingnya lepas dulu dong, ditusuk sambil netek kan lebih enak,,” bisik Arga tanpa menghentikan tusukannya.
Seakan tak ingin rugi, Lik Marni melepasi kancingnya sambil terus menggoyangkan pantatnya. “Ini Deenn suudaaahhh,, aahhh,,” seru Lik Marni sambil sedikit memutar tubuhnya ke belakang, menyerahkan payudara yang bergelantungan dengan bebas dan dengan cepat dilahap oleh Arga dengan rakus.
“Ooowwwhhhh,,,Deeennn,,, ga kuaaatt,,, jangan terlalu dalaaamm sayaa ga mau nyampee duluuuaaan,,,” Lik Marni menjerit penuh kenikmatan berusaha menghindari titik sensitif yang dirojok batang besar. Tampaknya wanita itu tidak ingin orgasme terlalu cepat.
Arga tertawa saat mengetahui kelemahan dari wanita itu, dan mempercepat tusukan dengan hujaman yang lebih dalam.
“Aaagghhhh,,, gaa maaauuuu,,, ga maauuu,, saya masih pengen dientot yang laamaa,,” rengek Lik Marni, tapi apa daya, batang Arga yang memang belum masuk sepenuhnya terus digeber semakin dalam hingga membuat Lik Marni melonjak-lonjak diterpa orgasme.
“Aaaggghhh,, tuu kaaann,, aaahh,,, Oowwwgghhhh,,,,,”
Tubuh Lik Marni bergetar hebat, “Aagghhh,,, Awass Deeenn cabuuuttt,, sayaa mauu kencing Deeenn,,”
Arga menarik keluar batangnya hingga hanya kepala batang yang tertinggal didalam, dan saat itulah cairan menghambur dengan derasnya.
“Busyeett,,, gila juga ni cewek,, squirt mpe segitu banyaknya,,” gumam Arga yang kaget melihat cairan yang menghambur deras.
Lik Marni menolehkan kepalanya sambil cengengesan malu-malu, “Maaf Deen,, seharusnya tadi tusuk yang dalam biar saya ga terkencing-kencing gini,” ucap Lik Marni polos.
Arga menarik tubuh Lik Marni ke arah dipan. Wanita itu mengerti dengan keinginan tamunya, dengan malu-malu mengangkangi tubuh Arga yang kini duduk dengan kejantanan tegang mengacung.
“Oowwwhhssss,,, masih sesak banget Deenn,,,” rintihnya sambil menikmati batang yang perlahan menyelusup memenuhi lorong peranakan.
“Aaawww,,, udah mentok Deeenn,,”
Arga yang asik mengenyoti payudara besar Lik Marni, merasakan ujung helm yang menyentuh dasar lorong, masih tersisa beberapa centi batangnya yang berada diluar.
“Uuugghhh,,, emang udah ga bisa masuk lagii,,” rengek Lik Marni yang masih bermain-main dengan batangnya berusaha melahap seluruh batang Arga.
“Awwwgghhh,,, Aden nakaall aaahh,,,” wanita itu menjerit saat Arga dengan usil menghentakkan pinggulnya dengan keras, hingga menggedor dinding rahim.
“Kalo satu batang aja udah kewalahan, gimana kalo nanti dikeroyok teman-teman saya,,” ledek Arga seraya menikmati pinggul Lik Marni yang bergoyang pelan memanjakan batang yang ada dalam tubuhnya.
“Dikeroyoookkk,,, takuuut ah Deenn,, ntar semua lubang saya dimasukin sama teman-teman Aden,”
JEDUGG,,, semua lubang?,, lubang anal?...
“Lik Marni udah pernah ditusuk disini?” tanya Arga sambil mengusap-usap pintu anus Lik Marni yang kegelian.
“Belum Den,, takut sakit,, lagian jorok ahh,,,”
“Seeepp,, daripada ntar ni lubang diperawanin teman-temannya, mending ku sikat duluan daahh,,,” gumam Arga.
“Saya tusuk ya Lik,,” Pinta Arga seraya berusaha menjajalkan telunjuknya ke lorong yang masih perawan itu.
“Ooogghh,,, gelii Deenn,, Cuma pake tangan kan?,”
“Ya pake inilah,” jawab Arga sambil memonyongkan bibirnya menunjuk kejantanannya.
Lik Marni |
Pantat Lik Marni berhenti bergoyang, keningnya berkerut, sesaat kepalanya menoleh ke kaca menatap Mang Oyik yang tengah menghajar Aida yang menungging mengangkat tinggi pantatnya. Meski bibirnya terus mengerang nikmat, tampak jelas Aida sudah sangat kewalahan meladeni batang Mang Oyik.
“Emmmhhh,, boleh aja sih,,Tapiii,, jangan kasar seperti tadi ya Deeenn,,” ucapnya setelah memastikan suaminya masih dapat bertahan cukup lama dengan tamu cantik yang tengah digenjotnya.
“Tenaaang aja,, pasti saya masukin dengan lembut koq sayang,,”
Lik Marni tersenyum senang saat dirinya dipanggil sayang, lalu mengangguk dengan pasti sambil tersenyum.
Plop!!!,,, Batang Arga terlepas, Lik Marni yang masih mengangkangi Arga kini memegang erat batang besar, mengarahkan ke bagian belakang dari pintu vaginanya.
“Eeenghh,,,” kening Lik Marni mengerucut, wajahnya meringis saat pintu anusnya dipaksa untuk menerima batang Arga.
Terlihat jelas wanita itu sangat ingin memenuhi keinginan Arga dengan terus memaksa menekan pantatnya.
“Deeenn ga bisaaa,, batang Aden kegedean,,” ucapnya sambil meringis menahan perih.
Lik Marni turun dari tubuh Arga,lalu memasukkan batang besar itu kemulutnya, lalu melepaskan batang dengan air liur yang memenuhi bagian helm batang.
“Uuugghh,, emang gede banget ternyata,,pantas sulit banget,” dengus Lik Marni dengan mata mengagumi kelamin Arga yang berdiri tegak dalam genggaman tangan lentik.
Arga berusaha menahan tawa melihat ulah Lik Marni yang kini berusaha kembali memasukkan kepintu anusnya sambil membelakangi Arga. Tapi lagi-lagi usahanya gagal.
“Kalo pake ini gapapa kan Deen,,” tanya Lik Marni sambil meraih botol Bimoli yang masih tersisa setengah.
“Hahahaa,, boleh juga, tapi abis itu jangan dimasukin wajan yaa,,”
“Ihh,, Aden,,” Lik Marni menyentil batang Arga dengan gemes.
“Ayo cepat olesin,,ntar Mang Oyik keburu kelar lhoo,,” bisik Arga, menarik tubuh Lik Marni hingga terduduk diperutnya menghadap batang besar Arga, dengan cepat tangan lelaki itu mengubel-ubel vagina Lik Marni yang sudah mulai mengering.
“Ooowwhhsss,,,Deeenn,,” sambil mengerang menikmati korekan tangan Arga di vaginanya, Lik Marni mengolesi batang Arga dengan minyak goreng. Dalam hati Lik Marni masih belum puas menikmati batang besar itu dengan vaginanya, tapi entah kenapa dirinyapun kini merasa penasaran untuk menikmati batang itu dengan menggunakan pintu belakang.
“Ayo Deeenn,,,” Lik Marni beranjak dari tubuh Arga, mengambil posisi telentang di dipan, mengangkang, lalu menarik lututnya hingga selangkangannya terangkat dan terekspos bebas.
“Ayo Deeenn,, tekan,,,” pinta Lik Marni saat yakin batang Arga berada di depan liang sempit yang mengerucut.
“Eeeemmgghhh,,,” Sambil berdiri disisi dipan, Arga mengejan agar penisnya mengeras maksimal, dirinya memang memiliki pengalaman mengawini liang dubur istrinya, tapi pintu belakang Lik Marni kali ini jelas lebih rapat.
“Ooowwggghhh,,, Deeen,,,,,” tangan Lik Marni mencengkram lengan Arga saat merasakan penis Arga berhasil menguak perlahan. Bulir air mata menggenang akibat perih yang menyerang, “Teruss ajaaa,, gapapa Deenn,,” Wanita itu memberi izin kepada Arga yang terhenti, wajahnya tampak memucat.
“Eeeeenggghhhh,,, bisaaa masuuuukkk,, Deeeenn,,,” Kepala Lik Marni terangkat mengamati kepala penis yang telah menghilang diliang anusnya.
“Boleh saya teruskan,,,” ucap Arga meragu saat melihat air mata Lik Marni menetes.
Wanita itu mengangguk pelan “Yang lembut ya sayaaang,,,” pintanya.
Sebagai gadis kampung, dalam percaturan birahi, Arga adalah lelaki dengan kualitas yang terbaik dari para lelaki yang pernah menikmati tubuhnya, dan Lik Marni tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Tentu saja sayaaang,,,” jawab Arga seraya menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh montok Lik Marni, lalu melumat bibirnya dengan lembut, dalam pagutan bibir Arga bibir Lik Marni tersenyum, membalas melumat seiring batang Arga yang menusuk semakin dalam.
“Ooowwwhhh,,, lagi-lagi mentok, penuh banget,” bisik Lik Marni manja, lalu mata keduanya tanpa dikomando sama-sama melototi sebagian batang Arga yang masih tersisa di luar.
“Masih sakit?,,,”
“Sedikit,,,”
“Sudah siap?,,,”
Wanita itu mengangguk sambil tersenyum malu-malu.
“Aaahhhh,,, yaaa,, yang lembut,, yaaa,,, tusuuuk lagiii,, pelaannn,,Eemmmhhh” Lik Marni mengomando pergerakan batang Arga, menusuk pantat nya yang terangkat, berusaha menikmati.
“Lebih cepaaatt,,, ini mulai membuatku melayaaang,,Ooowwwhhh,,,” rintih Lik Marni.
Arga tersenyum, saat bisa melakukan hentakan-hentakan sesuai keinginannya. Tapi lorong itu memang sempit, erat mencengkram batangnya.
“Ooowwhhh,,, Saaayaaang,,, jangan terlalu cepaaat,,” Lik Marni merintih berusaha mengimbangi sodokan Arga, tubuhnya menggelinjang liar saat Arga memainkan vaginanya yang menganggur.
“Aaaarrrggghhhh,,, minggir Deeeenn,, saya mau kencing,, cabuuut,,,”
Permohonan Lik Marni tak dihiraukan, Arga terlalu menikmati hangatnya liang belakang Lik Marni.
“Oooowwwhhhhssss,, Maaf Deeeenn,, Maaaaaff,,,” teriak Lik Marni yang menghantar orgasme seiring air kencing yang menghambur ketubuh Arga, tapi itu sungguh menjadi pemandangan yang luar biasa bagi Arga. Tak ayal lelaki itu semakin cepat menusuk-nusuk tubuh Lik Marni berusaha mengejar orgasmenya sendiri.
Lik Marni yang sudah bisa menguasai ekstasi orgasmenya tersenyum, melihat Arga yang begitu bernafsu menjejalkan batang besar ke dalam tubuhnya.
“Nikmati sepuasmu Den,,” suara Lik Marni terdengar lirih diantara dengusan nafas Arga.
“Tapi ngecrotnya disini aja ya Deenn,,” Lik Marni mengusap-usap vaginanya, menyibak gerbang dengan kedua jarinya seakan mengundang batang Arga untuk kembali masuk kelorong vagina yang dangkal. “Kali aja saya bisa dapat anak dari Aden” sambungnya manja namun dengan nada serius.
“hahaha,,, bisa aja Lik Marni ini,,,” Arga semakin cepat menghajar Lik Marni.
“Ooowwwgghhh,,, nihh,,, terimaaa,,,” suara Arga terdengar serak, saat mencabut batangnya dari anus Lik Marni dan dengan cepat kembali menghujamkannya ke vagina yang basah.
“Aaakkkhhhh,,,” Lik Marni terkaget-kaget dengan gerakan Arga yang tak diduganya, berusaha mengangkang lebih lebar, membiarkan batang Arga masuk lebih dalam dan dengan bebas menghamburkan benihnya di pintu rahim.
Lik Marni tertawa melihat tubuh Arga yang kelojotan diantara selangkangannya.
“Sedaap,, punyamu sedap banget Lik,,” bisik Arga sambil memaju mundurkan pantatnya menikmati ekstasi yang tersisa.
“Heeyy,, ternyata jamu mu emang manjur Lik,, rasakanlah batangku yang masih mengeras dalam vaginamu,” Lik Marni kembali tertawa saat Arga yang mencabut batangnya dan berusaha memasukkan batang itu ke lubang belakangnya.
“Ooowwhhh,, masih sempit aja punyamu Lik,” dengus Arga merayu.
Blaamm...
“Hhhhmmm,, pantes aja ditungguin lama banget,” suara Aida mengagetkan keduanya.
Sontak Arga dan Lik Marni menoleh ke pintu, namun disitu hanya ada Aida yang berdiri dipintu dapur dengan baju lusuh dan rambut acak-acakan. Dari kaca mereka dapat melihat Mang Oyik yang tertidur kelelahan.
“Sini Non,,, kalo ga salah dengar tadi Den Arga juga pengen nusuk pintu belakang si Non,,” ajak Lik Marni seramah mungkin, dia sadar jika dirinya sudah menyerobot selingkuhan wanita itu.
“Pintu belakang?,, Arga,,apa kau tengah menusuknya di lubang belakang?” tanya Aida yang terkaget sekaligus penasaran, dengan cepat mendekati Arga yang kembali menusuk-nusuk anus Lik Marni sambil cengengesan.
“Siaalan,, ga dapat di aku, lubang dobol Lik Marni yang kau embat, Huuhh,,,” ada nada cemburu dari suara Aida saat melototi batang besar yang tadi sore membuatnya 2 kali orgasme kini menusuk tubuh Lik Marni.
“Ayo sini Nonn,, mumpung batang Den Arga masih keras,,” ajak Lik Marni sambil menarik lengan Aida yang ada dalam jangkauannya.
“Tidak,, aku masih terlalu capek,, nanti sajalah,,”
“Ayolah tak apa,, kurasa kau masih kuat, setidaknya untuk satu ronde,” bisik Arga melepaskan batangnya lalu memepet tubuh Aida ketembok, menarik pinggulnya kebelakang hingga menungging.
“Ooowwhhh Shiiit,,mana celana dalam mu,, ,” Arga keheranan saat menyibak rok Aida dan mendapati pantat yang menungging tanpa tertutup kain pelindung.
“Tuhh,, dikelonin sama Mang Oyik,,”
Arga dan Lik Marni sontak tertawa.
Setelah meremas-remas pantat montok Aida, Arga beranjak mengambil Bimoli dan melumuri batangnya. Sementara Aida terbengong, apa benar Arga ingin menusuk lubang belakanganya sekarang, setelah usahanya tadi sore gagal, namun dirinya tak yakin.
“Aaaggghhh,,, Argaaa,,, bilang dong kalo mo nusuk disitu,,” mata Aida melotot menahan sakit. “Aaawwwhhhh,,, koq bisaa massuuukk cepet bangeeett siihhh,,, aaaggghhh,” minyak goreng ternyata cukup ampuh untuk dijadikan pelumas.
Meski sulit, lorong Aida tidak sesempit milik Lik Marni, kali ini batangnya lebih mudah menerobos masuk. Setelah yakin Aida bisa menyesuaikan dengan batang besarnya Arga perlahan memompa maju mundur.
“Ooowwwwhhh,, Pelan Gaaa,,,punyamu gede banget,,”
“Tenang aja Non, sama persis waktu Non pertama kali ditusuk di depan, sakitnya sebentar aja koq,,” ucap Lik Marni, terinspirasi dari ulah Arga yang mengobel vaginanya, jari Lik Marni terulur menggapai vagina Aida.
“Mau ngapain Lik?,,,”
Tapi Lik Marni Cuma cengengesan, lalu menyelusupkan sebuah timun berukuran sedang ke vagina Aida. “Semoga ini bisa membantu,” ulah iseng Lik Marni benar-benar mebuat Aida kelojotan, dua lorong kemaluannya dipenuhi oleh batang. “Saya mau istirahat sebentar, biar sperma Den Arga bisa ngetem di dalam,” ucapnya berlalu menuju kamarnya, tanpa rasa bersalah pada Aida yang kini kewalahan.
“Aaarrggghh,, Gilaaa,,,” Aida menikmati sambil sesekali meringis saat batang Arga masuk terlalu jauh.
“Duuuhhhh,,, kali ini bener-bener sesak banget Gaaa,,, udaahh mau nyampe nihhh,,,” erang Aida yang memainkan timun keluar masuk di vaginanya.
“Wadduuuhhh,,, Bu Guru koq cepet banget,,” tanya Arga, namun tak dihiraukan oleh Aida yang sibuk menyambut orgasmenya.
“Aaaaagghhh,, Gaaaa,,,” Aida mengangkat pantatnya lebih tinggi untuk mendapatkan penetrasi yang lebih dalam.
“Siaaal,,,,,” Kini giliran Arga yang ikut panik, pantat montok dan mulus yang tersekspos menerima eksplorasi batangnya ditambah gaya menungging Aida yang begitu menggairahkan memberi fantasi tersendiri bagi Arga.
“Ooooowwwhhhsss,,,aaahhhhhhhh,,, keluaaarrr,,” Tubuh Aida bergetar menoleh, menatap Arga dengan pandangan penuh birahi.
hujaman Arga yang tidak menurunkan ritmenya membuat wajah Aida yang menatapnya semakin terengah-engah.
“Sialan,, Innocent banget sih wajah ni guru,,,” geram Arga tak tahan memandangi wajah Aida yang begitu pasrah.
“Mampuuuusss,,,, Aaagghhh,,,” Batang Arga yang terbenam erat serasa membesar dan tiba-tiba menghamburkan sperma, meski tidak sebanyak sebelumnya tetap saja membuat Aida kegelian.
“Gila,, hanya beberapa menit udah ngecrot lagi,,” gumam Arga seraya melepas batangnya dan terduduk didipan.
“Emang,,, gila banget,, tubuhku juga serasa remuk dipake dua orang,” imbuh Aida yang terhuyung membetulkan roknya.
“Iiiikkhhh,, dari ujung kaki sampai ujung rambut bau sperma,” kali ini Arga tertawa terpingkal mendengar ucapan Aida yang tengah membaui tangan dan rambutnya.
“aku kekamar dulu,,mandi, makan, tiduuuurrr mpe besok,”
“Hahahaaa,,,” Arga geleng-geleng kepala, menyusul Aida sambil mengagumi pantat Aida yang berayun mengikuti langkah kaki menuju pintu samping.
Sementara Arga berbelok ke gazebo. Suasana pantai sudah sangat gelap, untunglah bulan yang tengah menuju purnama cukup membantu mata Arga mengamati sekitarnya.
“Eaalaaahh,, koq malah gerimis sih,,” dengus Arga seraya mengangkat kedua telapak tangan meyakinkan adanya rintikan air dari langit.
“Gaaa,,,” Adit setengah berlari, melambaikan tangannya dari kejauhan. Sementara dibelakangnya tampak Aryanti dan Sintya mengiringi sambil tertawa.
“Ternyata istrimu emang pelit banget, Masa aku dibiarin kentang,,,” tanpa basa-basi Adit ngedumel dengan wajah super mupeng, Lalu bergegas menuju cottage.
“Mau kemana Dit?,,,”
“Nyari Istri kuuu,,,udah ga tahan nih,,,” Teriak Adit tanpa menoleh.
Sementara Arga hanya terdiam bingung, tidak tau apa yang telah antara istrinya Aryanti dan Adit.
“Adit kenapa?,,,”
“Tuhh,,tanya sama istrimu, tega banget ngerjain anak orang, hahahahaa,,,”
“Tidak apa-apa sayang, bukan masalah yang perlu dibesar-besarkan, hanya memberi sedikit pelajaran bagi pemula,,Hihihhi,,,” jawaban Aryanti disambut tawa Sintya.
“Tau ga? Tadi istrimu membiarkan Adit meremas payudaranya,, Hahahaha,,,”
GLEKK,,, meremas payudara? Dan itu bukan masalah yang besar?..
“Kita ke sana dulu lah,, biar ku ceritakan semua,,lagipula kakiku capek banget, ingin istirahat sebentar,” Aryanti mendahului melangkah menuju Gazebo, disusul Sintya.
Arga menelan ludah saat menyadari bagian belakang rok ketat Sintya tampak lusuh dan sedikit terangkat, namun Aryanti jelas lebih berantakan, bahkan bagian atas kaos nya yang lebar dan terjatuh dikedua sisi lengannya hanya menampakkan satu tali bra, Apakah tali satunya memang sudah terlepas? Tapi oleh siapa? Dan bagaimana bisa tali itu bisa terlepas?,,, APA Yang sebenarnya terjadi.
“Huuufff,,, Jadi begini,,” tutur Aryanti setelah menghempas pantat montoknya di atas bangku dari kayu. “Setelah makan malam tadi, Aku dan Sintya mendapati Dako yang tampak merayu Bu Sofia, karena curiga aku dan Sintya mengajak Adit untuk menguntit kemana tantenya itu pergi,”
“Ternyata mereka menuju sebuah tebing yang sepi, meski agak jauh kami dapat melihat bagaimana Dako akhirnya berhasil menelanjangi bagian bawah tubuh Bu Sintya, yang terlihat pasrah,”
“Sayang,,, Seharusnya kau melihat bagaimana rakusnya Dako melumat kemaluan Bu Sofia, hingga membuat perempuan itu mengerang keras di kegelapan, memang tadi sehabis makan kamu kemana? Aku tidak melihatmu diantara teman-teman,” tanya Aryanti.
“Ehh,, akuuu,, menemui Mang Oyik, untuk menanyakan perlengkapan yang ada disini,” jawab Arga serampangan.
“Aku yakin, Dako berhasil membuat Bu Sofia orgasme di mulutnya,, Ooowwhh,, aku jadi merinding bila mengingat rintihan Bu Sofia tadi,” celetuk Sintya, menyelamatkan rasa bersalah Arga.
“Yaa,, orgasme di mulut seorang lelaki memang sangat menantang sekaligus menggairahkan,” balas Aryanti sambil memejamkan matanya seolah saat itu dirinya dapat merasakan kenikmatan itu.
“Sial, pasti Aryanti teringat permainan nakal yang dilakukan bos dikantornya,” Arga menggeram kesal melihat ulah istrinya.
“Yaa,, apalagi saat Dako menghajar kemaluan Bu Sofia yang menungging di tengah hamparan pasir pantai,, Ugghhhh,,, pengeeeennn,,” jerit Sintya menahan hasratnya, disambut ulah istriku yang menjepit lengan dengan kedua pahanya. Arga sangat hapal, itu adalah gelagat istrinya bila tengah horny.
“Lalu apa hubungannya dengan adit,”
“Adit,, hahahaa,, Adit merajuk kepada kami, dan menuntut kami untuk bertanggung jawab karena telah menyeretnya untuk mengikuti Dako dan Sofia, kau taukan? Adit sangat bernafsu pada tubuh tantenya itu. Dan adegan itu membuat batangnya mengeras dengan sempurna,” Jawab Aryanti.
“Dan aku tidak dapat menghindar saat dengan tiba-tiba ia memelukku dari belakang, apa kau tau sayang? Anak muda itu ternyata sangat rakus, belum sempat aku memberi izin, mulutnya telah mencomot payudaraku hingga tali braku terputus,”
“Ooowwwhhh,, lalu?,,” Suara Arga tercekat hampir tak terdengar.
“Yaaa,, dia bagai orang kesurupan, melumat kedua payudaraku, mungkin di dalam kamar nanti kau bisa melihat beberapa tanda merah di payudaraku ini akibat gigitannya,”
“Asseeemmm,,, kenapa istriku bisa sesantai ini bercerita tentang pencabulan pada tubuhnya, mana aku disuruh melihat cupangan ulah mulut Adit,, uugghhh,, juangkrriikk,,” Arga menggumam dengan hati yang kesal.
“Apakah hanya itu?,,”
“Tentu saja tidak, setelah puas bermain dengan payudaraku Adit meminta hal yang sama pada Sintya, dan ternyata payudara Sintya jauh lebih besar dari milikku,”
“Tidak,,tidaak,,, punyamu lah yang lebih besar, hahahaa,,” elak Sintya sambil tertawa.
Aryanti melotot genit kepada Sintya, “Sayang, dari gumpalan dibalik kaosnya kau pasti sudah bisa menebak payudara siapa yang lebih besar diantara kami, atau,,,jika kau tidak percaya remaslah punya Sintya,, hingga kau bisa menilai payuadara siapa yang lebih besar,hahahaa,,”
ZLEEBBB,,,
meski aku tidak yakin apakah perintah istriku untuk meremas payudara Sintya sebuah gurauan ataukah serius, yang pasti tanpa kuduga dengan mudahnya tanganku melayang, menyentuh payudara Sintya yang membuat tubuh gadis itu tegang seketika. Aku meremas cukup kuat untuk merasakan tekstur gumpalan payudara istri simpanan Pak Prabu itu.
“Kurasa payudara kalian sama besarnya,” ucap Arga tanpa menghentikan remasannya.
“Sayang,, jangan membuatku cemburuu,, kau meremas payudara Sintya tepat di depanku,,” Aryanti merajuk, membuat Arga terkaget melepaskan remasannya, sementara wajah Sintya bersemu merah.
“Aku hanya mengikuti intruksimu sayang,,” jawab Arga cengengesan.
“Huuhh,, paling pinter kalo ngeles,,” sambut Aryanti yang akhirnya tertawa karena tidak bisa berpura-pura marah kepada lelaki yang sangat dicintainya itu.
“Sudahlah aku mau kekamar dulu,, celana ku terasa sangat lengket,” ucap Aryanti pamit, lalu beranjak mendekati Arga, mengecup kening lelaki itu dengan lembut.
“Heehh,,, kenapa tubuhmu seperti ada bau pesing? Dan ada bau,, bauu apa ya ini?,, minyak goreng?,,”
JEDEERRR,,,
“Yaa,, aku menyempatkan membantu Mang Oyik membenarkan mesin genset, bukan minyak goreng, tapi Oli,,”
“Oli?,,, tapi koq seperti minyak goreng ya?,,” tanya Aryanti sambil membaui tubuh suaminya. Untunglah sesaat kemudian wanita cantik dengan tubuh semampai itu berbalik dan melangkah menuju cottage.
“mandi,,dan gantilah bajumu sayang,, aku tunggu kamu dikamar,,” teriak Aryanti dengan gaya yang genit, lalu melanjutkan langkahnya.
“Istrimu cantik banget Mas, plus seksi,,,aku yang sesama cewek aja kagum, apalagi mata lelaki,,”
“Yaa,, aku memang beruntung memilikinya,”
“Jaga bener-bener, banyak lelaki yang menginginkan tubuhnya lhoo,,”
“Iya,, Heh,, tunggu maksudmu,,,?,,”
Sintya hanya menjawab dengan senyuman.
“Apa benar yang terjadi tadi hanya sebatas itu?,,,” Arga berusaha mengorek dari Sintya, sesaat gadis itu memandang mencari sesuatu dimata Arga yang memiliki tatapan tajam.
“Huufff,, Lebih dari itu,,”
Arga berusaha bersabar menunggu bibir Sintya membeber cerita.
“Adit terus merajuk kepada kami, aku sempat meremas batangnya yang ternyata memang sudah sangat keras, dan aku terpekik karenanya. Aryanti yang penasaran akhirnya juga meremas batang Adit yang tersembunyi dibalik celana pantainya, ohh,,, tidak,,tidak,, Aryanti langsung merogoh ke dalam celana Adit, dan merasakan batang itu langsung dengan telapak tangannya, sepertinya istrimu tertarik dengan bentuk batang Adit yang bengkok itu,” Sintya berusaha mengingat-ingat detil kejadian yang terasa begitu cepat dengan mata menatap buih ombak yang bergulung.
Sementara nafas Arga tertahan. “Laluu,,”
“Laluuu,, yaa,, kami terpaksa mengizinkan Adit mencumbu tubuh kami bergantian tanpa dengan syarat tidak melepas pakaian kami, kami terbawa gairah permainan Dako dan Bu Sofia yang begitu panas.
Arga semakin penasaran, apakah kejadian di kantor istrinya terulang lagi, “Laluu,,?,,”
“Istrimu sungguh wanita yang memiliki gairah yang meletup-letup,, akupun begitu,,,” bibir Sintya hening sesaat, pahanya menjepit erat. “karena tidak tahan, istrimu yang berinisitif lebih dulu menurunkan celana hingga kedengkul dan meminta Adit memanjakan vaginanya dengan mulut pemuda itu, sementara ia berpegangan pada pohon kelapa, aku dapat melihat dengan jelas bagaimana lidah Adit menyapu setiap inci pintu vagina dan anus Aryanti,,Uuugghhh,,” Suara Sintya tertahan saat merasakan tangan Arga meremas pahanya yang terbuka.
“Sialan,, rupanya istriku tadi bukan menghayalkan kejadian di kantornya, tapi justru teringat ulah Adit yang menservis vaginanya,, siaaal,,siaaal,, aku kecolongan lagii,,” Arga ngedumel dalam hati.
“Apakah Adit juga melakukan itu padamu?,,,”
“Iyaaa,,, aku penasaran dengan lenguhan orgasme istrimu saat wajah Adit sepenuhnya terbenam diantara pantatnya dengan lidah terjulur masuk ke dalam vagina, aku tau itu karena aku juga meminta Adit melakukannya pada vaginaku, memang benar kata istrimu,, orgasme sambil mengangkangi wajah lelaki itu sungguh sesuatu yang luar biasa,, Owwhhh,,,” suara Sintya tertahan saat jari-jari Arga berusaha menyelusup kedalam roknya yang sempit.
“Apakah terjadi enghhh,, terjadi sesuatu yang lebih jauh setelah itu,,”
“Tidaakk,, yaaa,, eeenghh,, aku tidak tau pastinya, karena setelah Adit berhasil membantu kami menuntaskan hasrat, giliran dirinya yang meminta kepada kami, aku menawarkan oral tapi Adit menolak dan ingin menyetubuhi salah satu dari kami,”
“Dan akhirnya istrimu bersedia karena setau ku istrimu sangat tertarik dengan bentuk penis Adit yang lucu, pastinya ia ingin merasakan bagaimana sensasi bila batang bengkok itu bergerak didalam vaginanya, tapi dengan syarat Adit memuntahkan spermanya diluar,” Duduk Sintya mulai gelisah, pahanya menjepit jemari Arga yang berhasil mengusap-usap vagina gemuk yang terbalut kain tipis.
“Istrimu beralasan, tak ada bedanya antara lidah dan batang penis, toh Adit sudah merasakan bagaimana bentuk vagina kami, sama-sama daging hanya bentuknya saja yang berbeda, dan aku mengangguk setuju, hanya ukurannya saja yang berbeda,”
“Apakah batang Adit lebih besar dari ini,” ucap Arga sambil mengeluarkan batangnya hingga membuat mata Sintya melotot.
“Tidaakk,, milikmu jelas lebih besar,,” tanpa diminta wanita berambut sepundak itu menggapai batang Arga, menyusuri otot yang terukir. “Tapi jika dibandingkan dengan milik Pak Prabu aku tidak tau, karena punya Bapak juga berukuran besar sepertimu,” suara Sintya bergetar, meremas batang Arga dengan gemes.
“Apa kau bersedia mengukurnya, agar kita tau milik siapa yang lebih besar,,?,,” ucap Arga, menarik pinggul Sintya, tanpa menunggu persetujuan mengangkat rok ketat yang membalut paha sekal sang sekretaris.
“Mungkin,, jika kau mau, aku bisa mengukurnya sebentar, yaa,, hanya sebentar,, untuk memastikan batang siapa yang lebih besar,” ucap Sintya, matanya mengamati sekeliling, lalu mengangkangi Arga, mengangkat roknya semakin ke atas dan menyibak celana dalamnya ke samping.
Sintya |
Semua terjadi begitu cepat dan,,,, “Oooowwwgghhh,,,,,” Sintya menekan pinggulnya kebawah, vaginanya sedikit kesulitan saat harus menelan ujung batang Arga yang besar. “Oooowwwhhhsss,,, Siiinn,, Kau tidak akan tau jika tidak menekannya lebih dalaaaamm”
“Yaa,, kurasa kau benar Gaaa,,Aaahhh,,,”
“Punyaaamuuu,, punyamuuu lebih besaaarr dan panjaaaaaaang darii batang Bapaaak,,” lenguh Sintya saat berhasil melumat seluruh penis Arga.
“Pantas saja Aryanti begitu mencintaimu,,” bisik Sintya yang bergerak liar mengiringi remasan tangan Arga dipantatnya.
“Istrikuu,, Laluu,, apa Adit berhasil memasukkan batangnya ketubuh istriku,,seperti aku memasuki tubuhmu ini?,,,”
“Aku tidak tau pastinya, karena Adit menindih istrimu yang berbaring diatas pasir menutupi pandanganku,,, kalaupun Adit berhasil menyelusup kan batangnya kevagina istrimu kurasa itu tidak lama,, karena saat Adit menggerakkan pantatnya yang membuat istrimu mengarang, Dako dan Bu Sofia yang telah selesai bejalan menuju kami, dan aku segera memberi tahu hal itu kepada Aryanti, Akhirnya tubuh Adit terjengkal akibat dorongan istrimu yang kaget,”
“Adit masih merajuk, tapi kami sudah berlari meninggalkannya,” ucap Sintya sambil mempercepat goyangan pantatnya membuat batang Arga begitu dimanjakan.
Tapi tiba-tiba Sintya meloncat turun melepaskan batang Arga. “Ada yang menuju kemari,,” ucapnya dengan takut.
“Siaaaall,,,” kondisi Arga tidak jauh berbeda dengan Adit. Namun terpaksa menyarungkan pusakanya.
“Heeyyy,,, sedang apa kalian gelap-gelapan disini, Hayoooo,,,” terdengar suara lembut Zuraida yang menghampiri mereka, diiringi Pak Prabu yang menatap penuh selidik kepada Arga dan Sintya.
“Hahahaa,, kami hanya mengobrol koq,,,” jawab Sintya cepat. “Kalian dari mana?,,”
“Aku habis jalan-jalan sama Pak Prabu,, dijalan kami ketemu warung yang ngejual kentang goreng, renyah banget lhooo,, Arga mau?,,” ucap Zuraida dengan sangat lembut menyerahkan bungkusan kepada Arga.
“Kentang?,,, owhh,, tidak,, terimakasih,,,” jawab Arga dengan lesu...
Bersambung...
By: Mojo Jos