Senin, 16 April 2012

Holiday’s Challenge Epilogue: Gadis Pemenang 3

Perhatian sebelum membaca !

  • Cerita Holiday’s Challenge menceritakan tentang sifat-sifat seorang wanita yang mungkin jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
  • Tidak ada unsur kepolosan dari seorang wanita yang terkandung dalam cerita ini, hanya ada sifat-sifat wanita nakal dan bitchy
  • Cerita ini hanya mengkisahkan wanita-wanita dengan sifat yang tidak biasa yang mencari ‘pengalaman’ baru di saat liburan.
  • Kemungkinan besar cerita ini tidak akan menarik, mungkin cenderung membosankan, tapi bisa sebagai penambah koleksi cerita seru sambil menunggu cerita-cerita yang lebih hebat dari para pengarang lainnya
HAPPY READING ^_^
***********************************
Lina

Malih merasakan lekuk-lekuk tubuh Lina yang sempurna dengan kedua tangannya. Dari pundak ke tangan. Kemudian Malih mengelus-elus paha putih mulus Lina dan menggerakkan tangannya mengikuti lekuk tubuh Lina. Pinggangnya sangat ramping, kulitnya putih mulus, terasa halus, lembut dan hangat, benar-benar seperti di dalam mimpi Malih. Kedua tangan renta Malih mencengkram dua buah 'susu' Lina yang begitu empuk dan kenyal. Enak sekali meremas-remas buntalan daging kembar Lina.


"hhuumm....eemmmm....ummmmm....", Lina mulai menggumam pelan. Memang beda rasanya jika merasakan goyangan wanita idamannya. Gerakan pinggul Lina sangat mengenakkan Malih. Perlahan namun sangat mengenakkan. Goyangan Lina lebih variatif dibandingkan Intan dan Moniq. Dara cantik ini memang sangat lihai. Pengalaman berhubungan intim dengan banyak lelaki memang membuat Lina jadi dewi sex. Kecantikan fisik, kesempurnaan bentuk tubuh, dan keahliannya dalam memuaskan nafsu lelaki membuat pria mana saja ketagihan bercinta dengannya.



Keduanya terlihat sangat menikmatinya. Lidah Lina pun sedang melilit lidah Malih dengan liar. Saling pagut, saling belit. Lina terus menggoyang. Baik Lina maupun Malih kelihatan masih tenang. Tak ada tanda-tanda akan orgasme.

"uuuhh mmmhhh enaaakhh, Paakkhh ooohhhh", desah Lina nakal. Keringat mulai menuruni kulit Lina yang indah nan mulus. Kulit Lina yang memang halus seperti membuat bulir keringat terpeleset ke bawah. Hawa ruangan sebenarnya sangat sejuk malah cenderung dingin, namun hawa tubuh Lina yang 'panas' lah yang membuat makhluk indah itu bercucuran keringat.

"oohhh terussh noonn...", erang Malih keenakan. Lina menggerakkan pinggulnya berputar-putar. Sungguh nikmat sekali, rasa yang dirasakan Malih. Pinggang Lina terus dipegangi Malih. Tentu Malih tak ingin Lina kemana-mana. Selain itu, Malih juga mengontrol gerakan pinggul Lina dengan menarik dan mendorongnya.

"emm emmm mmm PAAAAKKKHHHH !!!!", lenguh Lina seraya menekan vaginanya ke bawah dan tubuhnya menegang.



"hhh hhh". Lina mendekatkan mulutnya ke telinga Malih.

"punya Bapak enak, keras banget....", bisik Lina dengan nada suara manja menggoda. Lina pun melepas cengkraman vaginanya terhadap penis Malih. 'senapan' Malih berkemilauan, terlihat basah. 3x disiram 'kuah' vagina yang berbeda tentu membuat alat kelamin Malih basah kuyup. Intan, Lina, dan Moniq pun menatap benda kokoh yang mengacung tegak di tengah selangkangan Malih itu. Masing-masing dari ketiga gadis belia itu rasanya ingin melompat ke selangkangan Malih untuk bisa merasakan 'ketangguhan' penis pria tua itu lagi. Tapi, Malih berdiri, dia memutuskan kalau dia yang harus pegang 'kendali'. Ada 3 gadis cantik di depannya yang tak mengenakan apapun. Dia dan penisnya bisa memilih siapa dulu yang akan 'diobrak-abrik'. Malih mendekap Moniq, dia penasaran dengan gadis mungil ini.

"happhh ccuupphh cccpphhh hmmmhhh", Malih mendekap erat dan memagut nafsu bibir tipis Moniq. Ciuman keduanya sangat bergairah, seperti kekasih yang baru bertemu lagi.



Tentu tangan Malih mulai menjelajahi tubuh Moniq. Dielus-elusnya punggung Moniq sebelum akhirnya kedua tangannya masing-masing menggenggam kedua bongkah pantat Moniq, memainkannya dengan gemas. Diremas-remas, ditepuk-tepuk, dicubiti, bahkan ditampar cukup kencang oleh Malih. Karena didekap, tentu Malih bisa merasakan empuknya kedua buah daging kembar Moniq. Lidah Malih menyerbu rongga mulut Moniq habis-habisan seakan mau membuat gadis imut itu mabuk air liurnya.

"hhh hhh". Moniq tersengal-sengal. Malih sudah tak tahan, burungnya sudah ingin 'menghangatkan' diri di dalam daerah pribadi Moniq. Malih langsung mengangkat tubuh Moniq dan membaringkannya di lantai. Dengan nafas memburu, Malih langsung melebarkan kedua paha Moniq.

"jlebb !!! ooouuhhhh", keduanya melenguh. Batang keras Malih langsung 'menyuntik' Moniq tanpa aba-aba.

"pllokk plookk plookk !!!!", bunyi kencang dari selangkangan Malih dan Moniq yang terus bertubrukkan. Malih menaruh kedua tungkai Moniq di bahunya dan mengganaskan sodokannya.

"aahh ooohhh oohhh uuummhhhh", desahan-desahan Moniq.



Wajah imut Moniq terlihat begitu merangsang saat sedang keenakan seperti sekarang, tak heran kalau Malih jadi bersemangat dan melumat habis bibir Moniq dengan sangat bernafsu. Sementara itu, Intan dan Lina saling berpelukan. Lina menyibak rambut Intan, begitu juga sebaliknya.

"mmm ccpphhh ccuupphhh hmmmm". Bibir 2 dara cantik itu saling menindas, bergantian saling memagut.

"cuupppp", keduanya bercumbu penuh kelembutan dan hangat namun tetap bergairah.

"ummm mmmm", suara gumaman dari keduanya. Lidah mereka saling 'berkelahi'. Tangan Intan meremas-remas kencang pantat Lina, Lina pun membalasnya dengan menepuk-nepuk pantat Intan.

"wuuii...liat, Sep. non Lina sama non Intan lagi beraksi...".

"beuuhh..terus non cipok, sedot bibirnya !!!", teriak Asep. Asep dan Karjo pun nanar melihat Intan dan Lina yang sedang bercumbu. Meskipun sudah sering disuguhi pemandangan lesbian oleh Lina, Moniq, dan Intan, tetap saja Asep dan Karjo tak pernah bosan melihatnya.



Sambil menikmati rasa ngilu-ngilu nikmat di kemaluan mereka yang sedang dikulum Riri, Asep dan Karjo pun asik memandangi 2 adegan 'panas' di depan mereka. Pertama, tentu saja Intan dan Lina yang sedang asik melakukan lesbian kiss. Kedua, adegan Malih yang sangat bernafsu menghantamkan batang kejantanannya ke dalam vagina Moniq. Sebuah sex party yang lengkap. Riri tak begitu memperhatikan Intan bercumbu dengan Lina dan Malih yang nafsu menggenjot Moniq, yang hanya menjadi perhatiannya adalah 2 sosis jumbo yang sedang digenggamnya sekarang. Riri merasa begitu enak menjilati 2 penis sekaligus. Riri mendekatkan kepala penis Asep dan Karjo ke mulutnya. Dia menjulurkan lidahnya yang otomatis mengenai kedua pucuk penis tersebut sekaligus.

"oohhh....non Riri jago...", desis Asep.

"non Riri biasa nyepong yaa ?", ucap Karjo melecehkan.

"hmm mmmhh", jawab Riri dengan menggumam. Kelihatan asik sekali Riri mengulum 2 kemaluan milik Asep dan Karjo, begitu menikmati setiap senti kejantanan Asep dan Karjo.



Intan menuruni lekuk tubuh Lina dari bibirnya turun menuju ke 'kelapa' Lina. Intan mengulum puting kiri Lina sambil mengobel-ngobel vagina temannya itu.

"ummmmm", desah Lina lembut. Gadis manis itu terus memanipulasi tubuh temannya. Mengenyot payudara Lina bergantian, mengorek-ngorek vagina Lina, dan menepuk-nepuk pantat Lina. Tiba-tiba Intan langsung jongkok dan mulai menyerbu alat kelamin Lina dengan lidahnya.

"aaahhh aammmhhh emmhhh teeruusshhh Ntaannhhh !!", erang Lina yang semakin memperlebar jarak kedua kakinya dan menekan kepala Intan ke vaginanya. Pria-pria tua di ruangan itu menjadi semakin 'gregetan' melihat Lina dan Intan yang sangat hot beradegan lesbi. Akibatnya, Malih pun memperkuat sodokannya yang membuat Moniq semakin mengerang-erang tak karuan menerima gempuran dahsyat. Sedangkan Asep dan Karjo bergantian memegangi kepala Riri dan menyodok-nyodokkan penisnya ke mulut Riri, mencekoki gadis cantik itu dengan batang keras, sampai-sampai Riri tersedak dan terbatuk-batuk.

Moniq


"aahh aaahh aaahhhh AAAHNNNNHHHH !!!!", lenguh Moniq sambil memeluk erat Malih. Tubuh gadis imut itu menegang. Batang keperkasaan Malih telah melakukan tugasnya dengan baik sekali. Tongkat Malih itu telah berhasil mengaduk-aduk vagina Moniq dan 'mengantar' gadis imut itu ke puncak kenikmatan.

"hhh hhh ccpphhh". Malih mencium Moniq sambil menikmati liang kewanitaan Moniq yang terasa semakin hangat. Supir tua itu asik mencumbui dan menjilati wajah Moniq yang memang menggemaskan, Moniq pun hanya tersenyum dan tertawa kecil agak manja. Sedikit 'cooling down' bersama si gadis imut setelah menggenjotnya dengan sangat bernafsu.

"Pak, sekarang Intan dong...", colek Intan dari belakang.

"okeh !", jawab Malih sangat bersemangat.

"aahh", lirih Moniq pelan saat penis perkasa Malih dicabut paksa oleh pemiliknya. Moniq merasa 'hampa' setelah vaginanya tadi dibuat penuh sesak oleh penis Malih. Malih berdiri di hadapan Intan dengan 'rudal' yang berkemilauan dari kuah vagina Moniq.



Intan langsung bersimpuh di depan Malih.

"hheemm", lidah Intan menari-nari di sekujur batang Malih. Menelusuri setiap jengkalnya. Intan bisa merasakan rasa cairan vagina Moniq yang membasahi kejantanan Malih. Seperti sedang menjilati es krim batangan, Intan kelihatan asik sekali mengulum kemaluan pria tua itu.

"uuuhhh enaaak nonnhh", desah Malih merinding, merasa ngilu tapi nikmat luar biasa.

"ccpphh...nah udah bersih nih, Pak....", ucap Intan dengan nada manja. Intan pun berdiri dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Malih.

"ccuupphh cppphhh hhmmm", mereka berdua bercumbu penuh gairah. Tangan Malih tentu langsung mencengkram kedua bongkahan pantat Intan, menepuk-nepuknya dan meremas-remasnya dengan gemas. Untung Malih sigap saat Intan melompat secara tiba-tiba dan menangkap tubuh montok Intan. Pria tua yang kurus itu masih kuat menggendong tubuh sekal Intan. Kelihatan sensual, seorang gadis manis bertubuh sekal sedang 'nemplok' di pria tua yang kurus. Malih pun menusukkan kejantanannya ke vagina Intan.



Tubuh Intan mulai bergerak naik-turun seiring gerakan penis Malih.

"aahh aaahh ooohh". Desahan-desahan Intan terus keluar dari mulutnya. Secara teknis, tubuh Intan hanya ditopang oleh penis Malih yang menyangkut di vaginanya. Jadi, Malih berkuasa penuh atas tubuh Intan. Lina yang tadi sedang 'tanggung', langsung mengangkangi wajah Moniq. Kedua mahasiswi cantik itu saling menyantap vagina satu sama lain. Intan terus berguncang-guncang.

"oohh ooohhh yeeeaahhh ooohhh Paaakkhhh !!!", seru Intan. Mereka berdua bermandikan keringat. Cukup menguras tenaga posisi seperti ini. Tapi, Malih bak dewa perang, tombaknya masih kuat menusuk 'lawan'nya, staminanya pun seperti tak ada habisnya. Berhadapan dengan 3 ABG 'segar' yang cantik-cantik dan bahenol membuat Malih merasa umurnya kembali ke umur 20an. Pria tua itu sangat bertekad mempecundangi Intan, Moniq, dan Lina. Ingin sekali membuat 3 gadis muda yang nakal-nakal itu menerima 'akibat'nya karena berani memancing nafsunya.

Riri


Apalagi gadis manis bertubuh sekal yang sedang dikaitnya. Riri menurut saat Asep dan Karjo mengangkat tubuhnya. Kedua penjaga villa itu langsung menggerayangi Riri.

"aahh", desah Riri begitu manja. Dia sudah pasrah pada perlakuan Asep dan Karjo. Tubuhnya digerayangi penuh nafsu oleh 2 pria tua mesum itu.

"non Riri, udah siap kan kita sodok ? hehehe", bisik Karjo cabul.

"hm mh", jawab Riri mengangguk pelan. Asep langsung 'mengangkut' tubuh Riri dan membaringkannya di karpet. Riri menekuk kedua kakinya dan melebarkan pahanya seakan memang sengaja memperlihatkan selangkangannya dan memberikan pemandangan indah untuk Asep dan Karjo. Mereka berdua yang sudah lama ingin menggasak alat kelamin Riri dari dulu, berebutan.

"gue dulu !".

"kagak ada, gue duluan !!".

"enak aje lo ! kan gue yang tadi ngomong ke Malih !!!". Mendengar namanya disebut, Malih pun jadi memperhatikan. Dan di sana dia melihat majikannya yang cantik yang biasa disenggamainya sedang terlentang pasrah dengan selangkangan terbuka lebar dan ada 2 pria yang berebutan ingin menyodoknya duluan.



Pemandangan yang memberi 'bensin' pada api birahi Malih sehingga Malih semakin bernafsu 'mengguncang' Intan.

"suit ajaahh....", usul Riri pelan dan sedikit malu. Riri belum pernah merasa malu seperti ini. Biasanya kan hanya ada tongkat Malih yang mengaduk-aduk vaginanya, tapi kini ada 2 burung yang tak mau saling mengalah untuk 'bersangkar' di dalam kemaluannya. Dan lebih malu lagi, Riri merasa sarannya itu menunjukkan kalau dia sudah tak sabar ingin disenggamai.

"oh iye, non Riri bener juga..".

"ayook suit !".

"tuh kan, emang harus gue duluan".

"gak ada, baru menang 1 kali lo, harus 3 kali...".

"ayook, kagak takut gue !". Asep pun keluar sebagai pemenang.

"nah, gue yang duluan ! hahaha !!", seru Asep merasa menang. Karjo hanya bisa ngedumel saja. Dengan senyuman licik, Asep mengambil posisi.

"non Riri, memeknya Mang Asep sodok ya..hehehe !!!", ujar Asep porno. Meski biasa menyetubuhi ABG-ABG cantik seperti Lina, Intan, dan Moniq, tetap saja Asep sangat bernafsu ingin mencicipi 'surga' milik Riri.



Satu-satunya surga dunia di antara keempat gadis itu yang tak pernah didatangi Asep dan Karjo. Tapi, Asep mau bermain-main dulu dengan si gadis cantik yang sudah terlentang pasrah di depannya ini.

"tuk tuk tuk", Asep memukul-mukulkan penisnya ke belahan bibir vagina dan mengenai klitorisnya, Riri mendesah kecil dan tubuhnya berkedut setiap 'miss' Vnya terkena 'sabetan' penis Asep. Apalagi ditambah 'siksaan' Asep yang lain yaitu sengaja menggesek-gesekkan penisnya ke belahan vagina Riri yang tentu membuat ABG cantik itu benar-benar 'frustasi', terangsang tanpa ada penetrasi pada kemaluannya.

"pleeaaaseee Maaangghhh !!! masukkiiiinnn !!!!!", pinta Riri mengerang kencang, agak berteriak. Dia sudah menjadi 'gila'.

"memek non Riri udah gatel yaa ?", leceh Asep yang terus menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina Riri.

"iyaaahh Maangghhh !! cepeethh masukiinhh !!!", sedikit nada kesal dan frustasi terdeteksi di ucapan Riri.


Karjo

Asep memang suka sekali 'bermain' dengan lawan mainnya. Dia suka melihat ekspresi wajah wanita yang sudah sangat terangsang namun kesal karena tak segera mendapat 'sodokan'. Tak jarang Lina sering dibuat menangis oleh Asep. Menangis karena frustasi. Bayangkan saja, Lina yang memang tinggi libidonya, saat tengah sudah sangat terangsang, namun Asep malah hanya menggesekkan-gesekkan penisnya ke kemaluan Lina dan penetrasi 'bohongan' untuk memainkan birahi Lina. Bagi Asep, wajah terangsang namun kesal dari seorang wanita cantik sungguh sangat merangsang.

"siap-siap Mang Asep njush yaa, non. hehehe....".

"hemmmmmmhhhhh.....", gumam Riri yang refleks mengulum bibirnya saat merasakan penetrasi pada alat kelaminnya. Riri bisa merasakan setiap senti dari benda tumpul yang menerobos masuk kian dalam ke 'terowongan cinta' miliknya.

"aahhhh....", desahan lega dari mulut Riri. Entah karena akhirnya dia merasakan 'tusukan' pada vaginanya atau karena merasa vaginanya penuh oleh penis Asep yang sudah tertanam seutuhnya.

"hhh hhh".



"oohh mantepphh !!", lenguh Asep yang kelihatan begitu menikmati kehangatan dan cengkraman erat dari dinding vagina Riri pada batang penisnya. Kedua kaki Riri langsung melingkar erat di pinggang Asep. Penis penjaga villa itu menancap kokoh di alat kelamin Riri, mengait tubuh montok si dara cantik lewat vaginanya.

"emm mmmmhhh", gumam Riri, klitorisnya sedang diusap-usap Asep. Riri menggeliat-geliat sexy menikmati sensasi usapan pada klitorisnya. Puas bermain-main dengan klitoris Riri, Asep mengelus-elus perut, pinggang, dan paha bidadari yang sudah ia 'kait' itu, seperti sedang mengagumi betapa indah, mulus, dan montoknya tubuh Riri.

"ummmhhh aaahh aahh aahh ooohhh oohhh", desahan-desahan Riri mulai mengalun indah. Vaginanya mulai digasak si penjaga villa bangkotan.

"ookhhh enaakhhh maantaabbhhh !!", erang Asep semakin 'serius' memompa vagina Riri.

"aahhh aahh emmmhhh uummhh ooohhhh", tubuh Riri terdorong dan tertarik sesuai gerakan maju-mundur penis Asep.



Bulir-bulir keringat semakin membasahi wajah dan tubuh Riri. Dia kelihatan begitu keenakan, menikmati tusukan demi tusukan penis Asep pada liang vaginanya. Namun, meskipun merasa keenakan, Riri agak merasa 'kurang'. Meski kejantanan Asep tak jauh berbeda dengan penis Malih dalam hal besar dan panjang, namun karena setiap hari vagina Riri selalu 'diobrak-abrik' oleh batang keperkasaan Malih yang memang sangat keras dan kokoh, genjotan Asep tak terlalu membuat Riri 'mabuk kepayang'. Tapi, tetap saja, seperti wanita yang sedang digauli pada umumnya, Riri merasa nikmat luar biasa.

"cccpphh ccuupphhh", sambil terus menggenjot, Asep pun mencumbu bibir Riri, melumat bibir lembut Riri dengan ganas. Asep benar-benar sangat bernafsu. Akhirnya dia bisa 'mementungi' kemaluan sahabat baik majikannya yang selama ini diimpikannya. Tubuh Riri memang benar-benar putih mulus dan sangat padat berisi, memang menggiurkan, tak heran kalau Asep dan Karjo sangat ingin menyarangkan burung mereka ke dalam alat kelamin Riri.



"emm hmmmhhh uummhh uuhhmmm". Asep dan Riri berpagutan begitu bergairah sementara pinggul Asep terus bergoyang, menandakan kalau tongkatnya masih senantiasa 'mengaduk' vagina Riri. Melihat temannya kelihatan enak sekali menggeluti Riri, Karjo hanya bisa mencibir. Sebenarnya penisnya sudah tak tahan lagi ingin membelah kemaluan Riri, ngaceng berat, namun dia harus menunggu giliran. Karjo pun mengalihkan pandangan ke Intan dan Malih yang kelihatan benar-benar bergairah. Intan yang masih nemplok pada Malih kini terhimpit di antara Malih dan tembok. Ya, Malih sengaja membuat Intan jadi terpojok ke tembok, karena dengan begitu, dia lebih leluasa menggerakkan penisnya.

"aaahhh aaahhh aaaaahhh Paaakkhhh teeeruusshhh Paaaakkkk yaangghhh kenceeenggghhh !!!!!!", teriak Intan, wajahnya menunjukkan ekspresi nikmat yang luar biasa. Tidak berpijak dengan kaki sendiri memang membuat Intan tak bisa melakukan apa-apa. Hanya penis Malih yang menopang tubuhnya agar tidak jatuh ke bawah.



Hal itu jelas membuat vagina Intan menjadi sasaran empuk bagi 'rudal' Malih. Intan tak bisa melakukan apa-apa selain merem melek menerima dahsyatnya terjangan-terjangan penis Malih pada alat kelaminnya. Benar-benar posisi yang membuat Intan bisa merasakan betapa jantan dan perkasanya Malih. Itulah yang membuat Riri begitu 'lengket' dengan Malih. Meski sudah tua, namun masih perkasa dan gagah dalam hal bercinta dan masih sanggup 'mempecundangi' gadis-gadis belia dengan cara yang sangat nikmat. Tak heran kalau Riri kelihatan sangat ketagihan dan menikmati saat melayani Malih, sebab ia bisa mendapatkan kenikmatan seksual dan bathin secara penuh setiap kali ia bergumul dengan pria tua itu.

"aaaahhh ooohhh aahhh mmmhhh hhmmm". Persetubuhan yang sangat panas, begitu bergairah, dan 'basah'. Basah karena keduanya kini sudah bermandikan peluh keringat.

"aaahh Paaakkhh Paaakkhh PAAAAAKKHHHHH !!!!". Insting Malih bekerja, Malih menerjang vagina Intan dengan sekali hentakan yang sangat kuat.

Pak Malih


"OOOOOHHHHHHHH !!!!". Sodokan kuat Malih benar-benar memberikan orgasme maksimal untuk Intan. Nikmat, lega, dan enteng sekali di perasaan Intan.

"hufh huufh". Baik Intan dan Malih, keduanya mengatur nafas. Intan mengelap keringat di wajah Malih. Dia kagum sekali dengan pria tua yang kurus dan keriput itu. Penampilan fisiknya mungkin memang kelihatan renta dan rapuh namun ternyata 'perkakas'nya begitu perkasa. Intan pun tersenyum sambil sesekali merasa nikmat karena penis Malih yang masih 'memaku' vaginanya. Malih merasa seperti kerja rodi atau kerja romusha atau apalah sebutannya. Tapi, ia tak akan mudah menyerah, ia belum mendapatkan sesi sex idamannya. Sesi bercinta dengan gadis impiannya yaitu Lina. Bagi Malih, Intan dan Moniq hanyalah 'hadiah' kecil untuknya, dan Lina barulah 'grand prize'nya. Malih merasa seperti itu karena saat pertama kali bertemu dengan Lina kemarin, Malih langsung terkesima. Terkesima dengan kemulusan kulit Lina, kecantikan wajah Lina, dan tubuh bak model luar negeri dengan perut rata dan sepasang kaki serta leher yang jenjang nan indah.



Dan yang paling penting, Malih merasakan Lina telah 'menggetarkan' penisnya walau hanya melihatnya, sama seperti yang dirasakannya setiap kali melihat Riri. Malih pun merasakan 'hujan' lokal yang hangat pada penisnya. Penis Malih masih mengikat vagina Intan, seolah tak mau melepaskan diri satu sama lain. Show sudah berakhir, Karjo mengalihkan pandangan ke Lina dan Moniq.

"aahh aahhh eemmm". Lina dan Moniq sedang menggesek-gesekkan kemaluan mereka satu sama lain. Keduanya begitu aktif menggerak-gerakkan pinggul mereka agar vagina mereka terus bergesekkan. Kelihatan sangat menggairahkan saat melihat 2 orang ABG cantik seperti Lina dan Moniq menggosok-gosokkan vagina mereka satu sama lain untuk mendapatkan orgasme. Kegiatan 'bergesekkan' ini memang sangat suka dilakukan Lina, Intan, Moniq, dan Riri karena menurut mereka saat vagina mereka saling bergesekkan, mereka merasa sangat seksi dan liar.

"aahhh...emmmm....ummmhhhhh", semakin digesek rasanya semakin enak.



Tongkat Karjo semakin menegang melihat pemandangan Lina dan Moniq yang sangat bernafsu saling menggesekkan alat kelamin mereka. Dalam keadaan normal, tentu Karjo akan langsung mendekati 2 gadis cantik yang tengah terangsang berat itu. Namun, dia sedang berada dalam 'kontrak'. Kontrak yang dibuat oleh Lina. Asep dan Karjo boleh mencabuli Riri, tapi mereka berdua sama sekali tidak boleh menyentuh Intan, Lina, ataupun Moniq. Setidaknya sampai Malih selesai. Perjanjian yang memang sebenarnya lebih menguntungkan Malih. Sudah dilayani 3 cewek, Asep dan Karjo pun tak boleh 'ikut campur' sampai Malih 'keluar'. Meskipun perjanjian yang berat sebelah, namun Asep dan Karjo tak keberatan, mereka benar-benar penasaran ingin menikmati tubuh Riri walau mereka harus 'berbagi'. Bodoh sekali si Karjo, perjanjian itu kan tak disebutkan kalau Riri harus 1 lawan satu. Karjo langsung mendekat dan berbisik ke Asep. Asep pun langsung tersenyum licik.

"non Riri. katanya si Karjo mau nyodok pantatnya non Riri. boleh nggak ?", tanya Asep cabul.



Riri menatap Asep dengan tatapan mata sayu, pas sekali menunjukkan orang yang tengah keenakan, gamang-gamang antara sadar atau tidak.

"hmm mmmhh....", gumam Riri.

"apa, non ? nggak kedengeran ?".

"mm boleeehhh...", jawab Riri lebih kencang namun tetap suara yang lembut menggoda.

"hehehe...". Asep memeluk tubuh Riri dan mengangkatnya. Riri berpegangan dengan memeluk Asep. Tanpa mengeluarkan penisnya dari vagina Riri dan dengan sedikit bantuan Karjo, Asep pun kini di bawah, posisi woman on top. Karjo mendorong Riri pelan ke bawah. Gadis cantik itu pun masuk ke dalam pelukan Asep. Tanpa basa-basi, Asep memagut bibir Riri lagi. Karena Asep hanya diam saja, dengan sendirinya Riri menggoyang-goyangkan pinggulnya, mencari kenikmatan dari benda tumpul yang sedang mendiami liang kewanitaannya. Karjo mencengkram kedua bongkahan pantat Riri, melebarkannya agar dia bisa jelas melihat 'sasaran'nya. Begitu terlihat, Karjo langsung menempelkan pucuk penisnya ke lubang pantat Riri.



"hemmmhh....", gumaman Riri saat merasakan benda tumpul yang 'panas' memasuki liang anusnya dengan perlahan. Nikmat sekali rasanya, Riri terlihat sangat meresapinya. Saat sudah setengah penisnya masuk, Karjo langsung menghentakkan penisnya kuat, sengaja untuk 'mengejutkan' Riri.

"AAANNHHHWWWWW !!!!", lenguh Riri. Karjo tersenyum mendengar Riri sedikit meringis kesakitan.

"hhh hhh hhh". Riri menarik nafas dalam-dalam sambil mengatur nafasnya, sepertinya ia sedang beradaptasi. Riri harus beradaptasi bukan karena pantatnya disodok Karjo. Kalau anal sex, Riri sudah biasa kedatangan 'tamu' alias penis Malih yang menjajah liang anusnya. Yang membuat Riri harus beradaptasi adalah karena baru kali ini ia merasakan vagina dan anusnya di'colok' bersamaan. Itulah yang membuat nafas Riri jadi terasa 'berat', bagian bawah tubuhnya benar-benar terasa penuh sesak. Tubuh Riri sudah seperti jembatan 'penghubung' antara Asep dan Karjo. Dengan vagina dan pantat Riri sebagai tempat untuk memasukkan 'alat penghubung'nya.



Vaginanya yang dikait penis Asep dan batang Karjo yang ditanam di liang anusnya tentu membuat Riri tak berdaya terhimpit di antara kedua penjaga villa yang sudah tua bangka itu. Seorang gadis muda bertubuh putih mulus berada di antara himpitan 2 pria bertubuh hitam, sungguh pemandangan yang sangat menggairahkan.

"emmm hhmmnnnhhhh aaaahhhmmm....", Riri mulai mendesah pelan. Karjo menggoyang-goyangkan pantatnya, otomatis penis Karjo bergerak mengaduk-aduk liang anus Riri. Belum lagi ditambah Asep yang juga mulai bergoyang. Bidadari cantik itu benar-benar merasakan nikmat yang sangat luar biasa.

"aaahhh aaahhh uummmhhhh eeehhhh". Ekspresi wajah Riri yang kelihatan sangat menikmati membuat Asep menjadi semakin bernafsu. Tak cuma si makhluk cantik yang mendapat kenikmatan, tapi si kedua makhlus buas juga keenakan karena liang vagina dan anus Riri benar-benar sempit, seret, dan hangat membuat 'onderdil' mereka yang ada di dalamnya terasa nyaman dan nikmat luar biasa.



Bibir Riri langsung disambar lagi oleh Asep. Benar-benar kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Riri. Penis Asep dan Karjo rasanya bertabrakkan di bagian bawah tubuhnya padahal berada di 2 lubang yang berbeda. Dalam keadaan setengah sadar karena merasakan nikmat, Riri berimajinasi. Dia membayangkan kakek tirinya yang sedang 'menyetrum' vaginanya dan Malih yang sedang mencolok-colok pantatnya. Desahan-desahan Riri semakin liar. Bayangan kalau dia sedang dicabuli oleh 2 orang yang dicintainya sangat membuat Riri bergairah. Keringat pun mengucur semakin deras dari ketiganya, menandakan kalau persetubuhan 2 lawan 1 itu sangat 'panas'. Bidadari cantik yang tengah terangsang itu memang tak bisa apa-apa selain pasrah merasakan gempuran dahsyat pada pantat dan kemaluannya.

"plok plok plok plok pok pok pok !!!!!!", bunyi selangkangan Karjo yang terus berhantaman dengan pantat Riri ditambah bunyi kecipak air yang dipicu dari gesekan penis Asep dengan liang kewanitaan Riri.



Sementara sang juliet tengah kewalahan disodok depan-belakang oleh 2 pria lain, sang romeo alias Malih sudah siap menggempur satu-satunya bidadari yang tersisa. Sebelum mengeluarkan penisnya secara keseluruhan dari dalam liang vagina Intan, Malih sengaja sedikit menyundul-nyundul liang vagina Intan.

"emmm...Pak Malih niihh...", ucap Intan manja dan tersenyum nakal. Malih mengeluarkan penisnya dan menurunkan Intan perlahan.

"cuupphhh". Malih mencium Intan sebelum meninggalkannya. Bersama penisnya yang masih mengacung keras, Malih mendekati Lina yang masih 'menempel' dengan Moniq.

"non Lina...", Malih mencolek Lina dari belakang. Tatapan dan senyuman Lina begitu nakal dan menggoda. Dia berdiri seperti menyambut kedatangan Malih. Lina langsung mengalungkan kedua tangannya ke leher Malih.

"cpphh hemmm uummmm". Bibir saling melumat dan memagut, lidah tak henti-hentinya saling membelit dan mengait satu sama lain, mereka berdua bercumbu sangat bergairah, panas dan sangat menikmatinya.



Malih tak percaya kalau Lina benar-benar sangat agresif melebihi Intan dan Moniq. Lina selalu 'mengejar' bibir dan lidah Malih, kedua tangannya yang halus nan mulus itu pun sedang asik meraba-raba pentungan Malih. Benar-benar agresif sekali. Serumah dengan Riri saja, Malih bisa puas menyalurkan nafsunya apalagi kalau ada Lina. Mungkin penisnya akan 'diperah' habis-habisan oleh Lina. Bibir Lina dan Malih saling melahap, dan bergantian saling mengemut bibir. Keduanya saling menatap. Tatapan yang sudah terbakar birahi. Malih ingin segera menanamkan anggota tubuhnya yang paling 'maju' itu ke dalam celah sempit Lina. Dan Lina pun ingin 'sangkar'nya disatroni burung Malih untuk yang kedua kalinya. Lina tidur terlentang, kedua kakinya membuka lebar, menantang burung Malih agar masuk ke dalamnya. Pemandangan indah yang tak akan membosankan bagi Malih. Bentuk kemaluan seorang wanita apalagi kemaluan wanita cantik yang sudah tentu sangat terawat memang sangat indah dan tak pernah membosankan bagi kaum lelaki apalagi laki-laki tua seperti Malih.



Setiap hari Malih selalu berhadapan dan 'bereksperimen' dengan lembah kenikmatan yakni vagina Riri. Dia bebas mengakses daerah yang paling intim dan paling pribadi dari tubuh Riri itu kapan saja ia mau karena memang Riri tak pernah menolaknya. Saat Riri sedang mandi, sedang mengerjakan tugas, baru pulang kuliah, ataupun saat Riri sedang tidur. Tak ada yang bisa menghentikan keinginannya untuk menikmati kemaluan Riri. Dan Riri pun selalu melayani nafsu Malih dengan sepenuh hati, tak pernah terpaksa. Tapi, sekarang, tepat di depan kedua mata Malih, ada lubang vagina lain yang seolah memanggil-manggil penisnya. Malih pun mengambil ancang-ancang. Pucuk penisnya sudah mengecup bibir vagina Lina.

"ooohhh". Keduanya mendesah. Dalam, dalam, dan semakin dalam penis Malih memasuki vagina Lina. Sangat hangat dan sempit. Pinggul Malih mulai bergerak maju-mundur.

"aaahhhh ooohh mmhhhh", liang vagina Lina pun sudah mulai bergesekkan dengan benda tumpul milik Malih.



Bidadari cantik itu sungguh keenakan, rahimnya terus menerus disundul-sundul oleh penis Malih. Benar-benar sampai mentok, membuat setiap hantaman penis Malih begitu terasa. Malih memeluk tubuh Lina yang sudah bermandikan keringat itu. Aroma tubuh Lina sungguh harum, manis, dan juga sensual di saat yang bersamaan. Perpaduan aroma parfum dan keringat perempuan memang sangat sensual dan sungguh memancing gelora birahi. Malih menjadi sangat amat bernafsu 'menyikat' liang vagina Lina sambil terus melumat bibir gadis belia itu habis-habisan. Keduanya menggeliat-geliat penuh nafsu. Bibir Malih seakan tak bisa lepas dari bibir Lina, terus menempel erat. Pinggul Lina terus bergerak menyamai gerakan pinggul Malih. Seolah-olah, alat kelamin mereka yang sudah bersatu padu membuat jiwa mereka juga melebur jadi satu.

"plok plok plok", selangkangan Malih terus menghantam selangkangan Lina, menandakan kalau 'senapan' Malih masih menggempur vagina Lina dengan hebatnya.



Puas memagut bibir Lina, Malih beralih ke 'santapan' lain yang ada di tubuh Lina. Dua buah daging bulat kembar yang kenyal milik Lina adalah hidangan 'bergizi' berikutnya untuk Malih. Pria tua itu melahap rakus kedua kemasan susu Lina. Menyedotnya, menghisapnya sekencang-kencangnya seakan tidak ada hari esok lagi.

"ooohhh oohhh terusshh Paaakkhhh !!! iseephh yang kenceengghhhh !!!!", erang Lina nakal. Urusan 'menyusu', Malih tak perlu ditanya lagi. Setiap hari dia bisa menyusu pada Riri. Jadi, pria tua itu tahu benar bagaimana cara mengenyoti payudara wanita dengan baik dan benar. Karjo merasa pegal juga menyodomi pantat Riri dalam posisi ini.

"ganti posisi dong ah ! capek gue !", protes Karjo.

"oke oke", jawab Asep santai.

"stop dulu, non. kita ganti posisi..".

"emmm hhh hhh", wajah Riri sangat menunjukkan wajah sange, sedang terangsang berat. Matanya sayu, bibirnya setengah terbuka dan ada air lius menetes dari mulut Riri. Karjo mengangkat tubuh Riri yang memang sudah pasrah dan tak berdaya.



Akhirnya bisa terlihat juga batang kejantanan Asep yang sedari tadi 'disembunyikan' oleh vagina Riri. Batang penis Asep berkilau-kilau karena basah terkena siraman cairan vagina Riri. Karjo mengajak Riri tidur di lantai, berhadap-hadapan. Tanpa basa-basi, Karjo langsung menyabet bibir Riri. Karjo mengulum bibir Riri penuh nafsu, lidahnya juga sibuk mengobok-obok rongga mulut Riri. Bidadari cantik itu pasrah tapi tetap membalas cipokan dan belitan lidah Karjo. Asep sudah berada di belakang Riri, meremas-remas pantat Riri dengan gemas dan mengendus-endus aroma tubuh Riri dari belakang. Asep menggesek-gesekkan penisnya ke belahan pantat Riri. Karjo mengangkat kaki kanan Riri menjulang ke atas sehingga tubuh bagian bawah Riri terbuka dan sudah dapat 'diakses' kembali. Tanpa buang-buang waktu, masing-masing Asep dan Karjo langsung 'menyelipkan' tongkat mereka ke pantat dan vagina Riri, mengait tubuh gadis belia itu lagi agar tidak bisa kemana-mana. Penis kedua pria tua itu pun mulai menggosok-gosok kedua lubang Riri yang membuat Riri mulai keenakan lagi.



Asep dan Karjo yang memang sudah biasa mengeroyok Lina tidak terlalu sulit menggenjot Riri dalam posisi ini. Sungguh baru kali ini Riri merasakan kenikmatan luar biasa dan perasaan pasrah ke kedua pria yang sedang menggenjotnya. Sementara Riri sedang pasrah dan keenakan menerima gempuran pada pantat dan kemaluannya dan Lina yang bercinta penuh nafsu dengan Malih, Intan sibuk mengerjai Moniq. Intan menyuruh temannya yang imut itu untuk menjilati kakinya. Moniq melakukannya dengan baik. Intan memang senang sekali mengerjai Moniq, menjadikannya sebagai mainan sexnya. Dan namanya bukan Moniq kalau tak suka jika disiksa. Dia malah suka 'disiksa' oleh temannya yang manis itu. Moniq memang lebih dekat ke Intan. Intan yang 'jail' dan Moniq yang 'penurut' menjadikan mereka berdua sahabat yang cocok. Tak jarang Moniq menginap di rumah Intan hanya untuk menjadi 'hewan peliharaan' bagi temannya yang eksibisionis itu. Intan bahkan punya tali kekang sendiri untuk Moniq.

Intan


Kalau rumahnya sepi, Intan sering mengajak Moniq jalan-jalan di dalam rumahnya dengan Moniq mengenakan tali kekangnya. Intan juga sering iseng mengoleskan balsem panas ke payudara atau bibir vagina Moniq membuat Moniq mengeluh-eluh kepanasan dan membut Intan cekikikan geli. Meskipun terdengar agak sadis, Intan sangat protektif terhadap Moniq. Jika Moniq sedih karena cowok, Intan langsung melabrak cowok itu. Walau Intan memang suka 'mengusili' Moniq, tapi dia merasa seperti menjadi kakaknya, harus melindungi Moniq. Moniq pun juga merasa seperti itu, Intan sudah seperti kakaknya sendiri. Oleh karena perasaan sayang dan gairah yang muncul itu, Intan dan Moniq bisa bercinta semalaman suntuk. Mereka memang sama-sama perempuan, namun mereka begitu mesra sekali jika di atas ranjang. Saling mencumbu, memeluk, merangkul, membelai, dan menjilat vagina untuk waktu yang bisa cukup lama. Desahan, lenguhan, erangan, lirihan, kecipak air, suara tepokan, dan nafas yang memburu memenuhi ruangan itu.



Aroma sex begitu kental tercium di ruangan itu. Salah satu ruangan di villa Lina yang sekarang telah menjadi medan 'pertempuran'. Sex live show yang begitu lengkap ada di sana. Ada seorang gadis cantik yang sedang bercinta penuh gairah dengan seorang pria tua, ada 2 orang dara cantik sedang mengeksplorasi tubuh satu sama lain, dan juga ada seorang gadis belia yang terus bolak-balik, kadang tidur menyamping ke kanan dan kadang tidur menyamping ke kiri, agar kedua pria tua yang sedang mencabulinya bisa bergantian 'menjajaki' vagina dan anusnya.

"aaahh aaahh Paaakhh Paaakhh PAAAKKHHHH !!!!".

"NOONNHHH !!!". Lina dan Malih sama-sama mengerang. Tubuh Lina mengejang, kedua kakinya mengekang pinggang Malih erat. Sebenarnya Malih ingin mencabut penisnya dari vagina Lina, dia tak ingin menyemprotkan air maninya di dalam rahim Lina. Namun sepertinya mahasiswi cantik itu malah ingin merasakan liang vaginanya disembur oleh penis Malih, terlihat dari kedua kakinya yang melingkar semakin kencang di pinggang Malih.



"UUUHHHH OOOOOKKHHHH !!!!", lenguh Malih. Sadar tak punya 'jalan' lain, Malih menghantamkan penisnya sampai mentok di rahim Lina.

"emm mm mm", tubuh Lina berkedut-kedut setiap kali penis Malih menembakkan spermanya mengenai pangkal liang vagina Lina. Lina merasa liang vaginanya menjadi hangat dan nyaman. Penis tua Malih menabur benihnya pada rahim Lina. Malih merasa nikmat luar biasa. Tak disangka, di umurnya yang renta, dia malah bisa menyemprotkan air maninya ke dalam rahim seorang gadis belia lainnya selain Riri. Terbesit sebentar di pikiran Malih, bagaimana kalau nanti Riri dan juga Lina hamil olehnya. Kalau benar-benar terjadi berarti nantinya Malih akan mempunyai anak dari 2 istri yang begitu cantik, seksi, dan masih muda. Oh, Malih langsung berimajinasi, jikalau benar itu semua terjadi, sisa umurnya akan terasa begitu nikmat, mempunyai istri 2 orang cantik yang akan melayani, memanjakan, dan menyediakan 'kehangatan' untuknya setiap hari serta akan memberikan keturunan yang baik.



"non Lina...ma...maaaf...", ucap Malih dengan nada agak menyesal. Pria tua itu takut Lina marah. Lina malah tersenyum sambil menggelengkan kepala. Dia tahu Malih minta maaf untuk apa. Tapi, memang dia sendiri yang menginginkannya, jadi tak mungkin kalau dia marah. Lina malah merangkul Malih dan mengajaknya berciuman.

"uummhh emmmhhh". Kali ini ciuman mereka berdua lembut, mesra, dan penuh perasaan. Penis Malih belum terlalu mengendur sehingga masih bisa mengait vagina Lina. Mereka kelihatan sangat menikmati dan meresapi keintiman mereka setelah tadi sudah mengekspresikan nafsu mereka dengan bercinta sangat 'panas'. Akhirnya Lina bisa mengerti kenapa sahabatnya, Riri, sangat mencintai pria tua yang sedang berciuman dengannya itu. Selain keperkasaan dan kejantanan, Malih punya kharisma tersendiri yang membuat Lina merasa nyaman sekali. Meski Lina pernah digilir seharian penuh oleh beberapa kali, namun rasanya pergumulan dengan Malih barusan benar-benar sangat nikmat, mengalahkan semua pengalaman sexnya.



Lina tak heran lagi kenapa sahabatnya Riri begitu kecanduan ditiduri Malih. Dia sendiri telah merasakan 'sesuatu' dari Malih yang tak pernah ia temukan di pria lain, namun Lina sendiri tak bisa menjelaskan apa itu.

"OOOKKHH NOOONNHHH !!!". Asep dan Karjo tengah menodong Riri lagi dengan 'senapan' mereka. Bidadari cantik itu kini bersimpuh lagi di tengah-tengah 2 pejantan buruk rupa itu, mengulum kemaluan yang satu sambil mengocok kemaluan yang satunya lagi. Asep dan Karjo sudah puas 'menggasak' anus dan kemaluan Riri, jadi mereka sudah mengeluarkan 'onderdil' mereka masing-masing dari tubuh Riri dan tengah langkah terakhir untuk menuju orgasme. Kalau tidak ada perjanjian, mungkin mereka berdua sudah seenaknya membuang air maninya di dalam rahim Riri. Apa boleh buat, jika mereka melanggar, Lina akan melarang mereka datang lagi dan tentu tak bisa menikmati tubuh bidadari-bidadari itu lagi selamanya. Jadi, Asep dan Karyo pun memutuskan untuk membuat wajah cantik Riri belepotan dengan cairan putih nan kental milik mereka.



"crooot ! croott !! croottt !!!". Penis Karjo yang memulai rangkaian 'penembakan' terhadap wajah Riri, diikuti oleh Asep. Kedua penis itu pun 'memberondongi' wajah Riri dengan sperma. Riri hanya bisa menutup mata, membuka mulutnya, dan pasrah menerima semburan demi semburan sperma di wajahnya. Tak beberapa lama, 'badai' sperma pun berhenti menerpa wajah Riri. Asep dan Karjo mengelus-eluskan penisnya ke wajah Riri untuk meratakan sperma agar menutupi seluruh wajah Riri. Dan tak lupa mereka memasukkan penis mereka ke dalam mulut Riri untuk dibersihkan oleh gadis cantik itu. Asep dan Karjo puas sekali melihat wajah Riri belepotan sperma.

"makasih yaa, non. kalau non Riri ketagihan kita keroyok, kita siap kok hehehehe".

"iya, non, nggak usah malu-malu. HAHAHA !!!". Asep dan Karjo pun meninggalkan Riri dan mendekati Malih yang tepar di samping Lina.

"gimana, Pak ? capek dikeroyok non Lina, non Moniq sama non Intan ?".

"hhh...iyaa...", jawab Malih.



Memang benar sangat melelahkan karena dia baru saja maraton sex dengan 3 gadis belia yang semuanya cantik dan seksi, membuat Malih menggunakan energi maksimal saat menggenjot ketiganya dan itu membuat Malih kepayahan sekarang.

"makasih Pak udah ngebolehin kita genjot non Riri. hehehe".

"iye, Pak. kita gak penasaran lagi. HAHAHA", ucap Karjo seraya ke dapur.

"sekali lagi. terima kasih, Pak". Asep pun pergi ke dapur juga. Mungkin mereka haus. Asep dan Karjo tentu kelihatan segar, mereka berdua hanya melawan Riri. Sedangkan, Malih harus menghadapi Intan, Lina, dan Moniq yang semuanya 'garang' saat bergumul. Malih hanya tersenyum saat Intan dan Moniq tersenyum kepadanya seraya berlalu pergi ke arah dapur. Malih pun mendekati Riri yang tidur lemas di lantai namun masih terjaga. Wajahnya belepotan dengan cairan putih, terlihat berkilau-kilau terkena cahaya. Malih tidak berjalan namun merangkak karena dia malas untuk bangun.

"non Riri. nggak apa-apa ?", tanya Malih cukup khawatir.



"nggak..apa...apa, Pak...", jawab Riri tersenyum.

"maaf non. Bapak udah nyuruh non Riri gituan sama Asep n' Karjo...".

"nggak..apa..apa, Pak", jawab Riri sama seperti sebelumnya. Tapi senyuman Riri kali ini seperti mengatakan 'tidak apa-apa, aku akan melakukan apapun untuk membuat bapak senang'. Malih pun memeluk Riri. Riri merasa tenang dan nyaman di pelukan Malih meskipun wajahnya terasa semakin lengket. Lina yang sudah cukup 'istirahat' bangun dan melihat Malih dan Riri berpelukan dengan mesra. Mereka kelihatan sangat mesra. Merasa diperhatikan, Malih menengok dan melihat Lina berdiri memandanginya. Lina tersenyum sebelum meninggalkan Riri dan Malih yang masih berpelukan itu.

"Pak...Riri ngantuk...", ucap Riri manja di pelukan Malih.

"yaudah non. ayo kita tidur di kamar..". Malih membantu Riri berdiri dan memapahnya berjalan. Dara putih mulus itu terlalu lemas untuk bisa berjalan sendiri. Pemandangan yang tak akan mungkin bisa dilihat sehari-hari. Seorang pria tua memapah seorang gadis muda untuk berjalan dan keduanya dalam keadaan telanjang bulat.



Untuk naik ke lantai atas harus melewati dapur. Malih tak percaya apa yang terjadi di dapur. Seperti sedang menonton film porno, Intan dan Moniq sedang berpegangan pada meja, keduanya mendesah dan berteriak keenakan disodomi dari belakang oleh Karjo dan Asep. Sementara Lina berdiri di antara kedua penjaga vila yang sudah tua renta itu. Dara cantik bertubuh bagai model itu membuka mulutnya dan membiarkan Asep dan Karjo mencipoknya bergantian. Benar-benar gila ! . Benar-benar ada yang salah dengan gadis-gadis cantik ini, pikir Malih. Gadis-gadis belia ini memang mempunyai wajah cantik dan tubuh indah nan sexy namun kenapa mereka bertiga sangat ketagihan disetubuhi. Apalagi mereka bertiga kelihatan senang dan bergairah sekali, dicabuli oleh 2 pria yang sudah tua dan jelek seperti Asep dan Karjo yang sebenarnya untuk sekedar berbicara dengan ketiga bidadari itu saja rasanya tidak pantas. Pasti ada yang salah dengan mereka bertiga.



Malih tak terlalu mengindahkan mereka, tujuannya hanya untuk membantu Riri berjalan ke kamar sebab dia merasa bersalah juga. Karena dia, Riri sampai seperti ini. Hanya karena keegoisannya sendiri ingin merasakan kenikmatan tubuh Lina, Intan, dan Moniq, membuat Riri harus bergumul dengan 2 pria sekaligus. Malih menggendong bidadari cantiknya sebelum menaiki tangga. Pejantan tua itu menggendong 'betina'nya sampai ke kamar.

"Pak...Riri mau ke kamar mandi...".

"oh iya, non...".

"biar Riri jalan sendiri ke kamar mandi...", pinta Riri. Malih menurunkan Riri. Gadis cantik itu berjalan pelan ke kamar mandi dan menutup pintu. Malih duduk di tepi ranjang. Dia merasa khawatir. Riri kelihatan masih lemas, takutnya kenapa-kenapa di kamar mandi. Dan tak biasanya Riri menutup pintu kamar mandi. Tapi, rasa cemas Malih langsung hilang saat Riri keluar dari kamar mandi dengan wajahnya yang kelihatan segar. Sepertinya dia baru mencuci muka dan membasuh tubuhnya karena kelihatan segar dan wangi kembali.



Riri berdiri di depan Malih dan memegangi kepalanya. Beda sekali dengan Riri yang tadi.

"non Riri mandi ya ?".

"iyaa, Pak...".

"hmm...pantes seger...". Dari yang perasaan iba dan bersalah, Malih merasa bernafsu dan terangsang lagi. Aroma tubuh Riri yang segar dan harum sehabis mandi memang selalu membangkitkan nafsu Malih. Penis Malih yang tadi lunglai kini mulai bereaksi. Apalagi Riri yang sama sekali tak mengenakan sehelai benang pun. Aroma vagina Riri sungguh membangkitkan 'selera' Malih.

"cuupphh cuuphh cuupphh". Malih menciumi perut Riri dan sesekali menjilati pusar Riri. Dara cantik itu tentu tahu kalau Malih sudah bernafsu lagi. Meskipun merasa capek luar biasa, tapi Riri kelihatan tidak keberatan andaikan ia harus melayani nafsu Malih. Riri membiarkan pria tua itu menciumi dan menjilati perutnya, merangsang gairahnya untuk bercinta. Bidadari itu kagum dengan lelaki tua itu. Baru selesai menggumuli ketiga temannya, namun supirnya itu sudah berhasrat untuk bercinta lagi. Tentu Riri akan melayani pejantannya itu.



Riri tidak mau menyinggung tentang apa yang tadi terjadi. Dia tidak mau bertanya ke Malih apakah enak bersetubuh dengan Lina, Intan, dan Moniq karena dia takut ditanya balik sebab Riri akui dalam hatinya kalau dikeroyok Asep dan Karjo benar-benar sangat nikmat. Begitu pula dengan Malih. Keduanya tak mau menyinggung tentang tadi, yang penting mereka sangat amat ingin bercinta dan meleburkan alat kelamin mereka menjadi satu.

"emmm", Riri mulai mendesah saat pangkal paha kirinya dijilati Malih.

"non Riri capek nggak ?".

"nggak, Pak....", jawab Riri sambil mengulum bibir bawahnya.

"gimana kalo sebelum tidur..kita...", Malih menjepit jempolnya di antara telunjuk dan jari tengahnya.

"em mm...", Riri mengangguk, bibir dan tatapan matanya sangat nakal. Malih tersenyum, dia sudah tahu kalau majikannya yang cantik itu tak akan menolak digumulinya karena dia memang tak pernah mengatakan tidak kalau diajak bercinta.

"ceeepphhhhh".

"mmmmmhhhh". Malih pun langsung membenamkan wajahnya ke selangkangan Riri dan mencumbui serta menjilati kemaluan Riri.



Malih menyerbu vagina Riri dengan sangat ganas dan gencar seolah tak ada hari esok untuk bisa menyantap kemaluan Riri yang harum itu. Desahan-desahan pun memenuhi kamar Riri. Tak disangka, setelah berhubungan intim dengan orang lain, keduanya malah sangat bergairah dan penuh nafsu. Riri dan Malih bercinta dan bergumul dengan sangat 'panas', birahi mereka meluap-luap tak terbendung. Erangan dan teriakan Riri jadi salah satu tanda kalau nafsu dara cantik dan pejantan tua itu benar-benar sangat menggelora. Malih benar-benar 'membajak' dan 'menjajah' tubuh Riri dengan penuh nafsu sampai akhirnya berakhir dengan air mani Malih menggenangi rahim Riri. Mereka berdua puas telah melampiaskan nafsu mereka. Riri memeluk Malih dengan mesra, keduanya tidur dalam keadaan bertelanjang bulat. AC kamar memang dingin, namun selimut yang menutupi tubuh mereka dan tubuh mereka sendiri satu sama lain rasanya cukup memberikan kehangatan meskipun mereka tidur dalam keadaan bugil.



Malih merangkul Riri ke pelukannya. Gadis cantik itu sudah tertidur seraya memeluk Malih. Sambil mencoba untuk tidur, Malih pun berpikir betapa enaknya kehidupannya sekarang. Kehidupan memang seperti roda. Saat di bawah, kehidupan rasanya benar-benar terpuruk, membuat putus asa, dan ingin cepat-cepat mati saja, tapi saat di atas, kehidupan terasa manis, enak, dan ingin hidup selamanya. Dari yang tadinya Malih hidup sendiri dan harus bekerja keras mengangkut sampah orang setiap hari hanya untuk makan sehari-hari, sekarang pria tua itu tinggal dengan gadis belia yang cantik jelita yang tak pernah sekalipun menolak jika diajak bercinta dan Malih juga bisa makan enak, minimal telor ceplok, setiap harinya.

"tok tok tok !!". Malih ingin membuka pintu tapi takut membuat Riri terbangun.

"nggak dikunci...", jawab Malih agak berbisik. Malih cukup kaget melihat siapa yang membuka pintu. Ternyata Lina, dengan tak sehelai benang pun menutupi tubuh indahnya itu.

"Lina boleh numpang tidur di sini nggak, Pak ?".

"bo...boleh, non...". Ini memang vila Lina, jadi tak mungkin Malih melarang Lina. Lagipula, Lina datang dengan telanjang bulat, mana mungkin Malih mengatakan tidak. Lina tersenyum seraya mendekati Malih. Dia naik ke atas ranjang dan ikut masuk ke dalam selimut. Lina mengarahkan tangan Malih untuk merangkul tubuhnya, lalu dia memeluk Malih dan menindih kaki kiri Malih dengan kaki kirinya, persis seperti Riri. Hati Malih berdegup kencang, dag dig dug.

"kok Pak Malih belum tidur ?", tanya Lina berbisik ke Malih.

"belum ngantuk, non...", Malih merasa grogi. Malih sendiri kenapa ia grogi, bukankah tadi ia telah merasakan kenikmatan dari tubuh gadis yang ada di samping kirinya. Mungkin karena Malih belum pernah merasakan tidur bugil dengan dipeluk 2 bidadari cantik sebelumnya. Biasanya ia hanya tidur 'polos' dengan Riri, tapi sekarang ada Lina juga. Mungkin itu yang membuat Malih menjadi gugup dan grogi.

"oh belum ngantuk...".

"kalau non Lina ?".



"udah ngantuk tapi Lina nggak betah tidur sendiri...".

"oh..".

"emm...". Lina seperti gemas, dia memperat pelukannya ke Malih. Terlihat seperti kedua dara cantik itu tak ingin melepaskan Malih.

"Pak Malih....ngaceng yaa ?". Lina memperhatikan tonjolan yang mencuat di sekitar selangkangan Malih.

"ha..emm..". Tanpa malu-malu, Lina merogoh ke dalam selimut, meraba-raba selangkangan Malih.

"emm bener...punya Pak Malih berdiri lagi...gara-gara Lina yaa ?".

"ha emm ng...". Malih seperti orang bloon menghadapi Lina yang sangat agresif. Dia tidak tahu cara menghadapi gadis cantik yang begitu agresif dan nakal seperti Lina. Meskipun ia bisa 'garang' kalau Riri mulai agresif dan berlaku nakal, tapi sekarang Malih seperti kembali menjadi perjaka yang canggung terhadap cewek. Lina mengenggam batang keras Malih dan mengocoknya sebentar lalu Lina langsung masuk ke dalam selimut. Berikutnya, Malih merasakan benda hangat yang lunak mengelus-elus batangnya.

"mmmmhhh....", Malih menahan desahnya.



"ccpphh cpphh". Selimut naik turun seiring gerakan kepala Lina. Sebab, bidadari cantik itu tengah mengocok alat kelamin Malih dengan mulutnya. Sungguh nikmat sekali rasanya.

"ooohhhhh....", Malih tak bisa menahan lagi, desahannya keluar.

"emmm ?". Riri pun terbangun.

"kenapa, Pak ?", tanya Riri masih mengumpulkan kesadarannya. Tapi, ia segera sadar, ada orang lain di selangkangan Malih setelah tangannya mendekati perut Malih.

"Lina ya, Pak ?", tebak Riri.

"i..iiyaahh nonnhhh....ooohhh".

"Lina ! gangguin Pak Malih mau tidur aja !", canda Riri pura-pura marah, ia juga ikut masuk ke dalam selimut. Dan selanjutnya, yang terdengar hanya bunyi kecupan dan sedotan saja dari dalam selimut. Riri ikut bergabung bersama Lina untuk mengulum kemaluan Malih. Pantas Malih merasa nikmatnya lebih dahsyat dari sebelumnya. Dua sapuan lidah menjalari sekujur 'onderdil'nya, tak cuma batang tapi juga pelirnya. Malih merasakan sensasi liar, dia tidak tahu apa yang diperbuat kedua bidadari cantik itu terhadap tongkatnya karena tertutup oleh selimut, tapi yang pasti rasanya sungguh nikmat.



"oohh uuuhh mmmhhh uuhhh", Malih begitu gelagapan karena nikmatnya sungguh luar biasa. Riri yang memang sangat piawai dan juga terbiasa menggunakan lidahnya untuk 'membelai' penis Malih ditambah Lina yang sangat jago dalam hal menyedot dan menghisap kemaluan pria adalah duo ahli oral seks yang akan membuat semua pria manapun tak bisa lama-lama menahan ejakulasinya, tak terkecuali Malih. Dia mati-matian menahan air mani yang rasanya sudah di 'pelupuk' penisnya. Tapi, sudah tak bisa dibendung lagi.

"OOOOKKHHHHH !!!!!". Malih merasa kehangatan sekejap pada batang penisnya selama 'ledakan' lahar putih terus keluar dari penisnya dan kehangatan itu hilang setelah burungnya tak 'muntah' lagi. Sepertinya, salah satu dari Riri atau Lina, menggunakan mulutnya untuk menampung sperma Malih. Malih berkedut-kedut sedikit ngilu karena lidah kedua gadis itu tetap nakal menjalari batangnya. Tapi, tak lama kemudian, mereka berdua keluar dari dalam selimut.



Riri dan Lina tersenyum, terlihat noda putih di sela-sela bibir Lina. Sepertinya Lina yang meneguk habis spermanya, pikir Malih. Tanpa ba bi bu, Riri dan Lina kembali memeluk Malih dan memejamkan mata untuk tidur seperti tak terjadi apa-apa. Malih hanya bisa merangkul dua dara cantik itu dan juga lama kelamaan mengantuk. Penisnya juga sudah 'tidur', habis disedot isinya oleh 2 'setan' cantik yang sangat nakal dan binal. Meski mengantuk dan sudah akan tertidur, di dalam hatinya, Malih berteriak, MANCAP !!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar