Sabtu, 31 Mei 2014

Cincin Perawan 5


Ayu
Semenjak pertemuan dengan Pak Tanba, Ayu memang seperti mendapatkan pengalaman seksual baru. Dari seorang gadis lugu yang belum mendapatkan pengalaman seksual, Ayu kini menjadi tahu bagaimana berhubungan seksual.  Sudah tiga bulan berturut-turut ia dan Pak Tanba menjalin hubungan. Terlebih setelah mendapat restu dari istrinya, hubungan mereka berdua semakin intens dan kerap berhubungan seksual , baik di rumah Ayu ataupun di rumah Pak Tanba.
Namun, meski mendapat restu, Ayu dan Pak Tanba masih sepakat menyembunyikan hubungan mereka dari anak-anak Pak Tanba. Akan tetapi setelah 3 bulan, Ayu merasa ingin menjajal sebuah pengalaman baru. Toh ia masih menyimpan cincin perawan yang terbukti ampuh menjaga kerapatan vaginanya. Dalam hatinya, Ayu ingin mencobanya dengan lelaki lain. Tidak mudah memang, karena Pak Tanba sudah menetapkan standar tinggi bagi pengalaman seksual Ayu. Pak Tanba yang amat perkasa sudah amat memuaskan gadis cantik ini. Namun Ayu masih belum menemukan lelaki yang tepat menuturnya. Sampai suatu ketika Ayu bertemu dengan sesosok pemuda yang membuat gairah seksualnya kembali. Pada suatu siang ketika Ayu sedang berada di sebuah wilayah perkantoran dekat kampusnya, gadis ini hendak mengunjungi kantor ayahnya. Sesudah memarkirkan mobilnya, ia keluar dari mobil dan berjalan menuju kantor sang ayah. Seketika mata Ayu menangkap sesosok pemuda berusia sekitar 28 tahun yang sedang mengatur parkir mobil. Ia mengenali sang pemuda itu. Bertinggi sekitar 178 cm, berkulit hitam layaknya pria dari Papua, bercelana jeans rombeng, memakai kaus tanpa lengan yang memperlihatkan sebuah tato berlambang tengkorak di lengan kirinya. Pemuda ini berbadan agak gempal dan berpotongan rambut pendek ala tentara. Ia mengenali pemuda ini. Bekas kakak tingkatnya di kampus dan pernah beberapa kali membimbingnya dalam mengerjakan tugas kampus. Ayu sekilas tidak yakin apakah benar ia kakak tingkat kampusnya. Bila itu benar dia, mana mungkin ia berada di tempat parkir dan berprofesi sebagai tukang parkir. Karena setaunya, pemuda ini pintar, terutama di mata kuliah statistik. Karena penasaran, Ayu memutuskan untuk menegurnya.

“ Bang Petrus?” Ayu menegur dengan sedikit ragu.

Ternyata benar. Lelaki ini menoleh. Wajahnya yang khas Papua sekarang sedikit lusuh. Kulit hitamnya berkeringat karena memang udara sedang panas terik. Pemuda bernama Petrus ini mencoba mengamati Ayu dan ia kemudian tersenyum.

“ Eh, Ayu. Ngapain di sini?” tanyanya.

“Lah . Bang Petrus juga ngapain di sini? Udah lama banget nggak ngeliat abang di kampus,” Jawab Ayu ramah.

Petrus kemudian menghampiri Ayu. Ia menjabat tangan si gadis dengan tangan kekar dan kasarnya.

“ Apa kabar Ayu? Iya nih Abang terpaksa drop out karena emang nggak ada biaya. Taulah uang kuliah mahal dan hidup di Jakarta ini mahal. Terpaksa Abang keluar dulu dari kampus. Eh di sini panas. Kita menepi dululah di tempat teduh, “ ajak Petrus.

 

Mereka kemudian menepi mencari tempat teduh di sekitar wilayah perkantoran di wilayah Kuningan itu. Sembari berdiri mereka ngobrol. Petrus kemudian mengeluarkan rokok dari kantung celananya dan merokok.

“ Eh nggak apa-apa kan kalo Abang merokok?” Tanya Petrus.

“ Nggak apa-apa Bang, “ jawab Ayu.

Ayu mengamati sosok Petrus. Ia tidak berubah, hanya sedikit kurus. Badannya masih kekar seperti dulu dengan tulang yang besar dan kuat, seperti layaknya lelaki Papua lain. Mereka lalu ngobrol.

“ Kenapa Abang keluar dari kampus? Abang itu pintar dan cerdas. Kalo nggak keberatan, Ayu mau mendengarkan. Abang dulu suka membantu Ayu soalnya, “ ujar Ayu tersenyum manis.

“ Ah panjang Ayu ceritanya. Ayu keliatan sibuk. Ayu masih nggak berubah. Nambah cantik aja, “ ujar Petrus.

“ Ah abang bisa aja, “ jawab Ayu sambil tersipu malu.

“ Hahaha.. tambah cantik aja kalo malu gitu. Ayu sekarang udah mulai skripsi?” Tanya Petrus.

“ Iya nih bang. Makanya Ayu mau ke kantor Ayah. Mau magang gitu, “ jawab Ayu.

“ OH kantor bokapmu di sini?” Tanya Petrus.

“ Iya bang. **** (nama PT) di lantai 10, “ ujar Ayu.

“ Ooh di situ. Perusahaan gede tuh, “ jawab Petrus.

“ Umm gini aja. Ayu ke kantor ayah Ayu sebentar. Terus nanti Ayu ke sini lagi ngobrol. Bang Petrus di sini aja kan? “ Tanya Ayu.

“ Oh iya.. Kantorku kan di sini. Hahaha” jawab Petrus bercanda.

“ hahahaha.. oke Ayu ke kantor Ayah sebentar ya, “ Tanya Ayu.

Ayu pun ke kantor ayahnya. Sekitar satu setengah jam kemudian sekitar pukul 14:00, Ayu kembali menghampiri Petrus. Ayu mengajak Petrus makan siang sekalian. Awalnya Petrus menolak karena malu, tapi kemudian ia pun menuruti ajakan bekas adik tingkatnya itu. Sembari makan di sebuah restoran Padang, mereka pun mengobrol banyak. Petrus bercerita banyak hal. Mulai dari meninggalnya sang Ayah, hingga ia sempat terjebak perdagangan ganja dan hampir tertangkap.  Petrus kemudian juga sempat menjadi pemusik dan mengisi di beberapa acara. Ayu tahu memang bahwa Petrus bisa bermain gitar dan alat musik, karena sering mengisi acara gerejanya. Petrus pun sempat bercerita bahwa ia pernah menghamili salah satu rekan kostnya. Meski Petrus ingin bertanggung jawab, namun orang tua si perempuan tidak setuju dengan asal Petrus, agamanya dan juga tidak jelasnya pekerjaan Petrus. Petrus mengaku sempat merasa frustasi dengan hal ini dan lari ke minum-minuman. Sampai suatu ketika ia kemudian bertemu dengan rekan-rekannya yang sesama Papua dan kemudian diajak untuk bekerja serabutan. Jadi tukang parkir dan juga berjualan pulsa, serta mengurus warnet di dekat kostnya sekarang. Jadi Petrus sekarang tinggal di sebuah kost yang di depannya dijadikan warnet. Petrus tinggal bersama seorang rekannya di sana. Ayu pun bercerita mengenai dirinya. Tentunya ia tidak menceritakan tentang Pak Tanba dan cincin perawan. Obrolan antara Petrus dan Ayu berlangsung seru. Selama hampir dua jam mereka mengobrol seru  dan sesekali diselingi canda. Ayu mengagumi kisah hidup Petrus, yang meskipun keras dan susah, tapi tetap dijalaninya dengan tawa. Karena perjuangan keras Petrus, kini pemuda Papua berusia 28 tahun ini tampak lebih tua dari usia yang sebenarnya.

 

Petrus
“ Bang, nggak kena marah nih ngobrol dengan Ayu? Kan Abang kudu jagain parkir?” Tanya Ayu di tengah obrolan mereka.

“ Ah nggak kok Ayu. Tadi aku sudah minta gantiin karena bertemu dengan teman lama, “ sergah Petrus.

“ oo..” jawab Ayu.

“ Ayu dari dulu Abang kagum sama Ayu. Cantik, menarik, pintar, tapi tidak pernah pilih-plih pergaulan dan ramah sama siapa saja dan baik. Sekarang aja Abang ditraktir makan. Hahahaha” ucap Petrus.

“ ah Abang bisa aja mujinya. Abang juga baik dan sering banget bantu Ayu. “ Jawab Ayu.

“ Hahaha.. Eh tau nggak? Dari dulu Ayu itu ngetop banget di kampus. Banyak mahasiswa yang ingin deketin Ayu. Abang juga sih.. Hahaha.. tapi yah nggak mungkinlah, “ cerocos Petrus.

“ Lah nggak mungkin kenapa, Bang?” Tanya Ayu.

“ Iya nggak mungkinlah. Liat kondisi abang kayak apa. Abang tau dirilah. Apalagi cowok Papua sering dianggap nggak bener, “ jawab Petrus.

“ Hahaha… kalo emang banyak yang suka sama Ayu, buktinya Ayu sampe sekarang masih jomblo, “ sergah Ayu berbohong. Ayu tidak mungkin bercerita bahwa ia sekarang menjadi perempuan selingkuhan seorang supir taksi paruh baya asal Ambon.

“ Hah? Nggak mungkinlah, “ jawab Petrus

“ beneran bang.. Lagian susah sih cari cowok yang nyambung, humoris dan pinter. Kayak Bang Petrus, “ ujar Ayu sedikit menggoda.

“ Hahaha.. nggak usah sama cowok kayak abang, Ayu. Pait, “ sergah Petrus.

“ Hahaha emang Bang Petrus kayak jamu? Pait, “ jawab Ayu.

Mereka berdua masih melanjutkan obrolan dan gurauan bak dua sahabat yang sudah lama tidak ngobrol. Sampai ketika kemudian mereka memutuskan mengakhiri obrolan, mereka berdua berdiri sambil Ayu membayar makanan. Ayu mengamati Petrus sekilas. Tanpa sengaja, pandangannya tertumbuk pada bongkahan di balik celana jeans Petrus. Ia bisa melihat bahwa ada gembungan yang menandakan ukuran kemaluan Petrus. Mendadak Ayu bergetar. Pikirannya langsung menerawang.

“ Ayu kenapa?” Tanya Petrus.

“ Oh nggak apa-apa Bang. Ayu Cuma berpikir sejenak, “ jawab Ayu buru-buru, sedikit jengah karena ia melamun membayangkan sesuatu yang liar.

Ketika mereka berada di luar restoran, Ayu memberanikan diri meminta kontak Petrus.

“ Bang, Ayu boleh minta nomor telepon Bang Petrus? Supaya tetap saling kontak dan jaga silaurahmi bang, “ tanya Ayu beralibi.

“ Ohh tentu. Tentu. Abang senang bisa ketemu lagi sama Ayu. Yah, tapi harap maklum aja kondisi Abang sekarang, “ ujar Petrus.

“ Ah bang ini kenapa sih? Kan kita temenan, “ ujar Ayu sembari sedikit merajuk.

Mereka lalu bertukar nomor telepon dan berpisah dengan janji untuk saling mengabari.

 

Ayu pun  kemudian segera kembali ke mobil dan menuju rumahnya. Entah kenapa Ayu merasakan getaran yang pernah ia rasakan sewaktu bertemu dengan Pak Tanba untuk pertama kalinya. Ayu pun teringat pada cincin perawan yang ia kenakan. Dan benar warna batu cincin itu berubah. Apakah Ayu akan menyerahkan keperawanan keduanya pada Petrus? Membayangkan hal itu membuat Ayu mendadak terangsang. Kemacetan lalu lintas Jakarta, membuat Ayu kemudian berpikir untuk mengirim sms kepada Petrus.

 “Bang Petrus. Senang bertemu kembali dengan Abang. Nanti kita ketemu lagi ya, “  ujar Ayu dalam sms-nya.

Ayu menunggu sekitar 30 menit belum ada balasan. Saat sedang mengemudi, Ayu mendengar hapenya berbunyi dan ada pesan masuk dari Petrus.

“ Sama-sama Ayu. Abang jg nggak nyangka ketemu Ayu lagi. Iya nanti kita ketemu lagi, “ jawab sms Petrus.

Ayu tersenyum. Ia merasa hidupnya tambah bergairah.

 

######################

 

Sejak pertemuan pertama Ayu dengan Petrus setelah sekian lama, keduanya menjalin hubungan akrab. Mereka kerap bertemu dan saling telepon. Tentu saja Ayu melakukan hal ini tanpa sepengetahuan Pak Tanba. Ayu hampir setiap hari bertemu Petrus dan mengobrol di tempat parkir, dan juga beberapa kali makan bareng. Petrus selalu menolak saat Ayu memutuskan untuk membayari makan mereka. Akhirnya mereka berjanji untuk bergantian menraktir. Ayu pun tidak segan-segan dan sungkan makan di warteg atau jajanan pinggir jalan, saat bersama Petrus. Mereka mengobrol dengan seru. Hubungan mereka berjalan tak terasa telah tiga minggu. Tentu Ayu mencari waktu selang dari hubungan seksualnya dengan Pak Tanba. Sampai pada pekan ketiga pertemuan Ayu dan Petrus, Pak Tanba mengatakan bahwa ia ingin pulang sejenak ke Ambon untuk bertemu dengan keluarganya di sana setelah puluhan tahun tak kembali. Ayu merasa senang dengan perkembangan ini. Karena Pak Tanba ingin mengunjungi Ambon selama kurang lebih dua pekan bersama anak istrinya. Ayu merasa kesempatan ini bisa dipakainya untuk menjalin hubungan dengan Petrus. Setelah Pak Tanba pergi ke Ambon, Ayu makin intens bertemu dengan Petrus. Sampai suatu hari di hari Jumat, seperti biasa Ayu bertemu dengan Petrus di tempat kerjanya di pelataran parkir perkantoran. Petrus memang bertugas di tempat parkir dari jam 7 hingga pukul 4 sore. Malamnya ia menjaga warnet. Tapi kadang tiap Jumat malam, Petrus bersama temannya sering mendapat job manggung di kafe Wapres di Bulungan. Malam itu, Petrus pun mengatakan bahwa ia akan manggung bersama teman-temannya tepat pukul 20:00 hingga pukul 21:00. Ayu pun mengatakan ia pasti akan datang. Tepat pukul 19:00 Ayu sudah berada di pelataran Wapres Bulungan. Suasana jelang akhir pekan tampak ramai. Ayu sengaja naik taksi ke Bulungan, karena ia tahu suasana pasti ramai. Ayu memakai kemeja bermotifpolkadot hitam dan rok feminim bermotif bunga berwarna biru muda. Rambutnya yang hitam sebahu dihiasi dengan bando bunga. Ayu tampak sangat cantik sekali malam itu. Ayu kemudian menelpon Petrus, menanyakan dimana posisinya.

“ Bang. Ayu sudah di depan Wapres. Abang di  mananya?” Tanya Ayu.

“ Ooh tunggu di depan aja Ayu. Abang sekarang sedang ngeset alat. Tunggu ya, “ jawab Petrus.

Ayu pun berdiri di depan Wapres. Beberapa kali pandangan pria yang masuk ke Wapres tertuju pada Ayu. Gadis ini memang amat sangat cantik dan memukau. Ayu pun kemudian bisa melihat sosok Petrus yang melambaikan tanganya di balik kerumunan orang yang mengumpul di depan pintu masuk Wapres. Ayu melihat Petrus memakai kaos hitam dan celana jeans hitam. Tampak tangannya yang kekar dan berbulu terlihat. Di lengan kirinya masih terlihat tato tengkorak itu. Ayu menghampiri Petrus. Petrus tampak terpukau dengan penampilan Ayu malam itu. Di mata lelaki Papua ini, Ayu terlihat amat cantik dan manis. Petrus tertegun dan tanpa sadar ia jatuh hati, serta terangsang dengan penampilan Ayu.

“ Bang kenapa? Kok ngeliatan Ayu kayak gitu? “ Tanya Ayu menggoda.

“ ngg..nggak.. Kamu cantik sekali malam ini Ayu. Liat aja kamu menonjol sekali di sini. Nggak ada yang secantik kamu.” Ujar Petrus tergagap, namun tulus.

“ Hahaha.. abang bisa aja. Ini kan malam special, pertama kalinya Ayu melihat Bang Petrus tampil. Makanya Ayu pengen tampil cantik, supaya Abang juga semangat, “ jawab Ayu tersenyum manis.

Petrus tersenyum. Hatinya berbunga. Pemuda Papua ini memang merasa selama tiga pekan terakhir sejak pertemuan dan obrolannya dengan Ayu, Petrus merasa hidupnya kembali hidup. Ia menjadi semangat. Ia sadar bahwa perhatian Ayu kepadanya hanyalah sebagai teman. Tidak mungkin Ayu mau berhubungan dengan lelaki sepertinya. Reflek Petrus menggamit tangan Ayu masuk ke Wapres. Suasana di dalam tempat nongrong ini amat ramai. Rupanya band Petrus akan menjadi pembuka sebuah penampilan dari grup band indie yang sudah cukup populer.

 

Sesampainya di dalam, Petrus memperkenalkan Ayu kepada rekan-rekan bandnya. Ada tiga orang lain yang bertindak sebagai vokalis, penabuh drum dan bas. Petrus sendiri bertindak sebagai gitaris. Tiga rekan Petrus sangat antusias bertemu dengan Ayu. Dua di antara mereka adalah juga pemuda papua berusia 28 tahunan. Satunya anak Jakarta yang usianya lebih muda. Satu rekan Petrus yang dipanggil Abe, juga menjadi teman satu kamar kost Petrus.

“ ooh ini toh Ayu. Pacar Petrus. Dia sering ngomongin kamu. Cantik sekali, “ ujar Abe sambil tertawa yang disambung tawa dua rekan lainnya.

Petrus tampak malu.

“ah Siapa yang bilang Ayu pacarku. Dia teman. Ngarang aja kau, “ sergah Petrus tampak malu.

“ hahaha.. Habis setiap cerita sama Ayu, muka Petrus tampak senang sekali. Semangat sekali ia kalo ngomongin kamu Ayu, “ jawab Abe.

Ayu mau tak mau merasa tersipu. Ia malu dan secara reflek memegang lengan Petrus layaknya sepasang kekasih. Petrus tampak kaget dan terkejut dengan reaksi Ayu. Reaksi keduanya makin mengundang gurauan teman-teman Petrus.

“ Ciee.. yang malu-malu.. hahahaha” gurau teman-teman Petrus.

Sebelum manggung, mereka sempat mengobrol sejenak . Beberapa kali Petrus terlihat melirik Ayu yang memang mat cantik malam itu. Setiap Ayu mendapai Petrus melihatnya, lelaki Papua itu mengalihkan pandangan tajamnya. Teman-teman Petrus yang memergoki mereka, tampak semangat mengolok-olok mereka. Saat manggung pun tiba. Petrus dan teman-temannya beraksi secara atraktif memainkan lagu blues dan rock. Ayu tak segan-segan berseru memberi semangat dan tepuk tangan. Gadis ini terpukau dengan penampilan Petrus yang dinilainya amat piawai dan jantan. Keringat membasahi kulit hitam Papuanya, membuatnya maki terlihat seksi. Penampilan Petrus dan band-nya selama satu jam, juga mendapat sambutan hangat dari pengunjung Wapres. Beberapa kali Petrus dan Abe yang menabuh bass, melontarkan seruan politis tentang Papua yang mendapat sambutan meriah. Ayu makin kagum dengan lelaki ini. Seusai penampilan, Petrus dan teman-teman mendapat tepuk tangan meriah dari para pengunjung, termasuk Ayu. Gadis ini lupa dengan Pak Tanba. Ia larut dengan khidupan muda-mudi sebayanya. Petrus dan teman-teman kemudian kembali ke tempat duduk Ayu.

“ Bang, keren banget tadi. Ayu bangga deh, “ ujar Ayu seru sembari bertepuk tangan memberikan acungan jempol kepada Petrus dan teman-temannya.

Petrus tersenyum tampak malu.

“ Cie..cie.. Dipuji dengan pujaan hati,” olok rekan-rekan Petrus.

Mereka lalu menghabiskan waktu mengobrol dan minum-minum. Petrus duduk di sebelah Ayu. Beberapa kali tangan mereka bersentuhan dan mereka tampak malu. Hal ini semakin mengundang olok-olok rekan Petrus. Dua jam tak terasa bagi mereka karena dihabiskan dengan minum dan ngobrol. Jam menunjukkan pukul 11:30 malam.

 

“ Sudah malam nih. Ayu harus pulang kan?” Tanya Petrus.

“ Halah.. ini malam sabtu. Ayu besok libur kan. Masak nyuruh gadis pujaan pulang,” gurau Abe.

“ Ah.. jangan samakan Ayu dengan kita yang kuat begadang. Ayu nanti ditunggu ayah ibunya, “ jelas Petrus serius.

“Oh oke..oke Bos, “ jawab Abe respek.

Ayu tersenyum dan memegang tangan Petrus.

“Nggak apa-apa, Bang, Ayu emang mau pulang nyari taksi, “ ujar Ayu memegang lengan Petrus.

“eh janganlah naik taksi. Kau pakelah motorku Petrus. Antarlah Ayu ke rumahnya. Ayu nggak apa-apa kan naik motor?” Tanya Abe.

“ Hahaha.. tapi ntar ngerepotin, “ sergah Ayu.

“ Nggak kok, Yu. Abe aku pinjam motormu. Aku mau antar Ayu, “ jawab Petrus.

“ Pake aja fren. Antar si Ayu. Ntar kenapa-napa lagi di jalan. Kita sih bentar lagi pulang. Siapa tau ada cewek nyangkut. Hahaha, “ jawab Abe.

Petrus dan Ayu kemudian berjalan ke palataran parkir motor tanpa banyak bicara.

“ Ayu, maafkan tadi bila temen-temenku ada salah bicara, Mereka memang seperti itu, ceplas-ceplos. Maafkan juga kalo si Abe bilang kalo Ayu pacar abang, “ ujar Petrus serius.

“ Nggak kenapa-napa bang. Lah kenapa emangnya kalo Abe nyangka kita pacaran? Nggak salah kok. Ayu senang-senang aja, “ ujar Ayu tersenyum

Petrus pun tersenyum. Mereka berdua pun menaiki motor dan berboncengan. Di tengah jalan Ayu reflek melingkarkan tangannya ke pinggang lelaki Papua itu. Dalam hati Petrus merasa amat girang. Dari Wapres ke rumah Ayu hanya ditempuh dalam waktu 15 menit saja dengan motor, karena Petrus juga mengendarai motor dengan kencang. Sesampainya mereka berdua di depan rumah Ayu, gadis itu turun dari motor. Ia melepaskan helm. Petrus pun melepaskan helmya, namun masih berada di atas motor yang mesinnya sudah dimatikan. Ayu menghampiri Petrus.

“ Makasih bang udah ngaterin Ayu sampe rumah. Ayu juga senang nonton Abang manggung tadi“ ujar Ayu sambil tersenyum manis.

Petrus menyunggingkang senyum. Ia amat terpesona dengan kecantikan Ayu selama ini dan tidak pernah menyangka bahwa suatu saat ia bisa mengobrol dekat, bahkan mengantarnya sampai ke depan rumah. Sesuatu yang selama ini tak pernah berani ia bayangkan.

“ Sama-sama Ayu. Abang juga terima kasih Ayu sudah rela-relain datang dan nonton, “ jawab Petrus.

Lalu sesuatu yang tak pernah disangka Petrus terjadi. Ayu tiba-tiba mendekati Petrus lalu mencium pipi lelaki Papua ini. Petrus kaget tak menyangka dan bercampur senang.

“ Ayu…” ujar Petrus tak menyangka.

 

Ayu tersenyum. Kali ini gadis cantik ini kembali memberanikan diri. Bukan mencium pipi, malah bibir tebal hitam lelaki papua itu. Petrus yang menerima ciuman mendadak itu terkejut, namun tak lama. Ayu kemudian mencium bibir Petrus dengan lembut dan lama, kemudian melumat bibir tebal itu. Seiring Ayu memegang kepala Petrus, ciuman itu semakin dalam. Petrus yang hilang kagetnya kemudian membalas ciuman lembut itu. Lama kelamaan lidah mereka bertemu dan ciuman mereka semakin panas. Namun hanya sekitar dua menit, sebelum kemudian Ayu melepas pagutan dan ciuman itu. Petrus masih kaget dan merasa bermimpi . ekspresi mukanya memperlihatkan hal itu. Ayu tersenyum.

“Ciuman itu sebagai jawaban dari gurauan Abe bahwa kita pacaran, Bang, “ ujar Ayu tersenyum.

Petrus merasa kaget dan tersambar petir dengan pernyataan Ayu. Ia senang, namun kagetnya melebihi kesenangannya.

“ Tapi, Ayu yakin? Abang kan..”

Pernyataan Petrus terpotong dengan ciuman lembut Ayu di bibir hitam tebalnya.

“ Kita jalani aja Bang. Terima kasih malem ini. Abang hati-hati ya pulang, “ ujar Ayu tersenyum sambil menuju pagar rumahnya. Ayu masih menyempatkan diri tersenyum manis pada Petrus, sebelum akhirnya menghilang dari balik pagar.

Petrus masih terpaku. Dia tak menyangka ini bakal kejadian. Tiga tahun lebih tak bertemu Ayu dan saat bertemu, Petrus berada pada kondisi yang menurutnya tidak membanggakan. Kehadiran Ayu selama tiga pekan ini memang membuatnya senang, tapi ia tak menyangka akan dicium oleh mantan adik tingkatnya yang digilai banyak pria. Petrus kemudian memacu motornya kembali ke kostnya. Kostnya masih terlihat sepi, karena Abe belum pulang. Setelah memarkir motor dan mengecek sebentar warnet, Petrus memutuskan untuk menelpon Ayu. Ayu menjawab.

“ Ya bang. Sudah sampe kost?” Tanya Ayu.

“ Iya Ayu.. Ini lagi ngecek warnet sebentar. Warnet kan buka 24 jam. Ayu lagi ngapain?” Tanya Petrus

“ Baru mau mandi bentar bang, terus tidur, “ jawab Ayu.

“ Ayu, abang jujur saja masih kaget dengan ciuman tadi. Jujur Abang seneng sih, tapi nggak nyangka, “ ucap Petrus.

Terdengatr suara ramah Ayu di balik telepon.’

“Kan tadi Ayu udah bilang alasannya, Bang. Tadi Cuma ciuman, ke depannya Ayu akan ngasih semuanya ke Abang. Lahir batin, “ jawab Ayu.

“ Mmm..maksud Ayu?” ujar Petrus bingung.

Ayu tertawa ringan.

“Ah kita jalani aja Bang. Sudah malam, Abang boleh jaga warnet tapi jaga kesehatan ya. Oh iya, besok malam abang nggak punya acara? Kita nonton yok. Hitung-hitung malam mingguan pertama kita, “ ujar Ayu ceria.

Petrus makin bingung dengan perubahan yang amat mendadak ini. Tapi ia senang.

“Abang nggak punya acara apa-apa sih besok. Kalo Ayu pengen nonton, abang mau nemenin,“ jawab Petrus.

“Assyiik.. Sampai ketemu besok ya bang. Kita telpon-telponan lagi. Met kerja lagi bang. Ayu mandi dan tidur dulu ya, “ ucap Ayu.

“ Oke yu.. Selamat tidur” ucap Petrus menutup telpon.

 

Seusainya Petrus masih merasa bingung. Tak lama kemudian Abe, teman sekostnya pun datang dan menyambangi warnet. Petrus pun bercerita tentang apa yang dialaminya dan ajakan Ayu untuk malam mingguan besok. Reaksi Abe pun heboh.

“ waah beruntung kali kau. Anak Papua, kerja serabutan dan drop out kuliah dapet cewek cantik sekelas Ayu. Lagian sudah lebih dari satu setengah tahun lau tidak dekat cewek baik-baik. Selama ini kau main saja sama cewek nakal kalo mau ngewek, “ ujar Abe ceplas-ceplos.

“ Ah sialan kau Be. Masalahnya aku ini respek sekali sama Ayu. Dia baik, aku juga nggak mau ngapa-ngapain dia. Dia kelasnya jauh kali sama kita, Be, “ jawab Petrus.

“ Lah Ayu bilang jalani saja dulu. Janganlah kau berpikir yang macam-macam dulu. Ya pacaran sajalah. Dekat. Kalau kau respek sama Ayu, jagalah dia. Nanti kan nggak tau ke depannya seperti apa. Aku aja naksir dan ngaceng ngeliat Ayu. Hahaha” jawab Abe

“ Ah awas kau macam-macam sama dia, “ Petrus mengancam.

“ Haha.. nggak mungkinlah aku macam-macam sama cewek teman sendiri. Kau sudah kayak sodaraku. Lagian aku masih punya cewek yang bisa dipake tidur.. hahaha.. Sekarang kau nikmatilah dulu dekat dengan gadis baik-baik macam Ayu, “ jawab Abe.

Petrus termenung. Pemuda Papua berusia 28 tahun ini memang sempat membayangkan tubuh indah Ayu. Terlebih saat gadis itu tadi bilang mau mandi. Petrus masih tidak menyangka bahwa ia bisa dekat dengan Ayu. Bahkan akan berpacaran dan malam mingguan dengannya besok.

 

####################

 

Sabtu itu menjadi amat istimewa bagi Petrus. Pemuda Papua 28 tahun dengan badan kekar sedikit gempal, berambut cepak keriting ini merasa amat antusias. Terbangun pukul 4 sore, ia melhat sms Ayu mengigatkan janji mereka nonton.  Petrus semakin tak sabar ingin berkencan dengan gadis paling populer di kampusnya dulu itu. Tepat pukul  20:30 malam, Petrus pun sudah berpakaian rapi. Memakai kaus dan jaket, serta jeans, ia pergi ke salah satu bioskop di daerah gatot subroto memakai motor yang dipinjamnya dari Abe. Ia tampak rapi dan memakai parfum. Ia sengaja tiba lebih dulu dan membeli tiket sebuah film komedi jam tayang 21:00. Ia memesan tempat duduk di baris belakang dan agak pojokan. Suasana bioskop malam itu agak sepi, karena hujan rintik yang semakin deras. Film itu hanya ditonton oleh tak sampai 20 orang, terlihat dari layar monitor di tempat pemesanan tiket. Pukul 20:47 Ayu pun tiba. Ia ternyata memakai taksi. Seperti biasa Ayu terlihat amat cantik. Memakai kaus berwarna pink dan jeans. Ia tampak sempurna. Rambutnya yang hitam sebahu dibiarkan terurai, menambah kecantikannya.

“ Bang maaf telat.. Hujan cari taksi susah.” Ujar Ayu

“Nggak apa-apa Ayu. Abang juga baru kok disini. Untung sepi, “ jawab petrus

“Iya sepi ya karena hujan, “ ujar Ayu.

Mereka kemudian masuk ke ruangan bioskop dan menempati tempat duduk mereka. Di baris mereka hanya mereka berdua yang duduk. Sisa penonton yang rata-rata berpasangan, memilih memencar mencari tempat yang nyaman dan aman untuk berduaan. Terlihat jelas bahwa film bukanlah tujuan mereka. Petrus dan Ayu tampak canggung. Mereka terdiam. Petrus melihat Ayu tampak kedinginan di dalam, lalu menawarkan jaketnya untuk melindungi Ayu.

“ Dingin Yu? Pake jaket abang?” Petrus menawarkan.

Ayu tersenyum dan Petrus menyerahkan jaketnya menutupi tubuh Ayu. Tak lama lampu bioskop dipadamkan dan film diputar. 15 menit awal, Petrus dan Ayu masih tampak canggung. Hingga kemudian tanpa sengaja tangan mereka bertemu saat hendak meraih minuman di antara kursi mereka. Tangan mereka terhenti. Petrus bisa merasakan tangan lembut dan halus Ayu. Ia pun lalu memberanikan diri memegang tangan itu, Ayu pun membalas pegangannya dengan erat. Petrus merasa senang dengan reaksi Ayu. Mereka saling berpandangan dalam gelap. Tanpa diduga, Ayu kemudian merebahkan kepalanya ke bahu bidang Petrus. Petrus merasa senang dan deg-degan dengan reaksi Ayu dan reflek tangan kanannya memegang tangan kiri Ayu semakin erat sembari mengelusnya. Suasana dingin di dalam bioskop membuat suasana tambah romantis dan intim. Lalu tanpa diduga, Petrus merasa pipi kanannya di cium oleh bibir lembut Ayu. Reflek Petrus menoleh dan menatap Ayu yang kini menatapnya lekat. Keduanya tersenyum penuh arti. Pandangan keduanya bertemu dan perlahan wajah keduanya semakin dekat. Lalu kedua bibir mereka bertemu dan kemudian saling melumat. Awalnya lembut, kemudian lidah Petrus mulai berusaha memasuki rongga mulut Ayu. Sang gadis membalas aksi lidah lelaki Papua itu. Tangan Ayu kini memegang kepala Petrus dan menekannya agar ciuman mereka semakin lekat. Petrus dan Ayu semakin larut dalam ciuman penuh gairah itu. Bibir Ayu yang tipis dan lembut, menjadi bulan-bulanan bibir tebal Petrus dan lidah mereka saling terkait. Seiring dengan ciuman yang semakin panas, Petrus memberanikan diri tangannya menyentuh dada Ayu.

 

Tidak ada penolakan dari Ayu, maka Petrus perlahan meremas pelan kedua payudara sang gadis dari luar bajunya. Keluar erangan perlahan dari mulut Ayu yang tersumpal mulut Petrus. Lidah dan air liur mereka saling bertukar dan suasana semakin panas. Petrus semakin semangat meremas payudara Ayu dengan lembut. Kedua mata insane ini menikmati ciuman penuh gairah itu. Di tengah ciuman yang makin membara, Ayu kemudian melepaskan diri dari ciuman itu. Nafasnya terlihat naik turun, begitu juga dengan Petrus. Lelaki papua ini merasa terangsang dan penisnya sudah ngaceng. Film sudah berjalan selama satu jam durasi.

“ Bang, Ayu bosan dengan film ini. Kita keluar aja yok, “ jawab Ayu sambil memandang dan mengelus wajah lelaki Papua di depannya.

“ Ayu mau kemana?” Tanya Petrus lembut.

“ Umm.. bisakah kita ke kost abang aja? Sekalian Ayu pengen liat warnetnya, “ Tanya Ayu sambil tersenyum.

“ umm gimana ya? Kost abang kecil dan berantakan lagian ada Abe lagi jaga sekarang,” jawab petrus jujur. Ia senang bisa mengajak Ayu main ke kost-nya, tapi ia merasa tempatnya itu terlalu kumuh bagi Ayu.

“ Abang nggak mau dikunjungi Ayu ya? “ Tanya Ayu sedikit belagak merajuk.

“ Bukan gitu Ayu.. Tapi kalo ayu beneran mau sih, Abang seneng. Tapi gitulah keadaan kost abang ya, “ jawab Petrus.

“ Kan Ayu cuma mau main aja kok bang, “ jawab Ayu sambil mengecup bibir Petrus.

Petrus tersenyum. Mereka berdua lalu meninggalkan bioskop saat filmnya masih bermain. Tak butuh lama mereka kemudian berada di atas motor berboncengan dan menuju ke kost Petrus. Hujan masih turun rintik kecil dan jam menunjukkan pukul 22:15 kala itu. 15 menit kemudian Petrus dan Ayu sudah sampai di tempat kost lelaki papua itu. Kost Petrus terletak di sebuah pemukiman padat penduduk. Kost Petrus terletak di sebuah berjejer 4 dan didepannya ada sebuah kios yang sudah diubah Petrus menjadi warnet dengan modal dari Abe. Warnet kecil itu cukup ramai dengan ada bilik-bilik berjumlah delapan bilik. Petrus mengajak Ayu untuk mengunjungi warnet terlebih dahulu. Di dalam warnet terlihat Abe sedang duduk di meja operator dan delapan bilik terlihat penuh. Pemuda Papua teman Petrus itu tampak kaget kala melihat kedatangan Ayu dan Petrus.

“ eh kalian . Ngga jadi nonton? “ Tanya Abe

“ Nggak jadi bang. Filmnya membosankan. Lagian aku pengen ngeliat warnet bang Petrus dan Abe,“ jawab Ayu.

“ Di sini Abe bosnya. Abang cuma kerja sama bos Abe aja, “ jawab Petrus tersenyum.

Ayu melihat-lihat warnet sebentar.

“ rame ya bang, “ tanyanya.

“ Yah lumayan, Yu. Di sini kan masih jarang orang punya internet sendiri. Mereka paling pake buat maen game, buka facebook, atau nonton bokep,. Hahaha, “ jawab Abe.

“ Hahaha ..berarti suka nonton bokep nih?” goda Ayu.

“ haha Petrus tuh.. udah lama juga kagak dapet hahaha, “ celetuk Abe.

“ Ah apaan kau, Be, “ sergah Petrus.

“ Bang, aku boleh numpang ngobrol dengan bang Petrus di kost kalian?” tanya Ayu tiba-tiba.

“ wah silahkan.. mau nginep juga boleh, Yu” jawab Abe becanda.

 

Petrus memberikan isyarat mata mengancam Abe untuk tidak bercanda vulgar. Abe cuma nyengir melihatnya. Petrus dan Ayu kemudian meninggalkan warnet dan menuju kamar kost yang terletak di belakang warnet. Hanya kurang lebih 10 langkah saja. Pintu kamar kost terbuka dan terlihat pemandangan ala kamar kost pria. Berantakan dengan baju di mana-mana. Ada AC di kamar kost ini, TV, laptop, air mineral. Juga terlihat beberapa poster dan foto, serta majalah, Bau sedikit pengap tercium akibat bau rokok dan baju yang berserakan. Di dalam hanya diterangi lampu 15 watt berwarna kekuningan. Terdaapat dua buah kasur busa dengan seprai yang sudah agak kumal. Di dalam kost kecil itu juga terdapat kamar mandi di dalam. Petrus pun menghidupkan AC agar bau pengap sedikit berkurang. Ayu melemparkan pandangan ke kamar kost itu. Ada satu tanda salib berukuran cukup besar di salah satu dinding, tepat di atas kasur dan bantal.

“ Ginilah kamar kost bujangan kere, Yu. Berantakan” jawab Petrus

“ Ah kamar cowok kan emang gini Bang. Pintunya ditutup aja bang, sayang AC-nya, “ pinta Ayu.

Petrus pun menutup pintu kost. Hati pria Papua ini deg-degan menyadari bahwa ia kini berada di kamar kost dengan gadis cantik yang menjadi idola kampus. Pikirannya sudah menerawang kemana-mana, terlebih setelah ciuman di bioskop tadi.

“ Ayu mau minum?” tawar Petrus sembari menuangkan air dingin dari dispenser dan menyerahkannya ke Ayu.

“Makasih bang” ucap Ayu manis.

Ayu kemudian duduk di atas kasur busa yang terletak di lantai kamar kost. Ia kemudian meraih remote tv dan menghidupkannya.

“ Berarti di sinilah kamar bujangan. Hehehe” ujar Ayu.

Petrus pun kemudian menghampiri AYu dan duduk di sebelahnya. Mereka mengobrol ringan.

“ Ayu, Abang tadi jujur seneng banget dengan di bioskop tadi. Tapi yah Abang ngingetin sekali lagi, meski abang seneng, tapi yah Abang tuh nggak pantes untuk Ayu. Abang tuh respek sama Ayu yang baik, “ ucap Petrus.

Ayu tersenyum. Ia kemudian merapatkan posisinya ke tubuh lelaki Papua itu.

“ Ayu sadar kok bang dengan tindakan Ayu. Ayu nggak nyesel apapun, “ ujar Ayu,

Mendengar itu Petrus tak kuasa untuk tidak membelai kepala Ayu. Ayu tersenyum dan keduanya saling menatap. Lama –lama wajah mereka saling berdekatan dan akhirnya kembali bibir dan mulut mereka saling berpagut. Lidah mereka saling bertautan dan mereka menikmati keadaan itu. Tangan Ayu memegang kepala Petrus dan tangan lelaki Papua itu memeluk tubuh Ayu. Ciuman mereka semakin panas. Dan lama-lama Petrus membarinngkan Ayu ke atas kasur busa. Kini posisi Petrus berada di atas Ayu. Sembari berciuman, tangan Petrus mulai menelusuri tubuh Ayu dan pinggangnya. Kemudian kedua tangan itu mengelus tubuh Ayu dan menjamah payudara Ayu dari luar bajunya.  Ayu yang menerima respon itu, semakin menekan kepala Petrus untuk semakin berciuman. Meski bau rokok kretek, dirasakan nafas Petrus amat jantan dan seksi. Tangan Petrus semakin berani menjamah payudara Ayu dan kemudian meremasnya dengan lembut. Ciuman mereka sempat terlepas. Mata Ayu menatap wajah Petrus yang melihat mukanya dengan pandangan tajam, antara nafsu dan terpesona. Pandangan pasrah Ayu diiringi desahan perlahan gadis itu, membuat Petrus semakin berani meremas kedua payudara Ayu. Ayu semakin mendesah sembari melihat perbuatan Petrus. Petrus kemudian kembali melumat bibir Ayu dan keduanya kembali berpagutan. Ciuman Petrus kemudian merambah ke pipi dan leher Ayu. Ciuman yang disertai jilatan pejantan Papua itu, membuat gadis ini semakin terlena. Petrus pun terbawa nafsu  menjilati dan menciumi telinga Ayu, yang membuat gadis itu makin belingsatan.

 

Nafsu semakin memanas di antara keduanya. Ayu yang semakin panas membiarkan saja tangan Petrus mencoba mengangkat kausnya ke atas, hingga terlihat perut putih mulus gadis itu. Ciuman Petrus kini menjalar ke perut dan semakin ke atas. Baju Ayu semakin ke atas sehingga kemudian tampak bh krem yang menutupi buah dada gadis itu. Petrus semakin mengangkat ke atas baju Ayu. Terlihat Petrus gugup dan mencoba berhenti, namun tangan Ayu dan pandangan matanya mengisyaratkan agar Petrus terus melakukan aksinya. Mendapat persetujuan, Petrus pun berusaha membuka baju Ayu. Ayu pun membantu pria Papua itu untuk melepaskan bajunya. Setelah baju Ayu terlepas, Petrus membuanngya ke samping kasur.  Mereka lalu kembali berciuman, sembari Petrus berupaya melepas BH Ayu. Tidak susah, karena Ayu pun membantu usaha Petrus. Kini Kedua payudara Ayu terpampang jelas. Payudara kenyal berukuran 32D itu tampak bulat kencang, berwarna putih dan dengan dua putting berwarna merah muda. Petrus terpukau melihatnya. Selama ini ia melihat payudara yang berputing hitam milik pelacur yang kerap ia gauli. Tapi kini ia melihat payudara sempurna milik gadis cantik pujaannya. Lelaki Papua itu menatap Ayu .

“tetekmu bagus banget, Yu. Belum pernah disentuh?” Tanya Petrus.

“Iya bang” jawab Ayu berlagak malu.

Tentu saja ia berbohong, karena selama ini kedua teteknya sudah jadi bulan-bulanan Pak Tanba. Tapi efek cincin perawan membuatnya bak milik gadis perawan yang belum tersentuh. Petrus tersenyum puas.

“Boleh Abang sentuh?” Tanya Petrus sopan.

Ayu mengangguk. Petrus kemudian membelai dan meremas kedua tetek indah Ayu dengan lembut. Perlakuan itu membuat Ayu mengerang. Jari Petrus juga kemudian memainkan puting tetek Ayu .. Tidak tahan, mulut Petrus kemudian menciumi kedua tetek itu dan berlanjut pada menjilati dinding payudara, serta puting merah jambunya. Ayu mengerang dan mendesah menahan nikmat jilatan lembut Petrus. Lidah basah dan kasar lelaki Papua itu memberikan sensasi rangsangan terhadap Ayu. Mata gadis ini terpejam dan kepalanya meremas kepala Petrus yang dihiasi rambut ikal cepak itu. Petrus makin menikmati menyusu kedua payudara indah Ayu. Bergiliran kiri kanan, Petrus menjilati dan meremas kedua payudara itu. Ayu semakin belingsatan menerima perlakuan lembut Petrus. Tanpa sadar cengkramannya ke kepala Petrus makin keras dan desahannya semakin kencang. Tangan Petrus kini semakin berani. Ia mengelus turun ke perut dan kemudian semakin turun ke arah selangkangan Ayu. Tangan petrus mencoba membuka celana jeans Ayu dan upayanya itu dibantu oleh sang gadis. Pengait celana sudah terbuka dan Petrus membuka risleting gadis itu. Setelah sukses, Petrus mulai meraba celana dalam Ayu dan mencari belahan vaginanya, sembari mulutnya terus menjilati payudara Ayu. Didapatinya celana dalam Ayu mulai basah akibat rangsangan yang telah ia berikan,  tangan kasar Petrus pun berupaya menyelinap ke balik celana dalam Ayu. Ditelusurinya kemaluan gadis itu. Ia merasa bahwa bulu kemaluan Ayu sudah dicukur hingga terasa licin. Tangan kanan Petrus kemudian berhasil menemukan satu gundukan tebal dan jarinya melata menemukan belahan vagina Ayu. Setelah berhasil menemukannya, jari Petrus pun berupaya menggosok dan mengelusnya. Efek perbuatan Petrus terhada Ayu sangat dahsyat. Rangsangan bertubi dari jilatan Petrus di Payudara dan elusan tangan kanan Petrus di vaginanya, membuat gadis ini terpekik. Matanya terpejam dan kepalanya mendongak. Keringat deras mulai mengucur di tubuh gadis itu, meskipun kamar kost tersebut ber-AC. Petrus semakin intens menggosok vagina Ayu yang dirasakannya semakin basah. Ia melihat reaksi terangsang Ayu di mana gadis itu mengeluarkan suara erangan seksi.

“Aaahh bang.. aaahh geli bang..Bang hentikan” begitu ujar Ayu. Meskipun berkata begitu, tangan Ayu mencengkram kepala Petrus supaya tidak berhenti menjilati payudaranya.

 

Petrus pun menghentikan kegiatannya sejenak. Ia mengeluarkan tangan kanannya dari balik celana dalam Ayu dan menghentikan jilatannya. Terlihat payudara Ayu sudah menegang keras dan basa oleh liur lelaki Papua itu. Ada penyesalan di diri Petrus karena tindakannya sudah sejauh ini dengan Ayu. Padahal dari awal ia tidak ingin memperlakukan Ayu sama seperti mantan wanita yang pernah dihamilinya atau pelacur yang sering ditidurinya. Ia ingin memperlakukan Ayu dengan respek. Namun, kini Ayu sudah setengah telanjang di hadapannya, bahkan tangannya sudah berhasil menyentuh vagina Ayu dan membuatnya basah. Petrus pun merasa bahwa penisnya sudah menegang dan mendesak celana dalamnya. Ayu mengatur nafas setelah Petrus menghentikan kegiatannya. Kedua insan ini saling bertatapan. Petrus membelai kepala dan rambut Ayu yang sudah basah oleh keringat.

“ Ayu, maafkan Abang. Abang sebenarnya sudah berjanji ingin memperlakukan Ayu dengan hormat. Dari dulu Abang mengagumi Ayu. Kini setelah sekian lama, Abang punya kesempatan dekat, Abang tak mampu menahan diri. Lagian Abang sudah lama tidak berhubungan intim. Maafkan ya, “ ucap Petrus lembut.

Ayu tersenyum. Ia menyukai tindakan lembut lelaki ini. Meski hidup keras, lelaki Papua yang hanya lebih tua 5 tahun darinya ini masih memiliki kelembutan. Ia tahu bahwa Petrus memang menyukainya dari semasa kampus. Ayu lalu menarik kepala Petrus dan lalu mencium bibirnya dengan lembut.

“Nggak apa-apa, Bang. Aku menikmati kok. Aku belum pernah seperti ini sebelumnya, “ ujar Ayu.

Petrus tertegun mendengarkan hal itu. Dari sewktu ia meraba vagina Ayu, ia sudah curiga bahwa gadis ini masih perawan. Tapi ia masih ingin memastikannya.

“Kamu masih perawan, Ayu?”

“Iya bang. Aku masih perawan, “ tentu saja Ayu tidak mengatakan hal sebenarnya, bahwa vaginanya sudah berkali-kali dijebol oleh penis perkasa lelaki Ambon bernama Pak Tanba. Tapi cincin perawan memungkinkan Ayu untuk tetap perawan bila berhubungan dengan lelaki lain. Mendengar jawaban Ayu bahwa ia masih perawan, Petrus menjawab.

“Aku tidak ingin merusaknya Ayu. Biarpun Abang kayak gini, tapi Abang respek sama Ayu sebagai adik tingkat yang Abang hormati.  Biar Ayu nanti nyerahin perawan Ayu untuk lelaki yang tepat. Kita beda agama dan status, “ jelas Petrus.

Ayu membelai kepala Petrus.

“Jujur bang. Kenapa Ayu mengajak abang keluar dari bioskop dan pengen ke kost abang, karena Ayu pengen menikmati waktu berdua dengan Abang. Awalnya Ayu memang tidak berpikir sampai sejauh ini, tapi setelah tadi, Ayu yakin dengan keputusan Ayu. Ayu sudah bilang kemaren sama Abang kalo suatu saat Ayu pengen nyerahin segalanya ke Abang, dan Ayu berpikir sekaranglah waktunya. Ayu pengen nyerahin tubuh Ayu ke Abang sekarang. Di sini, abang, “ ucap Ayu tegas.

Petrus terpukau mendengar perkataan Ayu. Di satu sisi nafsunya memang membludak, di sisi lain ia merasa harus menjaga hubungan ini. Namun perkataan Ayu membuat Petrus yang memang sudah lama memimpikan berdekatan seperti ini dengan Ayu. Ayu kemudian kembali mendekatkan wajah Petrus ke hadapannya dan mencium bibir lelaki Papua ini. Keduanya lalu berpagutan.

 

“ Ayu yakin? Sekarang denganku?” Tanya Petrus menegaskan.

Ayu menganggung pelan sambil tersenyum manis.

“Bentar. Abang mau urus sesuatu. Abang mau bilang ke Abe untuk minta pengertian kalo malam ini kita mau malam pertama. Lagian ini sebenarnya waktu Abang jaga warnet, “ ujar Petrus tersenyum.

Ayu mengangguk sembari tersenyum. Petrus pun bangkit dan berdiri. Ayu melihat sekilas tonjolan di balik celana jeansnya semakin besar. Petrus keluar dari kamar kost. Jam sudah menunjukkan pukul 23:15. Ia merapikan bajunya sekilas, agar tonjolan di celananya tidak terlihat oleh orang lain. Ia pun menghampiri temannya Abe di warnet depan.  Abe terlihat sedang merokok sendirian.

“ Hey nongol juga lo. Lama banget di dalem .Ngapain aja sama Ayu? “ Tanya Abe terkekeh.

Petrus tersenyum. Ia meminta rokok dari Abe dan kemudian menghidupkannya. Petrus menghisap rokoknya dalam-dalam sebelum ia berkata.

“Ayu bilang dia pengen tidur di kost mala mini, Be” ujar petrus.

“Lah gitu aja tinggal tidur aja, “ tukas Abe.

“BUkan gitu goblok. Ayu pengen tidur di kost bareng gue. Dan dia mau nyerahin keperawanannya sama gue, “ ujar Petrus. Terdengar nada bangga di dalam suaranya.

“Buseet.. Dia masih perawan? Anjir beruntung banget lo, “

Petrus tersenyum nyengir.

“Makanya gue mau minta bantuan lo untuk gue pinjem dulu kamar. Gue mau muasin dia dan mau malam ini malam indah bagi dia. Menurut lo gue pake kondom nggak?”

“Yah terserah lo. Tapi kalo pake kondom mecahin perawan orang mah nggak enak. Tapi kalo nggak pake, takutnya tuh cewek hamil kayak lo dulu. Trus Yang gue pikir, sanggup nggak Ayu nerima penis gede lo? Cewek panggilan aja masih kelenger sama barang gede lo. Hahahahaha “ Tanya Abe.

“Hahaha.. makanya gue minta bantuan lo. Gue mau fokus supaya gue bisa merawanin dia dengan lembut. Ah udah ngaceng nih gue.. Doain gue yak, “ cetus Petrus seraya mematikan rokoknya dan beranjak ke kamar kost

“Anjir lo beruntung banget” dalam hati Abe iri dengan keberuntungan Petrus bisa meniduri gadis secantik Ayu.

Petrus dengan sigap sampai di kamar kostnya. Ketika membuka pintu,  ia melihat Ayu sudah berada di balik selimut tipis yang sering dipakai Petrus untuk tidur. Petrus tahu bahwa Ayu sudah menanggalkan seluruh pakainnya, karena pakaian gadis ini sudah terletak di pinggir kasur. Petrus tersenyum, ia mengambil minum sejenak membasahi kerongkongannya. Ia lalu mengeraskan volume tv, dengan tujuan agar ketika ia berhubungan badan dengan Ayu, suara mereka tidak terdengar tetangga. Setelahnya Petrus mulai membuka kaus yang dikenakan. Terlihat badan gempal berotot Petrus dan perutnya yang sedikit buncit akibat sering minum. Ternyata Pettrus juga memiliki tato di dada sebelah kiri, berbentuk salib berukuran sedang.

 

Petrus kemudian melucuti celana jeasnya dan tinggal memakai celana dalam usang berwarna biru tua. Dari balik sempak itu, terlihat tonjolan besar akibat lelaki Papua ini sudah terangsang. Kini Petrus hanya memakai celana dalam saja. Badan hitam khas Papuanya ditumbuhi sediikit bulu, terutama di dada dan paha gempalnya. Petrus menghampiri Ayu yang sudah terbaring di balik selimut. Petrus berbaring di samping Ayu memeluk tubuh Ayu. Gadis ini mencium bau jantan dari lelaki Papua ini. Meskipun sudah sering berhubungan intim, Ayu masih merasa deg-degan. Terlebih ini saat dia melepaskan keperawanannya untuk kedua kali. Petrus mengelus wajah cantik Ayu. Kemudian mencium bibirnya. Mereka saling berpagut sesaat. Petrus kemudian membuka selimut yang menutupi tubuh Ayu dan terpampanglah tubuh gadis yang sudah telanjang bulat itu. Tubuh Ayu terlihat amat indah dengan lekuk sempurna. Warna kulitnya putih bak pualam dengan putting susu yang merah muda. Terlihat juga vagina Ayu yang masih rapat dan bulunya dicukur. Kakinya yang jenjang dan mulus menambah kesempurnaan Ayu. Melihat ini Petrus semakin terangsang. Ia kemudian melumat bibir merah Ayu dan tangannya meremas kedua payudara gadis ini. AYu segera menyambut serangan Petrus dengan meremas kepalanya. Keduanya berciuman dengan amat bernafsu dan lidah mereka saling berpaut. Tangan Petrus meremas dan jemarinya memainkan puting merah muda Ayu. Desahan ayu tertahan oleh sumbatan mulut Petrus di mulutnya.

“mmmphhh.. mmpphh” begitu bunyi keduanya.

Lidah dan mulut Petrus kemudian beralih ke leher dan telinga Ayu. Ayu makin belingsatan dan dia pun mengerang menahan gairah.

“aahhh,,, terus bang..teruss…”  

Petrus semakin bersemangat. Jilatan dan ciumannya semakin turun ke dada. Kini ia meremas kedua oayudara Ayu dengan lembut. Setelah puas, Petrus mengulum dan menjilati kedua payudara Ayu , serta kedua putingnya secara bergantian. Ayu semakin belingsatan. Keringat keduanya semakin deras. Petrus berupaya menahan gerak badan Ayu yang belingsatan menerima rangsangan darinya.

“Aaahh bang.. gelii.. aaahhh.. terus bang..” begitu desah Ayu.

Petrus tersenyum melihat reaksi Ayu ini. Ia semakin bersemangat dan kini tangan kanannya sudah membelai perut, kemudian turun ke paha. Belaian dan usapan telapak tangan kasar Petrus membuat Ayu semakin terangsang. Jilatan dan kenyotan mulut Petrus di payudaranya membuat rangsangan itu smekin hebat. Terlebih kini tangan dan jemari kanan Petrus sudah naik meraba vaginannya. Petrus membelai vagina itu dengan lembut. Ayu semakin belingsatan.

“Ooohh.. aaaahhhhh” desah Ayu dengan nafas naik turun. Matanya terpejam meresapi kenikmatan itu.

 

Jari hitam Petrus kini menelusiuri belahan vagina milik Ayu. Jemarinya berupaya menguak belahan vaginannya dan menggosoknya .. Vagina itu pun semakin basah.

“Aahhhh  .. aaahhhhhhh.. ooh, “ desah Ayu,

Petrus meluangkan waktu sejenak mengalihkan kenyotan di payudara Ayu ke bibir sang gadis. Mereka saling lumat dan desahan Ayu tertahan karenanya. Tak lama, Petrus kini mulai melepas celana dalamnya. Lalu terlihat batang penis Petrus yang dipenuhi jembut keriting lebat hitam dan ukurannya sama besar seperti Pak Tanba. Hanya saja, penis Petrus tidak disunat seperti Pak Tanba. Penis Petrus yang sudah menegang berukuran sekitar 19-20 cm, berwarna hitam dan berurat, serta gemuk. Ayu kemudian melihat Petrus mengocok penisnya dan membuka lipatan kulup kepala penisnya. Tampak kepala helm penis berwarna coklat kemerahan dan sedikit lancip. Penis itu terlihat dipenuhi urat.  Petrus mengocok penisnya lalu kembali berbaring. Sembari mengocok penisnya, ia menciumi mulut Ayu.

“ Bang, gede banget penis abang, “

“oooh tenang Ayu.. Ayu turuti Abang aja yaa, “ jawab Petrus. Ia kemudian menciumi mulut Ayu kembali dan berusaha mendekatkan tangan Ayu ke penisnya.

Ayu yang memang sudah terbiasa, berupaya terkesan gugup sewaktu memegang penis itu. Tangan Ayu tentu saja terlihat kecil disbanding penis Petrus, namun Ayu berupaya mengocok penis itu.

“ ooh yes Ayu.. Gitu..ooh..” desah petrus yang kemudian melumat mulut Ayu.

Tak lama Petrus terlihat beringas. Ia kemudian turun ke bawah ke selangkangan Ayu. Kedua tangan hitam kekarnya mencoba membuka kaki dan paha Ayu.Kemudian ia pun turun ke vagina Ayu dan menjilatinya, serta menciuminya. Ayu pun makin beringas.

“ oooooh  baaaaannggg.. aaaaahhh” Ayu menggeliat.

Petrus semakin semangat menjilati vagina Ayu. Cairan vagina semakin deras keluar. Lidah Petrus menjulur lembut dan memberikan rangsangan, terutama di klitoris Ayu yang sudah membengkak. Petrus bisa melihat selaput dara Ayu yang berwarna bening terletak dan siap untuk ditembus. Petrus dengan telaten menjilati sembari menahan gerak Ayu. Ketelatenan Petrus membuahkan hasil karena Ayu kemudian hendak mencapai orgasme. Tapi ketika Petrus melihat gerakan Ayu semakin liar tanda hendak mendapatkan orgasme, Petrus menghentikan Jilatannya. Ayu yang merasa terputus , kemudian melihat Petrus.

“ ooh bang.. Ayu sudah tak tahan”.

Petrus terlihat mengocok penisnya dan membuka kulupnya. Ia kemudian menindih Ayu dan meraih kedua tangannya. Kedua tangan ayu direntangkan di samping kiri dan kanan badan Ayu, serta dipegang oleh Petrus. Kedua kaki Ayu mengangkang dan vagina Ayu bergesekan dengan penis Petrus. Petrus kemudian menciumi bibir dan Mulut Ayu. Ayu merasa meski badan Petrus lebih rampin ketimbang badan besar pak Tanba, tetap saja berat badan lelaki Papua ini membuatnya sedikit sesak. Sembari berciuman, Petrus mengutarakan niatnya untuk memasukan penisnya ke vagina Ayu.

“ Ayu, abang mau masukin punya Abang sekarang. Ayu mau pake kondom atau nggak?” Tanya Petrus.

Ayu menatap wajah Petrus yang sudah menahan nafsu demikian berat. Gadis ini lalu mencium bibir Petrus dan menjawab, “

“ Nggak usah pake kondom, Bang. Ayu siap, “

 

Jawaban Ayu disambut ciuman oleh Petrus. Dan ia lalu mengambil posisi berjongkok. Petrus menggocok penisnya yang kulupnya sudah dibuka. Ia menggesek-gesekkan kepala penisnya yang besar dan berujung sedikit runcing ke bibir vagina Ayu. Vagina Ayu pun semakin basah oleh cairan. Petrus kemudian semakin menguakkan paha dan vagina Ayu. Dan mulai mencoba memasukkan kepala penisnya. Terasa sempit dan seolah ada yang menolak. Petrus menarik kepala penisnya dan mencoba lagi menusuk. Begitu berulang-ulang. Hingga kala Ayu terlena, Petrus pun menusukkan kepala penisnya dengan sedikti kejutan. Akibatnya cukup menimbulkan kesakitan bagi Ayu. Meskipun telah pecah perawan sebelumnya, pengalaman dengan Petrus kali ini tetap menibulkan sakit.

“aaaah..sakit bang”

Petrus pun merasa kepala penisnya terasa perih karena harus bergesekan dengan lipatan kulit vagina Ayu. Ia terus berupaya memasukkan dan akhirnya terdengar punya pecah, serta diriingi darah perawan mengalir.

“Ahhhhh..sakiittt”  teriak Ayu..

Ayu kemudian mendongakkan kepala dan menjerit. Matanya terpejam dan keluar urat di leher putihnya. Di sisi lain, petrus merasa dunyutan dan pijitan kuat di kepala penisnya. Ia mendengus keras. Keringat mengaliri badan hitam atletisnya. Kedua tangan kekar Petrus semakin menguakkan paha Ayu agar ia semakin leluasa memasukkan penisnya ke vagina Ayu. Pantatnya terlihat mencoba mendorong. Ayu merasa gesekan antara kulit penis Petrus dan vaginanya menimbulkan sensasi nyeri. Meski pernah sebelumnya, tetap saja pengalaman pertama seperti ini membuat Ayu merasakan sakit awalnya. Setelah melihat darah perawan mengalir, Petrus berupaya memajukan sedikit lagi batang penisnya ke dalam vagina Ayu. Petrus sadar penisnya amat besar untuk ukuran vagina perawan Ayu. Ketika sudah dirasa cukup sepetiga penisnya masuk, Petrus membiarkan sejenak untuk beradaptasi. Di bawahnya, terlihat Ayu menangis air matanya mengalir menahan perih. Petrus memandangi Ayu dengan perasaan bangga bahwa ia sudah memerawani gadis pujaanya. Setelah kurang lebih 5 menit mendiamkan penisnya di vagina Ayu agar bisa beradaptasi, Petrus menggenjot perlahan penisnya.

Ayu pun mendesah “oohh…aaahhh,,aahhhh”

Petrus memaju mundurkan pantatnya yang hitam sekal dengan lembut. Kedua tangganya yang berotot menjaga paha Ayu agar tetap terkuak.

 

#####################

Sementara itu di luar Abe begitu penasaran ingin mengintip persetubuhan Petrus dan Ayu. Ia pun memutuskan untuk ke kostnya sebentar. Jam sudah menunjukkan pukul 00:30, berarti sudah satu jam sejak terakhir Petrus memaskui kost mereka. Abe pun menghampiri kamar kostnya.. Dari balik puntu Terdengar suara televisi dihidupkan. Tapi dari balik pintu terdengar suara desahan perlahan dan geraman orang sedang memadu nafsu. Abe mencoba membuka pintu, namun terkunci. Sementara kunci kamar tersangkut di balik pintu, sehingga Abe tidak bisa mengintip.

“ Sialan” ..ujar Abe

Abe seebnarnya bisa mengintip dari lubang angin di atas jendela. Namun tindakannya itu bisa mengundang curiga bila ada yang memergokinya, dan bisa berakibat fatal bagi Ayu dan Petrus. Bisa-bisa mereka digerebek karena berzina. Maka demi keamanan sahabatnya itu, Abe rela tidak mengintip.

“Untung banget dah si Petrus, “

Sementara di dalam terlihat dua sosok tubuh telanjangan berwarna kulit kontras sedang memacu birahi. Sudah 15 menit sejak Petrus berhasil membobol keperawanan Ayu dan kini Ayu akan beranjak di orgasme kedua. Masa sulit Ayu dalam melepas keperawanan sudah lewat dan kini ia menikmati kenikmatan sesunggunya. Dirasakan berhubungan dengan Petrus berbeda saat dengan Pak Tanba. Petrus lebih  kuat dan lebih beritme dalam melakukan hubungan seks. Tubuh hitam telanjang lelaki papua itu terlihat berada di atas Ayu. Kedua tangan kekarnya masih memegangi paha Ayu agar tetap terkuak dan memudahkannya melesakkan penisnya ke vagina Ayu. Keringat membasahi tubuh kekar Atletis Petrus dan terlihat amat jantan. Di bawahnya tergolek sosok telanjang berkulit putih yang masih lemas menggapai orgasme pertamanya. Petrus pun berupaya membantu Ayu terangsang.  Dia menciumi payudara, leher dan telinga Ayu.

“Ahhha…ahhhh…ahhha…” begitu desah Ayu.

Tak lama kemudian Ayu pun akan menggapai orgasme keduanya. Genjotan Petrus pun semakin kuat. Kedua tangan Ayu merangkul leher Petrus sementara petrus semakin liar menusukkan penisnya ke vagina Ayu. Vagina Ayu yang sudah mengeluarkan pelumas dan darah membuat masuknya penis Petrus semakin mudah. Mendekati orgasme kedua, vagina Ayu terasa amat menjepit dengan kuat. Jepitan dan remasannya membuat penis Petrus semakin membengkak dari ukurannya yang sudah besar.Nafas keduanya memburu dan akhirnya keduanya mencapai puncak secara berbarengan. Ayu mendonggakkan kepalanya keatas. Matanya cuma terlihat putihnya saja. Mulutnya menganga lebar dan kedua kakinya menjepit pinggul Petrus.

“ ahhhhhhhh…ahhhhh…ahhhhhh” keluarlah pelumas dari vagina Ayu.

Sementara Petrus mendengus keras bak benteng terluka. Otot di sekujur tubuh hitamnya menegang, terutama di leher, dahi, tangan, paha dan pantat. Ia memasukkan penisnya sedalam mungkin dan ia pun menggeram.

“ oohh…ooohh..ooh ..crot..crot..crot..crot” berliter liter air mani kental putih menyemprot ke dalam vagina Ayu dan bercampur dengan darah, serta cairan vagina Ayu.

 

Nafas keduanya memburu. Tubuh Petrus tergeletak di atas tubuh Ayu. Kedua meresapi kenikmatan hubungan intim pertama mereka. Penis Petrus melemas dan sedikit mengecil, namun masih tertancap di vagina Ayu. Setelah istrirahat sejenak, Petrus pun melepaskan penisnya. Terlihat batang hitam besar itu berlmuran air mani, cairan vagina dan darah perawan Ayu. Air mani petrus sangat kental sehingga meeluber ke atas seprai kasur busanya. Pun dengan darah perawan Ayu. Petrus amat bangga. Lelaki bertato itu kemudian berbaring di samping Ayu yang masih tersengal.

“ terima kasih Ayu. Abang sangat puas. Maafin Abang ya, “ Ujar Petrus.

Ayu tersenyum. Ia mengelus rambut ikal pendek Petrus dan mencium bibirnya.

“ ayu juga puas bang, “ ujar Ayu. Keduanya berciuman.

Petrus kemudian bangkit. Terlihat badan bugilnya yang atletis dari belakang. Penis panjang besar kulupnya berayun. Ia mengambil air minum, menegaknya sebentar, lalu menghampiri Ayu. Petrus mengulurkan air minum ke Ayu. Ayu mencoba bangkit, ia masih merasa perih di selangkangannya.

“ Masih perih Ayu?” Tanya petrus.

“IYa bang’

“ bentar lagi hilang.Tahan ya, “ jelas Petrus.

Sesudah minum, Petrus kemudian membimbing Ayu untuk ke kamar mandi. Ay tertatih kemudian menuju kamar mandi dan berupaya membersihkan diri. Ukuran kamar mandi kost yang sempit membuat mereka tidak bisa mandi bareng. Petrus menunggu di atas kasur, sembari membereskan seprai akibat pergumulan mereka.  Ayu yang mandi dan membersihkan diri merapal mantra Cincin Perawan dan membuatnya klembali segar. Petrus merasa bangga bisa meraih perawan Ayu, tapi dia tidak tahu rahasia di balik gadis yang baru ditidurinya itu.

To be continued....
By: Monsieur Djoe

Ketika Kau tak Di Sisiku, Aku......


Arisanti
Hai, namaku Arisanti, biasanya sih dipanggil Risa, bisa juga dipanggil Santi, tapi jangan pernah panggil aku Ari! karena aku bukan cowok! Umurku saat ini 25 tahun dan baru saja menikah tiga bulan yang lalu. Suamiku seorang pelaut yang bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan di lautan lepas. Baru tiga bulan dia cuti tapi kini dia harus kembali melaut. Aku bertemu dengan mas Agung setelah dikenalkan oleh teman kuliah S2 ku. Sejak saat itu hubungan kami makin akrab hingga akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Awalnya aku tidak memutuskan untuk berkarir setelah lulus S2, karena bagiku sendiri pendidikan bukan semata untuk mencari kerja. Namun mas Agung menyuruhku agar memiliki kegiatan agar aku tidak bosan di rumah.
Ya… benar juga sih, dari pada aku hanya bengong sendiri di rumah mending aku cari kegiatan. Akhirnya aku membuka butik kecil, sekedar untuk mengisi waktu dan menyalurkan hobi fashionku.  Sejak mas Agung kembali melaut, aku hanya ditemani pembantuku Pak Karmin di rumah. Sebelum pergi, suamiku memang meminta Pak Karmin menjagaku. Tentu saja menjagaku dalam artian sebenarnya. Mengenai pembantu kami Pak Karmin, dia sudah berkerja di keluarga suamiku sejak dulu. Setelah aku dan suamiku menikah, suamiku membawa Pak Karmin ikut bersama kami di sini. Dia bertugas beres-beres rumah dan memasak. Tapi untuk mencuci dan menggosok aku masih mengerjakannya sendiri, karena aku tidak nyaman bila pakaianku disentuh oleh orang lain, terutama pakaian dalamku. Meski sudah berumur dan agak kurus, tapi badannya masih terlihat kuat, urat-uratnya terlihat menonjol di lengannya. Mungkin di masa mudanya dia adalah seorang pekerja keras, dia tidak tampak seperti berumur lima puluh tahun. Padahal baru satu minggu, tapi aku sudah rindu belaian suamiku. Ku putuskan untuk masturbasi sendiri sambil mandi di kamar mandi. Aku pilih kamar mandi yang ada di dekat dapur karena kamar mandi di kamarku sedang rusak. Lagi asik-asiknya mandi, eh tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, ternyata Pak Karmin. Tentu saja aku langsung teriak.

“Paaaakkkk….!!”

“Eh, ma-maaf non, saya kira tidak ada orang di dalam” katanya membela diri.

“Braakk” kubanting pintu di depannya.

“Maaf non, saya betul-betul tidak sengaja” katanya lagi dari luar.

Aku hanya diam saja karena masih kesal, tidak lama kemudian terdengar langkah kakinya menjauh. Sebenarnya salahku juga sih, udah tau sedang mandi, pake lupa ngunci pintu segala.

Saat keluar dari kamar mandi, ku lihat Pak Karmin sedang berdiri di dapur, sepertinya dia menungguku mandi dari tadi.

“Tuh Pak, kamar mandinya udah kosong…” kataku padanya. Tapi ku lihat dia malah melongo ke arahku, sepertinya dia terpesona melihat tubuh putih mulusku yang hanya di balut handuk putih ini, belahan dada dan paha atasku dengan jelas dapat dilihat olehnya. Tatapan yang sangat kurang ajar, padahal aku ini kan istri majikannya.

 

“Pak? Gak jadi ke kamar mandinya?”

“Eh, I-iya non, Ngmm… maaf yang tadi…”

“Iya, gak apa.. kan gak sengaja” jawabku santai.

Dia lalu berjalan sambil mengangkang, sepertinya dia betul-betul sedang kebelet, aku sampai tertawa melihat gaya berjalannya itu. Akupun juga beranjak dari sana menuju kamarku. Duh, aku baru ingat kalau pakaian dalamku tertinggal di kamar mandi. Setelah selesai memakai baju, aku kembali ke sana. Pak Karmin sudah tidak ada di kamar mandi, sepertinya dia sudah kembali ke kamarnya. Akhirnya ku temukan pakaian dalamku, syukurlah masih tergantung di tempatnya . Tapi tunggu… ku lihat ada noda putih di celana dalamku. Karena penasaran ku coba merabanya. Lengket! Apa jangan-jangan ini… ku coba mencium baunya, bau bayclin! Tidak salah lagi, ini peju! Sungguh kurang ajar, siapa lagi pelakunya kalau bukan Pak Karmin. Seenaknya ngepejuin celana dalam istri majikannya. Baru seminggu ditinggal pergi suamiku, dia sudah ngelunjak dan berbuat tidak senonoh begini. Tapi entah kenapa aku merasakan suatu getaran didadaku. Baru kali ini aku memegang dan mencium sperma laki-laki lain selain milik suamiku, apalagi itu sperma milik Pak Karmin, kacungku. Suatu sensasi yang aneh. Ya sudahlah, untuk kali ini ku maafkan dirinya, mungkin dia lagi horni. Ku letakkan pakaian dalamku itu ke tempat cucian kotor. Esoknya, entah kenapa aku punya ide gila. Kali ini setelah selesai mandi pagi, aku malah sengaja meninggalkan celana dalam dan bra ku di kamar mandi. Aku penasaran apakah kali ini Pak Karmin akan mengulangi perbuatannya kemarin. Setelah menunggu sekian lama dan memastikan Pak Karmin sudah pernah masuk ke kamar mandi. Aku kembali menjemput pakaian dalamku itu. Dan.. benar saja, celana dalamku dipejuinnya lagi. Sungguh kurang ajar. Kalau suamiku tau, bisa dihajar tuh kacung, seenaknya saja ngepejuin dalaman istrinya yang cantik ini. Seharusnya aku mengadukan perbuatannya ini ke suamiku, tapi karena aku adalah istri majikan yang baik, maka tidak ku lakukan, hihihi. Akhirnya ku letakkan lagi celana dalamku yang penuh sperma itu ke tumpukan cucian kotor. Setiap hari, aku selalu berbaik hati meninggalkan celana dalamku saat selesai mandi. Yang tentu saja terus berlumuran peju Pak Karmin karenanya. Aku cuek saja pura-pura tidak tahu. Tapi si Karmin ini makin lama makin menjadi-jadi saja perangainya, mentang-mentang tidak pernah ku tegur. Pernah dia malah sengaja menumpahkan spermanya di dalam lemari kecil tempat aku meletakkan dalamanku, membuat seluruh dalamanku jadi kotor berlumuran spermanya. Tentu saja harus ku cuci semua, terpaksa hari itu aku tidak pakai dalaman. Bahkan kemarin ini dia malah menumpahkannya di tempat tidurku, membuat bantal yang biasa ku gunakan terkena ceceran pejunya. Terpaksa tadi malam aku harus tidur dengan bau pejunya itu. Dan karena aku biasa tidur telanjang, membuat kulitku jadi bersentuhan langsung dengan bekas-bekas noda spermanya itu.

“Wihh.. seger nih non baru selesai mandi” godanya melihat aku yang baru saja selesai mandi pagi.

Saat itu aku mengenakan daster tipis sebatas paha, dan gara-gara seluruh dalamanku masih dicuci karena bekas dipejuin olehnya, aku jadi tidak memakai apa-apa lagi di balik daster ini. Daster yang ku kenakan saat ini salah satu favorit suamiku, mas Agung sangat suka melihat aku mengenakan ini, sangat seksi katanya. Tapi kali ini aku mengenakannya di hadapan kacungku, bahkan tanpa dalaman apa-apa lagi dibaliknya.

Pak Karmin
Dengan cuek ku duduk sambil menonton tv, ku silangkan kakiku sehingga paha putihku makin terekspos. Pak Karmin yang sedang melihatku mungkin sedang meneguk ludah sekarang. Tidak lama kemudian dia buru-buru ke kamar mandi, apa lagi kalau bukan membuang pejunya ke celana dalamku yang sudah ku sediakan untuknya. Saat mandi sore harinya, aku berniat untuk mengulanginya kembali, entah kenapa aku jadi ketagihan menggoda kacungku ini. Akupun mandi seperti biasa terlebih dahulu, tapi duh… aku kehabisan shampo. Untung masih ada stocknya di lemari yang ada di dapur. Aku lalu keluar dari kamar mandi, dengan telanjang bulat tentunya, soalnya setahuku Pak Karmin sedang ke warung. Dengan santainya aku berjalan bugil menuju dapur, lalu membuka lemari gantung tempat stock peralatan mandi, tapi tidak ku temukan apa yang kucari di sana.

“Cari apa non?”

Degh, aku terkejut, ternyata Pak Karmin sudah kembali. Tubuh telanjangku terpampang bebas di hadapannya. Sontak aku langsung menutupi tubuh telanjangku seadaanya, tangan kananku menutupi vaginaku, dan tangan kiriku menutupi buah dadaku, tapi hanya putingnya saja yang ku usahakan tertutup. Aku betul-betul malu telanjang seperti ini di hadapannya. Tapi ada perasaan aneh telanjang seperti ini di depan orang lain yang bukan suamiku, terlebih orang itu kacungku.

“Cari shampo pak.. dimana yah? Kok gak ada?” tanyaku sambil tetap berdiri disana dengan masih bertelanjang bulat.

“Itu non, di sebelahnya” katanya menunjuk ke pintu lemari sebelahnya.

Aku ingin membuka lemari itu dan mengambil yang aku cari, tapi bila ku lakukan tentu saja aku harus melepaskan tanganku, yang tentunya harus mengorbankan puting payudara atau vaginaku tidak tertutupi lagi. Seakan tahu yang sedang ku pikirkan, Pak Karmin menawarkan bantuan.

“Sini non, saya ambilkan” katanya mendekat ke arahku, sesaat kulitku bersentuhan dengan bajunya, tapi segera ku geser tubuhku.

“Yang mana non?” tanyanya menatap ke arahku, khususnya ke arah buah dadaku yang terlihat mengkilap karena masih basah. Meski agak risih tapi aku berusaha tetap santai.

“Itu Pak, yang botol biru” Dia lalu mengambilnya dan meletakkan di atas meja.

“Sabunnya gak sekalian non?”

“Ng… iya deh Pak” Dia ambilkan juga sebotol sabun cair yang memang cuma tinggal satu-satunya disana.

“Pasta giginya?” tanyanya lagi. Hmm.. ku yakin kalau dia cuma ingin aku berlama-lama di sini.

“Gak Pak, masih ada” jawabku, dia tutup kembali pintu lemari tersebut. Sekarang masalahnya sama seperti tadi, bagaimana caranya aku membawa botol-botol itu. Ada dua botol yang harus dipegang oleh masing-masing tanganku, dan jika ku lakukan buah dada dan vaginaku yang harus jadi korban. Pak Karmin senyum-senyum saja melihat tingkahku, dia tahu apa yang sedang aku pikirkan.

“Sini saya bawakan non..” katanya mengambil botol-botol itu dan berjalan menuju kamar mandi, aku masih berdiri diam saja di sini. Saat di depan kamar mandi dia berhenti dan menatap ke arahku.

“Non, bisa tolong bantu buka pintunya?” ujarnya.

 

“Eh, iya Pak..” aku lalu berjalan ke arahnya sambil tetap menutupi bagian terlarang tubuhku dengan tangan, lalu memunggunginya saat di depan pintu kamar mandi. Dengan tangan kiri yang tadi menutupi puting payudaraku, ku buka kamar mandi. Untung saja posisiku membelakanginya, sehingga buah dadaku yang tidak tertutup apa-apa lagi ini tidak sampai terlihat olehnya. Sungguh aneh rasanya, aku yang sedang bertelanjang bulat mempersilahkan orang lain masuk ke kamar mandi. Diapun masuk ke dalam diikuti olehku. Pintu kamar mandiku ini memang otomatis akan tertutup setelah terbuka, jadilah kini aku terkurung bersama kacungku di kamar mandi yang tertutup. Sungguh keadaan yang sangat ganjil, seorang wanita yang sudah bersuami sedang bertelanjang bulat bersama kacungnya di dalam kamar mandi. Dia lalu meletakkan botol-botol itu di tempatnya.

“Ada yang lain non?”

“Gak Pak, itu aja... makasih yah”

“Hehe, dikirain mau tolong sekalian dimandikan” katanya sambil menatap diriku. Tatapan yang membuatku risih namun juga membuatku jadi horni. Aku hanya tersenyum kecil mendengar omongannya itu.

“Ya udah non, tapi saya permisi mau kencing dulu” katanya tiba-tiba membuka resleting celananya lalu mengeluarkan kemaluannya.

Sungguh kurang ajar, padahal ada aku di sana. Ku lihat penisnya berwarna hitam dan sangat besar, berbeda dengan punya suamiku yang standar, mungkin karena Pak Karmin ini tipe orang pekerja keras. Dia lalu mengarahkan penisnya ke lubang wc dan mulai kencing. Aku masih berdiri di dekat pintu sambil tetap menutupi tubuhku seadanya dengan tangan, padahal bila aku mau aku bisa saja menyambar handuk dan menutupi tubuh telanjangku ini. Kulihat tidak ada lagi air yang memancar dari ujung penisnya, tapi dianya malah mengurut-urut penisnya sendiri.

“Kok lama sih pak?”

“Iya non, belum keluar semuanya”

“Bukannya udah Pak? Apa lagi yang mau dikeluarkan?” Jangan jangan….

“Yang putih kental belum non… gak apa kan saya keluarkan sekalian di sini? hehe” pintanya kurang ajar.

“Maksud bapak?” tanyaku pura-pura tidak tahu.

“Itu non, peju… hehehe, boleh kan saya ngocok sebentar? Udah tanggung nih, non nya disini saja” katanya sambil tetap menatap tubuh telanjangku. Gila, dia minta ditemani onani, oleh aku yang istri majikannya ini. Sungguh sangat kurang ajar.

Tapi aku malah menganggukkan kepalaku tanda setuju, yang langsung disambut tawa cengengesan mesumnya itu, kocokan tangannya juga makin cepat. Penisnya yang hitam dan dekil itu tampak makin bertambah besar dan keras saja. Aku jadi bergidik dibuatnya, memikirkan seandainya penis itu masuk ke vaginaku, pasti bakalan sesak dan penuh di vaginaku. Duh, aku jadi berpikir yang tidak-tidak karena horni. Dia terus mengocok penisnya sendiri sambil terus memandang tubuh telanjangku, aku betul-betul merasa malu, tapi sangat horni juga dipandangi begini.

 

“Cepetan Pak, saya mau mandi”

“Mandi aja non… saya gak ganggu kok…”

Memang dia tidak ganggu, tapi mana mungkin aku mandi telanjang di depannya. Tapi aku akhirnya tetap menuju ke arah shower dan menyalakannya. Sekarang tubuh putih mulusku kembali basah terguyur air, dan itu di hadapan kacungku yang buruk rupa ini. Makin cepatlah kocokan tangannya pada penisnya itu.

“Non, saya pinjam celana dalamnya yah…” katanya yang tanpa persetujuanku mengambil celana dalamku yang tergantung di sana. Dia gunakan itu sebagai pembungkus penisnya, kulihat nafasnya makin memburu dan…

“Crooott…. crooott… crooot” Spermanya tumpah di celana dalamku, kali ini dia melakukannya secara langsung di hadapanku si empunya celana dalam itu.

Aku sampai melotot melihat tingkah kurang ajarnya ini. Tanpa perasaan bersalah dia menggantungnya kembali ke gantungan pakaian setelah melumuri celana dalamku dengan cairan hinanya itu. Dia lalu menaiikan resletingnya kembali lalu berjalan membuka pintu.

“Makasih yah non… hehehe” ujarnya, aku hanya membalasnya denga senyum kecut.

Sungguh gila apa yang baru saja terjadi, aku tidak percaya kalau aku membiarkannya berbuat tidak senonoh seperti itu padaku. Sekarang aku betul-betul sangat horni karena kejadian barusan. Ku putuskan untuk bermasturbasi sambil tetap diguyur shower. Ku mainkan vaginaku sendiri yang memang sudah becek dari tadi. Tidak butuh waktu lama, “creeet.. creett” cairan bening memancar dengan derasnya dari vaginaku, aku squirting! Baru kali ini aku mengalaminya, dan itu di dapat dari tanganku sendiri!

 

***

Toyib
Esoknya, tukang ledeng datang untuk memperbaiki kamar mandi yang ada di kamarku. Yang kutahu orang ini kenalannya si Karmin, sepertinya umurnya jauh lebih muda dari Pak Karmin, mungkin sekitar tiga puluhan. Tapi tetap saja wajahnya sebelas dua belas dengan Pak Karmin ini, buruk rupa.

“Udah beres Bu..” kata si Toyib tukang ledeng ini keluar dari kamarku.

“Iya Pak, ini minum dulu airnya” kataku menawarkan kopi padanya.

“Makasih bu..”

“Udah lancar kan Pak?” tanyaku basa-basi.

“Udah kok Bu, silahkan di cek”

“Panggil non Risa aja Pak…” kataku sambil tersenyum padanya.

“Ya udah, saya tinggal bentar yah Pak. Mau mandi dulu sekalian ngecek udah lancar apa belum” kataku lagi meninggalkan mereka. Aku pun masuk ke kamarku, melepaskan bajuku lalu masuk ke kamar mandi. Memang sudah lancar, tidak mampet lagi seperti sebelumnya. Akupun mandi seperti biasa di sini.

“Tok tok tok” terdengar suara ketukan di pintu kamar mandi, siapa lagi kalau bukan Pak Karmin. Ku buka sedikit pintu kamar mandi dan kukeluarkan kepalaku.

“Iya Pak? Ada apa sih?” tanyaku yang merasa terganggu.

Ternyata tidak hanya Pak Karmin di sana, tapi juga si Toyib. Gila saja, tubuh telanjangku hanya dibatasi sebuah pintu, yang mana di sisi sebelah sana ada pembantuku dan orang asing tukang ledeng.

“Ini non, si Toyib mau ambil perkakasnya yang ketinggalan, sekaligus mau ngecek kalau airnya udah beneran lancar” terang pak Karmin.

“Udah lancar kok Pak... bentar saya ambilkan” kataku lalu menutup pintu. Tidak lama ku buka kembali pintunya sambil membawa beberapa kunci kepunyaan si Toyib.

“Ini Pak…” kataku sambil mengulurkan tanganku menyerahkan kunci-kunci itu.

“Makasih non… gak ada masalah kan non?” tanya si Toyib.

“Agak goyang dikit tuh Pak kerannya…”

“Wah, harus cepat diperbaiki tuh Yib” ujar pak Karmin sok ngerti pada Toyib.

“Benar tuh, saya perbaiki bentar yah non” kata Toyib sambil melangkahkan kakinya mendekat ke pintu kamar mandi.

“Eh, eh, bentar. Risa pakai handuk dulu” kataku sambil menutup pintu, aku tidak mau kecolongan lagi kali ini. Setelah melilitkan handuk, kubuka lagi pintu kamar mandi dan mempersilahkan mereka masuk.

 

Si Toyib ini lalu mencoba memperbaiki keran air yang longgar itu, bukannya baikan, malah tambah parah. Selang itu patah membuat airnya jadi muncrat tidak karuan.

“Pak, tolong bantu pegang” suruh Toyib tampak panik pada Pak Karmin.

“Non juga tolong pegangi sebelah sana” suruhnya padaku. Kok aku harus ikutan juga sih? tapi tetap ku turuti perintahnya dan memegang selang itu. Air yang muncrat kini bertambah deras dan membasahi handuk yang ku kenakan.

“Jleb!!” Handukku jatuh dari tubuhku, mungkin karena basah yang membuat handuk ini jadi berat sehingga terjatuh, lagian tadi aku makainya juga sembarangan karena buru-buru. Tentu saja mata mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Jadilah kini tubuh telanjangku terpampang dihadapan mereka berdua, yang seorang kacung dan seorang tukang ledeng. Tampak wajah si Toyib melongo melihat pemandangan ini, begitupun si Karmin, akhirnya dia kesampaian melihat vagina dan puting payudaraku. Aku langsung beraksi menutupi tubuhku dengan tangan.

“Duh Non, jangan dilepaskan dong, muncrat kan airnya” Kata si Toyib beralasan.

Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan saat ini, tapi ku turuti juga perintahnya dan kembali membantu mereka memegang selang itu sehingga vagina dan buah dadaku kembali terbuka untuk dinikmati oleh mata mereka. Di sini, aku satu-satunya wanita, sedang bertelanjang bulat di tengah pria-pria yang statusnya jauh di bawahku. Risih, takut, malu, dan horni semuanya bercampur jadi satu. Selama beberapa saat aku terus disini memegangi selang ini, mereka juga sesekali melirik ke arahku, menatap lekat-lekat tubuh telanjangku ini. Yang selama ini hanya suamiku yang melihatnya, kini sedang dipelototi dengan tatapan mesum oleh pria-pria ini. Akhirnya selesai juga, aku langsung berlari keluar untuk mengenakan handukku yang lain. Tidak lama mereka juga keluar dari kamar mandi.

“Maaf yah non, tadi kita gak sengaja ngelihat, hehe” ujar Toyib.

“Ya sudah Pak… saya mau lanjutin mandi dulu, udah bener kan Pak? gak ada masalah lagi kan? Awas kalau muncrat lagi”

“Iya Non, gak bakal muncrat kok, cuma kita nih yang belum muncrat, hehehe” ujar si Toyib

aku hanya nyengir saja sambil masuk ke kamar mandi. Aku jadi horni lagi karena kejadian barusan, dan lagi-lagi aku memutuskan untuk bermasturbasi di dalam sini, aku tidak peduli kalau mereka mungkin masih ada di kamarku. Saat selesai mandi dan kembali ke kamar, aku terkejut menemukan banyak ceceran sperma di lantai. Sepertinya mereka juga bermasturbasi saat aku mandi tadi, hingga menumpahkan sperma mereka dengan sembarangan di lantai kamarku. Terpaksa aku yang repot membersihkannya. Setelah berpakaian akupun kembali ke depan, ku lihat mereka sedang asik ngobrol. Saat sadar aku datang, mereka berhenti ngobrol dan senyum-senyum ke arahku.

 

“Gimana Non? Enak?” tanya Toyib.

“Hmm? Enak apa yah Pak?” tunggu, apa mereka tahu kalau aku tadi bermasturbasi di kamar mandi? Berarti mereka mengintipku tadi, sungguh kurang ajar. Tapi ku coba untuk tetap santai.

“…Iya Pak, enak” jawabku cuek.

“Kalau mau kita bisa tuh bantu, iya gak Pak?” kata Toyib ini.

“Bantu ngapain yah Pak?”

“Bantu biar tambah enak lagi Non, mau gak? Hehehe” ujar Toyib.

Aku paham maksud mereka, sungguh kurang ajar mereka berbicara seperti itu padaku. Tapi aku malah jadi berdebar-debar mengikuti obrolan mereka ini. Penasaran juga sih bagaimana rasanya batang kemaluan mereka menghujam vaginaku, mumpung suamiku lagi jauh di sana, hihihi. Kuputuskan menggoda mereka lebih jauh.

“Emangnya Risa mau diapain Pak?”

“Dibikin kelojotan gitu Non… dari pada pakai tangan sendiri, mending sama punya kita, hehe” kata mereka terang-terangan, jelaslah kalau mereka tadi memang mengintipku saat mandi.

“Memang bapak-bapaknya belum puas? Udah muncrat juga kan tadi? Capek tuh Risa ngelapnya”

“Hehe, maaf yah non… habisnya kita gak tahan sih” kata Pak Karmin. Aku senyum-senyum saja mendengar omongannya. Iya sih, siapa juga yang tidak tahan setelah melihat tubuh telanjangku, suamiku saja berkali-kali memuji dan mengaguminya, apalagi dari orang-orang seperti mereka. Selangkanganku terasa basah kembali, aku horni lagi!

“Pak, itu bajunya basah kan gara-gara tadi? Lepaskan aja dulu… ntar masuk angin lagi” ujarku pada mereka.

“Wah iya nih non, masih basah” kata pak Karmin sambil meraba-raba pakaiannya.

“Sini Pak…” aku lalu berdiri di depannya dan membantu melepaskan bajunya.

Pak Karmin nurut saja dilepaskan baju olehku. Kulakukan hal yang sama pada si Toyib. Sekarang mereka sudah bertelanjang dada, meski tampak kurus, tapi dada mereka begitu kekar dan berbidang.

“Risa ambilkan bajunya mas Agung yah Pak, ini biar di cuci dulu” kataku bangkit sambil membawa pakaian mereka.

Aku kemudian menuju kamarku, tapi ku lihat mereka ikut-ikutan bangkit mengikutiku ke dalam kamar. Jadilah kini aku berada di antara mereka yang sedang telanjang dada di dalam kamarku sendiri. Jantungku betul-betul berdebar dengan kencangnya.

“Lho kok ikutan sih Pak?” tanyaku, mereka hanya cengengesan saling berpandangan.

Aku pura-pura cuek saja, aku lalu membuka lemari baju dan mengambil dua kaos suamiku untuk mereka.

“Nih Pak, silahkan dipakai. Pak Karmin juga nih silahkan” kataku sambil menyerahkan kaos itu.

“Enakan gini aja deh Non, lebih adem, iya ga Yib?”

“Benar tuh Pak, hehehe, kalau bisa sih celana juga, biar makin adem” jawab Toyib mengiyakan.

“Emangnya celananya basah juga yah Pak?” tanyaku melirik ke celana mereka, tampak tonjolan yang cukup besar di selangkangan mereka. Ternyata mereka sudah ereksi, gawat.

 

“Iya nih non Risa, basah”

“Ya sudah, buka aja…” kataku, entah kenapa aku menyetujuinya.

Mereka lalu mulai membuka celana, bahkan beserta celana dalamnya. Sekarang mereka telanjang di kamarku! Tampak batang kemaluan mereka tegak dengan mantapnya, seakan menantang vaginaku untuk dimasuki. Ukuran batang penis si Toyib ternyata hampir sama besar dengan Pak Karmin, meski tidak sepanjang punyanya Pak Karmin, tapi sedikit lebih tebal, rambut kemaluannya juga tampak lebih lebat. Mereka lalu mengocok penis mereka masing-masing, sungguh mesum dan kurang ajar.

“Pak, ngapain sih?” kataku dengan nada keras.

“Coli non… gak apa kan kita coli di depan non bentar, hehehe” kata Toyib.

Sungguh kurang ajar permintaan mereka, tapi sensasi yang sedang kurasakan ini sungguh luar biasa, entah kenapa aku jadi menikmati dipandangi dan dijadikan bahan onani oleh mereka, yang seorang kacung dan tukang ledeng ini.

“Iya deh Pak, tapi cepetan…” kataku setuju. Maafin mama yah Pa, istrimu cuma dijadikan bahan coli aja kok, mereka cuma coli doang kok di kamar kita ini, hihihi… batinku sambil menatap potret suamiku yang ada di atas meja.

“Non, boleh gak kita liat susunya lagi, hehehe” Pinta Toyib. Apa? Dia pikir aku ini apaan? Tapi dasarnya aku sedang horni, penasaran juga rasanya sama-sama telanjang dengan pria lain yang bukan suamiku di kamarku ini.

“Ngmmm… tapi biaya perbaikan ledeng tadi gratis yah Pak?” tawarku yang sebenarnya hanya bercanda, tapi lumayan juga kalau dia setuju.

“Oke deh non, gak masalah, hehe”

“Kalau Pak Karmin, gajinya Risa potong setengah yah…” kataku sambil menatap Pak Karmin.

“Yah, masa dipotong sampai setengah sih non? Banyak amat” tolaknya. Dasar, gak mau rugi amat.

“Ya udah, ntar Pak Karmin bersihkan tuh gudang belakang” suruhku, barulah dia setuju.

Dengan dada berdebar aku lalu membuka baju kaosku, akhirnya aku juga telanjang dada di hadapan mereka. Suatu perasaan menggelitik seperti kesetrum, sungguh sensasional. Buah dadaku yang bulat membusung kini terekspos bebas dihadapan pria-pria lusuh ini. Biasanya hanya suamiku yang melihatnya, tapi kini ada dua pria lain.

“Duh, mantap banget, gak tahan pengen pegang, hehehe” kata Pak Karmin dengan menggerak-gerakkan tangannya sendiri seperti meremas.

“Mau ngapain Pak? Inget jangan macam-macam” kataku tegas.

“Hehe, iya non.. maaf deh”

“Hehe, beruntung banget bapak punya majikan kaya Non Risa ini” kata Toyib.

“Iya, gue gitu loh” kata Pak Karmin yang entah kenapa berlagak sombong begitu.

“Pintu depan udah dikunci kan Pak? Ntar kalau ada orang masuk bisa gawat” tanyaku padanya.

“Udah kok Non, tenang aja…” katanya.

“Ya udah cepetan…” suruhku. Mereka lalu mulai mengocok penis mereka sendiri di depanku. Tampak batang penis mereka makin tegang dan membesar, urat-urat menonjol dari penis mereka membuat aku bergidik melihatnya.

“Tanggung nih Non, telanjang dong, biar lebih cepat keluarnya” pinta Toyib ngelunjak.

 

Aku berpikir keras, apa aku harus telanjang bulat lagi di hadapan mereka? Tapi ya sudah, mereka juga sudah melihat tubuh telanjangku tadi, lagian mungkin dengan itu mereka bakal cepat keluar. Aku lalu menarik celana pendek selututku itu, kemudian dengan gerakan perlahan membuka celana dalamku sehingga aku kembali bugil di hadapan mereka. Mas, sekarang istrimu bugil lagi lho di hadapan mereka, pura-pura gak tahu aja yah mas, hihihi… batinku lagi saat kembali melihat potret suamiku.

“Gila, mantap banget, masih pink, seger banget tuh memek, pengen gue sodok rasanya” Ujar Toyib vulgar. Vaginaku memang rajin kurawat, tentu saja tujuannya memang untuk suamiku. Warnanya juga masih pink dan tentu saja masih sempit. Kulihat mereka makin cepat mengocok penisnya, aku juga sebenarnya juga makin horni. Rasanya aku ingin menggesek-gesekkan jariku pada klirotisku saat ini juga. Tapi mana mungkin aku melakukannnya di depan mereka, gengsi dong. Vaginaku terasa sangat becek, bahkan ada cairan yang mengalir jatuh melewati pahaku, dan sepertinya hal itu kelihatan oleh mereka. Duh, jantungku berdebar kencang, begitu memalukan.

“Udah becek yah Non? hehe” tanya Pak Karmin melihat keadaanku yang tampak tidak tenang, aku hanya tersenyum kecut.

“Non, kita boleh coba satu celup gak?” katanya lagi.

“Gak!” kataku menolak. Gila aja aku disetubuhi mereka, tapi di hati memang penasaran juga sih, lagian aku sudah sangat horni sekarang, hihihi.

“Yah, boleh yah Non… bentar aja kok… Mas Agung kan lagi gak ada, gak bakal tahu kok suami Non.. hehehe…”

“Iya, gak baik lho nahan-nahan… sini kita bantu” ujar Toyib ikut-ikutan.

“Tapi kan Pak…” aku masih ragu, masa aku harus mengkhianati suamiku seperti ini. Apalagi melakukannya dengan mereka, tapi aku sangat horniii… gimana dooong.

“Janji kok Non cuma sekali ini aja, cuma mau bantuin Non Risa aja kok… kita juga udah gak tahan nih, apalagi saya, sejak mas Agung menikah dengan Non Risa saya udah mupeng berat tiap liat Non, hehehe…” kata Pak Karmin terus mencoba membujukku untuk disetubuhi. Akhirnya aku luluh juga. Soalnya aku memang sedang horni berat sih, butuh sesuatu untuk memuaskan nafsuku saat ini, rasanya tidak cukup hanya dengan tanganku sendiri. Lagian gak masalah rasanya kalo cuma sekali, cintaku tetap untuk suamiku.

“Janji yah Pak cuma sekali?”

“Iya kok cuma sekali untuk hari ini, besok sekali lagi, hehehe” kata Pak Karmin seenaknya. Tapi aku malah tersenyum mendengarnya.

Aku lalu menatap foto suamiku.Mas, aku minta izin dientotin mereka yah… Cuma bentar kok.. habisnya gak tahan sih, cintaku tetap untuk mas kok.. batinku.

 

“Ya udah Pak…” setujuku, tampak mereka begitu kegirangan dengan wajah mesum.

Aku yang sudah sangat horni lalu menarik tangan mereka berdua ke ranjang, aku sudah betul-betul tidak tahan untuk dipuasi. Pak Karmin langsung menindih tubuhku, kulit kasarnya yang hitam bergesekan dengan kulit putih mulusku. Dia lalu dengan ganasnya mencium bibir tipisku sambil meremas buah dadaku, aku yang memang sudah bernafsu mencoba mengimbangi dan membalas ciumannya. Sedangkan Toyib saat ini sedang menjilati bagian tubuhku yang lain seperti tangan, perut dan pahaku sambil tangannya juga meremas buah dadaku yang satunya. Baru kali ini aku merasakan hal seperti ini, dikeroyok oleh dua orang laki-laki, terlebih orang itu kacung dan tukang ledeng, betul-betul gila. Sekarang gantian Toyib yang menciumi bibirku, sedangkan Pak Karmin mengulum buah dadaku, menjilati dan menggigit-gigit puting payudaraku yang sudah tegak mancung. Tangan Pak Karmin juga dengan nakalnya mengulek-ulek vaginaku, membuat aku jadi mendesah kenikmatan. Sambil tetap berciuman denganku, si Toyib juga ikut-ikutan memainkan jarinya di vaginaku. Jadilah lubang vaginaku kini dipenuhi oleh jari-jari mereka berdua, aku merasa seperti kesetrum karena rangsangan mereka yang tidak ada habis-habisnya itu. Bahkan aku sampai klimaks dibuatnya.

“Udahan pak.. cepat masukin…” suruhku karena sudah tidak tahan, vaginaku betul-betul gatal pengen disodok. Pak Karmin lalu memposisikan tubuhnya di hadapanku, lalu mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku yang sudah amat becek.

“Ngghh.. iya Pak… terus, entotin Risa” racauku mendesah kenikmatan. Pompaan penis Pak Karmin semakin cepat, goyangannya sangat kasar membuat tubuhku terhentak-hentak. Aku tidak dapat membayangkan bila suamiku menemukan istrinya sedang disetubuhi oleh kacungnya seperti ini, bahkan ada satu orang lagi yang antri menunggu giliran. Sungguh binal, usia pernikahan kami baru tiga bulan, dan juga baru ditinggal seminggu oleh suamiku tapi aku sudah berbuat begini, rencanya suamiku akan berlayar selama dua bulan. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi hari-hari setelah ini.

“Pak, gantian dong.. saya juga pengen coba nih…” pinta Toyib penasaran.

“Ah, ganggu aja lu, ya udah nih.. entotin deh istri majikan gue ini puas-puas, mumpung gak ada suaminya, hehehe” kata Pak Karmin. Toyib lalu menggantikan posisi Pak Karmin, dia sama kasarnya dengan Pak Karmin, menggenjot tubuhku seenaknya, tapi gak apa sih, ternyata nikmat juga rasanya dikasari gini, hihihi.

“Sepongin dong Non…” pinta Pak Karmin mengarahkan penisnya ke mulutku.

Tanpa sungkan lagi, ku persilahkan penisnya menjejali mulutku. Betul-betul gila, aku dikeroyok diatas ranjangku sendiri. Mereka bergantian menjejali penis mereka ke vaginaku, saat yang satu menggenjot vaginaku, yang satunya menggenjot mulutku. Ternyata nikmat banget rasanya threesome, baru pertama kali ku rasakan kenikmatan seperti ini. Rasanya jauh dibandingkan dengan permainan dengan suamiku yang biasa-biasa saja. Kami melakukannya dalam berbagai macam posisi, bahkan dalam posisi yang baru aku tahu yang belum pernah kupraktekan bersama suamiku.

 

“Non, mau keluar nih… keluarin di dalam aja yah…” pinta Toyib.

 Aku mengangguk, soalnya penasaran bagaimana rasanya sperma laki-laki lain memenuhi rahimku ini. Sambil memeluk tubuhku erat-erat, dia meraung kenikmatan. “Croot… crooot” spermanya menyemprot dengan banyaknya di vaginaku. Di saat yang bersamaan aku juga mencapai klimaksku, kubalas pelukannya sambil menekankan pinggulku yang membuat penisnya makin dalam masuk ke liang vaginaku.

“Ah, sial lu Yib, jadi becek gini, padahal gue juga pengen nyemprot di dalam” kata Pak Karmin setelah Toyib selesai mengosongkan isi buah zakarnya ke dalam vaginaku. Tapi Pak Karmin tetap memasukkan penisnya ke vaginaku, sehingga sperma Toyib jadi meluber keluar. Setelah beberapa goyangan, Pak Karmin juga menumpahkan spermanya di vaginaku. Aku tidak dapat membayangkan kalau nanti aku akan hamil anak mereka, mudah-mudahan nggak deh. Tapi kalau emang hamil gak apa juga sih, asal ntar anaknya mirip aku, hihihi.. Yang penting suamiku gak boleh tau kalau vagina istrinya pernah dipejuin laki-laki lain selama dia pergi.  Mereka berdua rebah di ranjang, di sisi kiri dan kananku. Betul-betul luar biasa rasanya, aku betul-betul puas. Untung saja mereka tidak minta nambah, soalnya aku sudah lemas.

“Sekali ini aja yah pak, jangan macam-macam lagi yah… kasihan suamiku ntar istrinya dientotin sama kalian gini…” ujarku pada mereka.

“Asal gak tahu gak apa lah non, hehehe..” balas mereka. Aku hanya tersenyum saja sambil geleng-geleng kepala. Tidak lama kemudian, Toyib pulang, begitupun Pak Karmin kembali melanjutkan tugasnya beres-beres rumah.

 

 

***

Aku pikir, hanya sekali itu saja aku disetubuhi mereka. Tapi ternyata aku salah, beberapa hari kemudian aku dientotin Pak Karmin lagi. Gak tahan katanya melihat bajuku yang asal-asalan ini, apalagi sering juga aku kedapatan tidak memakai dalaman. Dengan nolak-nolak tapi mau akhirnya aku digenjot juga hari itu, dimana lagi kalau bukan di atas ranjangku ini. Yang mana kini bukan aku dan suamiku yang sedang bersetubuh, namun aku dan kacungku.

“Non, kalau mas Agung tau istrinya saya entotin gini gimana yah non? Hehehe” tanya Pak Karmin.

“Ssssttt.. ntar kedengaran lho..” kataku melirik ke foto suamiku. Pak Karmin juga ikut melirik ke arah foto suamiku itu dan tersenyum.

“Mas Agung, istrinya aku entotin yah… hehehe” katanya seperti berbicara pada suamiku, kemudian mengangkat pinggulku tinggi-tinggi lalu menggenjot vaginaku dengan kasar.

“Ngmmhh.. Pak, pelan.. pelan.. sshhh… Ntar dihajar suami Risa lho…” rengekku.

Tiba-tiba Pak Karmin mencabut batang penisnya, lalu mengambil foto suamiku yang ada di atas meja dan menyuruhku memegangnya. Dia lalu kembali menggenjotku. Gila, aku tidak tahu apa yang kurasakan sekarang, hatiku campur aduk dibuatnya. Bayangkan saja, aku sedang disetubuhi pria lain di atas ranjangku sambil memegang foto suamiku!

“Hehe, beruntung banget yah mas Agung punya istri kayak Non Risa… Udah cantik, putih, trus sempit banget memeknya. Sayang dia jarang pulang, hehehe” kata Pak Karmin.

“Kan demi nafkahin istrinya Pak, hihihi.. ia gak mas?” jawabku sambil menatap foto suamiku yang kini ada di genggamanku.

“Mas Agung, istrinya saya bikin hamil yah? Mas nya cari nafkah yang banyak aja sana, biar istrinya saya yang hamilin, hehehe”

“Tuh, dengar mas… istrimu mau di hamili lho… makanya cepat pulang… tapi kalau emang mau lihat istrimu ini dihamili orang lain ya terserah. Tapi aku tetap cinta mas kok...” kataku lalu mencium foto suamiku ini.

“Cuma ntar anaknya aja yang bukan anaknya mas, hihihi” sambungku lagi.

Aku tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan dan ku lakukan barusan, tapi sensasi ini sungguh luar biasa, vaginaku makin geli dibuatnya. “Iya tuh, anaknya ntar anak saya lho… hehe, nih udah mau keluar benihnya… saya pejuin lagi yah mas rahim istrinya…” kata Pak Karmin dengan nafas memburu.

“Crooot… crooot” sperma Pak Karmin menembak lagi dengan banyaknya ke liang vaginaku, bertepatan dengan aku yang juga meraih orgasme. Orgasme yang ku dapat bukan dari suamiku, melainkan dari kacungku. Saat orgasme, aku juga terus memandang foto suamiku. Sensasi bercinta dengan pria lain di depan foto suamiku sungguh luar biasa, apalagi kalau suamiku betul-betul melihat istrinya ini dientotin di depan matanya, gak tau deh apa yang bakal terjadi, hihihi.

Pak Karmin ambruk di sampingku. Kami sama-sama kehabisan nafas setelah permainan panas kami barusan. Antara aku, Pak Karmin dan foto suamiku.

 

Setelah beberapa saat istirahat, penis Pak Karmin kembali tegang lagi.

“Non, ini lubang satunya kayanya masih perawan yah? Boleh dong saya perawani? hehehe”

“Jangan Pak.. sakit kalau di sana” kataku menolak.

“Lah, kan Non belum pernah rasakan, kok bisa tahu sakit sih?”

“Yang Risa tahu sih gitu Pak, entotin memek Risa aja deh… jangan aneh-aneh” suruhku yang juga belum puas, vaginaku meminta untuk kembali digenjot.

“Coba dikit aja dulu non, coba selipin dikit.. ntar kalau sakit baru deh gak jadi… mau yah non?” bujuknya lagi. Ya… kupikir tidak ada salahnya mencoba.

“Ya udah Pak.. pelan-pelan tapi” jawabku menyetujui. Gila, aku bakal dianal oleh kacungku sendiri. Suamiku saja tidak pernah melakukannya padaku, tapi sekarang aku malah menyerahkan keperawanan anusku pada kacungku.

“Mas, kali ini istrimu bakal di entotin pantatnya sama Pak Karmin, gak apa yah mas? Lagian kan Mas gak suka main tusuk belakang, hihihi” kataku pada foto suamiku ini.

Dengan dibantu sedikit ludahnya dia mulai menempelkan ujung kepala penisnya di permukaan anusku. Dia masukkan sedikit demi sedikit.

“Pelan-pelan pak.. sakit”

“Iya Non.. ini juga pelan-pelan”

Setelah sebagian kepala penisnya masuk, dengan gerakan tiba-tiba dia hujam batang penisnya seluruhnya ke pantatku, aku menjerit kesakitan karenanya. Kasar banget nih kacung. 

“Paaaakkk, sssshh… sakit, udah dibilangin pelan-pelan” rengekku. Tapi dia tidak menghiraukanku dan terus menggoyangkan pinggulnya menghujam anusku dengan kasar. Foto suamiku sampai terjatuh dari ranjang dibuatnya, membuat kaca pada bingkainya menjadi pecah. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak dan terus saja digenjot oleh kacungku ini. Sungguh sakit sekali rasa di anusku, tapi ku coba untuk tetap menikmatinya. Entah karena sangat sempit, dia jadi keluar lebih cepat sekarang. Pejunya tumpah dengan banyaknya dalam anusku hingga meluber ke pahaku.

Sungguh, gilaaaaa…..

 
***

Setelah itu, aku selalu berjalan tertatih dan mengangkang selama beberapa hari, mau duduk juga susah. Pak Karmin malah tertawa kecil melihat tingkahku ini. Untung saja beberapa hari ini aku tidak keluar rumah, bisa ditanyakan orang sekomplek ntar kenapa aku jalan ngangkang, masa mau jawab habis dianalin Pak Karmin, gak mungkin kan…Beberapa hari sekali, Pak Karmin selalu minta jatah padaku, kadang si Toyib juga kembali ikut-ikutan menyetubuhiku. Hingga akhirnya aku hamil, tapi aku tidak tahu ini anak siapa. Mungkin anak dari suamiku, tapi lebih besar kemungkinannya kalau ini anak dari kacung atau tukang ledeng itu. Akupun mengabari suamiku kalau aku sedang hamil, tentu saja dia sangat bahagia disana mendengarnya, padahal belum tentu ini anaknya, hihihi. Tapi yang penting, suamiku tidak boleh tau kalau ketika dia tidak di sisiku, aku bermain dibelakangnya dengan orang-orang ini. Makanya, jangan kasih tahu dia yah…. Sssstttttttt!!!

 

TAMAT

By: Bramloser