Selasa, 15 Mei 2012

The Wild Orchids: Lust and Research

Rosalie

“Karakteristik anggrek...species...metode pembudidayaan” Rosalie membolak-balik buku tebal itu sambil duduk di jendela kamarnya yang terbuka.
Matanya terpaku pada gumpalan ungu bunga anggrek yang merekah berbunga dalam semalam. Ia harus menuntaskan tulisannya dengan cepat karena hari itu hari Jumat dan besoknya ia berencana pulang ke ibukota untuk berkumpul bersama papa mamanya. Namun, sebelumnya ia bertekad menyelesaikan dulu tesisnya satu bab atau setidaknya setengahnya agar dapat berakhir pekan dengan lebih tenang. Di luar begitu cerah dan menyenangkan, saat yang tepat untuk dipakai jalan-jalan. Setelah  satu jam menyelam dalam ilmu botani, dan otaknya mandeg belum bisa mengeluarkan apapun untuk ditulisnya, Rosalie akhirnya menutup bukunya dan beranjak ke lantai bawah. Dia keluar lewat pintu teras belakang yang terbuka dan berjalan pelan menyusuri taman belakang. Dari sana, Rosalie meneruskan langkahnya ke jalan kecil berkerikil yang diapit pohon mangga di kanan kirinya. Dia baru berhenti saat tiba di tembok batu batas pekarangan rumahnya.
“Ah,” Rosalie merenggangkan badannya. Dia menghirup udara sejuk sore itu banyak-banyak untuk mendinginkan paru-parunya yang kering.

Rosalie Lisdiana (25 tahun), nama lengkapnya, seorang mahasiswi S2 yang sedang menyusun tesisnya tentang pembudidayaan anggrek di tanah air. Selain memiliki otak yang encer, ia juga dikaruniai penampilan fisik yang menawan dengan kulit putih dan rambutnya yang panjang. Sejak jaman kuliah S1nya ia memang berbeda dari gadis-gadis lain seusianya yang banyak menghabiskan waktu di kafe, mall ataupun tempat dugem. Rosalie lebih suka mengisi waktu luangnya dengan hiking menikmati keindahan alam di desa dan daerah-daerah yang masih alami. Itulah sebabnya ia mengambil jurusan biologi yang sesuai minatnya. Untuk mendapatkan inspirasi lebih dalam penyusunan tesisnya ia menyewa sebuah rumah di daerah pegunungan yang milik seorang kenalan ayahnya, alasan lain adalah karena di kabupaten itu terdapat lab. penelitian milik universitas tempatnya kuliah yang sangat menunjang aktifitasnya. Dalam suasana yang tenang dan back to nature itu ia yakin pikirannya dapat mengalir lebih lancar. Wanita itu duduk di atas bongkahan batu dan menggantung kakinya. Dia memandangi tanah luas yang terbentang di depannya, hutan kecil dengan petak-petak kebun yang penuh dengan sayur dan buah-buahan beraneka ragam. Rosalie sadar, dia tak boleh membuang-buang waktu jika tetap masih ingin pergi bersama ibunya. Melompat turun dari batu, wanita itu segera berjalan pelan melintasi rerumputan. Mengikuti alur sungai yang bening, ia menerobos semak belukar dan bentangan rumput tebal, berlari turun ke sisi bukit dan melintasi padang bunga liar, melompat riang dari satu batu ke batu yang lain, sesekali meleset dan jatuh. Rosalie tertawa keras pada kecelakaan kecil ini, lalu kembali berlari untuk mengejar angin.
“Yu-huuuu!” wanita cantik itu berteriak, penuh kebebasan.

Ia terus mengikuti aliran sungai hingga tiba di padang rumput yang lain, padang rumput yang rapi dan terawat. Jalan setapak di depannya berlumut dan diberi batu pijakan halus menuju kedalamannya yang misterius. Pohon dan dedaunan dipangkas pendek, cukup menonjol untuk setengah bersembunyi dan setengah menggoda, seperti hutan ajaib dalam cerita dongeng. Jalinan kawat berduri melindungi tempat itu, dengan papan tanda peringatan bertebaran dimana-mana, mengumumkan bahwa ini adalah tanah pribadi dan para pelanggar batas akan dihukum seberat-beratnya.
“Dasar orang pelit!” Rosalie sangat tahu siapa pemilik lahan itu.
Setiap berangkat ke lab. botani di kabupaten itu, ia selalu melintasi gerbang depannya yang kokoh bagai penjara. Pemiliknya adalah seorang kaya tapi aneh, namanya Marijan Raharjo, seorang tua bangka pemarah yang selalu terlibat masalah dengan para tetangganya. Seorang yang jahat luar biasa. Tapi anehnya, di sekitar rumahnya, bertebaran banyak rumah kaca cantik yang dipenuhi tanaman tropis, bunga anggrek langka dari seluruh dunia, dan taman bergaya Italia yang sangat indah. Rosalie tahu itu dari cerita seorang tukang kebun di lab. yang pernah bekerja di sana sebagai tukang kebun.
“Dilarang Masuk.” Rosalie membaca tanda peringatan di depannya.
Sudah bukan jamannya lagi orang ditangkap karena berjalan santai di tanah orang lain. Paling kalau kepergok nanti, ia cuma disuruh pergi. Lagipula, juragan Marijan, begitu penduduk sekitar memanggilnya, pasti cuma berada di dalam rumah. Hanya para pembantu dan tukang kebun yang berada di luar, dan mereka pasti punya lebih banyak kesopanan ketimbang majikan mereka. Selain itu, ia tidak ada niat jahat masuk ke situ seperti mencuri atau sejenisnya, ia hanya ingin mempelajari tumbuhan lebih lanjut demi penelitiannya.
“Lewat sini aja.”
Rosalie memilih bagian kawat yang agak renggang dan menggeliutkan tubuhnya. Dalam satu detik, ia sudah berada di dalam dengan sedikit sobekan kecil di ujung bajunya. Wanita itu berjalan menuju ke sebuah taman, bukan taman bunga, tetapi kebun sayur yang sangat luas. Petak-petak rapi berbagai sayuran yang baru tumbuh memenuhi seluruh tempat itu. Berjongkok di antara bulatan kol yang berair, tampak si tukang kebun sedang sibuk menata bawang muda, membelakangi Rosalie. Wanita itu mengamatinya ragu, terbelah antara keinginan untuk lari dan naluri untuk menyapa ramah. Lelaki itu terlihat jantan dengan kulit gosongnya, seperti gambar dalam lukisan. Memakai celana selutut dan kaos lengan panjang, di kepalanya memakai sebuah topi bundar untuk melindungi dari terik matahari, laki-laki itu sepertinya tidak begitu ramah. Punggungnya agak bungkuk, mungkin karena sakit rematik. Kalaupun ia nanti marah dan mengejar Rosalie, wanita itu yakin bisa berlari lebih cepat. Maka Rosalie duduk di atas gerobak tanaman dan terus mengamati.
“Hahh,” laki-laki itu menyeka keringat yang mengalir membasahi dahinya.
Tunas bawang di tangannya sudah habis. Ia berdiri untuk menegakkan punggungnya. Tapi bukannya mengambil bibit bawang yang masih tersisa, laki-laki itu malah membuka celananya dan mengeluarkan penisnya untuk kemudian kencing secara sembarangan. Kejutan yang tak terduga itu hampir membuat Rosalie terjengkang ke belakang. Suara berisik dari gerobak tanaman yang terjungkir membuat laki-laki itu menoleh.
“Ah, eh.. selamat sore!” ujar Rosalie berusaha terdengar ramah, dengan mata tak berkedip menatap penis besar milik si lelaki itu yang masih mengucurkan air seni.
“Ohh!” tak kalah kagetnya, tukang kebun itu segera berbalik untuk menyembunyikan kelaminnya dari pandangan wanita muda yang tidak dia kenal ini.
“Maafkan aku.” Rosalie berkata penuh penyesalan, takut membuat laki-laki itu marah.

Si tukang kebun

“Apa yang kau lakukan disini?” gerutu laki-laki itu, penisnya sudah kembali masuk ke balik celana katunnya, tapi tonjolannya yang besar mustahil untuk disembunyikan, masih tercetak samar di sekitar selangkangannya.
“M-melihat bapak menanam bawang.” Rosalie menelan ludah saat melihatnya.
Laki-laki itu menggerutu lagi sambil menegakkan punggungnya dan maju selangkah ke arah Rosalie. “Kamu datang darimana?” tanyanya kasar.
“Dari sana.” Rosalie melambaikan tangan sejauh-jauhnya ke arah barat, arah yang berlawanan dari arah rumahnya.
“Hm,” sahutnya. “Untuk apa kamu kemari?”
“Aku ingin mampir kesini dan melihat seperti apa koleksi anggrek milik juragan Marijan. Tumbuh-tumbuhan adalah hobiku, terutama bunga anggrek, aku sedang melakukan penelitian tentang itu” jawab Rosalie dengan jujur.
“Wah, aku kira...” laki-laki itu mendekat lagi dan menatap Rosalie tanpa berkedip “Apa kamu tidak melihat papan peringatan di ujung pagar sana?”
“Oh, aku tak pernah memperhatikan hal-hal semacam itu,” sahut Rosalie dengan santai. “Kita tidak akan kemana-mana di dunia ini kalau menuruti tulisan-tulisan seperti itu.”
Tanpa diduga, lelaki itu terkekeh. “Aku rasa kamu benar.” Ia setuju. “Aku pun tak mau terhambat tulisan seperti itu.”
“Pak, boleh saya membantu menanam bawang?” Rosalie bertanya dengan sopan. Ia berharap, dengan cara ini ia bisa merayu laki-laki itu sehingga nanti diperbolehkan untuk melihat taman Anggrek milik Juragan Marijan sambil belajar juga mengenai bawang.
“Oh, tentu boleh.” Di luar dugaan, laki-laki itu menerima tawaran Rosalie dengan ramah dan menjelaskan bagaimana caranya.
Bawang itu sangat kecil dan mereka harus ditancap tegak lurus dengan hati-hati. Sangat sulit bagi tunas bawang untuk membalik diri sendiri jika tumbuk ke arah yang salah dari awal.
“Begini.” Laki-laki itu membimbing tangan Rosalie sambil memeluk tubuh wanita itu dari belakang.
Satu meter pertama hasilnya kacau balau karena Rosalie tidak bisa konsentrasi. Penis tegang milik laki-laki itu yang menempel ketat di bokongnya membuat wanita itu sesak nafas. Selanjutnya malah makin parah, tidak ada satupun bawang yang menancap di tanah, karena tangan laki-laki itu lebih banyak dipakai untuk mengelus jari-jari Rosalie daripada mengurusi bawang.
“Lanjutkan, kamu berbakat.” puji laki-laki itu sambil berbisik mesra di telinga Rosalie. Nafasnya yang hangat membuat darah wanita itu berdesir.

Mereka melanjutkan hingga 3 meter berikutnya. Dan sepanjang itu pula si lelaki tua makin mendekatkan tubuhnya untuk memeluk tubuh Rosalie makin erat. Bahkan kini dia dengan terang-terangan menggesek-gesekkan penis kakunya ke bokong Rosalie yang bulat. Wanita itu cuma mendesah menerimanya, tidak menolak. Entah kenapa dia bisa seperti ini. Padahal laki-laki itu sudah tua, dan dari segi fisik sangat tidak menarik sekali. Tapi nyatanya, gairahnya terpancing. Mungkin karena tadi dia sempat melihat penis laki-laki itu dalam keadaan ereksi dan ditambah sekarang sekarang benda itu menempel ketat di belakang tubuhnya. Membayangkannya saja sudah membuat Rosalie bergidik. Di setengah meter ke empat, setelah mengendus dan merasakan keharuman tubuh Rosalie, laki-laki itu akhirnya tidak tahan. Dia merangkul Rosalie dan mengecup bibir wanita itu dengan kasar. Rosalie berusaha sedikit memberontak, tapi dekapan tangan laki-laki itu mustahil untuk dihindari. Dia tidak bisa bergerak, dan terpaksa menerima dengan pasrah lumatan laki-laki itu di bibir tipisnya yang manis.
“Ahhh,” Rosalie melenguh saat tangan kasar laki-laki itu meremas salah satu bulatan payudaranya. Remasan yang satu disusul dengan remasan yang lain, juga pijitan lembut di ujung putingnya yang mulai mengeras.
Tangan Rosalie menggapai, berusaha mencari pegangan. Tapi bukannya lengan atau tongkat kayu yang dia dapatkan, jari-jarinya malah menggenggam penis besar milik si lelaki yang entah sejak kapan dikeluarkan. Yang jelas, benda itu sekarang terpampang jelas di depannya.
“Jilatin ya?” laki-laki itu tanpa malu-malu meminta, tahu kalau Rosalie tidak akan menolak.
Tak bergerak, Rosalie terkesiap memandangi penis hitam legam dalam genggamannya, benda itu terlihat lebih besar daripada saat kencing tadi. Ujungnya yang tumpul membengkak berkedut-kedut, dengan sedikit cairan bening membasahi lubangnya yang mungil. Ragu-ragu, Rosalie terus memandanginya tanpa berbuat apa-apa. Tercium bau amis samar dari penis itu. Rosalie mengernyitkan alisnya.
“Kenapa?” laki-laki itu bertanya dengan lagak penasaran.
Rosalie menggeleng, dia mencoba mencari tahu perasaan apa dalam hatinya yang membuat dia  sampai mau melakukan hal ini. Perasaan yang anehnya, membuat dia semakin bergairah. Wanita itu memandang sayu, pipinya yang bulat bersemu merah seiring dorongan nafsunya yang semakin menggelora.

“Ayo kocok...begini nih!” laki-laki itu menggerakkan tangan Rosalie maju mundur mengurut penisnya.
Rosalie mengikutinya dengan sedikit ragu. Bagaimanapun, dia adalah seorang wanita, wanita terhormat dari golongan darah biru yang tabu untuk menyerahkan tubuhnya begitu saja pada laki-laki lain, apalagi dengan orang asing yang tidak dia kenal sama sekali, bahkan namanya saja dia tidak tahu.
“Haruskah aku melakukannya?” Rosalie bertanya mencari alasan.
“Kalau kamu masih ingin melihat koleksi anggrek milik juraganku.” jawab laki-laki itu yang langsung membuat Rosalie menurut. Demi bunga-bunga langka itu, dia rela melakukan apa saja.
Akhirnya, dengan menarik nafas panjang, mulut wanita itu mendekat dan mulai mengecup ujung penis itu dengan bibir merahnya yang tipis. Mengulum demi sebuah anggrek tidak ada ruginya, pikir Rosalie sambil  melanjutkan kocokan dan ciumannya.
“Aku yakin kamu bisa lebih pintar dari ini.” laki-laki itu mendorong penisnya. “Ayo, buka mulutmu!”
Rosalie mengangguk. Dengan bibir sedikit terbuka, dia coba menjilat kepala penis itu, dan langsung meringis saat rasa asin yang menyengat menyerang lidahnya. Wanita itu mendelik jijik, tapi tak urung tetap melanjutkan jilatannya. Bayangan indahnya Anggrek hutan mengalahkan rasa mualnya. Lidahnya yang runcing terus bergerak-gerak, mengelus dan membasahi batang hitam panjang itu, dan pelan, menelannya hingga amblas seluruhnya ke dalam mulutnya.
“Hmpph!” Rosalie melenguh merasakan mulutnya yang penuh. Lidahnya berusaha terus menjilat, yang secara tak sadar malah seperti menggelitik penis hitam itu.
“Ahhh,” laki-laki di hadapannya melenguh, memejamkan mata, menikmati setiap gerakan lidah wanita itu yang bergerak samar. “Ya, begitu. Ohhhh... terus. Nikmat sekali.” Dia menceracau.
“Mmph! Hehmm...” Rosalie terus menjilat.
Penis laki-laki itu terasa semakin mengeras dan terus membesar di dalam mulutnya, membuat dia hampir tidak bisa bernafas. Tapi wanita itu terus mengulumnya. Kegiatan itu baru terasa benar-benar melelahkan setelah 5 menit berlalu dan belum ada tanda-tanda laki-laki itu akan orgasme dalam waktu dekat.
“Waduh...mau sampai kapan nih?” batin Rosalie dalam hati.
Namun, dia tidak mau menyerah. Bayangan Anggrek yang menari-nari di matanya membuat wanita cantik itu bertahan. Bagaimanapun, laki-laki itu ada batasnya, dan dia cuma perlu menunggu dengan sabar.

“Uuhhhh!” dengus penuh kenikmatan dari laki-laki itu makin menambah semangatnya.
Apalagi sekarang penis pria itu sudah berkedut-kedut kencang. Ujungnya juga semakin banyak mengeluarkan cairan. Warnanya yang tadi hitam, kini sudah berubah jadi coklat kemerahan, tanda kalau benda itu akan meledak tidak lama lagi. Rosalie mempercepat kocokannya. Dia juga menjilati kantong pelir laki-laki untuk menambah daya rangsangnya.
Dan didahului dengan geraman panjang, “AARRGGGHHHHH!!” laki-laki itupun orgasme.
Tubuhnya yang kurus berkedut-kedut kencang dengan semprotan sperma kental yang muncrat banyak sekali ke bibir dan wajah Rosalie tanpa wanita itu sempat menghindar. Cairan itu menempel, menghiasi kulit wajah wanita itu yang putih mulus, dan meleleh turun di antara lehernya yang jenjang. Rosalie melenguh tanpa bisa berbicara.
“Ahhh,” laki-laki itu memeras penisnya hingga tetes terakhir. Setelah puas, dia akhirnya membuka matanya dan menatap Rosalie dengan raut muka bahagia. “Terima kasih, cantik.” cetusnya. “Kita bisa istirahat sekarang.”
Keduanya duduk berdampingan, Rosalie di atas gerobak sayuran, dan lelaki itu di atas ember plastik. Rosalie menyeka sisa-sisa sperma yang menempel di wajahnya,  sementara laki-laki itu memasukkan kembali penisnya yang mulai mengkerut.
“Bagaimana rasanya bekerja pada Juragan Marijan?” Rosalie bertanya menyelidik sambil membuang tisu kedua yang basah oleh sperma laki-laki itu. “Apakah dia sejahat yang dikatakan orang-orang?”
Tukang kebun itu terkekeh sedikit sambil menyulut rokoknya. “Hmm,” dia menyahut dengan hati-hati. “Juragan selalu baik padaku.”
“Aku pikir dia itu jahat!” sahut Rosalie. Tangannya kini sibuk membenahi rambutnya yang tadi sempat acak-acakan.
“Ah, aku yakin dia tidak seperti itu.” lelaki itu meminta maaf,  dia kembali memegang dan mengelus-elus jari-jari lentik Rosalie. “Mungkin dia... em, agak kasar, lebih tepatnya. Juragan memang jarang bergaul dengan orang lain, maklum dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi” tukang kebun itu mengisap rokoknya dalam-dalam sambil menengadah ke langit
“Ooohh...begitu” Rosalie mangut-mangut, “istri dan anaknya?”
“Istrinya sudah meninggal lama sekali, yang lebih menyedihkan adalah putra tunggalnya yang meninggal dalam sebuah kecelakaan, padahal dia anak yang baik, dia sudah mau lulus universitas waktu itu” pria tua itu bercerita dengan suara berat.
“Aku mengerti...ternyata dia bukan seperti kata orang kebanyakan, aku sekarang malah jadi kasihan padanya”
Pria itu memperhatikan wajah Rosalie dengan mata terpicing. “Kamu cantik sekali. Berapa usiamu?” tanyanya mengalihkan pembicaraan yang suram tadi.
Wanita itu mengangkat bahunya, “Dua puluh lima tahun, bulan depan.”
“Jilatanmu sungguh nikmat, sudah sering ya melakukannya?” laki-laki itu mulai lagi mupengnya
“Tidak perlu berlatih untuk hal-hal seperti itu.” Rosalie berkilah. “Cukup sering-sering makan es krim aja.” lanjutnya asal.
Laki-laki itu menyeringai kecil. “Kamu emang lucu. Bapak suka itu.” Dia merangkul Rosalie dan mencium pipinya mesra. “Juraganku itu orang yang baik, kamu tidak perlu takut dengannya.”
“Kalau dia mau mengijinkanku melihat kebun anggreknya, aku kan menganggap dia orang yang baik.” 

“Oke,” lelaki itu bersepakat, dan segera melumat bibir Rosalie sebagai tanda jadi. ”Orang paling jahat sekalipun akan menjadi sangat menyenangkan jika kamu melihat sisi baik mereka.”
Rosalie mengangguk. “Ya, itu benar.” Ia menyeka liur laki-laki itu yang membasahi mulutnya.
“Aku, maksudku... juragan Marijan, pernah punya pencuri ternak yang merawat sapi dan pencopet yang mengawasi anggrek. Juragan percaya akan kesempatan kedua.” jelas laki-laki itu.
“Ah, benarkah?” seru Rosalie. “Apa orangnya masih ada disini? Bisakah aku menemuinya?”
“Ya, kalau kamu beruntung. Mereka jarang menampakkan diri pada orang asing.”
“Kalau bapak sendiri, sudah berapa lama bekerja untuk Juragan Marijan?” Rosalie bertanya.
“Sudah bertahun-tahun... dan akan terus berlanjut lebih lama lagi.” tambah laki-laki dengan penuh semangat. Setelah mencium bibir Rosalie sekali lagi, laki-laki itu kemudian berdiri. “Dan sekarang,” usulnya. “bagaimana kalau aku perlihatkan taman penuh anggrek itu kepada Neng?”
“Oh ya?” Rosalie menyahut dengan gembira. Usahanya memuaskan laki-laki itu tidak berakhir dengan sia-sia. “Tapi apa nanti Juragan Marijan tidak keberatan?”
“Aku kepala tukang kebun, aku yang memegang kuncinya.” laki-laki itu berkata yakin.
“Ehm, baiklah.” Rosalie berpikir, “Tapi kalau bapak adalah kepala tukang kebun, kenapa  bapak masih menanam bawang?”
“Aku bekerja keras, bagus untuk tubuh tuaku.” Dan lelaki itu menambahkan. “Tanpa bawang, kita tidak akan bertemu, bukan?”
“Ah, iya.” Rosalie tersenyum.
Mereka berjalan beriringan membelah perbukitan, Rosalie di depan, sementara laki-laki itu di belakang. Sepanjang jalan, tangan lelaki itu terus jahil, setiap ada kesempatan ia selalu memegang dan menggerayangi tubuh mulus Rosalie. Dia memeluk tubuh wanita cantik itu dari belakang dan melingkarkan tangannya di dada Rosalie yang membukit, laki-laki itu meremas-remasnya dengan penuh nafsu. Saat akan menyingkap bajunya, barulah Rosalie menolaknya.
“Kenapa?” laki-laki itu bertanya tak mengerti.
“Aku tidak ingin telanjang di tempat yang terbuka.” kata wanita itu.
“Disini aman, tidak ada orang selain kita.” lelaki itu terus memaksa. Dia kembali berusaha mangangkat baju tak berlengan Rosalie ke atas.
“Tidak,” tapi wanita itu menahannya. “Cukup begini saja.”

Laki-laki itu akhirnya menyerah,”Ya, baiklah.” Tidak apa-apa tidak membukanya, yang penting dia tetap diperbolehkan memegangnya. Toh rasanya juga sama saja, sama-sama bikin nafsu naik ke ubun-ubun.
Tak lama, mereka tiba di taman bergaya Italia yang mengesankan, dengan anak tangga marmer, air mancur, dan pohon cemara China yang berderet rapi. Rosalie langsung menatapnya dengan kagum.
“Bapak punya cukup banyak tanaman,” ia berkata. “yang belum ada di taman atau lab botani di universitas.”
“Ah, benarkah?” Laki-laki itu menanggapi santai. “Kalau begitu, kau boleh bawa pulang sebanyak-banyaknya. Dengan syarat...”
“Apa syaratnya?” Rosalie menyahut cepat. Dengan membawa spesimen sebanyak ini, akan banyak membantu penyusunan tesisnya, ia sangat berharap mendapatkannya.
“Buka bajumu, dan layani aku.” lelaki itu berterus terang. Dia mengambil tangan Rosalie dan menggesekkannya ke gundukan penisnya yang kembali menegang.
“Ah,” Rosalie tercekat, dia tidak menyangka laki-laki itu akan meminta lebih. Ini yang dia takutkan dari tadi. “Gimana kalau dikulum lagi aja?” wanita itu mencoba menawar.
“Nggak bisa.” laki-laki itu menggeleng. “Aku ingin merasakan tubuhmu. Aku ingin menumpahkan spermaku di atas tubuhmu.”
Rosalie terdiam, tampak berpikir dan menimbang-nimbang.
“Bagaimana?” laki-laki itu bertanya lagi, dengan nada yang lebih mendesak.
“Ehm, itu bisa diatur.” jawab peneliti cantik itu pada akhirnya.
“Mau atau tidak? Jawab dengan jelas.” lelaki itu menuntut.
Rosalie tidak suka dengan nada bicara yang kasar, jadi dia menarik kembali tangannya. “Tunjukkan dulu kebun anggreknya kepadaku.” tuntutnya kemudian.
“Tapi kamu mau kan melayaniku?” laki-laki itu masih penasaran. Dia sudah terlanjur bergairah melihat tubuh Rosalie yang montok, mustahil kalau dia mau mundur sekarang. Pokoknya, bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan wanita itu.
“Kebun anggreknya dulu.” Rosalie bersikukuh.
Laki-laki itu akhirnya menyerah, “Baiklah.”

Beriringan mereka meninggalkan taman itu dan berjalan ke arah rumah kaca. Matahari musim semi terasa hangat, air mancur bepercikan, angin meniup taburan kelopak bunga magnolia putih di kanan kiri jalan. Rosalie melangkahkan kakinya sambil mendesah geli dan bahagia. Geli karena remasan tangan laki-laki itu di payudaranya, dan bahagia karena kini di depannya terpampang puluhan jenis anggrek yang selama ini cuma dilihatnya di dalam buku.
“Wow, indah sekali.” dia mendesah tak percaya. Matanya tak berkedip menatap keindahan anugerah Tuhan itu.
“Kamu suka?” tanya si tukang kebun sambil mengecup ringan pipi Rosalie.
Wanita itu mengangguk. “Suka banget! Ini yang selama ini saya butuhkan untuk bahan tesis” dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh kelopak bunganya yang halus. “Boleh kupegang?” tanyanya.
Laki-laki itu mengangguk. “Nikmati sepuasmu. Nanti setelahnya, ganti aku yang menikmati tubuhmu sepuasnya.” bisiknya mesum sambil terkekeh.
Rosalie tidak menghiraukan gurauan laki-laki itu. Dengan tidak sabar, dia segera mengelilingi rumah kaca yang luas itu, yang penuh dengan Anggrek kesukaannya. Sementara si lelaki, dengan diam-diam, terus mengikuti di belakangnya.
”Eh, Bapak mau tanya, boleh nggak?” laki-laki mencolek bahu Rosalie yang sedang asyik mengagumi salah satu Anggrek yang berkelopak merah bertotol hitam mirip macan.
“Tanya apa, Pak?” sahut Rosalie tanpa menoleh. 
”Ehm, kamu pernah ngentot nggak?” tanya laki-laki itu.
Mendengar pertanyaan seperti itu, Rosalie jadi sedikit kaget, “Ngg, pernah. Emang kenapa, Pak?” tanya wanita itu sambil pura-pura mengusir semut yang menggigit tangannya.
”Nggak, cuma tanya aja.” sahut laki-laki itu. “Sama siapa? Pasti sama pacarnya ya?”
Rosalie menggeleng. “Mantan...udah gak pacar, lagian udah lama, jaman masih kuliah S1 dulu” jawab wanita itu terus terang. Entah kenapa dia jadi blak-blakan seperti ini, ia jadi teringat lagi dengan pria yang dulu menyakiti hatinya, setelah merenggut keperawanannya ternyata ketangkap basah jalan dengan gadis lain, sejak itulah Rosalie sulit mempercayai pria dan ia menenggelamkan diri dalam minatnya.
“Wah, nakal juga kamu ya?” sindir lelaki itu sambil mengusap-usap paha mulus Rosalie.
“Yah...kekhilafan masa muda, udah ah Pak, jangan diungkit lagi, saya gak pengen nginget-inget lagi”
“Oooh...baik, Bapak mengerti Neng, waktu muda dulu Bapak juga pernah mengalami kekecewaan dalam cinta kok”
Mereka terus berjalan. Di depan, Rosalie terus melayangkan pandangannya, takjub menikmati keindahan bereneka macam anggrek langka yang ada di tempat itu. sementara di belakangnya, si tukang kebun berjalan mengikuti, mengekor Rosalie sambil tangannya melingkar di dada wanita itu.

“Kita duduk di sana yuk!” laki-laki itu menunjuk bangku panjang di pojok ruangan. Tak terasa, kini mereka sudah tiba di ujung rumah kaca. Inilah saat bagi Rosalie untuk memenuhi janjinya.
“Bisakah cuma oral aja?” wanita itu kembali menawar.
“Kenapa, kamu nggak lagi haid kan?”tanya laki-laki itu sambil menyingkap rok panjang yang dikenakan Rosalie. Tangannya yang kasar meraba dan mengusap-usap paha Rosalie yang putih mulus.
“A-aku cuma bingung, pak.” Rosalie menggeleng. “Haruskah kita melakukan ini?”
“Ayolah, Neng.” laki-laki itu terus merangsek. ”Kita kan sudah janji tadi.”
“Iya, tapi...” Rosalie langsung terdiam saat tiba-tiba dia dipeluk dari samping dan bibirnya yang tipis dilumat dengan rakus. “Emmphh!” wanita itu mencoba memberontak, tapi tangannya sudah terkunci oleh pelukan pria itu. Dia tidak bisa bergerak.
Sambil terus mencium, tangan laki-laki itu bergerak menelusuri lekuk-lekuk tubuh Rosalie yang menggoda. Dengan sentuhan-sentuhan lembut ujung jarinya, tukang kebun itu mencoba merasakan kehalusan kulit Rosalie yang mulus seperti kulit bayi. Dari pundak, tangan laki-laki itu turun ke telapak tangan, meremas-remas jari Rosalie yang lentik, kemudian berputar ke belakang, mengusap punggung wanita itu yang terbingkai indah oleh baju pakaiannya yang tipis. Sentuhan-sentuhan itu tak urung membuat Rosalie terpengaruh juga, bulu-bulu lembut di tengkuk wanita itu meremang. Dan... “Ahh,” dia akhirnya mendesah saat laki-laki itu mencium pundaknya dengan tangan melingkar menggelitik perutnya yang langsing tanpa lemak. Sentuhan pada perut itu terus beranjak naik, sampai tiba di payudaranya yang membulat kencang. Meski masih terbalut baju dan BH tipis, tapi benda itu sudah kelihatan begitu menggoda. Laki-laki itu meremasnya kencang, membuat Rosalie sedikit mengaduh kesakitan.
“Auw, pelan-pelan.” bisiknya.
Dia menahan nafas saat tangan laki-laki itu kembali turun ke bawah dan menyusup ke balik rok panjangnya yang sudah tersingkap. Tanpa halangan, tangan laki-laki itu mengusap-usap celana dalam Rosalie yang sudah basah. Sambil menekan, jari-jari itu memberikan sentuhan luar yang luar biasa enaknya, membuat Rosalie jadi sedikit menggelinjang dan mengaduh keenakan.
“Uhhh,” desis wanita itu pelan.
Laki-laki itu kembali melumat bibir tipis Rosalie yang terbuka di depannya. Dia memasukkan lidahnya dan memaksa wanita itu untuk saling bertukar air liur. Rosalie bisa merasakan betapa pahit dan baunya mulut pria itu, campuran antara tembakau dan kopi yang sudah membusuk. Tapi dia tetap harus menerimanya.
“Tahan...tahan...demi anggrek itu, demi tesis!” katanya dalam hati menguatkan diri sendiri

Tangan laki-laki itu yang bebas, yang dari tadi melingkar di perutnya, kini perlahan mulai merangkak naik menuju bulatan payudaranya. Di sana, jari-jari berkeriput itu bertengger dan meremas-remas buah dada Rosalie yang masih terbungkus rapat. Tapi meski begitu, rasa kenyalnya sudah begitu terasa, membuat laki-laki tua itu jadi menikmatinya. Sambil terus mencium, dia terus memijit-mijit benda bulat itu, sementara di bawah, tangannya yang kiri menyusup makin ke dalam, menyerang vagina Rosalie dengan sentuhan-sentuhannya yang semakin liar.
“Ah, auw!” Rosalie membuka matanya dan menepis tangan laki-laki itu yang berusaha menyingkap celana dalamnya. “Jangan...” bisiknya pelan.
Laki-laki itu membalas dengan melumat kembali bibir Rosalie yang basah. “Sst, diamlah.” Dan tangannya turun lagi, mengusap paha Rosalie yang putih mulus, dan terus masuk ke dalam, mencari-cari pangkal paha wanita itu yang masih tertutup  celana dalam.
Rangsangan yang terus diberikan oleh laki-laki itu membuat Rosalie akhirnya menyerah. Penolakannya yang cuma setengah hati dengan cepat menghilang, menguap begitu saja, berganti dengan gairah liar yang meledak-ledak. Saat laki-laki itu melumat bibirnya, Rosalie dengan begitu panas dan penuh gairah, membalasnya. Lidah wanita itu bergerak liar, mengecap dan mendecap-decap, berusaha untuk menghisap dan mencucup bibir tebal si tukang kebun yang menganga menjijikkan didepannya.
“Pegang ini,” laki-laki itu membimbing tangan Rosalie yang meraba malu-malu gundukan penisnya.
Sudah sejak tadi benda itu menegang, laki-laki itu sendiri terus melanjutkan aksinya, menyingkap rok Rosalie makin atas dan dengan gemas meraba-raba paha mulus milik wanita cantik itu. Pijatan jari-jari Rosalie di penisnya membuat laki-laki tua itu jadi bernafsu sekali. Dia menyudahi lumatannya dan langsung menurunkan kepalanya ke bawah untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kaki wanita itu. Dari lutut, ciumannya naik ke arah paha. Dengan diselingi jilatan dan hisapan halus, sampailah bibir tebal laki-laki itu di pangkal paha Rosalie. Meski masih tertutup celana dalam, tapi benda itu sudah kelihatan begitu menggoda, membuat si tukang kebun makin bernafsu untuk memberikan jilatannya.

“Ah, jangan!” Rosalie mencegah saat merasakan tangan laki-laki itu yang ingin melepas celana dalamnya. Tapi karena sudah terlanjur ditarik, benda itu jadi agak turun sekarang, memperlihatkan sedikit rambut-rambut halus yang menghuni selangkangan wanita itu.
”Aku takut.” bisik Rosalie memelas, berusaha menolak untuk yang terakhir kalinya. Harga dirinya sebagai wanita baik-baik membuatnya harus berbuat seperti itu..
”Tenanglah.” laki-laki itu berucap sabar. “Bapak janji akan melakukannya dengan lembut. Gak akan sakit. Percayalah.”
”Tapi...” belum sempat Rosalie membantah, laki-laki tua itu sudah kembali melumat bibirnya yang tipis, sambil tangan kirinya meraba-raba selangkangan wanita itu dari luar celana dalam. Terasa semakin basah disana, membuat laki-laki itu jadi tersenyum kegirangan.
Diserang seperti itu, membuat Rosalie yang sudah bernafsu, jadi menyerah dengan mudah. Pasrah, wanita cantik itu merebahkan tubuhnya yang sintal diatas hamparan rumput dengan posisi kaki menekuk terbuka lebar. Di atasnya, ciuman si tukang kebun perlahan turun ke bawah, ke leher Rosalie yang jenjang. Setelah menghisap dan membuat beberapa cupangan di situ, ciumannya beralih ke pundak. Sambil mencium, laki-laki tua itu meremas-remas payudara Rosalie yang bulat. Meski masih terbalut BH putih, tapi kekenyalannya cukup untuk membuat laki-laki itu merem melek keenakan. Tanpa berusaha untuk melepas BH-nya, laki-laki itu menciuminya sejenak, sekedar untuk merasakan kehangatan dan aroma benda itu. Selanjutnya, bibirnya turun ke perut Rosalie, menjilat sebentar disitu, dan terus turun hingga ke selangkangan wanita itu dan berhenti disana.
“A-apa yang akan bapak lakukan?” tanya Rosalie saat merasakan celana dalamnya di tarik hingga merosot sampai ke lututnya.
Tidak menjawab, laki-laki itu memandangi vagina Rosalie dengan tak berkedip. Inilah kemaluan terindah yang pernah ia lihat:  sempit, dengan bulu-bulu hitam yang halus dan terawat rapi. Tengahnya yang kemerahan dengan sedikit kesan mengkilap akibat cairan kewanitaan wanita itu, makin menambah daya pesonanya. 

Untuk sesaat, laki-laki berdiri terdiam karena takjub. Selanjutnya, setelah menarik nafas kuat-kuat, dari posisi di samping Rosalie, akhirnya dia memberi sentuhan untuk yang pertama kalinya. Pria tua itu menatap keindahan paha yang terpampang di depannya. Paha itu terbuka lebar sehingga dengan mudah ia menciumi dan sesekali menjilatnya karena paha itu persis setinggi kepalanya. Kulit paha itu terasa dingin di bibirnya. Lalu diusapkannya wajahnya beberapa kali ke permukaan paha dalam yang mulus itu. Darah pria itu berdesir merasakan kemulusan paha itu di wajah dan pipi keriputnya. Semakin sering mengusap-usapkan wajah dan menciuminya, kulit paha itu terasa semakin hangat. Kedua belah telapak tangannya pun giat bergerak menyalurkan kehangatan. Tangan kirinya mengusap-usap paha kanan bagian luar, sedangkan telapak kanannya digunakan untuk mengusap-usap betis kiri wanita itu. Wajah si tukang kebun makin mendekati pangkal paha Rosalie, sebuah sentuhan halus melalui bibir yang ia tujukan pada selangkangan wanita itu.
“Auw!” Rosalie menggelinjang dan memekik lirih saat lidah basah laki-laki itu mulai menjamah kemaluannya.
Selanjutnya, dengan mata setengah terpejam, wanita itu menikmati ciuman dan jilatan laki-laki tua itu yang dirasakannya makin lama makin enak, terasa begitu nikmat.
"Argh..! Argh..! Pak, Oh nikmatnya, sstt, sstt.., aarrgghh..!"
Aroma segar kemaluan wanita itu sungguh menggugah birahi. Si tukang kebun menekan hidungnya ke celah sempit di antara bibir vagina wanita itu. Ditekannya seedalam-dalamnya sambil menghirup aroma kewanitaan wanita itu. Rosalie terkejut merasakan hidung lelaki itu tiba-tiba menusuk lubang vaginanya. Ia menggelinjangkan pinggulnya. Menggelinjang dalam kenikmatan.
"Aarrgghh..! Aarrghh..! Ampun, Pak!" rintihannya semakin keras ketika merasakan lidah si tukang kebun menyapu klitorisnya. “kaya mau pipiis nih rasanya....aaahhh!"
Tapi anehnya ia tak berusaha menghindari kepala pria itu. Ia bahkan memutar pinggulnya sambil menekan bagian belakang kepala lelaki itu. Ia tak ingin hidung itu tak lepas dari jepitan bibir vaginanya. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja ia merasakan adanya dorongan lendir orgasme yang tak mampu ditahannya. Dorongan itu terasa sangat kuat. Jauh lebih kuat daripada dorongan yang biasanya ia rasakan ketika mendekati puncak orgasmenya.
“Aaahhh....keluar Pak...oohh enakkkhh!!”
Si tukang kebun mendengar rintihan itu. Tapi ia tak ingin menarik hidungnya. Ia tak peduli walaupun merasakan dua lengan memukul-mukul kepalanya dengan gemas. Ia telah terbius oleh aroma, kehangatan, kelembutan, dan kehalusan dinding vagina wanita itu. Bahkan semakin diremas dan ditariknya kedua bongkah pantat wanita itu agar hidungnya semakin tenggelam ke dalam liang vagina yang segar itu. Remasannya di bongkah pantat itu sangat kuat, membuat wanita itu hanya dapat merintih dan meronta-ronta. Tak lama kemudian, ia merasakan lendir hangat memancar keluar dari liang senggama Rosalie. Ia sangat senang merasakan kehangatan lendir itu. Aroma cairan tersebut membuat batang kemaluannya semakin tegang.

Si tukang kebun menarik kepalanya setelah merasakan lendir orgasme Rosalie berhenti mengalir. Ia menatap wajah wanita itu sambil tersenyum puas memperlihatkan giginya yang mulai tanggal beberapa. Ia dapat melihat kenikmatan yang baru saja usai
mendera wanita itu. Hal itu terlihat dari bola mata Rosalie yang sayu dan menatap hampa ke atap rumah kaca.
“Bapak masukin kontolnya ke memek Neng ya!” kata si tukang kebun.
Rosalie hanya mengangguk di tengah nafasnya yang masih naik-turun. Pria itu menggosokkan batang penisnya pada bibir vagina Rosalie yang sudah basah, dirasakannya kelembutan dan kehangatan di ujung batang kemaluannya. Penisnya menjadi semakin keras, urat-urat di sekujur batang kemaluannya semakin membengkak. Si tukang kebun mulai menekan pinggulnya sehingga penisnya pun memebelah bibir vagina yang berwarna pink itu. Ia menatap wajah wanita belia itu menggigit bibir ketika merasakan vaginanya dimasuki penisnya. Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, penis itu akhirnya amblas juga diiringi desahan panjang Rosalie. Keduanya menahan nafas merasakan momen-momen alat kelamin mereka bersatu. Si pria tua mulai menciumi leher wanita itu. Dadanya yang direndahkan hingga menekan kedua buah dada wanita itu. Ia sengaja melakukan hal itu karena ingin merasakan kekenyalan payudara Rosalie ketika menggeliat. Tangan kirinya meremas buah dada wanita itu, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus paha luarnya sambil melakukan gerakan tarik dorong ke selangkangan wanita itu. Ia merasakan cairan lendir yang semakin banyak mengolesi batang kemaluannya. Sambil menghembuskan nafas berat, didorongnya penisnya lebih dalam hingga ujungnya yang menyerupai helm menyentuh sesuatu. Ia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat wanita belia itu meringis. Ia tak ingin menyakiti wanita cantik itu. Selain itu, tubuhnya sendiri pun bergetar merasakan sempitnya lubang vagina wanita itu. Mulutnya memagut mulut Rosalie dan dilumatnya bibir wanita itu dengan lahap. Ia tak ingin mendengar wanita itu menjerit ketika ia mendorong penisnya. Puting buah dada wanita itu diremasnya dengan jempol dan jari telunjuknya. Dan ketika merasakan wanita itu mendorong pinggulnya, dengan cepat didorongnya pula batang kemaluannya.
"Hmm.., eeemmmm..!" terdengar gumaman tertahan dari mulut Rosalie yang sedang berpagutan dengan si tukang kebun
Ia hanya dapat bergumam ketika merasakan batang kemaluan pria itu menghunjam ke dalam lubang vaginanya. Pria itu kembali membenamkan batang kemaluannya perlahan-lahan. Kali ini ia hanya mendengar wanita itu mendesis beberapa kali sambil merangkul lehernya erat-erat. Kedua belah kakinya yang jenjang dan mulus semakin erat membelit pinggangnya.Setelah menarik nafas panjang, dan tak sanggup lagi  menahan kesabarannya, si tukang kebun menghentakkan pinggulnya sedalam-dalamnya hingga pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal paha Rosalie.

Ia melenguh beberapa kali ketika merasakan seluruh batang kemaluannya terbenam ke dalam vagina wanita itu. Bahkan ia merasakan ujung kemaluannya menyentuh mulut rahim Rosalie. Sejenak ia diam tak bergerak. Ia sengaja membiarkan batang kemaluannya menikmati sempitnya lubang vagina itu. Ia terpejam merasakan remasan lembut di batang kemaluannya ketika vagina itu berdenyut.
"Aarrgghh...ooh, ohh..," rintih Rosalie ketika seluruh batang kemaluan pria itu terbenam ke dalam lubang vaginanya.
Ia merasakan pedih dan nikmat di sekujur tubuhnya. Sensasi yang membuat bulu-bulu roma di sekujur tubuhnya meremang, yang membuat ia terpaksa melengkungkan punggungnya. Dipeluknya erat-erat tubuh tua itu ketika ia merasakan biji kemaluan pria itu memukul-mukul selangkangannya. Ia tak mampu bernafas ketika merasakan nikmatnya saat bibir dalam vaginanya tertarik bersama batang kemaluan itu. Kenikmatan birahi itu semakin menjalar dari vaginanya, nikmat yang membuat tubuhnya berkelejotan ketika lelaki itu kembali menghunjamkan batang kemaluannya. Ia menggigit bibirnya meresapi kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya yang tergesek ketika si tukang kebun menghunjamkan batang kemaluannya. Kenikmatan itu membuat ia terengah-engah karena nafasnya makin memburu. Tukang kebun tua itu juga melenguh setiap kali mendorong batang kemaluannya. Vagina Rosalie yang seret itu membuat telapak tangan kasarnya harus meremas payudara wanita itu dengan keras ketika ia menarik batang kemaluannya. Dalam waktu sekitar setengah jam, pria tua itu hampir tak mampu membendung spermanya lebih lama lagi.
“Neng....Bapak....aaaahhh....mau keluar aaahhh!!” desah pria itu dengan nafas mendengus-dengus dan kelopak mata terbeliak-beliak.
Bunyi "plok...plok...plok" semakin nyaring terdengar setiap kali ia menghunjamkan batang kemaluannya. Bunyi tersebut semakin keras terdengar setiap kali si wanita mengangkat pinggulnya untuk menyongsong penis si pria yang menghunjam. Tukang kebun itu masih mencoba bertahan, tapi semakin lama vagina yang menelan penisnya terasa meremas semakin kuat dan berdenyut-denyut seolah ingin menghisap penisnya saja sehingga ia tak mampu lagi gelombang orgasme yang menerpa dengan dahsyat.
"Aarrgghh...ngecrot nih Neng....!!" raung si tukang kebun ketika merasakan spermanya menerobos lubang saluran kemaluannya tanpa tertahankan.
Ia menghunjamkan pinggulnya sekeras-kerasnya agar ujung penisnya tertanam sedalam-dalamnya ketika spermanya memancar keluar dari penisnya. Tubuhnya menegang saat mencapai puncak kenikmatan itu. Pada saat itu Rosalie pun orgasme dan menggelinjang.
“Pakk....aaahhh...aahh....saya sampai juga....!" erang Rosalie ketika merasakan cairan hangat itu 'menembak' mulut rahimnya!
Selama beberapa saat tubuh keduanya mengejang karena orgasme hingga akhirnya melemas kembali dalam posisi berpelukan.

Mereka berbaring beristirahat berpelukan di atas rumput. Tubuh si tukang kebun telanjang, sedangkan Rosalie bajunya acak-acakan: roknya tersingkap, CD-nya lepas, dan kancing bajunya lepas hingga memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang membusung.
“Neng lapar?” tanya laki-laki itu saat mendengar bunyi perut Rosalie.
Saat itu dia sedang asyik memilin dan memijit-mijit puting Rosalie yang mencuat mungil di depannya. Beberapa kali dia juga menunduk untuk kembali mencucup dan menjilatinya. Sedikit menggelinjang, Rosalie berusaha untuk membenahi pakaiannya.
“Biasanya jam segini aku sudah makan siang.” terang wanita itu sambil mengancingkan kembali gaun terusannya.
“Oh, ya ampun. Maafkan Bapak sampai lupa soal makan siang.” laki-laki itu bangkit dengan muka penuh sesal. “Tunggulah disini, akan kuambilkan makanan.” Dia memunguti pakaiannya yang berserakan untuk mengenakannya kembali.
“Eh, jangan, Pak. Tidak usah.” Rosalie mencegah.
“Apa, aku tidak usah memakai pakaian, gitu?” Laki-laki itu tersenyum menggoda. Dia mengayun-ayunkan penisnya yang sudah setengah mengkerut di depan Rosalie, mau tak mau membuat muka wanita muda itu bersemu merah meski barusan saja merasakannya.
“B-bukan. M-maksudku, aku bisa makan di rumah. Bapak tidak perlu repot-repot.” Rosalie menunduk malu-malu.
“Orang macam apa yang membiarkan tamunya kelaparan sedangkan si tamu sudah memberinya kepuasan yang luar biasa?” Laki-laki itu menggeleng. “Aku bukan orang seperti itu, Neng.” Dan laki-laki itu segera mengenakan celananya sebelum Rosalie sempat membantah lagi.
“Anggreknya?” Rosalie menagih janji laki-laki itu.
“Nanti saja setelah makan.” Laki-laki mengangguk hormat dan berlalu. “Oh, ya..” Tapi dia menoleh saat sudah berada di depan pintu rumah kaca. “Nggak usah mengenakan pakaian, aku masih ada perlu dengan tubuhmu.” Dan dengan kekehan mesum laki-laki itupun menghilang meninggalkan Rosalie sendirian di rumah kaca yang sunyi itu. Ia menepuk-nepuk tanah dan potongan rumput yang menempel pada tubuh dan pakaiannya ketika bercinta tadi.
“Yah...harus dikucek lagi deh!” keluhnya dalam hati melihat noda tanah yang susah hilang di rok nya.
Sambil menunggu, Rosalie melihat-lihat tanaman pada rumah kaca itu dengan penuh kekaguman, tempat seperti inilah yang selalu menjadi impiannya, segar dan dekat dengan alam, tempat di yang sangat menunjang minatnya. Dia ingin sekali berlama-lama di sini, tapi tentu saja tanpa si tua mesum itu. Lima belas menit kemudian, laki-laki itu datang lagi, terkekeh-kekeh sambil menenteng keranjang besar.

“Kita akan piknik,” usulnya.
“Anggrekku bagaimana?” Rosalie menagih lagi janji laki-laki itu. Dia tampak keberatan dengan usul si tukang kebun yang sepertinya mempunyai maksud tersembunyi.
“Nanti Bapak kasih dobel. Sekarang kita ke bungalow di ujung sana.” Lelaki itu menunjuk arah barat laut.
“Kenapa kita tidak makan disini saja?” Rosalie membujuk.
“Di sini kotor, di sana lebih bersih, pemandangannya juga indah, lebih nyaman buat makan” sahut laki-laki itu.
Rosalie memperhatikan sekelilingnya. Saat matanya menatap cacing hitam besar yang menggeliut di antara akar tanaman anggrek, tanpa berpikir dua kali, dia pun menerima usul laki-laki itu dan segera mengikutinya keluar dari rumah kaca untuk berjalan melewati jalanan kecil berkerikil menuju deretan bungalow mungil yang ada di pojokan lahan.
“Hah, makanannya banyak banget!” seru Rosalie saat membantu mengosongkan isi keranjang. Mereka berada di paviliun kecil di samping air mancur, dengan beraneka macam makanan mulai roti lapis, susu kedelai, selai jeruk, apel fuji, aneka kue kering, dan roti jahe terpampang di depan mereka. Rosalie mengambil roti dan menggigitnya sedikit, “Empuk sekali. Enak.” 
“Masih lebih enak tubuhmu kok.” sahut si tukang kebun penuh arti.
Rosalie pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan makan siangnya. Selesai dengan roti, wanita itu menyambung dengan kue kering dan susu kedelai, lalu ditutup dengan beberapa gigitan apel fuji.
“Bapak kok ga makan?” tanya wanita itu saat melihat si tukang kebun yang cuma memperhatikan dia saja tanpa menyentuh apa-apa. Malah tangannya hinggap di paha mulus Rosalie dan mengusap-usapnya pelan selama wanita itu menikmati makanannya.
“Nggak,” laki-laki itu menggeleng, “Bapak masih kenyang.”
Matahari musim semi terasa hangat, air mancur bepercikan, angin meniup taburan kelopak bunga mawar putih di lantai paviliun. Rosalie menggigit lagi apelnya sambil mendesah kenyang dan puas.

“Emm, saya tahu apa yang bapak inginkan.” kata Rosalie setelah makan “Bapak ingin tubuhku lagi kan?” tanya wanita itu terus terang.
Lelaki itu menanggapi pertanyaan Rosalie dengan tertawa. “Kalau kamu sudah tahu, kenapa tidak kau lepas saja bajumu sekarang?”
Rosalie menggeleng. “Penuhi dulu janji Bapak, mana anggreknya?” wanita itu mengulurkan tangannya, meminta.
Karena sudah tidak bisa mengelak lagi, laki-laki itupun akhirnya pergi untuk mengambilkan anggrek yang diminta Rosalie.
”Tapi aku minta, saat aku kembali nanti, kamu sudah telanjang. Aku ingin melihat tubuhmu seutuhnya. OK?”
Rosalie mengangguk sebagai tanda persetujuan. Toh tubuhnya sekarang sudah kotor. Ditambah sekali lagi juga tidak akan ada banyak bedanya. Yang penting adalah hasil dari semua ini yaitu anggrek-anggrek langka untuk bahan tesisnya nanti. Sambil menunggu laki-laki itu kembali, Rosalie segera mencopoti pakaiannya satu-persatu. Tanpa sehelai benang di tubuhnya, ia duduk di dalam paviliun menunggu si tukang kebun. Pakaiannya yang telah dilipat rapi ia letakkan pada sebuah bangku kayu. Ia merasa seksi dalam keadaan seperti itu, ia kesampingkan sejenak statusnya sebagai wanita terhormat dan berpendidikan tinggi.
“Boleh kan sekali-sekali jadi nakal, everyone has her dark secret, right?” katanya dalam hati.
Laki-laki itu datang tak lama kemudian dan tersenyum saat mendapati Rosalie yang sudah menunggunya dalam keadaan telanjang bulat.
“Nggak kedinginan, Neng?” tanyanya basa-basi.
“Biasa aja Pak” jawab Rosalie
Alih-alih merasa risih tubuh telanjangnya dipandangi oleh si tukang kebun, Rosalie lebih senang melihat anggrek hadiahnya. Dia diberi 5 buah, semuanya dari jenis anggrek langka yang tidak ada di negeri ini, jauh melebihi harapannya. Karena itulah dia bersedia memberikan tubuhnya untuk dinikmati sekali lagi oleh tukang kebun itu, hitung-hitung sebagai rasa terima kasihnya.
“Kok cuma saya yang telanjang? Bapak juga dong!” katanya tanpa malu-malu lagi sambil mendekati pria tua itu.
Dengan gerakan erotis yang menggoda, tangannya melucuti pakaian pria itu. Si tukang kebun tertegun dengan reaksi Rosalie yang kini lebih aktif dan submisif. Ia semakin tidak bisa berkata-kata lagi ketika tangan Rosalie menjamah batang kemaluannya yang masih tersembunyi di balik celananya dielusnya dengan lembut. Rosalie berlutu di depannya dan menurunkan celana pria itu sehingga batang kemaluannya yang sudah mulai mengeras lagi mengacung di wajah cantiknya. Rosalie mulai memainkan lidahnya dengan menjilati penis yang kulitnya berkeriput namun masih mampu ereksi itu

Rosalie membuka mulutnya lebar-lebar dan membimbing penis dalam genggamannya ke dalam mulutnya. Si tukang kebun pun makin mengelinjang, matanya pun merem-melek dan tangannya mulai mengusap-usap kepala wanita itu. Selama kurang-lebih 15 menit Rosalie mengoral penis si tukang kebun dan ia menyudahinya ketika batang itu mulai basah oleh ludahnya dan vaginanya juga sudah mulai gatal ingin ditusuk sesuatu. Ia lalu berdiri memunggungi si tukang kebun, lalu menyandarkan telapak tangan pada meja marmer yang tadi dipakai makan.
“Silakan Pak...karena Bapak udah bantu saya, ini rasa terima kasih saya, nikmati sepuas Bapak!” ucap Rosalie menyodorkan pantatnya yang menungging ke arah si tukang kebun.
"Makasih ya Neng, Bapak baru pernah merasakan wanita secantik Neng"
Pria itu merangkul pinggangnya dari belakang dan menggesekkan kepala penisnya pada bibir vagina Rosalie yang sudah basah. Penis pria itu sudah menempel tepat di liang vagina wanita itu dan mulai melesak masuk ke liang kenikmatannya.
“Aaahhh...yess!!” desah Rosalie merasakan vaginanya dijejali penis si tukang kebun
Penis yangh panjang itu mulai menghentak berkali-kali ke dalam vagina Rosalie.
"Ahhh... ehh Pak... enak!" desah Rosalie
"Oh.. iya, memekmu juga rasanya enak sekali Neng, punya Bapak kayak dijepit dan dipelintir rasanya nih, aahhh.. aahhh..."
Si tukang kebun menggenjot tubuh Rosalie sambil tangannya menggerayangi payudara wanita itu serta bagian-bagian tubuh lainnya. Kira-kira setengah jam kemudian tubuh wanita itu mengejang, ia telah mencapai puncak di mana cairan orgasme keluar dengan derasnya dari vaginanya yang masih tertusuk penis si tukang kebun yang masih saja tegang.
"Ohhhh.. ohh.. aarghhh.. arghhh...iyah Pak...sedap...aahh!!"
Rosalie merasa seluruh tubuhnya lemas sampai ke tulang-tulangnya, namun pria tua itu masih saja bertenaga untuk melanjutkan pergumulan dengannya. Kini ia mengganti posisi, dinaikkannya tubuh Rosalie ke atas meja marmer dalam posisi duduk, lalu kembali ia memasukkan penisnya ke vagina Rosalie dan melanjutkan genjotannya. Hentakan batangnya pada vagina wanita itu berlanjut hingga Rosalie  makin tidak bertenaga karena tenaga pria itu yang sungguh luar biasa di usianya yang tergolong uzur. Payudara Rosalie yang ranum dan menantang pun sudah menjadi bulan-bulanan pria itu, diisap, dikenyot dan ditarik-tariknya puting coklat itu oleh giginya yang mulai ompong. Kali ini memang tidak terlalu lama, sekitar seperempat jam saja akhirnya mencapai puncak kenikmatan
"Aghh...ohhh..Neng... memekmu.. luar biasa sekali...Bapak masih belum terlalu puas...sih.. udah cape...tapi...lumayanlah"

Cairan orgasme Rosalie bercampur dengan sperma si tukang kebun membasahi selangkangan dan meja di bawahnya. Lalu ambruklah tubuh pria itu di atas tubuh Rosalie di meja marmer. Nafas mereka terengah-engah, berpadu dengan suara cicitan burun, derikan serangga, dan hembusan angin semilir menerpa dedaunan. Rosalie sedang terpejam menikmati sisa-sisa orgasmenya ketika dia mendengar suara langkah kaki di jalan kerikil di belakang paviliun. Wanita itu terperanjat dan bergegas menyambar baju untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Tapi usahanya terlambat. Seorang bocah penggembala kambing muncul tepat di sebelahnya. Wajah bocah kecil itu langsung bersemu merah dan terperangah saat melihat apa yang terjadi. Dia mengangguk kaku kepada si tukang kebun yang saat itu asyik meremas-remas payudara Rosalie. Sedang kepada Rosalie, bocah itu menatap tak berkedip sambil dengan susah payah berusaha menelan ludahnya.
“Ehm,” Rosalie beringsut untuk bersembunyi di belakang tubuh kurus si tukang kebun. Tapi tentu saja itu percuma, si bocah penggembala masih bisa melihat tubuh sintalnya dan masih terus memandang dengan mata membelalak dan raut muka penuh ketertarikan.
“Ya,” si tukang kebun memecahkan kebisuan itu. “Ada apa, Dul?” dia bertanya tegas pada si bocah.
“Maaf, Juragan, ini ada surat buat juragan. Sepertinya isinya penting.” jawab bocah yang dipanggil Dul itu.
Dia memberikan buntelan coklat tebal yang ada di genggamannya pada tukang kebun. Laki-laki itu membacanya sekilas dan mencoret-coret sedikit beberapa bagian lalu menandatanganinya dengan mantab menggunakan pena emas yang diambilnya dari saku celana lusuhnya. Setelah itu, dia memberikan pada si bocah penggembala dan menyuruh bocah itu untuk pergi.
“Baik, juragan.” bocah itu mengangguk dan beringsut ke belakang. Sebelum berbalik, dia menyempatkan diri untuk melirik Rosalie sekali lagi, dan kembali bocah itu kesulitan untuk menelan ludahnya.
“Ya Tuhan...aku seharusnya sudah menduga dari awal.” Rosalie memukul bahu laki-laki itu. “Bapak adalah Juragan Marijan.” Dan tertawa saat menyadari kebodohannya karena sudah tertipu mentah-mentah.
Rosalie mengintip tadi saat laki-laki itu membubuhkan tanda tangannya, dan tertulis dengan jelas disana, MARIJAN, dengan huruf latin yang tegas dan indah.

Pria tua yang tidak lain adalah Juragan Marijan itu juga ikutan tertawa. “Kalau tidak begini, kamu tidak akan berani berdekatan denganku.”
“Dan bapak tidak bisa merasakan tubuhku.” tambah Rosalie.
“Dan kamu tidak mendapat anggrek.” Dan mereka kembali tertawa.
“Maafkan aku atas semua perkataanku tadi. Aku tidak tahu kalau Bapak adalah...”
“Sudahlah,” potong sang Juragan. “Nikmatnya tubuhmu sudah lebih dari cukup sebagai permintaan maaf.”
“Kutarik semua kata-kataku tadi. Sekarang aku menganggap Bapak oarang yang baik.” Rosalie melirik rangkaian bunga anggrek yang berada dalam pot di sebelahnya.
Juragan Marijan membungkuk sebagai rasa terima kasih. “Untuk wanita secantik kamu, aku akan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Kamu boleh kesini kapan pun untuk melakukan penelitianmu dan kalau ingin anggrek atau tanaman apa pun di sini kamu tinggal minta.”
“Sungguh?” Rosalie berseru kegirangan “Bapak baik sekali.”
“Tapi tentunya, setelah ditukar dengan ini.” sahut Juragan Marijan sambil membelai memek Rosalie yang sempit dan tangan satunya meremas-remas payudara wanita itu yang terbuka.
“Tidak masalah.” jawab Rosalie santai.
Wanita itu keluar dari rumah anggrek sekitar pukul empat. Tangannya sibuk menenteng keranjang kecil berisi beberapa koleksi langka. Dia sempat melayani juragan tua itu sekali lagi untuk mendapatkan bonus Anggrek Darah yang sudah diincarnya sejak pertama kali tiba di tempat ini. Dengan tubuh lelah luar biasa tapi hati riang gembira, Rosalie pergi meninggalkan rumah sang juragan kaya. Tapi kali ini lewat pintu depan, tidak lagi dengan menerobos pagar rumahnya. Juragan Marijan mengantar Rosalie hingga ke gerbang depan.
“Selamat jalan, Neng cantik. Hati-hati di jalan.” pesan laki-laki tua itu sambil mengecup mesra bibir Rosalie yang basah.
“Terima kasih, Juragan.” sahut Rosalie dengan sopan.
Wanita itu berjalan pelan dan melambaikan tangannya.
“Hari ini aku seneng banget, kemajuan besar buat bahan tesis, yesss!!” teriaknya riang sebelum mulai berlari, membuat payudaranya yang montok yang tidak berkutang, jadi bergoyang-goyang indah.
“Dasar cewek jaman sekarang!” gumam Juragan Marijan sambil berbalik dan masuk kembali ke pekarangan rumahnya.

Sejak itu, Rosalie sering berkunjung ke taman Juragan Marijan untuk mendapat masukan guna melengkapi tesisnya. Juragan Marijan yang memang hobi berkebun dan memiliki cukup banyak pengetahuan tentang tanaman pun bersedia berbagi ilmunya pada Rosalie. Sebagai gantinya Rosalie harus rela tubuh indahnya dinikmati oleh si pria tua pemilik kebun itu. Rosalie sendiri tidak keberatan, karena selain ia juga menikmatinya, semua itu sebanding dengan yang diperolehnya, bahan-bahan untuk tesis dan kepuasan mengeksplorasi taman itu. Sejak awal memang ia sudah merasa berjodoh dengan taman itu, koleksi-koleksi tanaman eksotisnya, keindahannya dan suasananya. Semua berlangsung hingga dua bulan ke depan, setelah tesis yang telah disusun telah mencapai target dan masa sewa atas rumah yang ditinggali Rosalie habis, ia harus pulang ke ibukota. Segala hasil usahanya tidaklah sia-sia, ia melakukan pembelaan dan penjelasan yang memukau di hadapan para penguji sehingga mendapatkan nilai sempurna.
#############################
Enam tahun kemudian

“Toni...Anna...ayo kalian pulang dulu sama Mbak...makan, terus tidur siang!” sahut Rosalie pada dua anak kecil yang sedang asyik main ayunan ditemani dua pembantu mereka di sebuah area taman Juragan Marijan yang telah menjadi tempat bermain anak.
“Mama sama papa mau kemana? Kok ga ikut kita pulang?” protes si bocah laki-laki
“Mama sama papa mau ada perlu sebentar, masih disini-sini juga, gak lama kita pulang kok...kalian duluan sama Mbak ya! Oma opa juga lagi makan dan menunggu kalian” jawab Rosalie.
Rosalie dan suaminya mengecup pipi kedua anak itu lalu melambai pada mereka yang telah digendong oleh masing-masing pembantu itu. Rosalie, di usianya yang telah menginjak kepala tiga dan melahirkan dua orang anak, masih terlihat cantik dan anggun, rambutnya yang telah dipotong pendek sebahu membuatnya terlihat semakin dewasa dan keibuan.
“Yuk Cha!” sahut suaminya kembali menaiki sepedanya, “mumpung cuacanya masih bagus”
Rosalie naik ke boncengannya dan tangannya melingkari pinggang sang suami yang mulai mengayuh sepedanya. Mereka memasuki wilayah yang ditumbuhi pepohonan tinggi dan rimbun yang memberi suasana teduh. Suami Rosalie menghentikan sepedanya di dekat sebuah paviliun bergaya Eropa. Mereka turun dari sepeda dan memasuki paviliun itu yang di tengahnya terdapat tiga buah nisan, yaitu nisan Juragan Marijan, istrinya, dan putranya. Mereka menaburkan bunga di atas ketiga makam itu dan menundukkan kepala berdoa. Memori Rosalie meluncur lagi pada tiga tahun sebelumnya ketika menerima kunjungan tak terduga dari seorang pria yang mengaku adalah pengacara dari Juragan Marijan. Tujuannya mendatangi Rosalie adalah pertama, menyampaikan berita dukacita kematian Juragan Marijan karena sakit tiga hari sebelumnya. Rosalie termenung sedih mendengarnya. Kedua, yang membuatnya terpaku seperti patung karena setengah tidak percaya adalah si pengacara juga menyampaikan surat warisan resmi Juragan Marijan yang ditujukan padanya. Juragan Marijan yang tidak memiliki keluarga lagi menunjuk Rosalie sebagai ahli waris atas taman beserta villanya, sementara sisa harta lainnya ia wariskan pada adiknya yang telah lama tinggal di Belanda.
“Beliau bilang anda sangat tertarik dengan tumbuhan-tumbuhan langka, sehingga beliau yakin anda adalah orang yang tepat untuk mewarisi taman kesayangannya itu” si pengacara menjelaskan, “harapan terakhir beliau hanya agar anda mengelola taman itu dengan baik dan tidak lupa mengurus makam beliau dan keluarganya di bagian timur taman”
Kini, villa beserta taman ini telah menjadi rumah kedua bagi Rosalie dan keluarganya, mama dan papanya yang telah berusia lanjut pun telah pindah ke rumah yang dulu ditempati oleh Juragan Marijan. Di tempat ini mereka dapat menjalani hari-hari tua mereka dengan tenang dan damai. Rosalie tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Juragan Marijan yang diawali dengan hubungan terlarang itu kelak akan mengubah kehidupannya. Di taman ini juga, ia dapat melakukan lebih banyak riset mengenai tumbuhan yang menjadi obsesinya. Beberapa jenis tanaman hasil persilangan telah lahir di tempat ini dari hasil riset Rosalie dan tim penelitinya. Beberapa di antaranya bahkan telah dipamerkan dalam ajang nasional dan internasional. Taman yang dulunya tertutup untuk umum dan menimbulkan kesan angker itu, sekarang dibuka pada hari-hari libur dan akhir pekan agar orang-orang dapat berkunjung, menikmati keindahan, serta mendapat ilmu dari sana. Rosalie juga dengan murah hati memberi ijin bagi para mahasiswa dan pecinta alam untuk melakukan penelitian tentang tumbuh-tumbuhan di taman tersebut. Di dekat rumah kaca telah didirikan sebuah lab kecil tempat Rosalie dan tim nya bekerja, juga di sudut lain dibangun sebuah area bermain untuk anak-anak.

Mereka sampai di sebuah padang mini yang ditumbuhi banyak bunga matahari yang tengah mekar, bila dilihat dari helikopter tempat itu akan menyerupai sebuah karpet kuning yang indah. Mereka menggelar tikar dan membuka keranjang makanan yang telah mereka bawa. Hari itu adalah hari ulang tahun pernikahan keduanya, mereka menikmati piknik yang romantis itu di tengah hamparan rumput dan bunga matahari.
“Say...thanks ya!” kata Rosalie yang berbaring di pangkuan suaminya.
“Thanks for what?” tanya suaminya sambil mengelus rambutnya dengan lembut.
“Thanks sudah memberiku kebahagiaan...memberi dua malaikat lucu...juga penerimaan atas diri gua apa adanya”
“Cha...itu kan udah seharusnya sebagai suami!”
“Terus terang say...soal taman ini, kadang...sampai sekarang pun...walau senang mendapatkan rejeki gak terduga ini...aku masih ngerasa gak enak ke kamu...”
“Ssshhh....” pria itu menempelkan telunjuk dan jari tengah di bibir Rosalie, “jangan diterusin lagi...itu masa lalu Cha...banyak orang pernah nakal waktu mudanya...termasuk gua, orgy party pun pernah gua ikuti, lebih parah kan? harusnya malah gua yang gak enak ke lu Cha, ya gak? Seenggaknya lu masih ada positifnya dengan memberi penghiburan dalam sisa hidup orang tua yang kesepian itu, sedangkan gua memberi apa ke wanita-wanita yang pernah gituan sama gua selain kepuasan semu?
”Memang gak ada yang sempurna di dunia ini say, dicintai kamu itu udah kebahagiaan bagiku” Rosalie menekan kepalanya ke dada bidang suaminya, segaris senyum bahagia tergurat di wajah cantiknya.
Ia merasa sangat beruntung karena pria itu tetap menyayanginya walau telah tahu kenakalan yang dilakukan istrinya dulu, termasuk hubungan terlarangnya dengan si pria tua yang dulunya pemilik taman ini. Begitu pun dengan kenakalan-kenakalan suaminya dulu, ia pun bersedia memaafkan. Mereka bertekad untuk fokus ke depan mengarungi bahtera kehidupan ini bersama dua buah hati mereka.
“Say...yuk beresin dulu ini!” kata Rosalie setelah puas bersandar dan mulai membereskan sisa-sisa piknik mereka.
Suaminya telah memasukkan piring dan alat makan kotor ke dalam keranjang ketika ia melihat gaun terusan yang dipakai istrinya yang berdiri di sampingnya tiba-tiba terjatuh ke tanah. Pria itu mendongakkan kepala dan melongo melihat Rosalie kini membuka kancing branya lalu melepaskan dan menjatuhkannya ke tanah, disusul celana dalamnya hingga wanita itu kini berdiri telanjang di hadapannya dan mengembangkan senyum manisnya. Tubuh yang sempurna tanpa tertutup apapun yang sungguh membuat setiap pria menelan ludah menatapnya.
“Say, kamu tahu kan aku sangat cinta pada alam...juga suka bercinta di tengah alam...sekarang gua pengen berperan jadi Hawa dan kamu Adamnya, dimana kita bisa bebas tanpa pakaian, bercinta di alam tanpa ragu” Rosalie berkata dengan suara mendesah yang membangkitkan gairah, “buka semua pakaianmu say... kejar aku dan selanjutnya terserah anda...” ia lalu berdiri membelakangi suaminya lalu mulai berjalan menjauh, “aku tetap di daerah sini kok, jadi jangan ngejar sampai luar taman, nanti dikira orang gila, hihihi...” tawanya nakal.
Dengan tidak sabar pria itu membuka bajunya hingga bugil lalu mengejar istrinya yang lari menghindar sambil tertawa cekikikan. Suara tawa terdengar dan tangkai-tangkai tinggi bunga matahari pun bergoyangan. Tak lama suara tawa itu pun berganti dengan suara desah kenikmatan di antara bunga-bunga itu.

End
By: Iisamu Takeo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar