Kamis, 26 Juli 2012

Sang Penjaga Neraka

Iblis Geryon dan Dewi Kadence

Setiap hari selama ratusan tahun, sang Dewi mengunjungi neraka dan setiap hari itu pula Geryon mengawasi dari tempatnya bertugas, hasrat memanaskan darahnya lebih dari api kutukan di luar posnya. Seharusnya sejak awal ia tak mengamati sang Dewi, menjaga agar tatapannya terus tertuju ke bawah sepanjang waktu. Ia adalah budak dari Pangeran Kegelapan, dibuahi oleh kejahatan. Sedangkan perempuan itu seorang dewi, tercipta dari cahaya. Ia tak mungkin memiliki sang Dewi, pikir Geryon sambil mengepalkan tangan. Tak peduli betapa ia menghendaki yang sebaliknya. Lagi pula, mana mungkin sang Dewi menginginkannya. Obsesi ini... tak ada gunanya, dan tak memberinya apa-apa selain rasa putus asa. Dan, ia tak butuh rasa putus asa lebih banyak lagi. Namun, tetap saja ia mengawasi sang Dewi hari ini saat perempuan itu melayang melewati gua tandus, jemari berkuku warna koral menelusuri bebatuan bergerigi yang memisahkan bawah tanah dengan dunia kematian. Ikal-ikal keemasan tergerai di punggung yang elegan dan membingkai wajahnya yang begitu sempurna, teramat jelita, bahkan Aphrodite sendiri tak bisa menandinginya. Mata secemerlang bintang itu menyipit, warna merah merona membias di pipinya yang semulus batu pualam.
“Dinding ini retak,” ucap sang Dewi, suaranya bagai seuntai lagu di tengah-tengah desisan api di dekat sana – dan jeritan tak wajar yang selalu menyertai.
Geryon menggeleng, yakin benar ia hanya membayangkan kata-kata itu. selama berabad-abad bertemu, mereka tak pernah bertegur sapa, tak pernah sekalipun menyimpang dari rutinitas mereka.
Sebagai Penjaga Neraka, ia memastikan gerbangnya selalu tertutup hingga ada jiwa yang harus dibuang ke dalamnya. Dengan begitu, tak ada seorang atau sesuatu pun yang bisa meloloskan diri – dan  jika mereka mencoba, dialah yang menghukum. Sedangkan sebagai Dewi Penindasan, perempuan itu memperkuat dinding penghalang hanya dengan satu sentuhan. Keheningan tak pernah pecah di antara mereka. Ketidakpastian menggelapkan sosok sang Dewi.
“Kau tak punya komentar?”
Sekejap kemudian ia berdiri di depan Geryon, meski laki-laki itu tak pernah melihatnya bergerak. Aroma honey-suckle mendadak mengalahkan bau burung belerang dan daging meleleh, dan Geryon menghirupnya dalam-dalam, memejamkan mata penuh kenikmatan. Oh, seandainya dewi itu selalu berada disana...
“Penjaga,” sang Dewi memanggil.
“Dewi,” Geryon memaksa pelupuk matanya terbuka sedikit demi sedikit, lambat laun menampakkan pendaran kecantikan sang Dewi. Dari dekat, perempuan itu tak sesempurna yang ia bayangkan. Segelintir bintik-bintik memerciki hidung mancung sang Dewi yang manis dan lesung pipi muncul seiring lengkungan senyum separuhnya. Ah, itu bahkan lebih baik lagi. Apa yang sang Dewi pikirkan tentang dirinya? Geryon bertanya-tanya. Mungkin sang Dewi menganggapnya monster, mengerikan dan cacat. Memang seperti itulah wujudnya. Tapi bila perempuan itu menganggap Geryon demikian, ia tak menunjukkannya. Hanya rasa penasaranlah yang bersarang di mata secemerlang bintang itu. Tapi tentu saja itu untuk dinding, duga Geryon, bukan karena dirinya. Bahkan saat ia masih manusia, para perempuan tak ingin berurusan dengannya. Mereka langsung menyingkir begitu ia menunjukkan perhatian kepada mereka. Ia terlalu tinggi, terlalu kekar, terlalu kikuk. Dan itu, bahkan sebelum penampilannya mirip dengan Ogre.Terkadang ia bertanya-tanya apakah ia tercemar sejak lahir.

“Retakan itu kemarin tak ada,” kata sang Dewi. “Apa yang menyebabkan kerusakan seperti itu? Dan, begitu cepat?”
“Segerombolan Penguasa Iblis setiap hari bangkit dari lubang neraka dan berjuang agar bisa keluar. Mereka sudah mulai muak dengan penahanan disini dan mencari manusia hidup untuk disiksa.”
Sang Dewi menerima berita itu tanpa reaksi. “Kau punya nama-nama mereka?”
Geryon mengangguk. Ia tak perlu melihat ke balik gerbang untuk tahu siapa saja yang berada di sisi seberang. Ia bisa merasakannya. Selalu.
“Kekerasan, Kematian, Kebohongan, Keraguan, Kesakitan. Haruskah kulanjutkan?”
“Tidak usah,” jawab sang Dewi pelan. “Aku paham. Mereka yang terburuk dari yang terburuk.”
“Benar. Mereka menghantam dan mencakari dinding di balik gerbang, sangat ingin pergi ke dunia manusia.”
“Well, hentikan mereka.” Sebuah perintah, dibalut oleh permohonan dengan suara serak.
Seandainya bisa. Geryon rela memberikan sisa-sisa terakhir kemanusiaannya untuk melakukan apa pun yang diinginkan sang Dewi. Apapun untuk membalas hadiah kedatangannya kesini setiap hari. Apapun untuk membuatnya tetap disini, memperpanjang aroma manis tubuhnya.
“Aku dilarang meninggalkan pos, sama seperti aku tak diijinkan membuka gerbang untuk alasan apapun selainuntuk memasukkan jiwa terkutuk ke dalam. Aku khawatir tak bisa mengabulkan permintaanmu.”
Suatu desah terdengar dari sang Dewi. “Kau selalu melakukan apa yang diperintahkan?”
“Selalu.”
Sekali Geryon pernah melawan ikatan tak kasat mata yang membelenggunya. Sekali, tapi tidak lagi. Melawan hanya akan mengundang kesakitan dan penderitaan – bukan padanya, tapi pada yang lainnya. Manusia tak berdosa yang mirip ibu, ayah, dan para saudara laki-lakinya – karena ibu, ayah, dan para saudara laki-lakinya sudah habis dibantai – dibawa kesini dan disiksa di depannya. Jeritan mereka... oh, jeritan-jeritan itu, jauh lebih buruk daripada pekik kesakitan yang merembes dari Neraka. Dan saat melihat itu... Geryon menggigil. Andai rasa sakit dan penderitaan itu ditimpakan pada dirinya, ia tak akan peduli. Ia akan tertawa dan melawan lebih keras lagi. Apalah artinya sedikit kesakitan lagi? Tetapi Lucifer, saudara Hades, sekaligus pangeran iblis, membutuhkan penjaganya tetap bugar, utuh. Jadi ia menggunakan cara lain untuk mendapatkan kerja sama Geryon. Kenangan itu akan menghantui Geryon selamanya, meski mungkin saja akan memudar di malam hari, seandainya ia butuh tidur. Tetapi ia tetap terjaga di setiap jam di setiap hari, tak pernah bisa melupakan.
“Kepatuhan. Aku mengharapkan yang berbeda darimu,” ujar sang Dewi. “Kau seorang kesatria, begitu tangguh dan percaya diri.”
Benar, ia memang seorang kesatria. Tetapi ia juga seorang budak. Peran itu tidak saling meniadakan. “Maafkan aku, Dewi. Ketangguhan dan kepercayaan diriku tak mengubah apapun.”
“Aku akan memberimu imbalan karena membantuku,” sang Dewi bersikeras. “Sebutkan hargamu. Apapun keinginanmu akan menjadi milikmu.”
Seandainya saja bisa, pikir Geryon lagi. Ia akan meminta untuk mencicipi tubuh itu sekali saja. Atau semalam dalam pelukan sang dewi. Telanjang. Menyentuhnya. Merasakan kehangatan kulitnya. Membayangkannya, membuat setiap otot di tubuh Geryon menegang. Ia bergairah, sekaligus putus asa dalam ketiadaan harapan. Tidak. Ia tak bisa mengambil resiko membuat orang-orang tak bersalah menderita hanya untuk memuaskan keinginannya dengan dewi jelita ini. Tapi, kenapa kau peduli itu? batin Geryon berontak. Lihat tubuh mulus itu, begitu menggairahkan! Jadi, satu pelukan? Atau cuma sekedar ciuman, apa salahnya?

“Penjaga?” desak sang Dewi. “Apapun.”
Geryon menelan ludah. “Maafkan aku, Dewi. Aku sangat ingin membantumu, tapi...”
Bahu indah sang Dewi merosot kecewa, “Tapi... kenapa? Kau juga ingin para iblis tetap di Neraka seperti aku. Benar kan?”
“Benar.” Geryon bimbang untuk memberitahukan alasannya menolak membantu perempuan cantik itu, ia masih merasa malu akan hal itu hingga kini. Sang Dewi terdiam, menunggu.
“Ehm, aku...” Geryon gemetar.
“Mungkin ini bisa membantumu untuk mengingat.” sang Dewi mendekat. Tangannya bergerilya tepat di penis Geryon yang sudah menegang sejak tadi. Dia meremas-remasnya lembut, membuat jantung iblis jantan itu naik turun tak karuan. Takut. Enak. Dan entah perasaan apalagi yang berkumpul menjadi satu.
“Keras sekali,” sang Dewi berbisik pelan. Kemudian dia membuka celana Geryon dan mengeluarkan ’isinya’.
Geryon tidak sampai hati untuk mencegah karena jujur, ia juga menginginkannya. Inilah yang diimpikannya selama berabad-abad, dan sekarang terjadi begitu saja karena alasan yang tidak begitu jelas. Dan sangat mudah. Jadi, mungkinkah ia menolak? Apalagi ini juga tidak menyalahi ikatan yang dibuat oleh Lucifer.
“Dewi… Dewi…” Geryon terbata.
Sang Dewi terus meremas penisnya. Tubuh montok perempuan itu sudah merapat semakin dalam, begitu insten dan... menggiurkan. Bahkan dengan sangat menggairahkan, dia sengaja menggesek-gesekkan payudaranya ke lengan Geryon. Sementara Geryon, yang semula diam karena kaget dan tak percaya, kini juga ikut larut dalam permainan. Tubuhnya menegang, dengan tangan meremas buah dada sang Dewi yang bulat dan padat, sambil memeluk tubuh perempuan itu begitu erat.
”Bagaimana, enak kan?” tanya sang Dewi, tangannya bergerak lincah dan cepat, mengocok penis Geryon.
Iblis itu hanya mengangguk.
“Anggap saja ini sebagai uang muka. Kalau kau mau membantuku, akan kuberikan yang lebih enak.”
Geryon mengerti apa yang dimaksud oleh perempuan itu. Tapi ia tak sanggup untuk menjawab karena sekarang sang dewi sudah jongkok dan menunduk di depan penisnya. Perempuan itu membuka mulutnya, dan.. Hupp! Ia menelan penis Geryon dan menghisapnya. Gila! Geryon bahkan tak pernah membayangkan akan mendapatkan kenikmatan seperti ini. Bisa menciumnya saja, dia sudah sangat bersyukur. Apalagi diemut seperti ini... Uhh, rasanya seperti masuk ke dalam Surga.
”Ooghhh… Ooghhh…” Geryon merintih, atau menggeram? Karena suaranya memang sangat berat, seperti auman empat harimau yang dijadikan satu.
Sang Dewi tampak sangat menikmati penisnya. Perempuan itu mengocoknya dengan tangan, sambil ujungnya terus diemut dan dihisap-hisap cepat. Lidahnya yang basah bermain, menggelitik kepala penis Geryon yang tumpul, yang dari lubangnya sudah mengeluarkan cairan precum.

Tak mau kalah, sambil bergidik keenakan, tangan kanan Geryon menggangkat rok panjang sang Dewi hingga ke pinggang. Dipandanginya celana dalam berwarna putih milik perempuan itu, juga bokongnya yang bulat dan sekal. Sedikit melenguh, Geryon segera meremas-remasnya. Sementara tangan kirinya, bergerak mengelus payudara sang Dewi yang kini sudah tidak tertutup lagi. Benda itu tampak bulat dan menggiurkan, bersinar bagai dua matahari di lubang neraka yang gelap ini. Ujungnya meruncing, terasa sangat keras dan padat. Tidak sampai tiga menit, Geryon akhirnya menyerah. Nafsu menggebu yang sudah ditahannya begitu lama, membuatnya jadi tidak tahan lama. Tanpa bisa dicegah, spermanya menyembur, muncrat ke dalam mulut sang Dewi. Perempuan itu sempat terkejut ketika menerima semprotan pertama. Tapi selanjutnya, saat ia sudah bisa menguasai diri, malah meremas penis Geryon agar benda itu mengeluarkan semua isinya. Sang Dewi menghisap dan memerahnya sampai habis. Mulutnya baru terbuka ketika penis Geryon sudah melemas dalam genggamannya. Tersenyum, dia lalu menelan semuanya. Sungguh luar biasa. Geryon segera membenahi celananya. Begitu juga dengan sang Dewi.
”Sekarang, boleh aku tahu alasannya?” tanya perempuan itu. Dia menyingkirkan jemari Geryon yang masih bertengger di atas bukit payudaranya.
“Aku telah menjual jiwaku pada Lucifer,” akhirnya Geryon mengaku. “Aku sudah tidak punya kehendak lagi. Hidupku hanya untuk melayaninya. Segala perintahnya, itulah yang kulakukan. Meski sangat ingin membantumu – apalagi setelah yang barusan – aku tidak bisa melakukannya.”
“Bagaimana itu terjadi?” sang Dewi tampak tertarik.
“Ceritanya panjang.”
“Aku bisa menunggu.”
“Apa kau tidak punya banyak tugas untuk dikerjakan?”
“Aku sedang melakukan tugasku sekarang. Kalau kau?”
Geryon tersipu, teringat apa yang baru saja mereka lakukan.
“Hmm, jadi...” sang Dewi mendesah. “Jiwamu milik Lucifer, sang Pangeran Kegelapan?”
“Ya,”
“Andai jiwamu dikembalikan, kau akan bisa membantuku?”
“Tentu saja,” Geryon menjawab mantab, suaranya serak.
“Baiklah. Akan kulihat apa yang bisa kulakukan.”
Mata Geryon terbeliak ngeri. Perempuan itu akan mendekati Lucifer? “Jangan, kau harus...”
Tapi sang Dewi sudah menghilang sebelum dia sempat menghentikannya.

***
Ruang Dalam Neraka...

”Lucifer, dengar aku baik-baik. Aku ingin bicara denganmu. Kau akan muncul di depanku. Hari ini, di ruangan ini juga. Sendirian. Aku akan tetap berada disini.” Kadence, Dewi Penindasan, paham ia harus menyatakan keinginannya dengan rinci atau pangeran iblis itu akan menginterpresentasikannya sesuka hati. ”Dan, kau akan berpakaian.”
Bila ia hanya meminta pertemuan, sang Pangeran mungkin akan memboyongnya ke tempat tidur, dengan tangan dan kaki terikat, pakaiannya lenyap, tubuh montoknya kelihatan, sementara satu legiun iblis mengelilinginya, sama seperti terakhir kali, dua ratus tahun yang lalu. Kadence memperhatikan sekelilingnya, seolah-olah mengamati tempat itu adalah tujuan kedatangannya. Alih-alih batu dan semen mortar, dinding istana Lucifer terbuat dari nyala api. Oranye-emas, berderak. Mematikan. Singgasananya tersusun dari tumpukan tulang, abu dan api. Di sampingnya terdapat altar bernoda darah. Satu tubuh tak bernyawa masih tergeletak di atasnya – perempuan, tanpa busana, dan tanpa kepala. Meski demikian, kepala itu akan segera terpasang kembali, agar siksaannya bisa dimulai lagi. Begitulah caranya disini. Jadi sulit untuk tetap bersikap tenang di tengah keadaan mengerikan seperti itu.
”Lucifer,” panggilnya lagi. ”Kau sudah dengar permintaanku. Sekarang datanglah. Atau aku akan pergi dan kau akan melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tawaran menarik.”
Dentam langkah kaki mendadak menggema dan nyala api setinggi beberapa meter di hadapannya tersibak. Akhirnya. Dari dalam, Lucifer melenggang, seceria hari terbaik di musim panas.
”Ya, aku memang mendengarmu.” ucapnya dalam suara sehalus sutra. Ia bahkan tersenyum lebar dengan ekspresi jahat yang murni. ”Kau menyebut-nyebut soal tawaran menarik? Apa yang kau maksudkan, sayangku?”
Tubuh mulus Kadence bergidik. Lucifer bertubuh tinggi, berotot seperti seorang kesatria, juga tampan dan sensual meski ada neraka gelap berkecamuk di matanya. Di selangkangannya, terlihat tonjolan besar tertutup celana usang dari api. Benda itulah yang dulu memberikan orgasme bertubi-tubi kepadanya. Memandangnya, Kadence takut sekaligus tertarik.
”Apa keperluanmu?” tanya Lucifer, tetap tersenyum. Suaranya tenang, tapi tetap terdengar mengancam.
Kadence mengangkat dagu. ”Dindingmu telah dirusak, dan sekelompok iblis berusaha meloloskan diri.”

Pangeran Kegelapan, Lucifer

Senyum sang Pangeran langsung lenyap. Matanya menyipit, menunjukkan kemarahan, yang kemudian dihalaunya dengan mengedikkan bahunya santai. ”Jadi, dindingnya rusak. Kau berharap aku berbuat apa?”
Kadence memantapkan tekadnya. Inilah saatnya. ”Si Penjaga. Dia bisa membantuku menghentikan mereka. Tapi karena kau memiliki jiwanya, dia harus mendapat ijinmu.”
Lucifer mendengus. ”Tidak. Aku tak akan memberi ijin. Untuk alasan apapun. Aku suka ia berada di tempatnya sekarang.”
Benar, dia menolaknya. ”Kenapa?” Kadence bertanya.
Lucifer mengetuk-ngetuk dagu dengan satu ujung jarinya. ”Well, penjaga terakhirku menjadi korban dari dusta satu iblis dan hampir mengijinkan satu legiun melarikan diri dari sana. Aku tidak mau itu terjadi lagi.”
”Tapi dindingmu sedang dirusak!” Kadence berusaha.
”Tidak.” Lucifer menggeleng. ”Kita cari cara lain. Jangan libatkan Geryon.”
Geryon. Akhirnya, sebuah nama. Berasal dari bahasa Yunani, yang berarti monster. Kadence tak menyukai nama itu. Geryon lebih baik dari penampilannya. Jauh lebih dari itu.
”Tak ada yang akan kau katakan lagi?” tanya Lucifer. ”Jadi, kita berpisah sekarang?”
Apa ini permainan Lucifer? Ia butuh dinding itu diperbaiki sama seperti Kadence. Kalau para iblis itu sampai lepas ke dunia manusia, mereka akan sama-sama repot. Menangkapnya lagi membutuhkan usaha besar dan keras. Tidak cukup ratusan tahun. Dengan pikiran itu, Kadence menjawab pertanyaannya sendiri. Ya, ini sebuah permainan. Lucifer tengah mempermainkannya.
”Aku penguasamu,” Kadence berkata. ”Aku akan...”
”Kau bukan penguasaku.” geram Lucifer tak terima. ”Kau adalah... pengamatku. Kau menyaksikan, memberi saran, dan melindungi. Tapi tidak memerintah!”
Kau terlalu lemah, Lucifer tak mengatakan itu. Lagi pula, ia tak perlu melakukannya. Mereka berdua tahu bahwa itu benar. Lucifer lah yang memegang kendali. Kadence cuma bisa mengikuti. Tak ada jalan lain. Ia akan melakukannya, demi Geryon. Menegakkan bahunya, Dewi cantik itu pun berkata,
”Aku tadi menawarkan sesuatu kepadamu. Boleh aku katakan sekarang?”
Lucifer mengangguk, seolah sudah menantikan pertanyaan itu sedari tadi. ”Silahkan,” sahutnya.

***

Dengan langkah ragu-ragu, Kadence mendekati ruangan dimana Lucifer berada.  Letaknya di koridor Neraka yang paling dalam, tempat yang paling gelap dan panas. Sebentar saja, Kadence sudah banjir keringat. Tubuh montoknya tampak tercetak jelas di balik jubah putihnya yang tipis. Terutama tonjolan payudaranya yang tak ber-BH, benda itu tampak begitu menggiurkan. Putingnya yang mungil kemerahan terlihat kaku dan mencuat. Lucifer tak henti-henti meliriknya.
"Ayo masuk!" ajak sang pangeran kegelapan dengan riang.
"Mana Cerberus? Dari tadi aku tidak melihatnya." tanya Kadence berbasa-basi. Cerberus adalah anjing berkepala tiga penjaga neraka milik Hades.
"Oh, dia sedang jalan-jalan, sebentar juga kembali.” sahut Lucifer bercanda. Cerberus pasti sedang menjemput jiwa malang penghuni baru dari Neraka ini.
"Sebentar ya," katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan yang lebih dalam dan gelap.
Meski terkenal kejam dan sadis, tak disangka, kamar Lucifer ternyata tertata rapi. Dindingnya bercat hitam, alih-alih terbuat dari api. Di sudut ruangan, terdapat lemari kaca yang berisi berbagai macam senjata dan tengkorak. Di tengahnya, ada hamparan permadani berbulu dan kursi sofa kelas satu.
"Gimana, sudah siap?" tanya Lucifer mengejutkan.
Kadence segera menoleh kepadanya. ”Eh, ya... mari kita bicara.”
”Apa yang kau tawarkan?” tanya Lucifer tanpa basa-basi.
Kadence sedikit menarik nafas sebelum menjawab, ”Emm, kau tahu. Aku tidak bisa memberikan apa-apa sebagai ganti kebebasan Geryon, kecuali...” Tapi belum selesai dia berkata, Lucifer sudah keburu menuburuk tubuhnya.
"Hei, apa-apaan ini?" tanyanya kaget sambil meronta, mencoba melepaskan diri.
"Jangan berpura-pura, Kadence sayang. Ini kan yang mau kau tawarkan. Tubuhmu. Kita sudah sama-sama mengerti, aku membutuhkannya dan kau membutuhkan pelayanan Geryon bukan. Dia bisa menjadi milikmu asalkan kau mau melayani aku!" sahut sang pangeran iblis sambil berusaha menciumi bibir Kadence.
Serentak bulu kuduk Kadence berdiri. Geli, jijik... namun entah dari mana asalnya, perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerang tubuhnya. Ingin rasanya ia membiarkan Pangeran Iblis ini berlaku semaunya atas dirinya. Harus dia akui, walaupun Lucifer kejam dan menakutkan, namun sebenarnya Iblis tua ini sering membuatnya berdebar-debar juga. Apalagi kalau mengingat pertemuan terakhir mereka yang ’panas’ dan ’membara’. Tapi sebagai seorang dewi, Kadence harus tetap menjaga harga dirinya, dia tidak boleh menyerah begitu saja. Jadi, dia tetap berusaha meronta-ronta, meski tahu itu percuma. Tidak ada yang bisa melawan kehendak Lucifer di neraka ini, kecuali Hades.

"Lucifer, lepaskan aku! Jangan... hhmmpppff!" kata-kata Kadence tidak terselesaikan karena bibirnya sudah keburu disumbat oleh mulut sang Pangeran.
Dia meronta dan berhasil melepaskan diri. Kadence segera bangkit dan terbang menghindar, tidak peduli meski salah satu payudara bulatnya sudah terburai keluar. Benda itu tampak mengayun-ayun indah saat Kadence terbang masuk ke kamar sempit dan gelap yang tadi dimasuki oleh Lucifer. Tindakan yang keliru, karena itu adalah tempat tidur sang Pangeran. Ada ranjang besar disana, berseprei empuk dari bulu angsa. Tampaknya Lucifer memasangnya tadi sebagai persiapan ’pertempuran’ mereka. Kadence terpojok. Dia malah seolah-olah mengajak Lucifer agar segera ’bermain’ dengan masuk ke ruangan ini. Merapatkan tubuh montoknya di sudut ruangan, Kadence  mengatur kembali nafasnya yang terengah-engah. Payudaranya juga kembali ia kembalikan ke tempatnya. Tapi yang aneh, entah mengapa, birahinya terus naik dan naik. Seluruh wajahnya terasa panas, kedua kakinya sampai gemetar. Lucifer yang seperti diberi kesempatan emas, mengepakkan sayapnya pelan memasuki kamar dan menutup pintunya dengan sekali kibasan tangan. Lalu dengan perlahan ia mendekati Kadence. Tubuh perempuan itu bergetar hebat manakala Iblis tua itu mengulurkan tangannya untuk merengkuh dirinya. Dengan sekali tarik, dia jatuh ke dalam pelukan Lucifer. Bibirnya segera dilumat habis. Terasa lidah Lucifer yang kasap bermain, menyapu telak di dalam mulutnya. Perasaan Kadence bercampur aduk menjadi satu, antara benci, jijik, bercampur dengan rasa ingin dicumbui yang semakin kuat, hingga akhirnya ia pun merasa sudah kepalang basah. Memang inilah yang tadi akan ditawarkannya pada Lucifer. Tubuhnya. Sekarang, setelah diserang seperti ini, meski enggan untuk mengakui, hati kecil Kadence juga menginginkannya. Terbayang olehnya apabila Geryon yang melakukan ini, entah apa yang sedang dilakukan si iblis bawahan itu sekarang. Maka, tidak berniat untuk menolak lagi, ia pun membalas cumbuan Lucifer dengan hangat. Merasa mendapat angin, Lucifer jadi makin berani dengan menelusupkan tangannya ke balik gaun yang dikenakan oleh perempuan itu. Jantung Kadence berdegup kencang ketika tangan laki-laki itu meremas-remas lembut gundukan daging kenyal yang ada di dadanya. Terasa benar, telapak tangan Lucifer yang lebar bergerak liar di atas permukaan buah dadanya yang putih mulus, ditingkahi dengan gesekan nakal jari-jari berkuku tajam yang  mempermainkan puting susunya. Gemas sekali nampaknya Iblis tua itu. Tangannya makin lama makin kasar bergerak di atas dada Kadence, bergantian kiri dan kanan. Setelah puas, dengan tidak sabaran, Lucifer mulai melucuti pakaian Kadence satu demi satu hingga berceceran di lantai. Hingga akhirnya Kadence hanya memakai secarik celana dalam saja, itupun sangat tipis dan mungil. Benda itu bahkan tidak sanggup menyembunyikan belahan vagina Kadence yang basah merah menggiurkan. Melihatnya, bergegas Lucifer melucuti celana pendeknya. Dari sana, menyembul batang penis itu yang telah menegang dahsyat, sebesar lengan, berwarna merah semerah kulitnya. Kadence bergidik. Tak terasa, ia menjerit ngeri. Sepertinya benda itu makin membesar saja dari waktu ke waktu. Bisa jebol miliknya dimasuki penis sebesar itu. Namun di lain pihak, Kadence tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Seolah ada pesona tersendiri pada benda itu hingga pandangan matanya terus tertuju ke penis besar sang pangeran kegelapan. Nyala api memercik-mercik dari ujungnya saat benda itu bergoyang-goyang. Lucifer tengah berjalan mendekati dirinya. Tangannya meraih kunciran rambut Kadence dan menariknya hingga ikatannya terlepas dan rambut Kadence bebas tergerai sampai ke pinggang.

"Kau cantik sekali, Kadence..." gumam Lucifer mengagumi kecantikannya.
Kadence hanya tersenyum tersipu mendengar pujian itu. Ah, seandainya saja Geryon yang mengatakannya.
Dengan lembut Lucifer terbang turun sambil mendorong tubuhnya sampai terduduk di tepi ranjang. Lalu ia menarik celana dalam, kain terakhir yang menutupi tubuh mulus Kadence dan membuangnya ke lantai. Kini mereka berdua telah telanjang bulat. Lucifer dengan gemas mementangkan kedua belah paha Kadence lebar-lebar. Matanya nanar memandang daerah di sekitar selangkangan sang dewi. Nafasnya jadi sedemikian memburu. Tak lama kemudian, Lucifer membenamkan kepalanya di situ. Mulut dan lidahnya yang panjang menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan Kadence yang mulus tanpa rambut. Melenguh kegelian, Kadence memejamkan matanya. Ohh, nikmatnya, dia sungguh menikmatinya, sampai-sampai tubuhnya menggelinjang-gelinjang saking enaknya.
"Lucifer..!" rintih Kadence lirih. "A-aku tak tahan lagi...!" dia memelas sambil menggigit bibir bawahnya. Sungguh, dia tak tahan lagi mengalamai siksaan birahi yang dilancarkan sang iblis tua. Namun rupanya Lucifer masih ingin mempermainkannya. Tidak peduli, bahkan terlihat senang melihat Kadence  dalam keadaan demikian, ia meneruskan jilatannya. Bahkan kini tangannya ikut bermain dengan menjulur ke atas dan meremas-remas payudara sang dewi yang bulat menggoda dengan lembut. Padahal Kadence sudah sangat kewalahan dan basah kuyup.
"Lucifer... Aaakkhh...!" dia mengerang keras, kakinya menjepit kepala Lucifer kuat-kuat untuk melampiaskan derita birahinya.
Digenggamnya erat tanduk yang menghiasi kepala sang pangeran kegelapan itu keras-keras. Kini, Kadence sudah tidak peduli lagi bahwa yang bercinta dengannya itu adalah pemilik Neraka yang seharusnya ia takuti. Salah sendiri, kenapa dia sungguh lihai membangkitkan gairahnya? Kadence yakin, dengan nafsu yang sebesar itu ditambah pengalaman selama ribuan tahun, Lucifer tentu sangat ahli dalam hal ini, bahkan sangat mungkin sudah puluhan atau ratusan dewi, makhluk sorgawi dan manusia yang sudah digaulinya. Sedang enak-enaknya, tiba-tiba Lucifer melepaskan diri, lalu ia berdiri di depan Kadence yang masih terduduk di tepi ranjang. Penis besar sang pangeran kegelapan persis berada di depan wajahnya. Kadence sudah tahu apa yang diinginkan Iblis tua itu. Tanpa sempat melawan ataupun memprotes, tangan Lucifer sudah meraih kepalanya dan di bawa mendekati kejantanannya yang... Wow! Sungguh sangat besar itu. Tanpa melawan sama sekali, Kadence membuka mulut selebar-lebarnya. Lalu dengan sekali telan, dicaploknya penis besar Lucifer dan dikulumnya dengan penuh nafsu hingga membuat sang iblis merem melek keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Kadence. Itupun sudah terasa penuh. Kadence hampir sesak nafas dibuatnya. Dia harus bekerja keras kalau mau memberi makhluk kegelapan ini kepuasan. Dan demi Geryon, dia rela melakukannya. Kadence terus menghisap, mengulum serta mempermainkan batang penis Lucifer keluar masuk di dalam mulutnya. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah Kadence menyapu ujungnya yang berapi.

Beberapa saat kemudian, Lucifer melepaskan diri. Ia lalu membaringkan Kadence di tempat tidur dan menyusul berbaring di sisinya. Kaki kiri perempuan itu diangkat, disilangkan di pinggangnya. Lalu ia berusaha memasuki tubuh Kadence dari belakang. Terasa kepala penis Lucifer yang besar menggesek klitoris di liang senggama Kadence, membuat perempuan itu bergidik. Lucifer terus berusaha menekan miliknya ke dalam milik Kadence yang memang sudah sangat basah. Akhirnya, setelah berusaha cukup keras, perlahan-lahan benda besar itu pun meluncur masuk. Dan ketika dengan kasar Lucifer tiba-tiba menekan keras hingga amblas seluruhnya ke dalam memek Kadence, perempuan itu tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa nikmat bercampur sedikit perih menguasai dirinya, hingga membuat tubuh mulusnya mengejang-ngejang selama beberapa detik. Lucifer yang mengerti keadaan itu, memberi Kadence kesempatan untuk bernafas dan membiasakan diri. Dia mendiamkan penisnya sebentar. Setelah nafas Kadence mulai tenang, barulah dia mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan-lahan. Dan makin lama - setelah Kadence terlihat menikmatinya – menjadi semakin cepat. Kadence jadi tak kuasa untuk tidak merintih setiap Lucifer menggerakkan tubuhnya. Gesekan demi gesekan di dinding liang senggamanya sungguh sangat nikmat, membuatnya lupa ingatan. Lucifer terus menyetubuhinya dengan cara itu, sementara bibirnya tak henti-hentinya melumat bibir Kadence yang tipis, juga tengkuk dan lehernya. Sedang tangannya selalu meremas-remas payudara Kadence, tidak ingin membuat benda itu bergerak-gerak kesana-kemari. Kadence dapat merasakan puting susunya makin mengeras, runcing dan kaku. Dia bisa melihat bagaimana batang penis merah itu keluar masuk di dalam liang kemaluannya. Kadence selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalam. Miliknya hampir tidak dapat menampung ukuran Lucifer yang super itu, dan ini makin membuat Lucifer tergila-gila. Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Lucifer membalik tubuh Kadence hingga menungging di hadapannya. Ia ingin doggy style rupanya. Tangan makhluk itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua belah payudara Kadence yang menggantung berat ke bawah sambil menusukkan penisnya dari belakang. Sebagai seorang dewi ia memiliki daya tahan tubuh yang jauh dibanding manusia, tapi menghadapi sang penguasa kegelapan tertinggi ini, dia memang bukan tandingannya. Iblis satu itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir dua jam permainan berlangsung, tapi tidak ada tanda-tanda kalau Lucifer akan mengakhirinya dalam waktu dekat. Kadence yang kini duduk mengangkangi tubuh makhluk itu, sudah hampir kehabisan nafas. Tapi demi Geryon, ia terus memacu goyangan pinggulnya. Kadence merasa sebentar lagi dia akan memperolehnya. Terus... terus... dan terus... dia sudah tak peduli lagi dengan gerakannya yang brutal ataupun suara erangannya yang kadang-kadang memekik nyaring menahan rasa luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai, tak peduli lagi meski dirinya seorang Dewi, Kadence berteriak kencang sambil menarik tanduk Lucifer. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang. Sungguh hebat rasa yang diterimanya kali ini. Ironis memang, sebagai dewi ia mendapat kenikmatan itu dengan melanggar aturan sorgawi, yang tentunya adalah kenikmatan terlarang.

Berkali-kali Kadence mengusap keringat yang membasahi dahinya. Lucifer yang masih belum finish, kembali mengambil inisiatif. Kini ganti dia yang berada di atas, menindih tubuh mulus Kadence. Lucifer memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, asap dan hembusan api neraka keluar dari mulut dan hidungnya, sementara goyangan pinggulnya semakin cepat dan kasar. Peluh sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya, juga tubuh Kadence. Sementara mereka terus berpacu. Sungguh hebat makhluk kegelapan ini, umurnya yang mencapai ribuan tahun tidak mempengaruhi staminanya. Beberapa saat kemudian, setelah setengah jam lagi berlalu, barulah Lucifer menggeram sambil mengeretakkan giginya. Tubuh Iblis tua itu bergetar hebat di atas tubuh Kadence. Penisnya menyemburkan cairan kental yang hangat dan panas ke dalam liang kemaluan sang dewi dengan begitu derasnya. Setelah rasa itu reda, perlahan-lahan mereka memisahkan diri. Bersisian, mereka terbaring kelelahan di atas kasur. Nafas Kadence yang tinggal satu-satu bercampur dengan bunyi nafas Lucifer yang berat. Mereka masing-masing terdiam, berusaha mengumpulkan tenaga yang sudah tercerai berai. Kadence terpejam, mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja ia alami.  Terasa ada cairan kental hangat perlahan-lahan meluncur masuk ke dalam liang vaginanya. Panas, dan sedikit gatal menggelitik. Bagian bawah tubuhnya terasa benar-benar banjir, basah kuyub. Kadence menggerakkan tangannya untuk menyeka bibir bawah itu, dan tangannya pun langsung dipenuhi oleh cairan kental berwarna putih susu yang belepotan di sana-sini.
"Hahaha...Dewi Kadence yang cantik, ternyata kau tak kalah dengan Aphrodite dan Artemis dalam hal yang satu ini!" Lucifer berkata penuh kemenangan.
Kadence yang berbaring menelungkup di atas kasur hanya tersenyum lemah, karena sungguh sangat kelelahan. Namun dalam hati ia kaget juga mendengar perkataan Lucifer tadi.
“Apa!? Jadi dua dewi tertinggi itu juga pernah....ah masa bodoh lah!”
Kadence memejamkan matanya untuk sejenak beristirahat. Ia tidak peduli dengan tubuhnya yang masih telanjang bulat. Lucifer kemudian bangkit berdiridan mulai mengenakan kembali cawatnya. Kadence pun dengan malas bangkit dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai. Sambil berpakaian ia bertanya,
"Bagaimana dengan permintaanku?"
"Minggu depan akan kubebaskan dia," sahut Lucifer pendek.
"Kenapa tidak besok pagi saja?" protes Kadence, tak puas.
"Aku masih ingin tubuhmu, manis. Layani aku selama seminggu ini.” Lucifer menyeringai.
Kadence terdiam, tidak sanggup berkata apa-apa.

*** 

“Aku tak mengerti. “ ucap Geryon sambil menyilangkan lengan di dada, sebuah tindakan yang mengingatkannya saat ia masih menjadi manusia. “Lucifer tak akan pernah setuju untuk membebaskanku dari... kekuasaannya.”
“Aku meminta padanya, ia setuju. Kau bebas.” Kadence mengarahkan tatapan ke kakinya yang bersendal, tak mau berkomentar lagi tentang masalah itu.
Geryon jadi bertanya-tanya, apa perempuan itu menyembunyikan sesuatu? Sang Dewi tampak lebih pucat dari biasanya. Geryon menyadari, setelah seminggu berlalu tanpa kehadirannya, rona merah di pipi perempuan itu lenyap, bintik-bintik di hidungnya memucat. Ikal-ikal rambut keemasan sang Dewi terkulai lemas di bahu dan lengannya, dan Geryon bisa melihat noda jelaga diantara helaian rambut indah itu. Tangannya sangat ingin terulur, untuk menyisirkan jemarinya di sela-sela rambut itu.
“Bagaimana bisa?” Geryon bertanya lagi. “Apa yang kau berikan untuk menebus kebebasan diriku?”
“Apa itu penting?” sang Dewi mengentakkan kakinya sedikit. “Untuk menyelamatkan dinding, aku butuh bantuanmu. Kau tahu, Lucifer juga tak menginginkannya runtuh.” Jemari sang Dewi memanggilnya. “Kemarilah. Lihat kerusakan yang terjadi disini. Celah ini sudah memanjang sejak terakhir aku melihatnya seminggu yang lalu. Dan akan terus membesar hingga batunya terbelah dua. Saat itulah, legiun iblis bisa memasuki dunia manusia.”
Kemana saja kau seminggu ini? batin Geryon, tapi tidak sanggup untuk mengatakannya. “Kalau aku melakukan ini... membantumu...” bisiknya.
Sang Dewi masih tetap tak berbalik. Jari lentiknya asyik menelusuri celah bercabang yang membentuk retakan-retakan kecil, mirip sungai kecil yang mengalir dari sebuah lautan yang bergelora. “Ya?” tapi desah napasnya terdengar keras saat dia berucap.
“Aku akan mendapat imbalan? Lebih nikmat dari yang kemarin?” Geryon membayangkan tubuh mulus sang Dewi, telanjang, berada dalam pelukannya. Dengan kelamin mereka saling bertemu dan menggesek. Oh, betapa nikmatnya.
“Ya.” Sang Dewi menjawab tanpa ada keraguan. Masih tetap mendesah keras.
“Kalau begitu baiklah. Kuterima.” Geryon mengangguk. “Aku akan membawamu ke Neraka, Dewi.”  
Sang Dewi meliriknya sekilas, dan sekali lagi memalingkan pandang darinya. “Kalau begitu, ayo kita mulai bekerja.”
Dan mereka pun menghilang menuju bagian dalam Neraka...

END
By: Iisamu Takeo

Selasa, 24 Juli 2012

Akibat Terjebak Nafsu

Dessy

Huaahhh.. Dessy membuka matanya lebar-lebar  waktu telah menunjukkan pukul 9 pagi pertanda ia telah terlambat bangun untuk pergi ke sekolah.
“ uhhh…malesnya“ ia berjalan lemas menuju kamar mandi untuk segera berendam untuk menghilangkan ngantuknya karena semaleman ia begadang chating nakal bersama seseorang yang menarik perhatiannya meskipun mereka sama sekali belum pernah bertemu. Kemarin ia telah berjanji untuk bertemu hari ini, itulah membuat jantung Dessy tidak henti berdetak dengan kencang meskipun selama ia berendam di kamar mandi. Bahkan Dessy sama sekali tidak mengetahui siapa nama asli si teman chatingannya, yang membuat ia tertarik adalah nickname temannya itu yaitu “Dahlan si Penjahat Kelamin” yang mengaku bernama Robert.
“Ahhhhh… “ Dessy mengurut-ngurut  vaginanya yang sambil membayangkan percakapannya kemaren semalaman.  Dia sangat dominan, tegas tapi adil, dan tahu apa yang diinginkannya dan membawanya, sama seperti bagaimana penguasa seharusnya. Terasa vaginanya berdenyut-denyut, yah vagina Dessy memang berbeda dengan vagina kebanyakan gadis, dinding vaginanya sangat tebal sehingga memungkinkan cengkraman yang erat bagi setiap penis yang masuk ke dalamnya, namun belum seorangpun yang pernah memangsa vagina  mulusnya. Mungkin ini disebabkan karena Dessy yang merupakan siswi tercerdas di sekolahnya. Sehingga selalu mendapatkan kelas unggulan dan akibatnya selama ia 3 kali pacaran semuanya cowok-cowok kutu buku, jangankan menyentuh vaginanya, mencium bibirnya saja mantan pacarnya tidak berani. Ia merasa bosan dengan kehidupan sehari-harinya yang menuntutnya harus bertindak bagaimana layaknya gadis golongan atas, terlebih kedua orang tuanya sering tidak di rumah sibuk dengan bisnis mereka. Seringkali Dessy hanya melampiaskan nafsunya yang menggebu-gebu dengan bermasturbasi sambil menonton video-video porno baik jenis western XXX maupun JAV di kamarnya. Ia merasa beruntung berkenalan dengan Robert, teman cybersex yang sangat agresif.
“Meonggg…meong…meongg….” (ringtone ponsel Dessy) :p
Dessy segera tersadar dari lamunannya di kamar mandi setelah mendengar polselnya yang berbunyi tiba-tiba, namun ia tidak segera mengambil ponselnya di kamar, karena ia masih mengeringkan tubuhnya terlebih dahulu lalu mengambil handuk. Sementara itu polselnya terus berbunyi. Akhirnya setelah membalut tubuhnya dengan handuk ia segera mengangkat polselnya.
“haloo,,selamat pagi  ini siapa ya ?”

Mendadak muka Dessy berubah pucat rupanya yang menelpon adalah  “Robert si Penjahat Kelamin”. Ia membentak-bentak Dessy karena keterlambatannya. Dessy harus segera menemuinya di alamat XXX,jalan x kurang lebih 60 KM dari tempat tinggalnya sekarang. Sebagai hukumannya dilarang menggunakan celana dalam dan BH saat pertemuannya nanti. DEG...Jantung Dessy kemudian berdetak dengan kencang nafsunya segera menguasainya membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti.
“Baik Tuan Robert, hamba segera menuju lokasi” jawabnya sedikit gugup
Segera ia memacu mobilnya menuju alamat tersebut kurang lebih 1 jam ia sampai ke lokasi tersebut. Ternyata alamat yang diberikan Robert berada di pondok yang berlokasi di sebuah bukit dengan pemandangan sangat bagus namun berada di pinggiran hutan yang jauh dari pemukiman penduduk. Dessy segera memarkir mobilnya kemudian menelpon Robert.
“Tuan hamba sudah disini, tuan dimana”
“Masuk saja ke kamar nomor 2 di lantai atas tunggu saya disana, Pelacur !!”
“Dessy sebenarnya tersinggung direndahkan seperti itu ia lalu terdiam sejenak ia mulai berpikir untuk mengurungkan niatnya bertemu, namun nafsunya yang menggebu telah menguasainya benar-benar tidak sabar untuk disetubuhi oleh Dahlan si Penjahat Kelamin.
“Kenapa diam, pelacur ayo masuk !!.
“Ya tuan.. saya Pelacur.. Setubuhi saya.. Hamili saya tuan”  seolah ia tidak sadar berkata seperti itu
Vaginanya yang terus berdenyut membuat ia kehilangan kontrol atas tubuhnya mendapat perlakuan selayaknya pelacur, membuat vaginanya tidak sabar untuk segera diperawani tuannya. Sambil berjalan memasuki rumah ia membayangkan adegan video video bondage kesukaannya. Dessy kemudian sampai ke depan kamar nomor 2 ia kemudian perlahan membuka pintu dan masuk ke dalam. Namun tidak seorangpun ada di dalam kamar tersebut yang ada hanyalah ranjang empuk berukuran besar, meja rias cermin dan kerangkeng besar dalam kamar berukuran 4x4 m itu. Ia kemudian duduk di tepian ranjang. Kemudian teleponnya berbunyi
“Pelacur.. buka seluruh pakaianmu lalu buang jauh-jauh keluar jendela, kalau tidak aku cincang tubuhmu disini” sahut suara disana

Dessy yang ketakutan segera menanggalkan semua pakaiannya dan membuangnya lewat celah kecil di jeruji  jendela sesuai dengan yang diperintahkan. Ia benar benar seperti kerbau yang telah dicolok hidungnya.  Tubuhnya yang bugil dengan bulu yang lebat di vaginanya benar-benar mengundang gairah setiap pria yang pasti bernafsu untuk menidurinya. Lalu perlahan ia mendengar suara langkah kami berat yang menuju kamar tersebut. Jantung Dessy berdetak dengan kencang, vaginanya semakin basah. Pintu kamarnya dibuka perlahan, Dessy yang gugup dan mukanya merah membenamkan wajahnya ke bantal. Ia merasakan ada seseorang masuk ke kamar itu lalu mengunci kamar itu dan mendekat ke tubuhnya. Dessy belum berani untuk memalingkan tubuhnya dari bantal. Tiba-tiba  ada tangan besar memegang bokongnya dan tanpa sungkan-sungkan langsung mencolok lubang anusnya dengan jari tengahnya . aaaahh.. Dessy kesakitan tapi vaginanya yang berdenyut membuat ia membiarkan pelaku untuk melanjutkan mengobok anusnya.
“Ahhhhhh… ahhhhh…. Sakittt…..Tuan…!!” rintihnya
Dessy kemudian memalingkan wajahnya untuk melihat seperti apa gerangan manusia yang akan menjadi pejantannya itu. Mendadak lemas tubuh Dessy karena pejantan yang ia bayangkan yaitu lelaki tampan yang berotot tidak menjadi kenyataan. Yang ada di hadapannya justru adalah pria bule sangat gemuk yang buruk rupa yang siap memperkosa dirinya. Kakinya lemas tidak bisa digerakkan ingin rasanya ia segera kabur dari tempat itu. Namun rasanya tidak mungkin sebuah jari tengah kini telah terlanjur menancap di lubang pantatnya.
“Ahhhh.. ahhh… Sakitt lepaskan..” Dessy meronta-ronta berusaha lepas, tidak terasa air matanya pun menetes.
Pria itu, Robert, adalah seorang ekspatriat yang bekerja di sebuah perusahaan di Indonesia. Seorang pengidap kelainan seksual yang suka menerapkan sado masochist terhadap pasangan seksnya. Para wanita lokal yang pernah ia kencani banyak yang tidak tahan dengan siksaan-siksaannya ketika berhubungan seks. Bosan dengan para wanita yang biasa ia temui di kafe dan tempat dugem, ia mencari pasangan lain melalui fasilitas internet. Dessy lah yang menjadi korbannya dan Robert sendiri memang ingin mencicipi anak sekolah Indonesia. Setiap kali chatting mereka tanpa ragu mengeluarkan kata-kata jorok dan cabul, sisi liar dalam diri Dessy membuatnya menikmati semua ini hingga akhirnya pertemuan pertama mereka ini. Dessy kini tidak ada pilihan lain lagi selain melayani bule gendut ini, pintu telah tertutup rapat, yang ada kini adalah ia mesti pasrah melayani tuannya di kamar yang sempit ini. Robert segera membenamkan wajah Dessy di dadanya yang berbulu membuat gadis itu kehabisan nafas hingga ia meronta-ronta. Sungguh tubuh Dessy yang mungil memang bukan tandingan badan besar si Robert. Kemudian jari tengah Robert  dengan kasar menusuk vagina Dessy lalu mengobok-oboknya.


Robert

“Rasakan ini pelacur, hahaha!” tawanya penuh kemenangan
“Aaahhhhhh… ampunnn … ahh,,, oohh...tuan tolong hentikan!” erang Dessy mengiba
Badan gadis itu mengejang, vaginanya terasa sakit, namun ia bergetar menerima kenikmatan yang luar biasa tidak bisa ia tahan. Tiba-tiba, ia melihat penis besar si bule mulai menegang. Luar biasa besarnya benda itu, kira-kira 20 cm tidak seperti bayangannya karena penis orang gemuk biasanya kecil. Dessypun bergidik ngeri membayangkan sebentar lagi penis itu yang akan mengairi rahimnya namun ada gejolak nafsu yang membuatnya ingin segera disetubuhi.
“Hei, nikmat ya pelacur. Mulai sekarang kamu adalah budak seks saya!” kata Robert, “apapun yang saya perintahkan you harus ikuti. kamu tidak bisa keluar dari sini selamanya. Understand?!”
“Mengerti tuan… ahhh!” erang Dessy lagi ketika jari tengah Robert masuk semakin dalam hampir merobek selaput daranya.
“Mulai sekarang, Kamu cuma boleh minum air sperma saya dan air ludah saya. Karena kamu budak saya mengerti. Jadi minum sebanyak-banyaknya  agar kamu tidak mati kehausan.. Mengeti Budak !!!”
“Aahhh....iya, mengerti Tuan.. saya budak tuan… siap jadi memuaskan tuan selamanya.. setubuhi saya tuan!”
Robert mendorong tubuh Dessy hingga ia terbanting di kasur yang sangat empuk. Segera tubuh besar Robert menindih tubuh munggil Dessy. Badan Dessy terasa remuk semuanya, beruntung ia tidur di atas kasur yang sangat empuk jika tidak mungkin ia sudah pingsan kehabisan nafas. Penis besar Robert masuk perlahan di vagina Dessy.  Gadis itu pun berkelojotan, badannya kembali menegang menahan rasa nyeri vaginanya diterjang penis gemuk itu.
“Aaahh...pelan-pelan tuan...sakit!!”
Dengan kasar Robert menekan-nekan penisnya ke vagina mungil di hadapannya namun ia kesulitan memasukannya. Bule gendut itu pun semakin buas, baru kali ini ia dapat menikmati tubuh perawan secantik Dessy. Seperti binatang lapar, Robert kembali menghujamkan penisnya sekuat tenaga.
“Aahhhhhhhh..sakitt tuaann!!” jerit Dessy
Penis besar itu berhasil masuk merobek selaput perawannya. Robert menikmati jepitan dinding kemaluan gadis itu beserta selaput keperawanannya dan ia terus bertahan di situ tanpa melakukan satu gerakan apapun terlebih dahulu. Ia masih belum rela melepaskan kenikmatannya yang tak terlukiskan oleh kata-kata tatkala dinding keperawanan gadis korbannya itu sangat memberi kelembutan serta kehangatan yang tiada terkira untuknya, sebab ia tahu apabila begitu batang pelir yang telah terbenam seluruhnya kini ke dalam dasar kemaluan dara itu ia tarik ataupun dicabut, maka kesuciannya akan terenggut sudah. Rasanya tak ada satu kenikmatan apapun di belahan bumi ini yang mampu menandingi merenggut keperawanan seorang gadis muda. Ia juga ingin memberi kesempatan kepada gadis belia yang dinodainya itu agar menyesuaikan diri terlebih dahulu dengan ukuran penisnya yang begitu besar. Bibir kemaluan Dessy nampak ikut melesak masuk ke dalam pula tatkala dipaksa harus menelan batang penis lelaki itu yang kini sudah menancap pada vaginanya disela-sela kedua belah pahanya yang terbuka. Kenikmatan demi kenikmatan yang dirasakan oleh Robert ternyata sangat bertolak belakang sekali dengan apa yang dirasakan gadis muda belia itu kini. Ia yang baru kali ini disetubuhi oleh seorang lelaki begitu merasakan kesakitan yang amat tak terperikan. Erangannya seolah mengiringi kemenangan bule bejat itu yang berhasil menaklukkannya dan membuat gadis itu dengan terpaksa merelakan keperawanannya tanpa ampun di bawah dekapan lelaki bajingan yang menjadikannya budak seks.

Sementara rambut hitam panjang sebahu Dessy terlecut-lecut mengikuti arah kepalanya yang terus terbanting-banting di atas kasur. Tak terasa air mata membasahi kedua pipi mulusnya karena menahan rasa sakit pada vaginanya. Robert mendekap tubuh telanjang dari Dessy yang kini berada di bawahnya dan dada bidang perkasa nan sarat dengan bulu-bule lebatnya itu menekan kedua belah payudara korbannya. Wajah lelaki itu menelusuri leher jenjang kanan yang begitu halusnya dari si gadis sehingga membuat kepala Dessy tak lagi dapat bergerak kesana kemari. Dijilatinya leher jenjang sang perawan itu dengan rakusnya dari pangkal telinga sampai pundak kanannya, melumuri area itu dengan air liur kemenangannya. Puting susu sebelah kiri gadis itu yang semakin mekar ranum memerah dipilin oleh pertemuan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya yang kasar, dengan gencar diremas-remasnya bongkahan daging susu yang masih mencuat indah keatas dan sama sekali belum kelihatan turun sama sekali serta masih berbentuk bulat kenyal dan memadat indah mempesona nan menghiasi bagian dadanya yang jatuh dalam dekapan si bule jahanam itu. Celana dalam yang tersumpal di belahan mulut mungilnya ditarik lepas dan langsung tergantikan oleh ciuman ganas penuh birahi yang luar biasa buas dari sang durjana kepada korbannya sebelum gadis itu sempat mengeluarkan erangan dan rintihannya kembali. Kedua bibir dari insan berlainan jenis ini bertemu seketika dalam peraduan adegan indah persetubuhan nan terlarang itu. Lidah lelaki itu telah memasukki rongga mulut mungil sang dara yang terpejam erat dan menari-nari di dalamnya berusaha mengait-ngait lidah wanita yang masih belia tersebut nan telah dicicipi kehangatan dan kelembutannya saat tadi mengulum batang penisnya. Terus didera bertubi-tubi ciuman si bule bejat, kini Dessy hanya bisa pasrah merelakan lidahnya yang telah dikaitkan oleh tarian lidah lelaki tersebut yang elastis, kadang bisa dibuat tegang kaku saat waktu lalu digunakan menyodok-nyodok celah lubang duburnya, kadang pula lemas seperti tali yang meliuk-liuk maupun mengait lidah mungilnya kini. Setelah dirasanya telah puas mencicipi keperawanan sang dara, kini penis yang cukup lama terbenam di dasar vagina gadis itu kini ditariknya perlahan dan kelamin mereka yang tadinya melekat erat seakan telah menjadi satu itu mulai terpisah.
"Psshh...! sleph!", suara yang ditimbulkan dari pelepasan batang penis yang tertancap pada kemaluan sang perawan itu begitu sangat khas sekali di telinga dan proses terenggutnya kesucian gadis itu dimulai.
Kini seiring dengan pergerakan penis Robert yang telah keluar sepertiga dari ukuran batangnya dari dalam belahan intim kemaluan gadis itu yang merekah membuat bibir-bibir vagina korbannya menjadi ikut tertarik sampai monyong ke depan. Bersamaan itu pula dari sela-sela lubang vaginanya dimana kulit-kulit penis bajingan itu bersarang didalamnya, kini tampak berkilat-kilat basah oleh lendir vaginanya yang melumasi jajaran tonggak daging pelirnya mulai menetes darah segar kesuciannya yang pada akhirnya berhasil direnggut paksa jua dari tubuhnya.

"Mmpphff! Ugh! Ughff!!", itulah suara rintihan Dessy yang terdengar saat keperawannya telah terenggut seutuhnya oleh si bule jahanam ini, sementara sela-sela vaginanya yang telah diluluh lantakkan itu masih berdesis-desis tatkala melepaskan batang penis lelaki tersebut dari vaginanya diiringi senyum kemenangan Robert.
Betapa Dessy merasa dirinya benar-benar rendah karena telah jatuh dalam pelukan pria asing yang sama sekali tak dikenal apalagi dicintainya, namun tubuhnya telah dinodai olehnya dan semua yang ada di ketelanjangannya berbaur sudah. Tak ubahnya tubuh gadis itu adalah tubuh lelaki itu, demikian pula sebaliknya, tubuh lelaki itu adalah merupakan bagian dari tubuhnya kini. Namun parahnya ia malah menikmati semua ini, tubuhnya tidak bisa berbohong, rangsangan-rangsangan itu telah membuatnya menggeliat-geliat nikmat. Dessy bahkan berkhayal andaikata saja tiada norma-norma atau apapun yang mengaturnya bagaimana harusnya pria dan wanita, maka ia akan meminta jatah birahi padanya setiap malam, dan aku akan melakukan apapun untuk meraih kepuasan. Ia akan rela pria gemuk ini mengenjot terus tubuh telanjang mudanya yang aduhai begitu sempurna keindahannya sampai sang pagi datang menjelang.Mulut lelaki itu kini melahap belahan payudara kanannya dan menelan puting susunya sekaligus, lalu disedot-sedot dengan buas penuh dengan nafsu hewaniah. Tubuh telanjang Dessy sampai menggeliat-liat dibuatnya seiring dengan dimulainya hentakkan pinggul lelaki itu di antara kedua kaki indah itu. Ikatan tambang yang mengikat erat kedua kakinya ini kini dilepaskan oleh Robert karena ia telah yakin bahwa kini korbannya telah takluk pada kejantanannya. Derai-derai air mata di pipi mulusnya itu telah dibersihkan pula oleh telapak tangannya yang besar. Sepasang betisnya yang masih mulus terbentang kencang itu kini dikepitnya di antara kedua ketiak dari lengan perkasanya kiri dan kanan. Kaki-kaki indah yang terjepit ketiak itu tampak bergerak-gerak seiring hujaman lelaki bajingan itu pada lubang vaginanya dan tubuhnya yang sudah bermandikan oleh peluh persebadanannya itu terhempas-hempas dibuatnya.
“Oh seperti inikah yang dinamakan kenikmatan diperkosa? Tak mau tapi mau juga akhirnya?” tanya Dessy dalam hati.
Dengan posisi setengah jongkok Robert terus menggenjot tubuh Dessy yang masih begitu kencang dan padat di usia mudanya. Kedua tungkai paha gadis itu kini ditekan oleh kedua tangannya sehingga kangkangannya semakin jelas dan lebar dengan kedua tumit kaki indahnya bertumpu pada kedua belah pundak lebar si bule bejat tersebut. Wajah cantiknya yang tergerai rambut hitam panjangnya semakin menengadah ke langit-langit. Kedua kakinya semakin tertarik ke atas bertopang pada pundak kiri dan kanan sang lelaki jahanam yang telah leluasa menikmati kehangatan tubuh mudanya itu.

Robert terus menahan penisku di dalam vagina Dessy, menikmati sensasinya, menikmati setiap erangan dari mulut gadis itu. Ia lalu mulai bergerak lagi, memperkosa dia pelan-pelan, lalu brutal dan menyakitkan, merasakan kenikmatan yang makin memuncak, . Merasakan orgasmeku yang kian dekat, pria itu tahu sebentar lagi akan keluar, maka ia pun mengeluarkan semua spermanya di dalam vagina Dessy. Mulut Robert makin keras menyedot leher jenjang Dessy dan mulai mengigitnya. Robert pun akan meledak sebentar lagi, ia mendengus bagaikan banteng, otot pahanya menegang ketika penisnya berdenyut-denyut tak terkendali di dalam vagina gadis itu, menyemburkan sperma demi sperma ke rahimnya yang baru saja ia perawani, kenikmatan yang amat sangat seakan-akan menyakitkan tubuh Dessy, membuat nafasnya tersengal-sengal. Dessy sangat sadar bahwa ia sudah mengalami orgasme dan Robert merasa sangat nikmat karena dengan begitu dia tahu bahwa ia sudah menaklukan gadis itu dan telah menyetubuhi dan meyemburkan spermanya ke dalam tubuhnya. Tubuh gendut Robert terbaring selama beberapa saat, lemas karena kenikmatan yang bertubi-tubi. Robert lalu mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Dessy, penisnya masih keras dan tegang waktu ditarik dari vagina Dessy. Ia berdiri dan memperhatikan Dessy, tubuh seksi yang baru saja ia nikmati, dipandanginya kaki Dessy yang ramping, yang sekarang tertekuk tak berdaya, pinggulnya yang bulat, perutnya yang rata, buah dadanya yang masih bergerak naik turun, pada wajahnya yang imut yang semakin cantik dengan rasa sakit dan air mata.
“Hehehee...you enjoyed it ha?” tanyanya sambil tersenyum mengejek.
Dessy mengangguk lemah ke arah Robert yang tersenyum dan mengangkat tubuhnya dengan tangannya. Dessy sempoyongan dipegangi oleh Robert di lengannya. Ia menyeretnya ke meja di sudut ruangan. Dessy pasrah ketika pria itu membungkukan tubuhnya ke meja, hingga sekarang mulai pinggang hingga kepala ia terbaring menelungkup di atas meja, semetara kakinya masih di lantai.
“Wait a moment, pelacur hehehe!” katanya sambil mengambil pita perekat dari laci meja itu dan mengikat kedua pergelangan tangan Dessy jadi satu. Setelah selesai ditariknya tangan gadis itu hingga tergantung di sisi lain meja, sekarang kepala Dessy tergantung di pinggir meja, buah dadanya menjadi bantalan bagi tubuhnya di meja, menempel pada meja kayu jati itu.
"Nice ass...pantatnya yang hebat!", kata Robert sambil meraba dua bulatan pantat Dessy.
Dessy memang punya pantat yang sempurna, apalagi kalau dibandingkan dengan tubuhnya yang ramping, bentuknya sempurna, penuh, lembut, halus dan tanpa noda. Robert meraba, meremas dan menarik pantat Dessy, membuat Dessy melonjak di meja. Penis Robert telah mengeras lagi dan ia siap memasukkan benda itu ke tubuh Dessy. Ia jambak rambut panjang Dessy sehingga gadis itu merintih, tangan pria itu yang satunya mendorong masuk penisnya ke vagina Dessy. Gadis itu merasakan sakit yang luar biasa waktu penis si bule bejat itu masuk ke tubuhnya, walaupun vaginanya telah basah dengan sperma dan darah perawannya. Wajah Dessy mengerenyit dan gemetar, erangan keluar dari mulutnya pada saat bersamaan. Robert juga mengerang, setelah itu terdengar suara daging bergesekan dengan daging. Ia mulai memperkosa Dessy dengan brutal dari belakang, seperti seekor anjing, sementara tangannya terus menarik rambut panjang gadis itu. Rasa sakit dan sengsara terlukis bergantian di wajah Dessy, matanya terbelalak karena sakit dan shock, mata yang bulat hitam dan berkilat karena air mata, bibirnya membentuk huruf 'O' sambil menjerit kesakitan. Robert memang sudah tidak menjambak rambutnya, sebagai gantinya ikat pinggangnya ia ayunkan ke punggung atau pantat gadis itu. Robert mendengus dan mendengus lagi, dia baru saja ejakulasi di vagina Dessy, dan Dessy juga menyadarinya, dan ia lalu memejamkan matanya yang berlelehan air mata dan kembali menangis tersedu-sedu, dan setiap pecutan Robert mengayun, tangis kesakitan kembali terdengar dari mulut gadis itu.
"Ini benar-benar asyik...great!!", kata Robert sambil masih melihat ke pantat Dessy.

Robert menarik Dessy dengan menjambak rambutnya, membuat kepala gadis itu terangkat dan kemudian dadanya, membuat dada yang tadi tertindih menyembul tegak lagi.
“Aaaahhh...sakittt!!” jeritnya
Dengan kasar pria itu mendorong tubuhnya ke lantai. Rambut Dessy menutupi wajahnya sementara tangannya yang masih terikat menumpu tubuhnya yang terbaring miring, dan kakinya yang indah menekuk di lutut. Robert berjalan memutar dan mendorong kursi besar dari kulit dari balik meja itu ke depan Dessy. Kemudian ia duduk di kursi itu, merosot sedikit, dan memegang penisnya hingga mengacung ke atas.
"Coba kamu ke sini Dessy", katanya, mata pria itu sangat penuh birahi, "dan kulum ini kontol!"
Dessy pun termanggu, antara menurut dan menolak. Ia terisak sekali dan kemudian mulai bergerak, merangkak dengan lututnya, menuju ke arah bule bejat itu, rambutnya yang panjang menempel di wajah, buah dada dan punggungnya. Ketika ia sampai di dekat Robert dan ia meraih penisnya di pangkalnya dengan tangannya yang terikat, setelah itu membuka bibirnya lalu mendorong mulutnya ke penis itu. Dalam posisi berlutut, kepalanya mengangguk-angguk ketika ia mengoral Robert, pipinya kembung kempes menghisap dan mengulum penis itu, sebagian rambut jatuh di wajahnya.
"You don’t know how to suck cock ha?", kata Robert, sambil memandang gadis itu, tangannya meremas rambut Dessy, ia merasa kurang puas dengan teknik oral Dessy yang masih amatir.
"Saya akan ajar you cara muasin saya hehehehe..." Dessy merintih mendengar perkataan pria itu karena jambakannya makin keras, matanya mengikuti pandangan Robert yang sedang melihat ke ikat pinggang  yang tergeletak di lantai. Pria itu mengambil ikat pinggang tersebut, melihat tubuh Dessy gemetar lagi seakan tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi, kepalanya bergerak makin cepat di penis Robert, hampir putus asa, ia tidak ingin dipecuti lagi. Tangan Robert mengayunkan ikat pinggang ke punggung dan pantatnya, ctar....ctar.... tubuh Dessy pun melonjak kesakitan sementara lolongan kesakitan terdengar dari tenggorokannya, diredam oleh penis pria itu yang masih ada di mulut Dessy. Bekas memar kemerahan pun menodai kulitnya yang putih mulus. Ketika menjerit kedua kalinya, dan yang ketiga ketika ikat pinggang itu mendarat ke pahanya, kepala Dessy terlonjak sedikit ketika pria itu menekan kepalanya turun ke pangkal penisynya. Jeritan Dessy berubah menjadi batuk dan suara tersedak, penis itu rupanya masuk hingga tenggorokannya. Benjolan kepala penis Robert di tenggorokan Dessy terlihat, mata gadis itu membeliak-beliak, tubuhnya meronta-ronta karena rasa sakit, panik dan kekurangan udara, tangannya menggapai-gapai, terlalu takut untuk mendorong tubuh Robert yang dengan tangannya menahan kepalanya agar tetap di pangkal penisnya. Robert mengayunkan ikat pinggangnya lagi, membuat suara jeritan terdengar lagi ketika ujung ikat pinggang itu menghajar punggungnya yang mulus. Robert menyeringai menikmati korbannya menderita di bawah siksaannya.

Robert memang masochist tulen yang menyukai permainan kasar dalam seks. Dengan kedua tangan di sisi kepala Dessy, ia remasi rambut gadis itu dan menggerakkan kepalanya di penisnya, menghunjamkan wajahnya ke selangkangannya ketika ia memasukkan seluruh penisnya hingga ke tenggorokan si gadis. Tubuh gadis itu pun gemetar, mengejang dan berkeringat, pantat dan paha Dessy sudah bilur-bilur kebiruan karena terus dipukuli. Robert terus menghunjamkan wajah Dessy ke pangkal penisnya dan sekarang menahannya di situ
“Aaahhhh...fucking cummm...eat this bitch!!” erang Robert yang ternyata sedang ber-ejakulasi di tenggorokan Dessy, ia menggeram ketika ia terus menahan kepala Dessy.
Robert memberi jeda waktu pada Dessy untuk batuk-batuk dan mengambil nafas setelah memuntahkan lahar putihnya di mulut gadis itu.
“You suka itu kan?” ejek bule bejat itu.

Dessy tidak menjawab, nafasnya naik turun tak teratur. Siksaan tadi benar-benar membuatnya menderita, namun entah mengapa dalam hati kecilnya ia diam-diam menikmatinya juga. Jenuh terus dipandang tinggi di sekolah sebagai siswi berprestasi dan di rumah sebagai gadis baik, ia menikmati sensasi baru direndahkan sebagai budak seks.
“Now you naik ke kontol saya pelacur!!” Robert menarik tubuh lemas Dessy kembali ke ranjang lalu ia menjatuhkan diri telentang dan gadis itu di atasnya.
Tanpa disuruh lagi Dessy meraih penis pria itu dan mengarahkannya ke vaginanya.
“Eeemmmhhh...!!” desahnya ketika penis itu melesak masuk ke liang senggamanya.
Robert memulai dengan menyentakkan pinggul ke atas sehingga penisnya menancap dalam ke vagina gadis itu. Tak lama Dessy pun mulai memacu tubuhnya naik turun di tubuh berlemak pria itu. Robert mendekap punggungnya dan mendekatkan payudara gadis itu ke mulutnya sehingga ia dapat melumat bongkahan gunung kembar itu. Dalam posisi yang sebegitu rupa ini membuat bongkahan dari pantat gadis yang berkulit putih mulus licin itu semakin mencuat keatas mempertontonkan lonjakan-lonjakan kejantanan Robert yang masih terlihat seret keluar masuk pada vaginanya. Kedua biji pelir lelaki itu yang menabrak-nabrak jalan masuk lobang pantatnya semakin nyata mengiringi lelehan lendir kewanitaannya yang telah bercampur aduk dengan darah keperawanannya nan terus menggenangi mulut vaginanya dan dijadikan bulan-bulanan oleh pria itu. Dessy terus mengerang menahan nikmat... tubuhnya bergetar akhirnya nafsunya selama sekian lama dapat ia tumpahkan. Robert meremas dan mengenyoti payudara itu dengan kasar membuat gadis itu meringis kesakitan, namun kenikmatan di vaginanya membuat ia bergetar membusungkan dadanya ke atas seolah pasrah untuk diremas dan diremukkan tuannya.

Robert kemudian menggeser tubuh gendutnya hingga duduk bersandar pada kepala ranjang lalu mengangkat kedua lengan Dessy ke atas lalu mencengkramnya membuat ketiak gadis itu terpampang dengan indahnya dengan bulu-bulu halus yang menggairahkan. Mulut Robert terbuka lebar… siap melubat bibir lembut Dessy.
“Aahh… “ Dessy semula pasrah untuk menyerahkan bibirnya untuk di lumat, namun begitu Robert membuka bibirnya, tercium bau nafas yang menyengat seperti bau telur busuk.
Dessypun menggelengkan kepalanya berusaha menghindar dari lumatan bibir tebal Robert. Cuma itu yang bisa ia terus lakukan karena tangannya telah dikunci dengan rapat oleh tangan Robert. Robert menjadi kesetanan mengamuk, dengan menghujamkan penisnya dalam dalam vagina Dessy.
“Ahh… ahh,… noo!!” Dessypun mengerang membuka mulut hingga ia akhirnya menyambut bibir tebal Robert seperti beruang yang memakan mangsanya, lidah merekapun berpangutan
Dessy sudah tidak peduli lagi dengan bau telor busuk yang membuat nya ingin muntah, yang ia inginkan sekarang adalah menyerahkan bibirnya kepada tuannya. Tubuhnya mengejang untuk kesekian kalinya. Ia orgasme berkali-kali membuatnya semakin bernafsu, semakin haus untuk disetubuhi. Namun Robert belum menunjukkan tanda-tanda ingin menyudahi permainannya . Ia terus menggenjot tubuh mungil Dessy yang telah banjir keringat. Baru sepuluh menit kemudian, tiba-tiba Robert berhenti menggenjot membuat Dessy jadi seperti cacing kepanasan.
“ Aahh tuan… terus entot saya ..tuan saya mohon… fuck me please!“Dessy memohon sambil menggoyangkan pinggulnya.
“Eh Pelacur… kalau you mau difuck.. buka mulut you..”
Dessy segera membuka mulutnya lebar-lebar,
“Telan ludah saya sebanyak-banyaknya, mengerti?!”
Robert kemudian mengeluarkan ludahnya dari tenggorokannya yang berwarna kuning kehijau-hijauan di mulut Dessy. Dessy menelannya namun baunya yang busuk membuatnya ingin muntah, tapi tusukan di vaginanya membuat ia kembali membuka mulutnya..
“Gimana pelacur, love it?” tanya Robert sambil memilin kasar puting kiri Dessy
“So much Tuan..ahhhhhhhh...” Dessy begitu gembira karena vaginanya kembali digenjot dengan kasar hingga ke rahimnya.
“Mau lagi pelacur.. ??”
“Saya minta lagi tuan ludahnya.. ahhh.. ahh…” erang Dessy yang vaginanya makin berkedut nikmat karena digenjot habis-habisan.
Dadanya yang dibusungkan ke atas diremas dengan sekuat tenaga lagi.
“Kalau mau minta.. ya harus mohon!! Beg it bitch!!”
“Mohon tuan ludahi bibir saya lagi”
“Enak saja bitch, maunya gratisan.. hahahha….”
Dessy seperti terhipnotis menangis sambil memohon “mohon… Tuan.. Ludahi saya lagi.. saya haus… saya mohon huuhu.. saya rela melakukan apa saja.. tapi saya mohon ludahi bibir saya lagi tuan…”

Robert menjadi sedikit iba, kemudian akhirnya meludahi mulut Dessy berkali-kali dengan ludah yang kekuning-kuningan. Dessy segera menelannya, vaginanya kembali berkedut kedut dengan dasyat.
“Ahhhh tuaaann…..” Dessy membusungkan dadanya ke atas membuat Robert menjadi sangat bernafsu. Bule bejat itu seperti kesetanan, ia menyentakkan penisnya ke atas hingga membentur dinding rahim Dessy dan mengoyangkan pinggulnya dengan dahsyat. Dessypun kesetanan memeluk tubuh berlemak Robert dengan erat seolah tak ingin berhenti disetubuhi.”
Tuan.. Hamili saya tuan.. ahh,…. Keluarkan sperma di dalam saya mohon” erangnya tanpa malu-malu
Robert menggigit leher Dessy sambil meremas kedua belah payudaranya sekuat tenaga sehingga membuat tubuh gadis itu menggelinjang. Gelombang orgasme yang dahsyat membuat tubuh gadis itu terbanting-banting, Dessy segera menjilati ketiak tuannya yang berbulu lebat. Penis Robert semakin keras dan
“aaahhhh…ahhh…yesss....cumm again bitch!”
Keduanya mengejang seperti kesetrum. Robert menusuk sekuat tenaga menuju rahim Dessy yang paling dalam. Crrooottt…Crootttt… Croooottt…Croottt..Crooot.. menyemburlah lahar panas  Robert..
Membanjiri tubuh mungil Dessy. Diiringi dengan Tubuh Dessy yang bergetar mengeluarkan cairan klimaksnya
Keduanya akhirnya lemas dan berpelukan erat, mulut mereka berciuman dengan ganasnya selama 5 menit. Kemudian...
“Hahahaha...you memang naughty bitch...a virgin bitch, i’m fucking love it!” sahut Robert melihat vagina Dessy yang mengeluarkan banyak darah bercampur sperma yang banyak sekali.
Robert tidak memberikan Dessy yang kepayahan istirahat.
“Pelacur ayo sekarang bersihkan kontol saya!”perintahnya
“Baik tuan..” Dessy pun segera menjilati penis tuannya seperti mengemut es krim.
Leleran sperma yang bercampur cairan kewanitaannya itu ia jilati sambil menahan jijik. Setelah bersih, Robert memasukkan Dessy kedalam kerangkeng berukuran kubus 1x1 M lalu menggemboknya.
“Tunggu disini pelacur , mulai sekarang kamu cuman anjing betina haus seks. Saya akan beli makan dulu buat kita dan panggil teman-teman saya. Sebentar lagi teman-teman saya dari club bondage akan datang layani dengan baik. It will be more crazy...huahahahaha” tawanya seperti peran-peran antagonis di fillm
“iya tuan... saya akan tunggu” jawab Dessy pasrah, tidak terasa air mata menetes dari pipinya, baru pernah ia direndahkan sedemikian rupa seumur hidupnya, tapi mengapa justru ia malah ingin meneruskan kegilaan ini?
“Anjing itu tidak bisa berbicara..Anjing goblok!” sambil menepuk keras pantat Dessy hingga merah
“Guk..Gukk… “ gonggong Dessy menirukan suara anjing sambil menggangguk lemah pasrah air matanya kembali menetes
“Hahhaaha… bagus.. kamu mesti banyak belajar” tawa Robert sambil keluar kamar dan mengunci pintunya.
Tak begitu lama terdengar suara mobil meninggalkan pondok itu meninggalkan Dessy yang cuman bisa meringkuk menahan rasa sakit sekujur tubuhnya yang terasa remuk seperti terlindas buldoser. Kini ia hanya anjing yang akan menuruti apapun perintah tuannya. Ini baru awal, ia belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

By : Penjahat Kelamin

Sabtu, 21 Juli 2012

Rama, the Lucky Bastard: Revenge of the Angel


Nasib anak kost tak kenal
Mengikuti mata kuliah
Ya nasib anak kost rajin belajar
Agar hidup tak susah la yaw ya nasib

Aku makan tiap hari
Kadang hanya makan mi
Gimana nggak kurang gizi

Wesel datang tak pasti
Ibu kost tak mau mengerti
Nagih sewa bulan ini ..

Hidup sangat sedih .. uhh
Nasib anak kost ya nasib anak kost 2x

Kupernah punya janji
Ketemu dengan doi
Cewek kecenganku kini

Kuketuk pintu pasti
Keluar dosen wali
Ternyata pacar si doi

Hidupku jadi sepi karena
Mikir si doi
Sampai aku lupa mandi

Badan bau terasi
Tak ada mahasiswi yang mau padaku ini .. uh

Ingin bunuh diri uh .. nasib anak kost
Nasib anak kost..

Gulungan roll pita film seluloid mulai berputar tersendat mengeluarkan derik suara pilu dari roda penggerak pemutar film yang sudah karatan. Sesaat tertampilkan gambar yang masih terselingi dengan grain dan leak di layar yang sudah terkembang.  Perlahan-lahan terlihat teras di sebuah rumah kost. Kamera men-shoot adanya seseorang yang sedang menatap layar handphone yang tengah dipegangnya dengan wajah murung.  Tak jauh darinya tampak seorang cowok yang sedang asyik memainkan batang rokok diantara sela jarinya.

#######
New Short Message Recieved
From: Bokap^^gue^^gauL
Open >> Yes>> kLik

Originally Posted by Bokap^^gue^^gauL 
Bagaimana kabarmu, Ramangga? Baik-baik saja bukan? Begini Rama, sebagai orang tua tentu berharap ingin anaknya mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, maka Bapak mengizinkan kamu kuliah di Jakarta. Akan tetapi untuk 6-12 bulan kedepan Bapak tidak bisa membiayai kuliah dan kebutuhan hidup kamu selama kost di Jakarta, karena kebun singkong dan jagung milik Bapak diserang hama. Hasil ternak pun tidak sesuai dengan yang Bapak harapkan, sebab hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan rumah sehari-hari. Oleh karena itu, bagaimana kalau sementara kamu mengambil cuti kuliah dulu sampai kebun yang Bapak olah bisa menghasilkan panen berlimpah tahun depan. Rama, Bapak harap kamu bisa mengerti dan bisa bersabar.
Rama

Rama hanya bisa menghela nafas panjang dan prihatin setelah membaca sms dari Ayahanda tercinta di kampung halaman. Rama termenung dalam diam. Dia membayangkan Bapaknya sedang berjuang mati-matian untuk membiayainya kuliah. Pesan singkat yang baru saja dibaca tadi merupakan sebuah pukulan telak yang tepat bersarang di hati dan perasaan. Disaat dirinya tengah semangat-semangatnya kuliah, berita buruk menghampirinya. Rama pun bingung tak tahu harus bagaimana lagi.. Fyuuuhh!!!
“Sabar ya, Sob. Pasti ada jalan keluar kok..” ucap Sholihun, teman satu kostnya berusaha menenangkan Rama seraya menepuk-nepuk bahunya.
“Iya, Hun. Thanks. Tapi gue bingung.” Jawab Rama masih tidak bersemangat dengan tatap mata menerawang kosong.
“Iyaa juga sih. Misal gue yang ada diposisi lu, pasti bingung juga... Ngg.. Mmm.....” tiba-tiba diatas kepala Sholihun ada gambar bohlam lampu yang menyala terang.. Twink!!
“Eeh, Sob. Gue ada ide nih.” Bilang Sholihun ngeden mencoba melontarkan ide.
“Apaan?”
“Gimana kalo lu nyoba aja ngirim lamaran ke Production House. Yaah, siapa tahu ada peluang buat elu.” Akhirnya Sholihun lega setelah melontarkan ide.
“Gue belon lulus, Hun. Ngelamar pake ijazah apa dong?” sahut Rama pasrah dan terheran dengan usul Sholihun.
“Gini, Sob. Untuk sementara lu ngelamar pake ijazah SMA dulu aja yang dikasih lampiran bahwa lu juga kuliah di IKJ jurusan Sinematografi. Nah siapa tahu aja di PH itu membutuhkan karyawan. Yaah, meskipun hanya sebagai tenaga kasar kek, driver kek, ataupun OB yang penting bisa menghasilkan duit untuk membiayai kuliah elu.” jelas Sholihun gamblang dengan sedikit gambling.
“Hmm.. Ide bagus juga sih sebenernya. Tapi gue kok ga yakin yaa? Eeh, tapi tumben lu bisa mikir positif, Hun. Biasanya kan yang lu pikirin cuma paha mulus Shasa Grey, Meki merah Stoya, atau toked mengkelnya Ashley Brooke. Hahaa!!” kicau Rama mengingatkan hobi Sholihun dan tentunya hobinya sendiri.
“Wew, brengsek!! Tapi lu kan yang sebenernya ngerusak anak baek-baek kaya gue. Semprul lu!!” Sholihun pun sewot ga terima dituduh sebagai cowok otak belang.
“Gimana mau yakin, nyoba aja belon??” imbuh cowok yang juga ditakdirkan menjadi anak rantau seperti halnya Rama.
“Hahaa!! oke deh, okee. Btw, thanks yaa Hun, dah nenangin dan ngasih masukan buat gue.” Bilang Rama setelah tergelak.
“Yoii, Sob.”
“Eeh Ram. Gue pinjem bokepnya Shasa Grey yang baru dong!”
Nhaah lhoh, GubraakK..!!

#######

Sebagai seorang mahasiswa yang hidup di kota besar memang harus dituntut untuk selalu kreatif dalam men-siasati problematika kebutuhan hidup, apalagi bagi seorang mahasiswa bernama Ramangga a.k.a Rama, penyandang predikat sebagai anak rantau, yang mencoba menaklukkan ganas dan kerasnya kehidupan rimba ibukota yang penuh dengan serigala pemangsa dan ular berbisa. Hmm.. Hukum dan Undang-undang rimba memang masih berlaku di dalamnya, di antara para makhluk-makhluk penghuninya. Mahasiswa IKJ jurusan kampung rambutan-kampung melayu ini memang cerdik, tangguh, dan dipersenjatai dengan akal bulus dalam memanfaatkan berbagai kesempatan walaupun dalam keadaan terjepit. Eeh salah, salah.. Mahasiswa jurusan Sinematografi ding. Penampilan Rama sebenernya memang lumayan keren, meskipun pas-pasan. Dia punya ciri khas dengan balutan kaos yang dirangkap dengan kemeja flanel kotak-kotak ala Kurt Cobain khas style fashion distro. Tongkrongan tubuhnya sekitar 175cm. Bersenjatakan disiplin ilmu yang dimiliki dan dikuasainya, Rama mencoba mempertaruhkan nasib seperti halnya pelaku Russian Roullate yang mempertaruhkan nyawa. Dia mengadu nasib dengan memasukkan lamaran pekerjaan sebagai tenaga freelance atau serabutan di salah satu sebuah Production House yang sudah terkenal di negeri ini, SinemArt. Apapun pekerjaannya selama itu mengasyikkan dan sesuai dengan kata hatinya, Rama akan senantiasa menjalani dengan senang dan sepenuh hati. Pertamanya dia ditolak mentah-mentah oleh salah seorang security yang lagaknya belagu di depan gerbang sebuah bangunan rumah Production House, yang mengatakan bahwa tidak ada lowongan pekerjaan. Akan tetapi dengan tidak mengenal kata putus asa dan sedikit berakal bulus, Rama tetap ngeyel bin nekat untuk memasukkan berkas lamarannya. (Bondo nekat euy!!)
“Sudah dibilang ga ada lowongan pekerjaan kok masih aja ngeyel sih.” gerutu Pak satpam bertubuh tambun seraya menatap wajah Rama lekat-lekat.
Rama yang sedang ditatap pun hanya cengar-cengir kuda memasang tampang melaskolis. Titik-titik peluh mulai menghiasi keningnya. Sesekali dengan punggung telapak tangan kiri, Rama mencoba mengusap peluh yang akan segera menetes ke pipi. Tenggorokannya mulai kering karena haus, bibirnya pun tampak pecah-pecah. Pilu . . .
“Tolong dong Pak, yaa. Saya bener-bener butuh pekerjaan untuk biaya kost dan kuliah saya...kebun singkong Bapak saya yang di kampung gagal panen. Tanaman jagung dimakan hama jadi ga ngehasilin apa-apa. Tolong yaa Pak, pleaseee..” ratap Rama bener-bener sempurna, seperti ratapan anak tiri yang sangat menyedihkan menyayat hati, dan perasaan jiwa bagi siapa saja yang mendengarkannya.
“Suram sekali hidupmu, Nak..” kata Pak satpam seraya menerawang keatas langit biru sambil tangan kiri mengusap perutnya yang buncit. Mungkin satpam bertubuh tambun itu juga teringat masa sulit ketika masih hidup di kampung.
“Seperti itu suram ya Pak? jadi gimana dong, Pak? kerja serabutan juga ga papa deh asal halal.” rengeknya lagi.
“DIIIIN!!.. DIINNN!!”  Suara klakson dari Range Rover Evoque kelir merah terang mengagetkan Rama dan Pak satpam yang sedang tawar menawar pekerjaan. Lebih tepatnya eyel-eyelan.
“Ada apa Pak Supri??” tanya seseorang dengan penampilan perlente setelah keluar dari dalam mobil.
“Ooh.. Ngg.. Ii.ini Pak, ada yang mau ngelamar pekerjaan.” Jawab satpam sedikit tergeragap.
Lelaki berpakaian bagus itu berjalan mendekat kearah Pak Supri dan Rama.


“Anak muda, memang kamu mau kerja apaan? Hmm??” lelaki itu bertanya dengan penuh wibawa.
“Emm.. Apa saja Pak. Serabutan juga boleh yang penting bisa menghasilkan.” Sahut Rama tegas.
“Siapa namamu? dan kenapa kamu melamar pekerjaan ke sini?”
“Saya Rama, Pak. Saya mencoba melamar pekerjaan disini karena sesuai dengan disiplin ilmu yang saya punya dan untuk mengisi waktu senggang selama kuliah. Dari pada keluyuran ga penting, mending berusaha mencari freelance kerjaan untuk bayar kuliah dan kost.” Jawab Rama terus terang.
“Ooh begitu?” ucap lelaki perlente itu sembari memperhatikan raut wajah Rama, dan langsung manggut-manggut setelah mendengarkan penjelasan dari cowok yang baru saja mendapat berita buruk dari bapaknya yang ada di kampung. Kerut di wajah lelaki berpakaian bagus itu terlihat seakan-akan berusaha mengingat-ingat sesuatu.
“Hmm... Feelingku mengatakan, bahwa anak muda ini tekadnya kuat. Keliatan juga tipe pekerja keras dan ulet. Dengan bimbingan ditangan orang yang tepat, dan dengan potensi yang dimilikinya aku yakin, suatu saat akan jadi ‘orang’ dia...” pikirnya
“Sebentar Rama.” Ucap lelaki itu berjalan menjauh, seraya mengeluarkan smartphonenya untuk menelepon seseorang.
Sembari menunggu sang pengendara Range Rover Evoque itu selesai ber-telephone, Rama pun berbincang-bincang dengan Pak Supri satpam di Production House itu.
“Emang siapa dia, Pak?” tanya Rama penasaran.
“Dia itu owner ni PH. Namanya Pak Robert.”
“Ouw gitu ya pak? Pertamanya keliatan serem tapi ternyata ramah juga orangnya..”
“Pak Robert emang ramah sama siapa saja, maka para karyawannya pada betah kerja di sini. Eeh tuh, Pak Robert dah jalan ke sini lagi..” kata Pak Supri sambil berbisik kepada Rama.
“Begini Rama. Setelah aku hubungi bagian Production, kebetulan memang lagi membutuhkan tambahan tenaga. Tapi, yang tersedia cuma sebagai tenaga serabutan. Baik di lighting, equipment tools, roadish, ataupun driver. Gimana?” Kata Pak Robert memberitahu.
“Gapapa, Pak. Saya akan dengan senang hati menjalankannya.”
“Kamu bisa bawa mobil juga?”
“Bisa, Pak. Saya bisa nyetir juga kok.” Jawab Rama dengan raut muka hampir gembira.
“Oke. Taruh berkas lamaranmu di Front Office dan mulai besok kamu bisa langsung bekerja.” bilang Pak Robert dengan tenang diakhiri dengan senyum yang mengembang.
“Hah!! Bener, Pak??” tanya Rama tak percaya.
“Bener, Rama..”
“Wah, makasih Pak. Makasih banyak ya Pak..” sahut Rama dengan raut muka gembira dan tangannya segera menyalami Sang Big Boss, Pak Robert dan Sang Security, Pak Supri.
“Sama-sama, Rama. Selamat bergabung di SinemArt..”

#######

Rama segera mengabarkan berita baik ini kepada sohibnya, Sholihun, yang secara tidak langsung sudah membantunya mencari jalan keluar.
“Waah, benerkan apa yang gue bilang..” kata Sholihun tampak bangga karena idenya goal.
“Thanks berat, Hun. Pokoknya gue akan selalu berbagi rejeki deh.” Janji Rama tulus.
“Bener nih?”
“Iyaa lah, Hun.”
“Serius?”
“Pastinya dong!!” sahut Rama mantap.
“Asyiiik!! Sukses yaaa.. Eeh Ram, Gue pinjem bokepnya Shasa Grey yang baru dong!” dan Sholihun pun mengajukan permintaan.
“HAAHHH!!”

#######

Hari berganti hari, kadang ada suka kadang ada duka, dan cacian. Namun itu semua tak jadi soal buat Rama. Lima bulan sudah Rama menikmati hari-harinya bekerja di Production House milik Pak Robert, yang berhubungan dengan dunia layar kaca.  Sebagai seorang beginner, pada awalnya Rama yang ditempatkan di bagian umum ini merasa kagok karena tugas utamanya hanyalah bantu sana bantu sini, disuruh ngangkut ini ngangkut itu, disuruh beliin rokok, merapikan kostum, mengolor kabel sampai kesetrum juga pernah, dan lain sebagainya. Bisa dikatakan pekerjaan kasar namun bagi Rama semua itu bukanlah pekerjaan kasar melainkan pekerjaan mulia. Dengan pembawaan yang selalu ceria, cowok yang masih terdaftar sebagai mahasiswa IKJ itu tetap melakukan pekerjaannya dengan senang hati. Dia juga ga mau menyerah, berpangku tangan, dan menyia-nyiakan waktunya selama bekerja di PH begitu saja. Dengan kepandaian dan akal bulus yang dimiliki, maka di setiap ada kesempatan dan waktu luang, atau pun ketika break shooting, Rama segera bertanya kesana kemari tanpa malu untuk belajar mengenai segala sesuatu hal yang berhubungan dan saling berkaitan erat dengan studinya Sinematografi, kepada Mas Budi, Mbak Shinta, dan para crew lain yang sudah berpengalaman. Mas Budi adalah salah salah satu crew yang bisa melihat potensi besar yang dimiliki Rama. Maka, dia pun sedikit demi sedikit mengajarkan Rama tentang bagaimana men-set sound effect, kemudian mengenai pencahayaan atau yang lebih dikenal dengan lighting, penulisan naskah, bagaimana ber-improvisasi, dan bahkan tak lupa juga tentang pentingnya enginering pun dijejalkan di otak Rama. Karena peluang untuk memperdalam ilmu sangat banyak, Rama pun minta izin kepada Mbak Shinta untuk meminjam beberapa buku mengenai dunia layar film. Membaca, mempelajari, dan menelaah lembar demi lembar ilmu yang tertulis dengan tinta hitam diatas kertas putih pada sebuah buku adalah aktivitasnya di sela-sela break shooting. Rama memang seorang pemuda yang easy going juga ramah. Memiliki skill tinggi dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang berada sekitarnya, pinter melontarkan joke-joke segar yang menghibur di kala kejenuhan tengah melanda para crew adalah ahlinya, maka tak heran jika dalam waktu singkat dia sudah begitu akrab dengan para crew dan para artis sinetron ftv yang dikontrak oleh SinemArt. Dimana ada Rama, pasti disitu ada gelak tawa bahagia. Melihat kecantikan dan kemulusan body para artis yang berpakaian minim pun mau ga mau membuat Rama selalu kerepotan dalam usaha mengamankan tonjolan yang ada di selangkangannya. Statusnya kalo ga siaga, pasti waspada bahkan bisa mencapai tahap awas!! Pemandangan indah berupa belahan dada yang mulus putih menggoda, kulit paha yang licin tanpa cela, lekuk tubuh ramping yang berbalutkan baju-baju ketat yang seksi pun selalu sukses membuat darah mudanya menggelegak. Nafsunya begitu membuncah, seperti ketika beberapa minggu yang lalu Rama tidak sengaja melintas di depan kamar ganti artis, dimana dia melihat dengan jelas lekuk-lekuk tubuh mulus dan bongkahan daging sepasang payudara ranum yang sekel punya Adelia Rasya terjuntai bebas setelah lepas dari kungkungan bra di saat sedang berganti kostum. Maka tak ayal lagi, sabun Giv di kamar mandi kost-nya pun senantiasa menjadi teman akrab untuk bercengkrama dalam melepaskan nafsu birahi, selepas pulang kerja. Rama memang menyendirikan sabun yang dipakainya. Untuk mandi dia memakai sabun Lifebuoy, sedangkan untuk ngocok alias coli dia lebih suka pake sabun Giv.  Ga percaya? Tanya aja sama Ramangga, Please Try This At Home, You’ll Get More Satisfaction and More Sensation.
“Lebih lembut, busanya juga lebih banyak kalo gue coli pakai sabun Giv.” Begitu katanya kepada Sholihun beberapa saat lalu, ketika sedang ngobrol berpukar pikiran mengenai sabun apa yang paling asoy untuk coli, di halaman kost sambil mantengin cewek-cewek cantik anak kampus yang jalan berseliweran.

Saat ini, PH milik Pak Robert sedang syuting program acara “Jalan-jalan Bersama Seleb.” Dan kebetulan artis yang membintangi adalah Olla Ramlan dan Ratna Galih. Dua selebritis tanah air yang cantik dan seksi menggairahkan dengan lekukan tubuh yang sempurna, dimana Rama nge-fans banget dengan kedua artis cantik itu. Tidak jarang keduanya dijadikan fantasi liar oleh Rama dalam rangka pelepasan cairan peju yang bersumber dari kantung peler kontolnya. Kalo sabun giv nya abis, Rama pun pelan-pelan pergi menyelinap ke arah dapur ibu kost untuk mencuri ketimun. Jadi sebenernya ga cuma kancil aja sih yang suka mencuri ketimun. (Ga percaya? tanya Rama lagi dweeh . . .  tuuh kan cengangas-cengenges die nye . . .) Bahkan pernah juga ada kejadian konyol pada saat lampu kost blackout, libidonya tetap menuntut penyaluran. Sialnya sabun Giv kesayangan jatuh ke dalam lubang wc sewaktu dipinjem sama Sholihun –karena Sholihun selalu BRUTAL ketika menjamas pusakanya- maka ditengah kegelapan dia pun berjalan mengendap-endap ke arah dapur untuk kembali mencuri ketimun. Namun sayang, untung tak dapat diraih malang pun tak dapat ditolak. Karena terburu-buru, yang diambil bukannya ketimun tapi malahan pegangan cobek untuk menguleg sambal. Sholihun yang mengetahui hal tersebut langsung ngakak tujuh hari tujuh malam tiada henti. Huaaaa, elu kok bego banget seeh, Ramaaa...!!!! bisa penyet pusaka elu, dodooL!!
“Rama, selain membantu kameramen, berhubung Pak Karta izin ga masuk maka lu sementara juga ngerangkep jadi driver untuk acara “Jalan-jalan Bersama Seleb.” Job Discriptionnya, lu cuma nganter ke tempat-tempat tujuan selama ada di Bandung bersama crew yang lainnya. Lembang, Tangkuban perahu, Cihampelas, dan kuliner di Kampung Daun. Misal ada sisa waktu, dan si Olla sama Ratna pengen jalan-jalan dan belanja lu anterin aja deh.” Perintah Pak Basuki, Produser merangkap sutradara pada program acara “Jalan-jalan Bersama Seleb.”
“Siaap, Boss!!” jawab Rama penuh semangat.
“Ajiiib dah!!! Duuch senangnya hatiku bisa satu mobil dengan Olla Ramlan juga Ratna galih. Gue dah ga tahan pengen ngeliat tungkai paha telanjang mereka yang muyuuus dan belahan dada yang pastinya juga akan mereka umbar dengan hanya mengenakan baju-baju ketat belahan rendah. Yesss . . .!!!”

#######
Novotel Bandung, Sunday Morning.

Olla Ramlan

Ramangga a.k.a Rama tampak antusias sedang mempersiapkan tunggangannya, Honda Freed kelir cokelat milik inventaris perusahaan. Sambil bersiul-siul kecil, Rama pun mengeluarkan sebungkus rokok yang ternyata tinggal satu batang. Kebanyakan crew juga tinggal di hotel, tapi ada beberapa yang pulang ke rumah karena memang ada sebagian crew yang asli Bandung.
“Mana nih si Olla sama Ratna. Lama banget..” gumam Rama tak sabar berkali-kali menolehkan wajahnya kearah pintu masuk lobby hotel.
“Uuughh!! Gimana yaa penampilan Olla sama Ratna? Hmm..” gumam Rama sudah mulai berfantasi, tangan kanannya pun segera membetulkan letak batang penisnya yang belum apa-apa sudah siaga 1.
 “Hai ganteeng. Met pagi!!” seru Olla dan Ratna hampir berbarengan.
Rama menoleh ke arah dua cewek cantik yang terlihat segar dengan sapuan cosmetic minimalis menghiasi wajah. Balutan busana yang terlihat modis dan minim pun menggoda sepasang mata Rama. Cowok yang mengambil jurusan Sinematografi di IKJ langsung terbengong takjub dengan kehadiran dua Bidadari yang sedang tersenyum geli melihat Rama yang sedang melongo dengan mata tak berkedip bertamasya ke sekujur tubuh berlekuk seksi punya Olla Ramlan dan Ratna galih. Tegukan ludahnya yang ketiga pun tak terelakkan.
“Biasa aja kalee, Rama sayaaang.. Ga usah melongo gitu ahh liat tubuh seksi kita berdua. Hihihiii...” goda Olla Ramlan dengan mimik wajah menggoda.
“Iyaa neh, Rama. Awas mengeras loh! Weekz!!” sahut Ratna Galih seraya menyelipkan lidahnya yang merah di sudut bibir menggoda Rama.
“HAHAHAA!!” tawa kedua bidadari itu langsung meledak.
Dan Ramangga pun langsung terjatuh dari keterpesonaannya yang lagi terbang tinggi walau baru nyampe langit ke tiga, belum ke tujuh. Olla Ramlan dengan rok terusan santai warna pastel sejengkal diatas lutut tampak sungguh menggoda, karena di bagian dada rok terusan yang dipakainya berbentuk huruf V lebar dengan dua utas tali kecil yang terkait di pundak kanan kirinya yang berkulit putih. Sebagian bongkahan dari payudara ranumnya tampak menyembul gemesin. Tatto dari tubuhnya juga turut menambah fantasi Rama. Sedangkan Ratna Galih sendiri juga tak kalah seksi dalam menampilkan keelokan bentuk tubuh yang dimiliki. Hot pants jeans setengah paha rada belel membungkus erat tungkai kakinya, sehingga kulit putih licin yang sedikit di tumbuhi bulu-bulu lembut itu begitu merangsang nafsu seks Rama. Dengan kaos ketat tanpa lengan warna cerah yang pendek, lekukan tubuh yang sintal dan kontur sepasang payudara yang bertengger di dadanya pun terbentuk indah memancing gairah. Kulit lingkar pinggangnya pun acap kali mengintip nakal menggoda mata Rama.
“Eeh!.. Ooh. Hehe. Dah pada siap yaah?” Rama pun menjawab dengan terbata-bata.
“Belon!! Ya udah lah. Gimana sih? Yuuk..” kali ini yang menjawab adalah Ratna, dan mereka langsung memasuki mobil.

Kedua selebritis cantik itu memang sudah akrab dengan sosok Rama, karena mereka berdua sering mendapat job dari SinemArt didalam proyek penggarapan ftv ataupun sinetron. Otomatis mereka berdua juga sering ketemu dan ngobrol bersama cowok trendy dengan potongan rambut ala Andika, Kangen Band itu. Dengan kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi, Rama pun bukan seperti makhluk asing yang membahayakan bagi diri Olla maupun Ratna. Makanya tadi mereka dengan berani sempat ber-flirting ria terhadap Rama.
“Ke lembang dulu kan, Say?” tanya Olla Ramlan seraya menyilangkan batang kaki kanannya di atas kaki kiri.
“Tepat sekali. Seratus untuk nona Olla..” jawab Rama sambil menengok ke belakang untuk sekedar melirik kulit paha putih punya Olla yang sebelah kanan, yang tersingkap sampai seperempat paha.
“Eeh.. Eeehh, seratus sih seratus, Ram. Tapi kalo nyetir matanya kedepan dong. Bukannya malah ngintip paha mulus gue. Gimana siih?!” Olla Ramlan pun pura-pura mendamprat Rama dengan nada merajuk.
“Iyaa neeh sopirnya ganjen. Emang pak sopir belon pernah liat cewek seksi yaah? Hihihi.. Huu katrok! Terus, kalo liat cewek bugil juga belon donk berarti? Hahaa..” goda Ratna Galih menimpali ucapan Olla Ramlan.
Piass!!! Raut wajah Rama pun memerah malu karena kedapatan mencuri kehalusan dan kemulusan kulit para penumpangnya.
“Duuch yang lagi ketangkap basah mencuri pandang. Malu niih yeeew? Hihihiii..” kikikan nakal dan manja terucap keluar dari bibir berlipstick warna natural dari kedua seleb yang sedang diantar Rama ke Lembang.
“Hahaa!! bisa aja Mbak berdua..” ujar Rama terdengar garing seraya membetulkan posisi alat kawinnya yang sungsang di dalam celana dalam Calvin Klien warna kuning menyala KW 7+.. 
Belum lagi bisa bernafas lega dan menetralkan warna wajahnya yang memerah, tiba-tiba aja gantian Ratna yang langsung berceloteh tanpa basa-basi.
“Eeh! Hayoo! Tangan kiri lu kenapa tuh, Rama? Kok gerak-gerak di selangkangan? Salah parkir ya?”
“Waka.. Wakaa!!” derai tawa Olla dan Ratna ala Shakira pun silih berganti menghantam dan menghancur leburkan perasaan Rama, mahasiswa IKJ itu.
Sebentar kemudian Olla dan Ratna tampak saling berbisik, dan kemudian tersenyum nakal bersama. Sepasang tanduk iblis pun muncul . Hiii seyeeemmmmm!!
“Anjriiit dah!! Digarap terus gue. Keroyokan lagi. Huuft.. Mana haruf parfumnya bikin gue semakin konak. Seet dah!! Jadi pengen coli neeh . . .” kata Rama dalam hati
Selama kedua selebriti itu sibuk syuting dengan kehebohan dan keceriaan yang mereka ciptakan, Rama pun hanya mampu memandangi bidadari-bidadari penggoda iman itu di belakang Mas Ridwan, selaku kameramen yang meng-shoot Olla dan Ratna. Sesekali tangan kanan maupun tangan kirinya tampak sibuk mengelus tonjolan batang penis yang tampak menggelembung. Setelah dari Lembang mereka meneruskan perjalanan ke arah Tangkuban perahu, kemudian ke Cihampelas, dan berakhir dengan acara makan malam di Kampung Daun. Semua crew termasuk Olla dan Ratna numpang mandi di restauran tersebut sekalian ganti baju. Selama makan malam, atmosphere yang ada memang sangat mengasyikkan. Tertawa, saling ejek sesama crew pun memancing derai tawa satu sama lain. Tampak Olla menerima sesuatu bungkusan plastik hitam dari salah seorang crew dengan gerak mencurigakan. Ratna Galih pun terlihat sibuk bertelephone entah dengan siapa. Setelah acara makan malam bersama selesai, kedua selebritis itu memutuskan untuk jalan-jalan keliling kota Bandung dan tentunya diantar Ramangga. Sementara yang lainnya udah pada berpencar sendiri-sendiri.

#######
Di tengah kota Bandung, Paris Van Java...

Ratna Galih

Honda freed yang ditumpangi mereka bertiga tampak melaju santai membelah suasana malam di kota Kembang. Rama berusaha untuk tidak mupeng ketika berada didalam satu mobil dengan dua seleb cantik yang begitu seksi itu meski lonjoran penisnya sudah menuntut keadilan berkali-kali. Memang, godaan yang dirasakannya semakin menguat dari pada waktu siang hari tadi. Aura yang terpancar di sekelilingnya membuat bulu kuduk Rama juga sesekali merinding, terlebih ketika dua makhluk sensual beraroma wangi itu secara sengaja lebih mendekatkan tubuh ke arah dirinya.
“Huaa!! Gue udah ga kuat. Gue udah ga tahaan lagi nih!! Hiiii... Apa gue melambaikan tangan ke arah kamera aja yaa?” gumam Rama dalam hati. (Heh monyet dekil!! Emang lu pikir ini acara [masih] Dunia Lain, apa!??)
Paras dari kedua cewek yang dibawa Rama berkeliling walking around memang sama-sama cantik, menarik, dan sama-sama bikin gemes. Keduanya mempunyai body yang aduhai, dan menggiurkan. Sepasang buah dadanya pun tak kalah menantang antara satu sama lain, dan memiliki ukuran yang hampir sama. Dari segi postur tubuh, tinggi badan Ratna terlihat sedikit lebih tinggi dari Olla. Rambut keduanya yang panjang dibiarkan tergerai indah ke belakang. Ratna malam itu mengenakan kaos ketat warna merah dengan bawahan rok kain lebar yang pendek seperti yang biasa dipakai para cheerleader. Sedangkan bidadari satunya, Olla Ramlan mengenakan tanktop putih sebagai pembalut tubuh rampingnya yang berlekuk. Ooh shit!! Olla Ramlan sangat nakal dan begitu berani malam ini. Setelah melepas sweater cotton combed warna biru tinta, ternyata di balik tanktop putih yang dipakai Olla yang musex itu sudah tanpa bra, braless. Sepasang puting dari kedua buntalan susunya yang mengkel dan kenceng tercetak jelas dari balik tanktop.
“Mbak Olla udah punya pacar lagi belum sih?” tanya Rama iseng pada Olla Ramlan yang duduk di kabin depan sebelah kiri.
Mata Rama terus berusaha keras melirik ke arah puting imut yang sangat bikin geregetan untuk segera di gigit-gigit kecil. Sialnya kedua mata Rama yang melirik kearah dada Olla sempet ga bisa balik kembali normal alias sempet juling temporary. Untung setelah berkedip, mata nakal itu sudah kembali ke jalan yang lurus.
“Ada deeh, mau tahuu aja!! Kenapa emangnya, Say? Mau jadi pacar gue? Hmm..?” jawab Olla sekaligus memberikan penawaran yang menantang.
“Hehehee.. Mbak Olla bisa aja..” jawab Rama tersipu diiringi kekehan khasnya, karena berhasil mengusap kedua toked Olla yang begitu membusung tanpa tersanggah bra. Tapi mengusapnya cuma lewat pandangan mata aja siih. Hihihiii...
“Kalo Mbak Ratna sendiri gimana?” tanya cowok bergaya rambut ala Kangen Band itu kepada Ratna Galih.
“Baru putus gue. Sekitar dua bulan yang lalu. Eh jendelanya dibuka aja yaa..” Jawabnya enteng seraya mengeluarkan dan menyulut ESSE favorit dengan lighter.

“Rokoknya, Rat..” pinta Olla.
Setelah membakar rokok dan menghembuskan asap melalui bibirnya yang tipis menggoda, Olla langsung berucap,
“Lu pacarin aja si Ratna, Ram. Enak loh bisa nyicipin memm..” belum sempet ngelanjutin ucapannya, Olla langsung kena jitak Ratna.
”Wadauw!!”
“Rese’ ahh, lu!!”
Rama pun tertawa begitu mendengar kicauan polos dari mulut Olla. Olla pun tertawa ngakak, sampai-sampai sepasang buah susunya yang bulat sekel itu berguncang dan berayun. Bahkan ketika dia merundukkkan tubuh seksinya karena ga kuat menahan tawa, Rama pun bisa melihat puting di ujung tokednya yang berwarna pink gelap dari balik tanktop yang dikenakannya. Uughhh!!!
“Seneng lu yaa pada!” gerutu Ratna Galih.
“Eh Rama, tapi mending lu pacarin aja deh si Olla. Dia tentunya lebih pengalaman dari pada gue kan? Sekali lu ngerasain empotannya, beuh! Ga kukuuuu!! Hahahaa!!” balas Ratna semakin menjurus, dan tentunya membuat penis Rama semakin ga keurus.
“Wew!! Sialan lu, Rat. Duuh, gue jadi horny neh kebayang sama yang dulu-dulu.” Sungut Olla dengan wajah yang bersemu merah.
“Lu kate, gue ngga ape? Enak kali ya kalo ‘ehemm-ehemm’ di Lembang. Hihihii..” timpal Ratna nakal.
“Mbak Olla kebayang sama yang dulu-dulu nich yeew?? Kebayang apanya sih? Uhuuiyy, ga nahaan!!” ledek Rama dengan memasang cengiran kuda.
“Lhoh Mbak Ratna mau juga toh ehemm-ehemm sama Mbak Olla?? Huaa!! Apa kata dunia nanti?? Hahaa!!” imbuh Rama dengan menggidikkan bahunya yang kalo diartikan, ‘ga bangeet deh..’
Rama memang cerdik dan sekarang akal bulusnya tengah dilancarkan. Memang sengaja dia tadi meledek dan memanas-manasi kedua cewek cakep itu untuk bertindak agar semakin liar dan jalang. Tentunya berujung satu kesimpulan, eM eL dengan keduanya.
“Kurang asem ya lu, Ram. Berani-beraninya ngeledek gue. Dari pada lu belon pernah kan? Huu.. Awas lu yaa ntar..” sahut Olla mendendam dan keki dengan ucapan Rama.
“Iyaa neh Rama. Sok-sok-an banget. Perlu dikasih pelajaran neh, biar kapok dan ga berkutik lagi! Hahaa..” timpal Ratna Galih seraya tertawa.
“Becanda Mbak. Rama cuma becanda kok.” Jawab Rama sambil senyam-senyum.
“Nah lhoh pura-pura melas kan dia, Rat. Eh tapi ide bagus tuh nginep di cottage Lembang. Tapi pejantannya siapa yaa enaknya? Hmm?” tanya Olla seraya melirik kearah Rama yang raut wajahnya berubah meram padam.
“Rama aja deh gimana? Ehh.. Bentar-bentar, tapi Rama punya titit ga yaaw?” Hahaa!!” seloroh Ratna ngasal yang membikin Rama semakin salah tingkah.

Tanpa berkata-kata dan begitu tiba-tiba,
“Waddauoww!!” Rama berteriak kaget sambil menyentakkan pinggulnya ke atas karena tangan sebelah kiri Olla langsung melingkar tepat di penis Rama dan langsung membetotnya.
“Hahahaa! Punya titit juga dia, Rat. Udah keras euy!!” pekik Olla histeris.
“HAHAHAA!!!”
Ratna dan Olla pun tergelak ngakak, sementara Rama hanya mengerinyitkan kening menahan rasa ngilu karena penisnya di betot cewek cantik yang duduk di samping kirinya itu.
“Kita putar balik ke Lembang lagi aja, Say..” perintah Ratna dan langsung disanggupi Ramangga.
“Nah sebelum nyampe Lembang, enaknya mabok asap dulu aja deh. Hihihi..” kata Olla nakal.
“Mabuk asap? Maksud lu??” tanya Ratna Galih heran.
“Tarraaaa...” Olla Ramlan pun mengeluarkan tas plastik hitam yang berisi sebuah amplop, yang tadi sewaktu acara makan malam diberikan oleh salah seorang crew kepada dirinya.
“Waah gila, asyiik neh. Cannabis Sativa, Jack!! Woi Rama!! Lu doyan juga kan?” pekik Ratna heboh, setelah mengetahui isi dari amplop yang ternyata adalah beberapa linting remahan daun surga.
“Doyan dong, mana sini..” jawab Rama sembari melirik kearah batang paha putih mulus kepunyaan Ratna Galih.
“Ntar, gue sulut dulu..” sahut Ratna Galih cepat.
“Eh, tapi ngomong-ngomong dapet dari mana nih daun favorit Bob Marley?” tanya Ratna penasaran.
“Tadi gue nitip sama Mas Agus, salah satu crew. Kan dia tahu seluk beluk dunia underground Bandung..” jelas Olla.
Kemudian, Ratna pun segera mengambil satu linting, dan langsung memantikkan api dari lighternya untuk membakar lintingan daun surga yang bisa bikin tinggi itu.
“Huuuuffttt, mantap. Uhhu.uukk!!” bilang Ratna dan langsung terbatuk karena begitu semangat menghisap melalui lubang hidungnya.
“Hei!! Pelan-pelan napa? Coba sini gue rasain..” Olla pun tanpa berlama-lama langsung mengambil lintingan cimeng dari tangan Ratna, dan dia pun juga langsung menghisapnya. Sementara itu, Rama menutup semua jendela mobil.
“Pffhuufft!! Dahsyat abyiis nih barang!” ujar Olla sehabis merasakan asap dari Cannabis Sativa yang mulai membakar paru-paru dan otaknya.
“Niih, Rama. Cobain deh.” tawar Olla.

Rama pun ikutan menghisap dalam-dalam sampai tidak ada asap yang keluar sedikit pun melewati mulut atau hidungnya. Semua mengendap di dalam pembuluh darah.
“Tinggi, mari kita terbang semakin tinggi!!” suara bernada riang sontak terdengar keluar dari mulut Rama.
Efek dari Cannabis Sativa adalah bahwa dia bisa merubah mood, emosi, dan perasaan para pemakainya untuk semakin meledak secara drastis dan cepat. Misal pemakainya dalam keadaan sedih, maka Cannabis Sativa mampu untuk mem-program emosi si pemakai untuk jauuuh lebih sedih, bahkan sampai menangis. Jikalau pemakainya sedang merasakan happy, maka Cannabis Sativa pun akan men-transformasikan rasa happy itu lebih menggelora lagi. Efek berikutnya adalah si pemakai akan merasakan haus yang berlebihan. Kedua bidadari cantik yang berbalut baju-baju terbuka nan seksi itu kini saling bergantian menghisap daun surga dengan cepat. Mereka happy, mereka pun semakin bertambah gila. Olla dan Ratna, dua seleb cantik yang baru aja menyelesaikan syuting itu juga mulai menggoyangkan tubuh seksinya mengikuti alunan music Hip-Hop yang terdengar dari speaker mobil. Olla Ramlan, mantan istri Alex Tian yang mempunyai tampang binal itu pun segera menampilkan liukan erotisnya, bahkan tak jarang kedua puting imut di ujung putingnya yang sudah menegang semakin menyeplak jelas dari balik tanktopnya. Ratna Galih yang kelahiran Djoja pun tak mau kalah dengan liuk erotis Olla. Dia yang duduk di jok tengah sesekali dengan gerakan nakal yang sensual tak segan-segan untuk meraba dan meremasi tokednya sendiri, seakan-akan sedang memamerkan kemampuan dirinya dalam ber-striptis. Raut wajahnya pun sangat ngacengin. Rama berulang kali mengintip tingkah laku Ratna yang liar dari kaca spion tengah mobil dan artis cantik itu pun tampak cuek bebek meski dia juga tak jarang menangkap basah karyawan SinemArt yang sedang melotot juga melongo melihat aksi hot dirinya. Dileletkannya lidah yang merah menyala itu kearah spion tengah mobil dengan gerakan mengulik sesuatu, dimana Rama tengah mupeng berat memperhatikan. Sebentar lagi pasti nafsu angkara birahi cowok bertinggi badan 175cm itu meledak menggelegar. Penis yang berada di selangkangan Rama pun ikut menggeliat erotis mana kala dirinya terjebak di dalam mobil bersama dua bidadari cantik yang tengah horny.
“Gila lu, Rat!! Hot banget tarian lu. Anjriit, makin konak gue..” ucap Olla dan langsung mengusap lembut menyelusuri penis Rama sambil tersenyum bitchy.
“Uughh!!” Rama mulai melenguh, ketika lonjoran penisnya juga diurut-urut oleh telapak tangan Olla.
“Enak, Rama?? Hmm? Udah keras banget nih kontolnya. Hihii..” bilang Olla vulgar sembari menghisap lintingan daun surga untuk yang kesekian kalinya.
“Aduuh! Jangan melakukan pornoaksi dulu dong. Gimana sih?!” sela Ratna Galih sewot.
“Tenang, hottie..” sahut Olla.
“Auuw!! Ii..iiihh, apaan ini juga??” pekik Ratna Galih tertahan tatkala buah payudara yang mengacung mengkel miliknya kena remas oleh tangan kanan Olla.
“Hihihiii...” kikikan iblis bertanduk Olla pun terdengar.

#######

Tak terasa Honda Freed yang mereka kendarai sudah memasuki kawasan cottage daerah Lembang. Setelah urusan administrasi beres, mereka bertiga pun berjalan kearah cottage yang berada di bagian paling belakang. Tampak juga mobil-mobil para penyewa cottage parkir berjejer rapi.
“Eh Olla. Lu duluan aja sama Rama. Gue ngadem bentar, nyegerin otak dulu yaa. Pening banget, gila. Ntar gue nyusul deh.” Keluh Ratna seraya memegangi keningnya.
“Mangkanya jangan kebanyakan nyedot tadi. Huu..” balas mantan istri Alex Tian mencibir Ratna.
Rama hanya terkekeh melihat Ratna yang sudah terlalu tinggi. Tangan kirinya menenteng bagpack gede yang berisi baju ganti.
“Waah, apa benar yaa? Gue akan menyetubuhi satu diantara kedua bidadari impian gue? Moga-moga aja deh, pleasee..” harap Rama dengan gelisah.
Setelah membuka pintu cottage, Rama dan Olla pun segera masuk. Ruangannya luas, isinya lux, dan kamarnya juga tertata cukup rapi. Yaa iyalah, cottage kelas wahid gitu loh. Fasilitasnya pun juga komplit dong tentunya. Ada wifi, tv plasma 32inc dengan indovision , kamar mandi dalam lengkap dengan bath up hot and cold water, ranjang ukuran king size yang tampak empuk, seperangkat sofa, dan juga mini bar.
“Nyantai aja lu disini ya, Ram. Gue ganti baju dulu.”, kata Olla sambil mengerlingkan matanya dengan genit.
“Yooaa!!”
“Ngapain neeh enaknya. Ooh iya nyetel acara music aja..” gumam Rama seraya mencari channel music.
Tak berapa lama, suara music terdengar keras membisingi ruangan cottage yang mereka sewa. Rama berjalan kearah mini bar dan mengambil dua botol Guiness Stout dingin. Ditengggaknya pelan-pelan air ber-alkohol itu untuk melepas rasa dahaga.
“Huaaahh..” Rama pun merebahkan badannya di atas ranjang, dan menggeliatkan tubuhnya yang penat.
“Waah nyaman banget nih rebahan di kasur empuk setelah penuh aktivitas seharian..” gumam Rama.
Beberapa saat kemudian, Olla Ramlan terlihat keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah kembali segar. Dia sekarang mengenakan baju model kemben warna hijau tipis tanpa tali di pundak dan tetap setia untuk tidak memakai bra, sehingga puting imutnya pun tetap terlihat jelas tercetak.  Untuk bawahan, Olla mengenakan women boxer yang sangat pendek, yang hanya mampu menutupi seperempat dari batang pahanya yang putih mulus. Hmm.. Bener-bener bikin konak deh tubuh sang bidadari ini. Indah dan menggairahkan. Olla pun segera menuju ‘ranjang pengantin’ dengan menggoyangkan tubuh mengikuti irama lagu dari tv, sebelum akhirnya mendarat dan merebahkan tubuh wanginya yang sensual itu di sebelah Rama.
“Glek!.. Gleekk!” terdengar tenggakan Guiness Stout.
“Aakkhhh, paiiit!!” suara Ola yang kepahitan langsung terdengar.
“Hehehee..” Rama terkekeh melihat raut lucu wajah Olla yang meringis dan dia segera beranjak ke kamar mandi untuk buang air kecil, bersih-bersih, sekalian mengganti celana panjang dengan celana kolor tanpa celana dalam.  Gundukan di selangkangannya sudah menggelembung menuntut kepastian jatah.
“Sabar yaah. Malam ini lu gue kasih tenderloin steak yang lezat, dah! Ga cuma sabun Giv aja..” gumam Rama berbicara kepada jagoan berototnya yang sudah mengeras sedari tadi.

Rama keluar dari kamar mandi dan langsung ikut merebahkan tubuh disamping Olla Ramlan.
“Heh Rama, jelek! Tadi lu dah ngeledekin gue kan? Sekarang waktunya pembalasan, tau ga lu!! Kalo bahasa filmnya tuh, Revenge of the Angel..”
Dan tanpa menunggu jawaban Rama yang terlihat masih shock dengan apa yang akan terjadi, Olla langsung memeluk mesra cowok bertinggi 175cm itu ke dalam dekapannya. Bibirnya yang tipis ber-lipstick pink tipis segera memagut bibir Rama dengan lembut dan sedikit romantis. Tak lupa juga Olla pun mengelomoh dan memainkan lidahnya yang merah basah ke dalam mulut Rama.
“Ouughh!! Aaghhh!!” desah Rama kontan terdengar mana kala jari halus telapak tangan artis cantik itu juga mulai mengusap-usap penisnya yang sudah tegang dari balik celana kolor.
“Enaak, yaah? Duuch dah ga pake celana dalam sekalian. Hihii..” tanya Olla seraya memperhatikan ekspresi kenikmatan dari wajah Rama.
Seiring dengan ciumannya yang begitu hot, Olla pun mulai merayapkan tangannya masuk ke dalam celana kolor Rama untuk menangkap sesuatu yang keras, dan segera mengocok lembut lonjoran kontol yang sudah tegang sempurna itu.
“Uummphhfff!!”
Rama pun mencoba untuk memulai melakukan serangan balasan setelah alat kawinnya di-invasi secara kurang ajar oleh Olla. Diturunkannya baju kemben warna hijau tipis tanpa tali yang Olla pake. Seketika itu juga sepasang toked nya yang mulus dan dibalut kulit yang putih langsung menjuntai keluar menunjukkan pesonanya.
“Bagus banget tokednyaa. Mana masih kenceng lagi..” gumam Rama kagum ketika melihat sepasang payudara indah Olla yang bergelantungan.
“Suka, sayang?? Hmm..?” bisik Olla Ramlan dengan wajah senang karena keindahan buah dadanya mampu menyihir mata Rama.
Rama hanya menganggukkan kepala seraya ditelusurinya pelan-pelan gundukan buah dada itu untuk merasakan kehalusan kulitnya, sebelum meremas dan mengurut daging payudara itu dari pangkal sampai ujung.
“Nggghhh!! Aaghh!! Ra.Rammaaa!! uughhh!” artis cantik itu melenguh ketika tangan Rama memilin puting segar dan menekan-nekannya dengan lembut. Sesekali juga ditarik-tariknya.
Gairah binal Olla sudah terbangun. Dia segera melolosi celana kolor Rama, sehingga telapak tangannya pun semakin leluasa dalam mengocok dan mengurut batang kontol yang berukuran standar orang indonesia. Intensitas kocokan Olla semakin cepat. Kadang gerakannya berubah pelan dan sangat lembut.
“Gue bener-bener kangen yang namanya kontol.” gumam Olla.
Dengan gerakan yang cepat, Olla pun nungging di dekat penis Rama yang sudah mengeluarkan cairan pre-cum diujungnya. Dicium mesra kepalanya, dijilati dengan telaten setiap batang berurat itu, lalu perlahan mulai dimasukkannya batang Rama ke dalam mulutnya yang mungil berbibir tipis.

“Ouughh yesshhh!! En.nakk bah.ngetshhh!!” rengek Rama keenakan dengan service oral Olla.
Olla Ramlan memang sudah lama tidak merasakan yang namanya ngentot, maka dari itu, ketika mendapatkan Rama, dia pun mencoba untuk bener-bener menikmati dan meresapi yang namanya penis. Dengan keahliannya yang sudah sangat terlatih, alat kawin Rama pun terus menerus dikulum-kulum, disedot, tanpa lupa membelitkan lidahnya yang hangat disepanjang lonjoran berhelm nazi itu.
“Aagghhhh, Mba.aak O.Ollaaa!! Nik..mattt bangettshh, sayanggghh!!” ujar Rama terbata-bata merasakan belitan lidah bercampur ludah yang hangat dan berasa geli.
Olla terlihat tersenyum puas mengetahui bahwa Rama begitu merasa keenakan dengan service mulutnya. Sekarang, cewek bertubuh seksi dan ber-tatto itu mengocok kontol Rama seraya jari tangannya yang lentik memainkan buah pelir. Tak berapa lama kemudian, mulut seksinya juga turut menjilati, dan menyedot buah pelir itu dengan penuh nafsu.
“Uughh!! Sshhh!! Mba.aak.. Aaghh ngi..luuu!!” ceracau Rama ketika merasakan sedotan Olla yang terus-terusan mengulik buah pelirnya.
“Hehee.. Tapi enakkan?” sahut Olla cepat sambil menatap wajah Rama yang semakin bertambah merah.
Olla tetap semakin asyik bermain dengan penis beruratnya Rama. Dia terus mengulum dan mempompakan mulut mungilnya untuk mengocok kontol naik turun mengangguk-angguk dengan cepat. Hidup Rama saat ini penuh kenikmatan. Sambil berbaring, dia juga memerah dan mengurut sepasang payudara ranum milik Olla yang menggantung indah di dada yang berkulit putih.
“Mmphh!.. Ngghhh.. Uumphhfff!! Uhuukk!.. Uhuukkk!” Olla Ramlan sempat tersedak, saat dia mencoba menelan batang penis Rama ke dalam mulut mungilnya.
Setelah puas mengarap buah dada berukuran sedang milik Olla yang bergelantungan, Rama mulai mengarah pada woman boxer Olla dan langsung mengelus di bagian selangkangan tepat di bibir belahan vagina.
“Sshhh!! Ouughh!! Ra.Ramaa..” Olla pun mendesah seraya menggoyangkan pinggul saat belahan vaginanya tersentuh jari tangan Rama.
Untuk lebih bisa merasakan nikmat, maka Olla pun langsung melepas boxer bersama celana dalamnya sekaligus. Vaginanya terlihat merekah tembem dihiasi bulu bulu tipis yang dipotong rapi membentuk segitiga kecil. Bibir lipatan vagina itu berwarna putih kemerahan, masih rapet, dan sudah mengkilat basah oleh cairan birahinya sendiri.
“Ouughh yesshh, Ram.aaa!! Aaghh! Uuughhh!! Sshhh!!” desahan Olla semakin tidak karuan. Tubuh putihnya menggelinjang ketika Rama mengulik-ulik tonjolan clitoris.

Perlahan, Rama juga mulai memasukkan jari tangannya ke dalam rongga vagina, dan memutar-mutarkan dalam kehangatan vagina chubby yang bergerinjal. Olla terlihat semakin panas dan liar dalam memanjakan penis Rama. Terus-terusan mengulum, mengelomoh, dan merayapkan lidahnya yang merah basah disetiap inci kulit bagian batangnya. Rasa hangat dan basah dari mulutnya juga semakin membangkitkan nafsu cowok yang mengambil jurusan di sinematografi itu. Rama mengocokkan jarinya yang sudah tenggelam di dalam vagina chubby Olla Ramlan dengan cepat, sehingga memaksa artis cantik itu melepas kontol Rama sambil memperlihatkan wajah sayu dan matanya yang sendu. Suara berkecipak terdengar menghiasi malam mereka di Lembang.
“Sshhh!!.. Aaagghhh!!.. Uumphhff!! En..nnyak bang.ngetshh!! Ram.Ramaaa..” desis Olla dan segera menyambar batang penis Rama untuk dikocoknya kembali.
“I’m so Hornyyy, Ra.maaa!! Ouughhh yesshhh!!” kicau Olla sambil menggigit bibirnya menahan kenikmatan korekan jari Rama didalam kehangatan vaginanya.
Lagi asyik-asyiknya mendayung sampan birahi di lautan nafsu, tiba-tiba Rama dan pasangan mesumnya, artis cantik Olla Ramlan dikagetkan oleh suara seorang perempuan.
“Ooo.. Ooo, kamu ketahuan, pas lagi ngentot, bersama Ramaa!! Hihiii..” kata Ratna Galih dengan nada suara seperti lirik salah satu grup band, sambil tersenyum dan memperhatikan vagina Olla yang sedang diobok-obok oleh jari Rama.
“AauuwW!!” pekik Olla Ramlan kaget karena mendapati Ratna Galih sedang memperhatikan gerakan jari Rama yang langsung tercabut dari himpitan vaginanya.
“Dasar kutu kupret lu!! Sialan, bikin kaget aja sih. Huuh!!” sahut Olla keki dan langsung ilfil.
“Hahaha!! Sukuriin. Duuch kasiaan deh. Emang enak, lagi pemanasan mo ngentot digangguin. Hihihiii..” goda Ratna diakhiri dengan kikikan keledai.
Rama tampak cuek aja dengan kehadiran Ratna malah inilah yang sangat diharapkannya. Tangan kanannya tetap mengocok-kocok batang penisnya sendiri sambil menatap wajah cantik Ratna yang juga sesekali melirik kearah tonggak kejantanannya. Ketika kedua bidadari itu masih saling ejek, Rama pun melirik nakal ke arah sepasang payudara Ratna yang berbentuk bulat, padat, dan terpampang jelas dari balik kaos ketat warna merah yang dikenakannya. Dua tungkai batang pahanya yang putih mulus berbalut rok pendek lebar itu juga sepertinya memang sengaja untuk dipamerkan. Birahi Rama pun semakin terbang tinggi tak terkendali. Setelah beradu mulut dengan Ratna, dengan cueknya Olla juga langsung beralih beradu mulut dengan Rama, dengan mencium dan memagut bibirnya dengan ganas. Tanpa ampun, dilumat-lumatnya bibir cowok yang satu kostan dengan Sholihun itu seakan-akan takut ga akan ada lagi yang namanya kenikmatan.  Olla juga memasukkan lidahnya ke dalam mulut Rama. Nafsu artis cantik yang sudah lama berpisah dengan suaminya itu semakin membara. Lidah merah Rama pun dengan meyakinkan saling beradu dengan lidah basahnya. Nafsu Olla Ramlan, cewek ber-tatto itu tampaknya juga sudah tak terbendung.

Dia langsung meraih kembali lonjoran penis Rama yang tetap tegang mengeras, dan mengocokkan tangannya naik turun dengan cepat. Olla tampak sudah tidak peduli lagi dengan kehadiran Ratna yang sedang menonton adegan persetubuhan dirinya dengan Rama.
“Sshhh!! Uughhh!! Aaughhh!!” Olla mendesah dan melenguh tiada henti.
Di saat sedang berasyik masyuk dengan Olla, Rama pun melirik bidadari satunya lagi, Ratna Galih, yang berada di di dekatnya. Waow!! Ternyata cewek bahenol itu tengah menikmati prosesi persenggamaan yang dilakukannya bersama Olla. Sambil terus menyaksikan Rama dan Olla mengumbar nafsu, tanpa sadar Ratna sudah memasukkan tangannya sendiri ke dalam rok super pendek ala cheerleader yang membelit pinggulnya, dan sekarang terlihat sesuatu yang bergerak-gerak di baliknya. Olla melepaskan deep kissnya, kemudian meminta Rama untuk sedikit mundur, untuk mempermudah melucuti celana kolor yang masih terongok di betis. Olla pun langsung melebarkan tungkai kaki Rama, nungging dengan wajah tepat di depan batang penis berurat itu, dan langsung memasukkan alat kawin Rama ke dalam kehangatan mulutnya. Oral season again and again. Uughh!! Selomotan mulut dan bibir Olla semakin bertambah ganas dan liar.
“Emang enak main sendiri, Mbak Ratna? Weeekzz!! Hihihiii..” goda Rama kepada Ratna yang sedang asyik bermain dengan kelaminnya sendiri.
“Huuh!!” dengus Ratna sebal, karena dirinya yang lagi masturbasi diliatin dan diledekin oleh Rama.
“Mau ga dibantuin, Mbak? Enak loh. Sini mendekat ke Rama, ga usah malu-malu. Toh kita udah sama-sama dewasa dan saling menbutuhkan kan?” ucap Rama dengan lihai meng-akal bulusi Ratna.
Mendengar kata-kata bijak dari seorang pemuda perantauan itu, Ratna pun tersenyum. Keragu-raguan dalam dirinya pun sirna. Dengan pasti, partner Olla dalam acara “Jalan-jalan Bersama Seleb” itu mendekatkan tubuh wanginya yang seksi tepat di sebelah Rama. Rama mencoba menge-test kesungguhan Ratna Galih dengan mencium bibir ranumnya. Ternyata reaksi yang didapat sangat positif dan sangat menggembirakan. Karena Ratna membalas ciuman yang dilancarkan Rama dengan penuh antusias. Rama dan Ratna sudah memulai saling memagut dan melumat, sementara itu Olla Ramlan masih terlihat sibuk dengan aktivitasnya sendiri, yaitu mengulum, mengelamuti, dan mengocok batang penis Rama. Demi melihat Olla yang begitu bernafsu dalam melahap penis, Ratna segera melepas kaos ketat dan bra yang membungkus dua buah dadanya, dan langsung mengarahkan telapak tangan Rama untuk segera menjamah gundukan sekel sepasang payudaranya yang ranum. Dengan senyum penuh kemenangan, Rama pun mengelus payudara yang juga berkulit putih mulus, yang berukuran sedikit lebih besar dari milik Olla.
“Ouughh. Gila!! Kenyalnya sama dengan milik Olla..” batin Rama seraya mengurut dan meremas payudara Ratna.
“Uummphhh!! Ouughhh!! Aaa..Aaghh!!” Ratna mulai mendesah disela-sela ciuman dengan mata yang masih melirik ke arah Olla yang asyik bermain oral.

Tak tahan, dia pun melepaskan ciumannya, dan langsung segera bergabung dengan Olla. Menungging dengan wajah menghadap tepat di depan penis Rama.
“Hihii.. Pengen yaah? Nih rasain kontol Rama, enak banget loh.” Kata cewek dengan beberapa hiasan tatto di tubuhnya, setelah melepaskan jepitan bibirnya dan mengarahkan perangkat kawin Rama ke mulut Ratna Galih.
Tak perlu menjawab pernyataan Olla, Ratna langsung menyambut penis berurat Rama dengan tari-tarian lidahnya. Menguaskan lidah di sekujur batangnya, menyentil lubang pipis, dan juga mengulik nakal batang leher bagian bawah. Ketika mengetahui bahwasanya Rama menggelinjang-gelinjang penuh nikmat disertai rasa geli yang memabukkan, cewek cantik bertubuh aduhai itu pun segera memasukkan batang penis itu ke dalam kehangatan mulutnya. Dikempot-kempotkan pipinya ketika menyedot kontol Rama seakan berusaha memipihkan benda yang berbentuk lonjong itu. Sedangkan lidah lancip Olla dengan sensual merayap pelan diatas permukaan kulit kantung buah pelir.
“Adduuhhh!! Nikk..matt bahh.ngeetsshhh!! Uughhh yeeshhh!!” celoteh Rama sambil menikmati begitu dahsyatnya teknik permainan oral kedua bidadari yang kerasukan nafsu syahwat itu.
“Mbak Ratna, pantatnya siniin dong..” pinta Rama lirih.
Tanpa berbicara karena masih asyik menarikan lidahnya di batang penis Rama, Ratna pun menggeser posisi nunggingnya, dan mengarahkan pantat semoknya ke arah Rama.
Tanpa basa-basi lagi, Rama dengan cepat melepas rok super pendek yang membelit pinggang ramping dara ayu kelahiran Djogja itu, maka dalam sekejap terpampanglah dengan nyata dan sangat jelas vagina yang sudah kelihatan basah. Masih rapat dan tampak peret. Bulu jembutnya pun dicukur habis sehingga bentuk kemaluan Ratna tampak bener-bener menggiurkan. Clitorisnya yang kemerahan juga sudah menampakkan diri.
“Oouughh, Ram.Ramaaa.. Sshhh!!” desis Ratna mulai menikmati pijitan jari Rama pada clitorisnya.
Yeaah!! Kedua bidadari cantik nan seksi itu bagaikan duet komposer jenius yang mengendalikan sebuah seni orkestra birahi. Mereka berdua sangat kompak dan saling bergantian dalam memainkan dawai-dawai nada yang berupa lonjoran kontol Rama. Secara bersamaan dan simultan, keduanya menjulurkan lidah untuk menjilat dan menyusrup penis Rama dari sisi kiri dan kanan secara intens.
“Ouughh en.nyaakK, Mbakk Rat.naaa!! Aaaghh!! Sshh!! Mba.aak Ollaaa jug.juga.aa pinteerrr!! Umphhfff!!” ceracau Rama tidak karuan didalam menghadapi keliaran kedua cewek cantik itu.

Sesekali Ratna Galih menyedot dan menghisap dengan kuat kepala penis Rama, dan Olla yang membelit-belitkan lidah dengan erat bak ular piton meremukkan tubuh mangsanya. Atau kadang Olla yang mengulum batang, sedangkan Ratna yang mengelomoh buah pelir. Bahkan, mereka pun bisa bersamaan pula dalam menjilati kepala penis sambil sesekali ber-french kiss. So bitchy and so naughty when two angel get starving. Sungguh sangatlah fantastis rasa nikmat yang mendera seluruh syaraf di dalam tubuh Rama ketika penis tegangnya terus menerus dipermainkan seenaknya oleh dua artis cantik itu. Setelah dirasa cukup ber-foreplay, Ratna pun mengambil posisi dengan berdiri di hadapan Rama yang terbaring pasrah di atas ranjang. Pemuda yang tinggal di kost bersama Sholihun itu terkesima dan ternganga saat melihat keindahan tubuh cewek cantik yang sudah telanjang bulat tanpa ditutupi selembar benang pun. Kulit tubuhnya putih mulus tanpa noda sedikitpun. Sepasang tokednya terlihat kencang mengacung, dan bongkahan daging pantatnya pun montok menggairahkan tanpa guratan scretch. Mengetahui teman duetnya sudah mempersiapkan diri, Olla pun segera bangkit, dan melepas baju kembennya yang masih menggulung di pinggang. Olla juga memamerkan keindahan dan keseksian tubuhnya yang tak kalah dengan tubuh Ratna. Dua buah payudaranya yang sekel dan tampak mengacung itu memang tidak sebesar milik Ratna, tapi tetap aja sama-sama padat dan membulat sempurna. Kedua tubuh polos yang singset,ramping, dan sangat menggugah birahi setiap pria itu sudah siap untuk ditelan Rama. Atau Rama kah yang akan ditelan oleh keduanya?? Sedangkan Rama sendiri sudah sangat siap menghadapi kedua bidadari nakal itu. Kaos yang masih menempel ditubuhnya segera dia lucuti sendiri, sehingga kini terlihatlah ketiga tubuh telanjang bulat anak manusia yang siap untuk melakukan pesta. Pesta seks yang tentunya akan sangat nikmat dan menguras tenaga.
“Gue duluan yaah, Say?” kata Ratna dengan wajah yang sudah dipenuhi nafsu kepada Olla.
“Oke, Sweety. Take your time!” jawab Olla seraya mempersilahkan Ratna untuk menggali kenikmatan terlebih dahulu bersama Rama.
Ratna langsung beringsut membuka dua tungkai kakinya, mengangkang, dan sedikit demi sedikit mulai menurunkan pinggulnya, lalu jemari tangannya yang lentik, yang berkutek biru memegang dan mengocok penis Rama beberapa kali sebelum mengarahkan masuk tepat pada lubang vaginanya yang mulus tanpa bulu jembut.
“Auww!! Shhh!! Uugghhh!! Kerashh bang.ngetshh!!” Ratna memekik kecil dan langsung mendesah dengan kening mengerenyit ketika kepala penis Rama mulai menyusup di celah lipatan bibir vaginanya.
“Ouughhh!! Sempiiit MbaakK, memm.. meekK nya.aahhh!!” lenguh Rama saat kepala penisnya perlahan-lahan terhimpit merasakan jepitan kuat bibir vagina Ratna yang mengempot-empot.

Tak tahan melihat proses penetrasi yang dilakukan Rama atas Ratna, Olla langsung berbaring menyamping di sebelah Rama, dan menyodorkan buah dada mengkel miliknya ke mulut cowok dengan potongan rambut ala Andika Kangen Band yang menganga menahan nikmat, saat penisnya berusaha untuk menancap lebih dalam di vagina Ratna. Puting mungil Olla yang berwarna merah segar itu terus menggodanya sehingga Rama langsung mengulum dan menyeruput liar. Lidahnya meliuk lincah diatas gundukan payudara dan menguaskan rasa nikmat bagi pemiliknya. Sesekali karena gemas, maka digigit-gigit kecil puting imut itu.
“Aaughh, Raammaaa!! Mmphh!! Nik.nikmaa.aaatt!!” Olla Ramlan mendesah nikmat.
Pada saat yang hampir bersamaan, Ratna terus masih berusaha menyesuaikan kondisi kepala penis Rama yang sudah menyusupi di bibir vaginanya. Ditekannya pinggul itu ke bawah
“SLEEPHHH!!”
“Aauuwhh!!” pekik Ratna ketika setengah dari batang penis Rama yang dihiasi urat-urat itu tergelincir bertambah dalam.
Ratna pun mencoba untuk mengerakkan tubuh seksinya naik turun secara perlahan dalam usahanya untuk membenamkan seluruh lonjoran penis Rama ke dalam vaginanya. Tubuhnya tampak menggeliat saat menahan sesuatu yang sedang membelah rongga kemaluannya.
“Uughhh!! Yesshhh!! Mmphhfff!! Ke.kerashh se.sekaliii kon.tool nyaa.aaahh!!” Ratna mulai berucap vulgar disela-sela desahannya.
“Mem.. Memeek, MbakK Rat.Ratna.aahhh! j.juga perr.eettt bang.ngetshh!! Oughh!!” balas Rama tatkala batangan penis kebanggaan yang selama ini dipuaskan oleh busa dari sabun Giiv itu tercelup seutuhnya ke dalam vagina Ratna yang gurih.
Dara ayu yang sedang dihantam nikmatnya bersenggama itu langsung menggerakkan tubuh sedikit lebih cepat, menguleg-ulegkan vagina sempitnya itu untuk menggilas penis Rama yang menyesaki rongga alat kawinnya. Kedua jari tangan kiri dan kanan Ratna tampak gemas saat memilin kedua puting susu Rama seraya menaik-turunkan pinggulnya.
“PLOOKK!.. PLOKK!.. CLEEPHH!.. CLEPPH!!” suara benturan pantat bahenol Ratna yang mulus berbenturan dengan selangkangan Rama tampak terdengar merdu.
“Aaghhh!!..Aakhh!.. Uughhh!!.. Uughh!.. Shhh!!. Kon.tohll lu, kerrashh bangetsshhh!! Oughh yesshh!!” desah keenakan yang beruntun terus terucap tatkala Ratna menusukkan vaginanya untuk menyetubuhi penis Rama.
Olla terlihat meneguk ludah saat kedua matanya memperhatikan penis Rama berulang kali membelah vagina Ratna. Ingin juga mendapatkan kenikmatan yang lebih, ia pun tanpa merasa malu dan sungkan langsung mengangkangkan vaginanya yang memerah basah oleh cairannya sendiri tepat di depan mulut Rama.
“Lick my pussy! Lick my tight pussy, Ramaa!!” perintah Olla dengan wajah yang sayu menggairahkan.
Rama terkekeh dengan ulah nakal Olla, dan langsung meluluskan permintaan artis cantik itu dengan menjulurkan lidahnya untuk menguas bibir vaginanya dari bawah ke atas berulang kali.
“LHEEPHH!.. LHEPHH!!” lidah Rama pun langsung berkreatif dengan mencumbu clitoris Olla. Manuver lidahnya sangat lihai dan bervariasi. Kadang mengulik-kulik tonjolan daging sebesar kacang berwarna merah itu, sesekali pula lidahnya juga berputar melingkari clitoris Olla.

Aroma khas vagina langsung menyeruak ke indera penciuman Rama. Sangat memabukkan meski bukanlah Black Label. Kedua telapak tangan Rama pun tak lupa dan tak tinggal diam untuk meremas-remas daging susu Olla serta memelintiri putingnya.
“Ssshhh!! Uughhh!! Ram.Ramaaa, lu pinte.eerr bangetshhh! Terr.terruussshhh Ramaa.aaa, terusshh!! Aaaghh!!” Olla merengek-rengek minta agar vagina beserta isinya dijilat Rama.
Meski dadanya sesak dan nafasnya terengah-engah dikarenakan oleh kedua tubuh bugil Bidadari cantik yang menunggangi tubuhnya secara bersamaan, Rama tetap berusaha memanjakan vagina Olla dengan tarian lidahnya yang terus berdansa di sepanjang celah vagina, dan menyedot clitoris yang semakin membengkak. Rama juga meng-kaku-kan lidah, dan mulai menusukkannya ke dalam lubang vagina yang bibirnya sudah direnggangkan oleh jari lentik Olla sendiri.
“Aaa.aaghhh shitt!! Uughh yeshh! Mmphhff!! G.guee.eee haa.aampirrr.. Ouughh! Aaghh!!” erang Olla terbata-bata dan terus menggoyang serta menguleg-kan pantat berpinggul bahenol seiring gerakan lidah kaku Rama yang keluar masuk menyetubuhi vaginanya
“G.Guee.eee!! guee.eee, dapettshhh!! Aaa..aaakkhhhhh!!!!! Shiiittt!!” Olla berteriak kencang. Artis cantik itu mendesah panjang, tubuhnya yang mulus berkilat karena peluh itu berkelojotan dan menggelinjang. Vagina peretnya yang mengedut itu dihentak-hentakkannya dimulut Rama.
“SHEEERR!.. SSHEEEEERR!!!.. SSHHEEEEEERRRRRRR!” cairan orgasme Olla pun sukses mengucur mengalir keluar dari celah lipatan bibir vaginanya yang terus mengedut berwarna merah. Walau terlihat gelagapan, Rama tetap bersemangat untuk menghisap dan menyeruput setiap tetes cairan gurih yang diproduksi oleh vagina Olla.
“Nikmaat bangeet, Ramaa.. Uughhh!!” ucap Olla ngos-ngosan dan nampak puas dengan orgasme pertamanya.
“Enaak, Mbak Olla?? Hehee..” tanya iseng Rama dengan wajah merem melek karena batang penisnya masih terus kena uleg oleh vagina Ratna.
“Bangeetshhh!! Jawab Olla seraya merundukkan tubuh telanjangnya, sehingga dua buah payudaranya yang kenyal itu menggelantung menimpa wajah Rama. Berasa anget dan liciiin.
“Auww!! Auww!! Uughh!!” pekik Olla tiba-tiba dan menolehkan kepalanya ke belakang.
Karena posisinya yang merunduk itu otomatis pantat Olla yang membulat putih menghadap ke arah Ratna, dan dengan iseng Ratna pun mencolok-colokkan jari telunjuknya ke dalam vagina Olla yang sedang basah dan merekah setelah mendapatkan orgasme.
“Hihihiii.. Duuh yang udah ngeluarin pejuuu.. Heeghh!” ujar Ratna dengan kikikan keledainya seraya memutar-mutarkan jari telunjuknya yang tenggelam di dalam vagina Olla, semakin lebih dalam lagi.

“Uuughh, Raaaat!! Sshhh!!” desis Olla dengan tubuh bergetar.
“PLOOPHH” Ratna pun mengeluarkan jari telunjuknya dari dalam vagina Olla. Jarinya tampak mengkilat basah terkena cairan orgasme teman sejawatnya itu, dan tanpa ragu dengan memasang wajah yang sangat bitchy, dikelamutinya jari telunjuknya sendiri. Uuughhh!! Ga nahaaan.
Sampai detik ini Ratna masih bersemangat memompa kontol Rama untuk menjajah keperetan kemaluannya. Permainan otot-otot kegel dari vaginanya pun membuat batang penis Rama serasa digigit dan diremas-remas dengan kuat. Variasi serangan dari Ratna juga sangat menggetarkan seluruh tubuh Rama. Kadang kala Ratna memompakan penis yang tengah membelah tubuhnya itu sambil mengulegkan bongkahan pantat bohaynya. WaoW!! Sungguh liar dan sangat binal gerak olah tubuh seksi Ratna. 10 menit berselang, Ratna menghentak dan menancapkan dalam-dalam lonjoran penis Rama seluruhnya di dalam kemaluannya yang peret. Tubuhnya bergetar, dan mengejang kaku.
“Aaarrghhhh!!! Ouughh yesshhh!! Aaakkhhh!!” gerungan suara yang keluar dari mulut cewek cantik itu menandakan bahwa dia sudah mendapat puncak orgasme seperti halnya Olla
Rama bisa merasakan adanya cairan hangat yang melelehi penisnya yang masih tertancam di dalam vagina Ratna.
“PLOOPHH!!” Ratna melepas penis Rama yang masih perkasa mengacung keras, dan dia pun tumbang ke samping tubuh Rama.
“Anjriiit!! Gue sebenernya udah mau ngecrot, untung bayang-bayang wajah jelek Sholihun sewaktu coli membuat gue bisa bertahan. Pokoknya harus bisa menikmati memek kedua artis ini sepuas mungkin.. “
“Gilaa nih kontol. Kuaat bangeeet.” Puji Olla seraya mengocok penis Rama yang terasa licin.
“Langsung yaa, Rama. Gue dah pengen banget nyicipin kontol..” imbuh Olla tanpa menunggu jawaban dari Rama.
Kerena kulit punggungnya terasa panas setelah berbaring cukup lama dalam memuaskan hasrat Olla dan Ratna, maka Rama pun bangkit dan merebahkan tubuh putih berlekuk Olla Ramlan. Mengerti dan paham akan maksud Rama, Olla pun langsung mengangkangkan tungkai kakinya lebar-lebar. Waow!! Menggairahkan bangeeettt. Terlihat Rama meneguk ludah ketika memandang seonggok daging mentah yang berada di tengah-tengah kedua pangkal paha Olla. Setelah menempatkan posisi tubuhnya ditengah kedua paha Olla, Rama pun mengarahkan batang penisnya yang masih basah oleh cairan Ratna ke lubang senggama Olla. Dengan sekali tusukan dan sedikit hentakan, maka batang penisnya berhasil sukses amblas terbenam masuk ke vagina Olla.

“BLEEEEESSHHHH!”
“Adduu..uuhhh!! Auuwhh!! Aaghh!!” Olla memekik kemudian menggigit bibir bawah untuk menahan nyeri, pada saat penis karyawan SinemArt itu menghujam dalam sampai pangkal di dalam vaginanya.
“Oouughhh!! Mem.meekk, Mba.aak Ollaa.aaahhh, pere..eetshhh bangettss..shhhh!!!” puji Rama tulus ketika merasakan jepitan yang sangat ketat dari rongga vagina yang bergerinjal lembut kepada batang penisnya.
“Oooouuggghhhhh, Ramaaaa!! Per.riiihhhhh!!” rengek Olla merasakan sensasi perih pada kewanitaannya.
Olla mengerenyitkan kening dan menyipitkan kedua matanya. Kepalanya menggeleng kekanan dan ke kiri menahan nikmat pada saat Rama mulai mengayuhkan pinggulnya untuk memompa vaginanya.
“Oughh! Oughh!! Aaaghh! Aaghhh!! Mmphhfff!!” desah seksi Olla terdengar seiring gerakan Rama yang maju mundur menyodokkan penisnya.
Kepala Olla yang tadinya menggeleng kekanan dan kekiri kini berubah menjadi mendongak ke atas, bersamaan dengan mulut Rama yang melahap dan mencumbu sepasang buah dadanya yang berayun-ayun menggemaskan seirama dengan gerakan tubuhnya yang terhentak oleh goyang pinggul Rama, ketika menusukkan penisnya.
“Aahhh!! Mmphff!! Sshhhh!! Uughhh!!” desahannya semakin tak karuan, kedua tangannya mencengkeram kain sprei. Sesekali pandangan matanya yang sayu menatap wajah Rama yang mengakibatkan darah muda dan gairahnya semakin terbakar hebat.
“PLOOK!.. PLOOOKKK!!.. PLOOKK!.. PLOOOKHHH!!” suara benturan selangkangan Rama yang menumbuk selangkangan Olla nyaring terdengar. Kantung buah pelir Rama pun ikut menepuk-nepuk lubang anal Olla yang terlihat terawat bersih dan berbulu halus. Rama menegakkan tubuh, kemudian mengangkat sepasang tungkai kaki Olla, meletakkannya di atas pundak, dan langsung mengocok vagina peret itu melalui pompaannya.
“Sshhh! Mba.aak Ollaa.. Uughhh!!” ceracau Rama saat merasakan batang penisnya di sedot-sedot vagina artis cantik yang masih men-janda itu.
“En.naakK yahh? Heeghh!” ucap Olla seraya mengetatkan cengkeraman otot vaginanya pada batang penis Rama.
“Aaaghhhh Mbaa.aakKKK!!” jerit Rama ketika penisnya terbetot hebat.
Ratna beranjak bangkit dari rebahan, setelah mendapati puncak orgasmenya tadi. Artis muda yang tak kalah cantik dengan Olla itu pun segera menarik kepala dan menghadapkan wajah Rama ke arah sepasang payudaranya yang kenyal. Ditaruhnya muka Rama di tengah belahan dadanya, dan segera Ratna pun menggilingkan buah dadanya yang membusung itu menggilas wajah Rama dengan cara mengeser-geserkan dada ke kanan dan ke kiri.
“Ooughh yeaahhh!! Ter.terrusshhh Ram.Ramaa.aahhh!! Uughh!!.. Sshh!!” desah Ratna penuh rasa nikmat ketika payudaranya dihisap dan dikelomoh oleh mulut Rama.
Sementara mulut dan lidahnya menikmati hangatnya payudara Ratna, pinggulnya pun masih tetap menggoyang dan menyetubuhi Olla dengan cepat.
“CLEEPHH!.. CLEEEPHHH!!.. CLEEPHH!!”
Tak berapa lama kemudian, Olla terlihat mendongakkan kepala semakin tinggi dan menjerit kuat.

“AAA..AAGGHHH!! GU.GUEE.EE DAPEEEETT!!.. AAA.AAGHH!! SSHHH!! U..UDAAH DULU RAM.MAA.. UUGHH!!.. UDAAAH, UDAAH! STOOPP!”  Olla meminta Rama menghentikan kocokan penisnya, akan tetapi Rama yang tahu akan rasa nikmat saat penis yang sedang mengocok vagina yang tengah berkedut mencapai puncak orgasme adalah yang ternikmat, maka cowok penggemar barang-barang distro itu pun tak menggubris perintah Olla. Terus dan tetap mengocok juga memompakan penisnya dalam-dalam dengan full speed, seraya mulutnya men-cupangi bongkahan daging payudara Olla.
“CROOOPHH!.. CROOOPHHH!!.. CROPHH!!. CCROOOOPHHH!”
Suara vagina yang terojok batang penis, yang sekarang tengah banjir oleh cairan pemiliknya sendiri itu terdengar menyayat gairah.
“Aaaghhh shitt!! Sshhh!!” ceracauan Olla seperti orang gila.
Tubuhnya yang telanjang bulat dan berkilat penuh peluh itu terus menghentak kesana kemari, menggelinjang liar tak beraturan mana kala penis Rama masih tiada henti dalam menghunjam keperetan vaginanya yang sekarang tampak memerah bengkak.
“OUUGHH YEESHHH!! GUEE.EE DAPPEETHH LAGII.IIHHHH!! AAA.AAARRGGHHHH!!!!” lolongan panjang penuh kepuasan nan menggidikkan pun terucap dari mulut Olla saat puncak orgasme meluluhlantakkan dirinya lagi.
Rama mendiamkan penisnya sesaat, untuk merasakan kedutan dan empotan hangat yang kuat dari otot-otot vagina Olla, sebelum akhirnya mencabutnya.
“PLOOOPHHH!!” dan diikuti leleran peju Olla yang mengalir keluar. Rama sudah sinting dan tidak bisa mengendalikan nafsunya lagi, maka Ratna yang sedang tertegun dengan orgasme dahsyat Olla itu segera dimintanya untuk nungging.
“Anjriiitttt! Kuat bangeet sih kontol lu, Ram..” ujar Ratna terkagum-kagum seraya memposisikan pantatnya menungging untuk dikawin Rama dari arah belakang.
“Hehehee.. Latihan rutin laah, Mbak..” sahut Rama singkat.
Rama juga tidak menyangka kalo ternyata efek dari latihannya selama bertahun-tahun akan memberikan kekuatan penisnya untuk bertahan lebih lama dalam bercinta. Setiap kali pipis, Rama selalu menahan 5 detik, kemudian dikeluarkan sedikit, tahan lagi 5 detik, keluarkan lagi, tahan lagi 5detik, keluarkan lagi dan selalu begitu seterusnya.
“Eeh bentar, posisinya gini aja biar deh biar makin ngonakin. Hihihiii..” kata Ratna nakal seraya menunggingkan pantat semoknya menghadap Rama dengan posisi tubuh merangkak di atas tubuh bugil Olla yang licin berkeringat.
“Uughh!! Gila lu, Rat.” Sahut Olla saat mengetahui polah Ratna.

Rama tertegun dengan posisi yang sedang dilakukan cewek cantik itu, dimana kedua vagina peret saling berdekatan satu sama lain. Yang satu mulus tanpa bulu jembut, yang satunya lagi berbulu halus membentuk segitiga dengan celah yang basah memerah bengkak akibat sodokan batang penis Rama. Dengan binal, sesekali Ratna juga menggesekkan vagina tanpa bulu jembut miliknya di atas vagina Olla naik turun.
“C’moon, boy!! Fuck me!! Sshhh!”
“PLAAK.. PLAAAKK!” dan Ratna juga menampar-nampar bulatan buah pantatnya yang berkulit putih sebelah kanan.
Rama tak mampu untuk berlama-lama lagi, cowok rantau itu segera menempelkan ujung kepala penisnya tepat di lubang vagina Ratna, yang dengan nakal juga malah menggoyang-goyangkan pantatnya. Dengan berpegangan pada pinggang ramping berkulit lembut cewek kelahiran Djogja itu, Rama pun langsung menancapkan penisnya yang berurat ke dalam vagina Ratna sekali hentak dengan gaya doggy syile. “SLEEEEEPPHHHH!” masuklah lonjoran batang penis Rama tertelan seutuhnya ke dalam vagina Ratna.
“Oooghhh, Ram.maaa.aaa!!.. Uumphhfff!! Nghhh!!” rengekan manja dari Ratna terdengar bergetar.
“Aaa.aaarrghhh, Mbaak Ratnaa.aa!! mem.meekK nyaa.aaahhh!! makiiin sem.sempiiitshhh!!!” kicau Rama yang merasakan bahwasanya jepitan vagina tanpa bulu itu semakin ketat.
Setelah mendiamkan penisnya untuk merasakan pijatan-pijatan vagina Ratna, beberapa saat kemudian dengan masih berpegang pada pinggang Ratna yang licin terkena keringat, Rama pun menggerakkan dan menghunjamkan batang penisnya keluar masuk menyumpal vagina itu. Gerakannya cepat dan semakin bertambah cepat. Telapak tangannya mengusap bulir keringat yang menghias dikulit punggung Ratna yang putih mulus dan licin mengkilat terkena keringat.
“Aaghh!!.. Uughhh!.. Aaaghh!!” Ratna yang cantik itu terus mendesah seirama dengan gerakan tubuh Rama yang menghentak dari belakang. Bongkahan pantatnya juga bergoyang erotis mengimbangi sodokan Rama. “PLOOK!.. PLOOK!!.. PLOOKKK!.. PLOOKKK!!” suara benturan seksi antara selangkangan Rama dengan pantat padet Ratna Galih pun tak terelakkan. Sembari menikmati vagina peretnya dipompa dari belakang, Ratna menengokkan kepala dan wajahnya ke belakang menatap raut muka Rama yang merem melek keenakan. Dengan gaya yang so bitchy, dimasukkan jari telunjuknya itu ke dalam mulut dan kemudian disedot juga dikelamutinya sambil tersenyum manja nan menggoda.
“Ssshhhh! Uughhh!! Ram.maa.aaa!! en.naakK bangetshhh!!” ucap Ratna dalam desahan yang manja tatkala goyang pinggul Rama yang menghunjamkan batang penisnya sekanin keras dan cepat.
“PLOOOPHH!!” setelah 20kali tusukan, dengan cepat Rama mencabut penisnya dari vagina Ratna, dan segera menancapkan ke dalam vagina Olla.

“BLEESHHH!!”
“Aaauughhhh!! Ram.Rammaa.aaa.. Gilaa.aaaa luu.uughh!!” jerit Olla yang terdengar panjang ketika dirinya tidak menyangka bahwa penis Rama akan kembali menyumbat dan memompanya.
“Uughh!! Mba.aak Ollaa.. Mem.memmeekk nya liciiiiin!! Sshhh!!” desah Rama yang menggocekkan batang kemaluannya dengan cepat.
25kali batang penisnya menghunjam dalam di vagina Olla. Dan tak lama kemudian..
“PLOOOPHHH!!”
“BLEESHHH!!!”
“Ooughh yesshhh!! Ramaa.aaa!!” lenguh nikmat keluar dari mulut Ratna, saat vaginanya kembali tersumpal batang milik Rama dan langsung terkocok dengan cepaat.
“SLEEPHHH!!.. SLEEEPHHH!!.. SLEEPHH!!.. SSLEEPPHHHH!!”
Sekitar 7 menit berselang, karena sudah tak kuat dengan aura seksi dari sosok cantik yang bernama Ratna Galih, Rama pun mulai menggeram. Gerakan pinggulnya semakin kacau tak beraturan, dan penisnya pun bertambah besar di dalam kehangatan vagina sempit nan gurih kepunyaan dara ayu itu.
“Mbaak Ratnaa.aaa!! Ram.maa.aa mau kelua.aargghhhh!! Uughh!” kata Rama gagu.
“Bareeeng, Ra.Ramaaa!! Oughh yesshhh!!” sahut Ratna cepat.
Dan akhirnya, saat-saat yang ditunggu Rama pun tiba...
“AAA...AAKKHHHH!!!.. CROOTTHHH!!.. JRROOTHHH!!.. SHEERRRHHH!!!!.. SHEERHH!.. “SHEERRHHHH!.. CCROOOTTHHHH!!.. CROOTHH!!”
Cairan sperma Rama segera mengguyur rahim Ratna dan cairan orgasme cewek seksi itu pun melelehi batang penis yang masih tertancap di dalamnya. Uughh hangaaat dan sangat nikmat. Tapi Rama buru-buru mencabut penisnya. “PLOOPHHH!!” dan mengarahkan penis yang basah penuh lendir itu ke mulut Olla yang tampak sudah menganga menunggu cairan kental dan hangat milik Rama.
“CROOTH!.. CROOTHHH!.. CRROOTHH!” sisa sperma Rama yang tampak kental itu menyemprot masuk kedalam mulut mungil Olla dan segera ditelan, terbukti dari gerakan tenggorokannya yang naik turun tengah menelan sesuatu. Sementara sisa-sisa cairan peju yang berceceran di sudut bibir, dibersihkannya dengan menyapukan lidah yang menjulur keluar.
“Huuft!! Akhirnya gue berhasil ngentot serta mejuhin memek dan mulut dari Bidadari favorit gue..” kata Rama dalam hati
“Gila! Kuat banget sih lu, Rama. Puas banget deh ngentot sama lu, meski memek gue jadi nyeri nih..” puji Ratna dengan tubuh berbaring menelentang di atas kasur.
“Iyaa neh. Ga nyangka juga gue, kalo ternyata Rama bener-bener mantap kontolnya. Gila!! Wah bakalan nagih nih..” timpal Olla seraya memeluk Rama.
“Aahhh bisa aja Mbak Olla sama Mbak Ratna nih. Gak segitunya kale, Mbaak. Ya udah yuuk bobo abareng. Sini Rama kelonin biar anget, pules, dan mimpi indah. Besok kan kudu balik ke Jakarta.” Kata cowok beruntung bernama Rama ini dengan tarikan nafas mulai teratur.

“Eeh, sebelum bobo, poto dulu yuuk..” celetuk Olla seraya mengambil handphone nya.
“YuukK!!” sahut Ratna antusias, sedangkan Rama hanya tersenyum melihat ulah centil para bidadari.
“Cheese!! Cekrekk! Cekrekk!!”
Bak Raja Minyak yang diapit oleh selir-selir yang cantik, Rama pun diapit mesra oleh Olla Ramlan dan Ratna Galih. Setelah kelar berfoto-foto ria, Rama beringsut untuk mengatur posisi tubuhnya yang telentang senyaman mungkin, agar supaya kedua Bidadari cantik yang baru saja merelakan tubuh indahnya di gagahi cowok penyuka mentimun ini merasa nyaman dan damai dipelukannya.  Dengan masih bertelanjang bulat, ketiganya pun mulai menjemput impian.

######################

Rama menjalani dua kehidupan yang berbeda dan dengan dua resiko yang berbeda pula. Sebagai mahasiswa dan sebagai karyawan serabutan. Kehidupan Rama di kota Jakarta berubah total semenjak dia mengambil kerja sampingan di PH milik Pak Robert. Perubahan dan putaran nasib yang begitu cepat, siapa sangka beberapa bulan yang lalu Rama tengah dilanda krisis keuangan dan nyaris aja putus kuliah karena Bapaknya yang tinggal di kampung halaman menghentikan kiriman uang.  Tapi, saat ini Rama lah yang senantiasa mengirimkan uang hasil ngobyeknya di SinemArt ke kampung. Bapaknya bersuka cita setelah diberi tahu oleh Rama bahwa dia sekarang bekerja sampingan di sebuah Production House sambil menyelesaikan kuliahnya di IKJ. Taraf kehidupan keluarganya di kampung pun beranjak membaik setelah kegagalan panen kala itu. Sebenarnya bukan cuma uang semata yang didapatkan Rama, kenikmatan surga dunia pun menghampiri dirinya setiap saat tanpa harus dia susah-susah mencarinya.  Surga dunia yang berupa tubuh-tubuh seksi yang sangat menggairahkan milik artis-artis cantik silih berganti menghampirinya. Tidak perlu menggunakan pelet atau mantra dari Mbah Dukun, melainkan dengan kemampuan intelektualnya dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan ketajaman ssi yang dimilikinya. Hmm.. Tentu juga dengan sedikit melancarkan akal bulus yang dia punya.
“Kasian Sholihun coli melulu ngebayangin artis-artis idolanya. Gue yakin nasib kontolnya pasti suram. Hmm.. Besok gue ajak dia ber-threesome sama artis idolanya deh..” gumam Rama merasa sangat prihatin, ketika mendapati sohib kentalnya, Sholihun, tengah asyik coli seraya berfantasi dengan menatap lekat foto-foto seksi Nadine Candrawinata di dalam kamar kost.

<Gambar terhenti perlahan>
<Close up: wajah Rama dan Sholihun>
<Layar: fade out to black>
<Back sound musik terdengar mengalun>

Nasib anak kost tak kenal
Mengikuti mata kuliah
Ya nasib anak kost rajin belajar
Agar hidup tak susah la yaw ya nasib

Aku makan tiap hari
Kadang hanya makan mi
Gimana nggak kurang gizi

Wesel datang tak pasti
Ibu kost tak mau mengerti
Nagih sewa bulan ini ..

Hidup sangat sedih.. uhh
Nasib anak kost ya nasib anak kost 2x

Kupernah punya janji
Ketemu dengan doi
Cewek kecenganku kini

Kuketuk pintu pasti
Keluar dosen wali
Ternyata pacar si doi

Hidupku jadi sepi karena
Mikir si doi
Sampai aku lupa mandi

Badan bau terasi
Tak ada mahasiswi yang mau padaku ini .. uh

Ingin bunuh diri uuuh.. nasib anak kost
Nasib anak kost..

By: ClothingK