“Ra, congrats ya say.. tempat neduh barunya,” canda seorang wanita yang wajahnya tidak asing bagi pembaca majalah-majalah khusus pria dewasa.
Aura dan wanita itu melakukan ‘toast’ gelas di tangan mereka, di rias dengan manis tawa keduanya. Malam ini Aura Kasih merayakan pesta di sebuah kondo tempat kediaman barunya, lantaran lagu yang dibawakannya meledak di pasaran. Ia undang seluruh kerabat dan beberapa anggota keluarga di acara special ini. Pesta berlangsung meriah meski sederhana, Aura gembira meski ada sesuatu mengganjal di hati kecilnya. Malam semakin larut, kolega beserta family pamit satu per satu.
“Say, aku nginep dong.. temenin kamuu, yah?,” teman Aura tadi melontar tanya.
“Boleh, but not tonight yah… ada acara khusus, hihi” jawab Aura dengan kerlingan mata genit.
“Cie ciee.. pasti ada yang mau ehem malam ini, haha.” Keduanya tertawa, Aura langsung menggelitik pinggang teman yang meledeknya itu. “Tapi kemana Ra gacoan lo.. kok nggak kelihatan?”.
Aura langsung menggeser slide Black berry Torch 9810 nya ke atas, “iya dia bilang lagi ada bisnis sebentar sama Om Punjabi.. terkait film layar lebar baru nya,”
Teman Aura itu hanya ‘Oo…”. Padahal di BB-nya, Aura membaca pesan yang sudah sedari siang mengatakan kalau pria yang tengah digossipkan dekat dengannya (untuk mengaburkan opini massa bahwa kemunculannya sebagai artis bukan simpanan pejabat) akan telat hadir, dan Aura me-reply ‘tidak usah datang saja karena sudah pada pulang’. Tentu kehadiran nya memang hanya agar massa berpendapat, ‘oh ya benar kehidupan Aura sebagai artis normal.. punya pacar’, jadi percuma saja sia-sia jika tidak menghasilkan opini demikian.
“Jadi lo mau pesta sendiri niih.. ‘gak ngajak-ngajak,” ledek temannya lagi. Aura kembali menggelitik gemas pinggang temannya itu.
“Hmm, oke deh…next time ya Ra”, wanita itu pamit cipika cipiki sekiranya cukup bersenda gurau dan beberapa temannya ikut pamitan pulang.
Aura Kasih |
Kehampaan mulai menyelimuti Aura. Kemewahan terkadang tak selalu mampu bahagiakan seseorang. Tanpa orang yang kita kenal dan kita sayang disekitar, semua akan terasa hambar, begitulah yang dirasa Aura kini. Aura menyibak tirai jendela, nikmati kerlap-kerlip cahaya lampu kota metropolitan yang terlihat dari kondo, membuat damai hati. Namun tiga ketukan pintu buyarkan lamunannya, jantung penyanyi seksi itu berdegup keras seketika, tahu siapa orang tersebut. Tibalah acara khusus dimaksudnya tadi, yakni pemerasan tubuh yang dilakukan supir pribadinya yang sudah berlangsung lama. (Baca : Aura Kasih ‘the Rising Star’, by Fanfic Holics). Ceklek!, pintu terbuka dengan sendirinya. Sesosok pria tua buruk rupa tersenyum begitu mesum di balik pintu, air liur lelaki tua itu meneretes ke lantai lihat sang artis ‘si seksi’ Aura Kasih membuka pintu dengan gaun minim. Namanya Rudiman, disapa Pak Rudi oleh Aura.
“Non, giliran Bapak pesta nih he he he. Mari bercinta Non Aura, Slurp!”, mata Pak Rudi menyapu tubuh Aura dari kaki hingga ujung rambut, diakhiri jilat bibir bagai pemburu menatap mangsanya.
Ingin Aura pergi..berlari.. lepas bebas dari siksaan birahi terbang di angkasa bagai merpati. Tapi, apakah ia mampu menolak sesuatu yang nikmat diterima tubuh? Selalu mendapat orgasme berulang dimana tiada pernah ia dapati dari produser ataupun pejabat Negara yang mem-booking? Tentu tidak jawabnya.
***
“Mari bercinta denganku.. nana-nana-nananana.. ayo ikuti irama!,” Aura bernyanyi seraya melenggak-lenggok tubuh seksinya, tapi kali ini ia melakukannya bukan di atas panggung, tapi di atas kasur.. dimana Pak Rudiman tidur merebah di bawahnya. Otomatis tentu celana dalam jenis apa dan warna apa yang dikenakan Aura, Pak Rudi dapat melihat jelas. Sambil disuguhi tarian erotis Aura, Pak Rudi onani.
“Ulang lagi Non nyanyi nya dari depan! lepas cangcut nya!,” suruh Pak Rudi dengan tatapan keras, seolah perintah itu mutlak seperti seorang atasan pada bawahan. Tidak boleh ditolak, harus dikerjakan.
Aura hanya bisa menghela nafas, kartu As berupa foto-foto aib buatnya tak punya pilihan lain. Ia angkat naik bagian bawah gaun malam merah marun nya sedikit, hanya dengan dua jari ia tarik turun CD mini warna hitamnya, langsung melorot turun dengan sendiri dari tungkai paha sampai mata kaki lantaran kulitnya begitu licin dan halus. CD Aura mendarat tepat di atas wajah Pak Rudi karena memang selangkangannya sejajar vertical.
“Hmhh..wangi Non cangcut nya…apalagi memeknya ya, hihihi. Hmh Hmhh,” Pak Rudi langsung menciumi CD yang ber-aromakan vagina Aura Kasih itu. “Kayak ada lendir basah-basah gini sih Non..? apa Non Aura keluar peju ya..terangsang striptis di tonton Bapak? Hak hak hak hak.” Pak Rudi terus mengejek, pipi Aura bersemu merah jambu.
“Ngg.. nggak kok Pak, bukaan!” Aura berkilah.
“terus apa dong.. kalo bukan peju memek? masa’ air pipis.. kecut dong? Hehehe, tapi nggak deh.. pipis Non Aura juga pasti manis hihihihi,” Pak Rudi terus membuat Aura merasa malu.
“Ayoo eh.. joget lagi!,” hardik si tua itu dengan suara sedikit keras. Aura yang takut langsung menjalani perintah. Sambil malu-malu, Aura terus menari di atas Pak Rudi. Sesekali penyanyi seksi itu merapatkan paha lantaran vaginanya dapat terlihat jelas. Pada akhirnya, Pak Rudi memaksa Aura meregangkan lagi kedua belah kaki jenjangnya lebar-lebar. Bahkan sesekali Aura diisengi dengan bibir vaginanya disentuh atau di toel sampai Aura mendesah lirih.
“Cukup Non! Ayo sini.. memeknya duduk di atas muka Bapak, leh leh leh hihihi,” suruh supir bejat itu sambil lidah melet-melet seakan tak sabar untuk menjilat.
“Ahhh…Pak, Ahhhhh… emhh”. Aura keenakan di jilmek. Ia tumpu kedua telapak tangan ke belakang di perut Pak Rudi, lalu menggoyang pinggulnya. Pak Rudi jadi seperti di jejali vagina wajahnya oleh Aura. Ia tersenyum mesum di selangkangan tahu majikan seksinya sudah tenggelam dalam lautan birahi.
“AAHHHHHH!!,” Aura mendesah keras-keras luapkan kenimatan orgasme. Pak Rudi langsung menyeruput habis cairan cinta yang mengalir keluar. Aura melejang-lejang, sementara wajah Pak Rudi semakin bahagia terbenam di selangkangannya.
Selesai orgasme, Aura langsung ambruk rebah di atas tubuh Pak Rudi, nafasnya terengah-engah. Ia rasakan di samping pipinya persis penis Pak Rudi yang mengacung tegak. Siap mem-penetrasi liang cintanya. Puas membuat kewanitaan Aura nge-crit nge-crit, Pak Rudi kembali mengejek,
“Enak ya Non? Hehehe keluarnya sampe begitu banget, hak hak hak hak.”.
Aura hanya dapat diam, bahkan hingga Pak Rudi menyerang lagi dengan cumbuan Aura juga tak berbuat apa-apa. Ia pasrah total. Bagi Aura, tubuh seksi dan wajah cantiknya sudah merupakan bagian gaji supir yang harus ikhlas diberikan.
“Non Aura dandan *Sruuup*, seksi betul malem *cup!* ini. Pasti *Sruup!*, sengaja biar Bapak *Sruuph!*, lebih..*Sruuuph!*, napsu..iya kan?”. Aura tidak menyahut, bagaimana mungkin?. Ia rebah di ranjang dengan dada diremas dan dihujani ribuan kenyotan rakus. Mana baru saja orgasme lagi.
Tepat disampingnya ada piring kecil berisi sepotong kue sisa acara pesta. Kue itu di oles ke payudara Aura untuk di lahap disitu. Laparnya birahi Pak Rudi membuat gunung kembar Aura kemerahan oleh sebab bukan hanya dijilat dan dikenyot, tapi juga digigit kecil-kecil lantaran gemas pada toket Aura.
“Sruuup, cep cep nyooot…nyoot Ahhh….pas susunya, huak hak hak”, bandot itu senang bukan main berkuasa atas dada montok majikan ngetop.
Disingkapnya bagian bawah gaun malam Aura untuk mengoles kue ke paha dan vagina. Aura mencakar pundak Pak Rudi karena jari tengah bajingan tua itu mengobok-obok lubang vaginanya, vagina pun kembali banjir seketika.
“Hmmhh... wangi memeknya kemana-mana… memek artis sih ya..beda hihihihi,” ejek Pak Rudi.
Aura tambahan menggeliat berdesis nikmat ketika kue yang merata di paha putihnya di jilat habis. “Leep, Ahhh…enyak enyak! Paha mulus rasa coklat, hak hak hak,” Aura terus di-lecehi.
“Whuaa.. ketemu lagi sama memek Non Aura. Kali ini ditambah coklat, hihihihi.”, Pak Rudi membuka lebar mulut persis di depan vagina Aura
Aura cuma menggeleng kepala maksudnya tidak,
“Aaa..” Pak Rudi meledek, sengaja belum melahap vagina mungil Aura yang sudah pasrah jika di jilmek, “Aam..emm.. gurih-gurih manis! hihihi, Slurp! Slurp! Shrrrrrrp!,” Aura melepas erangan seksi sekeras mungkin sambil menjambak rambut kaya uban Pak Rudi. Siksaan birahi yang dilancarkan lelaki tua itu begitu dahsyat.
Aura lagi-lagi kena jilmek penuh nafsu, sampai-sampai ia merasa kewanitaannya hilang, habis di mangsa. Cairan cinta Aura membludak keluar vagina tak terbendung oleh sebab orgasme. Pak Rudi tertawa cekikikan lihat Aura blingsatan lagi, lantas ia menggoda, “Yaah.. dia keluar lagii. Non Aura bener-bener suka ya di jilatin memeknya? Ayo ngakuu..hihihi, Bapak juga suka sama memek Non kok.. Hmhh, cup.cup, Sluuurp! Shrrrrrp!”.
Pak Rudiman menyeruput juice vagina Aura Kasih hingga hanya tersisa bercak ludah di sekitar vagina. Masih belum cukup, tubuh Aura dibalik telungkup. Bagian belakang terbuka Aura itu di olesi juga oleh Pak Rudi dengan kue mulai dari punggung, pantat, paha hingga betis dan menjilati bagian tersebut hingga mengkilap air liur.
Begitu bernafsu Pak Rudi pada pelantun lagu ‘Mari Bercinta’ tersebut. Piring kue kosong lantaran kue habis. Lidahnya melaksanakan tugas bersih-bersih dengan baik, bagai induk kucing memandikan anaknya. Aura menggelinjang diperlakuan demikian, seolah tubuhnya begitu di inginkan untuk dinikmati. Pak Rudi sengaja berlama-lama menyerang bagian belakang Aura tersebut. Vagina Aura juga kembali kena sasaran jilat lidah dari belakang karenanya, membuat gairah Aura cepat kembali naik.
“Cup.Ahhh.. waktunya ngentot Non Aura, ayo nungging! memeknya Bapak mau sodok dari belakang ‘Plak!,’ heh heh,” Pak Rudi memerintah Aura seperti pelacur yang di beli-nya saja.
Aura yang sudah terangsang pasrah diseret ke tepi ranjang. Pinggul seksinya diangkat tinggi-tinggi. Dua detik kemudian, Aura merasa belahan kemaluan nya digesek kepala penis. Ia menggoyang pinggul seraya berkata,
“emh, Pak.. cukup! jangan permainkan aku!.” Pak Rudi tersenyum menang mendengar itu, jelas bahwa Aura sudah dalam genggaman.
Gerbang surga Aura di rentang lebar-lebar Pak Rudi. Aura meremas sprei menanti detik-detik penis Pak Rudi membelah vaginanya, ‘slep..! slep..! slep..!’ perlahan namun pasti, penis Pak Rudi menyeruak masuk vagina. Tiba-tiba saja ‘JLEBB!,’
“AHH.. nggh!!,” Aura mengerang.
Dengan iseng Pak Rudi menyodokkan sisa batang penis ke vagina Aura Kasih hingga mentok, tertancap mantap dalam-dalam.
“Oooookh… memek artis emang.hgh.. bedaa! ohhh.. ohh.enak! sempit!”, wajah Pak Rudi minta ampun jeleknya menikmati jepitan vagina awal persenggamaannya dengan sang artis, Aura Kasih. Ia cengkram erat pinggang Aura, lalu bergerak brutal hingga tubuh Aura dibuat terpental-pental karenanya. Erangan, desahan dan lenguhan mereka berdua membahana di kamar kondo yang cukup luas tersebut.
Pak Rudi berjongkok setengah berdiri di ranjang, dengan ini dia melanjut entotan. Posisi ini buat dirinya serasa berkuasa dan gagah dalam menyenggamai Aura, buahkan erangan nikmat bersuara lantang bagi Aura berkali-kali oleh sebab penis menyodok over dalam. Pantat Aura yang nungging menantang semakin lama semakin rendah karena terus dihujam, sampai akhirnya harus telungkup. Namun demikian, insting wanita buat Aura tetap angkat pinggul menyambut sodokan. Suara tepukan pantat sekal dan biji zakar terdengar kencang sekali. Aura menggigit bantal dan menarik sprei hingga kusut. Sama seperti kusut rambutnya, wajahnya dan vagina-nya. Kepala Aura bergeleng ke kanan dan kiri, rambutnya kian awut-awutan, peluh membuat kulit putihnya mengkilap. Keadaannya demikian seksi, jika saja Pak Rudi tidak menenggak jamu pria, tentu spema nya sudah muncrat dari tadi. Pak Rudi menjambak rambut panjang Aura. Racauannya jorok, sodokan-sodokannya kasar terhunus dalam di penghujung ejakulasi. Suara menggeram-nya kian lama kian keras. Aura merasakan penis lelaki tua yang tertancap ketat vaginanya itu semakin keras dan berkedut seakan tak lama lagi mau muncrat. Aura terhentak ke belakang, rambutnya ditarik hingga kepalanya terdongak ke atas. CROOT!!!. Pak Rudi sampai pada klimaksnya. Dia kelojotan menikmati tiap semburan air mani yang memancar di vagina Aura Kasih. Aura mendesah panjang bukan orgasme dari persetubuhan, melainkan sebuah kepasrahan total. Perkosaan yang tak mampu ditolaknya, malah dinikmatinya. Liang senggama artis-nya yang mahal dan berharga, yang tidak sembarang orang dapat merasakan, dinikmati cuma-cuma oleh Pak Rudiman supir-nya, bertubi-tubi ditembaki mani hingga mani meluap keluar seusainya. Pak Rudi tersenyum puas lalu ambruk di ranjang menindih Aura setelah kecrotan sperma selesai. Aura merasa ngilu sekali di selangkangan lantaran liang-nya lama di gali penis yang suka dengannya. Ia hampir terlelap kelelahan melayani nafsu gila supirnya itu, dengan mata kriyep-kriyep, terdengar kata-kata bandot itu,
“memek Non Aura enak banget, Bapak ketagihan nih… jangan tidur dulu Non! Bapak kepengen ngentot lagi.”.
-# #-
Mata Aura terbuka sedikit demi sedikit, siuman karena wajahnya diciprati air. Ia ketahui dirinya telanjang bulat di bath tub sekarang, dimana Pak Rudi berdiri di sebelahnya juga tanpa busana dan tersenyum mesum ke arahnya.
“Non Aura, Bapak mandiin ya?,” kata Pak Rudi seraya memutar keran shower.
Aura yang tadinya merasa lemah lesu tak bertenaga, menjadi kembali segar oleh guyuran air. Lekuk-lekuk tubuhnya yang bak gitar Spanyol berkulit putih, bertambah seksi dengan adanya butiran-butiran air melekat.
“Tetek nya Non montok banget, soy asooy...”, Pak Rudi meremas-remas payudara Aura dengan gemas.
Tangan hitamnya mengembara di ‘Gunung’ kembar besar nan kenyal Aura, Aura berdehem-dehem menahan gerayangan Pak Rudi setengah hati. Puting Aura mencuat ke atas tanda ia menikmati toketnya di jajah tangan brengsek supirnya.
“Oooh.. Paak.. sudah Paak!,” pinta Aura lirih ketika putingnya menjadi korban puntiran.
Pak Rudi malah kian gemas, ditariknya puting Aura keras-keras ke atas hingga Aura pun mendesah lantang lantaran daerah super sensitive wanita-nya itu diperlakukan demikian. Aura menghempas ke samping kedua tangan, ia merasa percuma menahan aksi tangan supirnya yang bernafsu bejat. Dadanya membusung, pasrah ikuti kemana puting di tarik dijadikan objek mainan. Pak Rudi terkekeh lihat kepasrahan Aura yang dikerjainya hanya diam dan menikmati. Mulut Pak Rudi terbuka lebar,
“Hap!”, toket Aura tertangkap.
Dada montok Aura dikenyotnya habis-habisan seolah ingin ditelan saja. Aura menggelinjang tak karuan, kakinya grasah-grusuh dalam bath tub. Kepala Pak Rudi membenam di antara kedua gunung salju Aura. Digesek-gesek ke pipi seolah massage saja. Puas memainkan payudara Aura ke wajah, Pak Rudi kembali berdiri. Aura menatap supirnya itu begitu gagah, seakan ia berada dalam kendali. Penis Pak Rudi yang mengacung salah satu penyebabnya.
“Kocokin pake’ toket Non!!”, suruh Pak Rudi semena-mena.
Aura segera menjalankan perintah, ia jepit dan kocok penis dengan payudaranya. Pak Rudi keenakan, sesekali ia dorong kepala Aura ke penis minta di cium atau di jilat. Tak tahan dengan kenyalnya toket, enak oral dan seksinya ekspresi Aura, Pak Rudiman menggeram laksana kerbau jantan, “CROOOT!! CROTT!! CROOTTT!!,” air mani nya bermuncratan. Cairan putih pekat melekat penuhi sekujur wajah Aura. Pak Rudi tertawa puas melihat wajah Aura Kasih belepotan sperma nya. Sesudah itu Aura di mandikan. Khusus malam ini Pak Rudi tidak pulang ke kontrakan. Sepanjang malam hingga pagi Aura ia setubuhi.
***
Keesokan harinya.
“Mari, ber.U-huk.uhuk.uhuk !”, Aura terbatuk ketika sedang warm out sing. Seorang pria tampan berpakaian formal mendekati dirinya.
“Kenapa kamu?”.
“Nggak, gapapa…lagi serek aja, kemaren sempet flue dikit terus pilek…gini deh jadinya” kilah Aura beralasan, pria itu hanya balik menasehati Aura untuk beristirahat yang cukup dan menjaga kondisi.
Padahal bukan itu yang menjadi sebab. Dalam perjalanan menuju studio latihan, Pak Rudi menyuruh Aura ‘karaoke’ dan menenggak maninya. Bagaimana tidak membuat rusak pita suara? serak saja sudah syukur. Sperma masih menyisa di langit-langit mulut, dan Pak Rudi melarang keras Aura minum. Ia ingin Aura bernyanyi dengan sperma di kerongkongan. Sambil duduk di kursi bulat berputar, Aura meneruskan nyanyi semampunya.
“Ok, cukup latihannya !”, pria tadi yang merupakan Manager Aura langsung meng-awali tepuk tangan.
Semua orang yang cukup banyak ada disitu menyambut ajakan tersebut agar Aura terhibur. Aura membalas dengan senyum manis, tahu kalau itu hanya untuk buatnya tetap semangat.
“Ra, kalau gitu aku duluan ke Bandung ngatur tempat konser ya. Kamu nyusul malam ini kan?”, pria itu mengingatkan Aura akan jadwal kegiatannya.
“Bandung?”.
“Lho, lupa?. Itu, ada perusahaan pembuat baju yang ingin menggunakan kamu sebagai model. Mereka menggelar acara dimana kamu konser di dalamnya. Yaah.. konser kecil-kecilan.. tapi fee dari mereka lumayan besar!”.
“Ooh, iya yah. Maaf Ka’, akhir-akhir ini aku banyak masalah, jadi suka nggak konsen,” keluh Aura, dengan masalah yang dimaksud adalah pergolakan batin antara menikmati pemerasan seksual Pak Rudi atau melaporkan hal tesebut, dengan konsekuensi aib terbuka ke muka umum.
“Masalah apa sih ?. Kamu belum cerita nih kayaknya”.
“Engg.. Nggak, gak usah. Disana aja deh.. ‘ntar”.
“Ok deh, janji ya.. kamu bakal cerita”.
“Iya janji. Jadii, aku ke Hotel ***** dulu ya kalo nggak salah. Baru besok paginya baru breaving di tempat konser ?”.
“Sip, nah itu inget. Kamu istirahat aja dulu. Aku udah booking tempat yang privacy kok disana, jadi kamu bisa *ehem* sama yayang kamu hihihi”.
“Iih, nggak lah… katanya dia lagi ada jadwal syuting. Jadi ‘gak bisa nemenin aku, sebel deh” keluh Aura manja.
“Hahaha, kasihan yang bakal kedinginan. Ok deh, aku tunggu disana ya.. bye”. (Dingin ? ‘gak mungkin… Pak Rudi !?), Aura membatin.
Ia berjalan menuju mobil operasional keartisannya. Dimana telah menunggu Pak Rudi si supir cabul yang siap membukakan pintu. Melihat parkiran sepi, saat Aura lewat hendak duduk, sempat-sempatnya Pak Rudi menepuk pantat. Kontan Aura merengut kesal. Pak Rudi tertawa lihat Aura tak berdaya dipermainkan olehnya. Di dalam mobil juga, masih saja melontarkan pertanyaan berbentuk pelecehan.
“Gimana Non suaranya, tambah merdu?”.
“Jangan gitu lagi ah Pak! latihan-ku jadi berantakan”.
“Huak hak hak hak. Maap Non, iya deh lain kali ‘ndak”. Sambil berbincang, tangan Pak Rudi ikut ‘berbincang’. Sepanjang jalan, Aura habis digerayang.
Mereka tiba menjelang maghrib. Aura membuka pintu kamar dan berbenah di dalam. Pakaian sudah rapih, namun dirinya yang perlu dibenahi lantaran Pak Rudi datang mengacak-acak. Berulang kali Aura katakan bahwa ia perlu istirahat, namun Pak Rudi masa bodoh. Nafsunya seakan tak pernah habis. Melihat Aura berpakaian lengkap saja ‘Rudi junior’ bangun, apalagi tanpa busana, jadilah Aura disetubuhi terus menerus.
“Bapak tunggu di bawah ya Non, makasih memeknya huak hak hak hak” tawa Pak Rudi, menutup reseleting celana dengan ekspresi puas, setelah tabungan sperma habis di transfer ke rekening (memek) Aura. Meninggalkan Aura di ranjang telanjang bulat dengan vagina menganga penuh sperma.
Ternyata waktu konser, tak ada ruang bagi Pak Rudi untuk dapat setubuhi Aura. Hanya dalam perjalanan saja, itupun cuma oral seks. Disana Aura disibuki fans yang minta tanda tangan dan foto bersama. Sang manager pun selalu mengawal kemana Aura pergi, Pak Rudi pun berakhir hanya dengan onani. Sepulang dari konser seminggu di Bandung, tiba di Jakarta, Pak Rudi langsung todong Aura punya memek. Aura kesal namun tak berdaya. Kesal lantaran tubuh malah menikmati perkosaan bukannya menolak. Sementara Pak Rudi tertawa keras keluar kamar apartemen dengan ekspresi puas, puas melampiaskan nafsu binatang-nya yang sempat tertahan beberapa waktu.
***
Ting !, pintu lift membuka.
“Met malem Neng Aura yang cantik, mau kemana nih.. seksi betul?,” sapa satpam yang menjaga pintu utama Apartemen.
“Oh, biasa… Dinner with someone,” sahut Aura tersenyum tipis, senyum dan jawaban yang menyembunyikan suatu hal.
“Boleh ikut ‘gak? hehehe”.
“Gak boleh hihihi”, mereka bersenda gurau. “Ya udah mas, ditungguin nih. Daah…”.
“Oh iya Neng, sejak balik dari luar kota.. di atas nemuin kejadian aneh nggak?”.
“Nggak tuh, ada apa emangnya?”.
“Oo, ya sudah bagus deh.”
“Ada apa sih Mas?”
“Nggak. Ituuu… anuu…”.
“Anu, anu apa?”.
“Tapi si Neng jangan takut ya? nanti pindah lagi…”.
“Pindah apa maksudnya.. nggak deh, apaan sih? Cepat dong.. jangan bikin penasaran!.”.
“Saya sebenernya disuruh tutup mulut sama Bos ke semua orang, khususnya artis-artis yang ada disini! takut pada berubah pikiran!” si satpam berbisik.
“Nggak kok, janji deh…”, kata Aura penasaran.
“Ya udah, gini ceritanya. Jadi.. selang dua hari Neng pergi keluar kota, tetangga seberang kiri kamar Mbak persis, kamar no. 213.. penghuni nya meninggal secara misterius”.
“Misterius..?? misterius gimana?”.
“Posisi matinya tidak normal. Duduk di lantai tapi seperti orang dikejar sesuatu, kepalanya menoleh hingga patah, ekspresi mukanya ketakutan. Hiiy, serem deh pokoknya,” bulu kuduk Aura serentak bangun mendengar cerita yang di utarakan.
“Yaah, mas nakutin aja deh”, Aura meremas baju si penjaga Apartemen.
“Naah.. Neng udah janji ya, ‘gak bakal pindah meski saya cerita. Yang lebih menakutkan lagi”, tiba-tiba HP Aura berdering. Ia melihat nick ‘Supir maniak seks’ di layar, langsung saja pergi tanpa pamit. “Neeng, masih ada lagii…”, sayang suara itu di telan bumi. Pesan penting tersebut justru tidak sampai ke telinga Aura.
Di perjalanan, jantung Aura masih berdegup kencang. Pak Rudi melihat sesuatu yang lain dari majikannya.
“Ada apa Non seksi?” kok sepertinya tegang? Hmm,” Aura diam sejenak, menarik nafas lalu bercerita apa yang di dengarnya tadi.
Reaksi Pak Rudi hanya ‘Oo… ‘ndak usah takut, kan ada Bapak hehehe” katanya sok, tangannya beraksi meremas payudara Aura setelah mengoper gigi.
Ketika lampu lalu lintas merah, payudara montok Aura disambar mulut rakus toket itu, meninggalkan jejak liur di sekujur dada. Jika lampu hijau, payudara jadi mainan jari tangan.
“Paak, emhh..kalo gitu Ahhh…mulai malam ini, ssh..Bapak ssh..nginep aja di apartemen ya? temanin aku. Nggak usah pulang!”. Kontan Pak Rudi tertawa keras mendengarnya, merasa Aura betul-betul sudah dalam kekuasaan, langsung meninggikan hidung serasa dibutuhkan.
“Bisa..bisa..bisa… Baik Non, *ehem* tapii.. syaratnya,” *Sreet*, Pak Rudi menarik turun resleting celana, setelah meminggirkan mobil parkir di tempat sepi. “isep kontol Bapak.. terus kalo keluar, telan peju nya, ayo!,” suruhnya sambil melipat kedua tangan bergaya angkuh.
Wajah Aura layu mendengarnya, lagi-lagi seks. Ia hanya pasrah saat Pak Rudi mendorong kepalanya minta penis dimanjakan mulut. Aura menggesek bibir sensualnya ke penis Pak Rudi berulang kali. Membuat Pak Rudi melenguh-lenguh keenakan. Selagi lidahnya mengitari kepala penis di dalam mulut, Aura dikagetkan dengan, Croot! Crott!, semprotan cairan kental menyembur deras dalam jumlah banyak. Cairan itu langsung ditelannya agar tidak terasa mual terlalu lama di mulut. Malam itu Aura tidaklah dinner di suatu tempat yang elegan bersama sang kekasih maupun Manajemen artis. Melainkan dengan Pak Rudiman si supir cabul. Ia diajak makan nasi goreng gerobak murahan sambil ‘petting’ di mobil yang berlokasi di pinggir sebuah pantai. Sambil menunggu pesanan matang, Pak Rudi menarik lepas celana dalam Aura. Dengan begitu memek Aura bisa dikobelnya habis-habisan. Selesai makan, ia jilati klitoris Aura sampai vaginanya banjir lendir. Lalu digenjot vagina legit Aura itu hingga lubangnya menganga penuh sperma. Sepulang bermain mobil goyang, semalaman Pak Rudi memakai liang vagina Aura berkali-kali, Aura sampai pingsan beberapa kali.
***
Hari demi hari berlalu. Dari pagi hingga malam hidup Aura normal layaknya artis. Tapi ketika menginjak tengah malam, Aura berubah menjadi budak seks. Ia diperlakukan tak lebih dari tempat pelampiasan nafsu bejat. Tiap ada kesempatan, Pak Rudi selalu ‘setor tunai’ sperma ke vagina Aura. Diakhiri tawa gila, tawa puas karena lega. Suatu sore menjelang Maghrib, seusai melampiaskan nafsu binatangnya pada Aura, Pak Rudi ke lantai bawah hendak menghirup udara senja ditemani sebatang rokok. Semilir angin berhembus menerpa wajahnya, ‘Wuuussh !’.
“Pak, Paak... mampir kesini Paak”, sebuah suara menyapa dengan lembut.
Mata Pak Rudi melihat seorang gadis muda sebaya Aura di kamar sebelah. Gadis itu sangatlah cantik, pantas jika disetarakan artis atau foto model. Pak Rudi tergoda atas panggilan tersebut, lantas menghampirinya. Si gadis masuk ke dalam, meninggalkan jejak pintu sedikit terbuka. Pak Rudi melongok sedikit, sejenak ia merasa aneh. Kamar si gadis terang namun pengap, baunya pun tak sedap. Baru masuk dua langkah ke dalam, gagang pintu memutar dan pintu menutup dengan sendirinya. Lampu mati, ruangan berubah menjadi gelap dimana ia terkunci di dalamnya. Pak Rudi panik, ia menekan tombol saklar lampu berulang kali, “Ctak! Ctek! Ctak! Ctek!”, namun lampu tak kunjung menyala.
Di dekat jendela, ada bayangan hitam fisik wanita berambut panjang. Bau anyir darah memenuhi ruangan tersebut.
“Neng, jangan becanda ah.. Bapak mau keluar nih”, Pak Rudi memutar gagang pintu namun tak bisa terbuka.
“Kok cepet-cepet Paaak?. Kalo di sebelah.. la-maaa”, Pak Rudi kaget mendengarnya, darimana gadis itu tahu ?, pikirnya.
“Maksud si Neng ?”.
“Saya tahu lho Pak, apa-apa yang terjadi di seluruh tempat iniii..”.
“……….”, Pak Rudi diam membisu.
“Bapak tampaknya suka yaaa.. menyetubuhi wanita tak berdaya?. Kalau begituu, sama saya aja Pak”, tiba-tiba lampu menyala, gadis itu menampakan diri dengan fisik menyeramkan berposisi anjing.
“Uwaaaaaa.. Se-se.. se.. Setaaaaaan!!!!”.
Rambutnya acak-acakan berujung runcing. Kulitnya hitam, baju compang-camping, bau kotoran dan giginya bertaring. Pak Rudi lemas tak bertenaga, kakinya serasa tak bertulang. Ia jatuh terduduk, makhluk tersebut mendekat. Pak Rudi merangkak dengan sisa tenaga yang ada, perjuangan untuk dapat terus hidup. Makhluk itu seperti sengaja membiarkan Pak Rudi menuju balkon. Tapi tiba-tiba makhluk tersebut bergerak cepat menyulutkan teror. “HRRRGH *Dap-dap-dap*, HRRRGGGH *Dap-dap-dap*”.
“Uwaaaaaaa… tol.. tol.. ongh”, Pak Rudi terkejut kehabisan nafas, suaranya lemah bertatapan jarak dekat dengan makhluk tersebut. Sang makhluk memamerkan taring nya. Pak Rudi yang sudah sangat takut mengeluarkan tenaga extra, bangkit dan lari secepat kilat. Malang, ia lupa bahwa pintu yang dibukanya adalah pintu menuju balkon.
“Oi-oi-oi,” suara seorang pria yang ada di balkon entah kenapa dan sejak kapan berada disitu. BRAK!! mereka bertabrakan. “WAAAAAAAAAAAAAAA…!!!”.
GABRUK!!!. Pak Rudi dan orang yang ditabraknya jatuh dari ketinggian. Pak Rudi menimpa seseorang yang baru keluar dari Apartemen, yang ditabrak Pak Rudi menimpa sebuah mobil. 4 orang meninggal di tempat.
***
Tok!, tok!, tok!. “Spadaa… permisiii…”.
“Iya sebentar.. siapa ya?”, Aura menguap karena sempat terlelap sehabis melayani nafsu gila Pak Rudi.
Ia terkejut setelah tahu orang yang mengetuk pintu pria berseragam Polisi.
“Maaf mengganggu, kami dari kepolisian.. apakah Saudari mengenal Bapak Rudi?”, seketika rasa kantuk Aura hilang. “ada apa ya Pak?”.
Pihak kepolisian menjelaskan yang terjadi, bersama mereka pergi ke bawah. “Kyaaaaa!,” reaksi Aura saat melihat mayat Pak Rudi, yang lebih membingungkan bukan hanya Pak Rudi, tapi ada 3 orang pria tua bertampang mesum lain yang menjadi korban, serta 3 orang selebritis yang tengah di wawancara polisi lantaran terlibat kenal dengan si korban.
***
Seminggu berlalu.
Aura mengunci pintu kamarnya, bulat untuk angkat kaki pindah ke apartemen lain.
“Mau kemana Mbaaak?”.
“Eh, kaget aku.. ituu, aku mau.. pindah”.
“Nggak betah ya.. tinggal disinii?”.
“Oh.. nggak sih. Cuma itu aja, setelah kejadian kemarin.. aku jadi sering mimpi buruk gitu, kurang nyaman disini sendiri”.
“Lho, khan saya selalu nemenin Mbak. Saya pikir kejadian itu bisa bantu kesulitan Mbak selama inii”, Aura kaget mendengarnya, apa maksud wanita dihadapannya itu.
Aura menyunggingkan senyum, tanpa curiga ia mengajaknya berjabat tangan. “Oh ya.. aku belum tahu nama kamu, Aura”. Gadis berwajah pucat itu menyambut, “Oktaa... Oktariny,” Aura merasa tangan si gadis dingin seperti mayat.
Selepas berjabat tangan, Aura merasa tiba-tiba raut wajah si gadis terlihat marah melihat ke belakangnya, dan saat itu juga seseorang menepuk bahu Aura dari belakang. “Neng Aura… ayo turun!”.
“Eh.. Mas Johan.. iya Mas sebentar. Aku lagi ngobrol samaa…”, kata-kata Aura terputus, gadis yang bersamanya barusan menghilang begitu saja.
“Lhoo.. kok?”. Aura keheranan.
“Ayo Neng lekas!,” satpam penjaga Apartemen yang bernama Johan itu menarik Aura ke dalam lift.
“Kemana ya tuh cewek? pergi begitu aja.. nggak sopan, nggak jelas!,” Aura mengeluh.
“si Neng lagi ngapain?”.
“Aku..? ya ngobrolah.. kenalan tadi sama cewek sebelah, eh.. terus tahu-tahu dia ngilang pergi gitu aja nggak pake’ pamitan!”.
“Neng, waktu itu cerita saya belum selesai lho.”
“Cerita yang mana?”.
“Yang di seberang kamar Mbak mati misterius itu..”. Mereka berbincang, sementara lift terus turun ke lantai bawah, diselang satu dua orang berlalu lalang keluar masuk elevator. Hingga tinggal mereka saja berdua.
“Oh.. terus, ada cerita apa lagi?”.
“Sehari setelah pria di seberang kamar Neng diketemukan meninggal, wanita muda di kamar sebelah Neng juga diketemukan meninggal.. mati bunuh diri. Posisi tubuhnya nungging seperti anjing lagi minum, mulutnya nyatu di piring susu anjing piaraannya. Di dalam mulutnya masih tersisa makanan anjing.”.
Aura lemas mendengarnya, “dan yang lebih menyeramkan lagi.. ternyata umur kematian mayat si wanita muda lebih dulu meninggal daripada laki-laki yang ditemukan pertama.”.
“Kok bisa ya? kenapa?”.
“Dari gossip yang beredar.. dia itu foto model amatir, menjajaki karier dengan jalan jadi simpanan salah satu pejabat. Nah pejabat itu yang nyewain dia tinggal di Apartemen ini, tapi sayangnya dia selingkuh. Ketahuan suka bawa pacar, jadi dia dikasih waktu 1 bulan untuk pergi dari Apartemen ini disuruh pulang kampung. Otomatis tuh cewek stress lantaran karir-nya ‘Tamat’. Dua minggu sebelum dia mati persis orang gila, saya lihat dia begitu itu.. merangkak seperti anjing, meninggalnya pun berposisi anjing. Namanya Ok.. Ok.. Ok..”.
“OKTARINY!” sahut Aura cekatan.
“Ok.. Ok.. Ok.. Ok.. Ok..”.
“Mas..Mas Johan kenapa? Maas.. jangan bikin takut ah!”, Aura bertanya karena melihat ada sesuatu yang tidak beres pada diri si satpam penjaga Apartemen. Tiba-tiba ada suara di belakang Aura.
“Nyebut namaku.. berarti manggil akuu…”, Makhluk itu ternyata ada di dalam lift.
“UWAAAAAAAAAAAAAAAA…!!!”, Aura dan Johan teriak bersamaan.
***
Ting!, pintu lift membuka. Johan tergeletak tak bernyawa di sudutan. Aura keluar dari sana, berjalan dengan senyum, senyuman yang tak biasa, senyum Aura dan…Oktariny.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar