Rabu, 26 September 2012

Holiday’s Challenge Epilogue : Gadis Pemenang 4 (Final)

Perhatian sebelum membaca !

•     Cerita Holiday’s Challenge menceritakan tentang sifat-sifat seorang wanita yang mungkin jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
•    Tidak ada unsur kepolosan dari seorang wanita yang terkandung dalam cerita ini, hanya ada sifat-sifat wanita nakal dan bitchy
•    Cerita ini hanya mengkisahkan wanita-wanita dengan sifat yang tidak biasa yang mencari ‘pengalaman’ baru di saat liburan.
•    Kemungkinan besar cerita ini tidak akan menarik, mungkin cenderung membosankan, tapi bisa sebagai penambah koleksi cerita seru sambil menunggu cerita-cerita yang lebih hebat dari para pengarang lainnya
•    Foto-foto yang digunakan hanyalah sebagai ilustrasi dan sama sekali tidak berhubungan satu sama lain. Ilustrasi digunakan hanya untuk memudahkan pembaca memvisualisasikan cerita, tidak ada tujuan untuk memperolok, menghina, dan menjelek-jelekkan orang atau kelompok tertentu. It’s just for fun. Hanya untuk bersenang-senang.
HAPPY READING ^_^

N.B. : Cerita ini merupakan cerita terakhir dari seri Holiday’s Challenge, tidak ada kegiatan seksual yang mendetail seperti seri-seri sebelumnya. Kegiatan seksual hanya diceritakan secara singkat. Cerita ini sengaja dibuat untuk mengakhiri seri HC sehingga tidak memerlukan penggambaran adegan seks secara mendetail. Tolong dimengerti. Selamat membaca. Dan ingat ! semua cerita seks yang pernah dibaca, jangan pernah dipraktekkan di dunia nyata karena cerita seks hanya untuk fantasi semata, kecuali jika sudah beristri :p------------------------------------------




Malih tidur bareng Lina & Riri

Tadi malam benar-benar pengalaman yang sangat indah dan tak terlupakan untuk Malih. Seumur hidupnya, baru tadi malam dia merasakan yang namanya pesta sex. 3 pria bangkotan dengan 4 gadis belia cantik. Dalam 1 malam saja, dia bisa menikmati tubuh 3 mahasiswi-mahasiswi yang cantik jelita itu. Belum lagi tadi malam, sebelum tidur, burungnya di-'nina bobo'-kan oleh Riri dan Lina. Dan pagi ini pun, Malih bisa merasakan betapa nikmat hidupnya yang sekarang. Pria tua itu tidur telanjang dengan 2 bidadari yang memeluknya dengan sangat erat. Payudara Riri dan Lina melekat erat di tubuh kurus Malih bagaikan tertarik magnet. Hangat dan empuk sekali dipeluk 2 gadis sekaligus. Apalagi tubuh keduanya harum, tak mungkin Malih mau membangunkan mereka.
"emm...", tak lama Riri terbangun.
"pagi, non...", sapa Malih ke bidadari cantik itu.
"pagi, Pak....", jawab Riri dengan wajah masih mengantuk, namun tersenyum.
"emm...Lina udah bangun, Pak ?".
"belum, nih masih tidur...". Riri memperat pelukannya. Dia masih mengumpulkan kesadarannya.
Si pejantan bangkotan dan si bidadari cantik itu tak berbicara namun saling menikmati kehangatan tubuh satu sama lain. Tiba-tiba, Riri mengelus-elus tongkat Malih yang memang berdiri karena ereksi pagi.
"emm, punya Pak Malih udah bangun juga...", ucap Riri dengan nada yang sangat manja dan mesem-mesem sendiri.
"iyaa non...hehe...". Meski sudah tua, namun kejantanan Malih masih seperti muda dulu, selalu ereksi setiap paginya. Riri tentu sudah hafal akan hal itu, setiap pagi dia selalu digagahi Malih. Aktivitas pagi yang tak pernah dilewatkan mereka berdua satu hari pun. Bahkan, Riri tak keberatan terlambat jika mendapat kuliah pagi hanya untuk melayani nafsu pejantannya yang sudah tua bangka itu. Riri selalu menyempatkan waktunya untuk bercinta dengan Malih. Gadis muda yang cantik itu ingin Malih tahu kalau dia benar-benar mencintainya sehingga pria tua nan kurus yang dicintainya itu bisa mengakses tubuhnya kapanpun dan dimanapun. Dan tadi malam, Riri juga sudah membuktikan kalau dia mau melakukan perintah apapun dari Malih, termasuk melayani nafsu pria lain. Memang Riri telah berjanji pada dirinya sendiri, tak akan ada pria lain yang bisa menjamah tubuhnya selain Malih, tapi kalau pria tersebut sudah mendapat izin dari Malih, Riri akan melayani pria tersebut seperti ia melayani Malih dengan tubuhnya. Sungguh cinta yang aneh. Padahal Riri adalah seorang mahasiswi, seorang gadis muda yang sangat cantik, kulitnya putih mulus tak ada goresan sedikitpun, dan tubuhnya yang sangat kencang, mulus, serta sexy. Para lelaki tentu akan berusaha mati-matian untuk bisa mendapatkan 'layanan' dari Riri, bahkan mungkin akan membayar Riri lebih dari Rp. 2.000.000 hanya untuk melihatnya menari striptease. Namun, Riri sangat mencintai Malih, dan memberikan tubuhnya sepenuhnya untuk pria tua itu. Cinta memang buta, tak mengenal usia, harta, atau golongan. Rasa nyaman dan kagum yang membuat Riri sangat mencintai Malih dan menyerahkan jiwa dan raganya untuk laki-laki pemulung sampah yang sekarang menjadi supirnya itu.

Buktinya, tadi malam meski Riri memang tak bisa mengelak kalau dia mendapatkan kenikmatan luar biasa dari Asep dan Karjo yang mengeroyoknya, tapi dia merasa ada yang kurang. Dan saat ia bercinta dengan Malih, barulah ia menemukan rasa kurang itu sehingga Riri merasa 'panas', lepas, liar, nakal, dan sangat bergairah. Tak hanya Riri, Malih juga merasa seperti itu, dia merasa 'hidup' saat bergumul dengan majikannya yang cantik itu. Tanpa berbicara, Riri terus memainkan 'otong' Malih. Tangannya yang halus kelihatan asik sekali bermain-main dengan batang kebanggaan Malih. Mengelus-elus, membelai, dan mengocok-ngocok tongkat Malih. Tentu Malih merasa keenakan. Tapi, ada tangan lain yang menjamah alat kawin Malih. Ya, Lina sudah bangun dan sekarang sedang meremas-remas lembut kantung pelir Malih.
"non Lina....?".
Lina

"pagi, Pak...". Lina terlihat masih setengah sadar, namun tangannya tetap meremas-remas zakar Malih seakan sudah terprogram untuk melakukan itu walau masih belum sadar.
Nikmat sekali rasanya. Kedua tangan gadis belia itu begitu halus, Malih sangat menikmatinya. Pagi-pagi 'onderdil'nya sudah dielus-elus oleh 2 ABG yang cantik dan sexy. Malih sampai mencubit perutnya sendiri untuk memastikan ini bukan mimpi. Kedua gadis itu kelihatan asik sekali memainkan burung Malih dengan tangan mereka seperti sedang bermain dengan 'peliharaan' mereka.
"Lin, mandi yuk, badan gue udah gerah nih...", ujar Riri.
"ayuuk...".
"Pak, kita mandi dulu yaa. ccpphhh hemmm...". Riri dan Lina bergantian mengecup mulut Malih sebelum turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Baik Riri atau Lina, keduanya menengok ke Malih sebelum masuk ke dalam kamar mandi. Pintu kamar mandi juga dibiarkan terbuka lebar. Jelas sekali kalau kedua bidadari cantik itu 'mengundang' Malih untuk mandi bersama. Malih langsung lompat dari tempat tidur, tak mau melewatkan 'undangan' mandi bersama dari 2 bunga kampus itu. 'senapan' laras panjangnya pun sudah terisi, pria tua itu sangat siap untuk 'menginterogasi' 2 mata-mata bahenol yang ada di dalam kamar mandi.

Malih langsung tertegun ketika masuk ke dalam mandi. Pemandangan yang sungguh seksi dan porno sekaligus memanjakan mata Malih. Pemandangan Riri dan Lina yang berpelukan erat dan bercumbu penuh gairah dalam keadaan basah kuyup disiram air yang keluar dari pancuran. Batang Malih langsung mengacung keras. Malih pun mendekati mereka.
"katanya mau mandi, tapi kok malah cipokan sih ? hehe...", goda Malih.
"iih, Pak Malih main masuk aja nih...", Lina balas menggoda.
"abis pintunya gak ditutup...".
"hehe...yaudah, Pak..sini...". Riri dan Lina pun menarik Malih untuk bergabung.

Lina & Riri di kamar mandi

Malih pun diapit Lina dan Riri dari depan dan belakang. Tangan kedua dara cantik itu menjalari tubuh kurus Malih. Mengelusnya dan mengurutnya dengan lembut. Benar-benar fantasi yang paling liar yang pernah dipikirkan Malih. Mandi bersama 2 orang gadis muda yang begitu cantik dan sexy. Apalagi keduanya sengaja menempelkan payudara mereka ke tubuh Malih dan seperti mengurut Malih dengan payudara mereka. Memang sudah berkali-kali Malih mandi bersama gadis muda nan cantik yang tak lain adalah Riri, namun baru kali ini pria tua itu mandi bersama 2 orang ABG sekaligus, sangat beda rasanya! Rasanya bagaikan raja yang sedang dilayani 2 selir cantiknya. Lina dan Riri bergantian melumuri kedua buah payudaranya mereka dengan sabun cair sampai terlihat mengkilat, berbusa, dan sangat licin. Payudara bulat nan kenyal milik Riri dan Lina tak ubahnya seperti sponge untuk menyabuni tubuh Malih. Tangan Riri bertugas menyabuni kantung pelir Malih sementara tangan Lina bagian batangnya. Senjata Malih keras bagai sebatang kayu tua. Lina bergumam sendiri, begitu keras, begitu kokoh, dia terus mengocok perlahan batang kejantanan Malih dengan gemas. Gadis hyperseks itu sudah gemas ingin merasakan vaginanya ditusuk benda tumpul yang sangat keras itu. Lina sudah mengerti betul perasaan Riri. Mengapa sahabatnya itu tak pernah menolak jika Malih ingin menggumulinya. Ditusuk benda sekeras itu pasti akan membuat semua wanita tak mampu menolak untuk merasakannya lagi. Tiba-tiba Lina jongkok.
"ummm eemmhhh mmmmhhh mmmpphhh cccppphhh". Dengan lahapnya, Lina menyedot-nyedot 'sedotan' jumbo milik Malih. Lidah Lina melilit di sekujur batang Malih.
"ckk ckk cckk", tak lupa Lina mengocok kemaluan kekasih sahabatnya itu dengan mulutnya.
"ooh enaaakkhhh nooonnnn", erang Malih merem melek keenakan.
"aahhh ?", Malih merinding, dia melihat ke belakang, ternyata lubang pantatnya sedang digelitik oleh Riri dengan lidah. Bagian bawah tubuh pria tua itu sedang 'dibersihkan' oleh 2 wanita sekaligus. Nikmat sekali rasanya, apalagi saat Riri mencolok-colokkan lidahnya dan Lina menyentil-nyentil lubang kencing Malih di saat bersamaan. Malih merasa seperti dewa yang sedang dipuja-puja oleh pengikutnya.
Payudara Riri yang dilumuri sabun

Malih iseng memutar tubuhnya sehingga kini Riri yang mengulum kemaluannya dan Lina yang 'menceboki' pantatnya. Tak hanya Riri, Lina juga tak segan-segan menjilati lubang pantat Malih. Kalau Riri memang sudah terbiasa memandikan Malih dan menjilati tubuh pria tua itu dari kepala sampai kaki termasuk menjilati lubang pantat Malih, tapi Lina baru kali ini memandikan Malih, namun gadis cantik itu tak terlihat jijik sama sekali, malah terlihat sangat menikmatinya. Sesi mandi bertiga itu pun menjadi laga 'pertempuran' yang sangat panas. Desahan, erangan, dan lenguhan baik Lina maupun Riri kencang sekali saat tongkat Malih mengaduk-aduk vagina mereka. Sungguh pertarungan yang sangat panas, dimana seorang pria tua dengan tongkat perkasa melawan 2 gadis belia yang sangat tergila-gila dengan kejantanan sang pria tua.

Sementara itu, di kamar lain, Intan sedang digenjot Asep di kamar mandi sementara Karjo sedang menyodomi pantat Moniq sambil 'menyiksa' gadis imut itu dengan menarik rambutnya atau memelintir kencang kedua puting Moniq dari belakang.
Moniq dijambak Karjo

Betapa enaknya ketiga pria tua itu, pagi-pagi sudah bisa melampiaskan nafsunya ke gadis-gadis cantik yang dengan senang hati melayani mereka. Terutama Malih, tadi malam, Lina dan Riri 'mengantarkan'nya untuk tidur dengan cara yang nikmat, paginya sudah bisa menggenjot kedua dara cantik itu lagi di dalam kamar mandi. Mandi pagi yang sungguh mengasyikkan bagi Malih. Setelah mengeringkan tubuhnya, Lina langsung ngeloyor keluar.
"lho ? non Lina ?!".
"ha ? kenapa, Pak ?", tanya Lina berhenti di ambang pintu.
"non Lina nggak pake baju dulu ?".
"ah nggak usah, Pak. udah pada tau ini...", ucap Lina santai sambil mengedipkan mata dan menjulurkan lidahnya. Gadis bertubuh jenjang itu pun keluar dengan santainya. Malih terbengong-bengong sendiri. Bagaimana bisa seorang gadis muda kelihatan santai sekali keluar kamar tanpa mengenakan busana apapun ?, padahal ada 3 orang pria di dalam satu rumah yang sama? Kemarin memang nafsu Malih memuncak melihat gadis-gadis cantik seperti Lina, Moniq, Intan, dan Riri telanjang bulat di hadapannya, bahkan dia sempat mencicipi kehangatan dari tubuh keempat gadis belia itu. Namun, rasanya kini Malih malah merasa kasihan kepada 4 bidadari itu.
Lina mau keluar dari kamar

"ayo, Pak. kita turun...", ajak Riri menggandeng Malih turun ke bawah.
"oh iya, non...". Tak seperti Lina, Riri mengenakan pakaiannya. Ya memang bukan pakaian yang terbilang sopan, tapi setidaknya tubuh indah Riri tidak dipampang begitu saja seperti Lina. Malih cukup terkejut saat sampai di bawah. Intan, Lina, dan Moniq tidak memakai baju secuil pun. Mereka berlalu lalang tanpa canggung meski tak ada sehelai benang pun di tubuh mereka.
"pagi, Pak...", sapa Intan sambil tersenyum.
"pa pagi, neng...", jawab Malih agak gugup. Malih bingung sendiri. Tadi malam, kecantikan dan kemolekan tubuh ketiga dara belia itu mampu membuat tongkatnya menjadi sekeras baja, bahkan beberapa saat yang lalu, nafsu Malih begitu menggelora saat menyodomi Lina di kamar mandi bersama Riri, tapi sekarang Malih sama sekali tak bernafsu, dia cenderung miris dan kasihan melihat ketiga mahasiswi 'stres' tersebut. Telanjang di depan 3 pria yang seharusnya tak dibolehkan memegang, bahkan tak boleh melihat tubuh mereka. Harusnya tubuh mereka suci, hanya boleh dipegang oleh suami mereka. Tapi, kenapa Asep dan Karjo bisa seenaknya menggerayangi tubuh mereka bertiga. Lihat saja, kedua penjaga vila yang sudah bangkotan itu bisa seenaknya menepuk pantat mereka, meremas-remas payudara mereka, bahkan bisa mengobok-ngobok kemaluan ketiga dara cantik itu tanpa perlu minta izin terlebih dahulu.

Baik Intan, Moniq, maupun Lina hanya tertawa kecil dan mendesah manja saat Asep atau Karjo mengusili mereka sambil terus masak dan beberes vila. Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan Asep dan Karjo. Kedua penjaga vila itu malah santai sambil 'mengganggu' ketiga dara cantik tersebut. Benar-benar tidak ada harganya sebagai perempuan, pikir Malih. Malih melengos saat melihat Asep sedang menggesek-gesekkan bagian bawah tubuhnya yang masih diselubungi celana ke pantat Lina yang telanjang sambil asik menggrepei payudara kenyal gadis bertubuh jenjang itu.
"ah Mang Asep aahh...", desah Lina manja tapi membiarkan Asep melakukan 'dry hump' ke pantatnya sambil meneruskan memotong sayuran.
Seharusnya pemandangan seorang pria tua seperti Asep yang masih berpakaian lengkap menggesek-gesekkan selangkannya ke pantat seorang gadis cantik yang telanjang bulat seperti Lina sanggup membangkitkan gairah siapapun, khususnya pria. Namun, Malih malah merasa sangat kasihan, baik Lina, Intan, maupun Moniq benar-benar sudah tak ada harganya, bahkan di mata pria tua yang seharusnya tunduk kepada mereka karena mereka majikannya. Malih merasa kalau ketiga teman majikan cantiknya itu benar-benar 'sakit'. Sakit karena ketiga dara cantik itu dengan senang hati dan tanpa paksaan sedikit pun, memperbolehkan pria-pria tua seperti Asep dan Karjo untuk meniduri mereka. Pelacur yang memang di anggap rendah oleh masyarakat pada umumnya, malah lebih 'berharga' di mata Malih. Setidaknya para pelacur melayani pria hidung belang untuk mencari uang dan menyambung hidup, sedangkan mereka bertiga? Malih memandang Riri, tak terbayangkan kalau majikannya yang sangat dicintainya itu akan jadi 'sakit' juga.
"ada apa, Pak ?", tanya Riri yang merasa diperhatikan.
"ah, nggak, non...".
"Bapak duduk aja dulu atau nonton tv. Riri mau bantu masak dulu yaa...".
"iya, non...". Malih lebih memilih duduk menonton tv daripada melihat Asep dan Karjo asik mengusili dara-dara cantik yang sibuk memasak. Tapi, beberapa kali Malih melihat ke arah dapur, hanya untuk mengecek Riri. Apakah gadis pujaannya juga diperlakukan tak senonoh oleh kedua penjaga villa tua bangka itu ?. Ternyata tidak. Riri selalu menghindar jika Asep atau Karjo mendekatinya. Cukup lega Malih, majikannya itu tidak 'murah' seperti ketiga temannya. Tapi, Riri kelihatan biasa saja bercanda dan mengobrol dengan Lina, Intan, dan Moniq, padahal mereka bertiga tidak mengenakan pakaian, seolah-olah sudah biasa saja bagi Riri.
"ayo, Pak Malih ! makan ! udah siap nih !", teriak Moniq.
"iya, non...". 3 orang pria tua duduk dan makan bersama, semeja dengan 1 orang gadis cantik yang mengenakan pakaian dan 3 orang dara belia yang telanjang bulat.
Moniq melongok kulkas

Pemandangan yang sangat tak biasa dan cukup aneh. Senda gurau Lina, Intan, Moniq, Asep, dan Karjo sepertinya tidak masuk ke hati Malih dan Riri. Mereka berdua saling pandang jika tak diajak ngobrol. Pandangan mata Malih mengisyaratkan kalau 'dia tak ingin berada disini'. Makan siang yang tak nyaman bagi Malih dan Riri pun berakhir. Malih mencari tempat sepi untuk merenung, di dalam mobil Riri. Malih merenungkan perbuatannya, tidak hanya perbuatan di villa, tapi juga perlakuannya kepada Riri semenjak kenal dengan Riri. Awalnya, memang Riri sendiri yang membujuk Malih untuk bersenggama. Tapi, selanjutnya, Malih terus menikmati tubuh gadis cantik itu tanpa memikirkan kondisinya. Meski sedang capek, depresi, sedih, ataupun sedang ada masalah, Riri selalu tersenyum dan memberikan kehangatan tubuhnya kepada Malih. Padahal Malih hanya supirnya yang sudah tua dan juga jelek.

Malih tahu kalau Riri begitu mencintainya, dan Malih pun menyayangi Riri. Tapi, apakah aku pantas mendapatkan non Riri ?, tanya hati kecil Malih. non Riri masih muda, cantik, kaya, dan baik, apa dia harus memberikan semua kelebihannya itu kepadaku ?. Semakin menambah rasa bersalahnya, Malih ingat kejadian tadi malam, dimana dia 'menukar' Riri dengan tiga bidadari yang hanya cantik luar saja. Air mata merembes keluar dari mata Malih, tega-teganya membiarkan 2 orang pria menggagahi gadis yang sudah sangat baik kepadanya hanya untuk menyetubuhi 3 gadis lainnya. Benar-benar tak tahu cara membalas budi, timpal hati Malih. Hari sudah menuju malam. Sepanjang sore dihabiskan Malih di dalam mobil. Malih memutuskan untuk kembali ke dalam villa.
"Pak Malih dari mana ? kok baru keliatan ?", sapa Asep yang sedang mengobrol dengan Karjo di teras.
"iya, Mas Asep. tadi abis ketiduran di mobil...".
"oh. Pak Malih, sini bentar...".
"iya, Mas ?".
"boleh nggak kita ngentot sama non Riri lagi ? hehe...kita berdua ketagihan disepong non Riri. muanteb banget. ya nggak Jo ?".
"iya, Pak. hehehe...apalagi meki non Riri. sempit 'n peret minta ampun. mesti tarik-ulur 5x baru kontol saya bisa masuk semuanya".
"gimana, Pak ?".
"....".
"ya kalau Pak Malih keberatan. kita keroyok non Riri aja sekalian. Pak Malih dapet memeknya, saya pantatnya, nah si Asep dapet mulutnya. gimana, Pak ?".
"MAAF !! NON RIRI BUKAN PELACUR DAN SAYA BUKAN GERMO !!!!", Malih benar-benar geram luar biasa. Majikan tercintanya dibicarakan seperti tak ada harganya. Malih masuk ke dalam dan naik ke atas, menuju kamar Riri.
"Pak Malih dari...ma..na....", Lina tak jadi bertanya. Dia memandang Riri dan menyuruhnya menyusul Malih dengan gerakan isyarat kepala, lalu Lina ke teras untuk mencari tahu dari Asep dan Karjo.
"tok tok tok !!". Riri masuk ke dalam kamar dan melihat Malih sedang memasukkan baju mereka berdua dari lemari ke dalam koper.
"Bapak kenapa ?", tanya Riri, suaranya lembut.
"non...". Malih langsung memeluk Riri sambil mengeluarkan air mata.
"...". Riri diam, membiarkan Malih memeluk dan menangis.
"maaf..maafin Bapak, non...".
"ayo, Pak. kita duduk dulu....".
"ada apa sebenernya, Pak ? kenapa Bapak minta maaf ? cerita ke Riri...", ucap Riri begitu lembut.
"Bapak bener-bener minta maaf..".
"iya, maaf untuk apa ?".
"kemarin malem, Bapak nyuruh non Riri ngelayanin Asep dan Karjo..".
"oh itu. Bapak nggak perlu minta maaf, Riri nggak marah sama Bapak..", Riri tersenyum.
"tapi non, Bapak nyerahin non Riri begitu aja ke Asep dan Karjo cuma buat tidur sama temen-temen non. padahal non Riri ngubah nasib Bapak sampai jadi seperti ini...". Riri langsung memeluk supirnya itu.
"yang udah lewat, jangan di omongin lagi, Pak". Tercipta momen sunyi yang damai dan menenangkan.
"udah, Pak. nggak usah ngerasa nyesel lagi. Riri nggak apa-apa kok. ayo, Pak. jangan sedih lagi. biasanya kan Bapak yang nasihatin Riri, masa sekarang gantian sih ?", canda Riri untuk menyemangati Malih. Malih pun tersenyum.
Intan di dapur

"Bapak mau pulang ?".
"ah..ng..nggak jadi, non....".
"kalau Bapak mau pulang, Riri juga...".
"tapi, non Riri ninggalin temen-temen non ?".
"ah, nggak apa-apa, Pak. Riri juga udah bosen di sini. ayo, Pak. kita packing..".
"makasih, non...".
"sama-sama, Pak...", tutur Riri dengan riangnya. Benar-benar gadis yang baik dan kuat. Malih sampai merinding, dia bisa merasakan cinta Riri yang murni. Usai membereskan pakaian ke dalam koper, mereka pun bersiap tidur. Riri memeluk Malih.
"non Riri nggak bakal berubah kan ?".
"berubah ? maksudnya ?".
"berubah jadi kayak non Lina, non Intan, sama non Moniq..".
"nggak, Pak. Riri emang nggak suci lagi, tapi Riri bukan penganut sex sebebas-bebasnya kayak mereka".
"tapi kenapa non Riri tetep temenan sama mereka ?".
"Riri udah pernah cerita kan kalau Riri cuma pernah sex sama kakek tiri n' 1 mantan pacar Riri ?".
"iya, udah, non...".
"nah alesannya, semenjak bosen pacaran, Riri ngerasa hidup Riri hambar, biasa aja, pas ketemu Lina, Moniq, Intan jadi seru. denger mereka gonta ganti cowok. seks sana, seks sini. seru aja gitu, Pak...".
"oh begitu ya, non..".
"iya, Pak. Riri bersukur banget ketemu Bapak".
"lho ? kenapa emangnya, non ?".
"iya, kalau nggak ketemu Bapak, mungkin Riri jadi kayak mereka...".
"apa hubungannya, non ?".
"iya, Bapak udah buat Riri nggak ngerasa kesepian lagi. Riri sayang Bapak".
"Bapak juga...". Mereka berdua berciuman dengan sangat mesra, hangat, dan lembut. Bercumbu berkali-kali, tapi keduanya tak ada niat untuk merangsang. Mereka hanya ingin ermesraan sebelum akhirnya benar-benar tertidur sambil berpelukan erat. Keesokan harinya, Malih mengangkat koper dan barang bawaan lainnya.
"lho ? Ri, mau kemana ?", tanya Lina yang sekarang mengenakan pakaian.
"gue sama Pak Malih mau pulang..gue lupa ada saudara yang mau dateng ke rumah...", ujar Riri berbohong.
"ah nggak seru lo, Riri...", canda Intan.
"ya abisnya gimana dong ?".
"iya, yaudah nggak apa-apa, Ri...", Lina tahu alasan yang sebenarnya.
"Pak Malih. maaf yaa, kalau selama di sini, Pak Malih ngerasa nggak nyaman".
"Mang Asep sama Mang Karjo juga minta maaf ke Pak Malih", timpal Lina.
"iya, non. Bapak juga minta maaf, Bapak cuma nyusahin di sini. yaudah, non, Bapak mau naro barang-barang di mobil dulu...".
"iya, Pak...". Malih kembali ke villa.
"Lin, Mon, Tan. gue pulang duluan yaa", Riri berpamitan dengan memeluk dan cipika cipiki terhadap tiga temannya itu.
Riri

"non Lina. Bapak pulang dulu yaa...". Tiba-tiba saja Lina langsung mencium kedua pipi kempot Malih.
"maaf ya, Pak", ucap Lina sambil tersenyum.
"non Intan, non Moniq...". Intan dan Moniq memeluk Malih.
"makasih ya, Pak".
Usai berpamitan, Riri dan Malih pun berangkat untuk pulang ke rumahnya. 1 bidadari telah memisahkan diri dari teman-temannya hanya karena seorang pria tua yang tidak suka dengan kelakuan teman-teman sang bidadari. Tapi, Riri sama sekali tidak terpaksa. Dia memang ingin pulang, dia rindu menghabiskan waktu berdua dengan Malih, supirnya yang tua namun sudah di anggap Riri seperti belahan jiwanya, cinta sejatinya setelah kakek tiri dan mantan pacarnya.

##################################

2 minggu berlalu, minggu depan sudah masuk semester baru. Seperti biasa, Riri pergi ke atm untuk mengecek rekeningnya.
"tunggu bentar ya, Pak. Riri cuma mau ngecek doang...".
"iya, non...". Riri merasa bingung, rekeningnya bertambah 26 juta. Biasanya, ayahnya mengirim uang sekitar 11 juta, 8 juta untuk bayar semester dan 3 juta untuk jajan 1 bulan. Riri langsung sms ayahnya.
"Pah, Papah ngirim 26 ? biasanya cuma 11 ?".
"kemana kita sekarang, non ?", tanya Malih setelah Riri masuk ke dalam mobil.
"hmm..kita makan aja yuk, Pak..".
"oke, non...mau makan di mana ?".
"hmm.....Riri lagi pengen makan spagheti nih, Pak. kita ke Pasta Cafe aja yuk, Pak...".
"oke, non...". Riri menyenderkan kepalanya ke pundak Malih, dia kelihatan manja sekali. Majikan yang masih belia dan sangat cantik ngelendot manja ke supirnya yang sudah tua seperti sepasang kekasih yang sedang bermanja-manjaan. Rasanya enak sekali hidup Malih saat ini, bisa bermesraan dengan gadis cantik seperti Riri yang tak lain adalah majikannya setiap hari. Bahkan, tak hanya bisa bermesraan, tapi Malih juga bisa berhubungan intim dengan majikannya itu kapanpun, tanpa ada yang mengganggu mereka. Sedang asiknya bermanja-manjaan, sms masuk ke hp Riri.
"nggak sayang, Papa cuma ngirim 11 aja. emangnya kenapa ?".
"nggak tau nih, Pah. di rekening Riri ada 26. mungkin salah kali, Pak...", balas sms Riri.
"aneh deh, Pak".
"kenapa, non ?".
"Papa bilang cuma ngirim 11, tapi di rekening Riri ada 26. apa salah ya ?".
"mungkin salah kali, non...".
"tapi Riri cek 3x lho, Pak...".
"hmm. kata non Riri, non Lina sering ngirim uang ke rekening non kan ?".
"oh iya..".
"halo, Lin..".
"eh ada apa Ri ?", jawab Lina lewat telpon.
"Lin..lo ngirim uang ke rekening gue ?".
"iya. lo menang taruhan".
"ha ? taruhan apa ?".
"taruhan siapa yang paling kuat ngejalanin hidup keras...awal kita taruhan waktu itu".
"kok gue yang menang ? kan gue bilang nggak ikut taruhan itu ?".
"iya, tapi yang laen pada setuju kalo lo yang menang soalnya lo yang paling serius bantu orang lain sampe ngangkat Pak Malih jadi supir lo...".
"ah nggak ah. dari pertama gue nggak ikutan. ntar gue balikin uangnya ke lo...".
"tapi, Ri....". Riri menutup telpon. Dia agak marah, rasanya membantu Malih jadi cuma main-main bagi ketiga temannya padahal dia tulus membantu Malih.
"ya udah, kamu urus aja ya..", sms balasan dari ayahnya.
Riri bersiap pulang

Sudah teman-temannya tak menganggapnya serius, ayahnya tidak terlalu peduli dengannya. Tiba-tiba Riri memeluk Malih. Malih tak berkata apa-apa, dia cuma mengelus-elus kepala Riri. Dia merasa kasihan terhadap Riri. Padahal Riri begitu sempurna, wajahnya sangat cantik, tubuhnya indah dan padat berisi, sifatnya baik, dan juga kaya, tapi dia selalu merasa kesepian dan kurang perhatian dari orang-orang terdekatnya.
"maaf, non..". Riri melepaskan pelukannya dan menatap mata Malih. Matanya sembab, Riri habis menangis tadi.
"kenapa, Pak ?".
"non Riri jadi makan ?".
"he emh. jadi, Pak...", ucap Riri tersenyum dan mengelap air matanya.
"kenapa non Riri nangis ?".
"Riri ngerasa sedih, Pak. nggak ada yang peduli sama Riri. semuanya nggak ada yang perhatian sama Riri...". Kebetulan sudah sampai di parkiran resto yang dituju, Malih bisa menatap mata Riri.
"maaf kalau Bapak lancang, non".
"ccpphh...mmmhhh cccpphh....", Malih mencium Riri.
Tentu Riri tidak menolak ciuman Malih, dia malah membalasnya. Gadis muda dan pria tua itu sangat meresapi ciuman mereka, bibir mereka tak henti-hentinya saling pagut dan lumat, lidah mereka saling membelit. Riri menutup matanya, sangat meresapi ciuman lembut Malih.
"hemmm cceepphh hhemmmhh...". Tanpa perlu melepas ciumannya, keduanya saling mencengkram tangan. Ciuman Malih yang tiba-tiba dan terkesan kurang ajar malah memberi dukungan moril ke Riri. Riri jadi merasa nyaman dan seperti tahu kalau Malih adalah seseorang yang akan memberikan perhatian dan kasih sayang yang selama ini dirindukannya. Sekitar 1 menit mereka berciuman, Malih melepas emutannya terhadap bibir Riri. Riri seperti masih terpaku dengan ciuman lembut tadi, lihat saja matanya masih terpejam dan bibirnya masih setengah terbuka.
"lagi....", lirih Riri pelan. Tentu tanpa pikir panjang, Malih langsung mencumbu lagi majikannya yang cantik itu.
"cepphhh hmmmhh...".
"Bapak akan selalu sayang sama non Riri...non Riri jangan sedih lagi ya..".
"makasih, Pak...", Riri tersenyum dengan bibirnya yang masih berlumuran air liur Malih. Si pria tua mengambil tissu dan mengelap mulut Riri.
"Bapak janji yaa ?".
"janji...". Mereka berdua mengaitkan kelingking mereka.
"ya udah, Pak. ayo kita masuk, Riri udah laper. hehe...". Riri membasuh mukanya karena matanya terasa tidak nyaman setelah menangis tadi. Malih dan Riri sadar betul kalau mereka diperhatikan orang-orang lain di dalam restoran, tapi mereka tidak terlalu mengindahkannya. Tentu saja mereka diperhatikan, seorang gadis muda kelihatan mesra dan manja sekali terhadap seorang pria tua. Karena tadi menelpon Lina, sambil makan, Riri jadi memikirkan ketiga temannya yang masih di villa bersama Asep dan Karjo.

Selama 2 minggu kemarin, sama sekali tak terlintas di pikiran Riri tentang ketiga temannya sebab dia terlalu menikmati kebersamaannya dengan Malih. Sementara itu, Lina sebenarnya ingin menelpon Riri, tapi dia urung melakukannya, mengingat alasan kenapa Riri dan Malih pulang. Padahal Lina ingin bercerita bagaimana Moniq bekerja di peternakan ayam milik teman Asep selama 3 hari, tentu saja Moniq tak diperkenankan mengenakan pakaian selama di sana sehingga dia benar-benar jadi objek pelecehan seks para pegawai di sana. Moniq disetubuhi di kandang ayam, dimandikan seperti ayam, bahkan tubuh Moniq dijadikan 'nampan' makanan bagi ayam-ayam, tak heran ada beberapa lecet di tubuh Moniq karena patokan-patokan ayam di sekujur tubuhnya, pokoknya gadis mungil itu benar-benar disiksa secara seksual oleh 4 pegawai yang bekerja di peternakan ayam itu. Tapi, Moniq malah suka sekali dilecehkan dan disiksa secara seksual seperti itu, bahkan dia mengucapkan terima kasih ke 4 pegawai tersebut.
Moniq di bondage

Belum lagi, cerita tentang Intan, gadis manis itu diajak berkeliling oleh Karjo dengan motor tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya di siang hari. Intan dipandangi semua orang di jalan, apalagi Karjo sengaja mengemudikan motor dengan perlahan. Sepanjang jalan, Intan berusaha menutupi payudara dan vaginanya. Banyak pengendara motor atau mobil memotret bahkan merekam tubuh telanjang Intan sambil jalan. Intan merasa malu luar biasa namun ada perasaan yang sangat menggelitik yang belum pernah dirasakannya. Belum lagi, Karjo akan berhenti dan menyuruh Intan untuk melayani setiap orang yang berani mengikuti motor mereka. Bahkan, beberapa kali ketika mereka dihentikan polisi, Karjo langsung menawarkan Intan kepada polisi untuk disenggamai. Wajah Intan yang manis dan tubuhnya yang montok dan sekal tentu tak bisa ditolak pria manapun, tak terkecuali polisi. Setiap polisi yang memberhentikan mereka malah memboyong Intan ke dalam pos polisi dan menikmati tubuh gadis manis itu sepuasnya.
ntan benar-benar seperti menjadi jablay, namun jablay berkualitas yang gratis.
Intan diboyong polisi

Lina lebih ingin lagi bercerita kepada Riri tentang pengalamannya dikeroyok para supir truk dan preman yang ada di warung remang-remang. Kejadiannya baru 2 hari lalu, Asep dan Karjo membawa Lina ke warung remang-remang yang biasa mereka datangi. Sekejap warung itu langsung terdiam dan sunyi ketika Lina masuk ke dalam dan tak perlu waktu lama bagi Lina untuk menjadi pusat perhatian. Dan ketika Asep dan Karjo mengumumkan kalau semua orang yang ada di situ boleh menggagahi majikan mereka itu, Lina langsung 'digrebek' semua lelaki jelek di warung itu. Semuanya berebutan ingin meraba-raba tubuh Lina. Tak perlu waktu lebih dari semenit, Lina sudah bugil. Tubuh Lina menjadi bulan-bulanan empuk bagi kerumunan pria mesum di warung itu. Sudah satu-satunya perempuan di warung itu, wajah Lina yang cantik dan tubuhnya yang jenjang nan indah menjadi magnet kuat bagi semua pria di warung itu.

Semua pria termasuk Asep dan Karjo menggilir Lina. Secara bergantian, semua pria di warung itu yang berjumlah sekitar 20an, menggenjot vagina, anus, dan mulut Lina. Melampiaskan nafsu binatang mereka sepuas-puasnya ke gadis cantik, mumpung ada. Mereka semua menuntaskan hajat mereka ke tubuh Lina sepuasnya, menyiramkan air mani ke rahim, anus, mulut, ataupun ke tubuh bidadari itu. Asep dan Karjo pun membawa pulang Lina yang sudah pingsan dan berlumuran sperma di mana-mana setelah semua pria di warung itu puas dan tak kuat lagi. Ah, andai bisa cerita ke Riri, pikir Lina karena Riri antusias kalau diceritakan seperti itu. Tiba-tiba ada sms masuk.
"Lin, Mon, Tan. cek e-mail lo..", sms dari Riri. Lina menuju komputer untuk membuka emailnya.
Lina ketika membuka email


"Dear Lina, Intan, and Moniq..
sori gue nggak bisa ngomong langsung atau lewat telpon. gue cuma bisa ngomong lewat e-mail.
Duit lo bertiga udah gue balikin ke rekening lo masing-masing. Maaf, gue nggak bisa nerima.
Gue ngerasa gue nggak pernah main-main ngebantu Pak Malih. Jadi gue nggak bisa nerima uang lo semua.
Setelah kenal sama Pak Malih, gue ngerasa cocok n' rasanya Pak Malih itu jodoh gue. Gue bener-bener cinta n' sayang sama Pak Malih. Gue nggak mungkin ngelanjutin gila-gilaan sama lo bertiga karena gue nggak mau ngecewain Pak Malih.
Gue juga mau bilang, apa lo nggak sedih sama keadaan lo sekarang ? lo bertiga terlalu bebas biarin cowok make lo. Akibatnya, lo jadi nggak ada harganya, bahkan di mata Mang Asep sama Mang Karjo. Apa lo semua mau begitu terus sampai lo tua nanti ?. Tolong pikirin apa yang gue omongin.
Maaf kalau gue nggak bisa temenan lagi sama lo bertiga. Mungkin nanti kita bisa sama-sama lagi kalau udah punya keluarga masing-masing.
Makasih udah mau jadi teman gue yang ngertiin gue.
Sekali lagi, maaf.

Riri".

Intan, Lina, dan Moniq langsung terdiam membaca e-mail dari Riri. Sementara itu, setelah mengirim e-mail, Riri membuka kimononya. Dia naik ke atas tempat tidur dimana Malih sudah menunggunya. Kedua insan berbeda generasi namun saling mencintai itu sudah sama-sama telanjang bulat. Mereka berdua bercumbu penuh gairah, tangan mereka saling menjamah tubuh satu sama lain. Riri dan Malih bisa bergumul dengan bebas karena memang cuma ada mereka berdua. Nafsu mereka begitu menggelora, mereka bergumul sangat panas dan mereka juga sempat bermain gulat dan saling piting. Pokoknya, mereka berdua benar-benar menghabiskan waktu mereka sebaik-baiknya. Bagi Riri, penis Malih adalah suatu barang 'berharga', terlihat dari cara ia sangat menikmatinya saat mengulum kemaluan pria tua itu. Dan Riri juga tak sabar ingin mengandung buah cintanya bersama Malih. Riri dan Malih, walau mereka berdua berbeda generasi, mereka menjadi pasangan yang sangat serasi. Kadang pemenang tak harus memenangkan sesuatu, malah terkadang orang yang kehilangan adalah seorang pemenang. Riri berani berbicara ke tiga temannya walau kenyataan yang dibicarakannya sangat menyakitkan dan harus memutuskan persahabatannya, itulah sifat seorang pemenang, berani mengambil keputusan tepat meski harus kehilangan orang-orang yang disayang.

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar