Jumat, 12 Oktober 2012

Skandal di Rumah 5: Lust Everywhere


Skandal di Rumah 5: Lust Everywhere

Linda
Pagi itu sekitar pukul 9.00, setelah rumah sepi, Linda keluar dari kamarnya hendak berenang dan santai sambil tiduran di tepi kolam renang halaman samping rumahnya yang mewah. Hawa yang sejuk, menggodanya untuk berenang di kolam renang di halaman samping rumahnya. Kebetulan Linda memiliki berbagai macam pakaian renang yang dibelinya dari berbagai butik. Linda kemudian memilah-milah pakaian renang mana yang akan dipakainya. Apakah ia akan berenang dalam keadaan polos alias bugil, karena di rumah hanya ada Ujang, pembantu prianya yang saat ini sedang memotong rumput di sekitar taman samping, di sekitar kolam renang itu. Ataukah ia akan berenang dengan bikini yang sangat sexy dan mampu menggoda Ujang, jongosnya yang perkasa itu. Bukankah Linda hampir setiap hari berani telanjang bulat dan seringkali disetubuhi oleh Ujang di rumahnya yang mewah itu. Tetapi, setelah dipikir-pikir, akhirnya Linda memutuskan untuk memakai pakaian renang two pieces, jenis micro thong bikini, yang baru dibelinya disebuah butik. Pakaian renang itu begitu tipis dan kecil, sehingga tidak mampu menutupi bagian tubuhnya yang sexy. Sesaat setelah mengenakan pakaian renang itu, Linda memperhatikan tubuhnya yang begitu indah dan menantang tertutup oleh sepotong bra mini berwarna kuning muda yang hampir memperlihatkan sebagian besar payudaranya yang montok. Terlihat jelas tonjolan puting susunya yang montok itu di balik bra yang kecil dan tipis itu. CDnya, yang juga berwarna kuning muda yang dipakainya begitu tipis dan kecil, dengan tali kecil yang diikatkan ke kiri dan kanan pinggangnya. Tampak jelas bulu-bulu kemaluan Linda keluar dari sela-sela CDnya. Begitu terpampang bebas paha dan buah pantat Linda yang bening, putih mulus yang gempal dan montok itu. Penampilan Linda yang dibalut bikini jenis thong yang begitu menantang itu, pasti akan membuat Ujang, jongosnya itu, naik birahinya. Linda memang sengaja mau menaikkan birahi Ujang dengan pakaian renang  yang amat sangat menantang itu. Setelah puas memperhatikan kesexyan tubuhnya di cermin, Linda kemudian mengambil cream sunblok dari meja riasnya dan dalam pikirannya ia akan meminta Ujang untuk melumuri sekujur tubuhnya dengan cream itu sambil dipijat. Lalu membiarkan Ujang dengan tangannya yang kasar merayapi sekujur tubuhnya yang bening dan mulus. Dan selanjutnya tentu saja, dengan penuh nafsu, Linda akan menyerahkan tubuh indahnya untuk ditunggangi atau disetubuhi dengan begitu liar oleh Ujang, jongos kampungan itu yang batang kemaluannya  besar dan panjang serta mampu memuaskan hasrat seksual Linda yang besar. Sengaja Linda tidak menutup tubuhnya dengan handuk besar, tetapi ia hanya membawa handuk kecil saja yang biasa digunakan untuk mengelap tubuhnya saat berkeringat dikala berolah-raga di ruang fitness, di rumahnya.

Setelah siap, Linda keluar kamar untuk memperlihatkan aksinya yang binal itu kepada Ujang, sang jongos perkasa. Tetapi, ketika Linda keluar dari kamarnya dengan bikini yang begitu super sexy, ia melihat adik iparnya Lily sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca majalah.
“Halo ci Linda, saya tadi sudah sampai sekitar 30 menit yang lalu. Mampir sebentar mau ke Bogor, mau ajak cici sih, soalnya malas berangkat sendiri” kata Lily.
“Yah, kenapa semalam nggak telepon dulu? Soalnya kalo mendadak begini susah juga. Aku mau berenang dulu nih” sahut Linda kepada Lily.
“Aduh sexy banget pakaian renangnya. Ini kan jenis thong yah?” tanya Lily.
“Iya nih Li, cici baru beli dua hari yang lalu di butik di sekitar Jakarta Selatan, jenisnya micro thong bikini. Enak lho dipakainya, nggak ketat” demikian sedikit penjelasan Linda.
“Tapi ci, itu putingnya koq menerawang begitu dan bulu jembutnya juga kelihatan. Jadinya sexy banget kalo pakai jenis ini” Liliy masih agak heran dengan penampilan Linda.
“Nggak apa-apalah, kan sexynya di rumah sendiri” Linda memberi penjelasan ke Lily.
Lily memang berlagak tidak tau kalo dia pernah mengintip Linda yang sedang asyik bersetubuh dengan penuh nafsu di kamar jongosnya. Pikiran Lily mulai jalan, mungkin saja Linda mau menggoda jongosnya itu dengan penampilannya seperti sekarang ini, dan ujung-ujungnya pasti ML.
“Iya kan ada Ujang, si jongos itu. Dan dia lagi beresin rumput di sekitar kolam renang. Kalo dia lihatin terus, gimana ci? Apa nggak rugi, badan yang putih mulus dan bening ini diliatin si Ujang?” Lily pura-pura bertanya demikian.
“Ah jangan berpikiran begitu Li, mana dia berani sama kita. Kita kan nyonya majikannya, dia pasti nggak berani. Percaya deh!” demikian pembelaaan diri Linda.
“Apa nanti si Ujang nggak napsu ci, kalo lihat cici pakai begini?” kembali Lily memancing-mancing. “Nggak apa-apa koq. Kalo dia liatin terus, cuek aja. Hehehehe. Biar aja dia ngeliat, kan kita bebas di rumah sendiri. Ikut berenang aja yuk” demikian akhirnya Linda mengajak Lily, adik iparnya yang juga cantik, putih dan mulus itu untuk ikut gabung berenang.
“Kalo gitu, kenapa cici nggak berenang bugil aja? Sekalian aja ngasih lihat semua ke Ujang. Hehehehe” Lily menimpali keberanian Linda.
“Pelan-pelan dulu dong. Aku sih berani aja berenang bugil di depan Ujang. Mau bukti? Ntar lihat aja. Yuk Li, ikut berenang” Linda menimpali pertanyaan Lily.
“Benar nih, ntar buktiin yah kalo cici berani berenang bugil di depan Ujang, hihihi”.
“Iya, itu sih kecil…” Linda lalu menarik tangan Lily ke dalam kamarnya untuk memilih pakaian renang  jenis bikini yang juga tidak kalah sexy.

Linda mempersilahkan Lily membuka pakaiannya dan memakai bikini jenis micro thong warna abu-abu. Agak risih juga Lily bertelanjang di depan kakak iparnya, sehingga Lily melakukannya di dalam kamar mandi yang ada di kamar tidur itu. Sesaat setelah memakai bikini itu, Lily dapat melihat betapa tubuhnya juga begitu sexy, putih sekali, bening dan menantang. Lily merasa agak risih memakainya, karena pasti akan menjadi tatapan mata Ujang yang liar itu. Lily akhirnya cuek saja, toh ci Linda juga berani dengan bikini sexy seperti ini. Lily yakin penampilan dirinya dan ci Linda yang dibalut bikini seperti ini, pasti akan membangkitkan birahi Ujang. Dan seterusnya, Lily yakin, kalo ci Linda pasti berani bugil dan berbuat sesuatu yang gila dengan Ujang. Sama seperti Linda, Lily tidak membalut tubuhnya dengan handuk besar, tetapi mengambil handuk kecil yang sudah disediakan oleh Linda di tepi ranjang. Dengan sedikit keberanian, Lily mulai keluar dari kamar itu dan menuju kolam renang. Setelah Lily keluar dari kamar Linda yang indah itu, Lily sudah tidak menemukan Linda di dalam ruangan rumah itu, kemudian….. Ah rupanya Linda sudah berada di sekitar kolam renang itu. Benar saja, Lily saat ini sedang melihat pemandangan yang menggairahkan. Kakak iparnya itu bukan sekedar berbicara dengan Ujang, tetapi lebih dari itu. Lily melihat, kalau bibir indah Linda sedang disosor dengan begitu buas oleh mulut jongosnya yang tebal itu. Ujang yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer dekilnya itu, sedang asyik berpagutan dengan begitu nafsu, bahkan tampak jelas kalau  tangan Ujang yang hitam itu sedang masuk ke dalam CD tipis dan mengobok-obok vagina Linda. Kini Ujang bukan hanya asyik menikmati bibir Linda, tetapi juga asyik menyusu di payudara Linda yang bening dan montok itu.  Tampak sekali dengan begitu nafsu, Ujang menikmati payudara Linda dan dengan jari tangannya mengorek vaginanya.  Hal itu membua Linda mendesah penuh gairah
“eegghhh eeghhh eessshhhh aaahhh”. Mata Linda yang merem melek dengan rintihan yang keluar dari mulutnya serta gelinjang tubuhnya, memperlihatkan kalau ia menikmati perlakuan nakal dan buas dari jongosnya itu.
Jelas sekali Linda, membiarkan perlakuan Ujang atas tubuhnya.
“Sudah jang, nanti aja, ada Bu Lily. Nggak enak ah” akhirnya Linda meminta ujang untuk menghentikan aksinya itu.
“Sebentar lagi nyah, nih memek nyonya juga sudah basah” kata Ujang sambil terus mengoboki vagina Linda yang sudah berlendir, sebagai tanda sudah dikuasai nafsu.
“Iya Jang, nanti kamu boleh ngewein nyonyamu ini sampai puas, tapi setelah Bu Lily pergi  yah” demikian pinta Linda pada Ujang.
“Iya deh, nyonya cantik yang seksi, kalo gitu, Ujang ngewein nyonya ntar aja. Tapi kalo bisa…hehehehehe” Ujang tertawa.

Ujang

Linda kemudian menyahut: ”Kalo apa jang? Ayo ngomong!”
“Kalo bisa sekalian ajak Bu Lily ngewe bareng, pasti enak hehehehehe” Ujang menyampaikan maksud liarnya ke nyonyanya.
“Huh dasar…… yah sudah, lihat nanti. Sana kerja lagi beresin tanaman” Linda meminta Ujang untuk kembali bekerja.
“Beres nyah… Ujang kerja lagi deh” sahutnya yang agak menjauh dr Linda dan mulai bekerja membereskan taman lagi.
Lily menangkap pembicaraan Linda dengan Ujang apalagi mengenai permintaan Ujang itu. Lily menilai, di satu pihak ucapan Ujang memang kurang ajar, tetapi di lain pihak ucapan Ujang membangkitkan gairahnya. Bukankah Lily pun sudah beberapa kali menyerahkan tubuhnya disetubuhi oleh Otong, yang sama seperti Ujang adalah seorang jongos. Dan Lily juga pernah disetubuhi oleh Mamat, tukang antar ayam goreng (eps 2). Dan bukankah Lily sangat menikmati kocokan penis Otong dan Mamat yang besar dan panjang di dalam vaginanya. Apalagi LIly juga tahu kalau penis Ujang juga besar dan panjang, mungkin saja kini adalah kesempatannya untuk menikmati penis mantap milik Ujang. Linda saja sampai mendesah penuh nikmat, tentunya hal yang sama akan dialami olehnya bila ia disetubuhi oleh Ujang.
“Ah biarkan saja, lihat apa kata nanti deh” Lily perlahan jalan ke arah kolam renang itu, di mana Linda sedang rebahan di kursi tidur di pinggir kolam itu.
“Waduuhhh Li, kamu juga sexy lho dengan bikini seperti itu. Body kamu masih yahud banget deh” puji Linda ke Lily.
“Ah biasa aja ci. Body cici lebih ok. Kalau pakai bikini seperti ini, pasti cowok yang ngelihatnya bisa nganceng abis deh hehehehe” Lily pun memuji tubuh Linda yang jg masih indah kemudian mulai rebahan di kursi tidur yang ada di samping Linda.
“Tapi masih lebih indah body kamu, Li. Kan belum pernah melahirkan. Masih kenceng banget. Kalo aku kan sudah pernah melahirkan si Merry” timpal Linda. “Iya, tapi masih tetap kenceng koq. Pokoknya yahud banget deh. Apalagi kulitnya putih bening, pinggang cici juga ramping, pahanya putih dan berisi, dan lagi payudara cici masih begitu bagus. Pokoknya top deh” berkali-kali Lily memuji tubuh Linda yang indah.
“Iya dong, nggak rugi kan buang uang untuk permak body di Singapur. Jadi indah kan? Kapan nih kamu mau permak body juga di Singapore, nanti aku kenalin sama dokter yang ok deh. Rumah sakitnya juga ok banget” demikian penjelasan Linda pada Lily.
“Iya nanti aja deh setelah melahirkan yah. Kalo sekarang gimana ci, body saya?” tanya Lily kepada Linda untuk menilai tubuhnya.
“Bagus kok, putih, bening, dan payudara kamu kelihatannya tambah montok nih! Apa rahasianya yah?” balik Linda bertanya pada Lily.

Ketika ditanya begitu, Lily menjadi agak malu karena memang payudaranya bertambah besar, apalagi setelah Otong sering  menyetubuhinya dengan begitu nafsu sambil meremas payudaranya atau mengenyot putingnya dengan rakus. Untungnya payudara Lily tidak kendor atau turun, payudara itu masih kencang dan membusung sampai Linda pun memuji tubuh dan payudaranya.
“Ah nggak diapa-apain koq ci, mungkin karena branya aja yang kekecilan. Memang sexy yah ci?” tanya Lily ke Linda.
“Wah pokoknya, seksi deh payudara kamu, Li. Beruntung deh kita mendapat karunia tubuh yang indah. Kan nggak malu kalau dipamerin, betul kan?” demikian ungkap Linda.
“Ah dipamerin ke mana? Paling ke suami aja. Tapi kalo ci Linda, kelihatannya suka pamerin body juga ke orang lain selain suami yah? Hayo ngaku aja, hehehehehe.”  demikian goda Lily kepada Linda.
“Ih...ke siapa lagi sih? Jangan ngawur yah, nanti aku cubit lho teteknya!” sahut Linda kepada Lily sambil mencolek dan agak meremas sedikit payudara Lily yang juga menantang itu.
“Hihihihi geli ci…geli ah. Hihihi, jangan dicubit dong. Tuh si Ujang ngeliatin kita terus” kata Lily sambil melirik ke arah Ujang, karena jongos itu sebentar-sebentar selalu memandang ke tubuh mereka yang dibalut bikini sexy itu.
“Ci, katanya mau bereng bugil di depan Ujang! Mana buktinya” Lily mengingatkan Linda dengan nada menantang.
“Ok lihat aja. Tapi pelan-pelan dong bugilnya, Jangan buru-buru, kan nggak enak. Sabar yah” kata Linda meyakinkan Lily.
“Jang sini sebentar!” Linda dengan kuasa sebagai seorang nyonya majikan memanggil Ujang, pembantunya itu.
“Iya nyah. Kenapa nyah?” tanya Ujang yang masih bertelanjang dada menghampiri nyonya Linda.
Kelihatan sekali badan Ujang yang kurus dan hitam itu dibasahi keringat.
“Kamu bisa berenang juga kan, Jang? Yuk ikut berenang bareng” ujar Linda mengajak Ujang untuk ikut berenang.
“Tapi saya masa pakai celana ini nyah? Kan saya nggak punya celana renang” Ujang menyampaikan pendapatnya ke nyonya Linda.
Tatapan mata jongos itu tanpa berkedip memandangi tubuh telanjang yang berbalut bikini tipis dan sexy yang dikenakan nyonya majikannya itu.
“Tapi, kamu pakai celana dalam kan?” tanya nyonya Linda kepada Ujang.
“Saya pakai celana dalam nyah. Apa celana boxernya ini saya lepas aja?” tanya Ujang kepada nyonyanya itu.
“Yah sudah buka aja, celana boxernya. Pakai celana dalam aja. Yuk ikut berenang bareng!” nyonya Linda meminta Ujang untuk melepaskan celana boxernya itu.

Ujang pun lalu membuka celana boxernya dihadapan nyonya majikannya dan Lily.  Ketika celana boxer itu sudah lepas, dan Ujang hanya mengenakan CD berwarna hijau dan sudah agak kumal itu, tampak kekaguman dari raut wajah kedua perempuan, yang tidak lain adalah majikannya. Linda dan Lily dapat melihat sesuatu yang membonggol besar di selangkangan Ujang. “Gundukan” di selangkangan Ujang tampak begitu besar, seperti mau lompat keluar dr CD kumal itu. Meskipun tubuh Ujang begitu hitam dan kurus, tetapi keistimewaannya ada di tengah selangkangannya yang membonggol besar itu. Ini memperlihatkan, betapa Ujang memiliki batang kemaluan yang begitu besar dan panjang. Kemudian Linda bangkit dan siap mau berenang, tetapi tiba-tiba ia tidak jadi nyemplung ke kolam itu. Linda lalu mengambil cream sunbloknya itu dan melumuri lengannya dengan cream itu. tetapi ia tidak bisa melumuri bagian belakang tubuhnya. Tadinya Linda mau meminta tolong Lily untuk mengolesi tubuhnya dengan cream itu, tetapi supaya situasi tidak menjadi kaku, justru Ujang yang diminta tolong untuk melakukannya.
“Jang sini dulu, olesin cream ini di badanku dulu yah!” pinta Linda kepada Ujang.
“Iya nyah” kata Ujang sambil mendekati nyonya Linda yang sudah tengkurap itu.
Linda pun mengedipkan matanya ke Lily, seperti memberi tanda kalau “pertunjukkan” akan segera dimulai. Lily pun menanggapinya dengan tersenyum kepada Linda dan Lily paham kalau Linda akan memulai aksinya itu.
“Sini olesin di pundak dulu, lalu ke kaki yah! Pokoknya semua badan saya diolesin cream ini yah” Linda menyuruh jongosnya itu.
Ujang pun menimpalinya dengan patuh: “Iya nyah.
” Diambilnya cream itu dan sambil membungkuk, Ujang mulai melumuri tubuh bagian belakang nyonya Linda. “Sambil sekalian dipijit yah. Biar nggak pegel” ci Linda kembali memberi perintah ke Ujang. “Iya nyah, beres deh.” Sahut Ujang menanggapi keinginan nyonya Linda. Tampak terlihat oleh Lily, Ujang mulai mengolesi dan memijat tengkuk nyonya Linda. “Eegghh…pijitanmu enak juga, Jang” puji Linda kepada pembantunya itu. “Iya nyah, kalo untuk pijit aja sih gampang” kata Ujang sambil terus memijati pundak nyonya Linda. Dan ketika Ujang mulai menggerakkan telapak tangannya meyusuri punggung yang putih mulus itu, seakan ada sesuatu yang menghalanginya, yaitu tali bra bikini itu. Mengetahui hal itu, Linda kemudian meminta sesuatu kepada Ujang
“Kalo talinya menganggu. Dilepas aja, Jang.”
“Iya nyah” kata Ujang sambil menarik simpul pengikat tali bra bikini di belakang punggung Linda.

Kini ikatan itu sudah lepas, dan tali itu sudah tidak menganggu punggung Linda untuk diolesi cream. Saat Ujang terus mengolesi dan memijat bagian belakang tubuh nyonya majikannya itu, tiba-tiba Linda menarik tali bra bikini itu, dan dalam keadaan masih tengkurap, Linda menaruh bra bikini itu di meja samping kursi tidur. Terlihat jelas gundukan payudara  yang sudah bebas dari penghalang itu, menempel di kursi tidur itu. Pijitan lembut dari Ujang rupanya membuat Linda berkali-kali melenguh penuh nikmat. Apalagi  ketika  Ujang mulai mengelus bagian samping kiri dan kanan tubuh nyonya Linda, dan terus naik ke ketiak dan terus merambat ke lengan Linda, beberapa kali tangan Ujang menyentuh bagian pinggir payudara Linda. Hal itu tentu saja membangkitkan gairah dalam diri nyonya Linda. Lagi-lagi ketika Ujang mulai mengolesi cream kearah pinggang bagian bawah dan menuju ke pangkal paha bagian dalam, tangan Ujang terhalang oleh CD bikini itu. Lily yang menyaksikan caranya Ujang mengolesi dan memijat tubuh ci Linda, mulai terangsang juga. Kini ia melihat sesuatu yang lebih menggairahkan lagi.
“Tali celana dalamnya di lepas aja, Jang” pinta Linda kepada Ujang.
“Oke nyah” kata Ujang kepada nyonyanya.
Ujang pun menarik simpul ikatan CD bikini itu. Lalu Linda memberi perintah lagi kepada Ujang:
“Jang, cd saya dilepas aja. Taruh di meja, di samping bra itu.”
Ujang pun kembali melakukan apa yang diperintahkan Linda. Dia pun menarik CD itu, hingga lepas dari tubuh Linda dan meletakkannya di meja seperti diperintahkan Linda. Kini Linda, yang masih tengkurap itu, sudah tampil telanjang polos bagian belakangnya di hadapan Ujang yang masih mengolesi tubuh belakangnya dengan cream.  Ketika tangan Ujang mengolesi bagaian pantat Linda, tampak sekali Ujang begitu nafsu meremas pantat yang putih dan gempal itu. Hal itu membuat nyonya majikannya mendesah dalam lingkup birahi :
”eeggghhh Jang. Enak, pijitin terus Jang!”
Kini Ujang akan mengolesi bagian paha bagian dalam. Perlahan telapak tangannya yang hitam dan kasar itu menyusuri paha yang putih dan mulus itu, terus ke bagian lipatan paha dalam Linda.
“Eeeggghhhhh…….aaahhhh” Linda mendesah penuh nikmat.
Telapak tangan Ujang terus merambat ke pangkal paha Linda dan Lily melihat, sepertinya Ujang menyentuh bagian yang sangat sensitif dari tubuh Linda. Linda yang mendapat perlakuan seperti itu, semakin membuka pahanya dan mengangkat sedikikit pantatnya, seolah-olah mempersilahkan tangan Ujang menyentuh kemaluannya. Agak lama tangan Ujang bermain dibagian itu, sehingga membuat Linda mendesah penuh gairah. Tak lama kemudian Ujang mengatakan sesuatu ke Linda:
”Nyah, bagian belakangnya sudah selesai.”
“Ok, sekarang yang bagian depan yah. Sekalian dipijit yang enak yah” sahut Linda sambil membalik tubuhnya.

Lily agak terkejut dan kagum akan keberanian kakak iparnya ini. Dan kini tampaklah tibuh bagian depan Linda yang begitu indah, terpampang polos, bugil di hadapan Ujang, jongosnya itu. Tidak ada perasaan sungkan dari Linda, ketika Ujang menatapi sepasang payudara yang bebas tanpa penghalang dengan putingnya yang berwarna kemerahan. Dan Linda juga sengaja membiarkan Ujang menatap bulu kemaluan yang lebat dan vaginanya yang agak mengintip itu. Linda sudah terlentang bugil polos, tanpa penutup sedikit pun di hadapan jongosnya. Kemudian Linda mengatakan sesuatu yang mengejutkan:
“Jang, kamu pijitan tetek saya yah.”
“Beres nyah!” sahut Ujang sambil mengangkat sepasang tangan nyonya majikannya dan meletakkannya di atas kepala Linda, sehingga tampak ketiak Linda yang begitu putih dan merangsang.
Dengan posisi tangan di atas kepala, membuat payudara Linda semakin membusung dan menantang. Ujang mulai mengambil cream dan melumuri telapak tangannya dengannya, lalu……
“Aaagghhhh Jaaangg, eennaakkkksss sekkaalliih. Ooouuggghhhhsss” demikian suara rintihan yang keluar dari mulut Linda, ketika Ujang mulai meremas payudara yang montok itu.
”Terus remas yang nikmat Jang…. Oooghhhssttt. Pijat putingnya….oooggghhhhss” Linda merintih ketika Ujang meremas sambil mempermainkan puting payudaranya yang semakin menegang itu.
Mata Linda merem melek sambil mendesis penuh gairah, saat Ujang mulai meremas dengan begitu keras.
“Remas yang kenceng, Jang” pinta Linda yang sudah diliputi nafsu.
Nafsu birahi yang sudah menjalari sekujur tubuh Linda, sepertinya sudah melepas perasaan malu, bahwa di hadapannya ada Lily, adik iparnya. Tetapi di lain pihak, tindakan Linda dengan Ujang, memberikan sensasi tersendiri, sehingga birahi Lily pun lama-lama mulai naik.
“Teteknya montok yah nyah. Putih dan mulus lagi. Benar-benar mantep. Pentil teteknya juga sudah nganceng” puji Ujang kepada nyonya Linda sambil terus meremas payudaranya yang putih mulus menantang itu dengan tangannya yang hitam kasar itu.
“Jang…essshhh putingnya dijilatin dong!” Linda meminta Ujang melakukan perintahnya.

Ujang sambil terus meremas payudara itu kemudian melakukan aksinya yang lebih berani lagi. Dengan mulutnya, Ujang mencaplok payudara nyonyanya dan mengemut dengan begitu liarnya puting payudara itu. Tubuh Linda menggeliat dan mulutnya terus mendesah menahan nikmat yang luar biasa, ketika mulut Ujang melumat dan menggigit lembut pentil susunya. Ketika Ujang menciumi dan menghisap payudara itu, Linda semakin membusungkan dadanya agar Ujang bisa melakukan perintahya. Wajah Ujang kini sudah menyatu lengket dengan payudara Linda. Kemudian perlahan tangan Ujang mulai turun menyusuridan mengelus perut, pusar dan akhirnya mengelus rimbunan bulu kemaluan Linda. Kelihatan jelas di mata Lily kalau Linda sudah dikuasai nafsu yang begitu hebat dan  menyerahkan tubuh bugilnya diperlakukan dengan penuh nafsu oleh Ujang. Telapak tangan Ujang, tampak mengelusi selangkangan Linda, dan kemudian menyentuh vaginanya. Lily pun kembali melihat betapa liarnya jari jemari Ujang mulai mempermainkan bibir kemaluan Linda. Perlakuan Ujang membuat nyonya Linda semakin menggeliat, saat Ujang mulai mengelusi dengan begitu liar vagina itu. Dan tanpa meminta ijin lagi pada Linda, Ujang mulai menyusupkan jari tengahnya perlahan-lahan dan masuk ke dalam rongga vagina Linda.
“Egggssshhh Jaanngg….eesshhhh..teeerruusss Jannngg. Aaagghhh eeenaakkksss…” Linda sangat menikmati perlakuan Ujang yang begitu asyik mempermainkan vaginanya.
Kini Lily terbengong-bengong melihat dan mendengar luapan birahi kakak iparnya dan kelihatannya Ujang mampu menjadi pemuas nafsu birahi Linda yang begitu menggebu-gebu. Mungkin Linda tidak pernah mendapat kenikmatan ketika bersetubuh dengan suaminya, sehingga Ujang yang hanya seorang pembantu yang menjadi pejantan untuk memuaskan nafsu birahinya. Lily terus menyaksikan adegan Linda dan Ujang. Tampak dengan penuh nafsu, Ujang menjilati, menyosor, mengemuti payudara montok dengan bibir dan mulutnya, sedangkan tangan kanannya bermain di selangkangan dan terus mengobok-obok vagina Linda yang berbulu rindang itu. Dilain pihak, Linda sangat menikmati perlakuan Ujang atas dirinya. Beberapa kali ia mendesah penuh nafsu dan membiarkan tubuh indahnya yang sudah bugil diperlakukan seperti itu oleh jongosnya. Lily semakin naik birahinya menyaksikan pemandangan sensual itu, kalau dahulu hanya mengintip, kini dpt melihat dengan jelas perbuatan mereka.

“Aaaghhh ennaakkk sseekkaaliii Jaaanng......teeerrruusssiiinnn Jaaannnggg ooouuugghhh” Linda menggelinjang penuh birahi mendapat “serangan” Ujang.
Linda dan Ujang tidak menghiraukan keberadaan Lily di tempat itu, bahkan mereka sengaja memperlihatkan tindakan sensual itu kepada Lily. Karena terus diemut payudaranya dan diobok-obok vaginanya dengan penuh nafsu oleh Ujang, akhirnya nyonya Linda menunjukkan tanda-tanda akan orgasme.
“Ooouugghhh Jjaaannngg…. Akkuuuu kkeellluuuaaarrrr……eeessshhhh.” erang Linda panjang
Tampak puas sekali Linda melepas letupan birahinya dan kemudian tubuhnya melemas setelah mendapatkan kepuasan itu. Tampak sekali payudaranya agak kemerahan karena dicupang dengan begitu nafsu oleh Ujang. Ketika Ujang menarik jari tengahnya dari vagina nyonyanya, ia memperlihatkan lendir birahi itu kepada nyonya majikannya yang cantik, lalu tiba-tiba Linda menarik jari itu, mendekatkannya pada mulutnya dan menjilati jari itu.
“Nyah…memeknya rapet banget yah” puji Ujang kepada nyonya majikannya.
“Iya dong, kan dirawat” kata Linda.
“Iya nyah, padahal sudah sering Ujang coblos yah hehehehe” kata Ujang.
Mereka tanpa malu-malu bercanda cabul seperti itu di depan Lily. Lalu segera Lily menimpali:
“Wah rupanya ci Linda, sudah sering main sama Ujang yah? Hayo ngaku aja deh.”
Tampak wajah Linda merona merah ditanya seperti itu oleh Lily:
“Ujang jangan ngaco yah…”
“Nggak apa-apa koq ci. Rahasia antara kita aja, ga usah kaya orang lain. Omong-omong saya juga pernah ngintip cici waktu ML sama Ujang di kamar Ujang. Wah seru banget deh hehehe.”
Ujang lalu ikut bicara: “Iya benar non Lily, nyonya Linda paling suka sama kocokan kontol saya. Apalagi kalo dengar erangan nyonya Linda waktu saya entotin….wah nafsu banget deh.”
Tampak wajah nyonya Linda tambah bersemu merah ketika Ujang membuka rahasia mereka, apalagi mendengar pengakuan Lily yang pernah mengintip skandal antara dirinya dengan Ujang.
“Hayo Li, sekarang giliran kamu dipijat sama Ujang. Ayo Jang, kamu olesin badan non Lily sama cream ini.”

Lily

Masih dalam keadaan telanjang bulat, Linda mulai berdiri dan menarik tangan Ujang untuk melakukan perintahnya ke Lily. Ia menarik tali bra bikini Lily sehingga lepas dari tubuh indahnya:
“Ini branya dibuka saja sekalian. Biar enak pijitnya.”
“Oghh ci Linda… Jangan dibuka dong. Malu nih” kata Lily menutupi sepasang payudaranya yang terlepas dari bra bikini itu.
“Nggak usah malu deh. Aku aja tadi nggak malu koq bugil di depan Ujang.” kata ci Linda sambil menarik tangan Lily supaya menjauh dari payudaranya yang putih, mulus, montok dan menantang itu, “toket indah jangan ditutup dong. Tuh Ujang juga ngiler lihatnya” canda Linda.
Ujang pun begitu bernafsu memandang tubuh bagian atas Lily yang begitu putih dan payudaranya dengan pentil susunya berwarna kemerahan tegak menantang. Ia pun mendekati Lily
“Sini non, saya pijitin!”
“Iya Li, ayo jangan malu dipijitin Ujang. Enak lho. Bikin ketagihan deh.”
Awalnya Lily masih malu-malu dengan menutupi payudaranya, tetapi setelah menyaksikan betapa Linda puas atas perlakuan Ujang, maka ia mulai tertarik ingin merasakan kenikmatan seperti yang dirasakan kakak iparnya itu.
“Iya, tapi pijitin bagian belakang aja yah. Malu ah” kata Lily pura-pura malu.
“Iya pijitin belakangnya dulu. Nanti depannya sekalian. Hehehe. Ayo Jang pijit yang nikmat yah” perintah Linda kepada Ujang.
“Beres nyah” Ujang mengikuti perintah nyonya majikannya itu dan mulai melumuri punggung Lily yang sudah terbuka itu dengan cream dan perlahan-lahan mulai menyentuhnya.
“Aaagghh….” Lily mulai mendesah ketika telapak tangan Ujang yang kasar itu mulai menyentuh punggung yang terbuka itu dan mulai memijitnya. Perlahan Ujang mulai mengelusi pundak  dan mulai memijat tubuh bagian belakang Lily dengan penuh perasaan. Ujang pun menikmati kulit halus dan lembut itu. Sedangkan Linda, tampak cuek saja dalam keadaan bugil polos melihat Ujang yang sedang mengelusi tubuh bagian belakang adik iparnya. Ujang menuang sedikit demi sedikit cream itu di pundak dan punggung Lily dan mulai memijat dengan penuh perasaan. Pijitan dan usapan halus dari Ujang mendapat reaksi dari Lily, beberapa kali Lily mendesah dan menggelinjang, ketika jari jemari Ujang mulai mengelusi punggung mulus yang terbuka itu.

Sementara itu, Linda memperhatikan mereka sambil berbaring santai di kursi di samping Lily dalam keadaan masih bugil polos. Lily melihat kalau Linda cuek saja dalam keadaan telanjang bulat, meskipun ada Ujang. Baru beberapa menit dipijit, Lily mendengar ada seseorang yang datang dan langsung masuk ke daerah kolam renang itu. Lily agak terkejut karena dalam keadaan hampir telanjang polos itu, mendengar ada suara lelaki yang masuk ke arah mereka. Tetapi anehnya Linda tetap cuek akan kehadiran lelaki itu, bukankah ia masih dalam keadaan bugil total.
“Jang, ngapain aja luh?” sapa lelaki itu.
“ini lagi pijitin non Lily, adik iparnya nyonya Linda” sahut Ujang.
“Wah enak banget lu, bisa mijitin dua perempuan cantik” kata lelaki itu.
“Tumben kamu, So datang ke sini? Hayo mau ngapain?” tanya Linda yang kelihatannya sudah kenal dengan lelaki itu.
Lily mulai curiga melihat situasi itu, karena sepertinya Linda kenal dengan lelaki itu, dan tetap berani bugil berhadapan dengan lelaki itu. Penampilan lelaki itu tidak beda jauh dengan Ujang: kulitnya begitu hitam legam, kurus ceking, matanya belo dengan bibirnya yang tebal dan giginya yang agak tongos.
“Tenang aja non Lily, ini teman saya juga. Namanya mang Darso (lihat eps. 3), dia juga kacung di kompleks perumahan ini” ujar Ujang kepada Lily.
“Halo non Lily, wah nggak kalah cantik nih sama nyonya Linda. Saya Darso, kerja di rumah yang berwarna kuning itu. saya biasa ke sini koq ngobrol-ngobrol sama Ujang dan…ehhmmm…ikut muasin nyonya Linda juga hehehehe” demikian ungkap Darso kepada Lily
”Darso, jaga bacot lu ah!“ sergah Linda sambil meremas lembut selangkangan Darso.
“Aduh nyah…kontol saya jangan di remes dong hehehehe” protes Darso yang sebenarnya senang akan perlakuan Linda.
“Agghhh nakal kamu Darso…..” desah Linda karena tiba-tiba Darso meremas payudaranya yang mengantung bebas itu dan menarik tubuh bugilnya ke dalam pelukannya.
Linda diam saja diperlakukan tidak senonoh oleh Darso, bahkan ia meminta agar Darso mengemut putingnya:
“So…isepin pentil gua dong!” 
Darso menanggapinya dengan penuh nafsu:”Ok nyah, sini teteknya saya isep…..sambil saya obok-obok yah memek nyonya.”

Linda lalu merebahkan tubuhnya di atas kursi malas itu mempersilahkan Darso menyusu pada payudaranya dan merenggangkan pahanya, supaya Darso bisa melakukan aktivitasnya di vaginanya.
“Aaaaggghhhh……eeesssttttt…….ooooouuuwwww” demikian erangan Linda dan tubuhnya menggelinjang begitu hebat saat Darso mendaratkan bibirnya dan mulai menyusu di payudaranya, sambil jari tangannya mengelus dan mengoboki liang vaginana.
“Non Lily, tuh lihat nyonya Linda sebentar lagi pasti entotan sama mang Darso hehehehehe” kata Ujang kepada non Lily.
“Iya, dasar ci Linda nakal sih” ungkap Lily sambil tersenyum kepada Ujang, lalu Lily membalikkan tubuhnya menghadap Ujang.
Ia sudah tidak malu lagi memamerkan payudaranya yang putih, bening dan montok itu kepada Ujang, karena ia pun sudah mulai terbakar birahinya dan ingin melihat pertunjukan antara Linda dengan Darso.
“Teteknya mau saya pijat juga non?” tanya Ujang kepada Lily.
Kemudian Lily mempersilahkan Ujang untuk memijat payudaranya: “Iya Jang, yang enak yah”
“Beres deh  non, pokoknya non Lily pasti puas deh“ kata ujang sambil mengelus payudara Lily yang indah itu.
“Egghhh aahhhh” Lily mulai mendesis ketika payudaranya disentuh dan diraba oleh Ujang.
Ujang mengelus lembut payudara Lily tapi lama kelamaan meremasnya dengan penuh nafsu. Lily yang sudah dikuasai birahi akhirnya membiarkan Ujang menikmati payudaranya itu. Ujang lalu berbicara kepada Darso:
”Mang Darso telanjang juga dong! Bugil seperti nyonya Linda.”
“Oh iya, Jang. Saya telanjang dulu yah.” ujar Darso menghentikan kegiatannya sejenak untuk melepas semua pakaiannya.
Akhirnya Darso kini sudah telanjang polos seperti halnya Linda. Betapa hitam legam tubuh Darso dengan batang kemaluannya yang sudah menegang begitu hitam, besar dan panjang. Kini Darso memeluk tubuh Linda dengan begitu erat, kemudian mereka saling berciuman dengan begitu nafsu. Linda memeluk tubuh pria itu sambil tubuh mereka berhimpitan mesra, dan  memberikan bibirnya dan terus berciuman dengan begitu mesra. Sambil berpagutan mesra, tangan Darso bergerilya di sekujur tubuh Linda untuk mengelus dan meremas tubuh indah nyonya cantik itu. Payudara Linda dan vaginanya menjadi sasaran empuk bagi tangan Darso.

“Nyah…saya mau mainin memek nyonya” Darso meminta agar Linda merenggangkan pahanya, dan hal itu diikuti olehnya
“Wah, memeknya mantep sekali. Jembutnya lebat yah. Saya jadi nafsu nih” ujar Darso sambil membuka pangkal paha Linda, sehingga vaginanya semakin terbuka dan Darso dapat memandanginya dengan penuh gairah.
Darso begitu kagum akan vagina Linda yang masih tetap indah, meskipun sudah beranak. Ketika Darso mulai mendekatkan wajahnya dan menjulurkan lidahnya untuk menjilat vagina itu, Linda mulai mendesah penuh gairah:
“ooouugghhh….eessstttthhh aaahhh. Eeennaaakkk sseekkaaalliiihh.”
Mendengar desahan dan merasakan tubuh Linda yang menggelinjang, Darso semakin meningkatkan “serangannya” pada vagina yang terpampang di hadapannya. Supaya Linda dan Darso lebih leluasa bergumul, lalu Ujang mengajak Lily untuk pindah ke kamarnya:
“Non Lily, kita pindah aja yuk. Pijatnya dilanjuntukan di kamar saya aja yah” kata Ujang sambil terus mengelus payudara montok Lily yang sudah terbuka bebas itu dan terus memainkan pentilnya.
Lily mengiyakan ajakan Ujang, kemudian ia pun bangkit dan siap pindah ke kamar Ujang. Ketika mereka akan beranjak dari lokasi kolam renang itu, tiba-tiba Ujang menarik lepas CD bikini Lily yang juga kecil itu
“Ini sekalian dibuka aja yah, non Lily. Biar pijitnya enak.”
Ujang lalu melempar CD itu ke atas kursi tidur itu, sehingga kini Lily sudah tampil telanjang polos tapa sehelai benang pun di hadapan Ujang, juga Linda dan Darso. Diperlalukan seperti itu, Lily hanya tersenyum lalu berkata:
“Ah kamu bisa aja Jang. Bilang aja mau bugilin saya. Awas jangan perkosa saya yah hihihi.”
“Nggak non, Ujang nggak akan perkosa non Lily yang cantik koq” ucap Ujang.
Ujang kemudian mengandeng tangan non Lily dan membawanya ke kamar tidurnya. Saat itu, Ujang masih mengenakan CD bututnya dan Lily tanpa malu membiarkan tubuhnya yang mulus dan indah dalam keadaan telanjang bulat dituntun  ke kamar jongos itu. Mata Ujang terus menatap tubuh Lily yang benar-benar yahud itu dan terkadang tangannya dengan begitu liar meremas pantatnya. Suatu keberuntungan bagi Ujang, karena sebentar lagi ia pasti bisa menikmati tubuh indah Lily.

Sementara di sekitar kolam itu, tampak Darso sedang menikmati suguhan vagina Linda dan terus menciumi dan menjilati vagina itu. Dua jari tangan Darso, yakni jari tengah dan telunjuknya sudah masuk menerobos vagina Linda dan mengorek kelentitnya, sehingga Linda mengerang penuh nikmat.
“oouugghhh teerrusss So, aaagggghhhhh, eeeggghhhhh. Nikmat sekaliiii.” vagina Linda terus dirangsek oleh jemari Darso, sambil lidahnya juga bermain di dalam rongganya.
Tampak sekali vagina Linda menjadi basah karena terus diobok-obok dengan begitu liar. Akhirnya setelah sekian lama diperlakukan seperti itu, Linda pun mendesah dengan begitu hebat, mengejan dan akhirnya lemas karena kembali mengalami orgasme dahsyat.
“ooooggghhh So, akkuuu kkeellluuaaarrr…eessshhhh” rintih Linda.
“Luar biasa, memek nyonya enak sekali. Lendirnya juga gurih. Hehehehe. Lagi nafsu yah nyah?” Darso sedikit meledek Linda.
“Iya nih, nikmat banget. Hebat sekali kamu, So. Bisa bikin aku puas” puji Linda kepada Darso.
“Ya pastilah, Darso....ntar nyonya akan saya bikin nikmat deh, apalagi kalo sudah saya entot sama kontol saya” ungkap Darso.
“Iya, kontol kamu besar yah. Sini saya pegang kontol kamu” Linda meminta Darso mendekatkan batang penisnya yang sudah tegang itu.
Darso lalu menyodorkan batang penisnya yang sudah tegang dan keras itu ke Linda, dan diarahkan ke dalam mulutnya. Masih dalam keadaan duduk, Linda menyambut batang penis yang besar itu dan mulai mengarahkannya ke dalam mulut mungilnya. Darso yang berdiri di hadapannya mulai memasukkan batang penisnya ke dalam rongga mulut Linda.
“Terus nyah…..egghhh isep terus kontol saya.” Darso begitu menikmati service Linda atas penisnya.
Darso pun tidak tinggal diam, dia terus memaju mundurkan penisnya di dalam mulut Linda, sampai-sampai batang penis yang besar itu masuk memenuhi rongga mulut dan menyentuh kerongkongan Linda. Tangannya memegang kepala Linda dan terus meremas rambutnya, seolah tak mau melepas cengkraman mulut nyonya cantik itu. Darso terus mengocok mulut Linda dengan penisnya, dan akhirnya setelah dirasa puas, ia melepaskan semburan spermanya.
”eeeggghhh nnyyaaahh. Saaayyyaa keelluuaarrr eessshhhh…crrrooott ccroooottt ccrrroooottttssss” Darso mengeram penuh nikmat dan menumpahkan spermanya di dalam mulut Linda.

“Telan mani saya nyah…..oooggghhh” suruh Darso sambil, dengan kedua tangannya, menekan kepala Linda seolah tidak membiarkan spermanya keluar dari mulut nyonya haus seks itu. Linda pun akhirnya menelan sperma Darso sampai habis, dan menjilati ujung kepala penis dan dengan lidahnya membersihkan lubang kencingnya sampai bersih dari spermanya.
“Luar biasa nyah, saya puas sekali” ungkap Darso.
“Oke...skor kita 1-1 yah” sahut Linda sambil berdiri dan dalam keadaan masih telanjang bulat
Mereka berpelukan dengan begitu mesra dan penuh nafsu. Tampak sekali tubuh putih mulus Linda menempel erat dengan tubuh hitam legam Darso. Dalam keadaan berpelukan, mereka masih terus saling remas anggota tubuh pasangan mereka. Sepasang tangan Darso tidak henti-hentinya meremas buah pantat dan payudara yang montok itu. Sedangkan tangan Linda terus bermain di buah pelir Darso dan terus meremasnya penuh mesra. Mereka pun kini sudah berciuman penuh mesra, mulut Darso bersatu sepenuhnya dengan mulut Linda dan saling berpagutan penuh birahi yang menggebu-gebu. Tak lama kemudian, batang penis Darso kembali menegang dan keras.
“Nyah, kontol saya tegang lagi nih!” ungkap Darso.
“Iya tuh sudah nganceng banget. Ngewe lagi yuk” ajak Linda kepada Darso.
“Yuk dah, nyonya telentang deh, ntar saya entot sampai nyonya klepak-klepek.”
Linda pun kemudian tiduran telentang di atas kursi malas itu dan membentangkan pahanya lebar-lebar memperlihatkan liang vaginanya kepada Darso untuk diterobos dengan batang penisnya yang besar dan panjang itu. Darso mulai mendekatkan penisnya yang sudah siap tempur itu ke arah vagina Linda. Dan ketika itu mulai menempel di mulut vagina Linda, Darso menggesek-gesek dahulu kepala penis itu di bibir vagina itu dan akhirnya perlahan-lahan……slebbbb bleeesss.
“Oooogghhhhh Daaarrssssoooo…..eeeeeeggghh oooowwww” tubuh Linda melengkung menerima sodokan batang penis Darso yang luar biasa tegang itu dan mulutnya terus mendesis menahan gejolak birahi dengan matanya terpejam merasakan nikmatnya penis besar itu menerobos liang vaginanya.
“Ogghh nyaahh, memek nyonya memang legit banget. Kontol saya seperti diremas-remas…eegghh” ungkap Darso kepada Linda.
Batang penis Darso belum masuk sepenuhnya, baru setengahnya saja yang masuk dan itu sudah membuat Linda mengelinjang penuh birahi.

Perlahan-lahan Darso mulai menekan pantatnya dan mendorongnya sehingga batang penisnya mulai masuk lagi menerobos liang vagina Linda. Setiap kali pria itu menekan pantatnya dan mendorong penisnya masuk ke dalam liang vaginanya, Linda kembali mengerang dan menggelinjang penuh nikmat. Tak tertahankan nikmatnya, ketika penis besar dan tegang milik Darso menerobos masuk bersatu erat di dalam vaginanya.
“ooogghhh terrruuusss So, teeekkkaaannn saaammmppaiii meeennttookkk ooouuuwww eeessshhhhh” demikian rintih Linda penuh nafsu.
Dan akhirnya, Darso menekan pantatnya dan akhirnya batang penis itu masuk sepenuhnya ke dalam liang vagina nyonya cantik itu
“oohhhhgggg…..” Linda meringis penuh nikmat, ketika vaginanya dipenuhi oleh penis Darso yang besar dan tegang itu.
Darso membiarkan penisnya berada sepenuhnya di dalam vagina Linda, terasa sekali penisnya seperti diremas di dalam rongga vagina itu. Sedangkan Linda begitu menikmati proses masuknya batang besar itu sampai full mentok menyentuh dinding rahimnya, dirasakannya betapa gagahnya penis Darso membelah liang senggamanya. Setelah Darso merasa cukup membenamkan penisnya dalam-dalam menerobos vagina Linda, kini ditariknya penisnya itu sampai di leher vagina, lalu ditekan lagi penis itu masuk ke dalam rongga kelamin Linda. Awalnya Darso melakukan itu dengan begitu lembut dan perlahan, tetapi karena sudah dikuasai nafsu yang begitu hebat, apalagi mendengar erangan penuh nikmat yang keluar dari mulut Linda, maka ia dengan begitu keras memaju-mundurkan penisnya dengan sangat cepat. Tampak sekali penis yang besar, panjang dan hitam itu mengocok vagina Linda yang cantik, putih, bening dan seksi itu.
“Egghhh ooouughhh eesssttt aaahhhhh ooouuuwwww ssshhhhh” begitulah erangan yang tidak henti-hentinya keluar dari mulut Linda karena vaginanya diterobos oleh batang penis jongos tetangganya.
Linda tidak tinggal diam menerima sodokan penis Darso, ia pun mulai memutar pantatnya yang semok itu, sehingga membuat batang penis itu seperti di remas-remas.
“eegghh nyah…meemmeeekkk nyonnnyyaaa luuaaarr biiaaassaa niikkmmaatt oogghh” Darso sungguh merasa nikmat mendapat perlakuan seperti itu.
Sambil terus mengenjot vagina Linda, Darso kembali berpagutan mesra. Bibir mereka bersatu erat, seolah terkunci dengan luapan birahi mereka. Tangan Darso pun terus meliar meraba dan meremas tubuh Linda dan yang menjadi sasaran utama adalah payudara yang montok dan indah itu.

Darso dengan penuh semangat mengenjot penisnya di dalam liang vagina Linda. Tak lama kemudian ia menghentikan genjotannya itu dan meminta Linda ganti posisi. Darso ingin sekali menyetubuhi Linda dengan gaya nungging:
“Nyonya nungging yah, saya mau entot nyonya sambil nungging!”
Linda mengikuti kemauan jongos itu, kemudian menungging dan memasang posisi untuk kembali digenjot oleh penis besar itu dari belakang. Darso mengambil posisi di belakang Linda yang sudah menungging dan membuka pahanya, lalu mengarahkan batang penisnya ke liang vagina itu dan blleeesss….blleesss. masuklah kini penis hitam, besar dan tegang itu menyusuri liang vagina Linda sampai terbenam utuh sepenuhnya.
“eeessstttt Daaarrssoooo, eesshhhh ooouuwwwhhh aaarrggghhhh” Linda kembali mendesah dan menggelinjang penuh nikmat saat liang vaginanya terisi penuh oleh penis Darso.
Dengan penuh nafsu, Darso memompa vagina Linda dengan batang penisnya yang kekar itu. Kocokan penis itu terasa makin lama, makin kencang sehingga tubuh putih Linda menggelepar penuh birahi. Tubuh mereka sudah dibasahi oleh keringat yang deras mengucur karena persetubuhan yang dahsyat itu. Darso terus mengocok vagina Linda dengan penuh semangat, sambil menekan dan mendorong vagina Linda dengan penisnya yang besar itu.
“Eggghhh Darrsssooo, aakkuu maauuuu kkeellluuuuaarrrr laaaggiii ooouuuggghhhhh eeesssssttttttttt aaaagggghhhhhhhhhhh” Linda kembali mengerang dan akhirnya “seerrrrr sseeerrrr”, ia pun orgasme dengan penuh nikmat.
Meskipun Linda sudah sampai pada orgasmenya, tetapi belum ada tanda-tanda dari Darso untuk sampai pada orgasmenya. Darso kemudian mencabut penisnya dari liang vagina Linda:
“Nikmat yah nyah entotan saya?”
Linda menjawab pertanyaan Darso: “Hee-eh...nikmat banget, sodokan kontolmu nikmat sekali.” 
Tiba-tiba muncul hasrat Darso untuk menyetubuhi lubang anus Linda. Kalau dahulu Ujang yang menyodomi anus Linda, kini Darso pun ingin mensodominya.
“Nyonya, saya entot lagi yah!”pinta Darso kepada Linda.
“Ok aja, saya juga masih kepengen nih. Mau gaya apa lagi nih?” tanya Linda kepada Darso.
“Nyonya tetap nungging aja. Saya lebih senang entot nyonya dengan gaya nungging” ungkap Darso yang sebenarnya ia ingin membenamkan batang penisnya ke dalam anus Linda. Mendengar ungkapan seperti itu, Linda tetap dalam posisi nungging, dan mempersilahkan Darso melakukan penetrasi ke dalam vaginanya.

Kembali Darso mengambil posisi di belakang Linda lalu memegang pantat yang montok itu lalu mulai membukanya sedikit. Linda belum mengerti maksud Darso, sehingga ia membiarkan pria itu mengelus dan membuka pantatnya yang seksi itu, dikiranya Darso mau meraba pantatnya yang putih mulus itu. Darso melihat lubang anus Linda dan perlahan-lahan mulai mengarahkan penisnya siap menerobos anus itu. Setelah dirasa pas, Darso mulai menekan penisnya ke lubang anus Linda.
“Aaaawwhhh... Daarrssoooo, kaammuu maauuu ssoooddoommmiii akkkuuu yah uuuhh...sakit!!” Linda mulai merintih ketika lubang anusnya dimasukki oleh penis Darso yang besar dan panjang itu.
Sedikit demi sedikit masuklah penis itu ke dalam lubang anusnya kemudian…blleeess….bleesss tertanamlah batang penis Darso sampai akhirnya mentok sepenuhnya.
“Oooouuuggghhhh ppeelllaaannn pppeelllaaannnn Sssoooo oooouuuwwwwggghhh eeesssttttttt” kembali Linda merintih dan mengelinjang.
“Ogghh nnyyyaaahh, paannnttaaatttnnyyaaa ssseeeemmmpppiitt sseeeekkaaalliiih ooggghhh” Darso pun merintih penuh birahi saat penis itu sepenuhnya masuk ke dalam lubang anus Linda.
Kini Darso dengan penuh nafsu mengenjot anus itu dengan bersemangat. Terasa peret dan sempit sekali lubang itu. Ada sensasi tersendiri dalam batin Darso setelah berhasil membenamkan dan memaju-mundurkan penisnya ke dalam liang anus tetangganya yang cantik itu. Kini Linda sudah sepenuhnya di bawah kendali Darso. Tangan Darso pun tidak tinggal diam, ia menjulurkan tangannya menggapai payudara Linda yang menggantung indah itu dan mulai meremasnya dengan penuh nafsu. Dengan penuh semangat, Darso menunggangi tubuh Linda dan terus menggenjot anusnya. Kembali terdengar erangan yang keluar dari mulut mereka berdua, erangan yang dikuasai penuh oleh nafsu birahi. Erangan tanda kemenangan yang keluar dari mulut Darso yang berhasil mensodomi anus Linda, dan erangan penuh nikmat sebagai ungkapan penyerahan tubuh Linda untuk dipenetrasi oleh Darso. Akhirnya sekitar 20 menit kemudian, setelah Darso mengenjot lubang anus Linda, ia sudah menunjukkan tanda-tanda akan orgasme. Dan akhirnya….crrrooottt…ccrroootttzzzz…ccrrooottt, muntahlah sperma Darso di dalam lubang anus Linda.
“Ogghhh ssaayyyaaa kkeellluuuaaarr nnnyyyaaahhh eesssttt” desah Darso sambil melepas kenikmatannya itu.

Akhirnya tubuh Darso rubuh menimpa tubuh Linda dan dalam beberapa saat tubuh hitam legamnya terbaring lemas di atas Linda. Ada perasaan puas dalam diri Darso setelah ia berhasil mensodomi Linda yang cantik dan putih itu. Suatu kebanggaan muncul di dalam hatinya setelah berhasil menungganggi tubuh indah wanita itu.
“Mantap sekali nyah, nyonya bener-bener luar biasa” puji Darso kepada Linda.
“Kamu juga luar biasa koq. Aku saja sampai orgasme 3 x, puas sekali aku” ungkap Linda kepada Darso. 
Setelah istirahat beberapa menit, akhirnya Linda mengajak Darso untuk bergabung ke kamar Ujang. Ia masih penasaran dan ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan Ujang terhadap adik iparnya itu. Darso dan Linda kemudian berdiri dan berjalan menuju kamar Ujang. Darso mengambil pakaiannya, tetapi tidak memakainya, sedangkan Linda masih tetap bugil dan membiarkan bikini micro thongnya tergeletak di meja sekitar kolam itu. Mereka pun dalam keadaan bugil menuju kamar Ujang. Sesampainya di depan kamar Ujang, mereka dapat mendengar rintihan dan erangan penuh nikmat yang saling bersahutan dari Lily dan Ujang. Ketika Darso dan Linda masuk ke kamar Ujang, nampak si jongos muda itu dengan penuh nafsu sedang mengenjot tubuh telanjang Lily. Lily dalam keadaan nungging sedang dipenetrasi oleh batang penis Ujang yang besar dan panjang itu, dan nampak mulut Lily mengap-mengap merintih menahan nikmat, serta matanya yang merem melek menikmati penetrasi penis Ujang
 “Essstttt oooouuwww…oouuwwww aaagghhhh.” desah wanita itu
Sedangkan Ujang pun dengan gagahnya memaju mundurkan pantatnya memompa Lily. Tetapi kelihatannya Ujang tidak sedang mengocok liang vaginanya, jelas sekali Ujang dengan penuh nafsu sedang memasukkan batang penisnya dan memompa liang anus Lily, sehingga Lily mengeram penuh nikmat. Apa yang terjadi di kamar Ujang setelah Ujang dan non Lily meninggalkan kolam renang itu? Setelah Lily dan Ujang berada di dalam kamar, dengan penuh nafsu Ujang memeluk tubuh Lily yang sudah bugil itu. Mulutnya langsung menyosor dan berpagutan mesra di bibir Lily, sambil tangannya terus mengelus dan meraba tubuh Lily yang putih mulus, bening dan indah itu. Payudara yang menggantung indah itu, terus menerus diremas olehnya, dan sesekali tangannya mengelus perut yang ramping itu dan terus merambat ke bawah, menyusuri bulu kemaluan yang lebat itu dan akhirnya menggerayangi vaginanya.

Mendapat perlakuan seperti itu, gairah birahi Lily mulai terbakar, dan ia pun memasukkan tangannya yang mungil ke dalam CD yang dikenakan Ujang dan meremas batang penisnya yang sudah tegang itu. Lily juga bisa merasakan, betapa besar dan kerasnya batang penis Ujang. Perlahan-lahan Lily menurunkan CD Ujang, sehingga lepaslah penutup penis itu dari tubuh Ujang. Mata Lily begitu kagum menyaksikan batang penis Ujang yang begitu hitam, namun besar dan panjang. Bulu kemaluan Ujang pun begitu lebat menghiasi  batang  penis itu. Tidak tahan menyaksikan penis Ujang yang sudah begitu tegang, Lily berlutut di hadapan Ujang dan membuka mulutnya, seakan siap untuk menelan batang penis itu. Ujang pun mengarahkan batang penisnya untuk dilumat di dalam mulut Lily:
“Non Lily, emut kontol saya yah!”
“Iya Jang, kontol kamu saya emut dulu yah, uuhh gede banget nih” kometar Lily kepada Ujang.
Ujang mulai mendesah dan kepalanya mendongak ke atas ketika batang penisnya dicium, dijilat dan diemut di dalam mulut Lily
“Egghhh aaahhh ssstttt.”
Perasaan geli dan ngilu bercampur menjadi satu, saat mulut Lily menservice penis Ujang. Lily harus membuka mulutnya lebar-lebar supaya batang penis Ujang bisa masuk sepenuhnya. Tanpa merasa jijik, ia terus menghisap dan menyedot kuat-kuat penis Ujang yang begitu hitam, sehingga tubuh Ujang terus melonjak menahan serangan birahi yang begitu nikmat. Sambil terus meremasi kepala Lily, Ujang pun menyodok mulut mungil Lily dengan batang penisnya sehingga mentok di dalam mulutnya. Begitu nafsu Lily mengemut batang penis Ujang yang sangat mengagumkan itu. Batang penis yang menjadi dambaan setiap perempuan yang melihatnya, karena bentuknya yang besar, panjang dan keras. Sekitar 15 menit kemudian, Ujang menggeliat hebat, dan sepertinya ia akan sampai pada orgasmenya, dan akhirnya crooott….crroootttzz..ccccrrrroooootttttssss.
“Aaaghh nooonn Liillyyy, saayyyaaa kkeelluuaarrr.” erang Ujang sambil menekan kepala Lily dengan kedua tangannya, dan menyodok mulutnya dengan batang penisnya.
Penis Ujang pun berejakulasi di dalam mulut Lily, sehingga akhirnya mau tidak mau, Lily menelan seluruh sperma yang muncrat di dalam mulutnya.

“Luar biasa, non Lily hebat sekali nyepong kontol saya” puji Ujang sambil mengelus rambut panjang Lily dan tetap menekan kepalanya agar terus melumat penisnya, seakan tidak merelakan penisnya lepas dari mulut wanita cantik itu.
Lily menanggapi keinginan Ujang itu dengan terus mengulum dan menjilati penisnya serta menyedotnya agar tidak ada sisa sperma yang menempel di penis itu. Setelah dirasa cukup, Ujang mengajak Lily berdiri dan dengan begitu mesra, ia memeluk dengan penuh mesra tubuh bugil Lily. Lily juga menyambut pelukan Ujang dengan mencium bibirnya dengan begitu mesra.
“Jang, gantian dong, sekarang aku minta di service!” Lily tanpa malu-malu menyampaikan hasratnya kepada Ujang.
“Beres non, sekarang saya akan gantian menservis non sampai puas. Sekarang non telentang deh” suruh Ujang siap membawa Lily melayang dalam kenikmatan.
Lily kemudian merebahkan tubuh bugilnya di ranjang itu dan mengambil posisi telentang sambil mengangkat kedua tangannya dan membuka pahanya. Ia sengaja memamerkan ketiaknya yang putih mulus sambil membusungkan payudaranya dan memperlihatkan bibir kemaluannya kepada Ujang. Dengan penuh nafsu, Ujang kemudian “menerkam” dan siap “menyantap” suguhan tubuh mulus ittu. Di atas ranjang itu, Ujang terus menatap tubuh bugil Lily yang sangat membangkitkan gairah birahi setiap lelaki yang memandangnya. Betapa indah tubuh Lily, putih, bersih, bening, seperti pualam yang tanpa cacat, tertampang bugil di hadapan Ujang, pemuda kampung itu. Ujang kemudian menghampiri Lily, lalu memeluk erat tubuh bugilnya yang terpampang bugil di hadapannya. Lalu mulut Ujang pun tidak tinggal diam dan menyosor payudara indah itu. Ujang terus mengulum payudara itu dan menghisap putingnya yang sudah menantang. Perbuatan Ujang membuat Lily mendesah menahan rasa geli dan nikmat yang teramat sangat. Kepala Lily menengadah sambil matanya merem melek dan mulutnya mendesis penuh nikmat, ketika Ujang mengulum puting payudara itu dan menghisapnya dengan begitu kuat
“Essttttttt aaahhhhhh Jjjaaannnggg.” tubuh Lily menggeliat, menikmati serangan mulut Ujang pada payudaranya.
Lily membiarkan Ujang, yang adalah seorang pembantu menyusu dengan begitu nafsu di payudaranya yang putih dan montok itu. Sambil terus menyusu di payudara Lily, tangan kiri Ujang merayap menyusuri perut yang ramping itu dan akhirnya berhenti di kerimbunan bulu kemaluannya

“Jembut non Lily lebat yah, nafsuin banget.”
“Iya Jang, ayo terus remas bulu jembut saya……eeegghhh sssttt” geliat Lily ketika Ujang dengan penuh nafsu mengelus bulu kemaluan itu dan sesekali meremasnya.
Sambil terus meremasi bulu kemaluan Lily, jari jemari Ujang makin turun mengelus pangkal pahanya yang sangat putih dan halus  itu, dan akhirnya menyentuh bibir vaginanya. Lily sudah pasrah dan membiarkan jongos itu mulai mengobok-obok vaginanya. Supaya tangan Ujang bisa semakin leluasa bermain di vaginanya, Lily membuka pahanya agak lebar, sehingga vaginanya terpampang bebas di hadapan Ujang. Ujang tidak membuang kesempatan yang indah itu, dia terus memandang bibir vagina yang terbuka itu.
“Wah memek non Lily indah sekali, pasti sempit banget, soalnya masih bagus” puji Ujang sambil terus menatap vagina yang sengaja dibuka oleh pemiliknya itu.
Ujang lalu mendekatkan mulutnya di bibir kemaluan Lily, dihirupnya wangi khas dari vagina itu. Vagina itu begitu harum, karena selalu dirawat dan selalu diberi pewangi oleh Lily. Kemudian Ujang  mencium mesra vagina yang sudah terbuka itu dan dengan lidahnya mulai menjilati bibir vagina itu.
“Egghhh  ahhhsssttttt..eehhhhmmm” Lily mendesah saat lidah Ujang mulai menyentuh bibir vaginanya.
Ujang mulai membuka bibir vagina itu, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada di hadapannya. Dengan lidahnya, Ujang menjilati penuh nafsu vagina itu, bahkan dengan jemarinya, Ujang mulai membuka liang vagina Lily dan “menyerbu” bagian dalamnya dengan lidahnya. Lidah Ujang terus masuk, menerobos liang vagina itu dan menyentil kelentit yang agak menonjol yang ada di dalamnya.
“Egggghhhsssss Jjaaannggghhh….eeesssstttttt aaauuuwwww” Lily terus mendesah nikmat karena vaginanya dikerjai oleh lidah Ujang.
Tubuh Lily menggeliat penuh nikmat, merasakan sentuhan lidah Ujang di dalam rongga vaginanya. Ujang sangat pintar menaikkan birahinya sehingga kini Lily sudah benar-benar dikuasai oleh nafsu birahi yang dahsyat.  Akhirnya, karena terus diserang oleh lidah Ujang, Lily sampai juga pada orgasmenya. Sseeerrrr…sseerrrrr…..
“Akkkuuu kkelluuuaaarrrr eesssshhhhh….” rintih Lily sambil melepas lendir nikmatnya.
“Luar biasa kamu, Jang. Nikmat banget” pujinya kepada jongos itu yang mampu memberi kenikmatan padanya.
“Iya dong non, sebentar lagi kalo memek non saya masukin ini pasti lebih yahud!” katanya sambil memegang penisnya, “sekarang non istirahat dulu yah” ujar Ujang memberi kesempatan agar Lily istirahat.

Setelah mengatakan kalimat itu, Ujang menindih tubuh putih, mulus dan montok Lily yang bugil dengan tubuhnya yang hitam, sehingga kedua tubuh yang berbeda warna dan ras itu berhimpitan erat seakan tak bisa lepas. Payudara Lily berhimpitan erat dan tertindih dada Ujang yang kurus kerempeng itu. Ujang terus menggerayangi tubuh bugil Lily dan bibirnya terus menciumi pipi dan bibir Lily. Lily jadi teringat lagi dengan pembantunya, Otong, di rumah, bagaimana kalau anak itu ikutan mengerjainya, Lily semakin terangsang saja memikirkan kegilaan itu, ia bahkan berpikir satu hari akan mengajak Otong berpesta seks bareng kakak iparnya, Ujang, Darso, dan kalau mungkin juga adiknya, Lisa pun ikutan.
“Hihihii...geli....nakal ah kamu Jang” Lily geli karena gelitikan lidah Ujang di perutnya yang rata itu, “kamu ini mirip...”
“Mirip sapa Non? Mirip gimana maksudnya?” tanya Ujang sambil tangannya terus mengusapi paha indah Lily
“Mirip pembantu saya di rumah, umurnya juga sepantaran kamu kira-kira, sama-sama nakalnya” jawab Lily tersenyum
“O yah...jadi Non Lily pernah entotan sama pembantu Non juga?” tanya Ujang yang dijawab Lily dengan anggukan kepala
“Kalau gitu saya mau buktiin, kontol siapa yang bisa muasin Non, saya atau pembantu Non itu, saya entot sekarang ya!” tantang Ujang yang kembali dijawab Lily dengan mengangguk
Lily lalu membentangkan pahanya lebar-lebar seakan mempersilahkan Ujang untuk siap menjebol vaginanya dengan batang penisnya yang keras dan besar itu. Ujang mengambil posisi di atas tubuh bugil Lily,  memegang batang penisnya yang besar itu dan mulai mengarahkannya ke liang vagina wanita itu. Disentuhkannya batang penis yang membonggol itu di mulut vagina Lily sebelum dimasukkan ke dalam vagina yang sudah siap diterobos itu. Kemudian perlahan Ujang menempelkan kepala penisnya di mulut liang vagina Lily dan perlahan-lahan, sedikit demi sedikit ditekannya hingga menyeruak ke dalam vagina itu.
“Aaaaagghhhhhh sssstttthhhhh aaaoooouuuwwwwhhhhhhh sssttthhhhh” Lily mendesah penuh gairah menikmati proses penetrasi itu.
“Ogghhh nooonnn, meeemmeeekkknnyyyaaa seeemmmpppiiiittttt sekkaaalliiii” Ujang pun sedikit demi sedikit mulai memasukkan batang penisnya yang besar ke dalam liang vagina itu.
Kini  sudah separuh penis Ujang berada di dalam vagina Lily
“Koonntoll saaayyyaaa seepeerrttiii diiirreeemmaaassss eeegghhh.”
Lily menganggapinya: “Kontol...kamu emang gede Jang...uuhhh!” ia terus mendesah dan menggelinjang penuh nikmat, padahal penis Ujang belum masuk sepenuhnya ke dalam liang vaginanya.

“Tekan...yang dalam...aahhhh...Jang...eessshhhhh ooouuugghhhhh” Lily meminta kepada Ujang untuk terus memasukkan penisnya lebih dalam
“Iiiyyyaa nnooonnn essstttt” kata Ujang sambil mulai menekan pantatnya menekan lebih dalam ke dalam liang vagina Lily.
“Eeeggghhhhhssss ooooggghhhhh aaauuu!!” Lily kembali mengeram penuh nikmat sambil matanya membeliak, ketika Ujang menekan pantatnya kuat sekali, sehingga akhirnya masuklah batang penisnya yang besar dan panjang itu terbenam sepenuhnya di dalam ling vagina Lily
“Uuuhh....peretnya” Ujang pun meringis penuh nikmat saat batang penisnya berada di dalam vagina Lily.
Untuk sesaat, Ujang membiarkan batang penisnya bersatu seutuhnya di dalam vagina Lily. Dan sambil menikmati penetrasi itu, Ujang mendekatkan bibirnya yang tebal ke bibir Lily yang indah itu, lalu mereka berciuman penuh nafsu. Lidah mereka saling mengait satu sama lain, seolah tidak mau lepas. Sambil terus berpagutan penuh birahi, Ujang mulai memaju mundurkan pantatnya menekan vagina Lily. Awalnya gerakan Ujang begitu lembut dan perlahan, karena Ujang ingin menikmati gesekan batang penisnya dengan liang vagina Lily. Lama-lama, setelah vagina Lily mulai basah oleh lendir kenikmatannya, Ujang mulai mengenjot dengan penuh semangat. Meskipun mulut Lily berpagutan erat dengan mulut Ujang, tapi masih terdengar juga erangan tersendat yang keluar dari mulutnya
“Eggghhhh eepphhhhhhhh ehhhhhh.”
Mata Lily pun kadang mendelik, kadang terpejam dan tubuhnya mulai mengejan penuh birahi karena menikmati sodokan batang penis Ujang yang begitu keras di dalam liang senggamanya. Kocokan penis Ujang, makin lama makin kencang, sehingga tubuh Lily yang ditindihnya terus melonjak menahan luapan nafsu birahi. Tubuh Ujang yang hitam semakin menindih tubuh Lily yang begitu putih, dan pinggul Ujang terus menerus memompa vagina wanita itu. Tindakan Ujang diikuti oleh Lily sambil mengoyang pantatnya dan sesekali memutar pantatnya seolah meremas batang penis Ujang. Ketika Ujang melesakkan penisnya dalam-dalam ke liang vagina itu, Lily juga menyambutnya dengan menggoyang dan memutar pantatnya, sehingga mereka berdua sangat menikmati persetubuhan yang penuh nafsu birahi itu. Sempurna sekali persatuan antara batang penis Ujang yang begitu besar dan panjang itu, bersatu erat dengan vagina Lily yang masih sempit itu.

Selang sekitar 20 menit persetubuhan yang sensasional antara Ujang dan Lily, mulai kelihatan kalau mereka akan saling menuntaskan nafsu birahi mereka.
“Uhhh...yahh....enak Jang...aaahh....saya mau keluar nih!” mulut Lily terus meracau menandakan bahwa dia sudah diliputi nafsu birahi yang teramat hebat.
“iiiyyyaaaa nnnnooooonnnn, ssaaaayyyyaaaa jjjuuugggaaaa mauuu kkeellluuuaarrrr oooggghhhh” ungkap Ujang sambil memompa vagina Lily dengan penuh nafsu.
“Iya...sekarang aahhh...sekarang Jangg....aaahhh” desah Lily karena sudah hampir mencapai orgasmenya. Dan akhirnya….ssshheerrrrr ssseeerrrr, Lily pun mencapai orgasme yang begitu hebat akibat terus dibombardir oleh penis Ujang yang besar itu.
Selang beberapa menit kemudian, Ujang membenamkan penisnya dan menekannya sampai mentok menyentuh dinding rahim Lily dan…ccrrroootttt….cccrrrooottttt…ccrroootttzzz.
“Oggghhhh eeessshhhtttt nnoonnnn, eehhhhhssss” muntahlah lahar sperma Ujang yang begitu kental membanjiri liang vagina Lily.
Ujang dan Lily sungguh menikmati persetubuhan yang luar biasa itu. Tubuh Ujang masih tetap menindih tubuh Lily dan batang kelaminnya masih tertanam di dalam liang vagina Lily. Lily nampak begitu lemas akibat persetubuhan itu dengan Ujang, dan Ujang pun juga lemas. Namun demikian, mereka tampak puas sekali. Tubuh mereka yang sudah basah oleh keringat nampak bersatu di atas ranjang Ujang. Ujang begitu beruntung bisa menikmati tubuh indah Lily, di lain pihak Lily juga begitu menikmati persetubuhan terlarang itu dengan Ujang. Setelah merasa segar, Lily berniat membersihkan dirinya, terutama membersihkan vaginanya dari cairan lendirnya dan sperma Ujang. Ujang pun menarik batang penisnya lepas dari jepitan vagina Lily, supaya wanita itu bisa membersihkan dirinya di kamar mandi yang ada di dekat kamar tidurnya.  Lily pun beranjak dari ranjang itu dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Beberapa lama kemudian, setelah membersihkan tubuhnya dan vaginanya, ia keluar dari kamar mandi itu dalam keadaan masih telanjang bulat. Kembali ia memuji kehebatan Ujang saat bersenggama dengannya
“Wah mantap sekali Jang, kocokan kontolmu di dalam memekku tadi terasa sekali.”
“iya lah Non....Ujang, jadi enakan mana Non kontol saya sama pembantu Non?”.
“Hihihi...kamu aja deh” puji Lily berbasa-basi, padahal baginya baik Ujang maupun kacungnya, Otong sama-sama memuaskannya.
“Kalau di banding suami Non?” tanya Ujang lagi.

“Hush...jangan gitu, gak sopan!”Lily enggan menjawab yang satu ini, wajahnya jadi agak cemberut.
“Eh, maaf Non, jangan marah ya, saya ga tanya lagi deh” kata Ujang melihat reaksi wanita itu.
“Ga papa kok Jang, yang satu itu masalah pribadi jadi ga usah disinggung-singgung” Lily kembali senyum, “Nah, sekarang saya tanya, lebih enak mana, memek saya atau memek Ci Linda?” Lily balik mengajukan pertanyaan kepada Ujang.
Ujang susah menjawabnya, karena vagina mereka mempunyai kekhasannya tersendiri. Dan bagi Ujang, yang beruntung bisa menyetubuhi kedua perempuan cantik yang adalah majikannya itu, kedua perempuan itu sungguh luar biasa kalau sudah disetubuhi.
“Sama enaknya sih, yang penting bisa menikmati memek gratis dari kedua cewek cantik ini hehehehe” begitu jawaban Ujang agak diplomatis.
“Ah, ayo dong jawab! Jangan bohong, enakan memek siapa?” tanya Lily setengah memaksa sambil meremas penuh mesra batang penis Ujang.
“Aduh non, ampun. Iya deh, lebih enak memek Lily, karena masih sempit banget, belum dipake melahirkan” Ujang dengan agak kaget menjawab pertanyaan Lily, karena tangan wanita itu tiba-tiba meremas batang penisnya, sehingga ia agak terkejut.
“Nah gitu dong dijawab. Pegel juga nih Jang, pijitin dong!” Lily meminta Ujang memijati tubuhnya yang putih mulus itu.
“Ok non Lily, sini saya pijitin” ucap Ujang mengiyakan permintaan Lily.
Lily kemudian tengkurap dan menyerahkan tubuhnya untuk dipijit oleh Ujang. Setelah ia tengkurap, Ujang menjamah pantat putih mulusnya dan meremasnya penuh nafsu. Terus menerus Ujang meremas pantat yang montok itu, terkadang diusap dengan lembut terkadang diremas dengan begitu nafsu. Pijatan Ujang tidak mengarah ke seluruh tubuh Lily, tetapi hanya tertuju di pantat yang semok itu.
“Koq cuma pantatnya yang dipijat?” protes Lily
“Iya non, habis pantat non nafsuin banget” kata Ujang sambil meremas dengan gemas, “eh non Lily, Ujang mau ngentot lagi nih. Kontol saya juga sudah tegang lagi nih” ucapnya sambil memperlihatkan batang penisnya yang mulai mengeras.
“Gila kamu jang, kuat banget ngentotnya” ujar Lily penuh kagum akan keperkasaan jongos kampung itu.
“Iya dong non, ayo non nungging deh. Ujang mau entot memek non Lily dari belakang, nungging yah” pinta Ujang kepada Lily.

“Ok Jang, nih!” Lily mengiyakan permintaan ujang dengan mengambil posisi nungging di pinggir ranjang itu,
Ujang memposisikan dirinya di belakang tubuh menawan itu dan mulai mengarahkan batang penisnya yang sudah keras dan tegang ke arah liang vagina Lily dan bleeesss…blleesss. Perlahan namun pasti, batang penis yang gagah itu mulai menerobos masuk ke dalam liang senggama Lily, sehingga tubuh membuat wanita itu terhentak menikmati penetrasi itu dan mulutnya mulai mendesis penuh nafsu.
“Oooouuwww eessstttt aaaaggggrrhhh, niiikkmmmaaattt sseeekkkaallllliiii Jjjaaaanngggg aaaagggghhhhhhhhhh” kembali Lily merintih penuh nafsu yang teramat sangat, apalagi ketika penis Ujang yang gagah perkasa itu menerobos liang vaginanya dari belakang. “Meeemmmeeekkk nnooonnn Llilllyyy eeennaaakkkkssss seeekkallliiiii” ujar Ujang sambil mendorong masuk batang penis itu sepenuhnya di dalam vagina Lily.
Dimentokkannya batang penis Ujang dan terus menekan liang senggama Lily, sampai mentok sepenuhnya menyentuh dinding rahim. Ujang memulai aksinya dengan mengenjot liang vagina  Lily dengan gerakan maju mundur. Terdengar keras erangan penuh birahi yang terus menerus keluar dari mulut Lily, ketika Ujang mulai menggasak vagina sempit itu. Mendengar erangan dan desahan nafsu dari mulut Lily, membuat Ujang meningkatkan serangannya dengan terus mengocok liang senggama Lily dengan penuh semangat. Erangan dan desahan itu terdengar begitu seksi menawan di telinga Ujang. Ia pun beberapa kali mendesah penuh nikmat, merasakan batang penisnya yang gagah itu bergesekan dengan bagian dalam liang senggama Lily.
“eghhhh aashhhhhhh.” Selang 10 menit kemudian, Lily kembali mengejang dan mendesah penuh nikmat, karena ia kembali mencapai orgasmenya, “Ogghhhhhh akkkuuuu kkkeeellluuuaaaarrrr llllaaaagggiiiiii eeessssttttt” desah Lily
akhirnya seeerrrrr…..ssseeerrrr....cairan orgasme pun mengucur membuat penis Ujang semakin cepat keluar masuk vagina Lily karena semakin licin. Beberapa saat kemudian, setelah membiarkan Lily dikuasai birahinya, Ujang menarik batang penisnya dari liang vaginanya. Dengan kedua tangannya, perlahan-lahan ia membuka buah pantat Lily yang putih dan semok itu. Lily, yang masih dalam keadaan nungging, membiarkan Ujang meremasi buah pantatnya. Iavberpikir, paling Ujang begitu nafsu dengan pantatnya dan sekedar meremasnya. Tetapi di lain pihak, Ujang punya maksud tertentu. Ujang terus memandang lubang anusnya dan dia berpikir, betapa nikmatnya lubang itu. Ujang pun mengunci posisi nungging Lily supaya tidak bergerak dan membuka buah pantat yang mulus itu.

“Non cantik, Ujang masih mau ngentot lagi!” ujar Ujang kepada Lily.
“Ayo...saya juga masih mau” jawab Lily mempersilahkan Ujang, yang dikiranya akan menyetubuhi vaginanya.
Tetapi batang penis Ujang terarah ke lubang anusnya, dan itu tidak disadari oleh Lily. Ketika batang penis yang besar itu mulai menempel di lubang anusnya, barulah ia sadar.
“Jang, koq ngarahnya ke situ sih?” tanya Lily pada Ujang.
Tetapi pertanyaan itu terlambat, karena Ujang sudah mengunci posisi nunggingnya dan mulai memasukkan penisnya menerobos lubang anus Lily.
“Iya non, Ujang mau entot lobang pantat non Lily” ucap Ujang sambil menekan penisnya perlahan-lahan menerobos lubang anus Lily.
“Aaahhh...jangan dong...saya belum pernah....aawwww....sakit Jang!” rintih Lily memohon agar Ujang tidak mensodominya.
“Tenang aja non Lily, nyonya Linda juga sudah sering saya sodomi. Nanti lama-lama nikmat deh” ujar Ujang santai.
“Aadduuhhh nggak ah Jang....aaahhh sakit!” Lily  meringis menahan rasa nyeri dan memohon Ujang agar berhenti
Tetapi karena sudah dikuasai nafsu, Ujang terus menekan batang penisnya sedikit demi sedikit menembus lubang anal Lily. Ada perasaan bangga juga dalam diri Ujang, karena ia adalah orang pertama yang berhasil menjebol lubang anus Lily dengan penisnya. Lily terus menerus mengerang dan tubuhnya tersentak hebat, saat penis Ujang menjebol masuk ke lubang anusnya.
“Gila...si Otong kalah ganas ini sih, dia masih nurut kalau dibilang jangan!” keluh Lily dalam hati.
 Ujang terus mendorong pantatnya, sehingga batang penisnya akhirnya tenggelam sepenuhnya di dalam rongga anus Lily, untungnya penis jongos itu sudah belepotan cairan kewanitaannya tadi sehingga terasa agak licin.
“Aaaaahh...pelan-pelan...aahhh...ssshhh!” kembali Lily menggeram ketika batang penis Ujang sepenuhnya melekat di dalam liang anusnya.
“Wuih...lebih sempit dari memek, mantap abis Non!” Ujang pun mendesah penuh nikmat, karena terasa sekali batang penisnya bagai diremas begitu kuat di dalam lubang anus Lily.
Kini Ujang tidak tinggal diam, dia mulai menyetubuhi wanita itu dengan memaju mundurkan penisnya menggesek dinding bagian dalam anus Lily. 

Nah, pada saat melakukan anal seks itulah Linda dan Darso masuk ke kamar Ujang, Sesampainya di dalam kamar Ujang, mereka terus menonton peretubuhan yang begitu seru antara Ujang dan Lily. Adegan panas dan erangan Lily begitu seksi dan penuh gairah membuat mereka terpana. Sambil terus disodomi oleh Ujang, Darso mendekati Lily dan tangannya langsung meremas sepasang payudara Lily yang tergantung indah itu. Dengan begitu nafsu, Darso meremas payudara wanita itu dan meraba sekujur tubuhnya yang sedang pasrah disodomi oleh Ujang. Darso yang masih dalam keadaan bugil, kemudian mengarahkan batang penisnya yang hitam, tegang, besar dan keras itu ke dalam mulut mungil Lily. Lily pun menyambut batang penis itu dan mulai menciuminya dengan penuh nafsu.
“Disepong kontol saya dong Non” Darso menyampaikan permintaannya.
Mendengar permintaan Darso, Lily membuka mulutnya dan mulai memasukkan penis itu ke dalam mulutnya dan menghisap batang penis Darso dengan penuh nafsu. Permainan lidah Lily pada batang penisnya, membuat Darso mengerang penuh nikmat.
“Egghhh noonnn Liiiilllyyy eennaaakkksss sseeeekkkaaallliihhhhh”.
Kini, mulut dan liang anus Lily dipenuhi oleh dua penis hitam yang besar, tegang, keras dan panjang itu. Lily sangat menikmati perlakuan Ujang dan Darso atas dirinya, sehingga ia pasrah membiarkan tubuh bugilnya untuk dinikmati kedua jongos itu.
“Wow, gak nyangka liar juga kamu Ly!” sahut Linda yang menonton adegan mereka di depan pintu.
“Iyah nyah, Non Lily gak kalah liar sama nyonya loh!” sahut Ujang terus menggenjot Lily.
“Eh kita pindah aja yuk ke ruang tengah, mumpung lagi ga ada orang, ngapain di sini sumpek gini, ranjangnya aja gak muat!” ajak Linda.
Mereka pun akhirnya pindah ke ruang tengah dimana terdapat satu set sofa empuk dengan hamparan karpet bulu di bawahnya. Darso kemudian membaringkan Lily di sofa dan membuka pahanya serta menguakkan liang vaginanya dengan jari.
“Wah udah basah keman-mana gini, langsung saya coblos aja ya Bu!” katanya yang diiyakan Lily dengan anggukan.
Kemudian Darso menaikkan kedua betis mulus Lily ke pundaknya dan mengarahkan batang penisnya ke liang senggama wanita itu. Lily menerima hentakan penuh nikmat dari batang penis Darso yang dengan penuh nafsu menerobos vaginanya. Penis pria itu langsung merojok-rojok dengan lancar karena vagina Lily sudah sangat basah. Di sofa sebelah, Ujang sedang meremasi payudara Linda yang sedang ber-woman on top di penisnya. Linda begitu ganas menaik-turunkan tubuhnya sampai Ujang nampak kelabakan.Kedua wanita cantik itu tampak begitu pasrah menyerahkan tubuh mereka yang begitu indah kepada kedua jongos kampungan itu untuk disetubuhi sepuasnya. Erangan dan desisan penuh nikmat membahana di ruang tengah itu. Keempat orang itu terus berpacu dalam birahi berlomba-lomba mencapai puncak kenikmatan. Sesekali mereka berganti pasangan dalam menikmati persetubuhan itu.

Pak Abdul

Di tengah persetubuhan yang liar itu, tiba-tiba Linda teringat ia harus menelepon Pak Abdul untuk membeli lauk untuk makan siang berhubung hari ini ia sedang malas memasak. Waktu telah menunjukkan pukul 11.40, berarti Merry sudah bubar kelas 25 menit yang lalu. Biasanya sih anaknya itu diberi makan snack oleh baby sitternya dulu sambil main di playground sebelum pulang. Linda menunggu Pak Abdul mengangkat ponselnya dan berharap ia masih menunggu di sekolah sehingga masih sempat menitip makanan ke sopirnya itu.
“Ya...Bu!” sahut Pak Abdul di seberang sana.
“Pak Abdul...dimana nih?”
“Masih di sekolah Bu...kan Merry masih makan tuh!”
“Oooh bagus deh, kalau gitu pulangnya sekalian beliin lauk buat hari ini ya” kata Linda, “abis ini saya SMS aja pesenannya supaya gak lupa Pak, ok”
“Baik Bu...nnngghh...pulang dari sini saya mampir sana dulu!” jawab Pak Abdul.
“Pak Abdul kenapa? Kok suaranya berat?” tanya Linda agak heran.
“Di mobil Bu...eeggghh...baru bangun, tadi kan tidur di mobil”
“Oh ya udah, gitu aja ya Pak, makasih!”
Pak Abdul memang sedang menunggu Merry yang sedang makan, tapi ia bukan di mobil dan bukan baru bangun tidur. Ia kini sedang berada di toilet kelas Merry duduk di atas wastafel mini yang diperuntukan untuk anak-anak dan ia tidak sendiri di sana. Di antara kedua belah pahanya tampak seorang wanita muda berambut panjang dikuncir, berlutut dan mengoral penisnya.
“Udah dicari ya Pak?” tanya wanita muda itu menghentikan sejenak oralnya dan mengangkat wajah cantiknya.
Wanita itu tidak lain adalah Miss Lusi (25 tahun), guru TK-nya Merry, ia masih memakai seragam guru TK-nya berupa celana panjang hitam dan kaos berkerah warna hijau dengan lambang sekolah di dadanya.
“Bukan...nyonya nitip beliin makanan” jawab pria setengah baya itu dengan santai sambil menutup ponselnya, “yuk Miss, kita main cepet aja! Kasian Non Merry kalau nunggu kelamaan” ia lalu menarik lengan Miss Lusi dan mendudukkan guru cantik itu di pangkuannya.
Keduanya lalu berciuman dan terlibat adu lidah yang menggairahkan, tangan Miss Lusi meraih penis Pak Abdul yang sudah sangat tegang dan mengocoknya lembut. Sementara Pak Abdul mulai mengangkat kaos Miss Lusi hingga akhirnya melepaskannya.
“Katanya main cepat aja, kok nelanjangin sih?” protes Miss Lusi dengan nada manja.
“Soalnya Miss lebih cantik kalau gak pake apa-apa, jadi saya juga cepet keluarnya hehehhee...!” kata Pak Abdul terkekeh
“Ah dasar si Bapak, yuk buruan!” Miss Lusi mengangkat kedua lengannya membiarkan Pak Abdul meloloskan kaos itu dari badannya.
Segera setelah itu, Pak Abdul langsung menaikkan bra krem yang dikenakan Miss Lusi dan dengan rakus dipagutnya payudara berukuran sedang dengan puting kecoklatan di baliknya.
“Aaahhh...eeennnggghh!” Miss Lusi berusaha menahan desahannya agar tidak terlalu keras sambil tangannya mengocoki penis pria itu.

Sementara itu tangan Pak Abdul yang satunya membuka ikat pinggang Miss Lusi disusul resleting celana panjangnya dengan dibantu guru cantik itu juga. Miss Lusi menggerakkan kakinya yang ramping dan mulus itu untuk melepaskan celananya. Setelah celana panjangnya lepas, ia turun dari pangkuan Pak Abdul dan berdiri di hadapannya. Mula-mula ia lepaskan branya yang telah tersingkap lalu celana dalamnya hingga akhirnya ia telanjang bulat di depan sopir setengah baya tersebut. Pak Abdul terpana memandangi tubuh putih mulus yang indah di depan matanya itu yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi.
“Tuh benar kan, Miss jadi lebih cantik kalau telanjang gini!” sahutnya sambil menarik tubuh bugil Miss Lusi mendekatinya.
Vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang lebat itu dapat ia lihat dari jarak dekat. Pria itu memulainya dengan menyibakkan bulu-bulu halus itu pelan-pelan.
"Ehh...enak Pak... ahh..." rintih Miss Lusi.
Mendengar rintihan itu Pak Abdul langsung membenamkan wajahnya ke bulu-bulu halus itu dengan memainkan lidahnya di sekitar bibir vagina guru TK itu. Miss Lusi semakin mendesah dan kali ini malah meremas-remas rambut pria itu yang sudah sebagian besar beruban sambil sesekali menggoyangkan pinggulnya karena rasa geli yang nikmat.
“Duduk sini aja Miss, lebih enak!” kata Pak Abdul turun dari meja wastafel
Mereka pun tukar posisi, Miss Lusi kini duduk di wastafel dan Pak Abdul berlutut di antara kedua pahanya meneruskan jilatan dan hisapannya terhadap vagina guru cantik itu.
"Hhhhssshhh...jangan kelamaan Pak...mmmhh...takutnya keburu ada yang dateng...enak sih uuhh!" kata Miss Lusi di tengah desahannya.
“Sabar Miss...supaya basah dulu, jadi enak masuknya” kata Pak Abdul membuka lebih lebar paha wanita itu.
Lidah pria itu mengais-ngais liang senggama Miss Lusi makin dalam, bibir vagina, dinding di dalamnya serta klitorisnya yang sensitif tidak luput dari sapuan lidah yang panas itu. Sambil menjilat tangannya yang kasar itu juga aktif meremasi payudara guru cantik itu.
"Aaahh Pak....masukin sekarang aja yah...saya udah ngga tahan lagi..." pinta Miss Lusi lirih.
"Oke deh...yuk naik sini Miss!" Pak Abdul duduk di lantai dan menarik tubuh Miss Lusi ke arahnya.
Di toilet yang ukuran alat-alat di dalamnya untuk anak TK itu memang paling memungkinkan untuk gaya duduk ya di lantai, untungnya lantainya kering dan bersih, namanya juga sekolah nasional plus, tentunya terjaga soal kebersihannya. Miss Lusi meraih penis Pak Abdul yang sudah sangat keras itu dan mengarahkannya ke vaginanya yang sudah basah kuyup itu.

Miss Lusi

"Ehh... aaahhh...keras banget Pak...mmmhh!" erangnya.
Tubuh Miss Lusi makin turun sehingga penis pria itu pun semakin terbenam di vaginanya. Pak Abdul tidak bersikap pasif, ia juga menekan penisnya ke atas pelan-pelan sambil mencium payudara Miss Lusi dan tangan kanannya meremas-remas halus payudaranya.
"Ehmmm.. enak Miss...terus tekan lagi...sam..pai masuk semua..ohhhh..." Pak Abdul melenguh tak karuan karena penisnya serasa diremas hingga akhirnya mentok di dinding rahim guru cantik itu.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Miss Lusi mulai menggoyangkan tubuhnya naik turun di pangkuan Pak Abdul, makin lama tusukannya makin dalam dan semakin cepat frekuensinya. Bunyi decakan terdengar karena gerakan Pak Abdul diikuti oleh gerakan naik-turun Miss Lusi. Mulut Pak Abdul tak henti-hentinya mengenyoti payudara Miss Lusi yang menggemaskan itu. Remasan dan lumatan yang ia berikan pada kedua payudara itu membuat Miss Lusi menggelinjang tak karuan.
“Ehmmm…erghh…” desah Miss Lusi tak karuan sembari berusaha menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara desahan lagi, namun gagal juga apalagi saat pria itu menyentakkan tubuhnya ke atas sehingga sodokan itu benar-benar terasa. Guru cantik itu menggelinjang ke kiri dan ke kanan tak karuan sembari terus mendesah,
“Arhhh..akhh…terus...Pak, sodok yang kuat!” katanya disela desahannya.
Kurang dari sepuluh menit kemudian Miss Lusi mengerang agak keras dan memeluk pria itu erat-erat, dia akhirnya mencapai puncak kenikmatannya.
“Akhh….saya keluar Pak…Ekhhh…ahhh..” erangannya ketika orgasme melanda tubuhnya
Tanpa melepas penisnya dari vagina Miss Lusi, Pak Abdul menurunkan wanita itu dari pangkuannya dan berlutut di lantai. Miss Lusi menyandarkan punggungnya pada wastafel mini di belakangnya sehingga posisinya setengah terduduk di lantai. Posisi ini memungkinkan Pak Abdul menggenjot lebih cepat, juga diperlancar oleh lelehan lahar cinta yang luar dari vagina Miss Lusi. Pria itu terus meningkatkan kecepatan sodokan penisnya hingga beberapa saat kemudian ia menarik lepas penisnya hingga sempat bergesekan cepat dengan klitoris Miss Lusi yang membuat wanita itu menggelinjang hebat. Diiringi lenguhan pria itu, keluarlah cairan putih kental menyemprot dari ujung penisnya yang bersunat membasahi perut dan dada Miss Lusi.
“Mantep banget hari ini, gimana? Puas gak Miss?“ tanya Pak Abdul pada Miss Lusi sambil mencabut penisnya yang sudah belepotan cairan kewanitaan dan sperma itu.
Miss Lusi hanya tersenyum dengan kepuasan dengan sebersit rasa malu, ia tidak mau menjawab karena gengsi, “Udah cepet beres-beres Pak, kalau ada yang masuk kelas berabe nih!” suruhnya sambil meraih celana panjang pria itu dari atas meja wastafel dan melemparkan pelan padanya

“Eee...dikit lagi Miss, bersihin dulu dong ya!” kata Pak Abdul sambil mendorong lembut kepalanya ke arah penisnya yang sudah mulai lemas.
Guru cantik itu rupanya mengerti apa mau pria itu, ia tersenyum nakal dan mulutnya pun membuka lalu memasukkan penis yang basah itu ke dalam mulutnya. Pak Abdul mengerang nikmat hisapan dan sapuan lidah Miss Lusi pada penis dan ujungnya hingga akhirnya batang itu bersih dari sperma dan berkilat karena ludahnya.
“Saya keluar duluan ya, kalau aman saya ketok pintu ini supaya Bapak bisa keluar!” kata Miss Lusi usai memakai kembali pakaiannya dan merapikan rambutnya.
Kira-kira semenit kemudian pintu toilet diketuk dari luar dan Pak Abdul pun keluar dari persembunyiannya. Sebelum keluar dari kelas, Pak Abdul masih menyempatkan diri meremas pantat Miss Lusi.
“Ihhh...Bapak, sana cepet pergi, kasian Merry nunggu tuh!” guru cantik itu menepis tangan Pak Abdul yang cengengesan.
Dengan perasaan puas, Pak Abdul melangkah keluar dari gedung sekolah elite itu. Di playground masih nampak beberapa anak dengan orang tua atau babysitter mereka, ada yang masih menunggu jemputan, ada yang masih diberi makan oleh babbysitter atau orang tua mereka, juga ada yang masih menunggu kakak mereka di SD yang bubaran sekitar setengah jam lagi.
“Udah Nah? Gimana Non? Pulang sekarang?” tanya Pak Abdul sambil menghampiri Linah, si babysitter yang sedang menyuapi roti pada Merry yang sedang asyik main jungkat-jungkit dengan seorang temannya.
“Belum ini dikit lagi, ayo Mer, di mobil aja!” kata Linah menarik tangan Merry hendak mengajaknya pergi.
“Ga mau...abisin aja dulu rotinya!” protes anak itu dengan gayanya yang lucu.
“Ya udah, kalau gitu makannya cepet! Biar cepet pulang!” Linah menyuapinya lagi roti yang tinggal setengah itu.
‘Iya deh Bapak tunggu tapi cepet ya makannya Non, mama udah tunggu tuh, suruh beli makan dulu lagi!” kata Pak Abdul dengan sabar.
“Siang Pak Abdul...lagi nunggu nih?” sapa seseorang dari belakang sopir itu.
“Eh...Bu, udah berapa hari ini ga keliatan, belum pulang nih?” Pak Abdul balas menyapa pada seorang wanita cantik yang tengah duduk di bangku batu dekat situ.
“Iya kan lagi tunggu kokonya, setengah jam lagi lah!” jawab wanita itu sambil memasukkan kembali Ipadnya ke tas jinjing.
Wanita ini bernama Imelda (29 tahun), ibu muda yang cantik yang anaknya juga teman sekelas Merry. Hari itu ia tampil menawan dengan gaun terusan ungu bermotif yang bawahannya agak pendek sehingga memamerkan pahanya yang jenjang dan mulus. Ia sedang menunggu anak sulungnya bubaran SD, di dekatnya nampak anaknya yang teman sekelas Merry sedang main pasir ditemani baby sitternya.
“Wah banyak amat kadonya Bu” sahut Pak Abdul memperhatikan dua kantong besar berisi kado.
“Iya kan kemaren ulang tahun si Darren, ini balesan dari temen-temennya nih tadi” jawab Imelda.
“Mau saya bantu taro di mobil Bu? Sekalian saya mau ke parkiran juga nunggu di mobil?” tawar Pak Abdul.
“Hhhmm...boleh, ayo!” Imelda mengiyakan setelah berpikir sebentar, “Sus...saya ke mobil sebentar ya taro kado, Darren mama ke mobil dulu ya, tunggu di sini aja ya!” pesannya pada mereka sambil beranjak dari bangku.
“Nah...saya ke parkiran dulu bawa mobil ke deket sini, sekalian bantuin bawa barang, jadi kalau udah cari aja mobilnya deket sini!” kata Pak Abdul pada Linah.

Setelah itu ia pun mengikuti Imelda dengan menenteng dua kantong besar berisi kado itu menuju ke lapangan parkir di samping sekolah.
“Bu Linda baik-baik Pak? Udah lama ga keliatan?” tanya Imelda
“Baik kok, sekarang emang agak sibuk, kan lagi mau buka butik, sering bolak-balik mall sama kantor bapak!” jawab Pak Abdul sambil terus memperhatikan tubuh indah Imelda dari belakang.
“Ooohh...hebat, baru tau saya”
Mereka ngobrol ringan sambil berjalan ke tempat parkir. Sekolah ini memiliki dua lapangan parkir sebelah barat untuk anak TK dan sebelah timur yang lebih besar untuk SD sampai SMP. Sekolah ini memang relatif baru sehingga baru terisi sampai jenjang SMP. Pada jam-jam setelah bubar TK seperti sekarang, parkir barat sudah agak sepi, hanya tersisa beberapa mobil yang tak lama lagi juga akan pergi. Lapangan parkir itu sendiri berupa adalah tanah kosong yang ditimbun oleh batu dan pasir serta dikelilingi oleh pagar bercanopy. Mobil Imelda adalah Kijang Avanza berwarna putih yang terparkir di sudut dekat tembok, selain itu tinggal empat mobil lagi di sana.
“Nah, masukin sini aja Pak!” kata Imelda membukakan bagasi.
Pak Abdul menaruh kedua kantong itu di bagasi, namun ketika Imelda hendak menutup kembali bagasi mobilnya, pria itu mencegahnya.
“Eh tunggu dulu Bu!” katanya sambil menyibak rok wanita cantik itu dan meraba pahanya.
“Ih Bapak...apaan sih!” balas Imelda seraya menepis tangan pria itu
“Bentar aja Bu, tempo hari waktu di toilet itu kan tanggung gara-gara ada orang dateng, mumpung sepi nih Bu, yah!” Pak Abdul mendekap tubuh Imelda dan berusaha memagut bibirnya.
“Iya Pak tapi masa di sini sih?” Imelda memalingkan wajah berusaha menghindari mulut pria itu, “jangan gila ah Pak...lepasin!” tangannya mendorong-dorong dada Pak Abdul.
“Eeemmhhh...mm!” Pak Abdul akhirnya berhasil memagut bibir Imelda, lidah kasapnya menjilati bibirnya yang langsung membuka sebentar saja.
Imelda semakin tak berdaya menghadapi sapuan-sapuan lidah pria itu di rongga mulutnya, gairahnya semakin terpicu apalagi tangan pria itu juga telah mulai bermain mengusap-usap paha, lalu pantatnya ia remas-remas, kemudian dengan lembut mengusap-usap bukit kemaluannya dari luar celana dalam. Imelda hanya bisa mendesah lemah dan mulai merasakan rangsangan yang demikian kuat. Jelas ini bukan pertama kalinya mereka melakukan hal itu. Bagi Imelda yang hubungan dengan suaminya makin dingin saja, seks terlarang seperti ini adalah pelampiasan karena suaminya sendiri hampir tidak pernah menyentuhnya lagi.
” mmm...Ibu hadap sini yah!” kata Pak Abdul melepas ciumannya lalu menghadapkan tubuh Imelda ke arah bagasi sehingga dapat melihat ke gerbang melalui jendela mobilnya, ”kalo ada orang bilang ya Bu” bisiknya sambil memeluk Imelda dari belakang
Imelda mengangguk sambil tangannya kini bertumpu pada pintu bagasi sementara matanya menatap ke depan mengawasi kalau-kalau ada yang datang. Aktivitas mereka tidak terlihat dari depan karena tertutup mobil ini, sedangkan kiri mereka ada sebuah sedan Honda City dan kanan kosong. Kini jari-jari Pak Abdul mulai mengelus celana dalam Imelda searah dengan belahan vaginanya yang tercetak di celana dalamnya yang mulai basah, nafas mereka pun menjadi cepat dan berat dilanda birahi
”eeecchh..Pak!” desah Imelda pelan ketika jari pria itu menyelinap ke dalam celana dalamnya dan mengelusi vaginanya.

Imelda

Pak Abdul memeluk wanita itu dari belakang sambil menciumi telinga dan tenguknya. Tangannya dengan leluasa menggenggam payudara Imelda dari balik pakaiannya. Dua kancing atas Imelda dibuka oleh pria itu lalu tangannya menyelinap dari atas bra. Seluruh payudara kiri Imelda kini dalam genggaman tangan kasar Pak Abdul yang mengelus dan meremasnya.
” sss..aaah… ” desah Imelda mendongakkan kepala dan sedikit memejamkan mata ketika pria itu memilin putingnya
Di bawah sana, Pak Abdul semakin menempelkan bagaian bawah tubuhnya ke bokong Imelda sehingga penisnya yang masih di dalam celana dapat merasakan kekenyalannyai. Digesek-gesekkannya penis tersebut ke pantat Imelda. Dengan reflek Imelda juga menyambut gesekan penis pria itu dengan sedikit menunggingkan pantatnya ke belakang sehingga menempel dan menggesek lebih kuat dengan penis pria itu. Ia semakin mendongak dan menggeliat merasakan kenikmatan seks di tempat berbahaya ini. Nafas Pak Abdul juga semakin terengah engah saking nafsunya, tangannya satu semakin liar meremas payudara serta puting Imelda sedangkan tangan satunya berusaha menurunkan celana dalam wanita itu. Imelda merasakan angin menerpa kemaluan dan pantatnya karena celana dalamnya kini sudah melorot hingga lutut, ia juga merasakan ada benda keras dan hangat menempel erat di belahan pantatnya. Ternyata pria setengah baya itu sudah membuka resleting dan mengeluarkan penisnya. Pak Abdul menaik turunkan pinggulnya sehingga penisnya bergesekan dengan pantat dan vagina Imelda. Secara naluri Imelda pun menyambutnya dengan menggerakkan pinggulnya. Sambil sesekali mengintip lewat jendela mobil mengawasi keadaan, gerakan dan geliat Imelda semakin liar menyambut gesekan penis Pak Abdul yang kini sudah siap memasuki vaginanya yang sudah sangat becek itu. Sensasi yang mereka rasakan sungguh luar biasa karena disertai dengan perasaan waswas kalo ada orang datang.
“AAaaaaacchhh...” erang Imelda sambil menggigit bibir agar tidak terlalu keras ketika merasakan kepala penis pria itu menyeruak masuk ke vaginanya.
Segera setelahnya, Pak Abdul mulai menyodok-nyodokkan batang kemaluannya di dalam vagina Imelda yang memberikan respon berupa remasan lembut pada penisnyaku.
“Bu....memeknya mantep banget, padahal udah dipake melahirkan” puji pria itu dekat telinga Imelda yang membuat wanita cantik itu mukanya makin bersemu merah, matanya merem-melek dan hampir tidak peduli lagi dengan tugasnya mengawasi keadaan di depan.
Imelda semakin menunggingkan pantatnya ke belakang agar tusukan penis pria itu makin terasa dalam vaginanya.
” aaeeecchhh… aaahh” desah Imelda panjang, gerakannya makin tak terkendali karena sudah tidak sanggup lagi menahan gelora birahi yang segera menggelegar.
Pak Abdul yang cukup mengerti situasi segera memutar wajah ibu muda itu ke belakang dan memagut bibirnya, dengan demikian erangan itu teredam dan tidak memancing perhatian.
“Akhhh…udah mau Pak...cepetan!” desah Imelda lirih.
Pak Abdul meresponnya dengan mempercepat gerakan pompaannya dan sambil meremas payudaranya dengan mesra lalu menusukkan sebuah tusukan tunggal namun dalam membuat tubuh wanita itu tersentak.
” Aaaaacccchhhhh…” dengan gerakan pinggul yang liar dan desahan panjang seluruh tubuh Imelda bergetar merasakan orgasme yang dahsyat
Kembali Pak Abdul memagut mulutnyanya sehingga desahan orgasme Imelda pun teredam dalam cumbuan penuh birahi itu.
“Uuuhhhh...!” Pak Abdul melenguh menyambut orgasme.
Entah berapa kali batang penisnya menyemburkan sperma di dalam vagina Imelda hingga bercampur dengan cairan hasil orgasmenya. Pak Abdul merasakan penisnya hangat dan seperti dicengkeram erat oleh vagina Imelda. Ia memeluk erat tubuh Imelda yang bergetar, dicengkeramnya kedua payudara itu sambil terus menyemprotkan sisa-sisa spermanya hingga penisnya menyusut. Mereka diam beberapa saat sambil mengatur nafas masing-masing. Selama kurang lebih sepuluh menit bersetubuh kilat itu untungnya belum ada siapapun yang masuk tempat parkir itu.

”Fiuhhh… ” desah Pak Abdul lalu menarik lepas penisnya dari vagina Imelda.
Imelda menjatuhkan diri hingga terduduk lemas di pinggir bagasi yang luas itu.
"Asyik ya Bu?" tanya Pak Abdul.
"Bapak ini...gila juga ya, kalau kepergok gimana coba, omong-omong kontol Bapak kaya tambah gede aja deh," kata Imelda sambil tersenyum, ia mulai merapikan bra-nya dan mengancingkan kembali bagian atas pakaiannya yang terbuka.
“Ntar-ntar kalau ada waktu masih mau kan Bu?” tanya pria itu lagi.
“Hihi...kita liat aja nanti” Imelda kembali mengenakan celana dalamnya, “Yuk Pak anter saya ke bawah!”
Setelah itu Pak Abdul mengeluarkan mobil dan mengantar Imelda ke depan gerbang TK, di sana Linah dan Merry keluar dari gerbang setelah melihat mobil itu mendekat.
“Merry bye-bye ya!” kata Imelda setelah turun dari mobil.
“Bye-bye tante” balas Merry dengan gayanya yang imut.
Setengah jam kemudian mereka setelah membeli lauk pesanan Linda mereka pun akhirnya tiba di rumah. Saat itu Linda sedang mengantarkan Lily yang hendak pulang dari situ ke mobilnya.
“Hei Merry...baru pulang sekolah ya?” Lily langsung menghampiri anak itu begitu melihatnya turun dari mobil.
“Iyah...Kukuh Lily main?” tanyak Merry
“Iya tadi main di sini, tapi sekarang mau pulang, yuk Merry mau ikut?” katanya bercanda.
Setelah main-main sejenak dengan keponakannya Lily pun menaiki mobilnya, memakai kacamata hitamnya dan meninggalkan Linda yang menggendong Merry dan melambai padanya.Mengenai ada apa sebenarnya di sekolah Merry sampai sopir seperti Pak Abdul bisa berhubungan dengan guru dan ibu muda di sana akan diceritakan di episode lainnya agar tidak kepanjangan.

By: Harly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar