Jumat, 09 November 2012

Diary of a Cuckold


Sarah

Kekuatan cinta memang susah untuk dimengerti. Hanya karena cinta, manusia mampu melakukan segalanya. Dan begitupun denganku. Namaku Surya, seorang suami yang beberapa kali melakukan kesalahan kepada istriku dalam hal cinta. Aku telah selingkuh dengan beberapa orang wanita. Dan semua itu kulakukan hanya berdasarkan emosi sesaat. Namun, semenjak aku sadar akan betapa pentingnya sosok yang telah mendampingiku selama ini, pada akhirnya aku sadar jika aku sangat ketakutan untuk  kehilangan istriku.Dia wanita pertama yang telah menerima cintaku, dia wanita pertama yang selalu mensupport diriku, dan dia wanita pertama yang telah mengenalkanku pada seks, sebuah kenikmatan dunia. Dan semenjak perselingkuhan itu, aku baru sadar jika aku tak bisa hidup tanpa cintanya. Hingga pada akhirnya, Sarah, wanitaku satu-satunya, membalas semua kelakuan kotorku.


***
Sekitar sebulan lalu, Markus, selingkuhan Sarah, istriku, pindah tinggal di rumah kami. Dia baru saja kehilangan pekerjaannya dan sama sekali tak memiliki uang sedikitpun. Pada awalnya, aku mengenal Markus hanyalah sebatas teman. Teman yang selalu ada ketika istriku aku tinggalkan untuk selingkuh. Teman yang selalu siap membantu istriku ketika jauh dariku. Teman yang pada akhirnya menggantikan posisiku ketika istriku membutuhkan kehangatan seorang lelaki. Aku tak bisa marah, aku pun tak boleh dendam. Aku hanya bisa mencoba untuk mengerti istriku ketika selama ini, dia aku selingkuhi. Namun bedanya, semenjak Markus pindah ke dalam rumahku, dengan terang-terangan, istriku menyatakan padaku tentang  ‘perselingkuhan satu-satunya’ dengan Markus. Termasuk tentang persetubuhannya yang sering mereka lakukan semenjak aku selingkuh dengan banyak wanita lain.
“Jadi sekarang kita impas donk mas… mas selingkuh dengan beberapa wanita, sedangkan adek hanya selingkuh dengan mas Markus…” kata istriku ketika kami berdebat tentang perselingkuhan dirinya.
“Iya sih… tapi khan bukan berarti, kamu yang hanya berselingkuh dengan Markus bisa dengan seenaknya bersetubuh di depan mataku…” balasku dengan nada yang tak mau kalah.
“Ya itu resikomu mas… Adek udah minta mas buat ninggalin adek, tapi mas sendiri yang bersikukuh untuk tetap bersama…”
Entah apa yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan keutuhan rumah tangga kami, yang walau sebenarnya, rumah tangga kami masih utuh. Kami masih bersama, istriku juga masih melayani semua kebutuhanku, masih mencintai dan menyayangiku seperti sedia kala. Bedanya, di bawah atap tempat tinggal kami sekarang, ketambahan sosok lelaki lain yang siap kapan saja memenuhi kebutuhan biologis istriku. Tentu saja, ketika mereka melakukan adegan percintaan itu, aku, untuk sementara waktu dipindahkan ke kamar tidur tamu. Entah apa yang membuat Sarah tergila-gila pada selingkuhannya itu. Bagiku, Markus sama sekali tak menarik, tak cakep, tak gagah, tak berpenghasilan, dan tak bermasa depan. Bukannya mau menyombongkan diri, tapi semua aspek positif dari seorang pria tak satupun ada dari diri Markus. Satu-satunya yang membuatku iri akan diri Markus adalah, ia memiliki ukuran penis yang lebih besar dari milikku. Bahkan jauh lebih besar. Jika bibandingkan, pentungan nikmat milik Markus, hampir dua kali lipatnya dari milikku. Dan karena daging lebih itu, istriku mampu terpuaskan olehnya bahkan amat sangat terpuaskan. Markus mampu membuat istriku berubah. Istri yang dulu berucap sopan, sekarang menjadi sering melenguh dan mengembik bak pelacur murahan.  Istri yang dulu berkelakuan santun, sekarang mirip pelacur dengan vagina yang meronta-ronta kegatelan. Istri yang dulu tak mau melakukan hal aneh, sekarang menjadi pelacur haus sodokan kasar yang siap bercinta dengannya kapan saja dan dimana saja.

***
Markus

Minggu kemaren, kedua orang tua Sarah meminta kami berkunjung ke kediamannya. Mereka kangen akan putri kesayangannya yang sudah lama tak berkunjung. Mungkin kunjungan terakhir kami adalah ketika lebaran beberapa tahun kemaren.
“Sarah mau banget mah, cuman saat ini di rumah Sarah ada seorang teman special yang sedang berkunjung…” ujar Sarah menjelaskan tentang keadaan yang sedang terjadi di rumah kami
“Serius mah?” tanya Sarah dengan nada girang.
“Okelah kalo begitu, Sarah bakal datang weekend besok…”
Dari percakapnnya, aku bisa mengetahui, jika acara berkunjung ke rumah orang tua Sarah besok, bakal ada kejutan buatku.
“Sayang… Besok kita kerumah Mama ya… Sarah kangen banget… Udah lama banget khan kita nggak maen kesana…” pinta istriku sambil tersenyum bahagia.
“Lalu, si Markus gimana? Ditinggalin di sini aja ya….?” Tanyaku
“Nggak donk… Sarah mau kenalin mas Markus ke Mama Papa…”
“Apa…?”
“Kenapa…? Kamu ga mau…? Kamu ga suka…?” Tanya Sarah dengan nada yang mulai sedikit sewot. “Kalo kamu nggak mau juga gapapa… Sarah masih bisa kesana kok bareng mas Markus…”
“Enggak… Gapapa kok sayang…” pasrahku.
“Makasih ganteng….” ujar istriku manja sambil mengecup keningku.

***
Rumah orang tua Sarah berjarak sekitar 6 jam perjalanan, sehingga guna menghindari kemacetan, kami berangkat dari semenjak subuh. Seperti biasa, semenjak keberadaan Markus di kehidupan kami, akulah yang selalu menjadi supir. Duduk sendirian di kursi depan, dibelakang roda kemudi. Sementara Sarah dan Markus, selingkuhannya, selalu memilih untuk duduk di kursi tengah. Selama perjalanan ke rumah orang tua Sarah, aku hanyalah seperti patung yang tak mereka gubris sama sekali. Hanya menyetir dan konsentrasi ke jalan, sementara istriku dan Markus saling memainkan nafsu birahi mereka dengan leluasa. Sarah, dengan atasan tanktop tanpa bra dan rok mini tanpa celana dalam, selalu dapat diakses oleh Markus dengan segala cara. Entah kenapa, Markus selalu duduk di sebelah kiri istriku. Mungkin dengan tangan kanannya, dia dapat dengan mudah mengobel vagina Sarah, menghisap putting Sarah, dan memuaskan birahi Sarah dengan lebih leluasa. Sedangkan Sarah yang ada di samping kanannya, selalu dengan mudah melakukan segala permintaan Markus untuk juga mengoral dirinya.
“Uuughh …sedot terus Mas!” kudengar desis birahi istriku di belakang dan aku berusaha melihat kaca spion
Kulihat pria jahanam itu dengan liarnya mencumbui payudara istriku yang sudah terbuka resleting gaunnya. Dilumatnya habis-habisan payudara montok Sarah sementara tangannya sibuk mengobok-obok vagina Sarah yang telah duduk mekangkang dan melepaskan celana dalamnya.
“Eeemmhhh...enak banget sih!” kudengar rintihan Sarah memanaskan telingaku
“Enaknya minum susu...eeemmm” kudengar Markus mendesah dan sreep sreep...mulutnya mengisap dan mengempot payudara Sarah.
Kocokan jari Markus pada vagina Sarah juga makin ganas, terdengar dari suara kecipak yang menandakan Sarah sudah sangat basah karena terangsang berat. Mereka bahkan meneruskan aktifitas mesum mereka ketika berhenti di palang kereta api menunggu kereta yang lewat. Padahal saat itu ada truk besar di sebelah mobil kami dan si sopir melihat dengan jelas ke jok belakang, ia bahkan memanggil kernetnya ikutan melihat.
 Aku hanya diam saja pura-pura tidak tahu membiarkan istriku menjadi tontonan mereka seperti orang bego. Begitu portal terbuka, aku segera tancap gas secepat mungkin menghindari truk itu.
“Dek, ada yang liatin tuh!” aku memperingatkan mereka tanpa menoleh ke belakang.
“So what gitu loh?” jawab Sarah asal sambil terus menggeliatkan tubuhnya.

Okelah, mungkin saat ini, aku bisa membiarkan mereka berpuas-puas diri untuk saling menyetubuhi di dalam mobil, karena ketika kami sudah tiba di rumah orang tua Sarah, keadaan bakal kembali normal seperti biasanya. Namun ternyata, aku salah.
“Mamaaaa….” teriak Sarah sambil berlari menghambur keluar mobil.
“Tumben kamu lama sekali nyampenya sayang…?” Tanya Mama Sarah sambil menciumi pipi putri kesayangannya “Biasanya, siang udah sampe… “
“Iya, tadi kami sekalian jalan-jalan, terlebih di jalan macet banget mah, maklumlah weekend…” bohong Sarah.
Padahal cerita sebenarnya, kami sama sekali tak jalan-jalan ataupun terkena kemacetan, kami lama hanya karena Sarah beberapa kali memintaku untuk menghentikan mobil guna membiarkan mereka bercinta di dalam mobil. Dan satu hal aneh yang selalu Markus minta pada Sarah dan aku. Dia selalu menyuruhku untuk segera menyetubuhi istriku setiap kali ia selesai membuang seluruh sperma panasnya di dalam vagina Sarah.
“Mas Surya… sekarang giliran mas buat ngentotin bini mas… “ ujarnya tenang “Biar kita sama-sama senang mas…” ujarnya dengan nada kemenangan.
“…..” aku yang tak mampu berkata apa-apa, hanya bisa mengangguk pelan .
“Tapi ingat mas… jangan sekali-kali mas make lubang bo’ol istri mas…. Karena lubang itu hanya buatku saja… hehe hehe…” tambah lelaki bajingan itu lagi sambil tertawa ngejek.
Mendengar permintaan Markus itu, aku yang sudah terlanjur horny berat, mau tak mau pun pada akhirnya menyetubuhi istriku tercinta. Walau di tiap persetubuhan itu, aku tahu jika Sarah sama sekali tak menikmati sodokan batang penis kecilku.
“Bagaimana Sarah bisa merasakan enak… jika setiap kali aku menyetubuhi lubang kenikmatannya, lubang itu terasa begitu los… sangat longgar…“ batinku “aku hampir sama sekali tak merasakan gesekan nikmat pada dinding vaginanya sama sekali…”
Jelas saja vagina istriku itu menjadi longgar, jika pada percintaan sebelumnya, vagina itu telah disesaki oleh batang lelaki yang sebesar air mineral kemasan.
“Jangan pernah nyoba buat masukin kontol kecilmu dalam bo’olku mas… bo’ol itu cuman buat mas Markus…” ucap Sarah mengingatkanku setiap kali aku mencoba untuk menyentuh lubang anusnya.
Sekilas, aku sebenarnya ingin membunuh mereka berdua, membelah vagina istriku dan memotong penis panjang Markus dengan pisau dapur. Tapi aku sama sekali tak ada keberanian untuk melakukan hal itu. Yang bisa kulakukan hanyalah menerima segala perlakuan mereka padaku. Padahal, aku ingin sekali untuk dapat mencoba merasakan kenikmatan lubang anus istriku. Tapi sudahlah, rasa untuk ingin merasakan ANAL SEKS dengan istriku sendiri hanyalah mimpi, toh diberi vagina istriku yang sudah longgar ini saja aku sudah bahagia. Dan, walau sama sekali tak merasakan kenikmatan  lagi pada vagina Sarah, setelah beberapa menit menggoyang-goyangkan pinggulku, pada akhirnya aku juga ikut membuang sperma panasku pada vaginanya.

***
“Yaudah kalo gitu… yuk Mama udah siapin menu kegemaranmu sayang…. Spageti saos tiram…” ajak Mama Sarah pada kami bertiga.
“Ini pasti nak Markus, teman yang sering diceritakan oleh Sarah…”
“Iya mah… ini teman dekat Sarah yang paling Sarah sayangi…. “
Begitu kami masuk ke ruang makan, makanan telah tersaji dengan meriah. Meja persegi panjang super besar dengan taplak yang menjuntai hingga lantai. Mama Papa Sarah duduk bersampingan di sisi paling ujung dari meja makan. Sarah dan Markus duduk di sisi sebelah kanan mereka, sedangkan aku, duduk menyendiri di sisi sebelah kiri, tepat di seberang tempat duduk Sarah. Sepanjang waktu makan malam, Sarah hanya membicarakan tentang kehebatan Markus. Dan seolah memiliki mantra super ajaib, kedua orang tua Sarah pun sepertinya ikut-ikutan terlena akan segala cerita Sarah tentang Markus. Mereka menanyakan segala hal tentang Markus, dan sama sekali melupakan akan kehadiranku. Markus, yang sedang berada di atas angin, hanya bisa tersenyum-senyum sambil beberapa kali melirik ke arah Sarah yang ada di sampingnya. Dari pandangan mata mereka berdua, aku tahu jika saat ini, mereka sedang melakukan sesuatu hal mesum. Dan benar saja, tangan kanan Markus tak berada di atas meja. Seperti di film-film komedi, aku lalu berpura-pura secara tak sengaja, menjatuhkan lap makan ke lantai, dengan tujuan untuk mengetahui apa yang sedang Markus lakukan dengan tangan kanannya. Anjrit. Walau sedang ngobrol dengan kedua orang tua mertuaku, sempat-sempatnya Markus mengobel vagina istriku tengan jari tangannya. Dan dari pandangan mataku sendiri, aku dapat melihat jika istriku juga menikmatinya. Karena, vagina kesayanganku itu terlihat begitu basah akan lendir-lendir kenikmatannya. Lalu, tak kalah serunya, tangan kiri Sarah pun melakukan hal yang serupa. Ia mengocok batang panjang Markus yang telah menjulang keluar dari resleting celana pendeknya. Penis itu terlihat begitu mudah untuk dikocok karena saking panjangnya. Mereka terlihat begitu tenang, seolah di sekitar mereka tak ada orang yang melihat. Terlebih ketika kedua orang tua Sarah sedang mengambil makanan atau ketika sedang lengah, tangan kiri Sarah terlihat begitu aktif mengocok batang panjang Markus dengan brutal. Pantas saja dari tadi, muka Sarah bersemu merah  dan beberapa kali ia menggigit bibir bawahnya.  Ternyata mereka sedang memacu birahi. Aku tak dapat mempercayai mata kepalaku sendiri, Sarah dan Markus saling mendaki kepuasan di hadapan kami bertiga. Dan hebatnya lagi, akting istriku dan selingkuhannya itu sama sekali tak menunjukkan sesuatu hal yang mecurigakan. Hingga untuk yang kesekian kalinya, ketika orang tua Sarah mengambil hidangan penutup di dapur. Sarah secepat kilat menundukkan kepalanya ke arah selangkangan Markus dan memberinya seks oral dengan ganas. Tak perlu waktu lama bagi Sarah untuk dapat membuat batang panjang Markus memuncratkan sperma didalam mulutnya. Karena begitu seks oral itu selesai, Sarah langsung menghisap semua sperma Markus, menegakkan tubuhnya kembali seolah tak terjadi hal apa-apa. Bahkan ketika orang tua sarah sudah kembali duduk di kursi meja makan, beberapa kali Sarah (dengan sengaja) meneteskan sperma Markus yang ada di dalam mulut ke arah dagunya dan memperlihatkan padaku ketika ia menelan habis cairan kental berwarna putih itu.
“Ini gila, mereka benar-benar sudah gila!” batinku.

***
“Mah… Sarah ngantuk… Sarah tinggal bubu duluan ya…” ujar Sarah mengakhiri acara makan malam kami.
“Iya… Mama juga udah ngantuk… tinggalin aja piring kotornya disini… ntar biarin si mbok yang ngebersihin ini semua… kalian langsung tidur aja…” balas Mama Sarah menutup acara makan malam itu.
Kami segera masuk ke kamar masing-masing. Seperti biasa, aku dan Sarah, tidur di kamar lama milik Sarah. Dan Markus tidur di kamar tamu. Malam ini, Sarah menggunakan baju tidur super transparan berwarna biru muda yang memperlihatkan segala lekuk tubuhnya. Berulang kali ia berkaca di depan kaca meja rias, dan menyisir rambut hitam panjangnya.
“Kamu cantik dek…” pujiku sambil ku kecup punggung tubuhnya.
“Makasih ya mas …” balas Sarah sambil tersenyum ke arahku.
“Tubuhmu bener-bener membuatku horny sayang… betapa beruntungnya aku bisa menikahimu… “
“Ahh.. kamu bisa aja mas… pasti kamu mau minta jatah ya…?”
“Hehe.. hehe…”
“Ntar ya… abis adek maen ama kontol gedhe punya mas Markus dulu…” jawabnya genit.
“Tapi khan kamu baru aja nyepongin dia dek…”
“Ya gapapa khan?”
“Beri aku sedikit aja kesempatan buat ngerasain jepitan memek kamu duluan dek…” ibaku pada Sarah “Biarin aja Markus sebentar buat mengistirahatkan tititnya dulu…”
“Hahaha….” mendadak istriku tertawa geli.
“Kontol Markus ga seperti kontolmu mas…”
“……”
“Walau kontolnya baru aja ngeluarin pejuh di mulut adeh… Kontol itu masih bisa bangun, nyodok, dan muasin adek, tak peduli berapa kalipun kontol itu ngeluarin pejuhnya …”
“…..”
Mendengar perkataan vulgarnya, aku  tak mampu menjawab sepatah katapun. Aku hanya bisa duduk di tepi tempat tidur dan melihat istri tercintaku berias cantik mungkin guna memuaskan selingkuhannya ketika mereka bersetubuh beberapa saat lagi.

“Mas… bisa tolongin adek?” pinta istriku dengan manja, setelah ia selesai berias diri.
“Minta tolong apa dek?” tanyaku dengan nada datar.
“Minta panggilin mas Markus kesini… adek udah siap untuk ngentot dengannya” balas istriku dengan senyum manjanya. “memek adek udah gatal… pengen disiram pejuh panasnya…” tambahnya lagi
Dengan perasaan dongkol, dendam dan marah, akhirnya, aku keluar dari kamar Sarah dan menuju ke kamar tamu. Kupanggil nama selingkuhan istriku dan kuketuk pintu kamarnya perlahan.
“Ada apa mas…?” tanya Markus sambil membuka pintu.
Lagi-lagi, ketika Markus membuka pintu kamar tidurnya, aku melihat hal yang paling membuatku iri padanya. Markus dan batang panjangnya. Seolah dengan sengaja, ia membuka pintu kamar tidurnya dengan tak mengenakan selembar pakaianpun. Sehingga siapapun yang berada di hadapannya, bakal melihat ketelanjangan dan batang panjang yang menggelantung di antara selangkangannya.
“Dipanggil istriku tuh…” jawabku ketus.
Dengan langkah santai, dan nekad, Markus yang masih dalam kondisi bugil, langsung bergegas ke kamar tidur Sarah. Dan aku? Menggantikan posisi Markus, tidur di kamar tamu yang ada di sebelah kamar tidur Sarah. Di Samping kamar tidur seharusnya aku dan istriku gunakan untuk bersetubuh. Aku pikir, karena sekarang istriku dan selingkuhannya berada di rumah orang tuanya, mereka bakal melakukan persetubuhan dengan tenang. Namun sekali lagi, aku salah. Mereka tanpa malu-malu mendesah, melenguh, dan berteriak dengan lantang. Mereka seolah tak ada rasa sungkan jika suara nafsu mereka terdengar hingga keluar kamar. Suara tepukan pantat dan paha yang bertumbukan, suara kecipakan lendir kenikmatan mereka, suara ringkikan spring bed tempat bersetubuh mereka, hingga suara jeritan mereka ketika sama-sama orgasme. Tak henti-hentinya mereka berteriak, berteriak, dan berteriak sepanjang malam. Untungnya, Sarah sama sekali tak menyebut nama Markus ketika ia mendapatkan semua orgasme-orgasmenya.

Pagi harinya, kedua orang tua Sarah merasa sangat kesal padaku. Sepertinya mereka malam itu tak mendapatkan tidurnya dengan nyenyak. Karena hal itu terlihat dari lingkaran hitam yang muncul pada kedua mata mereka.
“Surya, kamu sama sekali tak menghargai keberadaan kami disini….” Ucap Papa Sarah padaku.
“Iya nak… Mama merasa seperti di hutan rimba mendengar Sarah berteriak-teriak kesetanan seperti itu…” tambah ibu Sarah lagi.
“Walau kalian sudah menikah, bukan berarti kalian bisa melakukan percintaan itu secara brutal seperti semalam…”
“Iya pak…maaf…” jawabku sambil mengangguk-angguk pasrah.
Aku tak mungkin memberitahukan ke mereka jika semalam bukan aku yang menyetubuhi putri kesayangan mereka, melainkan selingkuhannya, Markus.
Jadi aku hanya bisa berkata “maaf… maaf dan maaf…”
“Mah… sepertinya kamu juga harus menasehati Sarah deh… engga sepatutnya dia berisik seperti itu…” ucap Papa Sarah mengakhiri perbincangan kami.

***
Liburan ini tak seperti yang aku bayangkan. Walau untuk sejenak aku bisa melepaskan penat akan pekerjaan di kantor, tapi stress karena mendengar suara dan teriakan brutal istriku semalam, masih sangat terngiang-ngiang di telinga. Teriakan pendakian ke puncak kenikmatan yang bakal sulit aku lupakan. Sampai setelah aku pikir semua telah normal seperti sediakalanya. Mama Sarah memanggilku secara pribadi.
“Nak… Mama mau ngobrol penting ama kamu…. Ikut Mama sebentar….”
“Ada apa lagi ini…?” tanyaku dalam hati.
Mama Sarah mengajakku kekamar tidur Sarah yang mana saat itu, kamar tidur tersebut telah kosong dan rapi kembali.
“Nak… Mama tahu… apa yang telah terjadi dengan rumah tangga kalian selama ini…” kata Mama Sarah, membuka percakapan.
“Dan Mama juga tahu… siapa yang semalam membuat Sarah berteriak menggelijang seperti itu… Mama tahu menyetubuhi putri kesayangan Mama… “
“Ja… Jadi… ma…”
“Sekarang…. Buka celanamu… Mama pengen tahu… apa yang menyebabkan putri Mama lebih memilih titit orang lain untuk bisa memuaskan memeknya….”
“Tapi mah… saya tid”
“Cepet lakukan…  atau Mama harus panggil Papanya Sarah dan memberitahukan dia jika yang menyetubuhi putrinya semalam adalah Markus?”
Merasa begitu terdesak, akhirnya kuturunkan celana pendekku dan membiarkan ibu mertuaku melihat batang penisku yang menggelantung lemas.
“Boleh Mama sentuh?”
“Maksud Mama…?”
Tanpa menunggu jawabanku, Mama Sarah langsung mendekat ke arah posisiku berdiri. Berjongkok di depan selangkanganku, lalu menatapku tajam. Aku yang masih sedikit bingung dengan maksud ibu mertuaku ini, hanya bisa mengangguk lemah. Disentuhnya ujung penisku dengan jemari lentik Mama Sarah. Diangkatnya kepala penisku dan diamatinya dengan seksama. Perlahan jemari itu berpindah, dari kepala ke batang penisku, lalu mulai mengurutnya perlahan.

“Mah… Aaa…. Aapa yang ibu lakukan…?” tanyaku dengan nada bingung.
“Enak….?”  Tak menjawab pertanyaanku, Mama Sarah malah semakin mempercepat gerakan jemari tangannya.
Karena mendapat perlakuan yang tak pernah aku bayangkan selama ini dari ibu mertuaku, mau tak mau batang penisku yang semula menggelantung lemas, perlahan mulai mengeras dan mengacung ke atas. Dan seolah ingin segera membuat batang penisku untuk ereksi sepenuhnya, Mama Sarah tiba-tiba mendekatkan kepalanya ke arah selangkanganku dan mulai mengecup ujung kepala penisku.
“Maaa…. “
Dijulurkanya lidah berwarna merah dengan air liur yang sudah membasah itu ke arah kepala penisku. Dengan tanpa malu-malu, Mama Sarah segera menjilat, mengulum dan menghisap penis kecilku. Sedotan mulut Mama Sarah benar-benar hebat, tak heran jika putrinya, Sarah pun memiliki keahlian sepertinya.
“Aku keluar maahh….” Ujarku pasrah sambil memegang kepala ibu mertuaku itu.
Empat semburan sperma panasku langsung muncrat ke dalam mulut Mama Sarah, dan dengan sigap, mulut Mama Sarah itupun langsung menelan semua sperma yang ada di dalam mulutnya. Mendadak, lututku terasa begitu lemas. Kepalaku menjadi berat, dan mataku berkunang-kunang. Lalu, entah kenapa. Tiba-tiba aku jatuh terduduk di depan ibu mertuaku itu.
“Hahaha….” Mama Sarah tertawa terbahak-bahak.
“Payah sekali dirimu Surya …”
Aku yang sepertinya kehabisan tenaga, tak mampu menjawab kalimat Mama Sarah itu. Hanya bisa diam sambil mengatur nafas.
“Ga heran kalo putri Mama memilih orang lain guna memuaskan nafsunya…” ujar Mama Sarah pelan. “Kok titit kamu bisa sekecil itu sih Surya…? Titit Papa Sarah ketika lemas aja tak sekecil tititmu ketika ereksi…” tambah Mama Sarah sambil menggoyang-goyangkan batang penisku yang sudah mengecil lemas.
“….” Lagi-lagi, mendengar ucapan Mama Sarah, aku hanya bisa terdiam.
Mama Sarah mendekat ke arahku duduk. “Dan yang lebih parah, ejakulasimu cepat sekali…” kata Mama Surya sambil menatap wajahku dengan pandangan iba.
“Jadi bukan salah Sarah khan mah? Kalo pada akhirnya Sarah selalu memilih mas Markus buat muasin nafsu birahi Sarah…?” Sebuah suara yang sangat aku kenal mendadak terdengar dari arah pintu.
Istriku dengan piyama tidurnya, tiba-tiba muncul di tengah pembicaraan kami. “Sarah sih sebenarnya enggak masalah dengan ukuran kontol mas Surya yang kecil itu… “jelas istriku. “Yang Sarah permasalahkan adalah… dengan ukuran kontol seperti itu… mas Surya kok ya masih sempat-sempatnya kepikiran untuk selingkuh bersama wanita lain… terlebih, wanita yang mas Surya ajak tidur, lebih dari satu orang…”
“Udah enak, dapet istri yang pengertian… eeeehhh… kok ya dia masih aja selingkuh…. Jadi bukan salah Sarah khan mah kalo……. Sini sayang…” Pinta Sarah sambil mangajak masuk, seseorang yang sedari tadi berada di luar kamar tidurnya
“Bukan salah Sarah khan mah... kalo kontol besar dan panjang ini yang harus memuaskan nafsu birahi Sarah…” Ujar istriku tenang sambil menggandeng dan sesekali mengoocok-kocok benda yang menggelantung panjang di antara selangkangan Markus bak tangan yang bisa diajak kemana-mana.
“Bukan Sarah… sama sekali bukan salahmu… justru seharusnya kamu beruntung mendapat lelaki dengan batang titit seperti dia“ ujar Mama Sarah tenang sambil tersenyum ke arah Markus.Sekejap, duniaku pun  menjadi gelap .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar