Selasa, 22 Oktober 2013

Tantangan Aki Gila

Aki Uum

"Biar saya gaek... dalam bercinta saya yakin saya lebih perkasa dari kamu!" begitu Aki Uum sesumbar saat kami mengobrol santai sepanjang jalan sepulang jumatan.
Kebetulan, nggak lama setelah aku, tetangga belakang rumah, si duda gaek Aki Uum, juga menikah. Istrinya Lidya si janda kembang yang jangkung bongsor.
"Iyalah, Ki. Aki kan pengalaman, sedang saya ting-ting." aku merendah.
"Ayo. Kita berlomba bercintaan dengan istri masing-masing," kata si Aki asal.
"Pegimana caranya tuh?" Balap karung sih aku masih ngerti, tapi lomba bercinta... mana mungkin istriku mau? Kalo bini dia sih serba bebas!
"Caranya gampang. Balkon loteng rumah kita kan belakang-belakangan. Siang ini, saya bakalan bercinta dengan istri di loteng, kamu silakan ngintip. Nah, besok... giliran kamu dengan istri kamu. Saya yang mengintip. Hasilnya kita bandingkan. Yang kalah nraktir sate kambing, ya?"
Udah aki-aki gila juga tuh idenya. Eh, tapi lama-lama aku jadi mikir juga. Kenapa nggak aku iyain aja, ya? Ini kan jadinya kesempatanku melihat aksi akrobatik Lidya melawan si Aki. Kapan lagi kalo nggak sekarang? Hmm... tapi, nanti kalo Mira nggak mau gimana? Ah, pusing amat. Abis aku puas nonton, ngaku kalah aja kan beres, jadi nggak usah ikut-ikutan life show. Bener nggak? Toh dia yang duluan.
Sesuai janji, akhirnya siang itu juga aku nongkrong ngintip di loteng. Si aki menepati janji. Lidya dia giring ke situ. Istri si Aki masih oke banget, body-nya proporsional, gede tapi gak gendut. Sambil becanda-becanda, tangan Aki Uum mulai  mengelus-elus paha Lidya yang masih dilapisi daster hijau tipis.
”Apaan sih,” bisik Lidya sambil mencubit pelan dada si Aki.
”Pengeen...” sahut Aki Uum manja, dan tanpa malu-malu segera memagut bibir tipis Lidya penuh nafsu. Dia juga lekas melepas kaos dan celana yang dipakainya.
Aku tersenyum melihat body si Aki yang kurus krempeng. Aku ngebayangin kaya apa kontolnya kalo dah ngaceng. Sementara Lidya, wow... bikin horny. Tangan si Aki kembali menggerayangi pahanya sambil tangan satunya merangkul Lidya dan mulai meremas tokednya.
"Kamu bener-bener napsuin," kata Aki Uum di telinga Lidya.
"Napsuin gimana, ’kan toked aku gak gede?" tanya Lidya sambil menggelinjang geli.
’Gila! Nggak gede darimana?’ protesku dalam hati. Ditangkup dengan dua tangan aja, benda itu pasti gak akan cukup. Terus aku perhatikan Aki Uum yang kini menjilati leher Lidya, ciumannya terus mengarah ke atas untuk menggelitik kuping dan menyapu wajah Lidya yang cantik, membuat sang istri meringis dan mendesah panjang saat menerimanya.
”Ihh, Aki...” Lidya melenguh.
"Kamu imut, punyamu masih rapet." kata Aki Uum selanjutnya. Dengan penuh nafsu ia menangkup gundukan besar di selangkangan sang istri yang masih tertutup celana dalam, dan meremasnya lembut.
”Auw! Geli, Kii...” Lidya bergidik, tapi tidak menolak. Malah ikut meletakkan tangannya di pangkal paha si Aki. ”Wah, dah bangun, Ki... gede banget!” pekik Lidya gembira.

Lidya
Aki Uum tersenyum dan kembali memagut bibir tipis Lidya. Ia lumat daging merah basah itu dengan penuh nafsu, sementara di bawah, ia biarkan Lidya melepas celana dalamnya agar bisa memegangi penisnya secara langsung.
"Kocok, Sayang...” pinta Aki Uum, sementara dia sendiri sibuk melepas daster Lidya dan mengurai ikatan bra-nya.
Dalam sedetik, payudara Lidya yang bulat besar meloncat keluar, terekspos dengan indahnya di depan mataku. Aki Uum langsung mencaploknya, dimulai dari yang kiri, lalu dilanjut yang kanan. Dua-duanya ia pagut dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot dipake untuk menyedot-nyedot putingnya yang memerah kenyal. Aku bergidik, tak terasa penisku ikut ngaceng melihat semua itu.
”Aki...” pekik Lidya saat salah satu tangan Aki Uum mengorek-ngorek liang memeknya dari samping cd yang sudah sedikit melenceng.
Sambil melakukannya, si Aki masih terus menciumi bulatan payudara Lidya yang kini terlihat mengkilat basah oleh air liur. Kadang ciuman Aki Uum juga kembali ke atas, menyapu rongga mulut Lidya yang menganga menggiurkan, yang segera dibalas oleh Lidya dengan hisapan dan kuluman yang tak kalah rakus dan liar. Sambil berciuman, tak henti-henti tangan Aki Uum menggesek-gesek pentil Lidya yang sudah menegang runcing, sambil diselingi pencetan dan pelintiran yang sungguh sangat membangkitkan gairah. Aku harus mempraktekkan itu kepada Mira. Lidya sendiri makin intens meremas kontol si Aki, malah kini ia disuruh sedikit merunduk sehingga posisinya setengah jongkok. Aku tahu maksudnya, Aki Uum ingin agar Lidya mengemut kontolnya. Aku menebak-nebak, mau gak ya si Lidya? Walah, tak kusangka, Lidya yang kelihatan pendiam, ternyata dengan begitu bernafsunya melayani kontol si Aki. Ia melahap benda itu seperti makan eskrim batangan, mula-mula buah pelirnya yang dijilat-jilat, baru kemudian batangnya dengan pola naik-turun, dan berlanjut ke ujungnya yang tumpul kaya jamur. Lidya sengaja menggelitiknya dengan memakai ujung lidah sambil dikulum sedikit-sedikit hingga membuat pemiliknya sampai mengerang-ngerang karena keenakan.
”Ughh... sayang...” desis Aki Uum sambil meremasi toket Lidya yang menggantung indah.
Aku merenung, kalau diperlakukan seperti itu, aku pasti bakal merintih-rintih juga. Habis kelihatannya enak banget sih, Mira tidak pernah melakukan yang seperti itu. Satu catatan lagi buatku. Kulihat Aki Uum menarik cd Lidya hingga terlepas, kini keduanya sudah sama-sama telanjang. Dengan mudah kini tangan si Aki mengobok-obok memek Lidya dengan jari-jarinya. Aku tidak bisa melihat dari tempatku mengintip, tapi dari suaranya, bisa kutebak kalau liang itu sudah begitu becek. Cairannya yang kental nampak menetes membasahi lantai keramik loteng yang berwarna gelap. Hmm, rupanya Lidya tipe wanita yang gampang basah.
"Enghh... uuhh... uhh!" desah Lidya disela-sela hisapannya. Kemudian ia rebah ke lantai saat Aki Uum mengajaknya untuk berposisi 69.
Kini mereka saling bertindihan dengan mulut menguasai alat kelamin pasangannya. Lidya kembali mengocok sambil mengemut pelir Aki Uum, sementara si Aki menjulurkan lidahnya untuk menyapu bibir vagina Lidya yang sudah merekah kemerahan.
”Ehm... ahhh...” mereka melenguh secara hampir bersamaan. Lidya sesekali menyentil-nyentilkan lidah pada lubang kencing Aki Uum saat mulutnya terasa kelu oleh batang besar itu.
Sesaat kemudian mereka berganti posisi, Aki Uum berlutut sedangkan Lidya berbaring menyamping dan meneruskan oral seksnya terhadap penis suaminya yang sudah tua bangka itu. Lidya terus bergumam dan meliukkan lidahnya dengan sangat terampil dan sangat berpengalaman. Tangan keriput si aki remas-remas kedua payudaranya hingga membuat putingnya mengacung lancip. Aki Uum menggoyangkan pantatnya maju mundur sehingga membuat penisnya masuk lebih dalam ke mulut istrinya. cukup lama mereka beroral seks sejak posisi 69 tadi, hingga hampir setengah jam.
Aki Uum yang sepertinya sudah horny berat, merintih memprotes, "Ayo dong, Say, masukin. Jangan cuma dibikin geli gitu." ujarnya sambil menekan penisnya masuk ke mulut Lidya.
”Hmph,” Lidya spontan membelalak karena sesak, tapi sama sekali tidak bisa menolak. Posisinya yang berada di bawah tidak memungkinkannya untuk mengendalikan permainan.
Lidya kembali memaju-mundurkan kepalanya untuk mengemut penis Aki Uum. Mulutnya terasa penuh oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahannya yang tertahan saat si Aki mulai mengelus-elus pantat dan pahanya yang putih mulus.

‘Ahhh...sekarang Ki..akuu..uuuuhhh....gak tahan! Masukin aja ya?” pintanya
“iyaaa sayaaannng....mmmmmuaaachhh! jawab si aki sambil mengecup keningnya
Aki Uum menggesek-gesekkan kepala penisnya yang bersunat itu di bibir vagina istrinya yang sudah becek oleh lendir, naik-turun dan sesekali menekanya. Terus berulang-ulang hingga kepala penisnya mulai menyeruak daging sempit Lidya, terasa menghimpit dan nikmat. Aki Uum mendorong semakin dalam, terus dan akhirnya setengah penisnya tertelan vaginanya. BLESSSSSSS....BLESSSSSSSSSSSSSSSSS.....
“AUW... AAAAAAHHHH...!!” Lydia mengerang lirih dengan badan menggeliat
Dengan berpegang pada kedua payudara istrinya, aki Uum mempercepat goyangannya, maju-mundur dengan memutar-mutarkan penisnya sebagai selingan. Lydia pun merem melek kenikmatan merasakan genjotan si aki.
‘OOOHH....OH...OOOUUUGGHHHH...Ki...nikmaaaaaaaaa aaaattttt....auw....remas tetekku Ki, mmmmmm...iya teruuuuuuuussss....oooooooooohhhh...enak Ki!! ceracaunya
“aku suka memekmu...Lid....aaahhhh...nikmaaaaaaaaat ttt!!” lenguh Ki Uum
Kaki Lidya melingkar semakin kuat di pinggang suaminya hingga membuat tubuhnya ikut bergoyang seirama dengan ayunan pantat si aki. Hemmmmmmmmmm....semakin bernafsu aku menyaksikan adegan mereka sehingga semakin cepat pula aku mengocoki penisku. Nampak si aki menusuk vagina Lidya hingga penisnya tertelan semua terasa membentur dinding yang berlendir hangat. Aki  terus bergoyang....memainkan penisnya di dalam vagina istrinya yang semakin banjir.
“AAAHHHHHHHH...Ki...aku... akuuuuuuuuuuuu...keluaaaaaaaaaaarrr!” jerit Lidya disertai letupan lava orgasme yang melumuri  penis Aki Uum dari ujung hingga pangkalnya.
Tetapisi aki tidak menghentikan goyangannya, bahkan mempercepatnya sambil berpegang pada kedua gunung kembar itu dan meremasnya makin brutal. Hingga akhirnya, sekitar  sepuluh menit kemudian hampir secara bersamaan mereka menyemprotkan cairan orgasme yang kental dan hangat.
”Ahh... eughhh...” Aki Uum melenguh dalam kenikmatan saat melepaskan spermanya di dalam vagina sang istri.
Setelah mencabut penisnya, si aki merayap turun ke bawah, kepalanya menuju ke selangkangan sang istri. Rupanya ia ingin membersikan vagina istrinya dari cairan yang bereleleran ketika orgasme. Ia pun membenamkan wajahnya di wilayah kewanitaan Lidya.
“Aaahh...Ki” Lidya mendesah dan menggeliatkan tubuhnya.
Aki Uum menbiarkan pinggul sang istri meliuk-liuk keenakan akibat jilatannya. Malah ia memakai dua jari untuk membuka bibir vagina Lidya dan lekas menyapu daerah itu dengan lidahnya, membuat daging berbelah tengah itu jadi tambah basah, baik oleh ludah si Aki maupun cairannya sendiri.
"Emmh... emmhh... aghh!" Lidya mendesah tertahan dengan mata merem-melek keenakan.
Cairan bening terus meleleh membasahi liang vaginanya dan mulut si aki, sementara mulut Aki Uum terus menempel di permukaan selangkangannya untuk mencucup dan menghisap-hisapnya selama mungkin, membersikannya dari cairan orgasme. Kurang lebih lima menit mereka dalam posisi seperti itu. Aku yang masih setia mengintip jadi senewen sendiri, kubayangkan aku yang jadi Aki Uum dan sedang menyetubuhi Lidya. Ughh, betapa nikmatnya. Tak terasa aku sudah memelorotkan celana dan mulai mengocok-ngocok penisku sendiri. Selama itu kuperhatikan tubuh montok Lidya menggelinjang hebat, sementara sepongannya pada kontol Aki Uum juga semakin bersemangat. Puas menikmati vagina sang istri, Aki Uum mengambil posisi duduk dan menaikkan Lidya ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir vagina sang istri, sedangkan yang lain membimbing penisnya memasuki liangnya yang sudah membengkak kemerahan. Lidya menurunkan tubuh untuk menduduki penis si Aki, pelan-pelan ia melakukannya hingga benda coklat panjang itu melesak masuk ke dalam celah kewanitaannya yang sempit diiringi erangan panjang dari si Aki.
”Auhhh... Say!!” Aki Uum melenguh nikmat akibat jepitan vagina Lidya yang masih sangat kencang meski sudah sering dipakai.
”Emghh...” Lidya ikut merintih, terasa sekali penis si Aki seperti membelah vaginanya yang belum pernah kemasukan penis sebesar itu.
Mereka terdiam sejenak. Aku ikut menahan nafas, dan baru menghembuskan begitu kulihat Lidya mulai bergerak naik-turun di pangkuan Aki Uum. Sementara sang istri menggoyang, Aki Uum menjulurkan tangan untuk meremas-remas toket Lidya yang menggantung indah dengan begitu gemas dan keras.
”Hah... hah...” melenguh keenakan, Lidya terus menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh semangat, semakin lama semakin cepat dengan mulut terus menceracau tak karuan. Terasa sekali desakan penis Aki Uum yang selain besar juga panjang, sehingga seakan-akan menembus hingga ke rongga perutnya.
"Oohh... auuhh... ahh... ahh!" lolong Lidya dengan kepala mendongak ke atas, bersamaan dengan itu, tubuhnya yang sintal mengejang.
Ia mendekap  kepala Aki Uum erat-erat sehingga wajah si Aki terbenam di belahan tokednya yang bulat dan besar. Selanjutnya perempuan cantik keturunan Arab itu ambruk di pelukan Aki Uum  dengan penis si Aki masih menancap dalam di liang senggamanya. Mereka saling mendekap dan bercumbu mesra, lidah mereka kembali berpaut dan saling menghisap. Tak kusangka, Aki Uum yang sudah keriput bisa mengalahkan Lidya yang masih kinyis-kinyis. Kalau begini, sepertinya aku beneran kalah.

Setelah sedikit tenang, Lidya kemudian bangkit untuk mengambil air minum dari dalam rumah. Pelan-pelan ia melepas penis Aki Uum yang masih terjepit di liang vaginanya. Kuperhatikan saat dia berlenggak-lenggok masuk ke dalam rumah dengan tubuh telanjang. Uhh, benar-benar sangat indah dan menggairahkan. Memandangi Mira yang telanjang saja, aku tidak pernah memiliki perasaan yang seperti ini. Dengan Lidya, entahlah... aku sangat terangsang. Mungkin benar ungkapan pribahasa; rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Aku sudah membuktikannya. Lidya keluar sambil membawa dua gelas air, satu diberikannya pada Aki Uum, sedang yang satu diminumnya sendiri. Si Aki langsung menenggaknya sampai habis.
"Haus ya, Ki?" tanya Lidya sambil menggelayut manja di pundak Aki Uum, dibiarkannya tangan nakal si Aki yang kembali mempermainkan bulatan payudaranya.
"Iya, kan habis kerja keras.” sahut Aki Uum, jari-jarinya dengan gemas meremas-remas tetek sang istri.
”Aki belom ngecret tadi," kata Lidya memastikan.
Aki Uum mengangguk dan lekas merebahkan tubuh montok Lidya ke atas meja. Kedua pergelangan kaki perempuan cantik itu dipegangnya lalu ia bentangkan lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betis Lidya ke bahu, Aki Uum segera menyentuhkan kepala kontolnya ke bibir vagina sang istri.
”Siap untuk ronde yang kedua?” tanyanya sambil merenggangkan memek Lidya semaksimal mungkin agar bisa menampung kontol besarnya yang sudah mulai menerobos masuk.
”Lakukan, Ki... uhhh!” Lidya kembali mengerang nikmat.
”Uuhh... sempit banget sih," erang Aki Uum akibat jepitan dinding vagina Lidya yang sempit saat ia mulai menggerakkan kontolnya pelan, menyetubuhi tubuh mulus sang istri.
Aku yang melihatnya, kembali memegang dan mengocok-ngocok penisku pelan-pelan. Aku tak mau ketinggalan momen langka ini.
”Auhh,” Lidya merespon dengan rintihan lembut saat Aki Uum mulai menaikkan tempo permainannya, ia terus menyodok sambil sesekali menggoyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan untuk variasi. Tak ketinggalan tangannya meremasi pantat Lidya yang putih mulus.

”Ahh... ahh...” sang istri makin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin jelas terdengar. Aki Uum merundukkan badannya agar bisa menyusu ke toked Lidya yang bulat besar, ia mengemut dan menarik-narik putingnya dengan gemas. Selain toked, ketiak Lidya yang bersih juga tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli-geli nikmat bagi sang istri.
”Auw... ahh... ahh.. uhh...” Lidya mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala dan menggigiti ujung jarinya.
Kini Aki Uum merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhnya dari meja, dibuatnya Lidya menungging dengan kedua lutut bertumpu di lantai, tetapi badan atasnya masih di atas meja sehingga kedua tokednya yang bulat besar tertekan hingga gepeng. Jleebb!! Aki Uum kembali menusuknya, tapi kali ini dari belakang. Posisi ini membuat sodokannya terasa semakin deras dan nikmat. Lidya ikut menggoyangkan pantatnya untuk menyambut genjotan itu sehingga terdengar suara plak-plok-plak-plok saat badan mereka beradu kencang, bercampur dengan dengan erangan Lidya yang tak lama kemudian kembali menyambut orgasmenya.

Air cinta mengucur deras dari liang surgawinya, terlihat dia jadi lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat. Keringat sudah membasahi tubuh sintalnya, begitu banyaknya hingga menetes-netes di meja loteng. Namun Aki Uum sepertinya masih belum selesai, nampak dari kontolnya yang masih tegak dan menegang panjang. Aku jadi geleng-geleng kepala dibuatnya, makan apa dia hingga bisa jadi kuat seperti itu. Aku harus mengetahui rahasianya! Lidya sekarang diangkat dan dibaringkan di kursi panjang. Aki Uum kembali menghampiri dan menghimpitnya. Diciumnya sejenak bibir tipis Lidya sebelum akhirnya mengangkat salah satu kaki perempuan cantik itu dan mulai mendekatkan batang penisnya ke vagina Lidya. Dengan dibantu tangan sang istri dan dorongan badannya, masuklah kontol Aki Uum kembali ke vagina Lidya. Mereka mulai menggenjot ringan, dan berangsur-angsur menjadi bertambah kencang seiring waktu yang terus berlalu. Lidya menolehkan wajah menatap rumahku, tapi tentu saja ia tidak dapat melihatku. Malah aku yang bisa melihatnya begitu jelas saat ia mengeluarkan desahan nikmat dari mulutnya yang tipis.
”Hmm...” rintihnya saat Aki Uum kembali melumat ujung tokednya dan mengisapnya dengan begitu rakus dan gemas, membuatnya jadi semakin lancip dan menegang tak karuan.
Aki Uum memang sungguh perkasa, dia sudah dua kali membuat Lidya kelojotan, sementara dia sendiri tampak belum apa-apa. Pantas dia berani menantangku. Aku yang cuma menonton dan ngocok sendiri saja sudah mulai kecapekan, tapi si Aki masih dengan brutalnya mengesek-gesekkan penisnya ke lorong vagina sang istri. Sungguh sangat luar biasa sekali. Dan itu terus berlangsung sampai 20 menit kemudian. Mataku sampai pedih saat melihatnya, hingga akhirnya... dengan didahului teriakan panjang, Aki Uum pun klimaks. Pejunya yang hangat mengalir mengisi liang vagina Lidya. Nafasnya terlihat memburu dan sangat ngos-ngosan, dan dia langsung ambruk menindih tubuh molek Lidya yang terlihat tak kalah lelahnya begitu alat kelamin mereka terpisah. Aku yang puas menonton segera turun ke bawah. Aku konak dan butuh  pelampiasan. Mira, mana Mira?! Kucari istriku yang dari tadi sibuk memasak di dapur. Segera kupeluk tubuhnya begitu sudah kutemukan. Kupencet-pencet toked kirinya dan kumainkan pentilnya. Seperti biasa, kalau di dalam rumah, Mira tidak pernah memakai daleman. Pahanya kubuka lebar-lebar dan tanganku lekas bermain diantara kerimbunan jembut vaginanya, kukocok benda yang baru kunikmati selama 2 bulan itu dengan dua jari. Tak ketinggalan bahu kirinya yang mulus kucupangi dengan bibirku.
”Ahhh... Mas!” Mira hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat. Sudah biasa ia kuperlakukan seperti itu, kuserang saat sedang tidak siap, jadi dia sudah tidak kaget lagi.
Mira kemudian kudorong ke bawah, menuju ke selangkanganku. Tahu apa yang kuinginkan, ia segera menggenggam batang penisku dan mulai memainkannya di mulut. Diawali dengan menjilati kepala penisku hingga basah, lalu menciumi bagian batangnya, dan diteruskan hingga ke biji pelirku. Kantong bola itu ia emut-emut disertai dengan mengocok batangnya menggunakan tangan.

Perlahan tapi pasti, penisku mulai ereksi penuh. Kunikmati sekali permainannya, mataku terus merem-melek sambil mendesah tiada henti-hentinya saat Mira mulai  mengulum dan menghisap-hisapnya. Lama juga ia mengoralku, sebenarnya aku ingin Mira menerapkan tekniknya Lidya, tapi aku tak tega meminta saat kulihat ia mulai kepayahan. Itu bisa ditunda buat kapan-kapan, yang penting sekarang hasratku terpenuhi dulu. Segera kuangkat dan kupagut bibirnya, Mira membalas dengan tak kalah panas, ia memainkan lidahnya sambil tangannya memijat-mijat batang penisku. Kudorong tubuhnya agar berbaring telungkup di meja dapur, kutelanjangi dia agar bisa kulihat tubuh sintalnya yang selama ini sudah menemani hari-hariku. Kubelai dan kucium punggungnya yang putih mulus.
”Ahh... Mas!” Mira mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Apalagi saat ciumanku makin turun ke arah pantatnya yang bulat dan padat, kusapukan lidahku pada bongkahannya yang putih, kuciumi, bahkan kugigit-gigit kecil hingga membuat Mira menjerit keenakan.
”Ughh...” Mulutku turun ke bawah lagi, kuciumi setiap jengkal kulit pahanya yang halus mulus. Betis kanannya kutekuk sehingga kakinya jadi lebih lebar terbuka.
”Auw... Mas!!” Mira sedikit tersentak saat mulai kusentuh liang vaginanya, dua jariku masuk ke liangnya yang sempit, sementara satu jari menggosok-gosok itilnya yang menyembul kemerahan. Bulu-bulu jembutnya aku sibakkan hingga ia bisa merasakan hembusan nafasku yang begitu dekat. Mulai kujilati kemaluannya sambil tanganku terus mengocok lembut di sana.
”Ahh... hah... hah...” Mira tertawa-tawa kecil sambil mendesah hebat. Dia memang suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.
Puas menjilat, segera kuangkat pantat bulatnya ke atas, kusuruh dia untuk sedikit menungging. Sesaat kemudian, Mira menjengit saat batang tumpulku mulai menyeruak masuk ke liang vaginanya. Ia terpejam menghayati momen-moment saat penisku mengisi liang senggamanya.
”Ahhh...” Mira tak kuasa menahan desahan saat aku mulai menghujam-hujamkan penisku ke dalam tubuhnya.
Rasanya sungguh luar biasa, terutama waktu kuputar-putar penisku di liang vaginanya yang sempit dan ketat, rasanya seperti dipijit dan dicekik saja, membuatku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu.
”Mir, enak...” bisikku di telinganya.
Kocokanku bertambah cepat dan kasar, otomatis erangan Mira pun semakin bertambah tak karuan, sesekali bahkan ia  menjerit kalau sodokanku terlalu keras.
”Terus, Mas... terus... jangan berhenti!” Mira meminta. Selangkangannya yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap kali menerima tusukan penisku. Ia merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat.

Kurasakan dia sebentar lagi akan klimaks, dinding-dinding vaginanya terasa berdenyut kencang memijit batang penisku yang masih bergerak cepat.
”Ayo, Mas... terus... Mira sudah mau...” desahnya dengan nafas tersengal-sengal.
Tak lama kemudian kurasakan tubuhnya menggeliat sambil mendesah panjang menandakan orgasmenya yang sudah tiba. Kurasakan air cinta mengucur deras membasahi selangkangannya yang masih dipenuhi oleh batang penisku. Aku yang juga merasa sudah hampir meledak segera menarik penisku hingga terlepas. Kubalik tubuh Mira dan pejuhku kukeluarkan di atas payudaranya, setelah itu kuratakan cairan kental itu ke seluruh tokednya hingga basah mengkilap. Tersenyum keenakan, Mira segera meraih batang kontolku dan membersihkannya. Ia menjilati sisa-sisa pejuhku hingga bersih.
”Kenapa gak dikeluarin di dalem aja, kan lebih nikmat?” tanya Mira dengan keringat bercucuran di seluruh tubuhnya yang sintal.
”Pengen variasi aja,” jawabku dengan cepat karena ngos-ngosan.
Selesai itu, kami berbenah. Terbayar deh rasa penasaranku akibat ngintip si Aki-Aki gila. Meski tidak 100% tapi cukup untuk meredam hasratku hari itu. Pertandingan selesai. Sore itu juga, tergopohlah aku mentraktir Aki Uum di warung sate kambing di mall depan kompleks. Kebetulan sore-sore itu para istri sibuk arisan juga.
"Saya ngaku kalah, Ki. Nggak apa, kan... saya nggak usah nyoba nandingin?"
"Ya udah, nggak apa. Nandingin juga percuma, saya nggak bisa lihat. Mata saya kan udah burem, kacamata kemaren pecah," begitu dia bilang.
"Gile bener. Mata sih burem, tapi giliran sama Lidya, perkasanya kayak superhero!" aku memujinya. "Eh, ngomong-ngomong, boleh tahu apa rahasianya bisa dahsyat kayak tadi siang itu?" Jelas... aku penasaran dong.
Si Aki pun nyengir. "Hehehe... itu tadi sebenernya saya ada salah megang."
"Salah megang? Salah megang apa?" tanyaku.
"Salah megang tiang lampu. Lha padahal, tiang lampu itu kan nyetrum!" katanya.
Whahaha... Saya pun ngakak abis. "Kirain sakti... Ternyata Aki tadi bisa bergetar dahsyat 20 menit itu karena kesetrum?!! Hahaha... dasar koplak!"

By: Iisamu Takeo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar