- Cerita ini adalah khayalan belaka , tak ada kaitan dengan tokoh manapun dalam kehidupan sebenarnya
- Nikmatilah cerita ini dengan rileks , buanglah kepenatan setelah berjuang seharian mencari sesuap nasi
- Boleh dinikmati sekali , dua kali atau tiga kali sehari - tak ada keharusan pemakaian dengan resep dokter
- Dapat dinikmati sebelum makan , disaat makan atau sesudah makan , tidak akan mengganggu lambung
- Boleh dinikmati dengan busana resmi-lengkap , pakaian bebas , pakaian daerah , juga boleh tanpa baju
- Dapat dinikmati dalam posisi duduk , berdiri , tiduran , terlentang , terlungkup , atau bahkan nungging
- Boleh dibaca dikamar tamu, dikamar makan, dikamar mandi, dikamar tidur, tapi jangan dikamar kerja
- Baca sendirian boleh tapi pasti lebih mantab bersama partner dan keduanya berpakaian ala Adam & Eva
- Ilham cerita dari CWK GNS - di tulis menjadi cerita oleh CWK GTL - tambahan foto-foto dari CWK GNS
- Sebagai finishing touch dikoreksi, diberi bumbu lezat dan ditambahkan foto dimana perlu oleh CWK SDS
EPILOG
Cerita ini adalah lanjutan dari kisah hangat pernah di rilis diawal blogs yang semarak memenuhi cyberspace Nusantara. Pernah dimuat di weblog "ah-uh.tk" dengan judul "Desahan Santi dkk." , Hampir dalam waktu bersamaan tampil pula di weblog "17 Tahun.com" serta "Sawomatang.com" dan masih ada beberapa weblogs lainnya yang kini sudah almarhum. Tentunya tak terlupakan pula pernah muncul di-blog asuhan boss Shusaku namun judulnya diganti oleh sang pengarang menjadi "The Hottest Liveshow". Penasaran ? Silahkan tanya karena pasti boss Shu tahu persis cerita apa dimaksud - atau research sendiri sambil baca cerita-cerita lama tak kalah hot dengan yang baru.
########################
Preview
tiga orang gadis cantik rupawan dari kalangan upper class (the beauties) memenuhi undangan rekan sekuliah Erwin yang kaya raya untuk "sukarela" melakukan orgy dan bahkan bergantian di-gangbang oleh lima orang kuli pekerja kasar pekerja (the beasts) dari perusahaan milik orang tua Erwin di rumah yang juga masih satu kompleks dengan pabriknya di kota Bandung. Kini beberapa tahun telah berlalu dan ketiga gadis yang bernama Santi, Sandra dan Ivana telah lulus kuliah , telah sukses dalam kehidupan karier mereka dan dua orang telah menemukan jodohnya , sedangkan yang seorang masih tetap sendirian karena mungkin memang "berat" jodoh" dan agaknya lebih mementingkan kehidupan bebas.
Setelah mereka menempuh jalan kehidupan masing-masing secara kebetulan mereka pernah bertemu dan berkumpul kembali - reunian kecil katakanlah tanpa partner mereka. Dalam pertemuan dengan percakapan bebas itu muncul kenangan disaat mereka mengalami peristiwa di rumah Erwin , dan dengan ke-genitan wanita dewasa yang tak kalah dengan kegenitan ABG mereka saling menceritakan kembali apa rasa tubuh mereka disaat orgy party di rumah teman pria mereka itu. Bagai anak kecil tak mau kalah dengan temannya membanggakan mainan baru , mereka berusaha membandingkan apa dan bagaimana bentuk badan kuli kuli yang menggarap tubuh mereka, bahkan bau badan, mulut, kemaluan serta sperma yang terpaksa (?) mereka telan juga dijadikan bahan pergunjingan. Mereka secara bebas menceritakan kuli mana (nama tepatnya sang kuli sebagian sudah mereka lupakan) yang menurut mereka masingmasing paling "hebat" dan jago sanggup membangunkan gairah mereka. Tanpa disadari mereka sampai membandingkan rasa yang dialami disaat dipaksa (?) orgasmus berulang-ulang baik saat digarap berulang , bergantian dan massal sekaligus.
Sebagaimana wanita modern ketika berkumpul sesama jenis mereka sambil tertawa geli dan terbahak amburadul mnceritakan bagaimana fantasy mereka setelah peristiwa di rumah Erwin. Akhirnya mereka berkesimpulan dan secara jujur mengakui satu sama lain bahwa kejadian tersebut mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sex mereka.
Mereka berterus terang satu sama lain bahwa tidak mau untuk dijadikan seterusnya budak sex didalam kehidupan suami istri. Namun misalnya suami mereka disaat ML ingin bermain "sandiwara" memaksakan hubungan sex baik secara halus maupun (agak) kasar dan untuk semalam dijadikan budak sex yang harus patuh dan menyerah atas kemauan dan diapakan saja oleh suami (asal tak sampai luka) maka tak ada satupun yang menolak......
Setelah reunian tak resmi itu mereka kembali sibuk dengan tugas sehari-hari, juga tugas diranjang melayani suami, dan tanpa disadari kenangan di saat mengalami orgy itu menambah semaraknya ML dengan sang suami.
.
Sequel ini adalah kelanjutan hidup mereka yang mungkin karena sudah suratan takdir memiliki episodes tak kalah hangatnya dibandingkan dengan pengalaman mereka di rumah teman mereka ketika menghadapi kelima kuli kasar itu.
Dibawah ini adalah pengalaman ketiga wanita cantik itu : dimulai dengan Ivana, Sandra dan akhirnya Santi.
############################
Dari ketiga ex mahasiswi yang disebutkan namanya di atas maka Sandra sejak semula selalu free-minded alias menempuh kehidupan yang lebih bebas dan ini terlanjut tak hanya ketika masih remaja dan single namun juga setelah menikah. Sandra menikah dengan seorang sarjana teknik, seorang arsitek yang cukup rajin dan terkenal dengan ilham serta kreasi barunya. Desain yang modern dan mengikuti trend masa kini sangat disenangi baik oleh perusahaan pembangunan negara maupun swasta, oleh karena itu selalu memperoleh banyak kontrakan yang menyita seluruh perhatian dan tenaganya. Sejak menikah dengan Sandra maka kelihatan semakin banyak rejeki dan tugas satu menyusul yang lain, meeting dan pertemuan dengan para orang penggede hampir setiap hari tidak ada hentinya, hanya di hari Minggu ia dapat melepaskan lelah dan dengan setia selalu menemani Sandra istrinya.
Sandra menamatkan kuliahnya di bidang hukum jurusan khusus untuk menjadi notaris, lalu ditambah lagi dengan persoalan pajak dan izin bangunan. Karena kemauan yang cukup besar dan sikap yang tegas dan tampilan yang sangat representatif maka dalam waktu tak terlalu lama Sandra telah berhasil membuka kantor sendiri yang mengurus persoalan jual beli tanah, soal perpajakan dan juga secara effisien memperoleh izin resmi bangunan.
Tak heran dalam waktu yang dapat dikatakan cukup singkat Sandra dan suami telah berhasil mengumpulkan uang dan membeli tanah di luar kota Jakarta. Karena keduanya berkecimpung di bidang yang saling berkaitan maka tanpa banyak masalah izin pembangunan cepat diselesaikan, pembangunan dapat dimulai dan keduanya bergantian hampir setiap hari setelah pulang kerja menyempatkan waktu melihat kemajuan pembangunan rumah baru mereka. Sambil bergandengan tangan dan tak jarang dengan lengan suami membelit pinggang Sandra yang langsing mereka meneliti pembagian ruangan dirumah baru , terutama taman belakang yang sebagian besar teduh karena tertutup. Bagian itu adalah keinginan Sandra sejak lama untuk memelihara pelbagai jenis bunga anggrek yang memang selalu menjadi favoritnya karena sejak kecil di rumah orang tuanya selalu penuh bunga anggrek. Sesuai dengan rencana di atas kertas maka dalam waktu tiga bulan mulai terlihat bentuk rumah yang megah itu dan karena semuanya berjalan cukup lancar maka setelah semua dinding dinding luar serta atap penutup selesai dipasang maka suami Sandra yang bernama Hendra itu telah mempercayai kemampuan para kuli pembangunan dan mandor-nya untuk dapat menyelesaikan proyek rumah pribadi mereka. Hendra kini dengan lebih tenang dapat mengalihkan konsentrasi pekerjaannya ke proyek-proyek lain yang lebih besar dan tentu saja menghasilkan pemasukan uang yang semakin bertambah. Dari awalnya setiap hari melihat sendiri pembangunan rumah pribadi Hendra pada bulan ketiga hanya seminggu dua kali dan akhirnya hanya sekali mengunjungi villa barunya yaitu setiap hari Jum'at petang sebelum memasuki week-end.
Yang tetap mengunjungi hampir setiap hari pembangunan villa itu adalah Sandra, terutama bagian taman belakang disertai kolam renang, enam ruangan tidur dengan empat kamar mandi dan dapur menjadi pusat perhatiannya. Sandra telah memperbincangkan dengan Hendra bahwa untuk merasa lebih aman maka perlu kiranya memasang pelbagai kamera CCTV modern yang dengan teknik canggih zaman sekarang dapat berhubungan langsung dengan kantor tempat kerja mereka. Hal ini memang sudah tak asing lagi misalnya seorang dokter zaman sekarang dapat inlog ke RS tempat kerja mereka, melihat langsung operasi yang berjalan , data pasien di CCU/ICU , mengubah pengobatannya dsb. semua dari computer di rumah. Di dalam kompleks itu rumah mereka adalah yang terdahulu sedang dibangun sedangkan tanah kapling lainnya masih dalam pengolahan pertama. Sebaliknya dalam waktu hampir bersamaan dimulai pula pembangunan pusat perbelanjaan, sekolah dasar, taman hiburan untuk anak anak yang letaknya tak terlalu jauh dari villa mereka yang sedang dibangun itu , juga gedung untuk fasilitas sport termasuk kolam renang terbuka dan tertutup. Biasanya Sandra mengendarai sendiri mobilnya Toyota Yaris dari rumah ke kantor dan pulang kantor ke komplex perumahan baru untuk kontrol kemajuan rumah idamannya sebelum kembali kerumah sementaranya. Namun di hari kerja pertama seminggu setelah lebaran Sandra merasa sangat stress, letih dan agak pusing dikantornya - sehingga setelah berunding dengan suaminya melalui WhatsApp maka Hendra menganjurkan agar istrinya meminta office boy dari kantor Sandra untuk mengantarkan pulang ke rumah lebih pagi daripada biasanya sekitar jam 14.00. Semula Sandra agak ragu namun setelah Hendra mendesaknya maka akhirnya setuju dan diberikannya izin pada office boy bernama Benno untuk mengendarai mobilnya. Ternyata hari itu dimana mana ada demo dan pelbagai jalanan utama ditutup sehingga bukan saja banyak kemacetan namun demi keamanan maka pelbagai arus lalu lintas di haruskan memutar jalan jauh sekali. Sandra yang semula hari itu tak berminat untuk melihat villa-nya yang sedang dibangun akhirnya berubah fikiran karena jalan memutar yang terpaksa mereka ambil tak jauh lagi dengan arah ke kompleks pembangunan.
"Pak Benno, tolong mampir sebentar ke kompleks Puri Kencana Indah , saya mau lihat rumah yang sedang di bangun", demikian permohonan Sandra.
"Baik bu, boleh saja , tapi nanti engga tambah pusingnya nih ?", tanya sang sopir.
"Engga pak, hanya sebentar saja, mau lihat kamar mandinya, katanya hari ini selesai", jawab Sandra.
Tak lama kemudian mereka memasuki kompleks perumahan baru itu. Belum semua jalan telah dilapisi aspal, baru jalan masuk utamanya , sedangkan jalan lain termasuk ke depan villa milik Hendra dan Sandra yang masih belum selesai dibangun masih tanah biasa dan penuh dengan batu kerikil. Dengan diberikan petunjuk oleh Sandra maka dalam waktu singkat Benno telah menemukan villa itu dan dihentikannya Toyota Yaris di depan pintu.
Rupanya saat itu para kuli bangunan sedang istirahat tengah hari karena sebagian besar tak bekerja dan duduk minum kopi atau merokok. Yang berkumpul kali ini bahkan termasuk juga pekerja bangunan dari pusat perbelanjaan dan tempat hiburan anak anak dan mereka duduk menyebar dari depan hingga ke belakang rumah.
Sandra merasa agak risih juga karena ia adalah satu satunya wanita di tengah kelompok begitu banyak laki laki tapi karena sudah terlanjur ditabahkan hatinya untuk masuk kedalam menuju ruangan belakang dimana telah terbuat kamar makan, dapur, kamar mandi khusus untuk si pemilik villa menembus langsung ke kamar tidur mewah dan juga mempunyai hubungan ke teras halaman belakang serta kolam renang yang masih digali.
Sandra meneliti semua ruangan yang telah jadi dan terutama kamar tidur dan kamar mandinya dengan lantai batu marmer asli yang mahal di import spesial dari Italia. Pada umumnya Sandra cukup puas dengan hasil kerja para buruh pembangunan yang dipakai oleh kontraktor suaminya hanya disana sini ia memberikan pentunjuk kepada sang mandor agar diperbaiki atau diubah, agar lebih sesuai lagi dengan seleranya. Tanpa disadari oleh Sandra selama itu ia diamati oleh tiga orang pekerja yang sebenarnya sedang membangun gedung pusat perbelanjaan tapi kebetulan saat itu sedang istirahat bersama rekan mereka disitu. Ketiga buruh bangunan itu adalah Andang, Usep dan Endang yang tujuh tahun lalu ikut menikmati pesta sex di villa majikan mereka diuar kota Bandung [baca cerita terdahulu "Desahan Santi dkk." atau "T-H-L-" di weblog ini).
Berbeda dengan Sandra yang setelah peristiwa gila-gilaan itu meneruskan kuliahnya kemudian sibuk dengan karier serta telah menumpahkan kasih sayangnya kepada sang suami sehingga wajah ketiga pria tersebut hampir terhapus seluruhnya dari benaknya maka justru ketiga buruh kasar itu masih membayangkan bagaimana asyiknya menikmati tubuh tiga gadis mahasiswi muda yang tingkatnya sosialnya jauh diatas mereka. Sejak peristiwa hanya sekali didalam hidup mereka itu selalu terbayang di pelupuk mata mereka ketiga wajah cantik dan badan putih mulus yang dalam beberapa jam di villa dulu menjadi mangsa "sukarela". Meskipun ketiganya sudah berkeluarga di desa masing masing namun tentu saja dimata mereka sendiri para istri mereka secara fisik bukanlah tandingan dari ketiga mahasiswi kelas atas di masyarakat itu. Karena upah Usep, Andang dan Endang di perusahaan "E" di luar kota Bandung tak cukup untuk membiayai keluarga akhirnya mereka ke ibukota dengan harapan mendapatkan penghasilan lebih baik - hal sama dilakukan ratusan ribu mungkin jutaan penduduk desa yang hijrah ke kota-kota besar, problem kronis semua negara berkembang di dunia termasuk Indonesia. Tanpa diduga sama sekali salah satu dari bidadari yang pernah mereka cicipi tubuhnya beberapa tahun lalu muncul begitu saja di hadapan mata mereka - ibarat houri firdausi dari cerita dongeng 1001 malam. Dengan mata yang sama sekali tak berkedip dan mulut terbuka penuh pesona mereka mengawasi dan mengikuti gerak gerik Sandra yang sedang inspeksi rumah mewah barunya yang sedang dibangun. Sesuai dengan kenangan di benak mereka maka tubuh Sandra tak berbeda sama sekali dibandingkan tujuh tahun lalu : langsing semampai dengan kulit yang putih agak kuning langsat. Wajah cantik agak mirip bintang film Hongkong , mata agak binal sedikit sipit , hidung bangir mancung dan mulutnya , oh mulutnya yang terhias bibir basah merekah itu pernah mereka ciumi , pernah mereka paksa untuk membuka , pernah mereka jarah rongganya yang hangat dengan lidah kasar mereka dan bukan sampai disitu saja , bahkan kehangatan rongga mulut itu pernah dibasahi oleh sperma mereka dan lidah yang halus itu pernah mereka alami usapannya dipermukaan kemaluan mereka. Tonjolan dada membusung mengingatkan mereka juga betapa kenyalnya daging yang mereka remas remas penuh kegemasan dan putingnya tegak menantang pernah menjadi sasaran gigitan ganas gigi mereka yang tajam tapi kurang terawat. Goyangan pinggul Sandra yang sedemikian halus lembut ketika berjalan mengembalikan kenangan mereka di saat ketiganya mengerubuti tubuh bugil menggeliat karena kegelian. Lutut dan betis sedemikian mulus ibarat batang padi Cianjur yang menonjol keluar dibawah rok mini putih membuat mereka menelan air liur karena teringat paha Sandra terkuak di atas pundak mereka secara bergantian - entah di saat mereka mendapat kesempatan menciumi dan menjilati selangkangannya , atau disaat mereka membelah bukit daging terhiasi rambut halus dengan celah di tengahnya sedemikian hangat, rapat, peret dan sukar dimasuki namun jika telah membelah dan mengatup maka akan terasa mengurut dan memijit batang kemaluan sehingga tak sanggup bertahan dan menyemburkan lahar.
Ketiga buruh kasar itu merasakan keinginan tak terbendung lagi dan disaat mereka saling berpandangan satu sama lain maka tanpa banyak kata kata mereka telah bertekad untuk sekali lagi mencicipi hidangan lezat itu. Andang dan Endang yang terlebih gerudukan dan ingin segera merampok, menculik dan membawa Sandra ketempat terpencil untuk melampiaskan hawa nafsu mereka sempat dicegah dan dinasihatkan oleh Usep yang jauh lebih matang berfikir dan penuh dengan akal muslihat sukar ditandingi keduanya. Dalam beberapa tahun Usep yang semula bertubuh ceking dengan muka dihiasi kumis seperti tikus kini telah berhasil menjadi seorang mandor dengan tubuh semakin kekar tegap dan kumisnya kini berubah menjadi tebal lebat menutupi seluruh bawah hidungnya sampai batas bibir atasnya. Usep ini pula yang mempunyai pandangan lebih jauh ke depan dan memikirkan siasat bagaimana caranya menguasai wanita cantik idamannya. Ia tahu bahwa dengan cara hantam kromo rencana mereka dapat gagal total, mereka mungkin dapat menikmati tubuh mangsanya sekali, namun ada kemungkinan bahwa mereka berurusan dengan fihak berwajib, mereka akan kehilangan pekerjaan dan bahkan mungkin masuk penjara. Usep menginginkan agar Sandra akan terjebak didalam jeratan nafsu birahinya sendiri, diharapkan nyonya kelas atas itu yang pasti di awal mula menolak dan berontak akhirnya akan terlibat erat dijaringan permainan terlarang sedemikian nikmat sehingga diam-diam akan "ketagihan".
Usep |
Mang Usep dengan cerdik mendekati para pekerja pembangunan villa Sandra, ditanyakannya apa maksud bagian belakang yang tertutup namun mempunyai atap plexiglas sehingga masuk sinar matahari. Setelah mendengar dari para buruh bangunan bahwa ruangan itu akan dipakai Sandra untuk memelihara bunga anggrek yang menjadi hobby-nya maka yakinlah mang Usep bahwa rencananya akan berhasil tak terlalu lama lagi. Tak jauh dari desanya sendiri ada bekas teman ibunya yang secara sangat sederhana mencoba memelihara bunga anggrek liar.
Dengan keuletan dan menurut penduduk desa di situ juga disertai dengan segala macam jampi , jimat dan ilmu kebatinan maka pelbagai jenis anggrek yang sukar untuk ditanam dan dipelihara justru bisa subur di rumah bekas teman ayahnya yang dipanggil Kyai Musiroh. Usaha tanam anggrek itu namun hasilnya biasa saja, tak dapat maju secara profesionil dan kalah dengan hasil kegiatan Kyai Musiroh yang lain yaitu sebagai dukun yang konon dapat mempengaruhi hubungan perempuan dan lelaki. Rumah Kyai Musiroh dikelilingi halaman cukup luas dan yang sangat khas adalah semua batas luar halaman Kyai Musiroh itu terlindung dengan pohon kelor. Bagi para penduduk di Indonesia yang masih mempercayai ilmu hitam atau guna guna, maka selain pohon beringin juga pohon kelor sangat dicari baik batang, cabang, tangkai dan bahkan daunnya. Semuanya dipercayai mempunyai khasiat untuk menolak ilmu guna guna fihak lawan, selain itu dapat dipakai untuk "memélét" agar disukai lawan jenis atau sebaliknya untuk "menutupi" keselingkuhan sehingga tak disadari atau dicurigai sang suami atau istri. Mang Usep menyediakan waktu di satu hari dengan berpura pura sakit tak masuk kerja dan dipagi buta telah naik bus ke desa tempat Kyai Musiroh itu. Ia berniat meminta nasihat Kyai Musiroh dalam cara merawat anggrek, juga akan dibawanya beberapa foto jenis anggrek yang jarang sekali ditemukan untuk memikat perhatian calon mangsanya, dan selain itu ilmu pélét ala Kyai Musiroh agar Sandra dapat terjebak kedalam rencana mesumnya.
Semuanya berjalan menurut rencana seperti yang telah diramalkan oleh Kyai Musiroh - dengan siasat akal bulus yang sangat rapih maka Sandra terpincuk oleh beberapa jenis anggrek yang diambil mang Usep dengan HP pinjaman dari teman kerjanya yang lebih beruntung dan telah "naik pangkat" sehingga menjadi kepala mandor, lalu dicetak dan sengaja diperlihatkannya kepada salah seorang buruh yang membangun bagian belakang villa Sandra dengan pesan agar diteruskan kepada sang majikan yang tiap hari kontrol pembangunan villanya. Tanpa ada kecurigaan sama sekali Sandra tentu saja sangat tertarik dengan foto foto anggrek yang menarik itu dan menanyakan di mana dapat membelinya. Sang buruh bernama Saimin yang diberi "uang semir" extra oleh mang Usep akhirnya masuk ke dalam komplot yang berniat mesum itu dan tentu saja tak puas hanya diberikan uang extra - dan setelah dijanjikan untuk boleh ikut mencicipi hidangan lezat tubuh Sandra akhirnya setuju. Sebagai otak di belakang rencana penjebakan Sandra itu mang Usep berniat untuk menikmati tubuh Sandra lebih dahulu dan sendirian tanpa harus "membagi jatah" dengan rekan lainnya Andang, Endang dan Saimin. Tak ada tempat yang lebih sempurna dan aman untuk menjebak Sandra daripada tempat kediaman Kyai Musiroh sendiri. Hanya saja harus tahu kapan waktunya dan tentu saja dengan minta izin sebelumnya kepada sang ahli pélét dan guna guna. Selain itu tentu saja harus ditunggu waktunya pada saat Hendra suami Sandra kebetulan sedang menunaikan tugas di tempat jauh - terlebih baik lagi jika tugas itu memakan waktu beberapa hari sehingga Hendra terpaksa menginap di luar kota. Kesempatan itu akhirnya tiba beberapa minggu setelah Tahun Baru dan di saat itu villa milik Sandra dan Hendra selesai, tinggal mengisi kolam renang, memasang alarm dan pintu gerbang luar. Hendra bertugas di Pakan Baru dan menginap selama empat malam di sana, Sandra rupanya betul-betul telah kena pélét nurut ibarat kerbau dicocok hidung untuk di hari Sabtu pagi-pagi ikut ke desa, bahkan dibiarkannya mang Usep yang juga mempunyai SIM untuk mengendarai mobilnya menuju rumah Kyai Musiroh pagi setelah sarapan. Dengan melalui jalan tol yang cukup lancar maka sekitar tiga jam kemudian mereka telah sampai tujuan......
#######################
PEMBANTAIAN SANDRA DIRUMAH KYAI MUSIROH YANG ANGKER DAN MENYERAMKAN
Rumah Kyai Musiroh ternyata masih jauh dan terpencil dari jalan umum di desa, setelah melewati pasar sangat ramai dan membisingkan mobil yang dikendarai mang Usep itu membelok ke kiri, melewati rumah penduduk yang semakin lama semakin sedikit dan akhirnya kembali membelok ke kiri dimana tak ada lagi rumah rakyat.
Cuaca yang semula masih cerah ketika mereka berangkat semakin lama semakin gelap mendung dan gerimis disertai angin keras serta petir guntur mengiringi perjalanan mereka memasuki desa pedalaman. Kini tepi jalan kiri kanan hanyalah semak belukar dan pohon pohon besar, namun justru di batang pohon-pohon besar itu banyak tumbuh pelbagai bunga liar warna warni dan bahkan juga ada beberapa terlihat mawar liar merah. Sandra yang sebenarnya mulai agak sadar, menyesal karena terpincuk ikut ke tempat yang tak dikenalnya dan cemas melihat tempat tujuan sedemikian jauh terpencil , kembali terbuai perhatiannya karena melihat bunga berwarna warni itu. Setelah melewati jalan desa tak terawat dan usang aspal sekitar hampir sepuluh kilometer mang Usep akhirnya menghentikan mobil Toyota Yaris berwarna silver metallic itu di depan sebuah bukit kecil. Puncak bukit kecil itu terkurung oleh lebatnya pohon pohon berbatang kurus tinggi sehingga gubuk pasanggrahan tempat kediaman Kyai Musiroh agak tersembunyi dari jalanan. Ketika turun dari mobilnya perhatian Sandra langsung tertarik oleh sekitar dua puluh jenjangan ibarat tangga menuju ke pintu depan rumah dan dikiri kanan jenjangan tangga alam itu penuh terhias dengan pelbagai jenis kembang. Semakin mendekati pintu rumah terlihat semakin banyak bunga yang langsung dikenali oleh Sandra sebagai jenis anggrek langka di potret mang Usep. Rupanya sisa akal sehat Sandra masih memperingatkan adanya kemungkinan "udang dibalik batu" di balik semua bagusnya camouflage hiasan serta harumnya bunga yang mulai tercium oleh hidung Sandra. Melihat Sandra masih agak ragu maka mang Usep yang merasa tujuannya sebentar lagi akan tercapai, menunjuk ke depan pintu rumah yang berwarna hitam namun kiri kanannya penuh dengan mawar liar merah dan anggrek putih sehingga terlihat sangat kontras.
"Tuh lihat bu, bagus banget kan kembang hiasan di depan rumah itu, coba bayangkan kalau semuanya tumbuh dengan subur di halaman belakang ibu, kan nambah asri rumah ibu , apalagi begitu harum pasti bapak senang", begitulah bujuk rayu mang Usep ibarat buaya muncul sedikit dipermukaan air menyerupai batang kayu sehingga kijang yang ingin minum terpedaya dan semakin mendekati tepi sungai yang berbahaya.
"Iya bang, bagus banget ya dan tumbuh begitu subur sehingga merambat ke atas, pakai pupuk apa ya supaya bisa kelihatan segar terus ?", balas Sandra semakin terpesona dan mulai menaiki jenjangan ke arah pintu rumah.
"Saya juga kurang tahu bu, kurang ngerti soal tanaman apalagi bunga , ibu harus tanya sendiri pada yang punya rumah si Kyai Musiroh", jawab mang Usep.
"Iya bang nanti saya tanya, tapi kita datang begini pagi apa engga mengganggu Kyai Musiroh, mungkin beliau belum bangun atau sedang ada kesibukan lain", demikian Sandra sambil menatap terus bunga-bunga anggrek itu.
"Pasti engga mengganggu bu, cuma kalo mau masuk malam Jum'at sebulan sekali kliwon Kyai Musiroh suka nyepi mengundurkan diri bersemedi di gua angker di tengah hutan", jelaskan mang Usep yang berjalan di belakang Sandra sambil matanya menikmati goyangan gemulai bongkahan pantat yang sedemikian menggiurkan. Berbeda sekali dengan hentakan kasar dibuat buat dari ratu ngebor yang secara menyolok cari perhatian pria di panggung.
Beberapa langkah sebelum sampai di ambang pintu Sandra kembali berhenti dan menikmati bagusnya bunga di kiri kanan dinding rumah , dan kesempatan ini dipakai mang Usep yang maju ke depan mengetuk pintu tertutup sambil berteriak : "Salam mualaikum , mbah Kyai , permisi nih datang bawa tamu dari kota , ada dirumah ?".
Suara mang Usep terdengar menggema namun jawabannya hanya keheningan sekeliling hanya terkadang di sana sini suara burung berkicau. Mang Usep kembali mengetuk pintu lebih keras namun kali ini pintu rumah terbuka langsung perlahan lahan tanpa terlihat siapa yang membukanya.
"Maaf Mbah, saya Sandra dari kota senang lihat kembang mawar dan anggrek yang jarang, saya mau punya bunga yang sama, boleh beli dan minta nasihat gimana ngerawatnya Mbah, sebentar saja saya pulang lagi".
Mang Usep melangkah lebih lanjut dan melewati ambang pintu kemudian masuk perlahan lahan ke dalam rumah yang terlihat agak gelap , namun terlihat dari luar ada meja kecil dengan tiga kursi sederhana. Di atas meja itu terlihat cangkir kecil dan di sampingnya puntungan rokok keretek yang rupanya hasil pulungan sendiri.
"Mungkin Mbah Kyai sedang ke sumur di belakang rumah atau mencuci bajunya di pinggir sungai bu, maklumlah tinggal seorang diri jadi ngurus semua juga sendiri. Ibu duduk saja dulu disini, nanti saya cari ke belakang".
"Apa lebih baik saya tunggu di luar saja?", demikian Sandra semakin cemas, dan justru di saat itu hujan gerimis berubah menjadi sangat lebat dan kilat serta bunyi guntur sahut menyahut menyebabkan Sandra makin ketakutan.
"Duduk di dalam aja bu, nanti basah dan sakit, apalagi banyak kilat dan gelédék", demikian usul mang Usep.
Sandra tak mempunyai pilihan lain daripada menurut dan duduk disalah satu kursi kecil disitu.
"Tenang aja bu, nanti saya cari Mbah Kyai , pasti sebentar juga ketemu", ujar mang Usep tanpa menunggu lagi jawaban Sandra lalu keluar lagi pintu depan dan berlari kesamping rumah sehingga hilang dari pandangan.
Suara Sandra yang masih ingin protes karena semakin ngeri ditinggalkan sendirian ditempat asing itu menghilang teredam oleh kilat dan guntur tak hentinya, dan bagaikan terkena sihir pintu rumah yang masih terbuka ditinggal begitu saja oleh mang Usep mendadak menghempas dan menutup dengan keras. Sandra mulai panik karena dengan tertutupnya pintu rumah itu ruangan menjadi gelap , hanya keuntungannya dari luar tak masuk lagi angin keras dan juga derasnya hujan juga tak terbawa masuk oleh angin. Di dalam hati Sandra telah memutuskan agar secepatnya keluar dan pulang lagi, biarlah bunga mawar dan anggrek sedemikian bagus pasti dapat dilihat dan dikunjungi lagi bersama dengan Hendra sang suami jika telah pulang dari tugas. Tanpa disadari oleh Sandra dari balik kegelapan bagian dalam rumah muncul asap berbau harum bunga namun tersembunyi di samping aroma itu terdapat zat yang membuat kebanyakan orang menjadi lebih tenang dan bahkan ngantuk karena mengandung sari bubuk papaverum yang sering dipakai bahan dasar untuk pembiusan. Hidung Sandra yang mengendus aroma itu mulai agak tenang dan bahkan tanpa disadarinya duduk kembali dengan rileks dan bahkan menghisap menikmati harumnya bunga beberapa kali dengan tarikan nafas amat dalam. Ini adalah kesalahan besar sekali karena selain mulai ngantuk juga Sandra merasakan pusing dan seolah ruangan di hadapan matanya dengan lambat namun pasti mulai berputar. Karena tak tahan dengan rasa ngantuk dan pusing yang semakin lama semakin menerpa maka dipejamkannya matanya - bunyi hujan deras menimpa atap rumah terdengar semakin lama semakin sayup seolah semuanya terjadi amat jauh. Lamunan dan bayangan bunga yang terpampang di hadapan matanya yang tertutup juga seolah semakin lama semakin menjauh, semakin samar dan kabur dan akhirnya semuanya menghilang di saat Sandra jatuh ketiduran.
Disaat itu muncullah dua sosok manusia seolah menembus asap kabut dengan aroma yang membiuskan itu , mang Usep dengan sosok tubuh tegap kasar berkumis , dan seorang lagi bertubuh kurus lebih jangkung berusia sekitar enampuluhan memakai jubah panjang mencapai mata kaki, rambut panjang dan kumis jenggot ibarat kambing gunung mewujudkan penampilan seorang pertapa namun dengan sorotan mata tajam menakutkan.
Kyai Musiroh |
Keduanya mendekati Sandra yang jatuh pulas, mang Usep berdiri di sebelah kiri dan Kyai Musiroh di kanan , mata kedua lelaki itu menatap wajah demikian cantik dan terlihat berkali kali mereka menelan ludah. Usep dan Kyai Musiroh beberapa kali menyentuh dan menggoyang bahu Sandra, namun pembiusan yang sedemikian ampuh telah menunjukkan keampuhannya sehingga Sandra tetap tertidur pulas. Juga ketika tubuhnya digotong kedua lelaki itu menuju ke bagian dalam rumah - memasuki ruangan cukup luas dimana sebuah ranjang kayu jati dengan di empat ujungnya dipasangi pilar terbuat dari kayu sama dan diperkuat dengan bambu amat besar.
Sandra yang tetap tak sadar ketika dibopong masuk kekamar itu kemudian diletakkan di tengah ranjang, disertai dengan seringai mesum menghiasi kedua wajah mereka, kedua lelaki itu melepaskan semua baju yang dipakai dan dalam waktu tiga menit kemudian mereka telah bugil seluruhnya. Terlihat tubuh mang Usep berwarna coklat yang tegap kekar berotot dihiasi beberapa tattoo dibagian lengan atas dan juga punggung dan dadanya. Badan Kyai Musiroh jauh lebih tinggi daripada mang Usep, jauh lebih legam dan penuh bulu terutama bagian dadanya , terhias banyak bekas luka luka sayatan karena memang dulu ia pernah menjadi penyamun ganas. Alat kemaluan mereka yang besar panjang hitam melebihi ukuran kejantanan lelaki melayu pada umumnya mulai "berdiri" dan mengangguk angguk ketika keduanya mulai mendekati tubuh Sandra dari kiri kanannya, seolah olah merasa puas melihat mangsa sedemikian ayu cantik yang sebentar lagi akan dihunjam tanpa kenal ampun. Di dalam ruangan agak gelap tampak alat² kelamin mereka yang terkhitan agak mengkilat mirip meriam sundut penuh pembuluh darah menghiasi kepalanya bagai topi baja berlubang siap menyemburkan lahar panas. Dengan tubuh telanjang kini keduanya mulai menggerayangi dan mengelus elus tubuh Sandra: mang Usep melepaskan kancing blouse atas satu persatu hingga muncul gumpalan daging tertutup bh berwarna ungu muda. Kyai Musiroh pertama tama melepaskan kedua sepatu yang dipakai Sandra dan setelah itu mulai diciuminya dan dikulumnya jari-jari mungil sehingga tanpa disadari Sandra agak menggeliat kegelian dan melenguh lemah. Selain itu tangan Musiroh yang mulai keriput itu meraba-raba mengusap betis belalang dan merayap terus naik keatas menyingkap rok agak ketat sehingga perlahan lahan muncullah paha putih mulus tanpa cacat. Mang Usep di sebelah kiri mulai menciumi pipi Sandra, menjilat telinga sambil menghembuskan nafas panasnya ke lubang telinga si cantik, sementara tangannya telah berhasil melepaskan BH berukuran 36b dan mulai nakal mengusap bukit daging putih kenyal. Jilatan nakal lidah yang kasar dan berbau rokok itu menjalar ke leher jenjang , naik keatas menyentuh bibir setengah merekah terbuka. Tangan kiri Sandra di rentangkan ke atas lalu diletakkannya di atas kepala dan direjangnya ke kasur sehingga ketiak yang tercukur licin kini terpampang. Ciuman dan jilatan mang Usep kini bergonta ganti dari telinga, pipi, bibir, leher dan menghendus di ketiak, sementara jari jarinya yang semakin nakal meremasi buah dada Sandra, memilin dan memijiti putingnya. Tentu saja Kyai Musiroh tak mau kalah dengan mang Usep untuk merangsang mangsanya : kedua tangannya dengan jari-jari berkuku lancip panjang menyingkap rok ketat Sandra semakin tinggi hingga terlihat selangkangan tertutup oleh celana dalam kecil string tipis berwarna agak pink keunguan. Karena tipisnya celana dalam string maka jelas merayang di bawahnya celah kenikmatan wanita tanpa bulu sama sekali. Memang suaminya Hendra selalu meminta agar Sandra mencukur bulu kemaluannya dengan dalih agar lebih hygienis, namun alasan yang sebenarnya adalah keinginan Hendra yang berkhayal setiap bersebadan seolah-olah sedang menggarap gadis ABG. Dirangsang oleh dua lelaki dengan empat tangan kasar menjarah bagian-bagian tubuhnya yang sangat sensitif menyebabkan Sandra akhirnya mulai sadar. Perlahan dibukanya kedua matanya dan dengan kesadaran yang mulai pulih dilihatnya dua lelaki tanpa pakaian sedang menggerayangi tubuhnya. Sandra berusaha bangun tetapi kepalanya dirasakan pusing melayang sedangkan badannya justru sangat berat dan terutama kaki tangannya bagaikan lumpuh. Sandra berusaha berteriak sekuat tenaga namun suaranya hilang teredam bunyi hujan angin deras yang menggebu atap serta dinding rumah kediaman Kyai Musiroh dan selain itu mulutnya disergap oleh mang Usep yang berbau rokok dan dengan kumisnya yang tebal menggelitik memaksa Sandra membuka bibirnya
"Emmmmppffh, kurang ajjj, mmmmphhh, janggg, nggggggga, hhhmmmm", hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Mang Usep kini menciumi dengan ganas bibir Sandra sehingga sukar bernafas dan akhirnya mengalah membuka dan kesempatan ini dipergunakan oleh lidah mang Usep yang segera menyerbu masuk rongga mulut Sandra sambil mengusap langit-langit mulutnya dan menggesek lidah Sandra membuatnya muak namun sekaligus kegelian. Sandra berusaha memukul dan mencakar wajah mang Usep namun segera kedua pergelangan tangannya dicekal erat oleh satu tangan mang Usep dan ditekan sekuatnya ke kasur di atas kepala Sandra. Kini tangan mang Usep yang satunya membuka satu persatu kancing blouse Sandra sehingga langsung muncul dua buah bukit daging nan kenyal padat tertutup bh ungu muda merk Enamora. Penutup terbuat dari bahan campuran satin sutra itu tidak menampung semua kemontokan sumber susu Sandra dan bahkan putingnya terlihat tegang menekan menonjol di permukaan BH berukuran 36b. Dengan sekali renggut secara kasar lepaslah BH penutup buah dada Sandra dan dua gunung sekal berwarna putih dengan puncak merah sedikit kecoklatkan mencuat ke atas langsung diciumi dan dijilati serta digigit-gigit oleh mang Usep menyebabkan Sandra semakin panik ketakutan namun juga geli meronta-ronta.
"Eeeuumm, duuuuh enaaak tenan , nih tedoy masih aja kenyal legiiiit, eeeuuumm, putiiiiih bangeeet kaya bakpau kelas satu, abang jadi geregetan pengen gigit ngunyah teruuus, boleh ya neng", tanpa menunggu jawaban mang Usep meneruskan kegiatannya memijit mengusap dan meremas kedua gundukan daging dada Sandra.
Tak kalah dengan kegiatan mang Usep maka sang dukun Kyai Musiroh yang hampir memasuki usia enampuluh getol menjamah dan mengusap usap betis paha Sandra yang langsing mulus tanpa cacat atau berbulu sedikitpun. Jari jari tangan panjang dan kasar Musiroh menjamah mengelus dan mengurut urut kedua kaki Sandra, mulai dari telapaknya, jari kaki dengan celah celahnya yang tentu saja sangat peka, melanjutkan ke betis membunting bak padi Cianjur, ke lutut dan naik ke bagian paha yang masih berbau wangi dari parfum mahal yang selalu dioleskan oleh Sandra ke bagian tubuhnya yang intim sebelum bepergian keluar rumah. Tak hanya tangannya mengelus dan meraba betis dan paha Sandra membuatnya semakin berontak menggeliat-geliat dan menendang kesana sini, Musiroh kini melepaskan kancing penutup rok serta ikat pinggang Sandra. Secara sigap dengan hanya satu kali tarikan kuat Musiroh melorotkan sekaligus rok dan celana dalam string yang dipakai sang korban, sehingga kini tak ada sehelai benangpun menutupi tubuh Sandra. Musiroh dan dan Usep meneguk liur berulang ulang dan mata keduanya ibarat keluar melotot melihat indahnya tubuh yang akan segera dibantai mereka : langsing sexy semampai amat sempurna proporsinya , putih bersih kulit wanita kota yang meronta dicengkraman mereka itu, berbeda sekali dengan perempuan desa yang dikenal mereka. Rupanya mereka sebelumnya telah berundi dan berjanjian siapa akan mulai membantai dan lubang kewanitaan Sandra mana yang akan mereka bagi dan nikmati bergantian secara adil. Musiroh melepaskan pegangannya pada pergelangan kaki Sandra yang langsing itu, bagaikan monyet lutung yang kurus penuh bulu namun gesit dukun durjana itu mengambil alih tempat mang Usep dan langsung menyodorkan penisnya yang panjang kemulut Sandra, sementara mang Usep justru turun ke bawah dan menempatkan wajahnya di antara paha Sandra untuk menjilat selangkangan korbannya. Sandra yang baru merasa agak lega karena lolos dari ciuman ganas mang Usep kini menghadapi kejantanan sang dukun di hadapan hidungnya dan langsung tercium bau yang tak enak karena mungkin Musiroh tak selalu memperhatikan kebersihan alat kemaluannya yang disunat itu.
"Hmmmmh, wangi tenan nih paha, mana mulus dan putih lagi, si neng engga berobah sama sekali masih seperti dulu, abang jadi gemes ngeliatnya, dicupangin digigit pasti legit ya non", dan tanpa menunggu jawaban mang Usep menggigit geregetan lipat paha Sandra yang sangat menggairahkan mata lelaki itu hingga Sandra menjerit. Inilah kesempatan yang ditunggu Musiroh dan segera rudalnya menerobos masuk mulut Sandra yang membuka lengah karena berteriak itu sehingga hampir tersedak ketika ujung kemaluan si dukun menyentuh rongga langit-langit mulutnya, aroma yang tak menyenangkan menyebabkan Sandra menahan nafasnya beberapa saat namun akhirnya ia harus menerima barang yang menjijikkan itu dimulutnya. Berbeda dengan Sandra yang berusaha melawan rasa jijik dan mualnya maka Musiroh merasakan sangat berbahagia karena alat kemaluannya kini berada di dalam sarung pembungkus hangat dan terasa agak berlendir karena dibasahi air ludah korbannya.
"Aaaah, duuuh bageeuuur teuiiing, duuuh siaaaah, iyaaaa, neng geuliiiis, teruuuus, jilaaaat, iyaaa pinteeer banget si non nyepongin barang pusaka", gumam Musiroh sambil menekan keras kepala Sandra agar tak melepaskan kuluman yang sedang dinikmatinya.
Sandra berusaha mati-matian menolak perkosaan mulutnya yang mungil itu tapi kalah tenaga dan akhirnya karena terasa rahangnya begitu pegal dipaksa membuka sebesar-besarnya maka dijalankannya apa yang diinginkan Musiroh.
"Emmmm, ooooh iyaaah, terusiiin neng jangan malu-malu, jilaaat biaar tandes, biar bersiih, nih jimaat supaya keluar air saktinya , ayooh jilaaat lubang tengahnya , ooooh iyaaa, geliii, teruus, iyaaa", Musiroh makin meracau cabul.
Tiba-tiba Sandra merasa adanya serangan lain menyerang selangkangannya berupa nafas hangat menghembus di situ. Sandra berusaha meronta dan mengatupkan kedua pahanya tapi mang Usep telah menempatkan dirinya berada di tengah selangkangan Sandra. Kedua tangannya yang kuat menahan agar paha demikian putih mulus tak dapat menutup, bibirnya yang terhias kumis baplang dan basah dengan air liurnya yang menetes bagai serigala sedang mencium mangsanya mengendusi dan menggéwel (istilah Sunda) bergantian paha kiri kanan Sandra sehingga tak tahan harus terus menerus menggelinjang kegelian. Dalam waktu beberapa menit bagian dalam paha Sandra yang tadinya putih itu telah memerah disana sini akibat cupangan dan gigitan gemas mang Usep.
"Mmmmmh, ini mémék kelas satu engga berubah, udah bertahun tahun diimpikan sekarang kesampaian juga nih keinginan, masih rajin dicukur mulus seperti perawan ABG, mang engga tahan nih, mau ngicipin madunya boleh ya neng ?", gumam dan tanya mang Usep yang kini mulai membuka celah kewanitaan Sandra dengan dua jari sehingga segera terlihat dindingnya yang berwarna merah muda. Penuh kerakusan mang Usep mulai menjilati goa kenikmatan Sandra, lidah kasarnya menyapu-nyapu bergantian kekiri kekanan, lalu semakin menusuk ke dalam seolah belalai kecil berusaha memancing keluarnya cairan madu yang diingatnya dulu begitu hangat dan manis.
"Ssshhhhh,siiiip, sluuuuuurrp, emmmmmmmh, sluurrrrp , enaaak bangeeet , geliiiii ya neng, ngakuuuu ayooo enggga usah malu deh, abang seneng banget bisa manjakan neng lagi kayak berapa tahun lalu , nih air memek bisa manis guriiiih begini dikasih apa aja sih neng, abang pengen tahu resepnya boleh engga, emmmh, sluuuurp", mang Usep menggoda dan mencoba menambah rangsangannya dengan kata-kata yang tak senonoh.
Muka dan telinga Sandra merah padam mendengar celoteh mang Usep yang kurang ajar itu, namun diakuinya bahwa suaminya Hendra tak pernah memuji atau mengejek dengan kata-kata di saat ML sehingga agak hambar.
Sandra ingin berteriak menjerit protes atas serangan dan perlakuan tak senonoh mang Usep namun mulutnya telah dipenuhi oleh kejantanan Kyai Musiro yang baunya memualkan, dan dari lubang di tengah kepala rudal Musiroh bahkan Sandra merasakan mulai keluar beberapa tetes air mani sebagai tanda semakin memuncaknya kegiatan kelenjar kelakian Musiroh yang sebentar lagi tanpa dapat ditahan akan menyemburkan lahar panas.
Sandra mulai merasakan putus asa menghadapi kedua lelaki yang sedang menjarah tubuhnya, penyesalan datang selalu terlambat, disesali dirinya sendiri kenapa begitu mudahnya terpancing dengan beberapa foto bunga anggrek kesenangannya. Wajahnya yang demikian cantik telah berada dalam genggaman kuat Kyai Musiroh sehingga tak dapat bergerak dan rongga mulutnya yang biasa menerima ciuman lemah lembut Hendra suaminya kini dipenuhi oleh kemaluan lelaki asing. Memang selama menjadi mahasiswa Sandra bukanlah gadis yang paling alim, sering bergonta ganti pacar dan bahkan juga ML, namun semua dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan meskipun sebelumnya sering main kucing-kucingan dan berpura-pura tak mau seperti jinak-jinak merpati. Namun yang sedang dialaminya pada saat ini adalah perkosaan dan pemaksaan total terhadap tubuhnya yang selalu dirawat rapih itu. Kedua pria yang sedang menggarap Sandra itu saling berpandangan penuh kepuasan dan semakin meningkatkan usaha mereka untuk membuat wanita kelas itu atas takluk dan tunduk kemauan mereka dan dijadikan budak pemuas nafsu kapan saja dan dimana saja mereka ingini. Mereka berusaha memancing keluar semua hormon kewanitaan yang terpendam di dalam tubuh Sandra agar terjadi transformasi biologis dari penolakan dan perlawanan wanita kelas atas di masyarakat menjadi betina yang mendambakan dan memohon agar dipuaskan tanpa henti, bukan lagi perempuan mahal yang memilih untuk bergaul dan bersentuhan dengan pria setarafnya namun merendahkan dirinya untuk merengek dan kalau perlu melupakan derajat dan kedudukan bersedia berlutut dihadapan mereka. Dan tujuan jahanam mereka itu agaknya tak lama lagi akan berhasil karena ditengah rasa keputusasaan dan isak tangis Sandra sebagai wanita muda sehat penuh kebutuhan biologis mulai diterpa oleh rasa hangat dan kegelian tak tertahan disemua pori kulitnya yang telah basah kuyup dengan keringat.
Rasa muak dan benci tak terkira karena diperdaya dan dipancing dengan dalih melihat bunga anggrek kemudian diperlakukan sebagai perempuan murahan kini mulai terkalahkan dengan gairah tubuh seorang wanita dewasa mengalami rangsangan dari dua pria berpengalaman.
Rontaan dan hentakan kaki yang semula masih berbentuk tendangan keras menolak mang Usep ditengah selangkangannya kini mulai berubah menjadi gelinjangan resah disertai gerakan paha membuka menutup menahan rasa geli tak tertahan. Mang Usep kini mengatupkan bibirnya yang sangat tebal itu di bibir vagina Sandra, lidahnya tak berhenti menjilat daging kecil di ujung atas celah kewanitaan Sandra, dan kini digigit gigit klitoris yang sedemikian peka, dan sekaligus jari tengah tangan kirinya mendadak dimasukkan dengan kasar dan brutal ke anus Sandra menembus otot lingkar yang sama sekali tak menduga mendapat serangan ini.
"Duuuuuh nih lubang kecil banget neng, belum pernah dipake ama suami ya neng, beruntuuuug banget neng ketemu ama abang yang emang seneng lobang lobang sempit , bentuk sempurna teuiing, kayak kerucut masuk, mana coklat muda kemerahan, nih abang gelitik dirojok-rojok ya neng supaya siap dijos", oceh mang Usep.
"Wuuuiiih, udah mulai kembang kempot nih lobang bool, iyaaaa betuuuul gituuuu neng , latihan yang bener neng kyai Musiroh udah terkenal banget di seluruh kampung sebentar lagi mau permisi masuk", mang Usep menusuki anus Sandra semakin bersemangat dan semakin dalam sambil menggesek klitoris Sandra dengan kumis kasar sehingga daging kecil yang sudah sedemikian peka itu ibarat disentuh dan disikat dengan sapu ijuk.
Semuanya itu tak dapat ditahan lagi menyebabkan ledakan dahsyat kenikmatan dipusat susunan syaraf Sandra di otaknya : seluruh badannya gemetar dan kemudian kejang melengkung ke atas bagaikan busur panah. Pinggulnya melenting ke atas disertai katupan pahanya menekan kepala mang Usep yang menancap di selangkangannya ibarat tak rela untuk melepaskan rangsangan yang sedang dialaminya. Jeritan dari tenggorokan Sandra teredam oleh batang daging Musiroh yang memaksakan masuk lebih dalam seolah ingin agar ditelan masuk kerongkongannya. Di saat itu Musiroh ikut meledak dan menyemburkan lahar panasnya bertubi tubi memenuhi rongga mulut Sandra. Wanita elite malang itu tersedak dan terbatuk batuk ketika dipaksa menyicipi sperma Musiroh berbau memualkan dan terasa asin sepat. Musiroh dengan ganas menekan kepala Sandra sekuatnya ke selangkangannya agar semua hasil semprotannya tak ada yang sia sia terbuang.
"Aaaah, iiiyyaaaa, iyaaaa sedooot teruuuus neng , hisaaaap teruuuus , pinteeer bangeeet , neng geuliiiis mulutnya emang yahuuuud disekolahin buaaat nyepooong, engga ada keduaaaanya, ooooh teruuus neng", Musiroh ikut berteriak di tengah kenikmatannya menjarah mulut Sandra.
Mang Usep sementara itu mulai beraksi menjalankan penjarahan berikutnya saat Sandra mengalami puncak orgasme dan pinggulnya melenting keatas ditengah kekejangannya maka kesempatan ini tak disia-siakan oleh mang Usep yang langsung menangkap kedua pergelangan kaki Sandra. Dicekalnya kedua betis langsing bak padi bunting lalu dikuakkan paha yang sedang gemetar menahan puncak orgasmus itu dan diletakkannya di atas bahunya. Mang Usep menyeringai lebar melihat getaran paha korbannya dan dengan penuh keahlian serta sadis diusap lalu dibelainya klitoris Sandra yang keluar menonjol di antara belahan bibir vaginanya. Dengan cara ini Sandra dipaksa untuk tetap berada di puncak kenikmatan orgasmus terbukti dengan denyut ritmis otot vaginanya.
Pada saat otot vagina Sandra berkontraksi ritmis ini secara brutal mang Usep memasukkan penisnya dengan mendadak tanpa memperdulikan apakah otot vagina itu sedang kontraksi atau relaks. Rupanya disaat penis mang Usep yang amat besar dan panjang itu menghunjam gua surgawi Sandra justru otot vagina Sandra sedang kontraksi mengecil. Akibatny Sandra merasa sangat perih ngilu dan kesakitan ibarat di perawani pertama kali. dan menjerit sekuatnya ibarat hewan akan disembelih
"Aduuuuuh, auuuuuw , toloooong keluarkan bang , engga tahan ngiluuuuu periiiiih , auuuuw , auuuuuuw, auuuuuuuuw, sakiiiiiiiiit bang, sakiiiiiiiit , ampuuuuuun , udaaah bang ampuuuuuun".
Jeritan memilukan yang seharusnya menimbulkan rasa iba justru semakin memacu nafsu mang Usep yang telah kesetanan menikmati gadis idaman yang selalu diimpikan sejak beberapa tahun mereka bersetubuh pertama kali.
"Aiiiiih, pereeeet banget nih memek , engga berubah biar udah punya laki , jarang dipake kali ya neng , nih abang service yang komplit supaya licin lagi , pasti ntar neng ketagihan dan engga lupain abang lagi , ngaku deh neng", ujar mang Usep sambil memompa menaik turunkan pinggulnya dengan kecepatan tinggi.
Sandra tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, rasa benci, muak, mual dan terhina karena sedang diperkosa, namun dibalik itu juga badai kenikmatan semakin menghantam tubuhnya. Musiroh yang telah menumpahkan spermanya ke dalam kerongkongan Sandra masih saja belum habis staminanya - batang kemaluannya masih saja terlihat tegak dan tegang maju mundur di dalam mulut Sandra. Ujung penisnya bahkan terlihat semakin mengkilat karena tercampur dengan ludah Sandra tetap menyiksa dengan aroma tak menyenangkan, apalagi bulu kemaluan yang sedemikian tebal tetap berada di dekat hidung Sandra yang bangir mancung itu. Namun beberapa saat kemudian mang Usep memberikan tanda kepada Kyai Musiroh untuk merubah taktik lagi. Tanpa melepaskan tancapan lembing dagingnya di dalam celah kewanitaan Sandra kini mang Usep berganti posisi dan membalikkan tubuhnya sehingga terlentang dengan Sandra berada di atasnya dalam posisi woman on top. Sandra yang telah kewalahan dan mulai lemas diterpa orgasmus beberapa kali dengan intensitas semakin tinggi hanya dapat melenguh lemah pada saat tubuhnya dibalik berada di atas menindih mang Usep yang dengan penisnya bagaikan tombak tetap menancap di memeknya. Kini berganti lidah mang Usep memasuki mulut Sandra sementara kedua lengan mang Usep yang kekar memeluk badan Sandra sehingga sukar berontak sementara sentakan ritmis penis mang Usep menimbulkan ngilu sehingga tanpa sadar pantat Sandra semakin menungging. Kyai Musiroh dengan penisnya yang panjang ibarat ular hitam dengan kepala mengkilat akibat lumasan ludah Sandra kini mendekati mangsanya dari belakang dan mulai berlutut di belakang pantat Sandra. Dengan perlahan namun penuh keahlian kedua tangan Kyai Musiroh memegang dan menarik belahan pantat Sandra ke samping menyebabkan lubang anus Sandra berwarna merah tua agak coklat terpampang jelas bagaikan kuncup bunga. Mengetahui apa kemauan Kyai Musiroh kedua tangan Sandra menggapai ke belakang penuh putus asa berusaha menolak penetrasi yang diketahuinya pasti akan sangat menyakitkan. Namun Kyai Murisroh telah menduga akan adanya perlawanan Sandra dan langsung menyekal kedua pergelangan tangan Sandra lalu dipelintir ditelikung di punggungnya sehingga Sandra kembali menjerit merasakan ngilu di sendi pundaknya.
"Makanya jangan berontak lah neng , pasrah aja kan neng juga mulai enak ngerasain dijarah dua lelaki , kapan lagi neng dapet service komplit kayak gini" Musiroh memberikan nasihat kepada korbannya yang kembali mulai menangis sesenggukan tapi langsung teredam oleh bibir mang Usep yang begitu lebar dan dower.
"Enggggaaaaa maauuuuu, jangaaaan masukiiin disituuuuuuu, aduuuuuuuhh, auuuuuuuuwwww, paaak tolooong, jangaaaan sayaaaa mintaaa ampuuuun, ampuuuuun, sakiiiiiittt pak , aduuuuuh , aauuuuuw ampuuuun", kembali Sandra menjerit-jarit sambil menggelepar meronta penuh rasa putus asa sambil menahan sakit tak terkira di anusnya.
Bagian badannya yang sangat intim tersembunyi itu terasa perih tersayat-sayat bagai dicolok dimasuki kayu menyala. Kedua lelaki pemerkosanya sama sekali tak perduli karena sebaliknya dengan Sandra mereka merasakan betapa nikmatnya kemaluan mereka digesek-gesek di dalam lubang sempit yang meremasi dan memijiti bagaikan tangan halus. Bahkan keduanya kini mulai berusaha menyesuaikan gerakan maju mundur dengan keseragaman dan sinkron bagaikan pemain musik sedang mengiringi goyang pinggul sinetron yang sedang ngebor di atas panggung. Musiroh kini memberikan sedikit "keringanan" atas siksaan yang sedang dialami Sandra. Kedua nadi yang ditelikung dicekal dilepaskannya, sebaliknya kini di jambak dan ditariknya rambut Sandra ibarat sedang mengendalikan kuda. Akibatnya Sandra dapat menopang tubuhnya lagi sendiri dengan kedua tangannya dan berusaha menjauhkan diri dari ciuman-ciuman ganas mang Usep. Agaknya mang Usep juga mempunyai rencana lain karena ciuman ganasnya beralih dari mulut Sandra yang mungil ke arah kedua buah dada Sandra yang menggantung. Dengan sadis diremas remas kedua bukit menggantung itu dan putingnya ditarik tarik, dipilin dan dipelintir sambil bergantian digigit gigit secara ganas penuh nafsu. Sandra yang semakin lama semakin lemas itu akhirnya pasrah dan melepaskan semua harapan untuk bertahan, pinggulnya kini mengikuti sodokan kedua lelaki pemerkosanya , wajahnya menunduk lemah ke bawah dan tanpa disadari mendekati mulut mang Usep yang berbau rokok itu.
Ketiga insan yang sedang bersetubuh itu semakin cepat memacu golakan nafsu mereka - tanpa henti mereka memakai semua kemampuan yang dimiliki untuk merangsang tubuh elok mangsanya dengan maksud agar Sandra menyerah total dan melepaskan semua rasa malunya. Seluruh ujung syaraf Sandra di pori kulitnya yang putih halus mulus itu dirangsang tanpa henti menyebabkan gelora panas semakin naik dan memenuhi sumsum tulang sampai sudut terpencil di otak Sandra. Pandangan mata Sandra mulai kabur kembali - kini bukanlah atas pengaruh obat melainkan proses alamiah mendekati ledakan orgasmus ke sekian kalinya dan kali ini dipacu sedemikian dahsyat oleh kedua pria pemerkosa sehingga muncullah jutaan bintang berkunang kunang di depan mata Sandra. Jutaan bintang gemerlapan didepan matanya yang sudah kabur itu - disertai rasa pegal, ngilu, perih, gatal, sakit namun nikmat tak terkira di bagian badannya yang sedang dibantai habis. Sandra mendengar sayup-sayup jeritan histeris seorang wanita yang mengaduh-aduh, merintih, mengeluh, mendesah meminta terus terselang seling memohon ampun - dan dalam sisa kesadarannya sebelum jatuh pingsan disadarinya bahwa itu adalah suaranya sendiri. Akhirnya Sandra ambruk ke dada mang Usep yang lebar dengan tubuh mengejang dan dalam saat sama mang Usep menyemprotkan air maninya yang melimpah ke dalam rahim Sandra sementara Kyai Musiroh menghunjam sedalam mungkin kemaluannya ke dalam anus Sandra dan memuncratkan pula pejuh simpanannya ke dalam tubuh seorang wanita cantik yang jarang sekali dapat dinikmati selama hidupnya. Ketiga tubuh telanjang itu tergolek penuh keringat meskipun udara luar cukup sejuk di tengah siraman hujan. Sandra seorang sarjana wanita kelas atas tinggal di kota telah ditaklukkan oleh dua pria asal desa dengan senjata kejantanan serta kebuasan hewaniah yang tak ditemukannya ketika bercinta di dalam kamar mewah dengan suaminya sendiri. Setengah jam kemudian kedua pria yang sangat perkasa itu telah mulai pulih kemampuan mereka untuk membuktikan nafsu mereka yang tak pernah terpuaskan dan mereka mulai lagi menjarah tubuh Sandra dengan lebih kasar dan lebih sadis sehingga akhirnya Sandra menjerit-jerit histeris meminta meratap dan memohon agar mereka menghentikan kegiatan seksual mereka. Anehnya ketika mereka sengaja meredakan tindakan perangsangan mereka dengan hanya membelai dan mengusap tubuh Sandra yang bugil itu malahan Sandra yang menggeliat dan bermasturbasi di hadapan mereka meminta ´bonus`. Tambahan ´bonus´itu datang tak lama kemudian karena masih ada tiga kuli bangunan yang masih meminta jatah mereka yaitu Andang , Endang dan Saimin. Menjelang magrib Sandra sekaligus dibantai lima lelaki buas yaitu Andang, Endang dan Saimin mengisi ketiga lubang ditubuhnya sedangkan kedua tangan halus mengocok penis mang Usep dan Musiroh sehingga kembali memuntahkan lahar panas mereka yang kini tanpa malu dan jijik diminum Sandra bagai air madu asli. Hancur luluh sudah pertahanan Sandra dan di masa depan ia akan berada sepenuhnya didalam genggaman kekuasaan mang Usep, pak Andang, pak Endang, pak Saimin serta Kyai Musiroh yang secara teratur datang ke rumah villanya barunya dengan dalih mengurus kebun dan anggrek , namun dimana ada kesempatan maka mereka segera menerkam hidangan daging yang putih mulus itu. Setelah peristiwa itu Sandra hanya melayani suaminya Hendra disaat ML hanya dengan biasa dan rutin saja tanpa kebinalan seorang istri yang tentu saja selalu diidamkan dan didambakan setiap suami, karena kehausan birahinya hanya dapat dipuaskan oleh kedua pejantan desa dan terkadang juga secara extra oleh ketiga pembantu kuli² kasar.
By: Satyrosaurus (si pemangsa gadis)
elzhakhar@hotmail.com