Selasa, 30 Desember 2014

Kebinalan di Negeri Jiran

.. dengan agak tak sabaran Erwin menantikan bunyi ponsel di sakunya. Jantungnya terasa berdebar semakin cepat sementara duduknya terlihat semakin gelisah. Kembali ditolehnya arloji yang menghiasi pergelangan tangan kirinya
"Sialan, dasar emang orang kampungan, sukar untuk dipercaya", demikian umpatan dalam hatinya, sambil matanya tak berkedip menatap arah pintu lift.
Marina

Erwin, seorang pengusaha sukses yang sedang berlibur di Kuching, Serawak, memang sedang menantikan "berita" dari kamarnya sendiri di hotel berbintang lima itu! Bukan berita dari istrinya yang cantik jelita, melainkan salah satu dari tiga lelaki asing yang diundangnya untuk menyergap dan mengerjai istrinya di kamar mereka di tingkat tertinggi di hotel mewah kelas internasional itu!
Erwin yang kita kenal dari kisah "The Hottest Liveshow" beberapa tahun lalu telah berhasil lulus menjadi sarjana dan meneruskan usaha dagang orang tuanya dengan sukses. Perusahaannya makin maju dan banyak memperoleh hubungan dengan perusahaan asing baik di Asia Tenggara maupun beberapa negara lain di benua lain. Dengan hubungan business yang sukses itu maka banyak pula Erwin mendapatkan bonus dan fasilitas dari rekan dagangnya yang juga termasuk orang penggede dan berduit di pelbagai negara. Kali inipun Erwin dan istrinya Marina sedang berlibur di Kuching, Malaysia setelah berhasil menutup kontrak perdagangan kayu dengan cukong kayu di Malaysia. Sebagai rasa terima kasih maka semua biaya liburan berdua dengan istrinya Marina menjadi tanggungan dari sang cukong di Malaysia itu, oleh karena itu Erwin tak segan-segan lagi memilih suite termahal di tingkat teratas di hotel itu, terletak paling ujung sehingga terjamin privacy sepenuhnya. Sejak mereka berdua menempati suite terbesar dan termahal di hotel tiga hari lalu itu maka Erwin dan Marina - yang sehari-hari lebih umum hanya di panggil dengan sebutan Rina - sepanjang hari hanya mempergunakan waktu mereka untuk bersenang-senang, makan minum dan belanja sepuasnya. Di malam hari maka keduanya hanya mengenal satu kegiatan utama:  olahraga senam di ranjang. Dari partner business-nya Erwin dipinjamkan blue-ray player dan juga pelbagai blue film hangat yang diselundupkan dari pelbagai negara Eropah, USA dan juga Jepang. Dengan menyaksikan bersama pelbagai blue film pinjaman itu maka Rina dan Erwin mengalami "pemanasan" pendahuluan yang kemudian dilanjutkan dengan "live show" sebagaimana umumnya pasangan suami istri muda. Semua "teknik" dan posisi yang mereka lihat sebelumnya di pelbagai blue film dicoba dipraktekkan oleh mereka, dan tak jarang mereka akhirnya tidur lelap dalam keadaan bugil. Jika salah seorang kebetulan terbangun di tengah malam maka live show mereka dilanjutkan kembali sehingga kedua sejoli itu betul-betul terkuras tenaga mereka dan lelap tidur sehingga di pagi hari. Sedemikian asyiknya mereka melakukan sport senam ranjang, maka sampai lupa menutup gorden tebal di jendela lebar kamar mewah itu. Gorden tipis yang sangat transparan sebagai penutup kedua jendela kamar itu sama sekali tak dapat melindungi dan menyembunyikan adegan hangat antara Rina dan Erwin. Mereka juga lengah dan sama sekali tidak menduga akan ada mata orang asing yang mengintip - kamar mewah mereka yang sebetulnya untuk pengantin baru terletak di tingkat paling atas dan hotel Shang-Ri-La itu adalah bangunan tertinggi di kompleks gedung-gedung dan perkantoran daerah itu. Namun apa yang mereka tak duga sama sekali adalah bahwa kebetulan di pagi hari setelah malam pertama mereka menginap disitu , justru ada dua orang pembersih jendela yang ditugaskan oleh bagian maintenance hotel. Sebagaimana umumnya diwajibkan pada hotel-hotel modern serta gedung-gedung tinggi zaman sekarang maka para petugas pembersih jendela itu memakai safety belt khusus.
Selain itu juga kedua pembersih jendela itu "diangkat" keatas hingga ketinggian dituju dengan memakai "kerangka" yang sangat stabil melalui mesin dari atas atap gedung. Oleh karena itu mereka pun lebih leluasa melakukan tugas tanpa setiap saat harus mempertahankan keseimbangan agar tak jatuh. Kedua petugas pembersih jendela itu kebetulan adalah tenaga kerja bayaran berasal dari Indonesia (TKI) bernama Manolo berasal dari pulau Seram dan Syaiful berasal dari pulau Belitung.

Apa yang terlihat dipagi hari melalui jendela itu merupakan "sarapan pagi" yang diluar dugaan mereka.......! Dari kerangka logam kukuh tempat petugas pembersih jendela berdiri itu dengan jelas mereka dapat melihat ke dalam kamar karena sang penghuni rupanya lupa menutup gorden tebal. Lapisan vitrage tipis yang sangat transparant tentu saja sama sekali tak dapat mencegah tatapan Manolo dan Syaiful kearah ranjang ukuran "King-Size". Mereka melihat jelas punggung dari dua tubuh telanjang bulat yang rebah menyamping ke kiri, punggung Erwin yang jauh lebih besar menutupi tubuh wanita langsing yaitu istrinya Rina. Terlihat jelas gerakan maju mundur punggung Erwin yang rupanya sedang menyetubuhi Rina dari belakang, sementara tangan kanannya meraba-raba naik turun tubuh Rina yang ramping, menyelinap di bawah ketiak, lalu menuju ke depan rupanya untuk meremas buah dada, lalu mengusap lembut ke pinggang, ke pinggul, lalu menyelinap ke depan rupanya untuk mencari kelentit istrinya. Dengan rangsangan ini agaknya Rina yang masih ngantuk dan mulai malas melayani Erwin mulai tergugah birahinya, karena kedua pahanya mulai "gelisah" dan ikut maju mundur mengikuti ritme sodokan sang suami. Erwin juga semakin bersemangat dan agak mengubah posisi tubuhnya menjadi terlentang sambil meletakkan bantal di bawah kepala sedangkan Rina bangun dan mengambil posisi di atas alias "woman on top". Rina tetap dalam keadaan membelakangi jendela, sedangkan Erwin dengan kepala tersanggah bantal memperoleh kesempatan melihat ke arah jendela kaca besar kamar itu. Sangat terkejut ketika dilihatnya sebuah kerangka logam menggantung di depan jendela dengan dua orang pekerja pembersih jendela asyik menatap ke arahnya. Sejenak Erwin langsung ingin bangun dan menutup gorden tebal kamar, tapi dilihatnya kedua kuli mengacungkan ke-empat jempol tangan mereka tinggi-tinggi ke udara. Akibatnya Erwin membatalkan niatnya dan bahkan hanya tersenyum membalas pujian Manolo dan Syaiful. Apalagi ketika dirasakannya Rina telah merangkuh "si Otong" dengan kedua tangan mungilnya, mulai mengocok dengan gerakan turun naik, lalu si kepala jamur yang mulai mengeras dielus dan disapu-sapu dengan lidah kemudian dijilat jilat dan dibasahi oleh ludah pagi istrinya. Setelah dirasakan penis suaminya telah mengeras dan tegal bagaikan tugu Monas maka Rina perlahan² menurunkan tubuhnya nan langsing namun montok untuk "menancapkan" dirinya. Erwin hanya dapat menggeram penuh kepuasan ketika penisnya terasa memasuki liang kenikmatan Rina yang hangat, licin namun tetap terasa sempit. Tak lama kemudian Rina telah dapat menyesuaikan posisi liang memeknya dengan rudal daging suaminya dan mulailah ia mengangkat dan menurunkan pinggulnya , terkadang digoyang dan diputarnya bagaikan penyanyi sexy ngebor di atas panggung. Erwin membuka sedikit matanya dan melihat bahwa kedua pembersih jendela mulai melakukan tugas mereka namun di samping itu dengan tatapan mata melotot tak berkedip menyaksikan adegan hot gratis yang disajikan di dalam kamar serba mewah itu. Di dalam benak Erwin yang masih sedikit penat dengan urusan business mendadak menjadi cerah dan timbul kembali bayangan peristiwa di villa-nya dulu ketika ia masih mahasiswa (bacalah prequel cerita paling awal dengan judul "The Hottest Liveshow" (Desahan Santi dkk.). Gerakan tubuh Rina yang turun naik menyebabkan buah dadanya yang montok padat ikut bergoyang kekiri kekanan menyebabkan gairah Erwin semakin meningkat : dipilin-pilin dan dicaploknya puting merah yang sangat menggemaskan itu bergantian, menyebabkan Rina melenguh karena geli dan juga agak sakit. Di dalam benak kotor Erwin timbul lamunan bagaimana wajah istrinya yang cantik jelita penuh gairah saat ini jika berada di dalam keadaan tak berdaya digarap kedua kuli kasar pembersih jendela itu. Selama ini hanya suaminya Erwin yang sejak pernikahan mereka selalu menggaulinya, dan persetubuhan mereka selalu disertai rasa cinta dan penuh kasih sayang satu sama lain. Bagaimana kiranya pergulatan dan usaha perlawanan Rina jika sedang di dalam kekuasaan dua lelaki asing atau bahkan lebih. Khayal dan lamunan ini menyebabkan Erwin tak sanggup menahan lagi golakan spermanya yang bagaikan lahar gunung berapi meluap dan menghambur keluar dari saluran biji pelirnya. Semprotan hangat membasahi berulang-ulang rahim Rina yang pada saat itu juga mencapai orgasmusnya, pijitan remasan otot-otot dinding vaginanya bagaikan sedang meremas dan memerah air mani Erwin yang meleleh keluar dari liang kemaluan Rina disertai ambruk tubuhnya menindih suaminya yang terlentang. Tanpa di lihat oleh Rina yang sedang terengah-engah menikmati orgasmusnya Erwin menunjukkan jempolnya ke arah jendela, kemudian jempolnya itu dijepitkannya diantara jari telunjuk dan jari tengahnya serta diarahkannya ke tubuh istrinya - gerakan itu diulang-ulang beberapa kali seolah tanda undangan bagi penonton di luar kamar untuk ikut pergulatan senam ranjang. Khayalan gila terkait dengan pengalaman masa lalunya itu tak lepas dari benak Erwin, sehingga dicarinya informasi mengenai kedua kuli pembersih jendela hotel di pagi hari tadi.

Tanpa terlalu banyak kesulitan Erwin berhasil dihari yang sama memperoleh kontak dengan Manolo dan Syaiful. Kedua TKI pembersih jendela itu sedang istirahat makan tengah hari bersama seorang liftboy yang biasanya membantu para tamu untuk membawa koper dari lobby ke kamar masing-masing. Mereka makan bersama liftboy orang Malaysia yang bernama Nurul didalam gardu kecil penjagaan garasi yang letaknya dibawah tanah hotel Shang-Ri-La. Karena bagian atas gardu itu terbuat dari kaca tebal maka mereka melihat Erwin menuju ke mobil sewaannya yang kebetulan memperoleh tempat parkir langsung berhadapan dengan gardu. Erwin mengambil charger dari laptop-nya yang kelupaan masih terletak di dalam mobil, setelah ditemukannya dan akan kembali menuju pintu masuk hotel. Dilihatnya Syaiful dan Manolo berdiri di dalam gardu itu sambil tersenyum serta menunjukkan keempat jempol tangan mereka, persis seperti ketika menikmati adegan hot pagi itu. Erwin tertegun dan agak sangsi lalu menghentikan langkahnya, keraguan yang terlihat amat nyata itu rupanya memberikan keberanian kepada Manolo dan Syaiful. Mereka keluar dari gardu sambil menyapa Erwin, dan agaknya mereka menjadi terlibat dalam percakapan mengasyikkan karena setelah lebih sepuluh menit maka Erwin masuk ke dalam gardu dan melanjutkan percakapan mereka di situ.
Nurul yang sementara itu telah selesai pula dengan makan siangnya dan telah memperoleh "info" tentang adegan gratis di pagi hari itu ikut nimbrung terlibat percakapan. Erwin yang kembali terpincuk idee beberapa tahun lalu ketika masih mahasiswa (baca prequel cerita ini : "The Hottest Liveshow" , kemudian kisah-kisah kelanjutannya : Ivana , Sandra dan Santi) akhirnya terpancing oleh pujian muluk-muluk yang dikeluarkan oleh Syaiful dan Manolo mengenai betapa yahud bahenol tubuh Rina, dan betapa menggairahkannya semua geliatan dan goyangan yang tak sadar telah dipamerkan dipagi hari tadi. Erwin akhirnya setuju bahwa istrinya akan di-gang-bang oleh para lelaki kasar itu, dengan syarat tak boleh disakiti apalagi dilukai, semuanya tentu saja langsung disetujui oleh ketiga buruh kasar itu. Untuk melaksanakan rencana itu Erwin akan melakukan ML sangat mesra dan ber-jam-jam di malam hari sebelumnya, di pagi dan di tengah hari esoknya dengan Rina, sehingga tenaga istrinya sebagian besar telah terkuras. Sesudah itu Erwin akan pura-pura mengajak istrinya untuk berenang dan keruangan fitness - yang tentu saja pasti akan ditolak karena Rina telah begitu lelah. Erwin akan memesan makan minuman untuk diantarkan ke kamar tidur mereka, dan semua akan diatur Nurul yang kebetulan kenal bagian room service, agar Syaiful dan Manolo memperoleh pakaian seragam menyamar sebagai room-service. Tentu saja Nurul pun akan ikut "menagih jatah" untuk meramaikan pesta sex itu. Erwin tahu benar kebiasaan istrinya jika telah kelelahan sehabis "sport ranjang" maka akan tidur dibawah selimut tanpa memakai sehelai benangpun. Jika terbangun dan harus kekamar mandi atau membukakan pintu kamar maka Rina hanya akan memakai mantel panjang berikatan pinggang yang selalu disediakan di hotel-hotel kelas satu, sedangkan di bawahnya tetap "polos" bagaikan bayi. Hal ini akan amat memudahkan ketiga lelaki asing itu untuk menaklukkannya. Tentu saja meskipun telah lelah dengan persetubuhan sebelumnya dengan Erwin, maka Rina pasti  mula-mula akan melawan mati-matian pada saat diterkam dan dikuasai oleh para lelaki asing kasar itu, namun dengan mengenal betapa besarnya nafsu birahi istrinya, maka Erwin yakin bahwa istrinya akan "menjawab" penggarapan dialaminya jika keadaan telah sedemikian rupa sehingga tak ada jalan untuk meloloskan diri. Pucuk dicinta ulam tiba cuaca dihari yang direncanakan sangat buruk, hujan lebat sejak malam sehingga pagi hari disertai angin menderu dan halilintar serta petir silih berganti tiada henti - menyebabkan pasangan ini kembali masuk ke kamar mereka setelah sarapan. Dengan sengaja Erwin memasang film dari DVD di blue-ray player yang dipinjam dari rekan business-nya - sebuah film erotic thriller Jepang penuh adegan hot dengan pemain wanita berwajah oriental agak mirip Rina. Mereka menyaksikan DVD film Jepang itu di ranjang ukuran King Size extra berkasur empuk. Erwin duduk dibelakang Rina selalu menciumi belakang leher Rina yang jenjang. Ciuman itu tak hentinya menyelusur ke telinga , meniupkan nafas hangat kesitu dan menjilatinya, sementara jari-jari tangan Erwin menyelusup ke dalam gaun tipis istrinya lalu meremas kedua bukit daging Rina serta memilin-milin putingnya yang langsung ber-reaksi mengeras. Ketika film dari DVD yang sedang ditayangkan di laptop milik Erwin mulai dengan adegan hangat yang pertama maka Rina sendiri sudah tak dapat lagi konsentrasi karena tangan Erwin sudah menggerayang kesana sini, ia membalikkan dirinya sehingga dapat menerima ciuman dari suaminya.

Pakaian mereka sudah bertebaran kemana-mana dan yang masih melekat di badan mereka hanya celana dalam masing-masing berwarna putih merk Enamora. Erwin berusaha sejauh mungkin memperpanjang foreplay mereka dengan menciumi setiap sentimeter tubuh Rina yang sangat putih mulus itu, terutama ketiak Rina yang selalu dicukur licin itu menjadi sasaran : diciumi - dikecupi - dijilati tiada henti-hentinya. Dalam beberapa menit terlihat ketiak Rina berubah penuh bercak merah bekas gigitan gemas Erwin dan sebagaimana biasa Rina tak tahan dengan perlakuan ini sehingga tubuhnya menggeliat-meliuk tak karuan bagaikan cacing yang kepanasan :
“Udaah aah ko, jangan terusin, nakal banget sih, kann geliiii digituin tuh tahu engga, ko udah dong“, Rina meronta sambil jari-jarinya berusaha masuk ke dalam celana dalam Erwin untuk mengeluarkan pentungan daging di situ.
Tapi Erwin tak mengizinkan hal itu terjadi : kedua pergelangan tangan Rina yang langsing dicekalnya dengan kuat, direntangkan di atas kepalanya sehingga ketiak Rina yang penuh cupangan merah makin nyata. Erwin melanjutkan perantauan mulutnya ke arah bukit kembar di dada Rina, kembali disedot-sedot dan dicupangi tebingnya, kemudian dicaplok dihisapnya buah dada menggemaskan itu dan akhirnya puting yang telah mencuat itu tak luput dari gigitan mesra. Rina semakin kewalahan dan berontak sekuat tenaga namun Erwin bagaikan sudah kesetanan kini menindih tubuh istrinya, ciuman-ciumannya semakin ganas dan menurun kearah perut yang datar.
"Aaaah, shhhh, oooooh, geliiii, nakaaal ah, udaaaaah, ntaaar dibales, emmmmmhh, oooooh, iyaaaah", Rina semakin mendesah mendesis bagaikan sedang kepedasan, sementara tubuhnya menggeliat geliat.
Ciuman Erwin semakin menurun menelusuri perut istrinya yang datar, bermain-main dengan lidahnya di pusar kecil dan menyupanginya pula disitu, semakin turun turun, kini mulai mencapai bukit Venus ditutupi bulu halus teratur dan tercukur sangat rapih menandakan si empunya sangat merawatnya. Mengetahui apa kesenangan istrinya maka Erwin tak langsung menyerbu bukit Venus itu melainkan mengendus-endus lipatan paha selangkangan Rina kekiri kekanan, lagi lagi menggigit menyupanginya. Keduanya tak memperhatikan lagi film DVD yang terus berjalan, keduanya kini sibuk dengan sport ranjang sendiri, apalagi pada saat Erwin telah meletakkan kedua kaki Rina dipundaknya sehingga celah sempit yang sangat menantang itu berada dihadapan wajahnya. Lidah nakal Erwin mulai giat menyapu tepi bibir liang kenikmatan Rina, membuatnya semakin menggeliat ke kiri ke kanan Kepalan tangan Rina membuka menutup, meremas remas sprei, memegang dan meremas kedua bukit susunya. Matanya setengah terpejam dengan kepala menenggak keatas, hidungnya kembang kempis, mulutnya terbuka sedikit dihiasi oleh bibir merah membasah karena Rina sering menggigit dan membasahi dengan lidahnya.
"Ooooooh, oooooooh, mmmmmmmppph, iyaaa ko , teruuuuuss, ooooh jangaaan berhenti", desisnya.
"Mau diapain sayang, bilang dulu, ntar dikasih apa maunya, bilang dulu, udah gatel banget ya, mau diapain, mau di jilat ya ampe kelenger, mau ya, ayooo ngakuu", Erwin menggoda istrinya yang sudah mabuk birahi, sementara lidahnya telah membelah celah surgawi istrinya dan mencari kelentitnya.
"Hmmmmmh, ini namanya penis mini, mau diisep diemut juga supaya kamu semakin kegatelan....cup, cup.... hmmmm", Erwin menjepit daging kecil merah muda itu di antara bibirnya, lalu digoyang-goyang dan digeser gesernya bibir atas dan bawahnya kearah berlawanan sehingga Rina merasakan klitorisnya seperti dipilin-pilin. Tak mampu menahan gairahnya dirangsang sedemikian rupa maka mengalirlah cairan lendir membasahi dinding vaginanya, dan ini dirasakan pula oleh Erwin. Namun ia berniat merangsang istrinya sedemikian rupa dengan permainan oral itu agar orgasmus pertama , sesudah itu barulah akan digenjot selama mungkin sehingga orgasmus kedua, dengan demikian tenaga Rina akan terkuras! Hanya dalam waktu lima menit desahan dan dengusan Rina tiba tiba berubah menjadi jeritan hysteris melengking tinggi ketika rangsangan diklitorisnya bagaikan aliran listrik mengalir keseluruh tubuhnya. Badan langsing namun montok itu bergetar , menekuk semakin tinggi , mengejang , sementara sprei ditariknya dengan sekuat tenaga sehingga akhirnya segumpal kecil dapat masuk mulut kemudian digigitnya sekuat tenaga, dengan demikian jeritan hysterisnya sedikit teredam dan tak melengking.

Erwin tak menghentikan rangsangannya di-kelentit istrinya karena ia menunggu sampai tubuh Rina terhempas kembali dan melemas sebagai tanda mulai meredanya orgasmus. Pada saat itu barulah Erwin akan menghunjamkan kemaluannya yang juga telah tak sabar menunggu ke dalam vagina Rina. Dengan demikian maka Rina bagaikan seorang pendaki gunung yang telah lemas hampir kehabisan tenaga dan sangat gembira hampir mencapai puncak, mendadak tergelincir merosot ditebing terjal dan dipaksakan untuk kembali memanjat bukit terjal !
"Udaaaah doooong ko, udaaah capeeeek, mainnya curaaaaang, aaaaaaaaahhh, ntar dibales, ooohhh", Rina menggelinjang tak karuan menahan rasa geli tak terkira, namun akhirnya badannya melengkung  menegang bagaikan busur panah ketika gelombang orgasmus mendera seluruh ujung syarafnya.
Inilah saat yang dinantikan Erwin, segera diangkatnya kedua kaki istrinya lalu diletakkannya di bahu kemudian diarahkannya kemaluannya yang juga telah mengeras dan diretasnya bibir kewanitaan Rina.
"Oooooohh, aaaaaaahhhh, sssssshhh, eeeemmppfffh", Rina merasakan dinding vaginanya yang masih belum pulih dari orgasmus dan berdenyut-denyut kini dibelah oleh lembing daging suaminya. Kelicinan celah surgawi Rina sangat menolong ketika dimasuki oleh suaminya, sehingga walaupun agak terasa ngilu namun tidak menyebabkan sakit, dan Rina kini memeluk suaminya sekuat tenaga disertai cakaran kukunya di punggung Erwin, menyebabkan garis garis merah namun itu tidak dirasakan olehnya. Dengan sekali dorongan kedepan mulailah Erwin  memasukkan alat kejantanannya kedalam liang sempit istrinya, sedikit ditariknya mundur lalu dihentakannya sehingga amblas dan ujung kemaluannya menekan rahim Rina yang sangat peka, menyebabkan istrinya memekik manja dan mulai mendesah-desah.
"Ooooooh, iyaaaaah, ngiluuuu, sssssh, aaaaaaiiiiiiih, ooooohhh, teruuuuus, cepetaaan, iyaaaaa masuukiiin lebiiiih lagiiii, oooohh ngiluuuu, nikmaaaat koh teruuuussiiin, iiyyyyahh", Rina menceracau sambil  menguakkan pahanya selebar mungkin seolah-olah menginginkan agar penis suaminya masuk lebih dalam lagi, kemudian ia memeluk pinggang suaminya dengan kedua kaki semampainya sekuat tenaga, bagaikan tak ingin dilepaskannya lagi.
Erwin meningkatkan kegiatan sanggamanya, memaju mundurkan pinggulnya semakin lama semakin cepat, menyebabkan semakin bersimbahnya keringat mereka, semakin pula menghabiskan tenaga istrinya yang belum sadar akan mengalami "live-show" penggarapan babak kedua. Dalam waktu sepuluh menit mereka mengalami orgasmus bersama, seperempat jam kemudian Erwin mengajak Rina untuk berenang. Namun Rina yang masih tergolek diranjang setelah menolak dengan alasan masih kecepaian setelah alami berkali-kali orgasmus dan mengatakan masih ingin istirahat. Erwin tersenyum penuh arti, mencium mesra istrinya dan mengatakan akan memesan ice-cappucino serta mixed fruit cocktail yang sebentar lagi akan dibawakan oleh room service. Rina menyetujuinya lalu membalikkan tubuhnya bersembunyi dibalik selimut hanya dengan memakai celana dalam string minim yang hanya menutup memek dan anusnya, sedangkan bongkahan pantatnya terpampang penuh. Erwin memakai baju sport-nya, melakukan pesanan minuman melalui intracom tilpon hotel, kemudian menoleh ke arah Rina di ranjang, lalu meninggalkan kamar setelah menutup pintu perlahan-lahan........

########################

Masih dalam keadaan setengah lelap Rina mendengar pintu kamar tidurnya diketuk, sejenak kemudian terdengar suara seorang lelaki yang menyebut diri sebagai room-service membawakan minuman serta snacks. Rina menoleh kearah jam digital yang tertera di pesawat TV menunjukkan pukul 17.30 sore.
Teringat oleh Rina bahwa suaminya Erwin memang menjanjikan akan memesan cocktail buah-buahan serta es-cappucino kesenangannya untuk menyegarkan lagi tubuhnya setelah ML beberapa kali hari ini.
"Tunggu sebentar pak, nanti saya buka pintunya", demikian jawab Rina yang agak heran juga karena Erwin masih belum kembali dari berenang dan latihan fitness-nya.
Namun dalam hatinya ia bangga juga karena mempunyai suami dengan stamina memuaskan : dia masih sanggup berenang dan fitness setelah "berenang dan sport di ranjang" berulang ulang seharian , bahkan sejak kemarin malam. Rina menutup tubuhnya yang hanya memakai CD-string minim dengan mantel tebal berwarna putih yang memang selalu disediakan oleh hotel kelas mewah untuk para tamu. Membuka pintu kamar dan mempersilahkan room-service dengan kereta dorong kecil, dimana terlihat cocktail anggur strawberry disampingnya juga satu gelas coklat muda berisi cappucino dengan di atasnya cream susu penuh. Syaiful yang berpakaian sebagai room-service itu mendorong kereta kecil beroda dengan minuman itu sehingga mendekati meja kecil yang terletak tak jauh dari ranjang besar ukuran King Size. Tanpa rasa curiga sedikitpun Rina membalikkan tubuhnya dan membuka lemari pakaian untuk mencari uang kecil di dompetnya. Sedikit uang jasa untuk room-service dan suite-case service adalah sesuatu yang hal lumrah, bahkan sebagai keharusan yang tak tertulis bagi para tamu menginap di hotel kelas satu. Betapa terkejutnya Rina ketika membalikkan tubuhnya kembali untuk memberikan uang jasa ternyata Syaiful telah berada di belakangnya, langsung membekap dan menyeretnya ke arah ranjang. Bukan hanya itu saja, di balik pintu kamar yang kini telah tertutup kembali telah berdiri dua lelaki lain dalam seragam room service dan security. Kedua lelaki ini langsung mendekati Rina yang masih dibekap mulutnya dan bergulat berusaha melepaskan diri dari pelukan Syaiful. Dengan bantuan Manolo yang memakai seragam room-service dan Nurul dalam seragam security hotel, maka mudahlah kedua kaki Rina yang menendang kesana sini dicekal, dan mereka menghempaskan mangsanya ke atas ranjang.
"Hmmeemppfhh, ssshhhhhh, mmmpppffh", hanya itulah bunyi keluar dari mulut Rina akibat bekapan tangan Syaiful, yang berada diatas kepala Rina dan menekan pergelangan tangan Rina ke kasur empuk dengan kedua lututnya.
Sementara itu Manolo dan Nurul dengan sigapnya mencekal pergelangan kaki Rina, sambil bergantian melepaskan baju seragam mereka, kemudian menarik cd string Rina ke bawah. Sejenak kemudian Manolo yang bertubuh amat tegap menggantikan posisi Syaiful untuk memberikan kesempatan padanya melepaskan pakaian. Satu menit kemudian ketiga insan di ranjang itu telah bugil sepenuhnya dan terlihatlah pemandangan sangat kontras, seorang wanita muda berkulit putih kuning langsat menggeliat meronta berusaha melepaskan diri dari cengkraman tiga lelaki dengan wajah kasar dan badan penuh otot serta tattoo berkulit hitam legam. Nurul melepaskan sejenak cengkramannya dan mencari siaran dangdut populer di TV-Malaysia, akibatnya kamar tidur mewah yang dilengkapi dinding peredam itu dipenuhi suara gendang, sehingga walaupun mampu berteriak maka suara Rina akan hilang tertelan oleh musik. Setelah itu Nurul balik ke ranjang untuk ikut mengagumi korbannya.
"Tchk, tchk, tchk, wuuuih, bagus amat nih body, 'ngga pernah ngimpi bisa liat amoy telanjang bulat".
"Langsing, tapi montok berisi, 'tuh téték mantep banget buat nyusu, dikenyot kenyot mau ya neng ?"
"Anjriiit nih méméknya si neng masih rapet banget, kayak durén biji kembar péngén langsung dibelah"
Ketiga lelaki yang beruntung itu berlomba-lomba memberikan komentar terhadap mangsanya yang tetap mencoba melepaskan diri namun tentu saja kalah tenaga. Manolo yang sementara itu berada diatas kepala Rina berusaha menciumi bibir korbannya, namun kurang berhasil karena Rina menggeleng-gelengkan wajahnya ke kiri ke kanan. Akhirnya Manolo melekatkan wajahnya di leher Rina, mencupanginya disitu sambil mengancam dengan berbisik di telinga mangsanya, ancaman mana membuat Rina merinding....
"Percuma saja ngelawan neng, ngga ada yang denger apalagi menolong, suami neng sudah diamankan oleh anak buah kami di ruangan lain di bawah hotel. Kalo neng nurut nanti kami beri tahu agar suami neng tidak disakiti, tapi kalau neng terus melawan maka kami tak jamin lagi keselamatan suami neng".
Rina bergidik mendengar ancaman ini, ia tak tahu apakah Manolo hanya berdusta dan itu hanya siasat saja untuk menaklukinya, tapi kalau ancaman itu benar maka apa yang akan terjadi dengan Erwin ?.
Selintas Rina melihat jam digital dari radio yang terdapat di bagian bawah pesawat TV di ruangan itu dan memang aneh juga bahwa Erwin suaminya demikian lama belum balik dari berenang & fitness !

"Gimana neng , kalau neng mau melayani kami dengan sukarela maka kami akan tilpon anak buah kami agar suami neng hanya ditahan dan diamankan selama beberapa jam , sesudah itu dia akan kami lepaskan dan kembali , tapi kalau neng ngelawan maka.......", Manolo tak melanjutkan kalimatnya.
Dengan penuh rasa takut dan bingung karena tak tahu lagi keputusan apa yang harus diambilnya Rina tanpa menyadari mengangguk perlahan sementara pelupuk matanya mulai merah dan basah.
"Nah, bener gitu, si neng emang pinter , langsung ngarti gimana kemauan abang , ntar si neng dapet extra perlayanan, kita cuma mau senang-senang aja dan sekedar menikmati hiburan yang neng alami setiap hari dengan suami neng, neng pasti tidak akan disakiti bahkan dijamin puas dan nanti bisa jadi ketagihan, iya kan ?", Nurul ikut nimbrung sambil mengarahkan pandangannya kepada konco-konconya.
Rina merasakan badannya panas dingin dan tak dapat membayangkan apa akan dialaminya sebentar lagi. Memang secara sepintas pernah Erwin menyentuh persoalan istri setia yang swinger setelah mereka bersama menyaksikan blue-film, dan secara berkelakar Erwin mengatakan bahwa Rina pasti akan ketagihan kalau digarap oleh lelaki profi seperti di film itu yang mempunyai penis luar biasa. Harus diakui bahwa Rina ikut terangsang setelah menyaksikan adegan film biru hot itu, bahkan esok harinya ketika sang suami belum pulang kerja maka Rina memutar DVD itu sekali lagi sambil jari-jarinya masuk ke dalam selangkangannya dan meraba kelentitnya sehingga tak lama kemudian CD-nya basah. Namun yang dilihatnya dalam film terlarang itu adalah pertarungan satu lawan satu, sedangkan tidak lama lagi ia akan mengalami pembantaian seksual secara keroyokan, melawan tiga lelaki yang kasar! Dilihatnya Syaiful menilpon dengan HP-nya dengan suara berbisik-bisik, kemudian kembali berdiri bersama dengan Manolo dan Nurul di hadapannya sambil ketiganya memegang kemaluan masing-masing.
"Ayoh, sekarang neng boleh milih, mau ngelayanin siapa dulu, kita semua paling senang perempuan yang jago nyepong , udah biasa kan ngulum barangnya suami , nah kali ini kenalan burung lain , modelnya macem-macem, tapi semuanya kwalitet kelas satu", komentar Nurul dengan tolak pinggang.
Rina bergidik melihat ketiga penis yang akan membantainya : milik Nurul adalah panjang lurus , milik Syaiful agak bengkok ke atas, sedangkan milik Manolo yang paling besar lingkarannya. Namun semuanya terlihat sangat hitam dengan dihiasi urat pembuluh darah melingkar dan tanpa perkecualian ketiga alat kemaluan itu disunat sehingga langsung terlihat lubang kencing mereka yang telah sedikit menetaskan air mazi !. Rina menggelengkan kepalanya dengan rasa sangat ngeri namun sekaligus berdebar-debar tak sanggup memilih, sehingga akhirnya Syaiful maju kedepan dan menyodorkan penisnya ke arah mulut Rina.
"Ayo lah neng ini dicobain gimana rasanya pisang tanduk alamiah, tapi awas jangan sampe geregetan digigit yang neng, kulum dan jilat yang tandes sampe bisa keluar sarinya, banyak vitaminnya neng".
Rina masih tetap menggelengkan kepalanya ketika kepala penis Syaiful mulai ditempelkan ke bibirnya sehingga berkali kali kepala penis itu menyentuh pipi kiri kanan Rina. Ini sudah cukup merangsang dan membuat penis itu semakin membesar dan akhirnya Syaiful memegang kepala Rina sehingga tak dapat menggeleng lagi. Kemudian didorongnya kejantanannya itu kedepan mulut Rina yang setengah terbuka, lalu dengan sedikit didorong disertai tekanan jari kasarnya dipipi Rina yang halus akhirnya kepala jamur itu meretas jalan di antara kedua bibir merah basah.
"Aauuumpppffh, uuwweegh, effffgg", Rina tak sanggup mengeluarkan suara lagi ketika dirasakannya penis Syaiful menjarah rongga mulutnya, tanpa memperdulikan ukuran mulut mungil Rina maka penis itu mendesak dan mendorong masuk sehingga setengah dan telah menyentuh langit-langit kerongkongan.
Manolo, Syaiful, Nurul

Syaiful tak perduli bahwa Rina gelagapan dan hampir tersedak, dirasakannya betapa halus dan hangat mulut Rina , juga lidah Rina yang disaat itu terdesak masuk kedalam. Rina merasa kewalahan dan mual karena aroma penis Syaiful agak terasa sedikit asam berbau keringat, berbeda sekali dengan penis suaminya yang terawat. Namun Rina tak sanggup melawan karena kedua tangannya dengan jari-jari lentik langsing kini telah dipaksakan untuk menggenggam kedua penis lelaki lainnya : milik Manolo dan Nurul, dan mereka langsung memberikan aba aba komando untuk mengocok rudal-rudal itu.
"Ayo sekarang ngocok yang rajin , bikin ngaceng yang mantab ya neng , ntar siiip lah untuk nyodok".
"Pelan pelan ya ngocoknya, awas jangan kecepetan sampe abang banjir diluar, mesti diminum neng"
Kedua lelaki kasar itu menganjurkan Rina mengocok rudal mereka, sementara Syaiful terus meminta service mulut Rina yang kini telah mulai penuh ludah, sebagian melumuri keluar tepi bibirnya. Karena mulutnya memang mungil maka Rina mengubah taktik agar tak tersendak, dikulum dan dijilat kepala penis Syaiful, terutama bagian pinggir topi bajanya yang peka, setelah itu disentuhnya liang kencing yang menutup membuka bagaikan mulut ikan yang megap-megap.
"Ooooooh, iyaaaah, teruuuus neng , amoy geulis pinter banget nyepongnya, aaaah abang mesti nahan jangan kecepetan banjir , duuuuuh siaaaaaahh, abang ada di sorga ketujuh, uuuuh , aaaaah nikmaaat", Syaiful merem melek merasakan kemaluannya membesar maksimum bagaikan ingin meledak.
Rina berusaha melupakan bau kurang enak yang berada di depan hidungnya, tubuhnya agak meliuk-liuk karena Nurul dan Manolo yang keenakan sedang dikocok mulai meraba dan meremas buah dada Rina yang montok dari kiri kanan, sesekali mereka menarik, memijit dan memilin puting yang mencuat.
"Hfffffhh, agggghh, aarrghhh, uuueeeewk", Rina berusaha sedapatnya menahan rasa muak dan ingin muntah yang disebabkan oleh besarnya kemaluan yang sedang menyodok langit-langit rongga mulutnya, namun dengan demikian tanpa dikehendaki air liurnya semakin banyak keluar dan melicinkan kepala jamur yang sedang menyiksanya, bahkan air ludah itu mulai menetes di samping ujung bibirnya.
"Gantian ah , sekarang gue juga pengen disepong , si neng pengen kenalan juga sama si otong gue", demikian Manolo yang rupanya ingin mengganti posisi dan kegiatannya.
"Iya lah, si neng udah waktunya kita rebahin diranjang dan diperiksa belahan durénnya", Nurul ikut memberikan komentar, rupanya dia memang sangat menggemari durén sehingga asosiasi kesitu.
"Sialan, masa' barang gue dibandingkan sama belahan buah duren", demikian umpatan Rina sambil melawan keinginannya untuk menggigit saja kemaluan yang amat bau didalam mulutnya itu. Namun ketiga lelaki yang sedang asyik menjarahnya itu mendadak mengubah posisi mereka. Tubuh Rina yang putih montok diletakkan terlentang di ranjang berukuran sangat besar itu. Syaiful menindih perut Rina yang datar, kemudian penisnya diletakkan di antara kedua buah dada Rina yang montok sambil dimaju mundurkan, sambil merejang dan menekan kedua pergelangan tangan Rina di atas kepalanya. Dinikmatinya wajah Rina yang cantik dengan rambut tergerai kusut menggeleng ke kiri ke kanan, sedangkan bibirnya setengah terbuka mengeluarkan keluhan seorang wanita dewasa yang sedang dipaksakan menikmati rangsangan seksual, bibir mana juga tak hentinya dikecupi Syaiful. Nurul dan Manolo kini menempatkan diri di kiri kanan bawah tubuh Rina yang langsing namun sintal, mereka masing-masing mencekal dan merentangkan kedua pergelangan kaki Rina sejauh mungkin sehingga selangkangan yang sangat menggiurkan terpampang. Mereka memulai mengusapi, meraba betis paha putih mulus Rina, selanjutnya mereka menciumi telapak kaki korbannya, kelima jari-jari kaki yang mungil dijilati dan dikulum, menyebabkan Rina semakin meronta-ronta menggelinjang kegelian namun tanpa hasil.

Sekitar sepuluh menit Manolo dan Nurul melakukan kegiatan mereka dan rontaan Rina menyebabkan semua otot paha dan betisnya semakin mengejang serta kesemutan, sehingga rabaan dan usapan kedua pemerkosanya semakin terasa sangat menyiksa, menyebabkan Rina mendesah dan menjerit-jerit. Setelah puas menyaksikan keadaan Rina yang semakin lemas tak berdaya maka mereka mengubah lagi siasat dan posisi mereka. Manolo berlutut disamping wajah Rina dan menjejalkan penisnya di antara bibir Rina. Sedangkan Nurul memposisikan dirinya di selangkangan Rina, dinikmatinya usaha Rina yang sia-sia menghentakkan, meluruskan, menekuk dan mengatupkan kedua betis serta pahanya.
"He, he, he, ini yang namanya pentungan jantan, kenalan ya neng 'ntar dia masuk mulut atas bawah", Manolo tak memperdulikan ukuran barangnya yang begitu besar mulai memasuki mulut Rina.
Tanpa ampun rahang atas dan bawah Rina dipaksa membuka semaksimum mungkin untuk dapat menerima kepala penis berbentuk topi baja itu. Rina berusaha menolak dan melawan, namun kedua pergelangan tangannya diletakkan diatas kepalanya, ditekan dan dicekal sekerasnya sehingga Rina tak berkutik. Sementara sendi rahangnya terasa sedemikian pegal karena dipaksa membuka selebar, dirasakan pula oleh Rina kedua puting payu daranya kini dipijit dan dipilin oleh Syaiful yang semakin bersemangat memaju mundurkan rudalnya yang diletakkan dan dijepitkannya diantara gunung daging yang ditekan ketengah untuk menambah sensasi kenikmatannya. Sementara itu Nurul tak hentinya mengecup, menciumi dan menggigit betis serta paha putih mulus  Rina yang sehingga kini terlihat penuh dengan bekas cupangan merah. Jilatan lidah Nurul semakin liar menuju selangkangan Rina dan mengenyot lipatan paha dan berulang ulang menyapu bukit Venus terlihat agak gundul, hanya terhiasi oleh rambut halus dikiri kanan yang pasti terawat sering dicukur.
"Hhhmhh, ngimpi apa aya ya gue bisa ngerasain mémék amoy muda, wangi amat nih air madu alam , abang mau buka dikit lagi ya, waaah kelihatan tuh lubang pipisnya, biji jagungnya merah muda lagi",
Nurul menundukkan kepalanya dan mulai menciumi serta menjilati dinding vagina dan klitoris Rina.
Tentu saja semuanya itu menyebabkan Rina semakin kegelian dan berusaha menggeliat membebaskan dirinya , namun apalah daya dan kekuatannya yang masih belum pulih setelah ML dengan suaminya.
Apalagi kini ia menghadapi keroyokan tenaga tiga lelaki kasar yang menguasainya dari tiga arah, rasa malu, marah, takut, segan namun juga ingin tahu bercampur aduk. Sementara hormon wanita muda yang membutuhkan kepuasan tanpa dapat dicegah semakin memacu nafsu birahinya. Tubuh sintalnya tak dapat dikendalikan lagi mulai mandi keringat, gerakan liukan dan rontaan Rina semakin berubah menjadi hentakan liar dan gelisah menantikan rangsangan terlebih hangat. Dari lubang hidung kecil yang mengembang kempis tak lagi terdengar suara memilukan seorang wanita diperkosa dan disakiti melainkan desahan perempuan yang semakin terpacu nafsu birahi meminta dipuaskan sehingga tuntas.
"Waaah binal juga kelihatannya nih amoy bahenol, kelihatannya meronta tapi rupanya menggelinjang keenakan, gimana kalau neng langsung ngelayanin kita sekaligus, semua lobang si neng udah dijebol belon sama suami ?", demikian tanya tanya Nurul yang sedang mengusapi kelentit Rina dan sesekali juga seolah tak sengaja lidahnya menyapu kebawah menuju lubang anus Rina yang sangat menantang. Hal ini menyebabkan Rina amat terkejut dan menggelinjang sekuat tenaga sehingga batang kemaluan Manolo lepas dari kulumannya, dan ketiga lelaki itu harus mengerahkan tenaga merejang korbannya.
"Engga mauuu, jangaaan di situ, saya belum pernaaah, enggaaa maaauuu, tolooong , jangaaaan", ratap Rina sambil menggeliat meronta sejadi-jadinya, namun jawaban ini justru semakin merangsang ketiga laki pejantan yang menjarahnya, karena kini mereka tahu bahwa anus Rina memang masih perawan.

Hanya sekitar lima menit Rina sangggup menggeliat meronta tanpa hasil dan tenaganya telah punah, sementara Nurul kini telah berhasil meletakkan lekukan paha betis Rina di atas pundak kiri kanannya.
Manolo dan Syaiful kini berada di kiri kanan tubuh Rina , mereka tiada henti dan puas-puasnya meremasi gundukan buah dada serta menggigiti puting yang semakin lama semakin peka mencuat mennatang. Rina hanya dapat menggelengkan kepalanya tanpa daya kekiri kanan ketika dua buah jari Nurul mulai merekahkan bibir liang kemaluannya, sejenak kemudian dirasakannya sebuah pentungan daging keras meretas masuk. Dinding vagina Rina yang telah licin karena dijilati dan juga penuh lumasan air mazi agak membantu masuknya rudal kebanggaan Nurul , milimeter demi milimeter vagina Rina dibelah....
"Uuuuh, liciiiin, tapi sempiiiit amaaaat nih lobaaang amoy, uuuuh nikmaaaatnya, bener engga neng ?", tanya Nurul asyik memulai gerakan tarik dorong dan mundur maju sambil menatap wajah ayu Rina.
"Auuuwwhmmmpf, uuummppff", Rina tak dapat menjawab karena mulutnya sedang diciumi Syaiful.
"Abang mau ngelukuh lebih dalem lagi nih boleh ya neng, pasti ntar ketagihan kalo udah ngerasain enaknya dijedug-jedug", ujar Nurul. Kini dicekalnya kedua pergelangan kaki Rina kemudian ditekuknya sendi paha Rina sejauh mungkin sehingga lututnya menyentuh puting buah dadanya. Tanpa ampun Nurul mulailah menggenjot Rina dalam posisi ini, dan kepala penisnya masuk begitu dalam menghantam mulut rahim Rina yang amat peka.
"Aaaah, auuuuw, pelaaan pelaaan, ngiluuu, jangaan sadiiiis dong bang, ooooh, aaaah, aduuuuh, ngiluuu bang, udaaaah", desahan Rina memenuhi kamar tidur mewah itu.
"Ayo lah bung cepetan dikit, udah nungguin nih", Manolo mulai tak sabar sementara nafsu birahinya mulai naik ke-ubun-ubun. Syaiful yang juga harus menunggu giliran rupanya lebih cerdik dengan menyodorkan penisnya kearah bibir Rina yang setengah terbuka.
"Iyaaaa, pinteeer emang bibir si neng mantep banget ngulumnya, ayoooh sekarang jilat yang liciiiiin sebelum nih pentungan masuk ke mémék neng", Syaiful merem melek menikmati service Rina.
Ke-empat insan yang tengah bergulat itu telah basah mandi keringat, baik keringat sendiri maupun di campur dengan keringat tubuh Rina. Sementara ketiga pemerkosanya semakin terangsang dan tetap bertahan stamina mereka, maka Rina merasakan tubuhnya semakin lemas bagai dilolosi tulangnya.
"Neng mesti nyobain yoghurt alamiah bikinan abang sendiri, pasti neng makin cantik dan awet muda", Nurul mendadak melepaskan cekalannya di pergelangan kaki Rina. Ia memberikan tanda kesempatan kepada kedua konconya untuk berganti posisi lagi, dan ini segera digunakan Manolo merebahkan diri.
Terlihatlah kini betapa besar kemaluannya mengacung keudara ibarat lembing daging bertopi baja siap bagaikan tonggak untuk memasuki belahan liang surgawi Rina. Dengan tubuh yang telah lemas Rina tak menyadari bagaimana dan apa yang kini dikehendaki oleh ketiga pemerkosanya. Syaiful dan Nurul mengatur tubuh Rina yang diangkat dengan mudah oleh mereka bagaikan boneka ringan, diposisikan seperti akan tengkurap dengan celah kewanitaannya diarahkan ke penis Manolo yang tegak perkasa.
Perlahan² Nurul dan Syaiful menurunkan tubuh montok yang direjang dari kanan kiri sambil melihat Manolo memegang alat kejantanannya dengan ujung kepala jamur raksasa menyelinap di antara bibir vagina Rina, kemudian dengan agak mendadak keduanya melepaskan pegangan tangan mereka........

"Uuuuuiihh, sempiiiit amat nih mémék, kayak perawan aja , latihan kegel tiap hari ya neng ?", Manolo merasakan rudalnya mulai memasuki dan membelah dinding liang kewanitaan Rina yang telah licin.
"Aaaaah, aaauuuuuww, stoooop, hentikaaan, engga muaaaat, kebesaran bang, aaaaahhh, aduuuuuh", Rina menjerit sambil menggelepar merasakan betapa besarnya tombak daging Manolo ibarat menusuk menekan ulu hatinya, namun Manolo kini memeluknya dari bawah sehingga tak mampu bergerak. Syaiful menyaksikan dengan penuh perhatian bagaimana sesak dan susah payah masuknya kemaluan Manolo ke-vagina Rina sehingga akhirnya masuk dan amblas semua. Manolo memegang pinggul Rina dengan kuat dan mulai menaik turunkan bagaikan gerakan pompa, gerakan mana menyebabkan juga belahan pantat yang bulat montok membelah mengatup menyajikan lubang kecil yang tersembunyi, bagaikan kuncup bunga masih belum merekah dan disentuh oleh lebah pencari madu. Syaiful teringat apa yang diucapkan Rina beberapa saat lalu bahwa suaminya belum pernah menembus lubang itu, betapa bahagianya gue dapat memerawani pantat sintal bahenol ini, kapan lagi dapat rejeki begini ?
Perlahan lahan Syaiful mendekati Rina dari belakang, disentuhnya kaki Manolo yang sedang keenakan merasakan penisnya dipijiti dinding vagina Rina untuk memberikan tanda agar menghentikan gerakan naik turun pinggul Rina, tapi memeluknya seketat mungkin agar tak mampu melawan meronta..........
Syaiful memegang kedua bongkahan pantat mulus putih mangsanya, dipaksanya melebar semaksimal mungkin, lalu ia meludahi kepala penisnya beberapa kali sebelum diletakkannya di permukaan anus Rina yang mengembang menguncup akibat denyutan otot lingkarnya yang belum pernah ditembus....
"Auuuuuw, saakiiiiiitt, jangaaaan bang saya engga mau dimasukin disitu, aduuuuuh tolooong bang ampuuun, saya engga kuat, kasihani saya doong bang, aampuuuun, aaaahh, aaaaauuw", Rina menjerit dan melolong sekuat isi paru²nya dengan membuka mulutnya tanpa disadari. Kesempatan ini ditunggu oleh Nurul yang rupanya sangat gemar disepong langsung menjejalkan lagi rudalnya ke mulut Rina, sehingga jeritannya teredam, hanya dengusan terdengar lewat lubang hidung mungil kembang kempis. Sempurnalah kini Rina berada sepenuhnya didalam genggaman tiga lelaki - dan setelah memberikan waktu untuk Rina menyesuaikan diri dengan situasinya yang tak berdaya itu, mulailah Manolo, Nurul dan Syaiful memaju mundurkan pinggul mereka. Ketiga pejantan itu merasakan betapa hangat, sempit dan lembutnya dinding ketiga lobang yang dijarah , membuat ketiganya merem melek keenakan.
Berbeda dengan mereka maka Rina merasakan kesulitan untuk menerima dan menyesuaikan dirinya : méméknya yang selama ini hanya dimasuki oleh penis suaminya Erwin kini dibelah oleh rudal super Manolo, rongga mulutnya yang mungil memang telah basah licin oleh ludahnya namun tetap dipaksa membuka lebar oleh penis Nurul. Namun yang dirasakan masih sangat menyiksanya karena beberapa menit lalu ditembus diperawani pertama kali : anusnya yang sedang diluku oleh Syaiful. Rasa nyeri , ngilu , perih dan sakit menerpanya setiap kali Syaiful melalukan gerakan tarik dorong keluar masuk. Karena Rina semakin lemas dan perlawanannya menurun maka tentu saja 'mengecewakan' ketiga pria yang sedang mengerjainya. Untuk membangunkan perlawanan Rina kembali maka Manolo yang rebah dan menyodok liang vagina Rina dari bawah kini melepaskan pelukannya dan mulai lagi meremas buah dada Rina yang menggantung bergantian sekaligus digigit dan ditarik tarik putingnya sehingga terasa sangat ngilu. Syaiful yang sedang asyik menyodomi Rina juga tak mau kalah dan menyelipkan tangannya kebawah perut Rina, meraba dan mengusap bukit Venus yang datar, dicarinya kelentit kecil yang tersembunyi diantara bibir vagina Rina. Setelah ditemukannya maka tanpa memperdulikan hunjaman penis Manolo yang keluar masuk disitu Syaiful mulai meraba, mengelus, mengusap, bahkan terkadang mencubit dan memilin daging yang begitu peka. Akibatnya Rina bagaikan terkena aliran listrik dan kembali meronta ronta, kedua kakinya yang dipaksa berlutut semakin menekuk menegang.
"Uggghhfffffh, emmmmggfffhh, sssssshhh, aaauuugggfffh", Rina menggeliat dan mendengus bagaikan orang sekarat, semua syaraf ditubuhnya seolah sedang dibakar, dihadapan matanya semakin berputar ribuan bintang, badannya bergetar menahan ngilu , sakit dan nikmat bergonta ganti tiada hentinya.

"Wuuuiiih, enaknya nyusu di tedoy montok begiini, asyik engga neng, disodok dibawah dan diperah susunya diatas, uuuummmmh, disedot lebih keras lagi ya neng biar keluar susu", Manolo bergumam.
"Siiiip banget nih pantat, licin tapi sempiiiit, mana bisa mijiiiiit lagi, duuuuh enaaaaknya, abang engga tahan lagi, mau keluaaar nih", Syaiful merasakan spermanya semakin mengumpul dari biji pelirnya.
"Abang juga udah mau nyemprot nih, teguuuuk dan minuuuuum ya neng, jangan sampe kebuang nih yoghurt, obat awet muda neng, uuuuuh , iyaaaaah , iseeeep neeeng", suara Syaiful semakin meninggi.
Bagaikan kesurupan setan akhirnya keempat insan yang sedang bergulat itu mengejang, menghunjam kemaluan mereka sejauh dan sedalam mungkin ke tiga lubang tubuh Rina, membanjiri rahim, anus dan kerongkongan Rina , membuatnya sangat sukar bernafas dan gelagapan hampir tersedak. Sekitar tiga menit mereka menyemburkan sperma hangat mereka sebelum akhirnya Rina yang setengah pingsan itu dilepaskan, dan akhirnya Syaiful serta Nurul melepaskan tubuh Rina. Tubuh si istri yang ramping namun sangat sintal montok dan putih itu kini rebah diatas Manolo yang coklat tua hitam legam. Terlihat betapa kontrasnya warna tubuh mereka - dan dari sudut kamar yang sangat mewah itu - tanpa diketahui oleh Rina - semua adegan perkosaannya disaksikan oleh Erwin yang telah lama balik.Semua lamunan dan kenangan dari pesta sex gangbang dengan tiga rekan mahasiswi [Sandra, Ivana dan Santi - baca kisah kisah sebelum ini] ketika ia masih kuliah kembali menjadi kenyataan. Deja vu...
Apakah Rina akan menjadi ketagihan dengan permainan sex liar setelah diperkosa habis habisan oleh tiga kuli kasar , dan apakah Erwin akan tetap rela dan tega membiarkan istrinya digarap orang lain ?.

??? TAMAT ..?
By: Elzhakar






                           

This Ain't Battleship

Cerita ini adalah fiksi belaka dan merupakan pengembangan fantasi erotis dari film sebenarnya yang berjudul “BATTLESHIP”.
Cerita ini bukan untuk melecehkan orang-orang yang memiliki cacat fisik atau ras tertentu.                

######################
Cerita ini diawali ketika Samantha (Sam) Shane  mengantarkan sang pacar, Letnan Alex Hopper dan melepasnya untuk mengikuti RIMPAC di bawah kepemimpinan Laksamana Terrance Shane yang merupakan ayah dari Samantha. RIMPAC ( the Rim of the Pacific Exercise) adalah latihan perang maritim terbesar di dunia yang diadakan dan dipimpin oleh angkatan laut Amerika Serikat di Honolulu, Hawaii. Kegiatan latihan perang ini yang berlansung selama sebulan atau lebih, memaksa mereka untuk berpisah untuk sementara waktu. Alex harus menjalankan tugasnya sebagai tentara angkatan laut, sedangkan Sam harus meneruskan pekerjaannya sebagai terapis fisik untuk penyandang cacat.

Naval Physical Therapy, OAHU, HAWAII
Samantha Shane
Setelah melepas Alex, Sam kembali ke rutinitasnya sehari-hari, kali ini dia menuju pusat terapi fisik milik angkatan laut amerika serikat.
Kali ini Sam yang berpartisipasi dalam program wounded warrior milik angkatan bersenjata AS sebagai sukarelawan, ditugaskan sebagai terapis fisik yang baru untuk seorang tentara yang bernama Letnan Kolonel Mick Canales. Let. Kol. Mick Canales adalah seorang tentara yang mengalami amputasi di kedua kakinya akibat cedera yang didapatkanya di medan perang. Tugas Sam adalah untuk member semangat baru dan harapan serta membantu Let. Kol. Mick Canales untuk beradaptasi dengan kaki palsunya yang merupakan kaki palsu generasi baru yang canggih.
“Permisi, dimanakah saya dapat menemui Letnan Kolonel Mick Canales?” tanya Sam kepada salah satu staff yang ada di situ.
“Anda dapat menemukannya di ruang simulasi.”
“Terima Kasih.” Jawab Sam sambil menuju ke ruang simulasi yang dimaksud.

Dalam ruang simulasi, Sam menemukan sosok yang ia cari sedang menjalani simulasi, dengan dibimbing oleh terapis yang lain. Sosok Mick Canales sedang berlatih berjalan menggunakan kaki palsu barunya di atas treadmill.
“Jalan yang tegap, saya ingin kamu fokus ke tanda hijau itu tepat di depan mu.” Kata seorang terapis berusaha membimbing Mick berjalan.
“Kamu kira saya lagi melihat apaan?” jawab Mick ketus
“Rapatkan kakimu.”
“Kakiku tidak bisa lebih dekat lagi!”
“Berdiri yang tegak.”
“Baik, sudah cukup.” Mick tampak gusar.
“Terus, sedikit lagi,
“Matikan alat itu!”
“Ayolah, sedikit lagi....”
“Matikan!!!!”
Sam menyaksikan seluruh kejadian di ruang simulasi tersebut. Setelah beberapa saat kemudian, Sam bertemu empat mata dengan Let. Kol. Mick Canales, untuk memulai sesi terapi nya. Mick adalah seorang prajurit kulit hitam dan berbadan besar. Wajahnya keras, dapat dikatakan jauh dari kata ganteng. Lalu Sam mulai memperkenalkan diri.
“Hai, nama saya Samantha Shane, kamu dapat memanggil saya Sam. Saya terapis baru mu.”
Mick hanya diam saja dan memandangnya dengan sinis.
“Aku merasakan amarah yang sangat besar.” Kata Sam berusaha memecah suasana.
“Cepat sekali kamu tanggap.” Jawab Mick dengan  sinis.
“Apakah ada hal lain selain kemarahan di dalam kamu, Mick?”
“Tidak banyak.” Jawab Mick singkat.
“Terapis mu yang terakhir mengatakan bahwa kamu kehilangan semangat juang, betulkah itu, Mick?”
“Aku kehilangan semangat juangku ketika aku kehilangan kedua kakiku.”
“Sadarkah kamu, kamu masih orang yang sama yang memenangkan Sarung Emas pada umur 22 tahun, sebuah bintang perungu di afganistan, masih orang yang sama.”
“Aku hanya separuh pria, dan pria yang tidak utuh tidak cukup untuk menjadi seorang tentara, itu saja yang aku tahu.” Jawab Mick.
“Baik, ayo..., kita akan jalan-jalan.”
“Tidak, kita enggak jalan-jalan!”
Tapi Sam mengacuhkan penolakan Mick untuk berjalan-jalan, sambil lalu ia berkata
“Pakai kaki palsu mu.”
Sam mengajak Mick berjalan-jalan mendaki gunung untuk membantu mick beradaptasi dengan kaki palsu barunya.
“Kamu melakukannya lumayan bagus buat seorang yang tidak menyukai kegiatan mendaki.” Kata Sam berusaha memecah suasana
“Anjingku, Mustard, bisa mendaki gunung ini.”
“Bagus itu, kau dan Mustard bisa membuat kenangan indah di atas Mauna Kea, sepertinya menyenangkan.”
“Mustard sudah mati, dia ditabrak truk sampah.” Jawab Mick ketus.
“O, maafkan aku.”
“Saya sudah melupakannya.”
Mick Canales
Tiba-tiba telepon selular Sam berbunyi, dan ia mengambil ponselnya dari tas ransel untuk menjawab panggilan telepon itu. Ternyata dari pacarnya, Alex Hopper.
“Hey, aku kira kau sudah di luar jangkauan.”
“Aku masih punya waktu sekitar lima menit.” Jawab Alex di seberang sana.
“Bagaimana?” tanya Sam mengenai keinginan Alex untuk menghadapi ayah Sam untuk melamarnya.
“Baik.............maafkan aku , aku mengacaukannya. Aku akan berbicara dengan ayahmu segera setelah aku kembali.”
“Berhentilah mengacau, oke?”
“Dikopi, aku cinta kamu.” Jawab Alex.
“Aku cinta kamu.” Balas Sam sambil menutup ponselnya. Dia tampak sedih, tapi berusaha menutupinya agar tidak terlihat oleh Mick yang tampaknya memperhatikan dia sedari tadi. Lalu mereka melanjutkan perjalanan untuk mendaki lagi. Sesi untuk hari ini telah selesai. Mick tampaknya sudah cukup baik beradaptasi dengan kaki barunya. Terbukti ia sanggup berjalan dan mendaki bersama Sam.
“Kurasa untuk hari ini cukup, Mick. Kau tampaknya sudah dapat beradaptasi dengan baik
Dengan kaki baru mu.”
“Kurasa begitu.” Jawab Mick.
Tampaknya sikap dingin dan sinis dari seorang Mick Canales yang diterima Sam di awal perkenalan mereka, sedikit demi sedikit mulai menghilang. Perbincangan yang terjadi selama menjalani sesi latihan outdoor bersama Sam, membuatnya menjadi lebih akrab dengan terapis fisiknya.
Sam & Mick
Seiring dengan selesainya sesi untuk hari ini, mereka pun pulang ke kediaman masing-masing. Sebelum berpisah, tidak lupa Sam menawarkan untuk mengantar Mick  dengan mobilnya, dan diterima dengan senang hati oleh Mick.
“Kamu lurus saja, blok berikutnya itu sudah rumahku.” Kata Mick menunjukan jalan kepada Sam.
“Oh, oke.” Jawab Sam sambil menyetir mobilnya mengikuti arah yang dikatakan Mick.
Tidak lama kemudian tampak rumah yang tidak terlalu besar bercat putih. Dari luar tampak nyaman. Itulah rumah Mick yang dimaksud.
“Oke, kita sudah sampai.” Kata Mick ketika mobil Sam berhenti tepat di depan rumahnya.
“Wah, dekat juga ya dengan pusat terapi Angkatan Laut.” Komentar Sam mengenai rumah Mick.
“Yeah, begitulah.”
“Ayo mampir dulu.” Sambung Mick.
“Terima kasih, mungkin lain kali.” Sam berusaha menolak dengan halus.
“Ayolah, sebentar saja.” rayu Mick, sedikit memaksa.
Sam yang merasa tidak enak untuk menolak terus, menerima undangan tersebut. Sam pun ikut masuk ke dalam rumah bersama Mick setelah memarkir mobilnya.

Sam kemudian masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Matanya berkeliling melihat seluruh isi rumah. Cukup nyaman dan rapi pikirnya.
“Buatlah dirimu senyaman mungkin, anggap saja rumah sendiri. Kamu mau minum apa?” tanya Mick berusaha ramah.
“Tidak usah repot-repot.”
“Nggak apa-apa. Kopi atau teh?
“Teh saja, terima kasih”
Lalu Mick menuju dapur untuk menyediakan teh buat tamunya. Tidak lama kemudian Mick keluar dari dapur dengan secangkir teh di tangan kirinya, kemudian ia berikan kepada Sam.
“Terima kasih, maaf jadi merepotkan.”
“Tidak apa-apa, hanya teh koq.”
Setelah itu Mick turut bergabung bersama Sam untuk duduk bersama di ruang tamunya yang kecil itu. Tidak lama kemudian mereka terlibat dalam sebuah obrolan yang cukup hangat dan akrab. Sampai suatu saat, Mick bertanya kepada Sam
“Maaf Sam, bukan maksud saya untuk mencampuri urusan pribadimu, tapi selagi di atas tadi, kau tampak sedih ketika menerima telepon. Apakah ada sesuatu?”
“Oh tidak ada apa-apa. Itu hanya pacarku yang telepon.”
“Kalau pacarmu yang telepon, bukannya seharusnya kamu senang atau gembira?”
“Hmmmm......bagaimana aku menjelaskan kepadamu ya Mick?” lalu Sam terdiam sejenak.
“Aku mencintai dia, tapi kadang sifat urakannya itu selalu mengacaukan segala sesuatu.Aku ingin menikah dengan dia, tapi untuk berbicara dengan ayahku saja dia tidak sanggup, dia kembali sudah mengacau sebelumnya”
“Hahahahahaha....mengapa jadi aku yang curcol begini?. Mari sekarang kita berbicara tentang kamu Mick.”
“Hah, bicara apa tentang aku?” Mick menjadi salah tingkah.
“Ngomong-ngomong, ke mana istrimu?’
Dalam sekejap raut muka Mick berubah mendengar pertanyaan itu.
“Kamu tinggal sendiri di sini?” tanya Sam.
“Yap.” jawab Mick singkat.
“Kamu belum beristri? Atau pacar kali?”
“Dulu punya.”
“Maafkan aku, apa yang terjadi?”
“Dia meninggalkanku.” jawab Mick dengan berat hati.
“Seperti yang aku katakan sebelumnya aku bukan pria yang utuh.”
“Pacarmu meninggalkanmu karena keadaan fisikmu sekarang?”
“Bukan...bukan itu maksudku.” Mick lalu terdiam untuk beberapa saat, berusaha mencari kata-kata untuk menjelaskan kepada sang terapis mengenai keadaannya kini.
“Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku hanya separuh pria ketika aku kehilangan kedua kakiku di Afghanistan. Keadaanku beberapa waktu setelah peristiwa itu yang membuat dia pergi.”
“Bukan kekurangan fisikku yang dipermasalahkan, tapi kemampuanku untuk memuaskannya yang membuat dia kecewa.”
“Maksudnya?” Sam tampak bingung dengan penjelasan Mick.
“Masa musti aku perjelas Sam?”
Sam malah mengernyitkan dahinya, pertanda dia masih bingung dengan penjelasan Mick.

Dengan kesal akhirnya Mick mengatakan hal yang sebenarmya.
“Aku impoten Sam, nggak bisa ngaceng.........puass?!!!!!”
“Kenapa marah kepadaku Mick?”
Mick terdiam sesaat.
“Padahal dulu aku adalah pecinta yang hebat. Dulu aku mampu membuat para wanita terlena oleh kemampuanku memuaskan mereka di atas ranjang. Aku mampu membuat mereka orgasme lebih dari sekali. Semua mantan pacarku mengatakannya. Tapi setelah kejadian itu semuanya berubah.”
“Jadi hal ini juga yang membuat engkau kehilangan semangat berjuang?” Mick hanya diam saja menanggapi pertanyaan Sam.
“Apakah kamu punya pengalaman dengan obat-obatan atau alkohol mungkin?”
Mick menggelengkan kepalanya.
“Apakah kamu mempunyai sejarah diabetes atau stroke?”
“Tidak ada.” Jawab Mick singkat
“Hhmmmm.........tepat dugaanku.”
“Apa maksudmu Sam?”
“Maksudku, kau hanya mengalami masalah psikis Mick. Perasaan seperti depresi, kecemasan yang berlebihan, rasa bersalah dan lain-lain yang menyebabkan kamu mengalami disfungsi ereksi Mick.” Mick manggut-manggut mendengar penjelasan Sam.
“Jadi yang harus kau lakukan adalah membuang semua beban itu Mick. Jika itu semua bisa kau atasi, dan dengan ransangan yang tepat, mungkin kau bisa menemukan keperkasaanmu kembali.”
Mick tampak senang mendengar penjelasan dari terapis cantik itu.
“Mungkin aku bisa bantu kamu mengatasi hal itu Mick.”
“Apa maksudmu kau bisa membantuku, Sam?” Mick bingung mendengar pernyataan Sam.
“Ya, aku bisa bantu mengembalikan keperkasaanmu jika kau ijinkan.”
“Oh ya?  Kamu bisa?”
“Aku usahakan Mick, tapi kamu harus mengikuti caraku.”
“Aku akan melakukan apa saja Sam, apa saja yang dibutuhkan supaya aku mendapatkan kembali keperkasaanku.”
Lalu Sam berdiri menuju Mick yang duduk di seberangnya.
“Buka celanamu!” perintah Sam.
“Apa-apaan ini Sam?”
“Percayalah padaku , Mick, aku ini terapis. Aku akan melakukan segala upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pasienku.”
“Tapi...tapi tidak seperti ini Sam.”
“Tadi kamu janji apa?” Mick tidak berkutik mendengar jawaban Sam, ia memang berkata akan melakukan apa saja yang diperintahkan Sam.

Dengan berat hati Mick melepaskan kait dan resluiting celananya, egonya membuat ia malu akan ketidakmampuan dirinya untuk ereksi untuk dilihat oleh orang lain. Sam lansung berlutut di hadapan Mick, kedua tangannya membantu Mick melepaskan celana berikut celana dalamnya dari tempatnya. Kini Mick duduk tanpa celana di sofa, penisnya tampak tergeletak lemas menyedihkan diantara selangkangannya. Penis Mick berwarna hitam, bahkan lebih hitam dan gelap dari kulit tubuhnya yang berkulit hitam. Sam memposisikan dirinya sedemikian rupa sehingga ia menghadap penis lemas milik Mick. Mata Sam tidak lepas dari penis lemas Mick, dalam hatinya ia penasaran sebesar apa penis tersebut jika Mick berhasil mempertahankan ereksinya,  sedangkan dalam posisi lemas saja ukurannya hampir sebesar penis Alex Hopper, pacarnya ketika ereksi. Pikiran nakal terlintas di pikiran Sam, ia sebenarnya sedang birahi tinggi, tapi pacarnya Alex tidak dapat melayaninya di ranjang karena sedang tugas untuk jangka waktu yang cukup lama. Tangan Sam kini dapat  merasakan benda yang masih ‘tidur’ itu. Jemarinya dengan lembut menggenggam penis yang ada di hadapannya. Tangannya secara perlahan-lahan mulai mengocok penis Mick, makin lama makin cepat. Sam lalu membungkukkan tubuhnya lalu  menjilati seluruh batang penis hitam Mick, terkadang buah pelirnya pun diemut. Dengan cekatan wanita cantik itu memberikan pelayanan oral kepada sang tentara. Dengan lidahnya dia jilati kepala penis itu sehingga batang itu beserta badan pemiliknya bergetar. Mulutnya dan lidahnya terus  mengoral dan tangannya mengocok penis lelaki itu secara bergantian. Tangan Sam mengocok-ngocok batang penis tersebut ketika ia memainkan lidahnya pada zakar Mick. Sejauh ini tampaknya tidak ada perkembangan, penis Mick tetap dalam posisi lemas.
“Tuh kan, nggak efek.” jawab Mick pesimistis.
“Lepaskan semua pikiranmu Mick, rileks dan nikmati.”
“Mungkin aku musti memancing kamu dulu.” Mick tampak tidak mengerti ucapan yang di maksud Sam.
Lalu Sam berdiri, melepaskan ikatan rambutnya, dan membiarkan rambut pirangnya tergerai lepas indah sebahu. Tidak lupa, Sam melepaskan sepatu kets dan kaus kakinya, juga assesori gelang kulit yang melingkar di tangan kirinya.  Kemudian wanita cantik itu melepaskan tanktop birunya, berikut sport bra dibaliknya. Celana pendek hitamnya menyusul kemudian melorot ke lantai. Kini Sam hanya memakai BH dan celana dalam hitam di hadapan Mick. Mata Mick terbelalak melihat keindahan tubuh terapisnya yang cantik itu. Mick terpesona dengan kecantikan dan keindahan tubuh putih Sam. Ia tidak menyangka peruntungannya hari itu. Bahkan dalam benaknya, ia ingin merasakan tubuh terapisnya yang cantik ini, sehingga ia berkata dalam hati kepada penisnya yang masih tertidur lemas.
“Ayolah tong, ngaceng donk....kamu ngga mau merasakan tubuh pelacur kulit putih itu. Lihat bodynya begitu sempurna.... body wanita idamanku.”

Sam kembali langsung berlutut di depan Mick, kedua tangannya membuka lebar-lebar selangkangan pria itu. Perlahan Sam mulai memegang penis itu yang masih lemas dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Sam mulai mengocok-ngocok penis itu. Sam lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya, kemudian langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan
“Kamu suka ini Mick?’ tanya Sam menggoda. Mick hanya mengangguk.
Sam mulai menggerakkan lidahnya mengitari penis itu, menjilati samping sampingnya hingga ke buah pelirnya, Sam sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat kembali.
“Kamu bisa tebak apa warna puting payudaraku?”
Diberi pertanyaan seperti itu membuat Mick semakin teransang. Mick berusaha keras untuk bisa ereksi. Sam percaya bahwa Mick tidak impoten, hanya sulit ereksi, terbukti penisnya kini sudah menegang dan mengeras sedikit meski masih terasa layu. Perlu usaha ekstra lebih keras lagi untuk dapat membuatnya menegang sempurna. Lidah Sam bermain di ujung kepala penis hitam Mick, lidahnya bergerak-gerak meyusuri tepian kepala penisnya yang merupakan bagian paling sensitif,  lalu lidahnya perlahan-lahan turun menyapu batang kemaluannya hingga turun sampai buah zakarnya. Untuk beberapa saat lidahnya bermain di kedua buah pelirnya. Jilatannya akhirnya kembali ke ujung penis yang mirip jamur itu. Lidahnya menjilati wilayah itu, Mick meringis merasakan sensasi geli dan nikmat akibat sapuan lidah wanita cantik itu pada kepala penisnya. Kemudian Sam membuka mulutnya untuk memasukkan penis itu, kepalanya lalu bergerak maju-mundur sambil memegang batang itu. Perlahan tapi pasti, Sam dapat merasakan perubahan pada batang penis hitam Mick, benda itu mulai menegang, walaupun belum sempurna.
“Jika kamu bisa ereksi nanti, kalau beruntung mungkin kamu bisa melihat dan tidak perlu menebak warna puting payudaraku, bahkan kalau kamu bisa mempertahankan ereksimu, mungkin kau dapat merasakan tubuhku?” Sam mencoba membangkitkan gairah Mick dengan menggodanya.
Mick semakin bergairah mendengar ucapan Sam tadi. Setelah sekitar setengah jam mengocok dan menggulum batang penis Mick, perlahan tapi pasti, Sam merasakan perubahan pada penis Mick. Penis itu sudah mulai tegak berdiri dengan sempurna. Sam sangat takjub dengan ukuran penis Mick ketika mencapai ereksi sempurna, begitu panjang dan besar, membuatnya semakin horny dan ingin merasakan penis hitam tersebut.
“Kontol mu besar sekali Mick,” puji Sam.
Mick tidak menghiraukan pujian Sam, ia hanya ingin menikmati kuluman sang terapisnya yang cantik ini. Matanya terpejam menikmati sentuhan bibir dan lidah Sam. Lalu sekitar seperempat jam Sam kembali melakukan oral seks terhadap pria itu sampai merasa pegal pada mulutnya, karena ukurannya yang besar dan panjang. Lalu ia melepaskan penis yang sudah tegak dan mengeras sempurna itu dari mulutnya.  Ia pun menggunakan tangannya untuk mengocok batang penis itu dan mengurangi kulumannya. Sam dapat merasakan batang penis semakin berdenyut saja. Sam menyadari lawan mainnya akan segera mengalami ejakulasi, lalu tangannya mengocok penis pria itu secara lebih cepat, hingga pada akhirnya Mick mencapai ejakulasi.
“Aaaarrrrrggghhhhhh....................,” Mick mengerang merasakan nikmat sekaligus rasa nyeri pada penis dan buah zakarnya akibat ejakulasi yang hebat, ejakulasi pertama setelah sekian lama. Cairan putih kental menyembur deras dari penis di genggaman Sam. Jari-jari lentik Sam terus mengocok penis Mick hingga cairan tersebut berhenti keluar dari mulut penisnya.
“Aaaahhhhhh...........nikmat.........,” kata Mick beberapa saat kemudian.
“Terima kasih Sam..........”
Mick kemudiam diam untuk beberapa saat menikmati ejakulasinya barusan, hatinya pun gembira karena memperoleh kembali keperkasaannya.

“Apa yang bisa kuperbuat untuk membalasmu Sam?” tanya Mick.
“Tidak usah Mick, tidak apa-apa,” jawab Sam.
Tapi pikiran nakal Sam kembali melintas. Ia sedang mengalami dilema, ketika sedang birahi tinggi, sang pacar tidak ada di sisinya untuk memuaskannya. Sedangkan di depannya terdapat sosok Mick yang mempunyai apa yang dibutuhkannya, bahkan lebih besar dan panjang dari milik sang pacar. Pikiran nakal dan hasrat itu membuat Sam berani mengambil keputusan untuk mencoba.
“Tapi ada yang bisa kau lakukan untukku Mick.”
“Sebut saja, apa yang bisa kulakukan, akan kulakukan.” Jawab Mick mantap.
“Aku ingin kau membuktikan omonganmu tadi.”
“Omongan yang mana?” Tanya Mick agak bingung.
“Perkataanmu tadi tentang memuaskan wanita.”
“Maksudmu?”
“Aku ingin kau memuaskanku di atas ranjang.”
“Melakukan seks maksudmu, Sam?”
“Iya, betul. Aku harap kau dapat membuktikan perkataanmu bahwa kau pecinta yang hebat.”
“Kamu serius? Hahahaha pasti kau becanda kan?”
“Tidak, aku serius.” Jawab Sam tegas. Mick seperti tidak percaya dengan apa yang didengarnya, ia tidak percaya betapa beruntungnya dia hari ini. Setelah keperkasaannya kembali, wanita cantik yang telah berjasa itu bersedia ditidurinya, bahkan meminta untuk ditiduri.
“Hei koq malah bengong, mau apa tidak?” tanya Sam. Mick tidak menjawab, hanya mengangguk berkali-kali menandai kesetujuannya.
“Oke, kalau begitu tunjukan di mana kamarmu.”
Lalu mereka berdua berjalan menuju kamar tidur Mick.
“Coklat muda....” bisik Mick ke telinga Sam.
“Apanya yang coklat muda?” Sam pura-pura bingung.
“Kau tadi meminta aku menebak warna puting payudaramu, jawabanku coklat muda.” Balas Mick. Sam hanya tersenyum mendengar jawaban Mick.

Kini mereka sudah berada di kamar tidur milik Mick. Kamar yang cukup sederhana, dilengkapi dengan sebuah ranjang berukuran sedang dan furniture seadanya. Mick lansung menanggalkan kaus yang masih dipakainya, lalu mendekati Sam dari belakang dan memeluknya. Mick yang berada di belakang Sam, menyibakkan rambut pirang Sam sehingga bagian punggung sampai ke tengkuknya bebas tanpa penghalang. Lalu bibirnya yang tebal menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Sam. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua tangan hitamnya yang kekar mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah payudara Sam yang montok dan masih tertutup BH dengan gemas. Tak lama kemudian, jari-jari Mick dengan pelan-pelan melepas pengait BH hitam yang dikenakan Sam, jari-jari hitamnya menyelip diantara kedua tali BHnya, lalu menurunkannya dari bahu mulus wanita cantik itu, seketika payudara Sam yang berukuran 36C itu bebas tanpa penghalang. Dari sela-sela ketiak wanita cantik itu, tangan hitam Mick kembali merayap dan meremas payudara yang indah dan kencang itu. Hanya desahan yang terdengar keluar dari mulut indah Sam. Tidak lupa jari-jari Mick bermain di kedua puting payudara Sam yang mulai mengacung indah.  Kemudian  tangannya yang lain mulai merayap ke bagian selangkangannya. Jari-jari besar itu mulai bergerak perlahan-lahan menyusup ke dalam celana dalam dan di antara kerimbunan bulu-bulu kemaluan Sam, membuatnya tak tahan untuk tidak mendesah. Lalu Mick membalikkan tubuh Sam, mereka kini saling berhadapan. Mick lalu memandang tubuh Sam yang topless, mengagumi keindahan tubuhnya.
“Betulkan, warnanya coklat muda.....”  Sam hanya tersenyum mendengar perkataan Mick.
Mick lalu mengawalinya dengan mencium pipi Sam, Sam hanya memejamkan matanya. Lalu Pria itu mulai menelusuri bibir Sam yang merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut, lidahnya menerobos masuk ke mulut Sam.  Mereka berdua berciuman dengan penuh gairah. Sementara tangan Mick sibuk bergerilya di seluruh tubuh Sam, tangan tak henti meraba-raba dan meremas payudara Sam yang montok. Bibir Sam mendesis saat tangan hitam itu kembali meremasi sepasang payudaranya. Sam mengelinjang mendapat perlakuan sedemikian rupa. Sambil bibirnya terus mengulum bibir Sam, tangan Mick yang hitam juga memainkan puting payudara Sam dengan gerakan lembut. Membuat Sam mulai mendesah, Jari-jari Mick tak henti-hentinya  memilin-milin dan memencet putingnya sehingga benda itu semakin mengeras saja. Kemudian mulutnya mendekati payudara yang kiri dan menciumi dan menjilatinya, bibirnya yang tebal mulai melakukan gerakan menghisap seperti sedang menyusu.Mick terus melumat payudara  Sam, mulutnya sibuk menciumi dan menjilati payudara ranum itu dan tangan kirinya meremas-remas payudara Sam yang lain. Di saat bersamaan Tangan kanan Mick kembali menyusup kedalam celana dalam dan menggerayangi vaginanya, mengelus-elus dan kemudian jari-jarinya digesek-gesekkan di bibir vagina yang mulai berlendir tanpa disadari oleh Sam.

Tubuh Sam makin kelojotan ketika jari-jari hitam Mick yang besar dimasukkan ke vaginanya dan meliuk-liuk di dalamnya. Jari -jari itu menemukan klitoris Sam dan kemudian memainkannya, membuat Sam menikmati ransangan Mick. Kombinasi permainan mulut dan lidah Mick di payudaranya ditambah lagi dengan jari-jari yang bergerak liar pada vaginanya, membuat Sam semakin liar, erangan tertahan terdengar dari mulutnya saat Mick meng-gerakkan jarinya di vaginanya. Lalu mereka berdua duduk di tepi ranjang. Baik tangan Mick atau Sam tidak berhenti menjamah tubuh lawan mainnya. Mulut Mick langsung mengarah ke payudara Sam, lidahnya kembali menjilati dan mengisap gundukan daging kenyal itu secara bergantian. Wanita pirang itu mendesah lirih sambil kedua tangannya menekan kepala Mick ke dadanya. Lelaki itu mengigit-gigit kecil puting coklat muda itu sehingga semakin keras dan membuat Sam keenakan. Lalu Sam membantu Mick untuk membuka kaki palsunya yang terbuat dari bahan titanium itu. Dengan sabar, Sam membantu melepaskan kaki palsu Mick satu per satu, hingga kaki Mick yang diamputasi itu lepas dari kaki palsunya. Lalu mereka berdua naik ke ranjang, Sam berbaring, lalu Mick merangkak mendekatinya dan menempatkan dirinya di atas tubuh wanita pirang tersebut. Pria itu meraih dagu Sam, lalu ia mengarahkan bibirnya yang tebal dan hitam ke bibir Sam yang ranum dan dikecup dengan dalam dan penuh nafsu.. Sam yang sudah terpancing birahinya pun larut dalam ciuman dan permainan lidah Mick yang dahsyat. Kuluman dan permainan lidah itu berlangsung cukup lama. Kemudian mulut Mick terus bermain disekitar dagu dan leher jenjang Sam, bibirnya yang tebal terus turun ke arah dadanya. Payudara Sam yang montok dan kencang membuat pria hitam itu tidak bosan-bosannya bermain di sana. Dengan lemah lembut Mick memilin payudara dengan lembut lalu lidahnya pun menjilat puting payudara yang bewarna coklat muda kemerahan itu. Mendapat rangsangan dan kecupan mulut dari Mick, membuat Sam seolah terbang ke awang-awang. Mick terus saja memilin payudara itu dan mengemutnya dengan mulut, sedangkan Sam hanya meronta manja dengan menghentakkan kakinya ke ranjang, sedang kedua tangannya meraih kepala Mick. Dengus dan rintihan manja keluar dari mulutnya yang mungil.
“Mmmmhhhh.......aaaahhh.........aaaahhh, kau begitu jago Mick.....aaaahhh....”
Beberapa saat kemudian Mick puas dengan area dada Sam dan kini mengalihkan wajahnya turun ke perut Sam yang rata dan tidak berlemak. Mulut dan lidahnya bermain di sana, bermain di sekitar pusar nya, membuat Sam mengelinjang geli.
“Jangan di situ Mick.......geli...,” rengek Sam manja.

Mendengar Sam tidak begitu menyukai apa yang dilakukannya di perut, wajah kasarnya kembali turun ke bawah, lalu berhenti di selangkangan Sam yang masih tertutup celana dalam bewarna senada dengan BH nya. Tanpa menunggu waktu yang lama, Mick melepaskan celana dalam itu, ia ingin sekali melihat isi dibalik celana dalam hitam itu. Jari-jemari hitam nya langsung meraih karet yang melingkari pinggul Sam,  menariknya turun secara perlahan hingga ke lutut, lalu meloloskannya melalui kedua kaki Sam yang jenjang. Kini Sam benar-benar telanjang bulat di hadapannya. Yang menempel di tubuhnya hanya dua buah kalung yang menghiasi lehernya. Mata Mick tertuju ke bagian selangkangan Sam. Matanya nanar memandang vagina yang tertutup bulu-bulu kemaluan berwarna pirang kegelapan. Sungguh merupakan pemandangan yang indah bagi Mick. Tanpa membuang waktu lebih lama, Mick kemudian memposisikan dirinya berada di antara kedua paha Sam, kepalanya turun kearah kelamin wanita cantik itu dan mendekatkan wajahnya pada liang kemaluan Sam. Tangan Mick bergerak menyentuh paha Sam dan mengelus - elusnya lembut. Sambil memejamkan mata, Sam membiarkan saja tangan hitam Mick bergerak nakal menyusuri pahanya yang putih mulus sampai ke pangkal paha. Sam membuka pahanya lebar lebar memperlihatkan keindahan kemaluannya.Jari-jari Mick yang hitam besar mulai bermain di situ.
“Eenggghh !” Sam mendesah tertahan ketika merasakan jari-jari mengelusi bibir vaginanya. Dia merapatkan paha menahan rasa geli, namun pemilik tangan itu, Mick malah semakin
gemas dibuatnya, dia makin gencar menggerakkan tangannya diantara jepitan kedua paha mulus itu. Jarinya kini mulai membelah bibir vaginanya dan menggosok-gosok dinding bagian dalamnya. Dua jari-jari Mick dengan liar mengelus serta keluar masuk liang vaginanya sehingga membuat daerah itu makin becek. Mick terus melakukan aktifitasnya berulang-ulang sehingga mebuat Sam tak tahan untuk mengeluarkan erangan tertahan terdengar dari mulutnya saat Mick mengerakkan jarinya keluar masuk liang vaginanya. Setelah beberapa saat, Mick menarik keluar dua jari yang memasuki vaginanya, lalu kedua kaki wanita itu dia naikkan ke bahunya dan wajahnya mendekati vaginanya. Mick pun menghirup aroma kewanitaan yang khas dan bersiap menjilatnya.
“Aaahh !” desah Sam sambil menggeliatkan tubuh begitu lidah Mick menyapu bibir vaginanya.
Lidah pria hitam itu yang bergerak liar pada vaginanya membuat wanita itu tak sanggup menahan desahannya . Mick makin membenamkan wajahnya pada kemaluan Sam yang bulunya cukup lebat. Lidah pria tua itu masuk semakin dalam menjelajahi vagina Sam, lidahnya menyeruak masuk serta melakukan gerakan berputar atau juga menyentil-nyentil klitorisnya. Sam benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa, tangannya sampai meremasi bed cover di bawahnya dan matanya merem-melek keenakan.

Tak lama kemudian Sam merasakan tubuhnya menggelinjang hebat, getaran nikmat itu berasal dari selangkangannya yang sedang dilahap pria hitam di bawah sana dan menjalar ke seluruh tubuh. Sam mengerang merasakan orgasme pertamanya akan segera tiba. Melihat reaksi itu, Mick semakin mempergencar jilatan dan hisapannya pada vagina wanita pirang itu. “Ooohh….yeah…yess…ooohh Gooddd…aahh…ahhh !” Sam mendesah tak karuan, permainan lidah Mick yang sempurna telah mengantarnya pada puncak kenikmatan.
Mick terus menjilat dan menghirup vagina Sam yang semakin basah oleh cairan kewanitaannya itu lalu menurunkan tubuh bawah wanita itu setelah puas menikmati cairan cintanya. Tubuh Sam terasa begitu lemas pasca orgasme barusan, permainan jari dan lidah yang dahsyat dari Mick membuatnya melayang. Mick kemudian kembali mencium dan memeluk tubuhnya. Tanpa menunggu waktu yang lama, Mick  ingin segera merasakan tubuh wanita di depannya. Ia ingin merayakan kemenangan yang ia dapatkan hari itu, kemenangan karena kembali memperoleh keperkasaannya, kembali menjadi seorang laki-laki sejati, itu semua berkat keyakinan wanita cantik di depan nya, Sam. Mick kemudian mengatur posisinya diantara selangkangan Sam, mengarahkan penisnya yang sudah kembali tegak perkasa ke arah vagina wanita cantik itu. Penis hitam yang panjang dan besar itu sudah siap untuk melakukan misinya. Digosok-gosokkannya kepala penisnya yang mirip jamur itu pada bibir vagina Sam, membuat wanita itu menggelinjang kegelian. Gairah Sam dengan cepat naik lagi, dia malah menggenggam penis hitam Mick yang besar dan menuntunnya pada liang senggamanya. Mick sendiri yang nafsunya sudah tinggi segera melesakkan penis itu, lalu mendorong dengan pelan-pelan. Ia ingin merasakan saat saat kehangatan celah itu, juga pergeseran dinding kelamin mereka bersama. Karena besar dan panjang, penis itu seolah menemukan liang buntu.
“Ough….. aduhhhh… Mick..!!! Pelannnn……..!!!!!!… grhhh…” Sam mengeluh sakit merasakan batang yang kokoh itu menerobos masuk, ia merasakan penis itu begitu besar, keras, dan mengganjal. Mick sadar benar bahwa apa yang dilakukannya saat ini amat menyiksa Sam. Mick pun lantas mendiamkan posisi penisnya yang mentok ke dasar rahim wanita cantik itu. Ia ingin mendiamkan posisi itu beberapa saat agar liang kemaluan Sam bisa beradaptasi dengan panjang dan ukuran penisnya. Ketika Sam sudah merasa nyaman dengan ukuran penisnya, Mick pun mulai menarik penisnya yang masih tertancap di vagina yang sempit itu, ia mulai memompa penis besarnya dengan gerakan perlahan. Gerakan maju mundurnya membuat sang terapis cantik itu mengigit bibir bawahnya sendiri, Sam dapat merasakan rasa perih di awal penetrasi tadi berangsur-angsur mulai sirna dan berubah menjadi rasa nikmat karena gesekan kulit daerah organ vital mereka berdua. Tangan hitam Mick tidak lupa untuk terus meremas-remas kedua payudara Sam yang bergoyang mengikuti irama sodokan pria hitam itu.

Hujaman-hujaman Mick bervariasi, kadang kasar, kadang lembut, belum lagi sentuhan-sentuhan tangannya yang memberikan belaian-belaian nikmat pada bagian tubuh lainnya. Mick lalu menindih tubuh Sam itu sehingga dapat menyetubuhinya sambil menciumi bibir dan lehernya. Dalam waktu hamper dua puluh menitan, Sam sudah merasa akan klimaks lagi. Tubuhnya mengejang, tangannya memeluk erat tubuh besar hitam di atasnya, mulutnya kembali mengeluarkan desahan panjang.
“Ooooohhh………aaaaaccchhhhhh……”, desah Sam menyambut klimaks yang akan datang,
sedangkan Mick terus menusuk-nusukkan penisnya pada vagina lawan mainnya yang sudah semakin becek sehingga terdengar suara decak cairan setiap kemaluan mereka bertemu, intensitas penetrasinya menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Sam mengerang-ngerang nikmat sambil sesekali menciumi pria hitam itu merasakan kewanitaannya seperti diaduk-aduk oleh batang yang keras. Tubuh Sam semakin basah oleh keringat, ia semakin tak sanggup menahan sensasi nikmat yang melanda tubuhnya sedemikian hebat. Tangannya memeluk dengan erat tubuh hitam di atasnya, tubuhnya melengkung. Akhirnya tubuhnya mengejang dahsyat selama beberapa saat hingga akhirnya terkulai lemas di bawah tindihan tubuh hitam besar milik Mick.
“Sedikit…..lagi…..Sam……..”,  bisik MicK sambil mempercepat tusukannya. “Uuuuhhhh..aarrrgghhh……..”, Mick pun mencapai puncaknya. Semprotan demi semprotan air mani mengalir deras di dalam vagina Sam, bercampur dengan cairan cinta yang memancar dari dalam, membuktikan penyatuan kedua tubuh insan berlainan jenis ini.
“Mmhhh…eemm….ookkhh!!” erang Sam,“Yess…sssh…aku menyukainya, mmhhhh !” demikian desisnya dengan nafas memburu.
Demikian pula Mick yang berada di atasnya mencapai ejakulasi pertamanya bersama seorang wanita setelah sekian lama, dia kembali dapat menikmati kenikmatan tersebut. Desah nafas kelelahan berpacu dari mulut Sam dan Mick yang masih berpelukan dalam ke telanjangan, keringat deras membanjir di seluruh tubuh mereka, dengan kemaluan Mick yang masih bertahan di dalam liang vagina Sam. Untuk beberapa saat lamanya, mereka berdua hanya terdiam, membiarkan waktu berlalu dan mencoba memperoleh kembali nafas mereka yang kembang kempis. Sam memejamkan mata menghayati orgasmenya hingga gelombang itu berangsur-angsur reda. Ia lalu membuka matanya dan melihat wajah Mick di atasnya. Pria itu tersenyum dan membelai rambut pirangnya lalu menciumnya lembut sekali.
“Kamu benar-benar membuktikan perkataan mu, Mick, kau memang hebat di ranjang”, puji Sam kepada Mick dengan nafas yang masih sedikit terengah-engah.
“Terima kasih Sam……untuk mengembalikan diriku yang seutuhnya”, jawab Mick, lalu ia kembali mencium Sam. Malam itu mereka menghabiskan malam bersama, dengan kembali bercinta hingga beberapa kali dengan berbagai gaya berbeda yang memungkinkan bagi mereka berdua. Sam pun kembali menikmati kepuasan berkali-kali malam itu, begitu pula Mick.

######################
Keesokan Harinya di Naval Physical Therapy…..

Sam agak kesiangan tiba di tempat kerjanya hari itu, kemudian dia mencari kliennya yang tak lain tak bukan Let. Kol. Mick Canales.
“Ada yang melihat bapak Canales…?” tanya Sam kepada salah satu therapis yang lewat di dekatnya.
“Dia sudah datang menunggumu dari pagi tadi Sam, sekarang dia sedang di ruangan simulasi,” jawab therapis itu.
“Apa yang kau lakukan padanya Sam? Canales seperti orang yang berbeda dibanding Canales yang kemarin. Kemarin dia seperti seorang yang frustasi dan menyerah, belum lagi sifat pemarahnya, tidak ada therapis yang sanggup menghadapinya, tapi BOOM, kau mengubahnya dalam waktu semalam,” therapis itu melanjutkan. Sam hanya tersenyum
“Apa rahasia nya Sam?” tanya therapis itu lagi.
“Rahasia….,” jawabnya singkat Sam sambil meninggalkan therapis tersebut.

Tamat
By: Mike Deng

Predator Sekolah 5: Crazy Party

Ruang kepala sekolah

Pak Risman Kusbiantoro
Lima orang siswa yakni Aldo, Noval, Firman, Reska dan Rizal tengah duduk di sofa. Mereka datang atas undangan pak Risman tempo hari kepada Aldo, ketika dirinya ketahuan melakukan persetubuhan dengan bu Indah di ruang konseling sekolah tersebut. Di depan mereka pak Risman yang didampingi bu Ernita dan bu Indah yang mengapitnya duduk di atas sofa bak seorang raja. Lalu pak Risman menjelaskan pada ke lima anak tersebut rencana yang telah ia siapkan.
Ia ingin meningkatkan prestasi ke lima murid bengal itu, ia tak mau murid-muridnya hanya memikirkan selangkangan para guru wanitanya saja. Untuk itu pak Risman mengadakan jam tambahan belajar untuk siswa-siswa bengal tersebut. Mereka akan di bimbing oleh guru-guru cantik hasil penaklukan pak Risman, dan untuk mendongkrak semangat mereka dalam belajar, pak Risman memperbolehkan anak-anak bengal tersebut menyetubuhi guru-guru mereka itu, tetapi dengan catatan setelah mereka selesai belajar.
"Gimana menurut kalian..." tanya pak Risman kepada kelima muridnya yang dijawab setuju oleh mereka berlima.
"Bagus...dan kalau kalian berhasil meningkatkan prestasi belajar kalian...bapak kasih kalian bonus..." Lanjut pak Risman.
"Bonusnya apa pak...?" tanya Firman penasaran.
"Bapak akan adain pesta buat kalian..." jawab pak Risman yang tentu saja membuat kelima anak laki-laki itu bersorak.
"Baik anak-anak...ini sebagai hadiah untuk kalian karena telah mau meluangkan waktu untuk pelajaran tambahan..." ucap pak Risman sambil menepuk bahu kedua guru cantik yang mengapitnya memberi mereka kode.
Bu Indah dan bu Ernita mengerti apa yang dimaksud kepala sekolah kita yang mesum ini, mereka berdua lalu menghampiri para murid itu yang nampak terpesona dengan lenggak-lenggok kedua guru cantik tersebut.
"Pak...saya juga punya hadiah buat bapak..." ucap Rizal kepada pak Risman.
"Oh apa itu..." tanya pak Risman penasaran.
"Silahkan liat sendiri pak.." ucap Reska sambil menunjuk ke arah pintu ruangan itu.
Pak Risman yang penasaran beranjak dari duduknya menuju pintu ruangan tersebut, dan ketika ia membuka pintu. Hatinya berdegup kencang, senyum menjijikan mulai mengembang. Di depannya berdiri seorang gadis cantik berkulit putih yang masih memakai pakaian seragam SMA. Rok abu-abunya yang menggantung ketat di atas lutut menyuguhkan pemandangan yang menggiurkan.
"Oooh...selamat datang nak...namanya siapa..." ucap pak Risman sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan gadis yang menunduk malu di depannya.
"Tt..ttifany pak.." jawab gadis itu terbata-bata.
"Pak Risman...selamat menikmati pak..." ucap ketujuh orang yang tengah berada di dalam ruangan kepala sekolah itu serempak...

######################
Tanpa terasa beberapa bulan telah berlalu. Bu Ernita, bu Astri, bu Linda dan bu Indah semakin terhanyut dan menikmati perannya sebagai seorang guru sekaligus pemuas nafsu para pejantan di sekolah itu. Berkat arahan dari pak Risman, skandal yang mereka lakukan tidak pernah tercium oleh siapapun. Semua permasalahan bisa mereka selesaikan menggunakan jalan diplomasi yang diakhiri dengan memacu birahi. Program pak Risman pun berjalan baik dengan hasil yang sangat memuaskan. Kelima murid yang dikenal bengal yaitu Aldo, Firman, Noval, Reska dan Rizal menunjukan grafik yang terus naik dalam pelajaran sekolahnya. Kini mereka selalu nampak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Kegiatan membolos yang dulu menjadi imej yang melekat pada kelima siswa tersebut sudah hilang. Belajar kini merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi mereka berlima. Dimana setiap mereka berhasil menangkap materi baru dalam suatu pelajaran, vagina, anus dan payudara dari guru-guru mereka yang cantik sudah menunggu sebagai imbalan.

Tiffany
Tak jarang ketika memberikan pelajaran tambahan, mereka menyuruh guru-guru cantik itu bertelanjang. Sungguh sekolah idaman anak-anak jaman sekarang. Hari ini adalah hari kenaikan kelas bagi siswa-siswi kelas 1 dan 2 di sekolah tersebut. Kelima murid kesayangan para guru cantik sangat senang mendengar hasil belajar mereka memuaskan. Setelah acara pembagian rapor, mereka bersama-sama menuju ruang kepala sekolah, mereka bermaksud menagih janji pak Risman yang akan memberikan mereka hadiah jika bisa meningkatkan prestasi mereka dalam belajar. Sementara itu di ruang kepala sekolah, pak Risman tengah menikmati goyangan erotis salah satu siswi cantik di sekolah tersebut. Siapa lagi kalau bukan Tifany, seorang siswi cantik korban perkosaan Reska, Rizal dan mang Yono, yang diperkosa karena memergoki bu Indah tengah melakukan pesta seks di gudang sekolah dengan ketiga orang pemerkosanya. Tifany yang awalnya dipaksa oleh Rizal dan kawan-kawannya untuk melakukan persetubuhan, kini malah menikmati dirinya dijadikan gundik pak Risman.
"Hoooohhh...Fany keluar pakhhh...ohhh" ucap gadis itu yang kini tengah bergoyang diatas tubuh pak Risman yang duduk di sofa ruangan kebanggaannya dalam keadaan telanjang.
Batang kemaluan pak Risman yang menancap ketat di vagina Tifany ikut berkontraksi.
"Aaahhh...bapak juga udah gak kuat...ayo sayang cepet hisap kontol bapak..." ucap pak Risman ketika merasakan dirinya akan segera berejakulasi.
Tifany segera turun dari pangkuan pak Risman, gadis itu lalu bersimpuh di depan selangkangan kepala sekolahnya. Ketika ia hendak memasukan batang pak Risman ke dalam mulutnya, batang kemaluan pak Risman malah memuntahkan spermanya yang tentu saja mengenai wajah gadis muda tersebut.
"Maaf ya fan bapak gak kuat nahannya.." ujar pak Risman sambil mengelus-elus rambut Tifany.
"Oh gak apa-apa ko pak..Fany suka ko disiram mani bapak..." jawab gadis itu sambil tersenyum polos dengan sperma memenuhi wajahnya.

Ketika keduanya telah selesai berpakaian, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Pak Risman lalu membuka pintu itu. Di luar ruangan itu nampak 5 anak laki-laki yang masih berseragam putih abu-abu menyapa pak Risman.
"Eh kalian...ayo mari masuk" ucap pak Risman mempersilahkan mereka masuk ke ruangannya.
"Wuih...ada Tifany...abis enjot-enjotan ya Fan" ucap Aldo melihat gadis seumurannya tengah duduk di sofa ruangan tersebut.
Tifany hanya memeletkan lidahnya dan tersenyum mendengar pertanyaan Aldo.
"Wah pak...maaf ni kita jadi ganggu" ucap Firman kepada pak Risman.
"Alahhh...santai aja...baru selesai ko" jawab pak Risman sambil mempersilahkan duduk kepada kelima orang muridnya tersebut.
"Ngomong-ngomong ada apa ni kalian datang kesini" tanya pak Risman memulai pembicaraan.
"Ah cuma mau nanyain hadiah yang mau bapak kasih sama kita...itu loh janji bapak yang dulu...masih inget kan pak" ucap Rizal mewakili teman-temannya.
"Oh itu..tentu saja saya masih ingat...malah saya sama guru kalian udah nyiapin hadiahnya" jawab pak Risman yang membuat kelima murid laki-laki itu terlihat antusias.
"Kapan itu pak" tanya Reska bersemangat.
"Gini aja...besok jam delapan bapak tunggu kalian di ruang serbaguna.." jawab pak Risman.

########################
Pagi hari pukul 06.00.

Bu Indah
Bu Indah tengah menyiapkan sarapan untuk suami yang baru dinikahinya beberapa bulan yang lalu. Nampak sekali wajah cantiknya yang sumringah pagi itu. Ketika sedang asik mengaduk nasi goreng kesukaan suaminya, tiba-tiba ada tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang.
"Hmmm...wangi bener sayang...udah mandi ya" tanya orang yang memeluknya, yang tak lain adalah suaminya.
"Eh mas udah bangun...iya udah mandi, kan mesti ke sekolah mas" jawab bu Indah, sambil terus mengaduk masakannya.
"Loh...ko ke sekolah? Bukannya hari ini kamu libur.." tanya sang suami sambil mengernyitkan dahinya keherannan.
"Oh...itu mas masih ada rapat buat akreditasi...jadi masih harus ke sekolah..." ucap bu Indah mencari alasan. "Mas cepet mandi gih...nanti telat loh ke kantornya" lanjut bu Indah.
Satu jam kemudian akhirnya pasangan suami istri tersebut keluar dari pekarangan rumahnya.
"Aku berangkat ya sayang...yakin gak mau bareng" tanya suami bu Indah sambil mengecup mesra kening istrinya.
"Ah engga usah mas...aku bareng bu Astri aja...bentar lagi dia kesini...mas hati-hati ya" jawab bu Indah.
Tepat sebelum menaiki mobilnya, suami bu Indah berpapasan dengan bu Astri teman Istrinya sesama pengajar. Otaknya langsung berpikiran mesum ketika melihat body aduhai guru cantik tersebut.
"Waduuuh...semoknya wanita ini, gak kalah sama istriku...hmmm" pikir laki-laki itu ketika melihat langkah gemulai bu Astri di depannya.
"Pagi mas Hadi...mau ngantor ya" bu Astri menyapa suami rekan kerjanya itu yang sedang memelototi tubuhnya.
"Iya ni bu...yu duluan takut telat nih" jawab laki-laki tersebut.
"Oh iya mas...hati-hati ya" ucap bu Astri seraya melambaikan tangan serta memberi kedipan dan kecupan genit menggoda suami teman kerjanya tersebut, yang tentu saja membuat sesak nafas laki-laki itu.

########################
Pukul 7.30.

Di suatu sekolah menengah atas, nampak suasana pagi itu sangat sepi. Berbeda dengan hari-hari biasa, dimana jam-jam segini sekolah pasti sedang ramai-ramainya. Hari itu memang hari pertama liburan sekolah. Namun di salah satu bangunan di sekolah tersebut dua orang laki-laki nampak sibuk menyiapkan sesuatu.
"Gimana mang, udah beres kan semuanya?" Tanya seorang laki-laki buncit kepada seseorang yang tengah sibuk mengatur meja-meja dan kursi di ruangan tersebut.
"Okeh pak beres...tinggal di check nih...silahkan" jawab orang yang tengah mengatur kursi tersebut sambil mengacungkan jempolnya.
Lalu si laki-laki buncit itu berkeliling di dalam ruangan tersebut, ia nampak puas dengan hasil pekerjaan bawahannya. Ruangan itu telah di setting sedemikian rupa. Hanya dalam waktu satu malam, mang Yono mengubah ruang serbaguna tersebut menjadi sebuah club malam, lengkap dengan lampu-lampu khas, dan peredam suara.
"Wahhh...mang Yono emang hebat...salut saya" puji laki-laki buncit itu yang tak lain adalah pak Risman si kepala sekolah mesum jagoan kita, memuji hasil kerja bawahannya yang tak lain dan tak bukan adalah mang Yono si penjaga sekolah yang beruntung.
"Ahhhh ini juga kan yang punya idenya pak Risman" jawab mang Yono merendah. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak menjijikan layaknya para penjahat di film-film india. Tepat pukul 08.00 semua orang yang terlibat dalam rencana pak Risman sudah berkumpul dan duduk di atas kursi yang telah disiapkan di ruang tersebut. Mereka adalah Aldo, Noval, Reska, Firman dan Rizal. Kelimanya merupakan siswa-siswa yang dijanjikan pak Risman akan mendapatkan hadiah hari ini. Tak ketinggalan juga mang Yono dan pak Risman sendiri sebagai otak dari acara ini. Sementara para guru-guru cantik tengah bersiap-siap di belakang panggung mematut dirinya secantik mungkin dengan perasaan berdebar-debar.
"Ehm...gimana anak-anak...udah siap untuk hadiah kalian" tanya pak Risman pada kelima murid tersebut yang nampak tak sabar menunggu hadiah yang dimaksud oleh kepala sekolahnya.
Kelimanya hanya bisa mengangguk mendengar pertanyaan pak Risman. Lalu pak Risman naik keatas panggung, layaknya acara resmi dia memberi pidato sambutan kepada lima muridnya.
"Baiklah...inilah hadiah untuk kalian" ucap pak Risman mengakhiri pidatonya.
Lampu utama dimatikan bersamaan dengan ucapan terakhir pak Risman. Sejenak suasana ruangan menjadi gelap gulita. Suara musik mulai menghentak diikuti cahaya lampu sorot yang menyala kearah panggung. Semua orang yang berada dalam ruangan tersebut nampak terhanyut dalam suasana.

Beberapa detik kemudian muncul satu sosok perempuan cantik berkacamata dengan pakaian abu-abu khas seorang guru. Namun pakaian itu tidak bisa menutupi tubuh sexynya. Wanita itu muncul dari belakang panggung sambil meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama musik yang menghentak. Dia terus bergoyang kearah depan panggung dimana 7 orang laki-laki tengah menelan ludah menyaksikan tarian erotisnya. Sesampainya di depan panggung, wanita itu membalikan tubuhnya membelakangi orang-orang yang tengah menontonnya bergoyang. Lalu, sambil menolehkan muka dan menggigit bibir bawahnya, wanita itu menggoyangkan pinggulnya menggoda para lelaki yang menyaksikannya.
"Bu Ernita..." ucap Firman pelan ketika merasakan batangnya menegang terangsang dengan apa yang ia saksikan.
Selang 3 menit musikpun berganti. Bu Ernita pun mundur. Lalu munculah sosok wanita lain dari belakang panggung. Kali ini yang muncul adalah bu Indah. Sama halnya dengan bu Ernita, bu Indah pun menunjukan kebolehannya menari demi membangkitkan birahi para lelaki di ruangan itu. Tatapan mata binal mengiringi goyangan pinggulnya yang bulat. Membuat kelima muridnya tak tahan untuk mengelus-elus batang kemaluannya masing-masing. Seperti sebelumnya, ketika musik berganti sosok wanita lain pun muncul. Kali ini bu Linda yang semok bergoyang di depan panggung memperlihatkan keahliannya menggoda laki-laki dengan wajah binal dan senyuman mesum khasnya. Musikpun kembali berganti. Kini giliran terakhir bu Astri yang muncul ke atas panggung. Ia berlenggak-lenggok bak peragawati ke depan panggung. Sesampainya disana ia pun mulai bergoyang tak kalah binal dengan ketiga rekannya, membuat orang-orang yang tengah menyaksikannya bergoyang bertepuk tangan. Setelah keempat guru wanita itu mendapat giliran untuk menunjukan kebolehannya meliukan badan mengikuti alunan musik, suasana makin memanas. Satu persatu mereka menanggalkan semua pakaian yang melekat pada tubuh-tubuh molek yang menggiurkan itu. Dengan senyuman-senyuman menggoda, keempat guru cantik itu nampak pasrah mempertontonkan tubuh-tubuh ranum mereka. Dan yang tak kalah mencengangkan adalah ketika keempat guru cantik tersebut melakukan hubungan sesama jenis di atas panggung. Bu Astri yang nampak gemas menggumuli bu Indah yang ditindihnya, memperlihatkan dua pasang payudara ranum yang saling berhimpitan diiringi desahan-desahan penuh birahi dari keduanya disela-sela pagutan panasnya. Sementara itu bu Ernita dan bu Linda tak mau kalah. Terlihat mereka saling menggesekan vaginanya dengan diiringi racauan dan kata-kata jorok khas keduanya.
Musikpun telah berhenti, lampu ruangan itupun kembali menyala. Terlihat di atas panggung empat tubuh telanjang wanita-wanita cantik tengah terengah-engah. Mereka baru saja melewati orgasme masing-masing, hasil dari persetubuhan sesama jenisnya dengan pasangan masing-masing.
Kembali suara tepuk tangan dari ketujuh laki-laki itu terdengar menggema diruangan tersebut. Sementara senyum dari keempat wanita cantik itu terlihat mengembang dari bibir-bibir ranum mereka, seolah mereka bangga telah berhasil memberikan pertunjukan spektakuler kelas dunia.
Bu Linda
"Okey ibu-ibu...sudah cukup istirahatnya...sekarang saatnya menu utama" ucap pak Risman sambil berdiri memberi komando.
Satu persatu para guru wanita itu bangkit. Dimulai oleh bu Indah yang mengajak Noval dan Firman ke sudut ruangan, dimana sebelumnya mang Yono sudah mempersiapkan matras yang empuk disana. Bu Indah lalu menyuruh kedua muridnya bertelanjang. Terlihatlah olehnya batang-batang muda yang telah mengacung tegak. Ia lalu berlutut di depan kedua muridnya, kemudian secara bergantian memberikan service oral terhadap kedua batang kemaluan milik muridnya tersebut yang hanya bisa melenguh menikmati service dari bibir gurunya.
"Udah siap buat muasin ibu" tanya bu Indah dibawah todongan dua penis muridnya, diiringi jilatan di kedua ujung penis milik muridnya.
Sementara itu bersamaan dengan bu Indah yang menggiring Noval dan Firman ke sudut ruangan, bu Astri pun bangkit berdiri. Dengan langkah gemulai ia menghampiri mang Yono yang hanya bisa menelan ludah melihat lenggak-lenggok pinggul guru yang satu ini. Bu Astri lalu menggandeng tangan mang Yono, mengajaknya menghampiri tiga orang murid yang tersisa. Sambil tangan kiri memegang pergelangan tangan mang Yono, bu Astri berdiri telanjang di depan ketiga muridnya. Ia menempelkan jari telunjuk tangan kanan didagunya, dengan mimik wajah polos seolah-olah tengah menimang-nimang siapa yang akan dipilihnya. Beberapa detik kemudian ia tersenyum, lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Rizal.
"Ayo sayang...gunakan kontol besarmu...buat ibu puas ya" ucap bu Astri dengan senyuman menggoda.
Bu Astri lalu menyuruh kedua orang yang ia pilih bertelanjang. Ia sendiri duduk mengangkang di atas kursi memperlihatkan belahan vagina yang dihiasi bulu hitam yang dicukur rapih.
"Ayo Rizal jilati dulu memek ibu" ucap bu Astri yang tanpa perlu diulang langsung dituruti oleh Rizal muridnya.
Sementara mang Yono menyodorkan batang kemaluan besarnya di depan mulut guru cantik tersebut yang langsung dengan lincah memberikan service oralnya. Aldo dan Reska hanya bisa melongo melihat bu Astri lebih memilih Rizal. Namun mereka kaget ketika tengah melihat bu Astri, mang Yono dan Rizal memulai persetubuhan, sebuah suara bernada galak memanggilnya.
"Hey...Aldo...Reska...sini kalian...sumpal memek ibu sama kontol kalian" ucap bu Linda memanggil kedua muridnya yang sedang bengong menonton temannya menggauli gurunya.
Aldo dan Reska yang melihat gurunya itu menjentikan jari memanggilnya lantas tersenyum senang. Mereka berdua menghampiri bu Linda yang tengah duduk menumpangkan kakinya di pinggir panggung.
"Heh...gimana mau ngentotin ibu kalau kalian gak telanjang" tanya bu Linda ketika Aldo dan Reska sudah berada di depannya.
Dengan terburu-buru kedua anak laki-laki itu melucuti pakaiannya. Lalu secara bersamaan menerkam guru yang terus menggodanya tersebut. Reska sibuk menciumi bibir bu Linda yang terbaring di atas panggung sambil tangan kanannya dengan gemas meremas bergantian payudara besar gurunya tersebut. Sedangkan Aldo yang berdiri di pinggir panggung mengangkat dan merenggangkan kedua paha bu Linda, sehingga lubang vagina dan lubang anusnya nampak menganga. Lalu tanpa buang waktu, Aldo menjilati lubang anus dan lubang vagina bu Linda bergantian, membuat bu Linda semakin bergairah dan melayani dengan buas setiap lumatan bibir Reska yang menggumulinya.

Sementara itu pak Risman terlihat sangat senang ketika melihat guru-guru cantik bawahannya tersebut bertingkah seperti apa yang dikehendakinya. Semua rencananya berjalan lancar. Niatnya untuk menikmati tubuh-tubuh sexy bawahannya telah tercapai, dan rencana untuk meningkatkan prestasi siswa-siswi di sekolah yang ia pimpin pun berhasil. Dengan menggunakan sex semua lancar pikirnya.
"Kayaknya...kalau saya terapkan system ini kepada setiap murid...mungkin murid-murid di sekolah ini bisa pinter semua" terbersit sebuah ide gila dari kepala sekolah mesum ini.
Namun khayalannya buyar ketika seseorang duduk dipangkuannya.
Pak Risman lalu mendongakan kepalanya. Terlihat lah wajah cantik dengan mata bulat, hidung mancung dan bibir tipis tengah tersenyum kepadanya. Rambut pendek ala Fenita Arie semakin menambah pesona kecantikan wanita yang kini tengah menggesekan vaginanya di atas pangkuan pak Risman yang masih berpakaian lengkap.
"Oh...bu Ernita..." Ucap pak Risman mengagumi kecantikan wanita itu.
Sambil tangan kirinya memegang pinggang bu Ernita, dan tangan kanan yang mengelus dan meremas gemas payudara wanita tersebut. Lalu mereka berpagutan, saling melumat bibir, bertukar air liur dengan panas.
"Oh pak...saya adalah orang pertama yang dijadikan pelacur sama bapak...jadi... buat saya memuja kontol bapak selamanya..." ucap bu Ernita penuh birahi dengan kedua tangan memegang kepala pak Risman, lalu ia kembali melumat bibir kepala sekolah tersebut.
Bu Ernita segera melucuti pakaian pak Risman. Lalu ia berlutut di depan batang kemaluan favoritnya itu. Sejenak ia resapi keras, panjang dan besarnya batang kemaluan pak Risman dengan menggunakan genggaman tangannya. Lalu ia memberikan oral sex terbaiknya untuk memanjakan batang kejantanan kepala sekolah tersebut. Desahan, erang kenikmatan, jeritan bahkan teriakan bergema di ruangan tersebut. Di atas matras di sudut ruangan terlihat bu Indah sedang di doggy style oleh Noval dengan mulut tersumpal batang kemaluan Firman. Sedangkan keadaan bu Astri sungguh mengenaskan. Si guru bahenol itu hanya bisa membuka mulutnya tanpa bisa mengeluarkan suara, dengan mata terbalik hanya memperlihatkan putihnya saja, ketika merasakan nikmatnya dua batang kemaluan berukuran jumbo menggenjot lubang vagina dan anusnya. Dimana saat itu mang Yono menyumpal vaginanya dan Rizal menjejalkan batang kemaluan besarnya di anusnya. Sementara di atas panggung bu Linda berteriak memohon ampun ketika dua muridnya yakni Aldo dan Reska menjejalkan secara bersamaan batang kejantanan pannjang keduanya kedalam lubang vagina gurunya. Tangn bu Linda nampak mencengkram bahu Reska yang berada di bawahnya ketika merasakan Aldo ikut memenuhi rongga vaginanya dari belakang. Sedangkan bu Ernita kini tengah terengah-engah dipangkuan pak Risman. Kepalanya ia sandarkan di bahu pak Risman, sambil memeluk tubuh gempal kepala sekolahnya bu Ernita terus menaik turunkan tubuhnya menggenjot batang kemaluan pak Risman yang menyumpal vaginanya. Kegiatan itu terus berlangsung. Entah berapa banyak guru-guru cantik itu mendapatkan orgasme, dan entah berapa kali juga para pejantan itu mengeluarkan sperma. Mereka terus berganti pasangan. Mulut, vagina, dan lubang anus para guru cantik itu pun tak luput dari sperma yang dibuang para pejantan di ruangan itu. Hingga pukul 13.15 persetubuhan itu berakhir. Keempat guru cantik itu tergeletak tak beraturan di atas panggung. Dari mulut, vagina dan anus mereka meleleh sperma. Sedangkan para pejantan terlihat duduk kelelahan diatas kursi di dalam ruangan tersebut. Lalu kelima murid bengal itu dengan serempak berkata, "TERIMAKASIH PAK RISMAN"

-----------------------
Jam menunjukan pukul 16.35 ketika pak Risman sampai di rumahnya. Wajahnya nampak berseri-seri walaupun badannya terasa sangat letih kala itu. Di dalam pikirannya masih terbayang kebinalan keempat guru cantik bawahannya memberikan kepuasan birahi bagi keempat muridnya dalam pesta yang ia adakan. Cuaca hari itu memang sedang tidak bersahabat. Dimana hujan turun sangat deras, sehingga ketika pak Risman memasukan mobil kedalam halaman rumahnya, tak satupun orang yang keluar dari rumah itu.
"Hmmm...pada kemana orang-orang ini" gumam pak Risman sambil berjalan menuju teras rumahnya.
"Clek...clek" suara pintu yang coba dibuka pak Risman. "Sial...pake dikunci segala" kembali pak Risman bergumam, kali ini agak kesal hatinya.
Lalu pak Risman berjalan menuju pintu samping rumahnya, berharap pintu itu tidak terkunci. Ia sudah sangat ingin merebahkan tubuh buncitnya yang kini terasa sangat letih setelah berpesta dengan kelima muridnya menikmati tubuh-tubuh ranum guru-guru cantik bawahannya. Namun ketika melewati jendela di samping rumahnya, sayup-sayup telinga pak Risman menangkap suara desahan dan erangan wanita. Pak Risman yang sudah sangat pengalaman tahu betul jika suara itu adalah suara desah wanita yang sedang disetubuhi. Terlihat pak Risman mengendap-endap mencoba mencari tahu siapa orang yang berani-beraninya melakukan persetubuhan di rumah miliknya. Pak Risman mencoba mengintip dari celah jendela kamar itu yang kebetulan terbuka. Mata pak Risman melotot tak berkedip, ia sungguh kaget dengan apa yang dilihat matanya dari celah jendela kamar tamu rumahnya tersebut. Saat itu nampak Yunitha istrinya yang cantik tengah berada di atas tubuh mang Udin tukang kebun sekaligus supir pribadi istrinya. Yunitha yang saat itu sudah polos tak memakai sehelai benangpun ditubuhnya sedang bergoyang di atas tubuh mang Udin. Ia sangat menikmati batang kemaluan supir pribadinya tersebut yang menyumpal lubang vaginanya. Pinggul Yunitha yang membulat padat tampak menggilas selangkangan mang Udin yang kini nampak pasrah di bawah tindihan majikannya.
"Ohhh...ampun nyah...kontol mamang kaya berasa dipelintir.." ungkap mang Udin ketika merasakan majikannya menggoyang pantat semoknya.
"Hmmm...iyahhh...tapi bukannya mamang sukkah.." jawab istri pak Risman tersebut yang kini makin memperhebat goyangannya.
Selang beberapa menit Yunitha merebahkan tubuhnya memeluk tubuh pembantu sekaligus supir pribadinya tersebut. Nafasnya semakin tak beraturan, pinggulnya semakin menghentak mencoba mempercepat keluar masuknya batang kemaluan mang Udin di vaginanya, bibirnya yang ranum sibuk memagut bibir hitam mang Udin yang kini tampak kewalahan dengan kebinalan istri pak Risman ini.
"Oh...manghh...kel..lu..aaarrrhhh" bibir Yunitha meracau ketika vaginanya berkedut memancarkan cairan orgasme yang ia dapat dari batang kemaluan pembantunya.
Begitu pula dengan mang Udin yang tak kuasa menahan nikmatnya jepitan vagina bu Yunitha majikannya. Beberapa semprotan sperma dari batang kejantanan mang Udin menyemprot di dalam vagina Yunitha. Mereka tampak puas dan tidak menyadari kegiatannya tengah diintip oleh sang mpunya rumah yang kini melotot penuh amarah. Pak Risman menonton kebinalan istrinya bergumul dengan pembantunya dengan mata kepalanya sendiri. Hampir saja pak Risman melabrak kedua pasangan tersebut, namun logikanya bekerja cepat. Emosi tak menyelesaikan masalah menurutnya.
Lalu tampak senyum mesum khas dari si kepala sekolah itu tersungging di bibirnya. Ada sebuah ide yang tengah dipikirkannya.

####
Sementara itu, sepeninggal pak Risman dan 3 guru wanita yang lain bu Indah masih melanjutkan pestanya. Rupanya guru cantik dengan pantat membulat ini sangat menyukai tubuhnya dikeroyok laki-laki. Ketika bu Astri berpamitan terlihat bu Indah tengah menikmati genjotan mang Yono terhadap vaginanya, Aldo di anusnya dan Rizal juga Firman yang mendapat sevice oral guru cantik tersebut. Sementara Noval dan Reska, mereka entah kemana membawa bu Ernita untuk mereka nikmati berdua.
Bu Astri hanya bisa tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan rekan kerjanya yang nampak menikmati dijadikan budak seks oleh murid-muridnya. Langkah bu Astri di koridor sekolah tersebut terhenti. Ia melihat sosok seorang laki-laki yang berjalan ke arahnya.
"Mas Hadi..." Ucap bu Astri yang melihat sosok laki-laki yang datang menghampiri dirinya yang tak lain adalah suami bu Indah sahabatnya.
"Eh bu Astri...indah mana bu" tanya laki-laki itu dengan senyum ramah kepada wanita sintal yang tadi pagi menggodanya.
Cukup kaget juga bu Astri mendapat pertanyaan dari suami bu Indah yang ia ketahui kini sedang ber-ah-eh-oh bersama keempat pejantannya.
"Eh itu anu...bu Indah masih di ruang guru...dia masih beres-beres berkas hasil rapat" jawabnya gelagapan.
"Oh gitu ya...hp-nya gak aktif...mana hujan...saya khawatir...jadi jemput deh kemari" mas Hadi menjelaskan maksudnya datang ke sekolah tersebut kepada bu Astri, dengan mata terus memelototi tubuh wanita di depannya seakan menelanjanginya.
"Huhhh...dasar laki-laki...udah punya istri cantik juga masih jelalatan" pikir bu Astri yang mengetahui pandangan mesum suami bu Indah itu.
"Ohhh...iya tadi dia bilang Hp-nya mati..." jawab bu Astri.
Ia coba merenung sebentar, "kalau mas Hadi dibiarkan menemui bu Indah istrinya pasti skandal ini terbongkar" pikir bu Astri. Lalu sebuah senyuman muncul di bibir wanita itu.
"Mas...nunggu bu Indahnya sambil temenin saya mau gak" tanya bu Astri dengan suara mendesah menggoda.
Lalu bu Astri berjalan menuju salah satu pintu ruangan kelas. Lenggak-lenggok tubuh sintal bu Astri terang saja membuat mas Hadi suami bu Indah itu menelan ludah. Di depan pintu ruangan kelas bu Astri berhenti. Ia menoleh kepada mas Hadi, lidahnya terjulur menjilati bibir tipisnya sendiri menggoda laki-laki itu. Lalu bu Astri dengan desahan menggoda meremas-remas payudaranya sendiri dan berkata, "masss...hujan-hujan gini...enaknya nyusu lohhh..."

Bu Astri
Hujan masih terdengar deras mengguyur tanah yang kian basah sore itu, ketika di salah satu ruang kelas dua insan sedang berpacu menuntaskan birahi.
"Ahhhh...ouh...iyahhh.." suara bu Astri yang saat itu sedang menungging sambil berdiri. Kedua tangannya memegang meja dengan erat, bajunya masih melekat di tubuhnya, hanya saja celana beserta celana dalamnya telah melorot sampai mata kaki. Dibelakangnya mas Hadi yang merupakan suami bu Indah tengah bernafsu mengeluar masukan senjatanya di vagina legit bu Astri. Sambil menggenjot, tangannya terus meremasi pantat kenyal bu Astri yang dengan lihai mengimbangi genjotan mas hadi dengan goyangannya.
"Oh...bu Astri...kamu binal sekalih...sudah lama saya pengen kayak gini" racau mas Hadi sambil terengah-engah.
"Ohhh...iyah masss...masss hadi suka yang binal ya..." Bu Astri menjawab racauan suami teman kerjanya itu sambil terus memutar pantatnya menggilas batang kemaluan mas Hadi yang bersarang di vaginanya.
Namun suami bu Indah itu memang hanya besar nafsunya saja. Ia tak mempunyai stamina yang cukup untuk menandingi kebinalan bu Astri.
"Ahhh...bu...saya keluar...ahhh nikmaaattt" ucapnya ketika kemaluannya menyembur di dalam lorong vagina bu Astri.
"Uh dasar loyo...baru digoyang dikit aja udah muncrat" ucap bu Astri dalam hati ketika merasakan semburan sperma mas Hadi di dalam vaginanya.
Beberapa menit berlalu, kini bu Astri dan mas Hadi sudah kembali merapikan pakaiannya masing-masing. Mereka sedang Asik mengobrol ketika bu Indah dan bu Ernita datang.
"Eh mas..ko jemput gak bilang-bilang sih" tanya bu Indah sedikit kaget melihat suaminya telah berada di sekolah tempat ia mengajar.
Tak ketinggalan bu Ernita juga ikut menyalami suami teman kerjanya itu.
"Tadi aku udah bbm...tapi hp kamu nya mati kan" mas Hadi menjawab pertanyaan istrinya, tetapi dengan mata tertuju kepada sosok yang yang mendampingi bu Indah.
"Waduh...ni guru bahenol gini...bisa gak ya gue ngerasain ngentot sama dia" pikir mas Hadi ketika matanya memelototi bodi sintal bu Ernita.
Setelah ngobrol basa-basi, tak lama kemudian mereka pulang. Bu Ernita dan bu Astri mendapat tumpangan dari mas Hadi dan bu Indah untuk pulang bersama. Di dalam mobil, suami bu Indah itu memperhatikan kedua guru cantik itu di kursi belakang mobilnya. Tau dirinya tengah diperhatikan, bu Astri menggoda mas Hadi yang tengah menyetir dengan senyum dan kedipan nakalnya.

########################
Sementara itu di rumah pak Risman. Kepala sekolah mesum itu masih asik mengintip istrinya yang tengah berselingkuh dengan tukang kebun sekaligus supir pribadi istrinya. Dimana kini mereka mulai kembali membangkitkan hasrat birahi masing-masing setelah beberapa menit beristirahat. Saat itu nampak bu Yunitha tengah berada diatas tubuh mang Udin dengan mulut yang penuh dijejali batang penis mang Udin yang mengacung tegak. Begitupun sebaliknya, mang Udin tidak menyia-nyiakan vagina yang disuguhkan istri majikannya tersebut di depan wajahnya. Ia dengan rakus menjilati bahkan menyedot lubang vagina bu Yunitha sambil kedua tangannya ia gunakan untuk merekahkan bongkahan pantat kenyal istri majikannya tersebut. Mereka terus melakukan gaya 69 tersebut dengan penuh nafsu, hingga bu Yunitha mengerang. Vaginanya berkedut memuncratkan cairan orgasmenya. Kenikmatan itu benar-benar meluluh lantakan tubuh bu Yunitha. Kini mang Udin telah berada di belakang tubuh bu Yunitha yang sedang menungging sexy diatas kasur kamar tamu rumahnya. Kepalanya ia benamkan di atas bantal, membuat erangan kenikmatannya terdengar tertahan ketika merasakan tusukan penis mang Udin di vaginanya. Tanpa menunggu vagina majikannya beradaptasi, mang Udin langsung menggenjot tubuh bu Yunitha dengan kecepatan tinggi, membuat wajah cantik istri dari pak Risman itu semakin terbenam di atas bantalnya.
"Hnggghhh...hngggghhh..." erangan tertahan bu Yunita ketika merasakan kenikmatan yang tiada tara dari genjotan kasar tukang kebun sekaligus supir pribadinya.
Mang Udin dengan gemas meremas pantat majikannya. Ia semakin mempercepat genjotannya, membuat suara vagina becek yang ditumbuk penisnya semakin nyaring terdengar di ruangan itu. Tak sampai 10 menit, bu Yunitha kembali merasakan gelombang orgasme menghampirinya. Kepalanya menengadah, punggungnya melengkung, dan dari mulutnya terdengar erangan yang mengantar muncratnya cairan orgasme dari vaginanya. Mang Udin yang merasakan semburan hangat di batang penisnya yang tengah berada di dalam vagina bu Yunitha, tidak mau memberikan istri pak Risman itu kesempatan menghirup udara. Ia langsung mencabut penisnya dan membalikan tubuh majikannya. Dibuatnya tubuh itu terlentang di atas kasur dengan kaki mengangkang. Lalu mang Udin kembali menancapkan batang penis kebanggaannya itu ke dalam lubang vagina bu Yunitha. Ia kembali memompa vagina itu dengan kasar.
Bu Yunitha hanya bisa melenguh dan menggeleng-gelengkan kepalanya meresapi kenikmatan yang diberikan mang Udin melalui batang penis di selangkangannya.
"Addduuuh...ahhh...enak mang...sayah mauh keluar lagi" racau bu Yunitha ketika merasakan orgasmenya kembali datang.
"Tatt..tahan nyah...mam..mamang juga mau nyampeh.." ucap mang Udin terengah, karena ia pun hampir mencapai klimaksnya.
Akhirnya secara bersamaan kedua insan yang tengah asik bersetubuh itu meraih puncak kenikmatannya. Tubuh keduannya berkelojotan dan mengejang-ngejang. Bu Yunitha merasakan orgasme yang sangat hebat hingga bola matanya terbalik hanya menunjukan warna putihnya saja.
Beberapa detik kemudian mang Udin ambruk di atas tubuh bu Yunitha dengan batang penis yang masih menancap di vagina istri majikannya tersebut. Hingga "Braaaaak..." Seseorang mendobrak pintu itu.
Bu Yunitha menjerit kaget, begitu juga dengan mang Udin. Bahkan saking kagetnya, mang Udin sampai jatuh terguling dari atas kasur. Bu Yunitha tampak ketakutan melihat sosok yang mendobrak pintu itu. Tubuhnya telanjangnya bergetar, keringat dingin membasahi dahinya.
Dengan suara bergetar bu Yunitha berkata, "ppp...pa..papah.."

---------------------
Tanpa terasa liburan sekolah berakhir begitu cepat, hari ini merupakan hari pertama kegiatan belajar-mengajar setelah dua minggu para staff, guru maupun murid me-refresh otaknya dari kegiatan rutin sehari-harinya. Pak Risman masih nampak bermalas-malasan untuk beranjak dari tempat tidurnya, padahal jam sudah menunjukan pukul 06.30. Di sampingnya seorang perempuan cantik dengan rambut panjang di cat agak coklat elegan masih menggelayut manja memeluk tubuh buncitnya. Kulit perempuan itu yang kuning langsat nampak kontras dengan warna kulit pak Risman. Nampaknya malam tadi telah terjadi pertarungan yang hebat, hingga pagi itu nampak si wanita masih enggan untuk melepaskan pelukannya dari tubuh pria buncit di sampingnya. Selain itu, bekas-bekas sperma yang mengering nampak di beberapa bagian tempat tidur tersebut.
"Cklek..." suara pintu kamar itu dibuka dari luar, sesaat kemudian masuklah sosok wanita cantik mengenakan kimono putih pendek yang bawahnya tak dapat menyembunyikan putih mulus pahanya.
Dengan rambut yang disanggul, perempuan itu masuk ke dalam kamar pak Risman membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan dua potong sandwich.
Perempuan itu meletakan nampan berisi sarapan di atas meja kecil di samping tempat tidur. Kemudian ia duduk di pinggir tempat tidur di sebelah pak Risman. Tangan kanan wanita itu lalu mengelus dada telanjang pak Risman yang agak sedikit berbulu. Ia lalu menundukan kepalanya menciumi pipi gembil pak Risman. Ketika bibirnya sudah mendekati telinga laki-laki buncit itu, wanita cantik itu berbisik,
"pahhh...ayo bangun, mamah udah bikinin sarapan tuh...katanya mau ke sekolah...nanti kesiangan loh.." Ternyata wanita itu adalah bu Yunitha istri pak Risman yang sexy yang tempo hari ketahuan tengah berselingkuh dengan mang Udin sopirnya.
Pak Risman ternyata mampu menguasai keadaan saat ia memergoki istrinya saat itu. Tak seperti suami-suami yang lain yang lantas menceraikan istrinya ketika mengetahui perselingkuhan yang terjadi, pak Risman justru malah membebaskan istrinya untuk tidur dengan siapa saja. Tentu saja dengan catatan semua perbuatan itu dilakukan di rumah, supaya tidak tercium oleh siapapun di luar sana. Selain itu, pak Risman juga bebas membawa perempuan manapun untuk tidur bersamanya dan mengarungi malam dengan kegiatan birahi di rumahnya. Demi kelancaran kegiatan permesuman di rumah miliknya itu, pak Risman sampai harus memberhentikan pembantu perempuannya. Hingga pada akhirnya selama dua minggu ini bu Yunitha menambah perannya di rumah itu menjadi Istri, pembantu, sekaligus pemuas nafsu. Jika yang membawa sarapan adalah bu Yunitha istri pak Risman, lalu siapa gerangan wanita cantik yang tengah memeluk pak Risman?

Senyum manis tersungging dari bibir tipis perempuan berambut coklat itu.
"Hi...selamat pagi bu Yunitha.." Sapa wanita itu ketika melihat istri dari laki-laki yang tengah dipeluknya.
"Eh...selamat pagi juga bu Melisa...gimana, enak tidurnya" tanya bu Yunitha ramah.
Ya, wanita yang tengah memeluk tubuh buncit pak Risman itu adalah bu Melisa, wanita yang dulu menjadi korban pemerkosaan pak Risman dan mang Yono di ruang kepala sekolah. Bu Melisa diperkosa pak Risman waktu itu karena dirinya tidak sengaja memergoki bu Ernita dan mang Yono tengah bersetubuh. Pak Risman yang ketakutan skandalnya terbongkar akhirnya memerkosa wanita itu. Namun perkosaan itu malah memberikan sensasi kenikmatan yang berbeda terhadap bu Melisa. Ia jadi sangat menikmati kenikmatan yang diberikan batang kejantannan pak Risman, hingga ia rela menjadi salah satu budak seks kepala sekolah mesum itu. Hari ini adalah hari kedua bu Melisa menginap di rumah pak Risman. Suaminya yang seorang pelaut membuat dirinya bebas tidur dimana saja ketika suaminya sedang bertugas, ditambah lagi saat itu anaknya sedang berlibur di rumah orang tuanya, membuat bu Melisa semakin bebas keluar rumah. Pak Risman dengan malas bangkit dari tempat tidurnya. Ia lalu mencium pipi istrinya sebelum beranjak ke kamar mandi yang terletak di kamarnya. Sebelum memasuki kamar mandi pak Risman menoleh ke arah tempat tidurnya. Diatas kasurnya nampak dua orang wanita sexy sedang bercengkrama, dimana yang satu duduk dipinggiran kasurnya masih mengenakan kimono putih sexy, dan yang satunya lagi masih merebahkan tubuh telanjangnya diatas tempat tidur.
"Hmmm...benar-benar indah hidup ini" gumamnya sebelum memasuki kamar mandi.
15 menit berlalu, pak Risman nampak keluar dari kamar mandinya dengan memakai handuk putih yang melilit di tubuh buncitnya. Baru saja ia keluar pintu kamar mandi, matanya sudah disuguhi tontonan menarik. Dua wanita cantik tengah beradu nafsu memacu birahi di atas tempat tidur itu. Terlihat bu Yunitha mendominasi pergumulannya dengan bu Melisa pagi itu. Entah siapa yang memulai, kini keduanya terlihat sedang beradu lincah memagut bibir. Air liur belepotan di kedua wajah cantik itu. Bu Yunitha yang berada di atas tubuh bu Melisa mengambil inisiatif, kaki keduanya saling membelit, pinggul keduanya bergoyang erotis dengan sangat kompak menggesek-geskan permukaan kedua vaginanya.
Erangan dan desahan penuh kenikmatan menggema di kamar sang kepala sekolah mesum pagi itu. Pak Risman kini telah selesai berpakaian. Ia kini tengah menikmati sarapan buatan istrinya di atas sofa kecil kamar itu. Begitupun bu Yunitha dan bu Melisa, keduanya terlihat terkapar di atas tempat tidur dengan tubuh telanjang. Senyum yang mengembang di kedua bibir ranum wanita tersebut menandakan kepuasan.
Pak Risman lalu bangkit dari sofanya setelah menyelesaikan sarapannya. Ia kemudian mengecupi kening kedua wanita cantik yang terkapar di atas tempat tidurnya.
"Mah...papah berangkat ya..." Ucap pak Risman kepada istrinya, "Bu Melisa...saya berangkat dulu...kalau masih pengen kontol, mang Udin ada di kebun belakang..." lanjut pak Risman berpamitan kepada bu Melisa.
Dengan gaya genit seperti girl band korea keduanya serempak menjawab, "hatiiii-hatiii paaaak.."

To be continued...
By: Lagimabok