Ki Joko Edan |
Hallo mupengers, jumpa lagi sama saya, Ki Joko Edan (66 tahun), dukun atau bahasa modernnya ahli pengobatan alternatif masalah seksual. Mupengers sekalian masih inget kan dengan penampakanku dalam Sis Diny yang judulnya Behind the Mask of Celebrity 2: Hynotized (cuma peran pembantu sih) dan Aksi Ki Joko Edan: Meisya Siregar (nah di sini aku dapet peran utama juga akhirnya hak...hak...hak).
-------------------------------------
Penulis: Penampakan? Emangnya dedemit Ki?
Ki Joko Edan: Ehehehe...cuma istilah aja Cu, da kerjaan Aki kan emang dekat sama dedemit sama sejenisnya
-------------------------------------
Aku sangat bersyukur dengan profesiku ini, dari dukun kampung di sebuah kota kecil di Jawa Timur, namaku akhirnya berkibar setelah berjuang membuka praktek di pinggir ibukota. Pasienku bukan hanya orang-orang biasa bahkan sudah merambah kalangan pejabat dan selebritis tanah air. Mungkin namaku tidak terlalu terkenal karena aku memang tidak pernah mengkomersilkan diri seperti rekan-rekan seprofesiku yang lain. Cukup melalui mulut ke mulut di antara sesama pengguna jasa dukun, aku meraih popularitasku. Kedekatanku dengan yang namanya seks juga salah satu alasan aku tidak ingin gembar-gembor berlebihan mempromosikan diri, takutnya kalau sudah terlalu terkenal malah dapat predikat dukun cabul oleh mereka yang tidak suka, yang justru akan menjadi bumerang menjatuhkan reputasiku sendiri. Dan memang dari profesi ini, bukan hanya keuntungan materi yang kudapatkan, kadang malah sering aku mendapatkan keuntungan birahi sebagai bagian dari ritual, tentu saja semuanya setelah mendapat persetujuan pasien. Pokoknya prinsip 'mau sama mau' harus dipegang teguh, harus suka rela tanpa paksaan, masing-masing pihak juga harus berkomitmen terhadap rahasia hubungan ini sehingga tak menimbulkan masalah di kemudian hari. Satu lagi catatan tentang ceritaku kali ini aku akan berkomunikasi dengan jin yang tentunya dengan bahasa mereka pula. Mungkin pembaca bakal bingung dengan bahasa yang kupakai nanti, tapi sebenarnya bahasa jin itu mudah dipelajari kok asal mengetahui kuncinya, silakan ditelusuri saja sendiri siapa tau nanti bisa dapat jodoh dari kalangan jin hak...hak...hak.... Oke deh agar tidak terlalu banyak buang waktu, aku akan memulai ceritaku.
#################################
Suatu siang setelah selesai jam makan
"Nyok, udah bisa mulai nih, pasien berikut boleh masuk!" kataku pada asistenku, si Penyok, seusai buang air besar dan istirahat siang.
Penyok bergegas keluar menghampiri pasien berikutnya dan mempersilahkan masuk ke ruang praktekku. Aku mengamati formulir data calon pasienku yang akan segera kutangani ini. Hmmm...
-----------------------------------
Nama: Febiolla Ramlan
Tempat/tanggal lahir: Banjarmasin, 15 Februari 1980
Status: janda beranak satu
Masalah: Nafsu seks yang seringkali tak terkendali, sering lupa mendadak
------------------------------------
Olla Ramlan |
Menarik, kasus yang cukup menarik, aku tidak sabar untuk segera menanganinya, semua yang kubutuhkan sudah siap sebelum jam makan siang tadi dibantu oleh si Penyok. Sebentar saja pintu terbuka, masuklah artis dan model cantik yang biasa dikenal dengan nama Olla Ramlan itu. Ia tampil cantik hari itu dengan kaos hitam lengan pendek dan celana panjang putih yang mencetak kaki dan pinggulnya yang indah. Rambut hitam panjangnya disanggul rapi ke belakang.
“Siang Mbah” ia tersenyum manis dan menyapaku
“Mari...mari...silakan duduk Cu!” aku mempersilakannya duduk di karpet di hadapanku.
Kami duduk berhadap-hadapan dengan sebuah tungku di antara kami.
“Gimana Cu? Coba diceritain masalahnya”
“Eemmm...bingung juga ya memulainya”
“Santai aja Cu...ceritakan selengkap mungkin supaya Mbah tahu masalahnya dan bisa membantu” kataku sambil menyodorkan segelas teh padanya agar lebih santai, “cucu jangan ragu kalau ada yang sifatnya rahasia, semua pasien Mbah jamin kerahasiaannya”
Olla meraih gelas yang kusodorkan dan meneguknya sejenak sebelum mulai bercerita mengenai masalahnya. Berbeda dengan penampilannya di televisi yang ceplas-ceplos, ia terlihat agak ragu dan malu-malu menceritakan tentang masalah seks yang dihadapinya. Ya aku sih maklum saja, siapa sih yang tidak ragu menceritakan masalah seperti ini ke orang yang baru dikenalnya. Ia terlihat makin grogi ketika aku mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapat kejelasan lebih. Secara ringkas masalahnya begini, ternyata Olla memiliki nafsu seks yang besar dan seringkali tak terkendali. Inilah yang menjadi salah satu sebab keretakan rumah tangganya dengan mantan suaminya, Alex, yang blasteran Chinese-bule itu. Merasa Alex tidak sanggup memuaskan nafsunya yang besar, Olla pun berbuat khilaf dengan terlibat one night stand dengan Pasha Ungu. Belakangan perselingkuhan ini tercium juga oleh Alex yang akhirnya menggugat cerai dirinya. Perceraian ini membuatnya sangat depresi, lebih parahnya Pasha ternyata juga tidak bisa memberinya kepuasan, pria itu hanya sanggup bertahan sebentar saja ketika bercinta dengannya. Aku tertawa geli dalam hati karena terbukti cowok itu hanya modal ganteng dan bakat tukang pukul, tapi penisnya lembek dan cuma tahan sebentar. “Lima menit saja...ahhh..aahh!” (dengan lagu dangdut) seperti yang dikatakan Okky, mantan istrinya, yang juga pernah berkonsultasi padaku dan tentunya pernah merasakan ritual nikmat bersamaku hak...hakk...hakkk...Oke udah ah ngalor-ngidulnya, kembali ke laptop, eh cerita!
Setelah bercerai, Olla makin bingung melampiaskan nafsunya itu. Ingin rasanya ia melakukan hal-hal gila seperti menggoda tukang bangunan, sopir taksi, atau siapa saja lalu terlibat hubungan seks, tapi mengingat statusnya sebagai selebritis ia tidak mungkin melakukannya demi menjaga imej dan menghindari kesulitan di masa mendatang kalau-kalau orang yang diajaknya melakukan hubungan seks memanfaatkannya untuk memeras. Tentu semua itu akan berpengaruh negatif bagi karirnya dan ia tidak ingin anak semata wayangnya mendapat malu karenanya. Ia hanya berani melakukannya saat di luar negeri, di mana menurut pengakuannya ia terlibat seks dengan pria bule dan ikut sebuah pesta orgy atas ajakan temannya yang tinggal di sana. Ia meraih kepuasan dari pengalaman seks di luar negeri itu, tapi sepulangnya ke tanah air tentu ia harus kembali menjaga imej sehingga tidak bisa seperti itu lagi. Seringkali ia memakai dildo untuk pelampiasannya atau memakai pakaian seksi yang membuat para pria menelan ludah melihatnya. Salah satunya pernah ketika memandu acara Dahsyat ia terlihat memakai g-string yang tercetak jelas waktu tercebur ke kolam. Untuk itulah ia meminta bantuanku untuk mengurangi demam birahinya yang sering kumat. Lalu akhir-akhir ini ia merasa terserang sindrom aneh yang membuatnya lupa mendadak sampai pernah ia lupa pernah bercinta dengan siapa sebelumnya. Tentu hal ini dapat menjadi masalah besar. Suatu ketika ketika show di kota lain entah bagaimana ia terlibat percintaan dengan sopir lokal yang mengantarnya. Tapi besoknya ketika si sopir mengajaknya lagi ia lupa kalau pernah melakukan hubungan itu sehingga ia malah marah dan mengatakan si sopir kurang ajar. Tetapi ada sedikit memorinya yang mengingatkan bahwa ia memang pernah bercinta dengannya, tapi ia tidak benar-benar ingat, untungnya itu di luar kota sehingga pulangnya ke Jakarta ia tidak bertemu pria itu lagi. Tapi khawatir sindrom aneh itu akan kumat lagi dan membawa masalah besar, ia pun memilih berobat padaku.
“Hhhmmm...” aku mengangguk-angguk mendengar penjelasannya, “baik Cu, sekarang Mbah minta waktu sedikit untuk minta petunjuk yah”
Olla bersedia menunggu, kulihat wajahnya sangat berharap padaku. Aku lalu mengambil dupa dan membesarkan api anglo. Kutebarkan dupa itu hingga asapnya berkepul memenuhi ruangan. Mulutku terus berkomat kamit merapal mantera dan meminta petunjuk pada para leluhur dan jin. Semadi ini memerlukan waktu hampir 15 menit. Akhirnya asap dupa habis dan menghilang bersamaan selesainya semadiku. Aku membuka mata, kulihat Olla sudah tak sabar mendengarkan hasilnya.
"Begini Cu, barusan Mbah sudah mendapat petunjuk tentang permasalahan yang cucu alami." aku membetulkan, “menurut petunjuk yang Mbah terima tadi, cucu kesambet Nyi Nunun, ini yang menyebabkan cucu selalu terserang penyakit lupa.”
“Nyi Nunun?” tanyanya
“Iya dia itu nama jin betina yang suka menempel pada wanita dan menyebabkan seperti cucu alami ini. Dia mempunyai suami bernama Ki Adang, tapi suaminya ini emang aneh, dia kayanya ada masalah sama istrinya, soalnya istrinya hilang dari rumah berbulan-bulan dia adem ayem aja. Nah, Nyi Nunun ini sepertinya memakai tubuh cucu sebagai tempat kaburnya”
"Lantas bagimana solusinya Mbah?" tanya Olla terlihat gelisah.
“Untuk mengusir jin itu dari badan cucu, dia harus dikalahkan dengan ilmu yang ada dalam diri Mbah. Untuk itu saya harus bersatu dulu dengan cucu"
"Maksud Mbah?" Olla bertanya balik dengan penasaran.
“Jadi gini Cu, sebelumnya apakah Cucu tahu mengenai prosedur terapi yang Mbah lakukan? Apa Mbak KD yang mengenalkan Cucu ke Mbah sudah pernah cerita sebelumnya?” tanyaku memastikan
Sesuai data di formulir, Olla datang kepadaku melalui rekomendasi KD atau Krisdayanti yang pernah menjadi pasienku. Akulah yang membantunya membuat pelet untuk menarik hati Raul, si pengusaha kaya yang tampangnya mirip kingkong itu, sehingga pria itu tergila-gila padanya sampai rela meninggalkan anak istrinya dan menikah dengannya. Untuk memasukkan susuk ke dalam tubuhnya dan agar peletnya lebih ampuh, KD rela bersetubuh denganku sebagai bagian dari ritual. Hasilnya...bisa anda lihat sendiri kan di media? Kulihat Olla terdiam selama beberapa saat dan menggigit bibir bawah sebelum menjawab, nampaknya ia sudah mengerti maksudku, dan tentu ada keberatan dalam hatinya.
“Iya...saya sudah jelas semuanya Mbah, saya siap! Jadi maksud Mbah kita berdua harus....” ia terdiam tidak meneruskan kata-katanya
"Benar Cu...dengan kata lain kita harus melakukan persenggamaan, dengan ilmu yang Mbah miliki, Nyi Nunun dalam tubuh Cucu akan lemas baru setelahnya Mbah keluarkan dia dari tubuh cucu" aku menjelaskan sambil memandang tajam wajah cantiknya, "yaa begitu saja petunjuk yang Mbah terima. Kalau cucu keberatan cucu boleh pulang dulu untuk pikir-pikir, kalau mau membatalkan juga Mbah gak akan menarik biaya sepeserpun. Semua pilihan cucu yang memutuskan" aku menutup pembicaraan sambil langsung menutup mata kembali dengan berkomat-kamit sambil menanti reaksi Olla.
“Kalau begitu...sekarang saja Mbah...saya siap kok, semua sudah saya pertimbangkan sejak awal” Olla menjawab dengan agak ragu.
“Cucu yakin?” aku menegaskan pertanyaanku sekali lagi
“Yakin...yakin Mbah, saya bersedia mengikuti ritual ini, tapi tolong semua ini rahasia antara kita saja kan?” jawabnya lagi.
“Hahaha...itu semua udah pasti cu, kode etik perdukunan itu sih, cucu liat sendiri kan Mbak KD apa pernah diberitain menjadi pasien saya?” aku tertawa mengelus dagu, “Mbah ini pada dasarnya cuma mau menolong orang dengan ilmu yang Mbah miliki, gak kaya si Dubur itu yang narsis gila publikasi, berdasarkan pengalaman yang ginian satu hari nanti bakal kena masalah juga” (kelak kata-kataku ini akan menjadi kenyataan)
“Dubur?” siapa tuh Mbah?” tanya Olla heran.
“Ehh....itu hehehe si Subur...yang punya bini delapan itu” kataku terkekeh, “Mbah manggil ke dia si Dubur, soalnya orangnya ngilani, dulu kita temenan waktu masih susah, sekarang dia udah banyak duit, istri udah delapan, sombongnya amit-amit deh, eh...udah ah gak baik ah ngomongin orang terus”
“Baik, saya percaya Mbah memegang kata-kata Mbah, jadi kapan kita bisa mulai?”
“Sekarang bisa kita mulai cu, sudah Mbah persiapkan semuanya, ayo ikut Mbah ke belakang
Olla pun mengikutiku ke ruang pemandian keramat di belakang, di sana terdapat sebuah kolam kecil berukuran 3x2 meter dengan kedalaman semeter yang telah berisi air dan potongan beberapa jenis bunga. Di sudut ruangan juga terdapat sebuah dipan kayu berukir.
“Nah sekarang cucu berendam dulu di air kembang ini!” kataku, “sebelumnya maaf bajunya dibuka dulu cu!”
“Semua Mbah?” tanyanya ragu
“Iya semua cu, kan mau berendam” kataku, “tenanglah cu, yang seperti ini sudah biasa, rileks aja dulu, cucu pernah melahirkan kan? Anggap aja Mbah ini dokter yang dulu menangani persalinan cucu”
Dengan agak ragu sambil memandangku, Olla pun membuka kaosnya. Aku tidak bisa menahan penisku menggeliat menyaksikan keindahan tubuh Olla, buah dadanya yang montok itu begitu menggiurkan di balik bra hitamnya. Kemudian ia membuka celana panjangnya, betapa indahnya sepasang kaki yang jenjang itu. Beberapa bagian tubuhnya dihiasi tatoo sehingga menambah kesan seksi pada ibu muda beranak satu itu. Karena sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini, aku dapat menjaga sikap sehingga terlihat profesional. Kini Olla tinggal memakai bra dan celana hitamnya, kontras dengan warna kulitnya yang putih. Bagian yang kutunggu-tunggu akhirnya sampai juga, ia membuka kait bra-nya di punggung lalu melepaskan branya. Wah...sepasang gunung kembar itu begitu indah, tegak membusung dan bentuknya bulat padat dengan puting coklat yang menggiurkan. Selanjutnya ia membuka celana dalamnya sehingga terlihatlah bagiannya yang paling pribadi, aku menelan ludah melihat bulu-bulu yang tercukur rapi di wilayah segitiga kenikmatannya.
“Baik Cu, sekarang cucu masuk ke kolam, santai aja yah …” perintahku.
Olla pun masuk ke kolam kecil itu, lalu duduk bersila di lantainya sehingga tubuhnya kini terendam air hingga dada ke atas. Aku juga membuka pakaianku sampai tinggal mengenakan sebuah celana dalam lusuh, lalu turun ke kolam dan bersila di belakang Olla.
Pertama tama kuseka wajah dan rambut panjangnya tiga kali, sambil berkomat kamit untuk berkomunikasi dengan Nyi Nunun yang berdiam di tubuh artis cantik ini.
“Nunun kalpok...rualek ul, nagnaj arup-arup apul ululem ul!” kataku mengelus punggung mulus Olla dalam bahasa jin.
Aku memulai ritual ini dengan memijati punggungnya perlahan agar ia lebih rileks. Kupijati punggungnya dengan gerakan memutar. Dengan lincah tanganku juga memijat pundak dan lehernya. Olla pun menggeliat nikmat dengan mata terpejam karena mulai menikmati pijatanku. Lalu tanganku mulai merambat ke dada dan meremas payudaranya yang besar itu. Tanganku meremas dengan lembut, memainkan putting susunya, benda itu begitu mulus dan kenyal. Olla memejamkan mata, aku dapat merasakan nafasnya mulai naik-turun. Kedua payudaranya terus kuremas-remas dengan kedua tanganku sehingga kurasakan putingnya semakin menegang. Jari-jariku pun memilin dan memencet-mencet puting susu Olla, perlahan terdengar desahannya di antara suara komat kamitku.
“Nun! Anam ul? Igal gnipohs apa niapagn his? Rasad imaus ul aynlontok amil itnes!!” panggilku lebih tegas melihat jin dalam tubuh Olla masih belum bereaksi.
Tiba-tiba badan Olla bergetar
“Naapa ul liggnam-liggnam? Nagnarabmes aja ul, nakub amil ipat amil hagnetes uat!” suaranya juga mendadak berubah seperti suara ibu-ibu dan mengomeliku dalam bahasa jin.
Akhirnya aku berhasil memancing si jin usil ini keluar dari persembunyiannya, aku kini harus meneruskan ke langkah selanjutnya.
“Nun, aug amuc uam atnim ul nagnaj uggnag Olla, naisak aid, ul nak hadu aynup imaus kiab!” kataku mencoba membujuknya.
“Kiab aynapa!?” jeritnya “Aug niraibid rasayn aparebeb nalub, halam gnalib ag uat apa-apa, meid-meid aja! Nagnaj-nagnaj aynup nanapmis aid! Hua...ha.haha...gnatnem-gnatnem aug hadu aut, kelej...idaj irac gnay adum kitnac” Olla yang terasuki si jin betina itu terisak-isak seperti anak kecil diambil mainannya sambil curhat padaku, “itsap...itsap...arag-arag uti...” tiba-tiba ia menggeram marah
“Duh kasian Olla” kataku dalam hati, “dihinggapi sama jin betina rese sampai jadi nangis lebay kaya gini”
“uti apa Nun?” tanyaku berusaha menenangkan si jin labil ini
“itsap arag-arag luag amas nij skp gnay nemed imagilop uti, ayi...ukimaus itsap hadu aynup nanepmis gnarakes, huaaa...huu...!!” ia menangis lebih keras lagi.
“Nun, gnanet Nun, gnanet....inig aja...rat ayas niliggnap umimaus, atik nignomo kiab-kiab, ipat ul raulek ulud gnod, nak naisak Olla” aku mencoba membujuk si jin rese ini.
“kag uam, aug hisam uam inisid, kane, asib natuki lognon id vt, ratn aja ha! Weeeekk...” Olla yang dirasuki Nyi Nunun itu menjulurkan lidah meledekiku, dia bilang dia masih betah di tubuh Olla dan belum ingin meninggalkannya.
“Ehhh...gnaruk mesa!” omelku seraya mencipratkan air kembang pada Olla, “rasad nij sisran, ayak sob ortem vt aja ul! Gnakut rabet anosep id vt!”
Tubuh Olla kembali bergetar seperti kesetrum, kali ini tatapan matanya kembali normal.
“Apa? apaan tadi Mbah? Kok tau-tau saya ngerasa gak sadar diri gitu?” tanyanya bingung.
“Tenang Cu...tenang, tadi itu Mbah lagi berkomunikasi sama Nyi Nunun yang sembunyi di dalam tubuh cucu” aku menjelaskan sambil berusaha menyembunyikan nafsuku yang makin menggelegak melihat ketelanjangannya di hadapanku ini. siapa yang bisa nahan si Otong gak bangun coba, satu bak berdua bareng artis cuantik telanjangan pula.
“Terus gimana Mbah? Apa jinnya sudah berhasil dikeluarin?” tanyanya lagi.
“Justru itu Cu, ini jin emang termasuk rese, tadi Mbah udah ngomong baik-baik dia gak mau nurut, jadi sepertinya ritual ini harus kita lanjutkan Cu”
“Jadi harus gimana Mbah sekarang?” Olla bertanya dengan raut wajah penuh tanda tanya.
“Ya itu Cu, seperti yang udah Mbah wanti-wanti dari awal, jadi Mbah akan mengeluarkan jin di tubuh Cucu dengan membuka seluruh titik gaib di tubuh cucu, yang akan terbuka lebar di waktu persenggamaan, titik-titik gaib itulah yang menentukan dalam praktek perdukunan ini Cu”
Akhirnya dengan menghela nafas Olla pun menyetujui aku menyelesaikan masalahnya sesuai dengan ritual yang kujelaskan, “…yah sudah kalau memang demikian saya manut apa kata Mbah…saya kan udah bilang dari awal saya sudah siap”
Aku mengangguk seperti orang bijak walau dalam hati sebenarnya aku berseru “Hore!! Dapet daging mahal lagi nih! ini baru holol, suka sama suka, ga pake suap menyuap atau korupsi kaya si Fathonah cs”
“Ehem!!” aku berdehem mencoba memulihkan wibawaku agar tidak terlihat seperti sedang mupeng, “cucu silakan berbalik lagi ke posisi semula, Mbah akan kembali mencoba membuka titik-titik gaib di tubuh cucu”
Tanpa disuruh lagi, Olla pun kembali memunggungiku sambil bersila seperti semula. Aku kembali memijat dan menotok beberapa titik di punggungya. Setelah beberapa lama , tanganku bergerak makin ke bawah dan menyentuh selangkangannya, sementara tanganku yang satu memijat lembut payudaranya yang besar itu. Rambutnya yang masih tersanggul memungkinkan mulutku dengan leluasa mencium dan memagut pundak dan lehernya yang jenjang
“ahhh …Mbah.…hhhmmm” desah Olla
Jari jariku pun mulai menggelitik vagina artis cantik ini, kumainkan klitorisnya. Liang vaginanya terasa berdenyut , dan merekah .
“Aahh ki...Mbah...saya gak tahan...saya, enak…” .
“Tahan sebentar yah Cu, Mbah lagi membuka titik gaibmu di bagian sini...” kataku sambil terus menusukan jari tengah ke dalam liang vagina Olla .
Jariku bergerak ke luar masuk , dengan lembut, dan kadang kuputar mengaduk di dalam liang vaginanya, menekan semakin dalam. Kurasakan hangat pada jari-jariku di vaginanya di tengah air dingin yang merendam tubuh kami.
“Mbah…ssshhh… aahhh…” desah Olla makin tak karuan, tubuhnya terus mengeliat-geliat sehingga menyebabkan riak di sekeliling kami.
Aku membentangkan kedua belah paha mulusnya sehingga lebih nyaman menggerayangi vaginanya. Jari-jariku terus bergerak berusaha membuka titik gaib di vagina Olla, yang akhirnya membuat tubuh ibu beranak satu ini mengejang. Kurasakan cairan hangat dari vaginanya menyembur-nyembur ke tanganku, cairan orgasmenya keluar cukup banyak dan bercampur dengan air kolam.
“ahhh…udah…ahhh…” erang Olla menikmati orgasmenya .
Kubenamkan jariku lebih dalam sambil sambil kuciumi pundak dan lehernya yang mulus.
“Nah sekarang cucu duduk di sini ya” aku memintanya duduk di bibir kolam.
“Baik Mbah” tanpa diminta lagi, Olla segera menaikkan tubuhnya ke sana.
“Sekarang buka kakinya cu” perintahku, Olla terlihat agak canggung membuka kedua pahanya di depanku, namun ia melakukannya juga, “gak perlu malu Cu, ini memang ritualnya!”
Kini kepalaku sekarang benar-benar berada di antara kedua belah pahanya, tepat di depan selangkangannya. Daging merah merekah itu di balik terlihat di antara kerimbunan bulu-bulu hitam. Pemandangan yang begitu menggairahkan yang pastinya difantasikan oleh para pria terutama fansnya (jangan sirik sama Mbah ya hak...hak...hak...). Kunikmati ketika jari-jariku membelai paha Olla yang putih dan lembut. Aku mendekatkan wajahku ke belahan merah itu. Semakin dekat wajahku, semakin keras detak jantungku, kudekatkan wajahku hingga hidungku dapat mencium aroma vaginanya, harum dan unik susah dijelaskan, dari aromanya dan bentuk bulunya yang rapi terlihat ia termasuk apik merawat tubuhnya termasuk yang satu ini. Tanpa buang waktu lagi kujulurkan lidahku, dan kusapukan ke belahan vaginanya yang merah tersebut. Kuresapi sensasi daging lembut dan agak besah itu, gurih dan merangsang, kudorong lidahku hingga ujung belahan, menyentuh bulatan daging kecil yang membuat artis cantik ini melenguh nikmat. Kembali kuulangi sapuan lidahku, kugetarkan lidahku dan kedua jariku menguak bibir bawahnya hingga lidahku menemui klitorisnya. Sentuhan lidahku pada daerah sensitif itu tentunya membuat Olla tak dapat menahan erangan kenikmatan yang didapatnya,
“ukkhhhh....hmmmm.....terus Mbah jilat terus!” desah Olla sambil mendongakkan kepalanya setiap kali lidahku menyentuh daging bulat kecil miliknya.
Sungguh aku ketagihan menjilati vagina ibu beranak satu ini, di samping aromanya yang sedap merangsang, pahanya yang lembut juga seperti mengelus wajahku setiap kali dia menjepit kepalaku dengan pahanya saat aku menjilati klitorisnya. Daging kecil yang sensitif itu membuatku makin bernafsu, dengan gemas kuhisap daging kecil itu, dan ternyata membuatnya menggelinjang geli, dan menjepit erat kepalaku dengan pahanya, walaupun begitu tetap saja kuhisap dan kumainkan dengan lidahku, sehingga tak berapa lama kemudian celah kecil di belahan vaginanya berkedut-kedu, jepitan pahanya menguat pertanda ia akan orgasme lagi. Namun kali ini kuhentikan jilatanku, titik gaib di wilayah ini mulai membuka, mulutku berkomat kamit merapalkan mantera di depan vagina Olla dengan sesekali meniup ke liang vaginanya. Olla mulai mendesah dan merintih kecil ketika dua jariku menguak lebar bibir vaginanya, kutiup sambil terus merapal mantera, lalu lidahku kembali menjilat dan menyapu bibir vagina serta klitorisnya.
“Ssshhh...hhhmmmm....” Olla pun makin mendesis dan meremasi rambutku.
“Nah hampir terbuka...sekarang cucu berbaring telentang di sini ya!” aku menyuruhnya berbaring telentang di bibir kolam itu, “santai cu, ga usah tegang”
Tanpa disuruh lagi, Olla pun menuruti perintahku, nafasnya masih memburu karena birahinya telah tinggi, terlihat dari kedua buah dadanya yang turun-naik serirama nafasnya tersebut. Lalu aku pun memulai ritual pembukaan titik gaib di tubuhnya.
“Nunun kalpok...etnat eser....naicak hed ul, laggnitid rasayn imaus ipat aynaid irac kewec nial!!” dengan kembali berkomat kamit tanganku merabai tubuh telanjang Olla yang terbaring pasrah itu.
Kedua tanganku yang sudah berkeriput meremasi buah dada montok Olla. Kutuangkan minyak gaharu di atas dadanya dan kuratakan. Tanganku memutar-mutar bongkahan payudaranya dengan lembut. Selama beberapa saat pijatanku berputar-putar di kedua gunung kembarnya guna mencari-cari titik gaib di tubuhnya. Pijatanku mulai turun mengikuti lekuk pinggulnya sampai ke paha bagian dalam. Kuurut bagian itu perlahan.
“Ukhhh” Olla menggeliat kegelian ketika tanganku turun ke arah vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam itu.
Olla pastinya merasakan sensasi dahsyat pada daerah kewanitaannya saat jariku menekan klitorisnya. Dua jariku mengurut bibir vaginanya dengan gerakan maju mundur. Kini tubuh Olla nampak mengkilap dan licin karena sudah terbaluri oleh minyak gaharu. Aku naik ke bibir kolam dan tanpa basa basi aku melepaskan celana dalamku. Kulihat mata Olla yang sayu karena terangsang berat tiba-tiba membeliak melihat aku sudah telanjang bulat di depannya. Pandangannya terutama tertuju pada pusaka pasak bumiku yang besar dan selalu jadi senjata utamaku dalam setiap ritual yang harus melibatkan hubungan badan.
“Mbah melihat dari cairan orgasme cucu tadi, ternyata si jin bersembunyi di tempat yang cukup dalam di tubuh cucu jadi sulit ditangkap. Mbah sudah coba sedot sedot tadi, tidak mau keluar juga. Jadi sekarang Mbah harus mencoba cara yang lebih kuat ya lewat hubungan badan ini” kataku dengan datar berwibawa.
Olla mengangguk, “silakan Mbah, asal saya sembuh, saya percayakan sama Mbah saja”
Mendapat lampu hijau darinya, aku pun melebarkan kakinya dan berlutut di antaranya. Kini dia terbaring mengangkang, vaginanya terbuka lebar seakan siap ditusuk. Penisku sudah tegang maksimal dan terarah ke lubang kemaluannya. Kugesek-gesek kepala si pasak bumi ke bibir bawahnya yang sudah basah.
“Hhhhmmmhh...” Olla mengerang pelan, matanya tertutup rapat.
Kurendahkan tubuhku, kini aku telungkup di atas badannya. Kukecup bibirnya dengan lembut
“sudah siap, ya Cu. Pokoknya Mbah usahakan kamu jadi sembuh betul”.
Dia mengangguk dengan mata masih terpejam.
Kini aku memegang batang kemaluanku, dengan sangat hati-hati menusukkannya ke vagina Olla yang masih basah dan licin akibat leleran cairan kewanitaannya. Penisku pun mulai melesak masuk ke vaginanya, tidak susah karena minyak gaharu tadi berfungsi sebagai pelumas ditambah lendir vaginanya.
“SSshhh...” desah Olla, tampak wajahnya mengernyit, tangannya memegang dan meremas lenganku.
Liang kenikmatan Olla termasuk legit dan nikmat untuk wanita yang pernah melahirkan dan penganut seks bebas seperti dirinya.
Sekarang aku mulai memompa penisku di dalam lubang vaginanya. Tubuh Olla pun terlonjak-lonjak di bawahku, tangannya meremas lenganku sangat keras. Matanya terbeliak-beliak dan mulutnya mengeluarkan desah kenikmatan. Kogoyangkan lagi semakin kuat, dan tanganku mulai menggerayang memainkan puting susunya. Mulutnya menceracau tak karuan, pertanda ia sangat menikmati pergumulan birahi ini, pinggulnya mulai ikut bergoyang mengimbangi genjotanku. Kuusahakan agar genjotanku seteratur mungkin, tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat supaya tidak ejakulasi dini sebelum berhasil memancing si jin keluar dari tubuhnya. Namun genjotan Olla-lah yang semakin lama semakin tidak teratur. Kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan, mulutnya mendesis-desis dan tangannya memeluk erat tubuhku. Matanya terpejam dan raut wajahnya menampakkan kenikmatan yang sangat.
“aakhh.. ad..uuh.. mbaah.. aku.. aa..” Olla mengerang panjang, seperti yang kuduga, ia mencapai orgasme lebih dulu, kurasakan cairan hangat menyemprot di vaginanya.
Tubuhnya mengejang selama beberapa saat, aku dapat merasakan kukunya menggores punggungku hingga akhirnya kepalanya terkulai lemas ke kiri
“Asu, nih jin kok lebih susah ditangkep daripada belut sih!” aku mengutuk dalam hati.
Kuperkuat genjotanku, kufokuskan pikiranku pada kenikmatan yang kualami sekarang ini, kuremas-remas payudaranya semakin kencang.
“Nun! Rasayn anamek ul? Niajregn aug aja!” kataku pada si jin sambil terus menggenjot tubuh Olla berusaha membuka semua titik gaib di tubuhnya.
Setelah kurang lebih setengah jam menggenjotinya, akhirnya kurasakan desakan dalam penisku, desakan yang sudah sangat kukenal. Aku sudah mau orgasme, tapi kenapa si jin betina itu belum ada tanda-tanda terpancing keluar ya? Aku harus memakai jurus berikutnya.
“Cu...cu...sekarang saatnya cucu meminum ajian dari tubuh Mbah ya? Jadi si jin lebih mudah terpancing keluar”. kataku tersengal-sengal.
Olla hanya mengangguk saja, matanya tetap terpejam dan nafasnya turun naik. Setelah mendapat persetujuan darinya, aku segera mencopot penisku dari vaginanya, begitu cepat sehingga terdengar suara, “plop”. Aku segera mengangkang di atas tubuhnya, batang kemaluanku kuarahkan ke mulutnya
“ini Cu” kataku, tangan kananku mengangkat kepalanya yang terkulai, sedangkan tangan kiriku terus mengocok batanganku yang basah.
Mata Olla membuka malas, melihat penisku bergelantung di depan wajahnya. Ia agak membelakan mata melihat dari dekat penisku yang panjang dan perkasa ini, tapi ia tidak tampak kaget, mungkin sudah biasa melakukannya.
dia menggumam malas, “maksud Mbah....”
Aku mengangguk, “iya Cu, obatnya ada dalam sini. Mbah kan rutin minum ramuan jadi peju Mbah mengandung zat-zat bertuah, ayo nanti cucu minum yah semuanya” kataku.
Dan tanpa bertanya lagi, dia memegang penisku dan memasukkan ke mulutnya. Wah, dari gaya memegangnya saja sudah kelihatan artis cantik ini mahir soal beginian. Meskipun tetap dengan gaya malas, seperti setengah sadar, dia mulai menyedot nyedot penisku dan lidahnya secara reflek juga bergerak-gerak menyelusuri batangnya. Aku pun bergetar hebat menikmati oral seks yang diberikannya. Kutelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya, dan kugoyangkan pinggulku sehingga kemaluanku bergerak keluar masuk mulutnya. Rasanya bahkan lebih nikmat daripada bersetubuh biasa. Beberapa kali tanpa sengaja giginya bergesekan dengan penisku membuat kenikmatan yang kurasakan semakin melambung. Kupercepat goyanganku, tetapi tetap menjaga agar dia tidak sampai tersedak. Akhirnya tekanan dalam kemaluanku tidak dapat kutahan lagi
“Cu...Mbah keluar nih...aaahh” erangku, “ditelan semua ya”
Dan croot.. muncratlah spermaku ke dalam mulutnya. Kurasakan teknik hisapan dan jilatannya yang luar biasa. Dua kali lagi aku menyemprotkan maniku di mulutnya sebelum berhenti, tangannya mengocoki penisku seolah memeras keluar semua cairan spermaku. Kudiamkan spermaku di dalam mulutnya sambil mereguk sisa-sisa kenikmatan barusan. Kurasakan kemaluanku mulai mengecil dan akhirnya lepas sendiri dari mulutnya. Kulihat pada bibirnya tampak berlepotan sperma, tampaknya masih cairanku yang tertahan di mulutnya dan belum tertelan. Aku bangun dan mengambil gelas berisi air kembang yang telah kuberi jampi-jampi dan menyodorkannya dengan lembut
“minum Cu, minum. Biar semua obat Mbah masuk ke badanmu. Ini air kembang juga berkhasiat kok.” Dia menurut saja dan meneguk habis air itu. Akhirnya kubimbing dia berdiri, dan kubantu dia memakai bajunya. Aku juga memakai bajuku. Kami sama sekali tidak bicara saat itu.
“Bagaimana sekarang Mbah? Apa sudah beres masalahnya?” tanya Olla setelah meneguk air yang kuberikan, tangannya menyisir rambutnya
“Sekarang semua titik gaib di tubuh cucu sudah terbuka, tinggal mencari Nyi Nunun untuk dikeluarkan dari tubuh cucu, setelah itu selesai sudah semuanya. Tapi untuk itu Mbah membutuhkan bantuan seorang lagi untuk ritual selanjutnya karena Mbah sebagai media untuk memanggil Ki Adang, suami si jin di tubuh cucu itu, dengan suaminya kita akan lebih mudah mengeluarkan Nyi Nunun” aku menjelaskan panjang lebar yang ditanggapi olehnya dengan anggukan kepala, “sekarang ayo kita ke kamar praktek Mbah!” kuulurkan tangan membantunya berdiri.
Olla mengikutiku masuk ke salah satu kamar praktekku yang berukuran lumayan luas. Kunyalakan tungku dengan kendil kecil di atasnya sehingga sebentar saja bau kemenyan memenuhi ruangan ini. Di dalam lemari kaca terdapat beberapa keris dan berbagai pernak pernik perdukunan yang terlihat berbau mistik, sebagian benda-benda itu tergantung di dinding. Kalau lagi musim-musim kampanye caleg atau pilkada, benda-benda tersebut adalah pohon uang yang subur bagiku karena kusewakan dengan harga cukup tinggi. Kebanyakan dari para penyewa itu tidak keberatan dengan tarif yang kuberikan dan hasilnya pada umumnya memuaskan, walau dianggap tidak mungkin menang atau main curang sampai digugat ke MK oleh lawannya, ia tetap menang. Aku tidak bisa menyebutkan di sini siapa saja mereka karena melanggar kode etik, anda bisa lihat saja sendiri di lapangan mana saja yang menunjukkan hasil dari bantuanku.
“Duduk aja di sini Cu!” kataku sambil membimbingnya duduk di dipan.
Dengan canggung dia menurut saja, lalu aku menuju interkom memanggil si Penyok untuk segera datang ke sini.
“Nyok...sini ada kerjaan nih!” panggilku
“Siap bos!” jawabnya di sana
“Loh Mbah? Kok...?” Olla agak kaget dan merasa risih ketika aku memanggilnya ke sini, “eeerrr...ada kain ga atau handuk?” tanyanya
“Tenang...tenang Cu!” aku mencoba menenangkannya, “si Penyok itu assisten kepercayaan Mbah, cucu gak udah sungkan. Dia yang akan Mbah pakai sebagai media untuk memancing Nyi Nunun keluar dari tubuh cucu”
Dengan setengah hati akhirnya Olla pun mengiyakan juga, “yah udahlah Mbah, udah nanggung di tengah jalan, masa mau berenti, tapi lain kali cari assistennya yang cakepan dikit napa Mbah?”
Penyok masuk ke ruangan ini dan matanya langsung tertumbuk ke arah Olla yang sedang duduk di dipan dengan tubuh polos. Olla sendiri menyilangkan tangannya menutupi dadanya dan selangkanganya, namun menurutku gaya demikian malah membuatnya terlihat semakin sensual saja.
“Nah sekarang gini Cu, ntar Mbah akan panggil Ki Adang masuk ke tubuhnya si Penyok ini, tapi nanti cucu jangan pernah singgung kalau istrinya ada di sini ya, biar aja pokoknya berjalan gimana mestinya deh, mengerti Cu?” aku memberi penjelasan.
Olla mangut-mangut sambil sesekali menatap risih ke arah si Penyok yang matanya makin jelalatan memandangi ketelanjangannya.
“Kalau gitu, udah siap kan Nyok? Nyok?” aku mengeplak kepala belakangnya, “eeee....dipanggil malah diem aja, sekarang gua mau mindahin jin ke tubuhlu! Lo siap kan?”
“Ehh...iya...iya Mbah sori abis ada yang mulus-mulus jadi ga tahan saya” katanya cengengesan, “saya siaplah Mbah, yuk mulai Mbah”
Olla menyingkir menjauhi Penyok bersila di dipan, ia terlihat jijik melihat tampang mupeng penyok yang tidak pernah lepas memandanginya. Aku sih maklum-maklum saja, ya dengan tampang ancur gini siapa sih yang tidak seram dengannya. Kusuruh Penyok membuka baju, tinggal menyisakan celana kolor lusuhnya saja. Lalu kutuangkan air kembang tujuh rupa di atas kepalanya sambil merapalkan mantera.
“Adang, lontok nalituk, ayninib eser, inis ul! HIYA!!!” sambil berseru kutempelkan telapak tangan di punggungnya.
Tiba-tiba Penyok bereaksi, tubuhnya bergetar hebat seperti kesetrum dan matanya berputar sampai putih semua. Olla yang melihat reaksi itu nampak tegang. Kepala Penyok lalu jatuh terkulai.
“Mbah...gapapa tuh asistennya?” tanya Olla.
“Ga...gapapa kok cu, tenang aja, udah biasa ini mah”
Baru saja aku selesai ngomong, tiba-tiba Penyok menegakkan kepalanya.
“Oya!! Ihaneb ainud nial!!” serunya sambil mengepalkan tangan ke atas, “hakk...hakk...hak...hakk...hakk!!” lalu ia tertawa terbahak-bahak seperti Sis Diny...eh seperti orang gila (sori, sori Sis)
“Hoi Dang...eyip erabak? Ahamuk gnamad?” sapaku pada Ki Adang yang telah masuk ke tubuh Penyok, “tenang Cu, ini Ki Adang, kenalin dulu!” kataku menenangkan Olla yang nampak ketakutan melihatnya
Sedikit info, Ki Adang ini memang agak ‘miring’ setelah dulu pernah kalah dalam pil-kadalin (pemilihan kepala dunia lain), makanya suka ketawa-ketawa ga jelas dan kadang ngomongnya juga gak nyambung.
Si Penyok |
Hehehe...kiab kok kiab, ada naapa hin liggnam aug?” tanyanya, “wah...wah...ada gnay sulum hin!” pandangannya tertumbuk ke arah Olla, “ini nak Olla Ramlan, sitra kitnac nad iskes uti, reneb nak?” pandangannya semakin mupeng, lebih-lebih dari si Penyok, jadi pembaca silakan bayangkan sendiri, tampang si Penyok yang sudah amburadul dibikin tambah kacau lagi oleh Ki Adang.
“gnanet, rabas ulud, aug gname ulrep nautnab ul, gnomo-gnomo inib ul eyip erabak? Amal kag regned aynatireb” aku berbasa-basi sambil menanyakan kabar istrinya, Nyi Nunun.
Belum selesai aku berbasa-basi dulu, tiba-tiba Penyok yang dirasuki Ki Adang menerkam Olla dengan ganas.
“Aaawww...Mbah, tolong!! Jangan!! Lepasin!!” artis cantik itu menjerit dan meronta-ronta di bawah tindihan si Penyok.
“Wei Dang...rasad ul! Rabas tikid apan?” tegurku, “tenang cu, tenang...ikuti aja, kan Mbah bilang tadi biarin berjalan gimana mestinya” aku membelai rambut Olla mencoba menenangkannya.
“Aahhh tapi Mbah, kok gini...aahh...mmmhhh” aku membungkam mulutnya dengan sebuah pagutan yang lembut dan dalam disertai remasan lembut pada payudara kirinya.
Penyok dengan bernafsu menggerayangi tubuh telanjang Olla, kini ia sedang mengeyoti payudara kanannya sambil tangannya terus menggerayangi lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Perlakuan lembutnku ternyata cukup untuk menenangkan Olla, kini ia tidak setegang tadi dan rontaannya berkurang. Ia bahkan mulai mengimbangi permainan lidahku di mulutnya, dalam hal ini ia terbilang mahir, lidahnya menari-nari beradu dengan lidahku, saling belit dan saling hisap. Tangaku memijati payudaranya dalam gerakan memutar searah jarum jam, pelan-pelan menuju ke tengah. Sesampainya di putting, kupilin lembut putingnya ke atas dan melepasnya, begitu terus bermain-main dengan birahinya.
“Hh.. hh.. hhsshh..” nafas Olla tersengal-sengal dengan tubuh menggeliat di atas dipan.
Tak lama aku menyuruh Olla duduk di pinggir dipan sementara aku dan Penyok berdiri di kanan dan kirinya dengan penis mengacung tegak ke arahnya.
“Yuk isepin kita gantian cu, sambil saya ngobrol sama Ki Adang ini!” perintahku.
Walau agak ragu dan memandang risih pada si Penyok, Olla melakukan juga apa yang kusuruh. Kedua tangannya meraih kedua penis kami. Ia memulai dengan mengulum penisku dan mengocok penis Penyok.
“Nah, olak inig nak asib lorbogn Dang. Anamig hin? Gnarakes niapagn aja ?” tanyaku
“kubis hal...kubis taub eynapmak idaj nediserp, ul uam idaj mit ukseskus kag?” jawabnya sambil meremasi payudara Olla.
Gelo juga nih jin, stress sampe berangan-angan jadi presidennya dunia lain sampai nawarin aku jadi tim suksesnya, kadang kasian juga sih, kalau manusia stress dan jadi miring biasanya dibilang kesambet jin, nah kalau jin jadi miring kesambet apaan yah?
“kag ha, aug aguj kubis id ainud aug, ag tapmes igal suru ainud nial, uuuhh...enak cu!!” jawabku sambil mengelusi rambut Olla, baik jilatan, kuluman, dan kocokan tangan artis satu ini memang luar biasa uenak.
“reneb hin? Ratn aug hisak mejnip nij nuthsup hed ek ul!” katanya lagi, tangannya menarik lepas ikat rambut Olla sehingga rambutnya yang hitam panjang itu tergerai bebas hingga bahu ke bawah.
“Hehehe...lakan aguj ul Dang, gname tepad irad anam hut nij nuthsup?”
Kini Olla sedang menjilati pelir si Penyok sambil mengurut-urut pelan penisku, ia begitu mahir melakukannya, jilatannya kemudian naik membasahi batang penisnya. Uuh...mungkin dengan melihatnya saja sudah bisa membuatku ejakulasi. Untung aku cukup kuat untuk bertahan.
“irad bihos-bihos nij skp aug gnod, ekokop aynasar batnam siba hed! Uuuhhh...ayak nagnopes Olla ini hin!”
“apa kag tukat olak inib ul uat Dang? Eyip erabak si Nunun?” tanyaku mulai memancing dengan pertanyaan tentang istrinya.
“Nunun his igal taggnim, niraib aja hed, ratn aguj gnalup iridnes, halam aug gneyup ualak ada aid”
“gneyup anamig hot?”
“Is Nunun atnim tiud najaj suret, hadu uat aug teres siba lagag id niladaklip hisam suret atnim, halam atnim kian, anamig aug ag sserts aboc? Hadu ha, uag uam totnegn ulud adapirad nignomo aid!”
Penyok kemudian menaikkan tubuh Olla ke dipan dan menarik pinggangnya hingga menungging, lalu ia berlutut di belakangnya dan mendesakkan penisnya ke liang kenikatan Olla, penis itu melesak masuk dengan perlahan.
“Aaawwhh...Mbah...kok gini?” Olla menatapku sambil membelalakan mata dan mengerang merasakan penis si Penyok mempenetrasi vaginanya.
“SSshhh...nikmati aja Cu, sedikit lagi selesai, Mbah jamin itu!” kataku sambil meremas tangannya.
Kepala Olla terdongak karena rambut panjangnya dijambak dan mulutnya mengeluarkan rintihan setengah menjerit. Penyok mulai menggenjoti vaginanya dengan ganas sampai suara kecipak kelamin beradu memenuhi ruangan ini. Penyok menangkap payudara montok Olla dan meremasinya dengan keras. Sementara Olla disetubuhi Ki Adang dalam tubuh Penyok aku sibuk komat-kamit merapalkan mantra sambil memijati payudara Olla yang bergantung. Tiba-tiba Olla mengejang dan menjerit panjang, Penyok memberi jeda waktu menghentikan hentakannya membiarkan artis cantik ini menikmati orgasmenya. Olla terus menggeram hingga kemudian tubuhnya kembali rileks dan kembali terguncang-guncang dahsyat akibat sodokan-sodokan dari belakang. Tubuh Olla mengkilap akibat basah oleh keringat dan sisa minyak gaharu.
”ooouch...yah teruss...puaskan aku lagi ...ahhhss”, rintihnya.
“Huehehehe...kaneu tegnab, batnam!! Gname ulrep nautnab apa ukirad epmas hisagn gnay kiysa inig?’’, tanya Ki Adang padaku sambil terus mengayunkan pinggulnya
“ratn aja aug hisak uat, gnarakes yojne ulud hal!” kataku.
Tangan menampari pantat bahenol Olla seperti sedang memicu kuda. Ayunan pinggul Olla pun semakin menghentak-hentak dahsyat menghasilkan suara becek gesekan kelamin.
“ooouch...teruss...aahss..puaskan aku Mbak....jangan berhenti...aahs”, rintihnya dengan suara manja
Persetubuhan dahsyat menyebabkan bergoyang-goyangnya dipan tuaku ini. Tiba tiba Penyok mempercepat sodokannya sehingga Olla menggelinjang histeris hingga kedua payudaranya terpental-pental. Sampai akhirnya, janda cantik beranak satu ini pun menjerit panjang ketika mencapai klimaks
“Aaaaaaaaaa aaa…..gggghh…!”.
Setelah mereda Penyok rupanya belum puas, ia mencoba membangkitkan gairah Olla dengan menjilati vaginanya Sementara aku menyodorkan penisku yang sudah sangat tegang ke mulutnya. Olla menyambutnya dengan antusias. Ia jilati seluruh permukaan batangku beserta kepalanya yang mirip helm tentara dengan sangat mesra. Kemudian ia masukkan ke dalam mulutnya.
“Uuuhh Cu...enak!” desahku dengan mata terpejam ketika ia mengeluar masukka penisku sambil sesekali menyedot dengan kuat.
“Ayo Bang...entot aku lagi dong!” kata Olla lirih sambil menunggingkan pantatnya lebih tinggi dan dua jarinya membuka lebar bibir vaginanya meminta Penyok yang kerasukan Ki Adang menyetubuhinya lagi, rupanya gairah liarnya telah kembali menyala.
“Hak...hak...hak...nahigatek ay non?”
Kali ini Penyok langsung menyerbu dengan sodokan sodokan yang cepat. Saking semangatnya hingga kantung zakarnya menepuk nepuk selakangan Olla dan menimbulkan bunyi yang cukup keras, “plok! Plok! Plok!” Aku duduk selonjoran di depannya sambil mengerang nikmat merasakan mulutnya memanjakan penisku, lidah yang hangat itu begitu lihai membelai kepala penisku.
“Uuuhh...cu...gitu terus cu, enaaakkhh!!” erangku sambil mengelusi rambut panjangnya.
Selang beberapa saat kemudian, tubuh Olla terasa mengejang, lalu bergetar hebat. Ia lepaskan kulumannya pada penisku dan mendesah panjang menyambut klimaksnya
“Aaaaarrrrghhhhh!!!” matanya terbeliak beliak diterpa berjuta kenikmatan
Tak lama kemudian ketegangan tubuhnya pun mereda. Penyok mencabut penisnya masih tampak menegang dan belum ejakulasi.
“Jok...uam kag hut?” ia memberiku giliran untuk menyetubuhi artis cantik ini.
“idat hadu his, ipat halhelob, kane his”
Kurengkuh tubuhnya lalu kutelentangkan tubuhnya di tengah dipan, kurentangkan kedua kakinya lebar lebar hingga liang senggamanya yang habis dijejali kemaluan penyok mengaga lebar. Sisa sisa lendir orgasmenya yang berwarna putih kental meleleh di bawah celah itu. Pemandangan yang sungguh membangkitkan birahiku. Dengan gemas kulesakkan batang kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya.
“Aaahh...Mbah!!!” desah Olla dengan mata membelakak
Kemudian kukayuh pinggul maju mundur dengan kuat dan tempo yang cepat. kumasukkan batang kejantananku ke dalam lubang kemaluannya. Olla mengikuti gerakanku sambil mendesah-desah, pinggulnya seperti berdansa ke kiri kanan. Liang kewanitaannya bertambah licin saja sehingga batang kejantananku makin lancar keluar masuk. Mataku merem melek memandangi wajah Olla yang telah bersemu merah karena birahi tinggi. Sementara itu Penyok telah menempatkan dirinya di samping Olla dan menyodorkan batang kemaluannya. Olla meraihnya dengan sepontan dan menyambutnya dengan jilatan yang rakus. Penyok mengulurkan tangannya ke arah selakangan artis cantik itu. Ia gunakan jari tengahnya untuk menggesek kelentit Olla sementara aku menggejot liangnya penuh nafsu. Olla melengkungkan punggungnya penuh rasa nikmat. Tak lama Olla terasa mengejankan tubuhnya disertai jeritan penuh kepuasan. Dinding dinding dalam vaginanya terasa mencengkeram kuat batang kemaluanku. Hingga akhirnya beberapa detik kemudian lendir orgasmenya memancar keluar dan membasahi seluruh batang kemaluanku.
Kami berganti posisi lagi. Olla berlutut di lantai di antara aku dan penyok yang berdiri merasakan pelayanan oralnya. Olla memeluk pinggangku dengan kuat sambil membenamkan mukanya di selakanganku sambil mengocoki penis Penyok dengan tangannya. Penisku dalam mulutnya pun terperosok lebih dalam hingga menyentuh pangkal lidahnya
“Nngghhh...enak, gitu cu, terusshhh....” ceracauku menyemangati Olla.
Akhirnya aku pun menyerah juga pada sedotan dan jilatannya yang ahli ditambah lagi tangannya kini ikut mengocok dengan sangat cepat
“Ooohhh cu...mbah keluar nih!!” lenguhku.
Olla menghisap semakin kuat sampai akhirnya ujung penisku menggeliat geliat kemudian menyemburlah spermaku beberapa kali di dalam mulutnya. Kupejamkan mata dan menggeram sekeras kerasnya saat kurasakan Olla menyedot setiap semprotan spermaku. Setelah semprotan itu mereda ia baru mengeluarkan penisku dari mulutnya. Creett...crettt...sisa semprotan spermaku mendarat di wajah cantiknya.
“Uuuhhh...tirjna...aug uam torcegn hin...aaakkkhhh” Penyok yang penisnya tengah dikocok oleh Olla juga melenguh-lenguh nikmat “Ohh…Ohh..” erang asistenku itu dan penisnya memuntahkan sperma yang begitu kental dan putih.
Cairan itu menyemprot telak membasahi wajah Olla, kedua payudara, leher serta rambutnya juga tak luput dari cipratan cairan putih tersebut.
“Hhhssshh...hhsshhh...batnam...ini urab batnam!” sahut Penyok mengacungkan jempol (RCTI oke....)
“amas is Nunun batnam anam Dang?” tanyaku.
“Oy, ini hot....asam nignidnabid amas is kenen aut uti?”
“idaj utig ay?” tiba-tiba Olla yang sedang mengocok penis kami yang mulai lemas berubah suaranya menjadi seperti ibu-ibu, “aug kenen aut ay? yopmik amas nij nuthsup ay?”
“Lho...Nun...kok utis asib id inis? AAAAAOOOOOO!!” Ki Adang dalam tubuh Penyok yang terkejut tiba-tiba menjerit kesakitan sampe matanya melotot karena buah zakarnya diremas keras oleh Olla lalu disusul ‘BUKH!’ sebuah uppercut menghantamnya di dagu sehingga membuatnya terpelanting ke belakang.
Aku yang tidak mengalami saja bisa merasakan sakitnya apalagi suara jeritannya itu sungguh menyayat hati. Sungguh murka seorang istri yang dikhianati itu sangat mengerikan ya.
“Eh...ehhh...Nun...nagnaj...uti netsisa aug!” aku memegangi lengan Olla yang kembali ingin menghajar Penyok.
“Heh...emid ul! Aug igal nisereb nasuru amas imaus aug!” lalu ‘BUK’ sebuah bogem mendarat di wajahku.
“AAWWW” aku kesakitan memegangi pipiku.
“Jok...gnulut Jok...kok idaj inig his?” Penyok ketakutan dan minta tolong padaku sambil beringsut menghindari Olla yang sedang kerasukan dan ngamuk.
Aku baru ingat inilah momen yang tepat, tanpa menghiraukan pipiku yang masih nyut-nyutan dibogem, aku segera menyiapkan jurus berikutnya dan komat-kamit merapalkan manteranya. Kuhampiri Olla yang sedang menarik-narik kaki kanan Penyok yang masuk ke bawah meja.
“Hhheeeaaa!!” teriakku sambil menyentakkan dua telapak tangan pada mereka.
Dua jin itu pun terpental keluar sementara Olla dan Penyok langsung terkulai lemas. Hanya orang berilmu seperti akulah yang mampu melihat kedua jin itu.
“Imaus kalpok! Setnap hateb iridnes amal utig” kata Nyi Nunun yang berwujud wanita berkerudung sambil menepuk-nepuk pentungan ke tangannya, “aynuat reneb ada niam, hin...niasar gnutnef aug!
geramnya seraya mengayunkan pentung itu.
“wadoh...doh...doh...nupma...nupma...!” Ki Adang yang berwujud pria setengah baya itu menghindar sambil nangis-nangis minta ampun, “kag igal, kag igal...hapmus!”
“hapmus...hapmus...hapmus alap ol!!” Nyi Nunun kembali menghantamkan pentungnya pada suaminya.
“Awww...awww...Jok...nignulut aug gnod! Wadoh!!” Ki Dadang terbirit-birit lari menghindari istrinya yang ngamuk.
“Walah, uti nak nasuru hamur aggnat etne audreb, suru iridnes had!” kataku santai.
Kejar-kejaran sepasang suami istri jin itu seperti Tom n Jerry saja, untungnya mereka tidak memiliki raga, kalau tidak bisa hancur berantakan tempatku ini. Mereka akhirnya menghilang di balik tembok dan suara mereka terdengar makin menjauh dari tempatku hingga akhirnya suaranya pun tak terdengar lagi. Lega...akhirnya berhasil juga tugasku mengusir jin dari tubuh Olla. Aku mendekati Olla dan Penyok yang tak sadarkan diri. Yang pertama siuman adalah Olla.
“Duh...dimana ini Mbah, tadi saya hilang kesadaran lagi?”
“Berita bagus cu, jinnya udah pergi, dan Mbah udah menutup titik-titik gaib di tubuh cucu supaya dia gak kembali lagi”
Senyum manis pun perlahan menghiasi wajahnya, “Bener mbah, terima kasih ya”
“Itu sudah tugas mbah, cu. Ramuan yang mbah masukkan ke tubuh cucu juga berkhasyat untuk cucu enteng jodoh, jadi semoga cucu mendapat pria idaman setelah ini”
Tak lama kemudian, Olla pun mengambil pakaiannya dan mulai mengenakannya lagi, lalu dari dalam tasnya ia mengambil selembar cek dan menuliskan nominal yang cukup besar dan diserahkannya padaku.
“Baiklah Mbah, ini dari saya, semoga cukup, ntar kalau ada masalah saya akan konsultasi ke mbah lagi” katanya
“Hehehe...bagi mbah sih yang penting cucu puas dengan hasil pengobatan mbah, kapanpun pintu rumah ini terbuka untuk cucu datang kembali” kataku
“Baiklah Mbah, kalau begitu saya pamit dulu,”kata Olla berpamitan setelah lengkap berpakaian, “omong-omong Mbah, itu assistennya gak apa-apa?” tanyanya sambil melirik ke si penyok yang masih kelenger di bawah meja.
“Ohhh...gapapa kok cu, udah biasa, nanti juga siuman kok hak...hak...hak....!”
Selesai juga sesi yang seru siang ini, lumayan hari ini menambah pahala ganda, yaitu menolong Olla dan ‘mempersatukan’ suami istri yang lama terpisah. Tidak sampai setahun setelah konsultasi denganku, Olla, seperti yang mupengers sekalian ketahui, mendapat jodoh seorang pria ganteng bernama Aufar. Setelah menikah Olla juga sempat beberapa kali berkunjung lagi ke tempatku, istilah kerennya ‘bimbingan spiritual’ hak...hak...hak...yang ujung-ujungnya sih hubungan badan.
-----------------------------------------------
“Hadoh, badan gua kok jadi babak belur gini Mbah? Emangnya diapain aja sih tadi?” keluh Penyok setelah sadar dan merasakan ngilu dimana-mana terutama selangkangannya yang diremas tadi.
“Yah...insiden kecil lah Nyok, kan yang penting situ udah liat Olla Ramlan bugil”
“Gua baru liat belum ngerasain udah disambet sama tuh jin, mana sempat ngerasain enaknya huhh...”
“Yah yang penting lu udah ngerasain encuk-encuk si Olla kok, nih bonus dari gua ganti rugi babak belur lu!” kataku memberikan tiga lembar Soekarno-Hatta padanya.
Akhirnya Penyok tersenyum juga setelah kuberikan ganti rugi itu, saat itu HP-ku berbunyi dan kulihat nama ‘Ahmad Fathanah’ menyala di layarnya. Kuterima panggilan itu,
“Ya...Pak Fathanah, assalamualaikum!” sapaku.
Hehehe...ternyata nih orang mau isi ulang jimat pemikat wanitanya karena hampir habis masa berlakunya (emang cuma pulsa yang bisa isi ulang?). Aku suka pelanggan ini, ia murah hati dalam memberi honor, juga merekomendasikan banyak rekan-rekan partainya padaku, buktinya boss partainya saja minta jimat yang sama sampai bisa dapat bini muda anak sekolahan, juga rekan-rekannya yang lain yang kebanyakan hobi poligami itu, semua pesan jimat padaku.
“Nyok, buat Pak Fathanah mau isi ulang jimat ntar malem udah rampung persiapan ritualnya belum?” tanyaku pada assistenku ini setelah menutup HP.
“Ooohh...air mandi dengan peju tujuh rupa binatang yah, cuma kurang satu bahan sih, peju kebo, persediaan di kulkas udah habis Mbah, gimana dong?”
“Oohh...itu bisa diganti jadi peju sapi, masih ada gak?” tanyaku
“Ada...kalau itu sih ada, oke deh Mbah saya siapin dulu!”
Di kemudian hari si Fathanah ini gara-gara terlalu banyak proyek jadi lupa mengisi ulang jimatnya, akibatnya....ya kalian bisa lihat sendirilah di media. Oke segini dulu deh cerita dariku, sampai jumpa di lain kesempatan yah. Hak...hak...hakkk....!!
By: Panat Djaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar