Rabu, 28 Oktober 2015

Binalnya Istriku 4

Aku ketiduran cukup lama rupanya setelah meraih orgasme dengan tanganku sendiri tadi, dibantu bayangan istriku yang tengah kubayangkan digauli oleh kedua keponakanku yang memiliki batang penis besar dan panjang itu. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 09.30, dan aku belum mengambil air untuk mandi nanti sore, waahh gawat ini bisa tidak mandi nanti orang serumah batinku cemas. Segera aku bergegas bersiap-siap dan mengambil timba di dapur.kulihat istriku belum mandi dan tengah memasak untuk makan siang. Sementara budi dan sandi sudah berangkat karena tak kutemukan mereka di dalam rumah maupun dibelakang rumah. “dik, aku kesungai dulu ya ambil air, tadi mas ketiduran cukup lama rupanya” pamitku pada istriku, “iya mas, ambil secukupnya saja, persediaan air kita masih cukup kok kebetulan kemarin sumur kita ada sedikit air cukup buat mandi dan mencuci dirumah, habis ini aku mau mencuci mas sekalian mandi dikamar mandi “sahut istriku, “iya dik, mas berangkat dulu” sahutku dan disambung istriku “hati-hati dijalan mas” lambai istriku dari pintu dapur.


Aku berjalan menyusuri jalan desa menuju sungai tempat mengambil air, ditengah jalan aku bertemu dengan pak dodi ketua RW dan pak joko bendahara desa. Kulihat mereka tengah menenteng tas dan membawa map. Kusapa mereka “wah mau kemana pak dodi dan pak joko kok sibuk sepertinya?” sapaku pada mereka. “eh mas Fais kebetulan ketemu disini, ini kami lagi menarik iuran untuk pembayaran pertunjukan di lapangan desa kemarin lusa, ternyata ada kekurangan pembayaran jadi akhirnya oleh pak lurah, kekurangan biaya tadi dipukul rata ke penduduk desa mas” jelas pak joko selaku bendahara. “Dan ini rencana nya juga kami nanti mampir kerumah mas fais untuk menarik iuran ibu mas fais, kalau mas fais ada uang Rp. 5.000; sekarang jadi nanti saya tidak perlu mampir kerumah mas” sahut pak dodi menambahi. Uang segitu bukanlah jumlah yang besar bagiku, namun ketika kurogoh saku celanaku ternyata aku tidak membawa uang sama sekali apalagi dompet. “waduh saya pas tidak membawa uang ini pak dodi, tapi dirumah nanti ada istri saya kok, biar nanti dibantu istri saya saja pak, bilang saja tadi sudah ketemu dengan saya dijalan” jawabku singkat. “ya sudah kalau begitu mas, saya tak ke bu rumini dulu, nanti sekalian kerumah mas fais” sambung pak joko. “mari mas fais kami berangkat dulu” tambah pak joko, “iya mari pak…”jawabku singkat.


Aku bergegas kesungi untuk mengambil air, namun ketika aku sudah mengambil air, dan bersiap kembali kerumah, aku teringat jika istriku tadi hendak mandi. Wah, aku kok lupa ya, gawat jika pak joko dan pak dodi melihat penampilan istriku dengan dasternya tadi. Aku buru-buru kembali kerumah dengan langkah yang sedikit cepat, 2 timba yang kupikul itu awalnya berat kini tidak lagi kurasakan. Sepanjang jalan air dari timba berceceran kemana-mana. Setelah aku sampai dihalaman belakang, aku tak menemukan istriku didapur, kemana istriku???jangan-jangan dia sudah menemui pak dodi dan pak joko, aku tidak kepikiran mencari istriku di kamar mandi karena tak kudengar gemericik air pertanda orang mandi. aku memutar lewat halaman samping rumah dan justru tidak masuk rumah. Ketika setengah berlari aku mendengar suara pak dodi memanggil-manggil penghuni rumah menandakan ada tamu yang berkunjung, namun kemudian begitu aku sampai justru aku mendengar langkah kaki mereka menjauh dari pintu depan dan melangkah menuju depan (sisi rumah yang satunya dimana terdapat dapur, kamar mandi dan pelataran sumur tempat menjemur baju). Wah dimana ya istriku kalau didepan tidak ada, aku kemudian bergegas hendak menyapa mereka ketika mereka sampai di pintu pelataran halaman belakang, aku mengurungkan niatku karena mereka tiba-tiba tertegunn seperti terkejut melihat sesuatu. Aku melangkah mengendap-endap dan mencari posisi yang tepat untuk dapat melihat apa yang mereka lihat. Begitu aku mengarahkan pandangan dimana pak dodi dan pak joko melihat, aku terkejut setengah mati. Kulihat istriku tengah menjemur pakaian membelakangi kami sehingga dia tidak mengetahui kedatangan pak dodi dan pak joko yang ada dibelakangnya.aku bingung harus memanggil pak joko dan pak dodi atau tidak, namun jika kupanggil nanti malah membuat istriku malu karena melihat dia yang setengah telanjang diperhatikan 2 orang asing. Istriku rupanya baru selesei mandi dan hanya berbalut handuk yang melilit tubuhnya, handuk itu tidak cukup besar untuk melilit tubuhnya, sehingga hanya dipakai sekenanya saja oleh istriku. Bagian payudara istriku terlihat sangat mencuat seperti hendak tumpah dan bagian bawah sangat pendek, hanya 10cm saja dibawah pantat istriku, sehingga jika istriku membungkuk mengambil baju yang hendak dijemurnya dari ember larutan pewangi pasti akan terlihat bongkahan indah pantat istriku serta belahan liang senggamanya yang tembem merekah merah. Pak joko dan pak dodi terpaku melihat keindahan tubuh istriku, berkali-kali mereka menelan ludah karena terangsang melihat wanita cantik dari kota yang kini ada dihadapannya tengah berpenampilan setengah telanjang. Setelah istriku selesai menjemur semua pakaiannya tiba-tiba saja dia berbalik sembari melepas lilitan handuknya. Payudara istriku yang besar dan montok itu seolah terbebas dari kekangan dan borgoncang dengan indahnya, karena cepatnya gerakan istriku melepas dan menyampirkan handuk pada jemuran tadi sehingga dia tidka menyadari ada orang yang tengah memperhatikannya dengan penuh nafsu, dapat kulihat batang penis kedua orang ini tengah ereksi dari gembungan pada celananya. Istriku dengan santai nya mengibaskan rambut curly nya yang basah seusai keramas tadi hingga dia pun melihat kearah pintu masuk pelataran. “aahhh” istriku terpekik kaget melihat ada 2 orang pria dewasa tengah melihat ketelanjangannya, buru-buru dia menutupi payudaranya yang besar dan kemaluannya dengan menyingsutkan lengannya namun tentu saja itu tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian payudara istriku karena tidak cukup. Istriku berusaha menggapai handuknya kembali, namun saying handuk itu justru terjatuh pada ember larutan pewangi yang tadi dipakainya membilas baju yang telah dicucinya. Istiku berusaha mengambil handuk nya yang basah tadi dan hendak memakainya. Namun ternyata tiba-tiba pak dodi sang ketua RW dengan beraninya menenangkan istriku, “dik dik disha, ini saya pak dodi RW di lingkungan ini, dan ini pak joko bendahara desa, apa dik disha lupa?” , “iya dik disha, kami tadi ketemu suami dik disha waktu mengambil air, kami mau menarik iuran desa dik, kata mas fais tadi disuruh minta ke dik disha saja” jelas pak joko. Istriku sudah sedikit tenang namun tangannya masih berusaha menutupi payudaranya, sementara handuk yang tadi depegang dengan tangan kiri diabaikan dan jatuh kembali kedalam ember. “oh, iya pak saya ingat, maaf tadi saya kira ada maling masuk rumah makanya saya takut pak” jawab istriku sedikit santai. “wah dik disha habis mandi yah?kok telanjang-telanjang menjemur baju” Tanya pak dodi mesum sambil cengar-cengir pada pak joko. “iya nih, kita kan jadi tidak enak kan pak dod” sambung pak joko terkekeh. “waah maaf yah pak dodi, pak joko saya menyambut tamu tidak sopan begini” sahut istriku masih berusaha menutupi payudaranya namun liang kewanitaannya dibiarkan terbuka bebas. “ah tidak mengapa dik disha, tidak usah sungkan atau malu sama kami, lagipula kami dari tadi sudah melihat dik disha dan kini papa bedanya kan” ucap pak dodi tersenyum-senyum. Diluar dugaan justru akhirnya kini istriku menurunkan tangan kanan nya yang tadi menutupi payudaranya dan sekarang keindahn payudara istriku dengan puting merah kecoklatan itu terpampang dihadapan kedua orang tua yang pantas menjadi ayahnya istriku itu .


Ketika istriku menurunkan tangan yang menutupi payudaranya tadi dan kini sepenuhnya dia telanjang, pak dodi dan pak joko berdecak kagum “waawww….”, namun justru istriku tertawa saja melihat tingkah kedua orang kurang ajar itu dan membuat payudara besarnya berguncang-guncang seiring gelak tawanya. “ahh sudah-sudah pak dodi dan pak joko apa-apaan sih, kayak tidak pernah lihat perempuan gak pakai baju saja, kan juga sudah sering lihat istri-istrinya kan pak” sahut istriku. “wah tapi klo lihat dik disha kan lain cerita lagi, ya gak pak joko” sambung pak dodi, “iya betul itu dik, kalau lihat dik disha kami seperti berada disurga melihat bidadari yang cantik dan menggoda” sahut pak joko memuji istriku. Istriku bukannya berpamitan untuk segera kedalam rumah mengambil pakaian mengenakannya dan kembali dengan membawa uang , tetapi justru menanggapi candaan mereka. Istriku terlihat santai membalas obrolan-obrolan mereka yang menjurus kearah ranjang tanpa sedikitpun rasa canggung. Cukup lama mereka bertiga berdiri, dan kesempatan itu tidak disia-siakan oleh kedua orang tua itu. Berkali-kali mereka meneguk ludah menahan diri supaya dapat terus bisa lebih lama menikmati ketelanjangan istriku. “oia, mas fais kok belum datang ya pak?” tanya istriku , “wah tidak tahu ya dik, tadi sih bapak ketemu pas ngambil air, mungkin ngobrol dulu dengan warga pas disungai”sahut pak dodi terkekeh. “tadi kan mas fais sudah bilang kalau akan dibantu dik disha jadi mungkin mas fais lama baliknya karena sudah merasa akan dibantu dik disha buat pembayarannya”, “mari masuk kerumah pak” sahut istriku mempersilahkan kedua orang itu masuk rumah. Namun bukannya mereka masuk melalui pintu depan, tetapi malah mengikuti istriku dari belakang lewat pintu dalam. Mereka sibuk membetulkan posisi batang penis mereka yang tegang supaya tidak ketahuan istriku, kulihat mereka memperhatikan goyangan pinggul dan pantat istriku ketika berjalan dibelakangnya. Aku harus mencari tempat untuk melihat apa yang akan dilakukan istriku, aku berputar kembali dan bersiap didekat jendela ruang tamu. Sementara itu pak dodi dan pak joko sudah duduk ditemani istriku yang tengah bertelanjang bulat. Istriku menyilangkan kaki nya sehingga bulatan pantatnya terlihat sangat seksi ketika duduk. “pak joko dan pak dodi mau minum apa?” tawar istriku, “ah ndak usah repot-repot dik disha, kami kesini kan cuma sebentar” jawab pak budi, “iya, dik disha disini saja, temani kami mengobrol sambil menunggu mas fais”, sambung pak joko. “ah pak joko ini nanti kalau dilihat mas fais bagaimana istrinya tengah telanjang bersama bapak bapak” sahut istriku, “waahh jadi kalau mas fais belum datang mau ya menemani kita disini dik disha?” tawa pak budi. “ahh udah ah, saya buatin minum dulu ya” balas istriku sambil berjalan kearah dapur. Sementara itu pak dodi dan pak joko kudengar berbisik-bisik
“wah gila banget dod istrinya si fais, gatal juga ternyta dia”,
“iya jok, gak nyangka aku ternyata si disha binal juga, masak dia kagak malu telanjang didepan kita”,
“kamu tadi lihat kan dod, gimana bodynya si disha istrinya fais, seksi dan bahenol banget dodd, teteknya gede baget tapi ndak kendor, tempik e ya tembem habis dicukur”,
“kontolku ngaceng iki jok, pengen tak ‘ancheli’ tempik e si disha, kayaknya memang pengen kita kenthu itu istrinya si fais”
“wah beruntung banget ya si fais dapat istri cantik seksi kayak disha itu, kalau itu istriku sudah tak kenthu terus dengan kontolku ini dod” sahut pak joko sambil memamerkan batang penisnya yang besar dan panjang.
“wah kontolku ya gak mau kalah ini jok, sudah ngaceng dari tadi ini” pak dodi juga mengeluarkan batang penis yang tidak kalah dengan pak joko.
“kira-kira si fais bisa memuaskan istrinya apa kagak itu, modele mlempem gitu kayak krupuk kena sayur” ejek pak dodi
“sepengetahuanku didunia perkenthuan, hehehe disha itu model-model yang galak diranjang dod, wajahnya lihaten, wajah-wajah haus seks itu, terus lihaten badane, model bongsor dan teteknya besar padat itu dia gak mau kalah sama suami, ditambah lagi betisnya disha itu membunting padi, betis model itu gak puas jika cuma dikenthu satu ronde saja, butuhe pasti yang gede, panjang trus beberapa ronde jika lagi dikenthu, juga kalau ngenthu pengennya pasti diatas dan aku yakin pasti fais gak bisa buat disha merem melek, yang ada paling fais crot duluan” pak joko menjelaskan pengalamannya,
“hahahaha”

Itulah sedikit percakapan yang kudengar dari jendela tempatku mengintip. Hatiku panas dingin mendengar pembicaraan kotor mereka berdua, memang benar apa yang dikatakan mereka, gairah istriku sangat tinggi, dia juga merupakan wanita yang cerdas terlebih disha sangat sempurna kecantikan wajahnya, sehingga dapat menggoda siapapun yang menatap wajahnya. Aku memang tak pernah bisa memuaskan istriku ketika aku menyetubuhinya, hanya menggenjotnya beberapa menit aku sudah tidak bisa mengatur ritme sodokan pada liang kenikmatan istriku dan tak lama kemudian crooot croott menyemburlah sperma ku pada rahim istriku. Namun tak dapat kupungkiri jika mendengar omongan cabul kedua bapak-bapak itu tentang istriku justru membuatku terangsang, kemaluanku menegang keras sekali. Pak joko dan pak dodi masih sibuk dengan permainan tangan mereka pada kemaluan masing-masing, keduanya sama-sama besar dan panjang. Mereka tak menyadari jika istriku telah selesei membuatkan minum dan tengah berjalan kembali keruang tamu. Istriku yang cantik itu begitu terkejut melihat apa yang terjadi diruang tamu, namun keterkejutan itu bukan dikarenakan kedua bapak itu tengah memainkan batang penis mereka, tetapi istriku melihat bahwa didepan matanya kini ada 2 batang penis yang besar dan panjang tengah ereksi maksimal. Menyadari bahwa istriku sudah kembali, pak dodi dan pak joko buru-buru memasukkan kembali batang penis mereka.
“hayoo pak joko dan pak dodi ngapain itu kok buka-buka celana?” tanya istriku biasa saja
Melihat ekspresi dari istriku yang biasa saja tersebut, pak joko dengan kurang ajarnya berkata pada istriku
“didalam sesak soalnya dik, biar nyaman kita keluarkan deh, ya kan pak dod?
“iya dik, habisnya panas-panas gini lihat yang panas juga” sahutnya sambil cengar-cengir
“hahaha…pak dodi dan pak joko bisa saja ah”tawa istriku melihat kelakuan mereka
“kalau masih sesak dikeluarkan saja lagi pak, daripada nanti malah kesemutan, hahaha …. ya sudah saya ambilkan uangnya dulu pak, ini kopinya diminum dulu”
Nampak istriku terpesona dengan kedua batang penis milik pak dodi dan pak joko, bahkan aku dapat melihat jika liang kewanitaannya sedikit mengkilat karena basah. Istriku masuk kedalam kamar dan kemudian duduk termenung diatas dipan tempat tidur. Perlahan istriku mulai mengelusi bibir liang senggamanya dan tangan yang satunya lagi asyik meremasi payudaranya, “aahhh…. ahhhh ….” desahannya cukup keras hingga akupun dapat mendengarnya yang ada diluar ruangan. Tentu pak dodi dan pak joko pun dapat mendengar desahan istriku. Mereka berdua berpandangan ketika desahan desahan itu kian panjang dan disertai lenguhan. Gila! Apa yang istriku lakukan, apakah dia bermaksud hendak memancing mereka masuk kedalam kamar, menunggu salah satu atau bahkan keduanya berani masuk karena merasa diundang oleh istriku melalui desahan dan lenguhannya. Aku harus menghentikan ini, aku mungkin bisa menerima ketika melihat aksi persetubuhan istriku dengan mas teguh disungai kala itu atau ketika istriku digauli oleh pardi dikebun tebu saat dia menonton pertunjukan rakyat. Namun, aku tak siap jika melihat istriku akan digauli lagi, oleh 2 orang tua yang sepantasnya menjadi bapak istriku itu, apalagi ini dirumah keluarga ku. Bagaimana jika ibuku sampai terbangun dan melihat apa yang dilakukan oleh menantunya itu.
Aku bergegas lari kepintu belakang supaya seolah-olah aku dikiran baru tiba dari sungai ketika pak joko dan pak pardi berdiri hendak melangkahkan kaki nya kekamar kami. Saat aku sampai dipintu belakang, aku pura-pura berteriak memanggil istriku.
“dik, kamu dimana???kok didapur dan dikamar mandi tidak ada?”
“dik kamu apa ada dikamar?”
Teriakanku tersebut membuyarkan kenikmatan yang hendak diraih istriku sekaligus menggagalkan niatan kedua orang tua tadi yang hendak berjalan ke kamar kami. Aku lantas kemudian menuju ruang tamu dan melihat pak joko dan pak dodi yang tengah sibuk membetulkan celana mereka.
“eh pak joko dan pak dodi, sudah lama pak? Tanyaku berbasa basi
“ah barusan kok mas fais, ini saya dengan pak joko juga baru saja tiba” balas pak dodi
“oia pak, istri saya dimana?” tanyaku pada mereka
“iyaa mas, adik ada dikamar lagi mengambilkan uang buat iuran” teriak istriku dari dalam kamar
“sebentar ya pak, ditunggu dulu” sahutku
“iya mas” sahut mereka bersamaan.
Aku berjalan kearah kamar, dan melihat istriku tengah telanjang mencari dompetnya dilemari.
“lho dik, kamu kok gak pakai baju sih?”
“maaf mas, tadi handuk ku basah pas aku jemur pakaian, dan ketika itu pak dodi dan pak joko datang, akhirnya aku persilahkan mereka duduk dulu didepan”
“jadi kamu tadi telanjang menemui mereka dik?!”
“maaf ya mas, adik tidak sengaja tadi” jawab istriku memelas
aku yang tadi hendak berpura-pura marah untuk menghentikan sifat istriku yang telah menghianati perkawinan kami justru malah terpengaruh dengan kepura-puraan istriku itu, wajahnya begitu polos hingga aku tidak tega memarahinya meski itu hanya pura-pura.
“ya sudah lah dik, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur, kamu segera pakai baju biar gak kedinginan” jawabku untuk menenangkannya. Kemudian aku mengambil uang dari dompetku yang ada dicelana yang kugantungkan dibalik pintu kamar.
Kemudian tak lupa aku tutupkan tirai kamar sebelum menemui pak joko dan pak dodi,
“wah maaf menunggu lama ya pak”
“tidak apa-apa kok mas fais, hitung-hitung istirahat sebentar setelah ‘berpanas-panasan’ tadi, apalagi kami sudah dibuatkan kopi sama dik disha” sahut pak dodi sambil cengengesan.
“kamu ini kok senyam-senyum terus dari tadi pak dod, obatmu habis ya?” seloroh pak joko diiringi gelak tawa mereka berdua.
Setelah berbasa-basi sebentar mereka hendak undur diri, namun istriku belum juga kembali kemari setelah tadi aku suruh berpakaian.
“saya dan pak joko pamit permisi dulu mas Fais, terima kasih atas keramahannya”
“oia, dik disha tadi kemana mas Fais kok tidak kelihatan?” tanya pak joko
“mungkin istirahat dikamar pak”
“oia, kami lupa jika tadi kami lewat pintu belakang waktu masuk kesini tadi”
“iya pak silahkan”, aku memberi jalan kepada mereka untuk kembali kebelakang lewat ruang tengah yang melewati kamar kami. Namun ketika kami bertiga melewati ruang tengah kulihat tirai pintu yang tadi kututup sekarang terbuka lebar, dan tak lama lagi kami bertiga akan sampai didepan pintu kamar. Padahal aku tadi sangat yakin sudah menutup Benar saja, kulihat istriku yang cantik, masih dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu kini tengah berlenggak-lenggok didepan cermin seolah tidak menyadari kehadiran kami, hingga pak joko dengan santainya menyapa istriku
“dik disha kami permisi pulang dulu” sahutnya sambil mendekat kepintu kamar, sementara itu pak dodi mengekor dibelakang pak joko meninggalkan aku yang tengah terpaku tidak percaya dengan apa yang kulihat ini. Istriku pura-pura terkejut dan reflek menutupi payudara dan liang vaginanya dengan tangan dan menyilangkan pahanya. Namun ketika pak joko dan pak dodi sudah didepan pintu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, istriku dengan santainya menyalami pak dodi dan pak joko sehingga kini payudara istriku terpampang jelas didepan mereka dan didepan mataku. Tentu hal ini membuat pak joko dan pak dodi senyum-senyum melihat keberanian istriku yang nekat memamerkan tubuh indahnya, yang harusnya hanya milikku dan hanya aku yang dapat menikmati indah tubuhnya itu malah kini dapat dinikmati mereka berdua.
“hati-hati dijalan pak, kapan-kapan jangan sungkan datang lagi kemari” sahut istriku ketika mereka tengah berjabat tangan.
Aku yang mendengar itu semakin larut dalam kecamuk ego dan emosi seolah tidak percaya jika istri yang kucintai, dishaku yang cantik itu terang-terangan mengundang mereka kembali dan mungkin untuk kunjungan mereka berikutnya adalah didalam kamar kami.
“wah pasti kami dengan senang hati akan berkunjung lagi dik, ya kan pak joko” sahut pak dodi.
“iya pak dodi, oia kami permisi dulu mas fais?” balas pak joko namun aku masih terdiam dalam lamunan hingga tidak menyadari jika aku dipanggil mereka
“mas, mas fais ngelamunin apa sih? Ini pak dodi dan pak joko mau pamitan !?” teriak istriku
“oh maaf pak, iya mari besuk-besuk datang lagi kemari” aku tanpa sadar mslsh mengundang mereka, mempersilahkan mereka berkunjung kemari. Aduh apa yang aku lakukan tadi gerutuku.
Akhirnya aku mengantar mereka sampai ke pintu belakang, dan ketika aku kembali kekamar tiba-tiba saja istriku menarikku hingga jatuh diatas kasur.
“dik ada apa?” tanyaku heran
“mas, bercinta yuuk, adik pengen nih? Sahutnya cepat sambil mengocok batang penisku yang sudah tegang dari tadi.
“wah mas juga pengen yah, ini buktinya sudah tegang” sahut istriku sambil mengocok batang penisku.
“dik, sepongin batang mas ya?pintaku
“aduh mas, mas kan tau adik gak bisa, lagipula adik kan gak mau” sungut istriku tanpa berhenti mengocok penisku
Munafik kamu dik, dengan batang penis pardi aja kamu mau mengoralnya, bahkan membersihkan batang penisnya dari sisa sperma seusai menyetubuhimu. Tapi denganku sendiri malah kamu menolak, apa kamu tidak bergairah jika batang penisku ini tidak panjang dan besar ucapku dalam hati.
“ayoo mas masukin cepat ke memek adik mas, adik udah gak tahan” pinta istriku
Aku arahkan batang penisku ini ke liang kenikmatannya yang sudah sangat basah, dan ternyata cukup gampang batang penisku ini memasuki rongga dinding liang vaginanya. Nampak wajah kecewa dari raut muka istriku, namun karena dia sudah sangat bergairah dia mempercepat goyangan pinggulnya. Aku kewalahan mengimbangi goyangannya , istriku seperti kesetanan, belum pernah aku melihatnya seperti ini. Ditengah-tengah lautan birahi yang melandanya, tanpa sadar dia meracau
“ahhhh mas ayoo sodok yang dalam….sodok masss ahh ahh…..”
“mas gedein masss, gedeiin dan buat adik puaasss “
Aku tidak percaya mendengar istriku berkata demikian, terang-terangan dia meminta batang penis yang panjang dan besar yang bisa mengaduk-aduk liang senggamanya hingga menyentuh dinding rahim. Akan tetapi, itu justru membuatku kembali bergairah mendengar racauan istriku tadi, aku yang tadi hampir saja keluar, justru mendapatkan kembali tenaga untuk menyodok vagina istriku sedikit lebih lama. Dan akhirnya istriku mendapatkan orgasmenya,
“aaaaaahhhhhhh masss nikmaaattt” desah istriku ketika orgasmenya datang.
Namun aku yakin, bukan karena aku hebat atau apa, tetapi karena tadi istriku tengah dilanda birahi menunggu datangnya dua pejantan yang siap menyetubuhi dan menuntaskan birahinya , namun tiba-tiba kuhentikan dan kini istriku tidak punya pilihan lain, selain terpaksa menuntaskan birahinya denganku, kasihan sekali kamu dik, maaf kan suamimu ini ratapku dalam diam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar