Rabu, 28 Oktober 2015

Binalnya Istriku 7

Kulihat istriku kembali kedapur seusai mengantar tukang sayur itu kedepan rumah, pinggulnya bergoyang kekiri dan kekanan ketika dia melangkahkan kakinya, dan tak hanya itu kedua pantatnya yang indah pun turut bergoyang seirama dengan lenggok pinggulnya. Aku buru-buru memutar kesamping rumah supaya istriku tidak menyadari jika aku sudah pulang dan bahkan aku mengetahui tentang persetubuhannya tadi dengan tukang sayur.
Aku bergegas kembali ketempat aku menaruh sepeda motor dan menuntunnya keluar pagar dengan perlahan. Istriku menuju ke kamar mandi yang ada didekat dapur untuk mandi tanpa mengambil dasternya yang ada didapur. Ku urungkan niatku untuk beristirahat dirumah karena tiba-tiba sakit magh ku sembuh, entah karena aku menonton dan ikut terangsang melihat persetubuhan istriku barusan atau jika aku tetap memaksa beristirahat dirumah akan membuat istriku mengurungkan niatnya menjemput pardi di stasiun namun yang jelas, rasa perih pada lambungku sekarang sudah hilang. Setelah menuntun agak jauh aku baru menstarter motor yang kupinjam di bengkel langgananku tadi. kupacu kuda besi itu ke warnet terdekat untuk menunggu waktu. “arrghhhh” gerutu ku karena tidak ada yang menarik yang dapat kulakukan di warnet ini. Kulihat sudah 15 menit berlalu, kucoba menghubungi istriku.
Satu panggilan. Dua panggilan dan baru pada panggilan teleponku mendapat balasan.
“iyaa mas ada apa?” jawab istriku diseberang telepon.
“lagi dimana dik?sudah berangkat kerja?”tanyaku basa-basi
“ohh sudah mas, tadi adik masih ada tamu dari supplier obat”, istriku rupanya berbohong
“hari ini mau kemana dik?, makan siang yuuk?” aku memancing jawabannya
“wah maaf mas, nanti adik mau ke tempat supplier obat di jl. Kertanegara, ada faktur yang beda selisihnya dengan obat yang dikirim” istriku beralasan. Jadi benar, istriku nanti akan menjemput pardi di stasiun karena jl. Kertanegara memang sangat dekat dengan stasiun.
“oh ya sudah kalau gitu dik, mas tak makan siang dulu, hati-hati dijalan dik”
“iya mas juga hati-hati dijalan ya”
Begitu telepon ditutup aku harus menyiapkan rencana untuk mengikuti istriku tanpa dia ketahui, aku bergegas ke toko pakaian yang tidak jauh dari warnet tempatku menghabiskan waktu tadi. Sesampainya disana aku membeli kemeja, celana jeans, sepatu kets, jaket bolak balik dan topi. Segera kubayar belanjaankudan bergegas ke indomart membeli masker debu untuk menutupi wajahku. Kembali kupacu kuda besi tua ini ke arah jl. Trunojoyo dimana stasiun yang akan dituju istriku, begitu sampai disana aku buru-buru ke toilet umum untuk berganti pakaian dan menyimpan pakaian serta sepatuku di tas yang aku bawa dari kantor tadi. Sepintas penampilanku mirip bagpacker yang berjalan-jalan tanpa beban ketika aku melihat dicermin yang memang tersedia di dekat toilet. Aku akan menunggu istriku didekat halaman parkir mobil supaya memudahkanku untuk mengintai kedatangan istriku. Jangan sampai nanti aku malah kehilangan jejak karena suasana yang cukup ramai hari ini distasiun.
Rasa kantuk mulai menjalari kelopak mataku, berkali-kali mata ini terpejam dan kemudian terbangun lagi takut jika aku tidak tahu jika istriku sudah datang, beberapa bungkus plastic berisi kopi hitam yang kuminum ternyata tidak juga mampu menghilangkan kantuk ku. Kulihat arloji ditanganku, 14.40, hampir 1 jam aku menunggu kedatangan istriku, dan 10 menit lagi kereta yang ditumpangi pardi akan tiba distasiun. Dari ujung jalan kulihat sedan Honda Civic hitam yang dikendarai istriku, aku yakin karena aku hapal dengan plat nomor polisinya N xxxx BC. Mobil itu kemudian diarahkan oleh tukang parkir ketempat yang kosong dan letaknya diujung.
“prriiiitt priiitt…. Maju bu depan ada yang kosong” kudengar teriakan tukang parkir
“iya bu teruus mundurr teruus buuu pelan-pelan” tangan tukang parkir memberi kode pada istriku.
Kulihat tukang parkir itu mencatat nopol kendaraan istriku disecarik kertas kecil seperti punyaku ketika parkir motor tadi. Dan tak lama kemudian kulihat pintu depan sebelah kanan terbuka, kaki yang jenjang dengan betis membunting padi memijak pada aspal dibawahnya, selaras sekali dengan sandal highhills putih gading yang dia pakai saat itu. Kemudian disusul oleh kaki kirinya hingga semua sudah berpijak kulihat istriku turun dari mobil. Aku terperangah dengan penampilan istriku yang siang ini sangat mempesona, seksi namun elegan. Istriku mengenakan rok dress diatas lutut dengan renda-renda diujungnya, sementara dibagian atas istriku memakai dress yang cukup ketat dibagian dada namun longgar pada bagian perut karena itu merupakan dress santai, apalagi dress itu juga berbelahan dada rendah yang tidak hanya memperlihatkan belahan dada istriku namun juga bongkahan payudaranya yang besar dan montok itu. Dress atasan itu menggunakan tali diatas pundak sebagai penyangganya, sehingga aku semakin yakin istriku saat ini tidak mengenakan BH karena tidak kulihat adanya tali lain dipundak istriku. Pantas saja cetakan payudara istriku Nampak sekali “alami” meskipun putting susunya tidak terlihat menonjol. Biasanya dress itu dipakai istriku bersama dengan cardigan namun sepertinya cardigannya ditinggal dirumah dan tidak dibawa.
“pakk pakk heii pakk” sapa itriku ambil mengayunkan telapak tangannya didepan wajah tukang parkir itu.
“eehhhh maaf maaf bu, hehehe” jawabnya cengengesan
“mikirin apa pak sampe mlongo kayak gitu” balas istriku sambil tersenyum
“ada bidadari cantik turun dari mobil bu, gimana saya gak terpesona, hhehe” jawabnya terang-terangan
“ah bapak ini bisa aja, saya kan sudah ndak muda lagi pa, anak saya saja sudah 2” istriku memperlihatkan cincin kawin dijari manis kanannya
“buseettt, saya pikir ibu masih mahasiswa, cantik e apalagi masih muda. Lagi jemput suaminya ya bu?” sambung tukang parkir sambil menyerahkan karcis ditangannya
“bapak ini pengen tahu saja sih, sebentar ya pak”, istriku tersenyum dan kemudian berbalik mencari uang receh di dashboard,
mungkin istriku ingin menggoda tukang parkir itu, karena posisi istriku yang tengah melongok kedalam mobil, sehingga kini posisinya seperti menungging, memperlihatkan kemulusan kulit pahanya, beberapa kali angin yang cukup nakal menyingkap kain rok dress yang dipakai istriku hingga memperlihatkan celana dalam yang menutupi bongkahan pantatnya itu. Otomatis tukang parkir itu meneguk ludah melihat indahnya pemandangan dari tubuh istriku. Cukup lama istriku diposisi tersebut, berpura-pura mencari uang receh.
“sebentar ya pak, ini saya masih mencari uangnya dulu” sahut istriku disela-sela ia mencari didashboard mobil.
“iii yyaaa bu gak apa” tukang parkir itu tergagap sambil menjawab istriku, tangannya dengan cepat berusaha membetulkan posisi penisnya yang keluar jalur karena ereksi.
“Gila, Disha semakin berani dia mempertunjukkan keseksian tubuhnya pada orang siang hari begini apalagi ini tempat umum” gumamku yang melihat dari kejauhan.
“aduuhh” tiba-tiba istriku mengaduh kesakitan
Istriku memeganggi tangan kirinya yang tadi bertumpu pada kursi kemudi, dan kulihat dia meringis kesakitan.
“kkkenapa bu?” tukang parkir itu panic
“terkilir pak tangan saya, adduhhh” jawab itriku sambil duduk di kursi kemudi.
“sini buu coba saya lihat” tukang parkir itu kemudian berjalan mendekat
Posisi tukang parkir yang berdiri sementara istriku duduk sehingga membuat nya lebih rendah, membuat tukang parkir itu semakin leluasa menikmati pemandangan payudara istriku yang indah itu. Berkali kali dia meneguk ludah karena menahan gejolak birahi yang menjalarinya. Aku segera berusaha pindah tempat untuk bias melihat apa yang mereka kerjakan karena posisiku melihat sekarang tertutup pintu mobil yang terbuka.aku berjalan dan mengambil posisi duduk diseberang mereka, sedikit tertutup mobil, hal ini justru menguntungkanku karena posisiku tidak gampang terlihat. Aku duduk diatas pot beton yang sengaja dibuat permanen oleh dinas tata kota, dari tempatku cukup terlihat jelas apa yang mereka lakukan. Tukang parkir itu berusaha mengurut pergelangan tangan istriku, namun sorot matanya tajam kearah payudaranya. Tatapan lapar yang sepeti menelanjangi pakaian yang istriku kenakan.
“Adduuhh pak pelan sakit” jerit istriku
“iyyaa bu, sayangsaya tidak punya balsam disini”
“kebetulan saya bawa counterpein pak, ada didasbord sana depan kursi penumpang, tolong bapak ambilkan ya, lewat sini saja biar lebih cepat”
Bukannya dia memutar agar lebih mudah mencari didashbord depan kursi penumpang, namun justru istriku menyuruhnya mencari lewat ruang kemudi, tukang parkir itu kemudian melongokkan badannya kedalam. Tentu saja posisi itu cukup sulit karena terhalang istriku.
“pperrmisi bu, tolong agak bergeser kekanan sedikit bu”tukang parkir itu sengaja memanfaatkan kesempatan yang diberikan istriku, kulihat lengan kirinya yang hendak dipakai bertumpu, bahunya sengaja digesekkan kearah payudara istriku, dan tentunya mau tak mau istriku melebarkan pahanya sehingga tangan kiri tukang parkir tadi tepat bertumpu didepan selakangan istriku. Kulihat rok istriku ikut tersibak akibat gerakan tukang parkir tadi, dan tidak hanya memperlihatkan kemulusan pahanya namun juga keindahan pangkal pahanya yang tertutup celana dalam.
“assshhhh” desis istriku lirih ketika pergelangan tangan tukang parkir itu menekan-nekan liang senggama istriku yang masih tertutup celana dalam. Tukang parkir itu sengaja berlama-lama mencari krim pereda nyeri supaya dapat lebih lama mengerjai istriku. Apalagi dia juga mendengar istriku memdesis lirih tadi yang menandakan bahwa ia juga terangsang dan sepertinya memberikannya kesempatan alias lampu hiju untuk berbuat lebih jauh lagi. Tukang parkir yang tadinya menggenggampun akhinya membuka genggamannya dan menggunakan ibu jarinya untuk menekan-nekan diluar liang senggama istriku yang kuyakin sudah lembab karena dia juga terangsang.
“aassshhh pakhh kok lamaa” desah istriku tertahan, mata istriku semakin sayu, pipinya memerah karena perbuatan tukang parkir itu.
“ iya bu, sebentar lagi yaaa” sahut tukang parkir dengan entengnya. Aku sendiri pun kurang paham apa maud dari kata-kata tukang parkir tadi dengan “sebentar lagi”, apa maksudnya belum menemukan yang dicari atu apa belum puas mengerjai istriku.
“iiiiiyyyahhh pakkhh” jawab istriku dengan mendongakkan kepalanya. istriku tidak dapat menyembunyikan sensasi rangsangan yang diberikan oleh tukang parkir itu melalui ibu jarinya yang terus menekan-nekan liang senggamanya dari luar celana dalam.
“Asshhhh asshhhhh” istriku mendesah dengan menggigit bibir bawahnya untuk mengecilkan suara desahannya
Namun tiba-tiba tukang parkir itu mengangkat tangan yang tadi bertumpu didepan pangkal paha istriku dan dia pun semakin maju kearah kursi penumpang, akibatnya kini badan tukang parkir itu semakin memepet istriku terutama bagian pinggulnya yang menyangkut di selakangan istriku, aku yakin istriku dapat measakan tonjolan batang penis dtukang parkir itu dibalik celana kolor yang diapakai, dan dengan kurang ajarnya tukang parikr itu berusaha mengepaskan posisi tonjolan batang penisnya pada selakangan istriku. Ediaaannn gillaaa, istriku seperti menikmati perbuatan tukang parkir itu ketika dia mendorong-dorongkan tonjolan penisnya kearah liang kenikmatan istriku, matanya terpejam dan digigitnya bibir bawah menahan birahi yang meletup-letup didadanya.
Cukup lama tukang parkir itu menggesekkan tonjolan penisnya hingga akhirnya kudengar di seperti berjakulasi,
“ohhhhhhh haaasshhhh” lenguhan lirih tukang prkir itu terdengar dari dalam mobil
“nah ini bu sudah ketemu setelh hamper 10 menit mencari” sahut tukang parkir dengan wajah merah padam kepanasan menahan birahi
Dia kembali beringsut kebelakang dan melihat pemandangan indah didepan matanya, dari tempatku terlihat jelas payudara kiri istriku hampir mencuat keluar dari balik dressnya karena tali penyangga dipundaknya tadi telah jatuh kelengan sehingga membuat penutup yang ada dipaudaranya ikut tersingkap, apalagi posisi istriku yang mengakang memperlihatkan kemulusan paha dan liang senggamanya yang tertutup celana dalam yang sudah basah akibat rok dressnya tersingkap.
“sini bu lengannya saya urut lagi” tukang parkir itu seolah tidak terkejut dengan pemandangan indah didepan matanya.
Istriku pun kemudian mengulurkan lengannya sambil membetulkan posisi tali dress nya sehingga payudaranya yang hamper mencuat keluar tertutup lagi. Meski demikian istriku juga tidak Nampak panic bahkan rok dress yang tersingkap tadi tetap dibiarkannya. Tukang parkir itu terengah-engah melihat pemandangan yang menggugah nafsu setiap pria apabila melihatnya, punggungnya brgerk naik turun dengan cepat seiring dengusan nafas.
“sudah enakan belum bu?” Tanya tukang parkir
“belum mas, ini masih sedikit tanggung tekanan tangannya mas” jawab istriku dengan wajah sayu
“mmm, jadi ibu ma…” belum selesei tukang parkir itu meneruskan ucapannya, tiba-tiba smartphone istriku berbunyi

“Kamu inginkan aku
Peluk aku cium aku
Kamu inginkan aku
Ingin bercinta dengan ku
Mari semua dansa dengan ku
Dekap aku dan hanyutkan ku
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu”


Istriku terlihat buru-buru menjawab teleponnya, yang ternyata dari pardi karena dia sudah turun dari kereta dan menunggu didalam.
“ha hhalo mas” jawab istriku terengah
“kok lama sih mbak, ini aku sudah sampai distasiun dari 15 menit yang lalu” jawab pardi spertinya kesal
“oia, permintaanku tadi tidak lupa kan?” tambah pardi lagi
“iyya maaf mas, ini sudah diparkiran kok, tunggu sebentar ya”
“tenang aja mas, ini aku pakai kok mas”
“iya mbak, jangan lama!”
“hufffttt” istriku mendengus perlahan karena birahinya masih belum terpuaskan
“dari suaminya ya bu?wah beruntung banget suaminya punya istri secantik dan semolek ibu” sahut tukang parkir tiba-tiba
“ah mau tau saja bapak ini” sahut istriku sambil berdiri,
namun dengan sengaja dia pura-pura terjatuh dan dengan cepat meremas batang penis tukang parkir dari balik celana kolornya. Kejadian itu begitu cepat sehingga belum sempat tukang parkir itu sadar istriku udah berdiri lagi sambil menutup pintu, dia berjalan menjauh, lalu dia membalikkan kepala sambil menyibakkan rambutnya dan melempar senyum kearah tukang parkir yang masih terbengong-bengong terpesona akan perbuatan dan kecantikan istriku. Sebuah senyuman dengan wajah sayu terlihat sangat manis sekali menurutku, sebuah senyuman yang mengisyaratkan untuk mengajak merengkuh kenikmatan darinya. Tukang parkir itu tetap terpaku terdiam seperti patung melihat senyum manis istriku barusan. Senyum disha memang begitu indah… aku pun ikut meninggalkan tukang parkir itu ketika istriku melewati tempatku duduk, dan aku berjalan agak menjaga jarak agar dia tidak curiga sambil berpikir apa permintaan si pardi tadi ya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar