Rabu, 28 Oktober 2015

Binalnya Istriku 5

Akhirnya masa liburan kami dirumah orang tua telah usai, dan kami harus kembali kekota tempat tinggal kami sekarang, baik aku maupun istriku disha akan kembali pada rutinitas pekerjaan kami sehari-hari dan meninggalkan segala kenangan didesa, hal-hal menyenangkan yang kami lakukan dan juga hal-hal yang membuat hatiku sebagai suami sakit hati. Namun harapanku agar istriku dapat berubah setelah kami kembali kekota sepertinya pupus sudah, seperti kejadian pagi ini, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat istriku tengah mengayun-ayunkan pinggulnya menjemput hujaman batang penis seorang tukang sayur, hal yang kukira dimana si tukang sayur itu memaksa istriku, namun ternyata istriku sendiri malah mendesah dan melenguh menikmati persetubuhannya dengan tukang sayur tadi.
Hari ini adalah hari pertama aku masuk kerja setelah liburan yang cukup panjang, sementara istriku sendiri nanti siang seusai memasak akan ke apotek melihat keadaan selama ditinggal cuti olehnya. Maka dari itu, anak-anak aku bawa sekalian ke tempat penitipan anak yang jaraknya tak jauh dari kantorku. Setelah berpamitan kepada ibunya, anak-anakku kubawa serta, dan kupacu Toyota rushku menyusuri jalan yang mulai ramai dengan anak masuk sekolah. Tak lama kemudian sampailah aku ditempat biasanya aku menitipkan anak-anak ku, anak-anakku cukup senang ketika turun dari mobil melihat teman-teman seusianya, kulihat mereka berlarian didalam ruangan yang berisi banyak sekali mainan. Kemudian aku berpmitan dengan pengasuh anak-anakku, dan melanjutkan perjalanan kekantor. Rencanaku siang nanti juga akan melakukan perwatan berkala pada mobilku ini dikarenakan sudah kubawa perjalanan yang cukup jauh untuk meminimalisir kerusakan yang mungkin saja dapat timbul.
Begitu sampai dikantor, aku disambut teman-teman kerjaku, tak lupa kubawakan mereka oleh-oleh dari kampong halamanku. Sebagai gantinya, mereka ternyata cukup baik dengan mengerjakan pekerjaanku selama aku tinggal cuti kemarin.
“don, laporan bimtek perubahan APD 2015 sudah kembali diemail ke pemprov?” tanyaku pada pak doni rekanku satu bagian.
“sudah beres dri lusa is, beres lah pokoknya, malah sudah tidak ada revisi lagi sepertinya” jawab doni sembari menyerahkan draf yang dia kirim ke pemprov
“wah syukur deh, kemarin pas dijalan kepikiran karena mau deadline, don, kamu emang joss” sambungku sambil mengacungkan ibu jariku.
“ya sudah kalau begitu aku lanjutin bikin draft buat sosialisasi bimtek ke kecamatan ya” sambungku lagi.
“oke, nanti kalau sudah selesei aku lihat dulu ya, paling gak aku nanti jika ditanya pak siswoyo bisa jawab, tau sendiri kan kalau pak siswoyo itu suka ngomel kagak jelas” sambung budi dengan berbisik-bisik.
“sip lah kalau begitu” jawabku optimis.
Kulanjutkan pekerjaan yang kemarin kutinggalkan agar bisa segera menyusun draft ini agar nanti bisa segera kukirimkan ke kantor-kantor kecamatan agar staff dikecamatan juga dapat langsung membuat rencana pengalokasian anggaran untuk infrastruktur desa. Waduh, ada apa ini dengan perutku, sepertinya magh ku kambuh karena seharian kemarin aku tidak makan sama sekali menghindari ngantuk dijalan. Kucari obat magh yang biasa kuandalkan disaat seperti ini dilaci kerjaku, aha ketemu juga namun ternyata ketika kubuka penutupnya tinggal 1 biji saja. Wah gawat ini karena aku biasa minum 2 biji jika magh seperti ini. Semoga nanti tidak makin parah saja batinku.
Mengerjakan draft yang berisi angka-angka ini rupanya semakin membuatku berpikir sehingga meningkatkan produksi asam lambung, dan kurasakan perutku semakin terasa diremas-remas. Sedikit lagi selesei pikirku dan kulihat jam menunjukkan pukul 09.45 WIB, segera kuseleseikan agar bisa kuberikan pada pak siswoyo untuk ditanda tangani.
Tok tok tok… ku ketuk pintu ruangan pak siswoyo dan kudengar suara berat menyahut dari dalam, Kami semua memang selalu menunggu sahutan pak siswoyo ketika mengetuk pintu ruangannya, karena dulu pernah kejadian rekan kerjaku salim setelah mengetuk pintu tiba-tiba saja menyelonong menarik gagang pintu dan apa yang dilihatnya didalam membuatnya kaget setengah mati, dilihatnya desi, staff pemerintahan tengah berada dipangkuan pak siswoyo sementara rok nya sudah tersingkap pada pinggang memperlihatkan kemulusan paha dan celana dalamnya. Sementara tangan pak siswoyo tengah meremasi payudara desi yang telah terbuka kancing bajunya. Tentu saja mendapat kunjungan mendadak seperti itu membuat desi segera turun dari pangkuan pak siswoyo dan segera membetulkan pakaiannya. Sejak saat itu pak siswoyo mulai memasang kamera cctv agar dia dapat memantau siapa yang berkunjung kekantor dan keruangannya.
“iya masuk”
“maaf pak, ini laporan bimtek sudah saya buat, sekiranya bapak mau memeriksa sebelum saya kirim ke pemprov pak” sahutku ketika mengambil kursi didepannya.
“sudah kamu periksa is angka-angkanya?” Tanya pak siswoyo
“sudah pak, saya cek grand totalnya sudah pas, tidak ada selisih” jawabku cepat
“ya sudah is, aku percaya dengan pekerjaanmu, jadi langsung dikirim saja. Oia kamu sepertinya kurang sehat is?” ujarnya sambil menandatangani berkas yang tadi kukerjakan.
“iya pak, saya kalau boleh ijin pulang dulu, badan saya kok rasanya demam”
“iya tidak apa-apa, kamu istirahat dulu dirumah, biar pekerjaanmu dibackup sama doni”
“terima kasih bayak pak, saya pamit sekalian kalau begitu nanti saya balik setelah mengirim draft ini”
“hati-hati dijalan is, salam buat istrimu” sahutnya ketika menyerahkan berkas itu kembali
“oia is, jangan lupa hari minggu ada halal bihalal dan family gathering, jangan lupa ajak istri dan anak-anakmu is” sambung pak siswoyo
“oh baik pak, terima kasih” dan kututup pintu ruangan pak siswoyo.
Segera kubereskan berkas yang berada dimeja kerjaku, dan tak lupa kumatikan PC komputerku untuk menghemat energy karena disini sedang digalakkan program hemat 100000 watt. Setelah selesei aku menuju keparkiran mobil, kulihat jam menunjukkan pukul 10.15, dengan estimasi aku kebengkel dulu maka aku bisa sampai rumah jam 11 an dan tentu jam segitu masakan istriku sudah siap sehingga seusai makan aku bias beristirahat. Segera kupacu mobilku agar dapat segera sampai di bengkel begitu sampai, segera kuserahkan kunci mobilku pada montir kenalanku dang anti kuminta kunci motornya, aku sudah langganan dengan bengkel ini hingga aku kenal baik dengan bos dan karyawannya.
“mas dado, motornya aku bawa dulu ya”
“iya pak fais, silahkan”
Kugeber Honda CB milik dado, cukup terwat juga motor klasik ini pikirku karena tarikan gas nya yang cukup ringan dan responsif. Tak lama kemudian akhirnya aku hamper sampai dirumahku, kulihat dikejauhan ada gerobak sayur langganan istriku di dekat pintu pagar menghalangi aku masuk namun tak kutemukan pemiliknya. Akhirnya aku berputar lewat halaman belakang dan menaruh sepeda motor dado dibawah pohon manga. Ketika melangkah melewati garasi kulihat mobil istriku masih ada didalam, apa istriku belum berangkat kerja pikirku. Namun aku kembali panik ketika ingat gerobak tukang sayur tadi, jangan jangan pikiranku melayang kemana-mana, jangan-jangan istriku dan tukang sayur itu…
Aku berjalan mengendap-endap dengan menghilangkan langkah kakiku supaya kehadiranku tidak dapat diketahui istriku, kudengar suara orang berbicara riang dari arah dapur, aku pun mencari posisi yang pas agar dapat melihat kedalam, siapa yang tengah berbincang dengan istriku itu, apakah benar tukang sayur tadi ada didalam bersama istriku. Perlahan kulongokkan kepalaku mengintip lewat jendela dapur dan kulihat istriku tengah memilah-milah terong ungu yang akan dimasaknya. Istriku pagi itu mengenakan daster dengan berbelahan dada rendah tengah berjongkok dilantai sementara si tukang sayur duduk dikursi diatasnya, da nada secangkir kopi dimeja sebelah tukang sayur tadi. Merasa situasi dan kondisi rumah kami aman, tukang sayur itu berkali-kali mencuri pandang pada bagian payudara istriku, otomatis tentu tukang sayur itu dapat melihat belajan payudara istriku yang ada dibalik daster istriku. Mata tukang sayur tersebut Nampak jelalatan sekali menatap nanar pada istriku ketika kemudian istriku bertanya pada tukang sayur tadi.
“pak, kok terong ungunya kecil dan pendek sih?” Tanya istriku
“iya bu maaf sekarang sedang musim kemarau, jadi berpengaruh deh sama pertumbuhan terong, hehehe…” sahut tukang sayur dengan cengengesan
“padahal enak yang gede dan panjang lho pak “ balas istriku sambil tersenyum
“waahh ibu suka terong yang gede dan panjang ya?, sayang yah yang ini kecil-kecil bu” sahut tukang sayur yang terus memperhatikan keindahan payudara istriku.

“ehh itu matanya kok kemana-mana pak, awas lho ya”

“hehehe maaf maaf bu, jarang-jarang saya melihat bu disha cantik seperti ini“ puji tukang sayur

“ya sudah, anggap saja ini bonus buat bapak yang pagi-pagi sudah giat bekerja, tapi awas ndak boleh macem-macem!” sahut istriku

“makasih makasih bu” sahut tukang sayur dengan cepat.
“Biasanya setelah dari sini nanti keliling kemana pak?” Tanya istriku
“ke gang sebelah bu, kalau sepi ya pulang kerumah karena sudah cuup banyak juga yang laku dagangan saya.

Istriku kemudian mengambil air dari timba untuk diisikan kedalam panci, ketika itu posisinya kembali membungkuk saat mengisi air hingga membuat cetakan celana dalam yang dikenakannya terlihat jelas dibalik dasternya yang cukup pendek itu. Melihat pemandangan indah itu, semakin membuat si tukang sayur berani kurang ajar. Tiba-tiba ketika istriku hendak kembali berdiri, tukang sayur itu memegangi pinggul istriku dan menempelkan batang penisnya kebelahan pantat istriku.
“aawww pak apa yang bapak lakukan?” teriak istriku kaget sambil meronta agar dapat lepas

“saya sudah tidak tahan bu, dari tadi ibu menggoda saya dengan penampilan ibu yang merangsang” sahut si tukang sayur yang terus menggesek-gesekkan batang penisnya yang sudah dia keluarkan dari balik celana.
Istriku kemudian dipepetkan ke dinding dapur untuk menyulitkan gerakannya, sementara itu tangannya meraba dan meremasi payudara istriku, sedangkan tangan yang satunya dia pergunakan untuk memegangi tangan istriku agar tidak banyak berontak.
“ahh pak tolong lepaskan saya pak“ ujar istriku namun tidak terlihat upaya darinya untuk bersungguh-sungguh lepas dari dekapan tukang sayur itu.
Namun tukang sayur itu terus menciumi leher istriku yang jenjang, dan mengabaikan permintaannya, mendapati rangsangan sedemikian rupa lama-kelaman istriku mendesah ketika putting susunya dipilin-pilin setelah tali daster dipundaknya sudah berhasil dilepas tukang sayur.
“ahhhh ahhhh ahhhhh…..jangannn jangaannn” desah istriku dengan mata terpejam.

Melihat mangsanya seperti pasrah tukang sayur itu kemudian membalik tubuh istriku hingga sekarang mereka berhadap-hadapan, segera disambarnya bibir istriku sambil terus meremasi payudaranya. Tukang sayur itu mencoba memasukkan lidahnya kedalam mulut istriku yang masih terkatup rapat. dengan sedikit memaksa akhirnya tukang sayur itu berhasil memasukkan lidahnya kemulut istriku.
Awalnya aku hendak beranjak menolong istriku, namun ketika kemudian aku melihat bahwa istriku tiba-tiba membalas ciuman dari tukang sayur, ternyata istriku menikmatinya …. Apalagi kini tukang sayur itu menggesek-gesekkan batang penisnya diluar celana dalam istriku. Istriku tidak dapat mendesah karena dia sedang berciuman namun aku melihat gairahnya meningkat dari balasan ciuman yang diberikan. Sakit magh yang tadi kambuh kini entah hilang kemana dan digantikan hatiku berdebar-debar menyaksikan pemandangan memilukan ini, sementara aku malah terangsang melihat istriku hendak digauli didapur. Bagian atas istriku kini tanpa penutup lagi, dasternya sudah diplorotkan sebatas pinggang, memperlihatkan payudara indahnya. Tukang sayur itu menghentikan ciumannya dan kemudian bergerak menciumi payudara istriku, digigiti putting susu istriku hingga membuatnya melenguh sementara matanya terpejam.

“cantik sekali kamu bu… sudah dinikmati saja ya, mumpung sepi bu rumahmu” ujar tukang sayur itu pada istriku yang sedang terengah-engah diburu nafsu dan dibalas Istriku dengan menganggukkan kepalanya.
“nah gitu kan sama-sama enak bu, gak ada yang rugi malah ibu yang dapat enak juga, apalagi ibu juga gak kehilangan apa-apa, hehehe” sahutnya sambil terkekeh.
Kemudian disodorkannya batang penis tukang sayur itu yang sudah ereksi maksimal pada istriku,

“ayo bu, emut kontolku jangan malu-malu, inikan yang ibu mau tadi, terong yang besar dan panjang hahaha” yang kemudian disambut oleh bibir istriku, dijilatinya batang penis tukang sayur tadi, dimasukkan lagi kemulutnya, begitu berulang-ulang hingga membuat tukang sayur meracau keenakan.
“ohhhh enak sekali bu, seponganmu benar-benar nikmat”
Istriku benar-benar sudah lupa diri, kejadian ketika ia disetubuhi disungai dan dikebun tebu sudah membuatnya mengabaikan norma yang ada, kini mungkin yang ada dipikirannya adalah bagaimana mendapatkan kepuasan seksualnya yang menggebu-gebu sehingga kini dia tidak lagi sungkan untuk berpenampilan minim dan menggoda.
Kudengar suara mulut istriku yang tengah mengulum batang penis si tukang sayur memenuhi ruangan dapur, istriku berjongkok sementara daster atasnya telah melorot ke pinggang, aku pun mengeluarkan batang penisku dan mulai menikmati sensai perselingkuhan istriku yang cantik itu, kukocok batang penisku sendiri dengan membayangkan istriku yang cantik tengah mengulum batang penisku,
Istriku kemudian menghentikan sepongannya pada batang penis tukang sayur dan tanpa kuduga-duga dijepitnya batang penis tukang sayur itu pada belahan payudaranya yang besar dan sekal kemudian mengocoknya kembali,,tak kusangka istriku bisa melakukan hal itu dengan payudara besarnya.
“buuu benar-benar nikmat tubuhmu, kontolku enak buuuu” racau si tukang sayur sembari meremasi rambut dan kepala istriku, sementara istriku tersenyum-senyum mendengar racauan tukang sayur tadi.
Cukup lama istriku menjepit batang penis tukang sayur tadi pada belahan payudaranya dan tukang sayur itu menggerak-gerakkan batang penisnya mengimbangi gerakan pada payudara istriku. Berkali-kali aku menelan ludah melihat istriku dengan lihainya memainkan batang penis tukang sayur tadi, tentu saja tukang sayur itu merasakan kenikmatan melebihi diriku yang hanya harus puas melihat dan dibantu kocokan tangan ku sendiri. Dan tak lama kemudian muncratlah sperma si tukang sayur tadi kewajah istriku dan sebagian menetes melalui dagunya.
Tukang sayur itu duduk dikursi sembari terengah engah setelah mendapatkan kepuasan dari jepitan payudara istriku, sedangkan istriku sendiri sibuk menjilati batang penis tukang sayur tadi untuk membersihkan dari sperma. Dielus-elusnya rambut istriku seperti kekasihnya sendiri ketika ia sibuk membersihkan batang penis itu. Setelah bersih, dengan wajah memerah tengah dilanda birahi istriku kemudian berdiri dihadapan tukang sayur tadi yang tengah menyeruput kopinya, enak benar dia pikirku, sudah dapat kopi, dapat jepitan susu kini dia akan dapat menggenjot liang kenikmatan istriku juga, arrgggghh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar