TETANGGA MASA GITU(AN)???
Pagi itu Bastian dan Bintang sedang sarapan sebelum Bastian berangkat bekerja. Menu sarapan mereka pagi itu cuma roti tawar yang diolesi selai saja. Sebenarnya Bintang sudah mau masak nasi goreng tapi Bastian menolak. Dia beralasan kalo sedang terburu-buru dan takut terlambat kalo menunggu istrinya masak. Padahal alasan Bastian sebenarnya adalah karena rasa masakan Bintang selama ini tidak pernah enak.
Bintang yang memang orangnya polos percaya saja pada alasan Bastian. Dia tidak tahu kalo suaminya tidak pernah suka masakannya. Bahkan kalo dibawakan bekal ke kantor tak pernah dimakan oleh Bastian. Sedang asyiknya mereka sarapan tiba-tiba tetangga sebelah rumah mereka datang.
Adi : pagi Bastian, pagi Bintang.
Bintang : hei pagi mas Adi. Udah sarapan belum mas? Bareng aja sekalian.
Bastian : hmm, kebiasaan deh pagi pagi. Tuh kopi sama gula ada di toples, gelas sama air panasnya tahu kan tempatnya?
Bintang : Baas, jangan gitu dong.
Adi : hehe tahu aja sih aku belum sarapan. Kalian emang tetangga yang paling baik.
Adi langsung saja mengambil gelas dan membuat kopi, lalu duduk bersama dengan Bintang dan Bastian. Dia juga mengambil roti dan ikut sarapan bersama dengan mereka.
Adi : Bas kamu udah mau berangkat?
Bastian : iya mas, kenapa emangnya?
Adi : si Angel mau nebeng tuh, mobilnya lagi mogok.
Bastian : oh gitu, lha mbak Angel mana mas kok nggak sekalian ikut kesini?
Adi : biasalah masih dandan, entar juga kesini.
Bastian : oh yaudah deh.
Tak lama kemudian Angel pun datang. Dia terlihat sudah siap dengan pakaian kantornya yang cukup seksi itu.
Bintang : pagi mbak Angel, sarapan sekalian mbak?
Angel : nggak usah Bi, entar aja, aku nggak biasa sarapan. Bas, aku nebeng ya berangkatnya?
Bastian : iya mbak, ini udah kelar kok, tunggu bentar ya.
Bastian yang sudah selesai sarapan masuk ke kamarnya mengambil tas kerjanya, tak lama kemudian dia turun menemui istrinya.
Bastian : Bi, aku berangkat dulu ya. Entar pulangnya mungkin agak malem, soalnya hari ini ada event.
Bintang : iya Bas, hati-hati ya.
Angel : Di, aku berangkat dulu bareng Bastian. Duluan ya Bi.
Adi : iya Angel.
Bintang : iya mbak Angel, hati-hati ya.
Bastian dan Angel pun akhirnya berangkat bersama. Kini tinggal Bintang dan Adi yang ada di rumah. Mereka masih asyik ngobrol sambil sarapan. Setelah sarapan Bintang kemudian mencuci piring kotor sedangkan Adi duduk duduk sambil menonton tv. Karena bosan Adi pun membuka buka laci meja di sebelah tivi.
Adi : Bi, aku main ps ya?
Bintang : oh iya mas, silahkan.
Bintang melihat Adi sibuk menyiapkan psnya, lalu tak lama kemudian tetangganya itu sudah asyik dengan psnya. Adi memang sudah sering seperti itu, makanya Bintang pun maklum saja.
Tak terasa sudah hampir 2 jam Adi main ps, lama-lama dia bosan juga. Dilihatnya Bintang sudah tak ada lagi di dapur, mungkin sedang di kamar, pikir Adi. Adi pun mematikan psnya dan mencari ke kamar Bintang yang ada di lantai 2 untuk pamit. Begitu masuk ke kamar Bintang yang ternyata tidak dikunci, Adi tak melihat Bintang disana, namun terdengar suaranya sedang bernyanyi nyanyi di kamar mandi.
Adi : oh lagi mandi, yaudah aku nunggu di bawah aja deh.
Belum sempat Adi menutup pintu sepenuhnya, keluarlah Bintang dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk saja. Adi bisa melihat dari celah pintu yang belum tertutup itu tubuh Bintang yang sangat putih. Dia mengurungkan niatnya untuk turun dan melanjutkan mengintip Bintang.
Bintang tak menyadari dirinya sedang diintip. Dia mengira kalo Adi masih sibuk bermain ps. Dia pun membuka handuknya untuk mengganti pakaian. Terlihatlah tubuh telanjang Bintang yang membuat mata Adi melotot. Penisnya mengeras seketika. Tubuh Bintang ternyata luar biasa indah. Adi tak pernah membayangkan hal itu sebelumnya, karena dia memang tak pernah punya pikiran mesum pada tetangganya ini.
Namun pemandangan pagi ini membuatnya sadar kalo ternyata tubuh Bintang sangat luar biasa. Kalo dibandingkan dengan istrinya, memang Bintang lebih unggul karena lebih muda. Badannya masih kencang, terutama buah dadanya yang masih kencang karena belum pernah menyusui.
Adi masih terus mengintip Bintang yang sedang memakai pakaian itu. Tak lama kemudian Adi turun dengan hati-hati biar tidak menimbulkan suara. Dia pun duduk kembali sambil menonton tv, namun pikirannya masih membayangkan tubuh indah Bintang tadi. Penisnya masih tegang.
Bintang : eh mas Adi udahan main psnya?
Adi : eh Bintang. Udah Bi, aku mau pulang dulu ya.
Bintang : oke mas.
Sesampainya di rumah adi langsung membuka laptopnya, mencari-cari koleksi film bokepnya. Setelah memilih milih diapun memutar salah satunya. Dan entah kenapa dia melihat pemeran wanita di film itu mirip sekali dengan Bintang. Diapun mengeluarkan penisnya dan mengocoknya sampai pejuhnya muncrat kemana-mana.
Adi : wah nggak bener ini kalo kayak gini, bisa lecet kontolku. Gimana ya caranya biar bisa ngentotin Bintang.
Adi mulai berpikir mesum kepada tetanggannya itu. Gara-gara melihatnya ganti baju setelah mandi tadi, dia yang tak pernah berpikir macam macam kepada tetangganya itu sekarang ingin sekali bisa merasakan tubuh Bintang. Diapun memikirkan bagaimana caranya. Tapi kemudian dia tersenyum, sepertinya sudah tahu apa yang mau dia lakukan.
---
Sudah seminggu sejak kejadian itu, setiap hari Adi selalu main ke rumah Bintang. Ada saja alasannya biar bisa kesana. Bintang sendiri tak menaruh curiga kepada Adi, dia malah senang karena ada yang menemani. Bastian dan Angel yang setiap harinya bekerja seharian penuh membuat Adi bebas-bebas saja main ke rumah Bintang.
Adi : Bi, kamu kalau sama Bastian itu gimana sih?
Bintang : gimana apanya mas?
Adi : hmm, ya gitu. Setiap harinya gimana? Sering berantem nggak?
Bintang : gimana ya. Biasa aja sih mas. Kami nggak pernah berantem kok.
Adi : nggak pernah berantem? Kok bisa sih?
Bintang : yaa, bisa aja mas. Emangnya mas Adi sama mbak Angel sering berantem?
Adi : bukan sering lagi Bi, hampir tiap hari malah.
Bintang : tiap hari? Kok bisa mas?
Adi : Angel itu orangnya egois Bi, nggak pernah mau ngalah, dan nggak mau disalahin. Dia kalo udah bilang A ya A, nggak mau yang lain. Lama-lama jengkel juga aku.
Bintang : masa sampai kayak gitu sih mas?
Adi : bener Bi. Dulu awal nikah sih nggak, tapi sejak anak kami lahir terus dibawa ke jogja sama ibuku, Angel mulai berubah, sampai sekarang tuh kayak gitu.
Bintang : oh gitu. Tapi aku jarang banget denger kalian ribut.
Adi : ya karena aku ngalah terus Bi, kalo nggak gitu bisa bisa makin besar ribut kami nanti.
Bintang : wah mas Adi sabar banget ya orangnya. Berarti kan udah 10 tahunan kayak gitu?
Adi : iya Bi, 10 tahun lebih aku ngalah terus, lama lama capek juga Bi.
Bintang : duh yang sabar ya mas.
Bintang mulai menaruh rasa kasihan kepada tetangganya itu. Dia memang beberapa kali tahu kalau Adi dan Angel bertengkar, tapi dia tak tahu kalau sampai selama itu mereka sebenarnya kurang akur. Bintang menjadi kagum pada Adi karena bisa tahan bersabar selama itu.
Adi menampakkan wajah yang sedih, tapi dalam hatinya dia tersenyum. Sandiwaranya untuk menarik perhatian Bintang nampaknya mulai berhasil, Bintang mulai bersimpatik kepadanya. Tinggal dia lakukan sandiwara ini terus terusan, dia yakin lama lama Bintang akan semakin kagum padanya.
Adi : yaudah Bi, aku pamit pulang dulu ya, udah dari tadi disini, nggak enak sama tetangga yang lain.
Bintang : iya deh mas kalo gitu.
Adi : nanti kalo aku mau cerita cerita lagi ke kamu boleh ya?
Bintang : ya boleh lah mas, kayak sama siapa aja.
Adi : eh tapi kamu jangan ceritain ini ke siapa-siapa lho ya, termasuk Bastian, apalagi Angel.
Bintang : iya mas tenang aja, aku nggak cerita kok.
Adipun pamit dan kembali ke rumahnya. Mulai dari itu setiap ke rumah Bintang Adi pasti bercerita tentang rumah tangganya. Intinya adalah menjelekan Angel dan membuat Bintang yakin kalo Adilah yang selama ini menderita.
Lama-kelamaan merekapun akhirnya semakin dekat. Sering kali gantian Bintang yang cerita kepada Adi, entah itu masalah rumah tangga ataupun yang lainnya. Bintang mulai merasa nyaman dengan tetangganya itu. Bahkan sekarang mereka kalo saling curhat duduknya bersebelahan. Kadang tangan Adi memeluk pundak Bintang, dan Bintang tak merasa keberatan membiarkan saja yang dilakukan Adi.
---
Suatu hari Adi kembali curhat dengan Bintang. Baru saja sejam yang lalu Bastian berangkat kerja Adi sudah langsung datang ke rumah Bintang. Kembali dia menceritakan masalah rumah tangga yang sebenarnya cuma dia karang karang sendiri saja. Bintang pun gantian bercerita tentang bisnis onlinenya yang sekarang makin rame.
Mereka berdua duduk bersebelahan sambil menonton tv. Tangan Adi memeluk pundah Bintang dan Bintang menyenderkan kepalanya di dada Adi. Sesekali Adi membelai rambut lurus Bintang yang masih tercium aroma sampo.
Adi : Bi, kamu kok belum hamil sih?
Bintang : nggak tahu ini mas, belum dikasih aja kali.
Adi : oh, kirain emang kalian sengaja nunda.
Bintang : nggak kok mas. Kita nggak pernah nunda. Bastian sebenarnya juga pengen cepet punya anak, tapi ya emang belum dikasih aja.
Adi : emangnya kalian jarang gituan ya?
Bintang : gituan apa mas?
Adi : ya gitu, berhubungan suami istri, ML.
Bintang : oh, ya nggak juga sih. Rutin kok mas, seminggu bisa 2-3 kali. Kadang kalo Bastian sibuk ya seminggu sekali.
Adi : wah, enak ya Bastian.
Bintang : kok enak mas? Enak gimana?
Adi : ya enak, bisa gituan sering-sering.
Bintang : emang mas Adi enggak?
Adi : boro-boro Bi, udah sebulan ini nggak dikasih sama Angel.
Bintang : hah, sebulan mas?
Adi : iya Bi. Udah sering kayak gini. Udah dia tuh sering marah, jarang ngasih jatah lagi. Terakhir kami gituan malah dia diem aja, kayak lagi main sama guling aja.
Bintang : ya ampun.
Adi : kadang aku pengen jajan diluar Bi, tapi takut resikonya.
Bintang : ih ya jangan lah mas, masa mau jajan diluar.
Adi : ya makanya itu, nggak pernah aku sampe jajan.
Bintang : terus, selama ini?
Adi : ya ditahan aja Bi, mau gimana lagi. Inilah aku Bi, yang mungkin belum diketahui sama orang lain. Plis kamu jangan cerita ini sama orang lain ya, aku baru cerita sama kamu aja lho, aku percaya sama kamu.
Bintang hanya mengangguk saja. Dia merasa kasihan dengan tetangganya ini. Sudah hampir tiap hari kena marah, nggak pernah dikasih jatah pula. Sementara itu Adi hanya tersenyum dalam hati, padahal baru semalam dia menggenjot istrinya habis-habisan. Nafsu Adi memang sangat besar, hampir tiap hari dia menyetubuhi Angel. Dan sejak melihat tubuh telanjang Bintang, dia selalu membayangkan Bintang waktu menyetubuhi Angel, dan itu membuatnya semakin bernafsu.
Adi : kalian belum pernah periksa ke dokter Bi?
Bintang : periksa apa mas?
Adi : ya periksa kesuburan kalian, siapa tahu ada masalah kan, makanya sampe sekarang kamu belum hamil.
Bintang : nggak ah mas, malu juga.
Adi : kenapa harus malu? Kan demi kebaikan kalian berdua juga.
Bintang : iya sih, tapi nggak ah mas. Sabar aja dulu, kan baru setahun juga kami nikah.
Adi : emang nggak pernah ditanyain sama orang tuamu? Atau mertuamu gitu?
Bintang : ya pernah sih mas, beberapa kali malah. Yang sering nanya ibunya Bastian.
Adi : tuh kan, makanya periksa aja.
Bintang : hmm, tapi periksa kemana mas? Lagian aku takut.
Adi : kok takut?
Bintang : iya mas, takut kalo mau ngomongin ini sama Bastian, takut dia tersinggung.
Adi : atau gini aja, aku ada kenalan dokter kandungan, kamu periksa aja kesana. Aku yang antar deh, Bastian nggak perlu tahu, gimana?
Bintang : hmm, tapi mas, duh gimana ya.
Adi : udah nggak usah gimana gimana. Besok ya, aku anterin.
Bintangpun akhirnya menyetujui usul Adi. Dia memang pernah berpikir untuk memeriksakan keadaannya dan Bastian, tapi takut kalo Bastian tersinggung, makanya sampai sekarang dia memilih untuk diam saja dan bersabar.
Keesokan harinya sesuai yang sudah dijanjikan, Bintang pergi dengan Adi. Bintang beralasan kepada Bastian ingin keluar bertemu dengan teman-temannya. Dia tidak berani memberi tahukan yang sebenarnya kepada Bastian.
Mereka sampai ke sebuah klinik dokter kandungan yang pagi itu masih nampak sepi. Adi mengatakan kepada Bintang kalo dia sudah membuat janji dengan dokter itu. Dokter itu adalah teman sekolah Adi dulu. Memang Adi kemarin sudah menghubungi dokter itu, mengatakan kalau ingin mengantar temannya periksa.
Setelah beberapa saat diperiksa, dokter itu mengatakan kalau sebenarnya keadaan Bintang baik-baik saja, tidak ada masalah dengan dirinya. Bintang cukup lega, karena masih ada kemungkinan untuk hamil. Tapi dia jadi kepikiran, kalo dia sehat, jangan jangan ada masalah dengan Bastian.
Mereka pun kemudian pulang. Dalam perjalanan Bintang hanya diam saja. Adi mengetahui apa yang sedang dipikirkan Bintang, tapi dia diam saja. Nanti saja kalau sudah dirumah baru dia hibur Bintang. Sesampainya di rumah Bintang langsung ke dapur untuk menyiapkan minuman sedangkan Adi duduk menonton tv. Dia sedang memutar otaknya bagaimana agar bisa mendapatkan Bintang. Tak lama Bintang kembali membawa minuman dan langsung duduk di sebelah Adi. Adi langsung meraih pinggang Bintang dan menariknya ke arahnya. Bintang diam saja dan malah menyenderkan kepalanya di dada Adi. Dengan lembut Adi membelai lengan Bintang.
Adi : yang sabar ya Bi.
Bintang : iya mas. Makasih ya, paling nggak sekarang aku bisa lega.
Adi : iya sama sama. Kalo ada yang bisa dibantu, aku pasti bantu kok.
Bintang tak menjawabnya, pikirannya masih memikirkan hasil pemeriksaannya tadi. Dia ingin memberi tahu ini kepada Bastian, tapi takut suaminya itu malah tersinggung. Dia benar-benar bingung apa yang harus dilakukannya.
Sementara itu Adi masih terus membelai lengan Bintang dengan lembut. Kemudian dia beranikan diri untuk mencium kepala Bintang, mencoba melihat reaksinya. Ternyata Bintang hanya diam saja, karena itu dia kembali mengulai perbuatannya. Bintang sendiri hanya terpejam tiap keli merasakan kepalanya dicuim Adi. Dia merasa nyaman dengan semua itu, bahkan dia mulai memeluk Adi.
Merasa mendapatkan respon yang baik, Adi mulai semakin berani. Dia turunkan wajahnya, mencium kening Bintang, lagi lagi Bintang diam dan memejamkan mata. Ciuman Adi semakin turun hingga akhirnya bibir mereka bertemu. Bintang sempat kaget dan membuka matanya, tapi melihat Adi yang juga terpejam, dia memejamkan matanya lagi. Bibir Adi yang tadinya diam mulai melumat lembut bibir Bintang. Bintang diam saja. Selain Bastian, baru Adilah yang merasakan bibirnya itu. Meskipun tergolong gadis yang sangat cantik, tapi Bintang terlalu lugu. Meskipun dulu beberapa kali pacaran sebelum menikah dengan Bastian, tapi dia belum pernah ciuman sama sekali dengan mantan-mantannya itu.
Lama kelamaan Bintang mulai terbuai dengan ciuman Adi. Bibirnya beberapa kali digigit dan dihisap oleh Adi, membuat nafasnya mulai memburu. Adi sangat paham dengan reaksi tubuh Bintang ini, meneruskan lumatannya di bibir Bintang sampai akhirnya perlahan lahan Bintang membalas ciuman Adi. Ciuman mereka semakin lama semakin panas. Lidah mereka juga ikut beradu. Bintang yang lugu dan polos ini mudah saja terbawa oleh nafsu. Dia bahkan tak sadar kalo kancing bajunya sudah terbuka semua.
Bintang : aahh mas Adi ngapain mas?
Adi : sstt, udah sayang, nikmatin aja.
Kembali bibir Bintang dilumat oleh Adi, sementara itu tangannya mulai meremasi buah dada Bintang yang padat dan kenyal itu. Tangan Adi bahkan mulai menelusup ke balik bh Bintang. Jarinya memuntir muntir puting Bintang, membuat Bintang semakin menggelinjang. Dia sama sekali tak melawan, bahkan semakin terbawa permainan Adi. Dia biarkan saja wakut Adi mengangkat bhnya dan kini dengan bebas meremasi payudaranya tanpa penghalang.
Remasan Adi yang begitu lembut membuat Bintang semakin terbuai. Puting susunya yang dimainkan dari tadi membuatnya merasa celana dalamnya mulai basah. Bintang hanya meresponnya dengan semakin kuat menghisap bibir dan lidah Adi yang sedari tadi masih menciuminya. Tanpa melepas ciuman, tubuh Bintang langsung disandarkan dikursi sehingga kedua tangan Adi semakin bebas menjamah buah dada Bintang.
Remasan tangan Adi yang kadang lembut kadang kasar itu membuat tubuh Bintang semakin sering menggelinjang. Adi sudah berhasil membuatnya begitu terangsang. Tak puas sampai disitu, salah satu tangan Adi turun menyingkap rok selutut yang dipakai Bintang. Rok itu diangkat sampai ke pinggang sampai terlihatlah celana dalam berwarna hitam, sama seperti bhnya. Tangan Adi segera merogoh ke celana dalam itu, dan ternyata memang sudah basah oleh cairan Bintang.
Bintang : hmph mas Adi mau ngapain mas, aku aahh mass.
Adi : nikmati aja sayang, aku bakal bikin kamu enak.
Tangan Adi terus saja menggesek celana dalam Bintang. Buah dadanya juga masih diremas, dan kini ciuman Adi turun ke leher Bintang, menjilati dan membuatnya basah. Adi masih cukup sadar untuk tidak membuat cupangan di tubuh Bintang, karena tak ingin membuat Bastian curiga. Bintang yang dirangsang seperti itu semakin kelojotan badanya. Dia tak ingat lagi siapa lelaki yang sedang menggarap tubuhnya itu. Dia membiarkan saja lelaki selain suaminya menjamah tubuhnya. Ini adalah pertama kalinya untuk Bintang, dan ternyata sensasinya luar biasa.
Bintang : aahhh mas Adiiiii, aaaahhhh.
Tiba-tiba saja jari tengah Adi menelusup ke balik celana dalam Bintang bahkan langsung masuk ke dalam vaginanya. Vagina itu benar-benar sudah becek. Adi menusuk nusukan jarinya dengan cepat, sambil mulutnya menghisapi puting payudara Bintang yang masih berwarna kemerahan itu. Diserang seperti itu Bintang hanya bisa meremasi kepala Adi yang sedang menyusu didadanya.
Tangan Adi semakin cepat mengocok vagina Bintang yang semakin becek itu. Mulutnya juga makin semangat menyusu di dada Bintang yang kenyal itu. Bintang hanya bisa terus mendesah dan meremas remas rambut Adi. Bintang kembali memekik saat satu lagi jari Adi dimasukan ke vaginanya, dan kembali dikocok dengan cepat, hingga tak lama kemudian Bintangpun orgasme.
Bintang : mas Adi, aah terus maass, aahh Bintang mau dapet mass aahh aahh maasss aku keluaaarr.
Seketika itu tubuh Bintang mengejang beberapa kali. Adi langsung mengarahkan bibirnya ke vagina Bintang, langsung menjilati cairan yang keluar dari vaginanya.
Adi : wah, memek kamu bagus banget Bi, mulus nggak kayak punya Angel, aku suka ini.
Adi kembali menjilati vagina itu. Vagina Bintang memang bersih tanpa satupun bulu karena Bintang rutin mencukurnya. Lidah Adi terus bermain main disana. Sesekali dia menghisap itil mungil di celah vagina itu. Membuat Bintang yang masih kelelahan kembali naik nafsu birahinya. Dia hanya bisa meremas remas kepala Adi lagi. Apalagi saat jari Adi kembali masuk dan mengocok vaginanya, sedangkan lidahnya menghisap itilnya. Tak perlu waktu lama untuk membuat Bintang orgasme lagi dan badannya semakin melemas.
Melihat Bintang yang memejamkan mata mencoba mengatur nafasnya, Adi langsung meraih tubuhnya, menggendongnya untuk dibawa ke kamar. Sampai di kamar langsung saja Adi menelanjangi Bintang, dia lepaskan kemeja dan bh Bintang, kemudian dia lepaskan juga rok dan celana dalamnya. Kini tubuh tetangganya itu sudah telanjang bulat terbaring lemah dikasurnya sendiri. Adi melihatnya sesaat mengagumi tubuh Bintang. Tubuhnya lebih putih ketimbang Angel, lebih kencang juga. Buah dadanya sedikit lebih besar dan lebih kencang, serta putingnya yang masih berwarna merah muda, beda dengan punya Angel yang meskipun masih cukup kencang tapi putingnya berwarna kecoklatan.
Kemudian Adi menelanjangi dirinya sendiri. Penisnya sudah benar benar keras, tapi dia tak mau buru-buru memasukannya ke vagina Bintang. Dia ingin merasakan dulu kenikmatan disepong oleh tetangganya itu. Diapun mendekatkan penisnya ke bibir Bintang yang masih terpejam matanya. Bintang yang merasakan sesuatu menempel di bibirnya langsung membuka matanya. Dia sangat kaget ketika melihat Adi yang sudah telanjang bulat dan benda yang menempel tadi ternyata adalah penis Adi.
Ini adalah penis kedua yang pernah dilihat oleh Bintang selain penis suaminya. Penis Adi terlihat sedikit lebih besar daripada milik Bastian, dan terlihat ada urat-uratnya juga. Bintang masih terbengong melihatnya. Adi menahan senyum melihat wajah Bintang yang terlihat begitu polos.
Bintang : mas Adi...
Adi : buka mulut kamu sayang, sepongin kontolku.
Entah karena memang sudah terbawa nafsu atau apa, secara reflek mulut Bintang terbuka, membiarkan penis itu masuk kedalam mulutnya. Bintang pun kemudian menghisap penis itu, dia keluarkan kemampuan terbaiknya, seperti yang selama ini dia berikan kepada suaminya. Hal itu membuat Adi merem melek keenakan.
Adi : wah nggak nyangka aku Bi, kamu pinter banget nyepongnya. Enak banget Bi sepongan kamu.
Bintang : mmphh mmphh
Entah apa yang dikatakan Bintang tidak terdengar jelas karena bibirnya masih penuh oleh penis Adi yang besar itu. Bintang semakin ganas mengulum penis Adi karena saat itu tangan Adi mulai mengocok-ngocok vagina Bintang lagi, hingga membuatnya kembali basah. Adi yang sudah tak tahan kemudian menarik penisnya dari mulut Bintang, sudah saatnya untuk menu utama.
Adi : Bi, aku masukin yaa?
Bintang : tapi mas, aku...
Adi : Bi, tolong bantu aku, udah sebulan aku nggak dijatah Angel. Kamu bantu aku ya, aku juga bakal bantu kamu bikin anak, biar nggak ditanyain mertuamu terus.
Bintang diam saja. Dia bingung mengijinkan tetangganya itu memasuki vaginanya atau tidak. Dia tahu ini semua salah karena mengkhianati suaminya. Namun dia juga ingin segera mendapatkan anak. Lagipula permainan tadi membuat nafsunya sudah sedemikian tinggi, menuntut untuk diselesaikan. Vaginanya sudah sangat basah, dan kepala penis Adi sudah menempel dibibir vaginanya. Akhirnya Bintangpun mengangguk perlahan, dan disambut oleh senyuman lebar dari Adi.
Bintang : hmmmp aahh mas Adi, pelaan mas, penis mas Adi gede aahh.
Adi : tahan dikit sayang, oohh Bi memek kamu sempit banget, enak banget Bi.
Bintang : aahh penis mas Adi juga aaahh, enak maaasss.
Adi : kontol Bi, bukan penis, ini kontolku lagi masukin memekmu.
Bintang : aahh iya mas, kontol. Aahh kontol mas Adi masuk semua, aaahhh penuh maass.
Adi sudah menanamkan batang penisnya ke vagina Bintang. Dia masih mendiamkan dulu untuk merasakan pijatan nikmat dari dinding vagina milik tetangganya yang cantik itu. Bintang yang merasa vaginanya terisi penuh itu memeluk Adi dengan erat. Mereka berdua pun berciuman dengan ganasnya.
Perlahan lahan Adi menggerakkan pinggulnya. Penisnya terlihat keluar masuk di vagina Bintang. Desahan mereka berdua tertahan karena masih berciuman. Hanya suara tumbukan antar kelamin itu saja yang terdengar. Adi merasakan betapa nikmatnya vagina tetangganya itu, begitupun Bintang merasakan penis milik tetangganya itu benar-benar nikmat.
Kocokan penis Adi semakin kencang, tubuh mereka semakin bergoyang liar. Adi tak lagi menindih tubuh Bintang, dia bangun meraih kaki Bintang dan diangkatnya keatas hingga dibahunya. Tangan Adi lalu meraih kedua tangan Bintang dan menariknya, lalu dia menggoyangkan kembali penisnya. Dia melihat kedua payudara Bintang bergoyang goyang seirama dengan goyangannya, dan dia suka sekali melihat itu.
Setelah 5 menit berada dalam posisi itu, tanpa melepas penisnya Adi merangkul tubuh Bintang dan berguling. Kini tubuh Bintang berada diatas. Dia paham keinginan Adi. Diapun segera bangkit dan menggoyangkan tubuhnya naik turun. Dengan posisi ini membuat Bintang mengambil alih permainan. Dia juga merasakan penis Adi semakin dalam menusuk vaginanya.
Bintang : aahh aahh aahh mas Adii, enak maass aahh aahh
Adi : iya Bi, aahh goyangan kamu enak banget, memek kamu bener bener enak. Kamu suka kontolku sayang?
Bintang : aahh suka mas, Bintang suka kontol mas Adi aahh aahh
Adi : terus goyangin sayang. Ayo keluarin kemampuan terbaik kamu, bisa nggak kamu bikin aku keluar.
Merasa tertantang dengan ucapan Adi, Bintangpun semakin liat menggoyangkan tubuhnya. Tak hanya naik turun tapi juga maju mundur, kadang memutar sambil dinding vaginanya meremas remas penis Adi didalamnya. Tapi dari itu semua yang paling disukai Adi adalah waktu Bintang bergerak naik turun, membuat kedua payudaranya juga ikut naik turun, indah sekali.
Bintang terus bergerak dengan liar. Desahannya kini tak lagi dia tahan. Biasanya jika dengan suaminya, gerakannya ini akan membuat Bastian menyerah dan menyemprotkan maninya, tapi sampai sekarang Adi masih bertahan. Justru Bintang yang lama kelamaan tak tahan. Gerakannya yang liar dan penis Adi yang menusuk-nusuk di vaginanya membuat birahinya semakin tak tertahan.
Bintang : maass aahh aaahh Bintang keluar lagi maassss aaaaahhhhhh.
Badan Bintang kembali mengejang beberapa kali, sampai akhirnya ambruk di tubuh Adi. Nafasnya tak beraturan. Vaginanya juga masih berdenyut denyut meremas penis Adi. Adi dapat merasakan penisnya yang sedang diremas itu juga disembur oleh hangatnya cairan cinta Bintang.
Adi : capek sayang?
Bintang : hah hah hah iya mas. Mas Adi hebat banget, aku sampai kayak gini.
Adi : ini belum selesai lho Bi, aku belum keluar lho.
Bintang : iya mas bentar ya, aku masih capek.
Adi pun memberi waktu kepada Bintang untuk istirahat. Mereka kembali berciuman sedangkan kedua kelaminnya masih menyatu. Tak lama kemudian Adi merasa kalo nafas Bintang sudah mulai teratur, dia pun mencabut penisnya dan bergerak ke belakang Bintang, membuat tubuh Bintang jatuh tertelungkup. Adi menarik pinggang Bintang keatas hingga kini dia terlihat sedang menungging. Dia kemudian menggesek-gesekan penisnya dibibir vagina Bintang.
Vagina Bintang yang masih basah oleh cairan orgasmenya sendiri itupun merespon. Dia menggoyangkan sedikit pinggulnya. Sesaat kemudian kepala penis Adi mulai mendesak masuk vagina Bintang, membuatnya sedikit mengernyit. Dengan tiba-tiba Adi menyentakkan seluruh penisnya hingga masuk semua ke vagina Bintang, membuat Bintang terkejut sampai badannya terangkat. Kini posisi Bintang seperti sedang merangkak.
Bintang : aaarrhh mas Adiii, pelan mass sakitt.
Adi : tahan bentar sayang, nanti juga enak kok.
Adi tak mau menuruti Bintang, dia menggenjot penisnya di vagina Bintang dengan cepat. Tangannya bahkan dengan kasar meremas dan menampar pantat Bintang yang putih dan padat itu, membuatnya meninggalkan bekas kemerah-merahan. Bintang beberapa kali berteriak saat ditampar pantatnya. Dia juga berteriak saat kedua payudaranya diraih dan ditarik oleh Adi dengan kasar.
Bintang : aarrgghh mas Adi jangan gini, sakit maasss aahh aahh aahh
Adi : bentar lagi enak kok sayang, kamu pasti suka diginiin. Tuh memek kamu udah makin basah.
Adi terus saja menggenjot Bintang dengan kasar, tangannya juga meremasi buah dada Bintang dengan kasar. Kulit buah dadanya yang putih mulus membuat remasan itu meninggalkan bekas kemerah-merahan. Namun ternyata Bintang yang tadinya berteriak teriak kesakitan, kini mulai mendesah keenakan. Ternyata benar, Bintang menyukai apa yang dilakukan Adi.
Selanjutnya yang terdengar hanyalah desahan mereka berdua yang semakin kencang. Bintang tak malu-malu lagi untuk mengeluarkan kata-kata yang selama ini tak pernah diucapkanya saat bercinta dengan Bastian. Adi telah berhasil merubahnya.
Adi : aahh aahh aanjiiing, memekmu enak banget Bi, ahh ahh
Bintang : aahh aahh aahh kontolmu juga mas, enak banget dimemekku. Terus mas, entotin aku terus kayak gini mas, enak mass aahh aahh.
Adi : kamu emang lonte Bi, dientot tetanggamu malah suka. Iya kan kamu lonte kan Bi?
Bintang : aahh iyaa aah maass, aku lontenya mas Adi, aku sudah dientotin mas Adi, kontol mas Adi enak banget maass
Adi : enakan mana sama kontol suamimu lonte?
Bintang : enakan kontol mas Adi aahh aahh, aku lontemu maass aahh terus entotin Bintang mas.
Tubuh keduanya bergerak semakin liar saja. Belum pernah Bintang merasakan bercinta seenak ini sebelumnya. Bastian tak pernah memperlakukannya dengan kasar seperti ini. Tiap bercinta pasti Bastian menyentuhnya dengan lembut. Bintang sukan sebenarnya dengan cara Bastian menyentuhnya, tapi entah kenapa kali ini dia benar-benar menikmati disetubuhi dengan kasar seperti ini oleh tetangganya sendiri.
Adi kemudian membalikkan badan Bintang hingga dia terlentang. Tak menunggu lama kembali Adi memasukkan batang penisnya ke vagina Bintang dan langsung menggenjotnya dengan kencang. Kedua buah dada Bintang kembali jadi sasaran tangan Adi. Dia meremasnya dengan kasar. Hal itu justru membuat Bintang semakin blingsatan. Kocokan penis Adi di vaginanya benar-benar nikmat, hingga membuat desahannya semakin keras terdengar.
Bintang : mas Adi, terus mas entotin Bintang mas, aahh aahh Bintang mau keluar lagi mass.
Adi : tahan benar sayang, aku juga mau keluar. Barengan yang biar kamu cepet hamil.
Bintang : aahh aahh aahh mas aahh Bintang nggak tahan mas, Bintang mau keluar maass.
Adi : aahh aku juga Bi, aku mau keluar Bi, aku mau hamilin kamu Bi.
Bintang : aahh aahh hamili aku maass, semprotin pejuhmu mass hamili akuu aaahhh mas aku keluaaaarrr
Adi : aku juga Bi, aku jugaa aaaaaahhhhhhh
Kedua tubuh Adi dan Bintangpun mengejang bersamaan. Keduanya saling memeluk erat. Beberapa kali semprotan sperma Adi masuk bersamaan dengan keluarnya cairan orgasme dari Bintang. Keduanya benar-benar menikmati orgasme ini bersama sama. Nafas mereka sama-sama terengah engah. Adi benar-benar puas akhirnya bisa merasakan kenikmatan tubuh tetangganya yang masih muda itu, sedangkan Bintangpun merasa kepuasan yang sebelumnya belum pernah dia dapat dari suaminya. Saat masih berpelukan telanjang bulat dengan kedua kelamin masih menyatu, mereka dikejutkan oleh teriakan seorang wanita, tepat di pintu kamar Bintang.
Astaga, kak Bintang, mas Adi!!
Bintang : Tania?!!!!
Situs Cerita Dewasa, Cerita Sex, Cerita Basah, Cerita Lendir, Cerita Panas,Cerita Bokep,Cerita Sedarah,Cerita Tante,Selingkuh,ABG,Pasutri,2018 dengan Kisah Nyata Sedarah, Daun Muda, Fiksi dan Bergairah untuk dibaca
Minggu, 28 Agustus 2016
Cerita Fiksi Artis Pertukaran dua sahabat (Irwansyah, zaskia sungkar, Raffi ahmad, Nagita Slavina)
Aku irwansyah, salah seorang artis yang cukup terkenal di ibukota, beberapa judul film telah aku bintangi, aku bersahabat baik dengan raffi ahmad yang juga seorang artis popular di negeri ini, aku sudah menikah dengan zaskia sungkar namun rumah tangga kami belum di karunia anak, sedangkan sahabatku raffi ahmad juga telah menikah dengan nagita slavina dan telah memiliki seorang putra.
Malam ini selepas syuting aku janjian dengan raffi untuk sekedar ngopi bareng dan ngobrol- ngobrol di karenakan sudah cukup lama pula kami tidak berjumpa kerena kesibukan kami masing – masing. Sekitar pukul 9 malam aku sudah sampai di cafĂ© tempat kami bertemu, tak berselang lama raffi pun tiba, kami memesan minuman dan memulai obrolan saling menanyakan kabar serta kegiatan kami belakangan ini, tak lama minuman yang kami pesan pun tiba, sambil terus berbincang kami pun menikmati muniman yang kami pesan tadi, raffi bercerita bahwa dia sangat bahagia dengan kehadiran buah hatinya, sehingga dia kini lebih banyak meluangkan waktu liburnya untuk bersama keluarga di bandingkan menggeluti hobinya dahulu, kebetulan kami memiliki hobi yang sama yaitu otomotif.
Obrolan kami semakin lama terasa santai, entah bagaimana tiba – tiba obrolan kami mengarah ke urusan ranjang kami masing – masing, aku bercerita bahwa zaskia sangat monoton di ranjang karena dia tidak mau melakukan hal – hal variatif dalam bercinta, sedangkan raffi menceritakan bagaimana nagita sangat liar dalam urusan ranjang, tak jarang raffi merasa kewalahan dalam melayani hasrat sex nagita yang sangat tinggi.
“wan, loe pernah punya bayangan ngentot sama istri orang lain,..??” tanya raffi tiba – tiba
“makud loe gimana raff,..???” tanya ku balik ke raffi
“loe pernah gak bayangin ngentot nagita,..??” tanya raffi
“hahahaa,..gila loe, ..” ujar ku
“wan, jangan marah yaa, ini Cuma khayalan gw aja, terus terang ya gw sering ngebayangin ngentot sama zaskia pas dia pake jilbabnya, pasti keliatan seksi banget tuuhh..” ucap raffi
“uhuuukk,..uhuuukk,..gila loe raff, bini gw loe buat khayalan,..sialan,..” ujar ku sambil tersedak akibat kaget mendengar penuturan raffi tadi
“hahahahahaa, bercanda gw, tapi kalo kejadian pasti seru dehh,…” ucap raffi lagi
Akupun diam – diam berpikir, apa yang di bilang raffi barusan, aku jadi membayangkan gimana rasanya ngentot nagita yang mempunyai tubuh seksi itu, ah kenapa jadi punya pikiran mesum kaya gini siihh,..
“wooyy,..malah bengong,..lagi bayangin ya ngentot sama bini gw,.” Ujar raffi mengagetkanku
“ah sialan loe raff, jadi kebayang kan gw ngentotin nagita,..hahahahaaa” ucap ku
“hhhmmm,..gimana kalo kita saling nyicip istri –istri kita,..?? “ tanya raffi
“annjrriitt,..maksud loe gimana raff,..??” tanyaku setengah kaget
“ya, gw ngentot zaskia, loe ngentotin nagita, istilahnya swinger gitu..” jelas raffi
“beeuuhh,.. gimana caranya ..,,??” tanyaku bingung
“sini gw ada kepikiran rencana nih ,.” Ujar raffi seraya berbisik mengenai rencananya
“kampret, ada aja ide mesum loe, tapi kayanya seru juga tuh ide loe “ ujarku
“ya udah kapan kita berangkat,..??” tanya raffi
“minggu depan boleh tuh, kebetulan jadwal gw kosong” ucapku
“oke, deal, jadwal gw juga kosong minggu depan “ ucap raffi
Setelah ngobrol – ngobrol hal lainnya, akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang karena malam sudah lumayan larut, sesampainya di rumah kudapati istriku tertidur di sofa, sepertinya dia kelelahan sampai tertidur karena menungguku, kuangkat badannya dan ku pindahkan dia ke kamar, akupun segera bersih – bersih dan mengganti pakaian untuk segera beranjak tidur.
Keesokan paginya aku terbangun dengan mencium aroma kopi yang sangat menusuk hidungku, rupanya istriku sudah bangun dan menyiapkan kopi untukku, akupun beranjak ke dapur untuk menemui istriku, kulihat istriku sedang menyiapkan sarapan, ku peluk tubuhnya dari belakang sambil meremas kedua payudaranya,
“acchh,..ihhh jorok nih baru bangun langsung peluk – peluk, cuci muka dulu sana,..” ujar zaskia
“heheheee, kan aku mau meluk istri tercintaku ini..” sahutku sambil terus meremas payudaranya
“iiihhh,..mandi dulu sana,nanti gak beres – beres aku bikin sarapannya”ujar istriku lagi
“oke,..okee,…” ucap ku sambil beranjak menuju kamar mandi
Selesai mandi aku pun beranjak menuju ke meja makan, di sana zaskia sudah menunggu sambil merapikan sarapan yang tadi di buatnya, sambil sarapan kami pun berbincang – bincang.
“sayang, minggu besok di ajak liburan tuh sama raffi” ucapku membuka obrolan
“oh ya, liburan kemana, sayang,..??” tanya zaskia
“raffi ngajak ke villanya dia di kaliurang “ jelasku
“wah, kayanya enak tuh, nagita ikut juga kan,..??” tanya zaskia
“iya, nanti kita berempat kok liburannya” jelasku lagi
“oke, aku mau sayang,..” jawab istriku
“sip lah, kalo begitu tinggal kita siapin aja keperluan kita untuk iiburan,,” ucap ku
“iya sayang, “ ujar zaskia.
Setelah menyelesaikan sarapan aku pun segera bersiap untu pergi ke tempat syuting, ku cium bibir zaskia sebelum aku meninggalkan rumah. Sesampainya di tempat syuting aku pun segera mengabarkan raffi
“siiipp raff, zaskia udah mau di ajak liburan “ isi sms ku ke raffi
“oke, sip, kita berangkat minggu depan, nagita juga udah setuju liburan” isi balasan sms raffi kepadaku.
Singkat cerita hari keberangkatan kami untuk liburan pun tiba, kami berempat berangkat bersama – sama menuju ke jogja dengan pesawat dan dilanjutkan dengan naik mobil travel menuju ke lokasi. Setelah sampai di kaliurang kami merapikan barang bawaan di kamar, villa milik raffi initidak terlalu besar namun sangat nyaman & memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang perekbunan dan sungai kecil di belakangnya. Setelah beristirahat sebentar kami pun segera makan siang di restoran yang terletak tak jauh dari villa. Puas mengisi perut kami melanjutkan jalan – jalan menikmati pemandangan di kaliurang, raffi kuperhatikan beberapa melirik kea rah zaskia yang siang ini memakai baju yang cukup santai dengan jilbabnya yang selalu terpasang, sedangkan aku pun beberapa kali melirik ke arah nagita yang terlihat cukup seksi dengan memakai tanktop berwarna hitam di padukan dengan hotpants berwarna putih dan memakai cardigan yang tidak terlalu tebal, terlihat payudaranya yang membusung.
Tak terasa hari sudah beranjak sore, kami pun memutuskan kembali ke villa.sesampainya di villa kamipun mandi secara bergantian, karena kebetulan hanya ada satu kamar mandi di sini. Setelah semuanya selesai mandi kami pun memutuskan untuk memesan makanan yang dapat di antar, sambil menunggu datangnya makanan pesanan, kami menonton acara tv bersama. Tak berapa lama makanan yang kami pesan pun datang, kami segera makan malam, semua pesanan kami makan dengan lahapnya, setelah selesai makan, kami pun kembali ke ruang tengah dan menonton tv, bosan dengan acara tv, raffi pun menyetel film yang kebetulan ada di villa ini, film yang tonton awalnya beradegan biasa saja, namun di pertengahan ternyata ada beberapa adegan yang cukup panas, hal ini tentu saja memancing gairah kami, ku lihat raffi pun mulai mencium lembut tengkuk nagita yang sedang di peluknya, nagita terlihat agak jengah mungkin karena adanya aku dan zaskia, namun raffi malah semakin bersemangat dia mulai meraba kedua payudara nagita, ku lihat nagita pun mulai terpancing gairahnya, dia pun mulai meraba penis raffi yang masih terlindungi celana pendek,
Aku pun tak hanya diam, ku hadapkan wajah zaskia hingga menghadapke arahku dan mulai mencuium lembut bibirnya, ada sedikit rasa jengah pada zaskia, mungkin dia malu pada raffi dan nagita. Tapi aku tak peduli ku lumat bibir zaskia yang di hiasi lipstick merah muda, perlahan zaskia pun membalas lumatanku. Ku raba gundukan payudara zaskia, terasa kencang, nafas zaskia pun mulai memburu menandakan gairahnya sudah mulai naik.
Terlihat raffi dan nagita sudah saling melumat dengan penuh nafsu, tangan raffi terus meremas kedua payudara nagita yang besar, sedangkan nagita pun meremas – remas penis raffi. Ku tuntun tangan zaskia agar kea rah penisku, zaskia pun segera meraba serta meremas penis ku yang muali menegang, cumbuan – cumbuan yang ku layangkan pada nagita rupanya membuat dia mulai bergairah.
Tak berapa lama raffi pun melepaskan ciumannya pada nagita dan mengangguk kecil ke arahku, akupun melepaskan cumbuanku pada zaskia. Raffi kemudian duduk tegak di sampingku, sedangkan nagita dan zaskia hanya memandangi kami dengan tatapan heran.
”eeheeemm,..” raffi berdehem kecil bermaksud untuk menetralisir keadaan.
“gigi sayang dan zaskia, sebenarnya tujuan aku dan Irwan mengajak kalian liburan ke sini, adalah untuk mencoba mancari suasana baru di dalam hubungan kita,..” ucap raffi
“maksudnya,..??,..suasana baru kaya apa sayang,..?? “ tanya zaskia ke raffi
“sebenarnya kami merencanakan untuk melakukan sedikit variasi ,..” ujarku
“sayang,..variasi apa sihhh,..??” tanya zaskia
“biar aku yang jelaskan, tapi jangan di potong dulu ya penjelasanku” kata raffi
Zaskia dan nagita pun hanya mengangguk kecil
“jadi begini, beberapa waktu lalu aku dan Irwan ngobrol – ngobrol, kami banyak berbicara sampai akhirnya kami saling bercerita tentang kebiasaan kita dalam bercinta, nah dari situ timbul ide untuk melakukan sedikit variasi dalam hubungan ini dengan merasakan bagaimana rasanya bercinta dengan bertukar istri, jadi aku tertarik dengan zaskia karena ingin merasakan bagaimana rasanya bercinta dengan wanita berjilbab, sedangkan Irwan tertarik bagaimana rasanya bercinta dengan nagita yang seksi, jadi selama kita berlibur di sini kita akan bertukar pasangan, aku dengan zaskia sedangkan irwan akan menikmati tubuh nagita” jelas raffi
Zaskia dan nagita pun terlihat kaget dan melongo dengan apa yang di beberkan oleh raffi
“gila kamu,..” kata nagita
Zaskia pun menatapku meminta penjelasan
“gini sayang, aku dan Irwan sudah sahabatan sejak lama, bahkan kami sudah seperti saudara, kami sangat menyayangi pasangan, namun terkadang muncul fantasi ataupun kahayalan ketika bercinta, nah daripada kami selingkuh, maka kami memutuskan untuk melakukan rencana ini” ujar raffi
“tapi kan, bukannya ini juga selingkuh dan zinah,..??? “ tanya zaskia pelan
“iya sayang, ini memang di larang, tapi ini lebih baik daripada kami selingkuh dengan wanita yang tidak jelas,..” kataku
Zaskia dan nagita pun saling memandang, mereka terlihat tidak nyaman berada dalam situasi seperti ini, tiba – tiba nagita bangkit dan menarik tangan zaskia untuk ikut bangkit berdiri
“sebentar, kami mau ngobrol di dalam kamar, karena hal ini sangat susah di terima oleh akal sehat, aku mau berbicara dari hati ke hati dengan kia “ ucap nagita tegas.
Aku dan raffi pun hanya dapat mengangguk kecil, nagita segera menarik tangan zaskia agar mengikutinya ke kamar, entah apa yang mereka bicarakan di dalam kamar karena cukup lama aku dan raffi hanya dapat menunggu, setelah sekitar satu jam lebih akhirnya terdengar suara nagita memanggil kami untuk segera masuk ke dalam kamar. Aku dan raffi pun segera beranjak dari ruang tamu ke arah kamar, sesampainya di depan kamar, aku ketuk pintu kamarnya, “masuk..” terdengar suara nagita mempersilahkan kami masuk.
Aku dan raffi bergegas masuk ke dalam kamar, aku dan raffi terkejut ternyata di dalam kamar nagita dan zaskia telah merias diri mereka dengan make up yang sederhana namun memancarkan kecantikan yang luar biasa dari mereka berdua, entah apa yang mereka bicarakan di dalam kamar, yang pasti saat ini nagita dan zaskia tersenyum manis kearah aku dan raffi. Nagita mendekati aku dan raffi yang terbengong di balik pintu kamar, dia menarik perlahan tanganku dan raffi hingga kami berempat saling berhadapan.
“aku sudah berbicara dari hati ke hati dengan zaskia,..” ucap nagita membuka obrolan
“karena ini adalah permintaan dan juga keinginan kalian sebagai suami kami, maka sebagai istri yang berbakti kepada suaminya kami akan menuruti kemauan kalian,..” sambung nagita sambil tersenyum
Aku dan raffi pun kaget setngah tak percaya dengan apa yang di utarakan oleh nagita.
“kamu gak bercanda kan sayang,..??” tanya raffi ke zaskia
Aku pun memandang wajah zaskia meminta penjelasan, dia pun tersenyum sambil mengangguk kecil
“sekarang, lampiaskanlah apa yang menjadi fantasi kalian ke kami.,.” ucap nagita sambil mendekat kearah raffi
Nagita pun mencium pelan bibir raffi dan mencium tangannya, hal yang sama pun di lakukan oleh zaskia dia mengecup pelan bibirku dan mencium tanganku, lalu zaskia dan nagita pun bertukar posisi,kini nagita berada di hadapanku berdiri memandangku sambil tersenyum, zaskia pun sudah berdiri di hadapan raffi dan memandang raffi.
“lakukanlah apa yang menjadi keinginanmu wan,..” bisik zaskia pelan
Ku lihat raffi sudah mulai memeluk zaskia, raffi terlihat sangat bernafsu melumat bibir zaskia, akupun segera menarik tubuh nagita agar merapat ke pelukanku, segera ku kecup bibir nagita yang merekah, nagita pun membalas dengan melumat bibirku dengan penuh nafsu, sedangkan raffi kulihat melumat bibir zaskia dan meremas – remas pantat zaskia, terlihat jilbab yang di kenakan zaskia pun sudah mulai acak – acakan.
Ku tuntun nagita agar duduk di tepi ranjang, tanpa melepaskan lumatan kami berdua, kami berciuman dengan sangat bernafsu sampai – sampai air liur kami menetes di sela – sela bibir kami. Seiring gairah yangsemakin memuncak aku pun mulai meraba payudara nagita, kuremas –remas payudara yang sangat besar itu.
“hhmmphh,..hhmmpphh,..tetekmu gede banget gi,..” bisikku sambil terus meremas payudaranya
“hhmmpphh,,,hhmmpphh ,..tetekku masih ada ASI-nya lho,..” balas nagita sambil menggodaku
Mendengar hal itu aku pun semakin bernafsu, makin kulumat habis bibir nagita sambil meremas- remas dua gundukan payudara.
Sedangkan zaskia kulihat sudah terlentang di atas ranjang dengan raffi berada di sampingnya sambil melumat bibir zaskia dan juga meremas – remas kedua gundukan payudara zaskia. Sedangkan tangan zaskia pun sudah mulai aktif meraba dan meremas penis raffi
“hhmmmpphh,..hhmmpphh,…kamu telihat cantik banget kia dengan jilbabmu itu.” Sekilas kudengar raffi berujar pada zaskia
“hhhmmpphhh….hhmmmpphhh….aaccchh,…kontolmu besar raff..” ku dengar zaskia mengerang lirih
Kami berempat semakin terhanyut dalam cumbuan – cumbuan kepada masing – masing pasangan, aku yang semakin bernafsu pun perlahan berusaha melepas tanktop yang di kenakan oleh nagita, setelah berhasil terlepas terlihat gundukan payudara nagita yang terbalut bra berwarna merah yang sepertinya tidak mampu menampung besarnya payudaranya, ku lepas juga kaos yang kenakan hingga aku kini bertelanjang dada, ku lanjutkan untuk melepas hotpants yang di kenakan nagita, sedangkan nagita pun berusaha melepas celana pendek yang ku kenakan sambil terus meremas – remas penisku.
Di sisi lain ku lihat raffi pun telah melepas kaos yang di kenakannya, sedangkan dia kini berusaha melepas kaos yang di pakai zaskia, akhirnya kaos zaskia pun berhasil di lepas raffi, zaskia, merekapun melanjutkan dengan saling berusaha melepas celana yang di kenakan pasangannya, terlihat gunduka payudara zaskia yang tertutup bra berwarna hijau, walaupun tidak sebesar milik nagita, namun payudara zaskia terlihat sempurna.
Aku terpaku pada kedua gunduka payudara nagita yang terlihat mencuat, tak sabar aku pun segera berusaha untuk membuka bra yang membungkus kedua pyudara tersebut, setelah terlepas mencuatlah kedua buah payudara besar milik nagita dengan aerola dan putting yang berwarna agak kecoklatan, aku pun segera melahap kedua payudara nagita secara bergantian, ku remas dan ku hisap dengan sangat bernafsu, kurasakan ada sedikit rasa amis ketika kusedot – sedot puting payudara nagita terlihat keluar cairan ASI yang membuatku semakin bernafsu menyedotnya.
“ccuuuoppp,..sluuurrrpp,..sluuurrrpp, ..gillaaa,..susu mu enak banget gi…gurih,..” ucap ku ke nagita,
“hhssstt,..oocchh,.. kenyot terus wan, isepin terus tetekku,..” lirih nagita
Raffi pun tersenyum mendengar rintihan istrinya, dia kini mulai menjilati dan menghisap kedua payudara zaskia yang sudah terlepas dari bra-nya, raffi sangat bernafsu melihat payudara zaskia yang bulat sempurna dengan putting yang masih berwarna kemerahan, sedangkan tangan raffi pun sibuk membelai vagina zaskia yang masih tertutup celana dalam yang di kenakannya, zaskia pun masih asyik mengocok perlahan penis raffi yang udah tegang maksimal.
Sambil terus menghisap payudara nagita, aku pun berusaha melepas celana dalam yang masih menutupi kemaluan zaskia, perlahan celana dalam itu pun meluncur melalu kedua paha nagita dan menampakkan vaginanya yang tampak mulus dan licin, mungkin nagita rajin mencukur bulu kemaluannya, ku loloskan celana dalamnya sampai benar – benar terlepas, lau ku loloskan pula celan dalam yang masih membungkus penisku, kini aku dan nagita sudah benar –benar telanjang, nagita masih terus mengocok – ocok penisku yang telah terpampang bebas tanpa penghalang.
“ssshhh,..oocchh,..sshhh,…kontol mu besar juga ya wan,..” ucap nagita pelan…
“ssluuurrpp,..aahh,… memek mu bakal kewalahan nahan kontolku ” bisikku
Nagita pun hanya tersenyum dan kini kulihat raffi serta zaskia pun sudah sama – sama telanjang, raffi kini asyik menjilati vagina zaskia yang tertutupi bulu kemaluan yang sangat lebat, sementara zaskia hanya terlihat pasrah dan badannya terlihat sangat seksi dengan keringat yang mulai membasahi tubuhnya yang nyaris polos hanya menyisakan jilbab saja.
“cruuppp,..sluurrpp,.. memekmu wangi dan indah sekali kia…” gumam raffi sambil terus menjilati vagina zaskia
“aacchhh,..oocchhh,..terus jilatin memekku raff,…enak sekali,..” erang zaskia pelan
Setelah puas menikmati payudara nagita akupun merentangkan kedua tangan nagita, terlihat ketiak bersih nagita sangat menggodaku, ku sapukan perlahan lidahku menyusuri ketiak nagita, bergantian kiri kanan ku jilati, aku sangat bernafsu melihat ketiak wanita yang mulai basah oleh keringat, terlihat sangat menggairahkan.
“oooccch,..aacchh,..enak banget wan,..” erang dari nagita
“slluurrpp,..ketek mu seksi dan wangi gi,..” ucapku
“hhssshh,…hhssshh,..terus wan jilatin ketek ku “ racau nagita
Aku pun semakin bernafsu untuk menjilati ketiak nagita, terlihat kini zaskia sedang mengulum penis raffi, di jilat serta di hisap kepala penis raffi, terlihat air liur zaskia menetes di sela – selabibirnya yang sedang melakukan kuluman pada penis raffi.
“accchhh,..aacchh,..seponganmu enak kia,..” gumam raffi
“apalagi dengan jilbab yang kamu pakai, makin terlihat seksi,..”lanjut raffi
Aku pun menghentikan jilatanku pada ketiak nagita, ku posisikan diriku rebahan di ranjang, ku bimbing nagita agar naik ke atas tubuhku, kini kami mencoba gaya 69, ku jilat perlahan vagina mulus nagita,kusapukan ujung lidahku, sementara nagita pun menjilat serta menghisap kepala penisku, sedikit demi sedikit di kulumnya penisku hingga masuk seluruhnya ke mulutnya, aku pun semakin ganas menjilat dan melumat vagina nagita, terasa agak sedikit amis dan asin kurasakan cairan yang mulai membasahi vagina nagita.
Raffi mulai mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina zaskia yang terbaring di atas ranjang, di gesek – gesekkannya kepala penisnya di depan lubang vagina zaskia, dengan gerakan perlahan di tusuknya lubang vagina zaskia, di maju mundurkan perlahan agar vagina zaskia dapat menerima penis raffi di dalamnya
“eerrghh,..memek mu masih sempit sekali kia,..” gumam raffi
“accchhh,…aaachhh,..sodok terus kontol mu raff,.” Lirih zaskia
Perlahan raffi pun mulai melakukan sodokan –sodokan ke dalam vagina zaskia, terdengar rintihan & erangan dari mereka berdua, aku pun menyudahi lumatan ku pada vagina nagita, ku arahkan tubuh nagita yang ada di atas tubuhku agar memposisikan vaginanya di atas penisku, nagita pun mulai menurunkan pantatnya agar penisku dapat masuk kedalam vaginanya, perlahan penisku masuk ke dalam vagina nagita, dia menggoyang perlahan pinggulnya agar penisku dapat masuk seluruhnya ke dalam vaginanya.
“ooccchhh,…occhhhh,..kontol mu besar wan,..” erang nagita
“hmmpphh,..memek mu hangat banget gi,.” Ujar ku
Nagita semakin mempercepat goyangannya begitu penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya, tubuhnya terlihat sangat seksi dengan payudara besar yang berguncang setiap dia bergoyang dan juga keringat yang membasahi tubuhnya,
Zaskia kini berada di atas tubuh raffi yang terbaring di atas ranjang, dia berusaha memasukkan kepala penis raffi ke dalam vaginanya, sedikit demi sedikit penis raffi pun masuk ke dalam vagina zaskia, raffi pun membantu dengan ikut mendorong penisnya agar masuk ke dalam vagina zaskia.
Goyangan nagita semakin cepat, kurasakan denyutan dari dalam vagina nagita yang semakin memjepit erat penisku, kepala nagita mendongak terlempar ke kiri dan kanan se iring dengan goyangannya yang semakin cepat.
“oocchh,..occhhh,…aku mau sampai wan,..” erang nagita
“terus goyang gi,..” ucap ku
“ooccchhh,..aaarrgghh,,.occhhhh,..aku sampai wan,…haaiisshh,..haaaiisshh,..” rintih nagita sembari ambruk di atas tubuhku. Aku pun mendiamkan sejenak tubuh nagita yang lemas menikmati orgasmenya.
Setelah nafasnya mulai terkendali aku pun merebahkan tubuh nagita agar berbaring di ranjang, ku posisikan kepala penisku di depan lubang vaginanya, ku tusuk perlahan penisku ke dalam vagina nagita yang masih basah oleh cairan orgasmenya, ku kocok perlahan penisku yang mulai memasuki vagina nagita.
Ku lihat tubuh zaskia melenting seiring dengan orgasme yang di dapatnya, raffi masih terus mengocok – ocok penisnya di dalam vagina zaskia sehingga zaskia hanya dapat pasrah merasakan tusukan – tusukan penis raffi.
Sedikit demi sedikit ku sodok semakin cepat penisku di dalam vagina nagita, dia hanya dapat mengerang menrasakan penisku yang menyodok – yodok dinding rahimnya, sodokan penisku terasa mudah karena lubang vagina nagita yang masih basah oleh cairan orgasmenya.
Aku tak berlama – lama di posisi ini, ku tarik nagita agar menungging di depanku, ku posisikan kepala penis di depan lubang vaginanya, nafsuku semakin tinggi ketika kulihat kedua bongkahan pantatnya yang besar menungging di depanku, ku masukkan perlahan kepala penisku ke dalam vagina nagita, ku sodok – sodok penisku di dalam vagina nagita.
“aacchhhh,..ooccchh,..aaccchhh,..sodok yang cepat wan…,,” erang nagita
“kontolku enak ya gi,..?? “ tanya ku
“aaacchhh,..iya,…waaann,..kontolmu hangat di memekku”,..racau nagita
Kini posisi ku menghadap kea rah raffi dan zaskia, mereka pun juga merubah posisi sama seperti aku dan nagita, posisi zaskia menungging dengan wajah berhadap – hadapan dengan nagita, raffi mulai menyodok lubang vagina zaskia dengan penisnya, zaskia terlihat sangat menggairahkan dengan tubuh polos telanjang yang basah oleh keringat dan mengenakan jilbab di kepalanya.
Ku percepat sodokan penisku di vagina nagita, ku jambak perlahan rambutnya yang terurai, ku hentak – hentakkan penisku di dalam vaginanya, aku sangat bernafsu melihat istriku yang sangat menikmati di genjot oleh raffi, tiba – tiba nagita mengecup bibir zaskia yang hanya berjarak sangat dekat dengan wajahnya, zaskia terlihat sedikit kaget,namun perlahan karena sedang di landa birahi dai pun balas melumat bibir nagita, mereka saling melumat dengan gansanya, hal ini semakin membuat gairah kami semakin meninggi.
“aaaccchhh,…aaccchhh,..aaccchhh,…aku sampai raff,..” erang istriku,.
“eerrghhh,..eerrgghh,..errghhh,..aku juga hampir sampai kia,..” gumam raffi sambilmempercepat sodokannya di vagina istriku.
“aaarrgghhh,..aarrgghhh,…arrggghhhhh,..aku sampai kia,..” erang raffi sambil mencengkeram pantat zaskia ketika spermanya menyemprot deras ke dalam vagina zaskia.
Raffi dan zaskia pun terkulai di ranjang setelah gelombang orgasme mereka yang hampir bersamaan, melihat hal ini kurasakan vagina nagita pun mulai berdenyut dan semakin erat menjepit penisku, aku sadar orgasme nagita pun sebentar lagi akan datang, ku percepat sodokan penisku dalam vaginanya.
“ooccchhh,..oooocchh,…sodok lebih cepet wan, aku udah mau sampai,..” erang nagita
“hhmmpphh,..hhmmppphh,…aku juga mau keluar, kita keluar bareng ya gi,..” ucapku
“ooouucchh,..ooouucchh,..aaccchhh,….aku sampai wan,..” desah nagita ketika kurasakan cairan orgasmenya membasahi vaginanya, hal ini juga membuat vagina menjepit kuat penisku, sehingga ku percepat sodokan penisku.
“aarrgghhh,..eerrrggghhh,…aku juga sampai gi,…” erangku ketika kurasakan air maniku menyemprot ke dalam iubang vagina nagita.
“hhaaaaiisshh,…haaiisshhh,…Nimat sekali gi,..” ucapku sambil membelai wajah nagita yang terkulai di ranjang, nagita pun hanya membalas dengan senyuman.
Kami berempat kini terkulai di ranjang dengan tubuh telanjang yang basah oleh keringat, kami sangat menikmati apa yang telah kami lakukan barusan, aku lihat zaskia tersenyum dengan tubuh telanjang di dalam pelukan raffi, nagita pun memeluk tubuhku yang basah oleh keringat, kucium lembut bibir nagita dan memeluk erat tubuh telanjangnya. Entahlah berapa kali lagi kami akan melakukan hal ini, yang pasti liburan kami baru saja dimulai.
Malam ini selepas syuting aku janjian dengan raffi untuk sekedar ngopi bareng dan ngobrol- ngobrol di karenakan sudah cukup lama pula kami tidak berjumpa kerena kesibukan kami masing – masing. Sekitar pukul 9 malam aku sudah sampai di cafĂ© tempat kami bertemu, tak berselang lama raffi pun tiba, kami memesan minuman dan memulai obrolan saling menanyakan kabar serta kegiatan kami belakangan ini, tak lama minuman yang kami pesan pun tiba, sambil terus berbincang kami pun menikmati muniman yang kami pesan tadi, raffi bercerita bahwa dia sangat bahagia dengan kehadiran buah hatinya, sehingga dia kini lebih banyak meluangkan waktu liburnya untuk bersama keluarga di bandingkan menggeluti hobinya dahulu, kebetulan kami memiliki hobi yang sama yaitu otomotif.
Obrolan kami semakin lama terasa santai, entah bagaimana tiba – tiba obrolan kami mengarah ke urusan ranjang kami masing – masing, aku bercerita bahwa zaskia sangat monoton di ranjang karena dia tidak mau melakukan hal – hal variatif dalam bercinta, sedangkan raffi menceritakan bagaimana nagita sangat liar dalam urusan ranjang, tak jarang raffi merasa kewalahan dalam melayani hasrat sex nagita yang sangat tinggi.
“wan, loe pernah punya bayangan ngentot sama istri orang lain,..??” tanya raffi tiba – tiba
“makud loe gimana raff,..???” tanya ku balik ke raffi
“loe pernah gak bayangin ngentot nagita,..??” tanya raffi
“hahahaa,..gila loe, ..” ujar ku
“wan, jangan marah yaa, ini Cuma khayalan gw aja, terus terang ya gw sering ngebayangin ngentot sama zaskia pas dia pake jilbabnya, pasti keliatan seksi banget tuuhh..” ucap raffi
“uhuuukk,..uhuuukk,..gila loe raff, bini gw loe buat khayalan,..sialan,..” ujar ku sambil tersedak akibat kaget mendengar penuturan raffi tadi
“hahahahahaa, bercanda gw, tapi kalo kejadian pasti seru dehh,…” ucap raffi lagi
Akupun diam – diam berpikir, apa yang di bilang raffi barusan, aku jadi membayangkan gimana rasanya ngentot nagita yang mempunyai tubuh seksi itu, ah kenapa jadi punya pikiran mesum kaya gini siihh,..
“wooyy,..malah bengong,..lagi bayangin ya ngentot sama bini gw,.” Ujar raffi mengagetkanku
“ah sialan loe raff, jadi kebayang kan gw ngentotin nagita,..hahahahaaa” ucap ku
“hhhmmm,..gimana kalo kita saling nyicip istri –istri kita,..?? “ tanya raffi
“annjrriitt,..maksud loe gimana raff,..??” tanyaku setengah kaget
“ya, gw ngentot zaskia, loe ngentotin nagita, istilahnya swinger gitu..” jelas raffi
“beeuuhh,.. gimana caranya ..,,??” tanyaku bingung
“sini gw ada kepikiran rencana nih ,.” Ujar raffi seraya berbisik mengenai rencananya
“kampret, ada aja ide mesum loe, tapi kayanya seru juga tuh ide loe “ ujarku
“ya udah kapan kita berangkat,..??” tanya raffi
“minggu depan boleh tuh, kebetulan jadwal gw kosong” ucapku
“oke, deal, jadwal gw juga kosong minggu depan “ ucap raffi
Setelah ngobrol – ngobrol hal lainnya, akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang karena malam sudah lumayan larut, sesampainya di rumah kudapati istriku tertidur di sofa, sepertinya dia kelelahan sampai tertidur karena menungguku, kuangkat badannya dan ku pindahkan dia ke kamar, akupun segera bersih – bersih dan mengganti pakaian untuk segera beranjak tidur.
Keesokan paginya aku terbangun dengan mencium aroma kopi yang sangat menusuk hidungku, rupanya istriku sudah bangun dan menyiapkan kopi untukku, akupun beranjak ke dapur untuk menemui istriku, kulihat istriku sedang menyiapkan sarapan, ku peluk tubuhnya dari belakang sambil meremas kedua payudaranya,
“acchh,..ihhh jorok nih baru bangun langsung peluk – peluk, cuci muka dulu sana,..” ujar zaskia
“heheheee, kan aku mau meluk istri tercintaku ini..” sahutku sambil terus meremas payudaranya
“iiihhh,..mandi dulu sana,nanti gak beres – beres aku bikin sarapannya”ujar istriku lagi
“oke,..okee,…” ucap ku sambil beranjak menuju kamar mandi
Selesai mandi aku pun beranjak menuju ke meja makan, di sana zaskia sudah menunggu sambil merapikan sarapan yang tadi di buatnya, sambil sarapan kami pun berbincang – bincang.
“sayang, minggu besok di ajak liburan tuh sama raffi” ucapku membuka obrolan
“oh ya, liburan kemana, sayang,..??” tanya zaskia
“raffi ngajak ke villanya dia di kaliurang “ jelasku
“wah, kayanya enak tuh, nagita ikut juga kan,..??” tanya zaskia
“iya, nanti kita berempat kok liburannya” jelasku lagi
“oke, aku mau sayang,..” jawab istriku
“sip lah, kalo begitu tinggal kita siapin aja keperluan kita untuk iiburan,,” ucap ku
“iya sayang, “ ujar zaskia.
Setelah menyelesaikan sarapan aku pun segera bersiap untu pergi ke tempat syuting, ku cium bibir zaskia sebelum aku meninggalkan rumah. Sesampainya di tempat syuting aku pun segera mengabarkan raffi
“siiipp raff, zaskia udah mau di ajak liburan “ isi sms ku ke raffi
“oke, sip, kita berangkat minggu depan, nagita juga udah setuju liburan” isi balasan sms raffi kepadaku.
Singkat cerita hari keberangkatan kami untuk liburan pun tiba, kami berempat berangkat bersama – sama menuju ke jogja dengan pesawat dan dilanjutkan dengan naik mobil travel menuju ke lokasi. Setelah sampai di kaliurang kami merapikan barang bawaan di kamar, villa milik raffi initidak terlalu besar namun sangat nyaman & memiliki pemandangan yang indah dengan latar belakang perekbunan dan sungai kecil di belakangnya. Setelah beristirahat sebentar kami pun segera makan siang di restoran yang terletak tak jauh dari villa. Puas mengisi perut kami melanjutkan jalan – jalan menikmati pemandangan di kaliurang, raffi kuperhatikan beberapa melirik kea rah zaskia yang siang ini memakai baju yang cukup santai dengan jilbabnya yang selalu terpasang, sedangkan aku pun beberapa kali melirik ke arah nagita yang terlihat cukup seksi dengan memakai tanktop berwarna hitam di padukan dengan hotpants berwarna putih dan memakai cardigan yang tidak terlalu tebal, terlihat payudaranya yang membusung.
Tak terasa hari sudah beranjak sore, kami pun memutuskan kembali ke villa.sesampainya di villa kamipun mandi secara bergantian, karena kebetulan hanya ada satu kamar mandi di sini. Setelah semuanya selesai mandi kami pun memutuskan untuk memesan makanan yang dapat di antar, sambil menunggu datangnya makanan pesanan, kami menonton acara tv bersama. Tak berapa lama makanan yang kami pesan pun datang, kami segera makan malam, semua pesanan kami makan dengan lahapnya, setelah selesai makan, kami pun kembali ke ruang tengah dan menonton tv, bosan dengan acara tv, raffi pun menyetel film yang kebetulan ada di villa ini, film yang tonton awalnya beradegan biasa saja, namun di pertengahan ternyata ada beberapa adegan yang cukup panas, hal ini tentu saja memancing gairah kami, ku lihat raffi pun mulai mencium lembut tengkuk nagita yang sedang di peluknya, nagita terlihat agak jengah mungkin karena adanya aku dan zaskia, namun raffi malah semakin bersemangat dia mulai meraba kedua payudara nagita, ku lihat nagita pun mulai terpancing gairahnya, dia pun mulai meraba penis raffi yang masih terlindungi celana pendek,
Aku pun tak hanya diam, ku hadapkan wajah zaskia hingga menghadapke arahku dan mulai mencuium lembut bibirnya, ada sedikit rasa jengah pada zaskia, mungkin dia malu pada raffi dan nagita. Tapi aku tak peduli ku lumat bibir zaskia yang di hiasi lipstick merah muda, perlahan zaskia pun membalas lumatanku. Ku raba gundukan payudara zaskia, terasa kencang, nafas zaskia pun mulai memburu menandakan gairahnya sudah mulai naik.
Terlihat raffi dan nagita sudah saling melumat dengan penuh nafsu, tangan raffi terus meremas kedua payudara nagita yang besar, sedangkan nagita pun meremas – remas penis raffi. Ku tuntun tangan zaskia agar kea rah penisku, zaskia pun segera meraba serta meremas penis ku yang muali menegang, cumbuan – cumbuan yang ku layangkan pada nagita rupanya membuat dia mulai bergairah.
Tak berapa lama raffi pun melepaskan ciumannya pada nagita dan mengangguk kecil ke arahku, akupun melepaskan cumbuanku pada zaskia. Raffi kemudian duduk tegak di sampingku, sedangkan nagita dan zaskia hanya memandangi kami dengan tatapan heran.
”eeheeemm,..” raffi berdehem kecil bermaksud untuk menetralisir keadaan.
“gigi sayang dan zaskia, sebenarnya tujuan aku dan Irwan mengajak kalian liburan ke sini, adalah untuk mencoba mancari suasana baru di dalam hubungan kita,..” ucap raffi
“maksudnya,..??,..suasana baru kaya apa sayang,..?? “ tanya zaskia ke raffi
“sebenarnya kami merencanakan untuk melakukan sedikit variasi ,..” ujarku
“sayang,..variasi apa sihhh,..??” tanya zaskia
“biar aku yang jelaskan, tapi jangan di potong dulu ya penjelasanku” kata raffi
Zaskia dan nagita pun hanya mengangguk kecil
“jadi begini, beberapa waktu lalu aku dan Irwan ngobrol – ngobrol, kami banyak berbicara sampai akhirnya kami saling bercerita tentang kebiasaan kita dalam bercinta, nah dari situ timbul ide untuk melakukan sedikit variasi dalam hubungan ini dengan merasakan bagaimana rasanya bercinta dengan bertukar istri, jadi aku tertarik dengan zaskia karena ingin merasakan bagaimana rasanya bercinta dengan wanita berjilbab, sedangkan Irwan tertarik bagaimana rasanya bercinta dengan nagita yang seksi, jadi selama kita berlibur di sini kita akan bertukar pasangan, aku dengan zaskia sedangkan irwan akan menikmati tubuh nagita” jelas raffi
Zaskia dan nagita pun terlihat kaget dan melongo dengan apa yang di beberkan oleh raffi
“gila kamu,..” kata nagita
Zaskia pun menatapku meminta penjelasan
“gini sayang, aku dan Irwan sudah sahabatan sejak lama, bahkan kami sudah seperti saudara, kami sangat menyayangi pasangan, namun terkadang muncul fantasi ataupun kahayalan ketika bercinta, nah daripada kami selingkuh, maka kami memutuskan untuk melakukan rencana ini” ujar raffi
“tapi kan, bukannya ini juga selingkuh dan zinah,..??? “ tanya zaskia pelan
“iya sayang, ini memang di larang, tapi ini lebih baik daripada kami selingkuh dengan wanita yang tidak jelas,..” kataku
Zaskia dan nagita pun saling memandang, mereka terlihat tidak nyaman berada dalam situasi seperti ini, tiba – tiba nagita bangkit dan menarik tangan zaskia untuk ikut bangkit berdiri
“sebentar, kami mau ngobrol di dalam kamar, karena hal ini sangat susah di terima oleh akal sehat, aku mau berbicara dari hati ke hati dengan kia “ ucap nagita tegas.
Aku dan raffi pun hanya dapat mengangguk kecil, nagita segera menarik tangan zaskia agar mengikutinya ke kamar, entah apa yang mereka bicarakan di dalam kamar karena cukup lama aku dan raffi hanya dapat menunggu, setelah sekitar satu jam lebih akhirnya terdengar suara nagita memanggil kami untuk segera masuk ke dalam kamar. Aku dan raffi pun segera beranjak dari ruang tamu ke arah kamar, sesampainya di depan kamar, aku ketuk pintu kamarnya, “masuk..” terdengar suara nagita mempersilahkan kami masuk.
Aku dan raffi bergegas masuk ke dalam kamar, aku dan raffi terkejut ternyata di dalam kamar nagita dan zaskia telah merias diri mereka dengan make up yang sederhana namun memancarkan kecantikan yang luar biasa dari mereka berdua, entah apa yang mereka bicarakan di dalam kamar, yang pasti saat ini nagita dan zaskia tersenyum manis kearah aku dan raffi. Nagita mendekati aku dan raffi yang terbengong di balik pintu kamar, dia menarik perlahan tanganku dan raffi hingga kami berempat saling berhadapan.
“aku sudah berbicara dari hati ke hati dengan zaskia,..” ucap nagita membuka obrolan
“karena ini adalah permintaan dan juga keinginan kalian sebagai suami kami, maka sebagai istri yang berbakti kepada suaminya kami akan menuruti kemauan kalian,..” sambung nagita sambil tersenyum
Aku dan raffi pun kaget setngah tak percaya dengan apa yang di utarakan oleh nagita.
“kamu gak bercanda kan sayang,..??” tanya raffi ke zaskia
Aku pun memandang wajah zaskia meminta penjelasan, dia pun tersenyum sambil mengangguk kecil
“sekarang, lampiaskanlah apa yang menjadi fantasi kalian ke kami.,.” ucap nagita sambil mendekat kearah raffi
Nagita pun mencium pelan bibir raffi dan mencium tangannya, hal yang sama pun di lakukan oleh zaskia dia mengecup pelan bibirku dan mencium tanganku, lalu zaskia dan nagita pun bertukar posisi,kini nagita berada di hadapanku berdiri memandangku sambil tersenyum, zaskia pun sudah berdiri di hadapan raffi dan memandang raffi.
“lakukanlah apa yang menjadi keinginanmu wan,..” bisik zaskia pelan
Ku lihat raffi sudah mulai memeluk zaskia, raffi terlihat sangat bernafsu melumat bibir zaskia, akupun segera menarik tubuh nagita agar merapat ke pelukanku, segera ku kecup bibir nagita yang merekah, nagita pun membalas dengan melumat bibirku dengan penuh nafsu, sedangkan raffi kulihat melumat bibir zaskia dan meremas – remas pantat zaskia, terlihat jilbab yang di kenakan zaskia pun sudah mulai acak – acakan.
Ku tuntun nagita agar duduk di tepi ranjang, tanpa melepaskan lumatan kami berdua, kami berciuman dengan sangat bernafsu sampai – sampai air liur kami menetes di sela – sela bibir kami. Seiring gairah yangsemakin memuncak aku pun mulai meraba payudara nagita, kuremas –remas payudara yang sangat besar itu.
“hhmmphh,..hhmmpphh,..tetekmu gede banget gi,..” bisikku sambil terus meremas payudaranya
“hhmmpphh,,,hhmmpphh ,..tetekku masih ada ASI-nya lho,..” balas nagita sambil menggodaku
Mendengar hal itu aku pun semakin bernafsu, makin kulumat habis bibir nagita sambil meremas- remas dua gundukan payudara.
Sedangkan zaskia kulihat sudah terlentang di atas ranjang dengan raffi berada di sampingnya sambil melumat bibir zaskia dan juga meremas – remas kedua gundukan payudara zaskia. Sedangkan tangan zaskia pun sudah mulai aktif meraba dan meremas penis raffi
“hhmmmpphh,..hhmmpphh,…kamu telihat cantik banget kia dengan jilbabmu itu.” Sekilas kudengar raffi berujar pada zaskia
“hhhmmpphhh….hhmmmpphhh….aaccchh,…kontolmu besar raff..” ku dengar zaskia mengerang lirih
Kami berempat semakin terhanyut dalam cumbuan – cumbuan kepada masing – masing pasangan, aku yang semakin bernafsu pun perlahan berusaha melepas tanktop yang di kenakan oleh nagita, setelah berhasil terlepas terlihat gundukan payudara nagita yang terbalut bra berwarna merah yang sepertinya tidak mampu menampung besarnya payudaranya, ku lepas juga kaos yang kenakan hingga aku kini bertelanjang dada, ku lanjutkan untuk melepas hotpants yang di kenakan nagita, sedangkan nagita pun berusaha melepas celana pendek yang ku kenakan sambil terus meremas – remas penisku.
Di sisi lain ku lihat raffi pun telah melepas kaos yang di kenakannya, sedangkan dia kini berusaha melepas kaos yang di pakai zaskia, akhirnya kaos zaskia pun berhasil di lepas raffi, zaskia, merekapun melanjutkan dengan saling berusaha melepas celana yang di kenakan pasangannya, terlihat gunduka payudara zaskia yang tertutup bra berwarna hijau, walaupun tidak sebesar milik nagita, namun payudara zaskia terlihat sempurna.
Aku terpaku pada kedua gunduka payudara nagita yang terlihat mencuat, tak sabar aku pun segera berusaha untuk membuka bra yang membungkus kedua pyudara tersebut, setelah terlepas mencuatlah kedua buah payudara besar milik nagita dengan aerola dan putting yang berwarna agak kecoklatan, aku pun segera melahap kedua payudara nagita secara bergantian, ku remas dan ku hisap dengan sangat bernafsu, kurasakan ada sedikit rasa amis ketika kusedot – sedot puting payudara nagita terlihat keluar cairan ASI yang membuatku semakin bernafsu menyedotnya.
“ccuuuoppp,..sluuurrrpp,..sluuurrrpp, ..gillaaa,..susu mu enak banget gi…gurih,..” ucap ku ke nagita,
“hhssstt,..oocchh,.. kenyot terus wan, isepin terus tetekku,..” lirih nagita
Raffi pun tersenyum mendengar rintihan istrinya, dia kini mulai menjilati dan menghisap kedua payudara zaskia yang sudah terlepas dari bra-nya, raffi sangat bernafsu melihat payudara zaskia yang bulat sempurna dengan putting yang masih berwarna kemerahan, sedangkan tangan raffi pun sibuk membelai vagina zaskia yang masih tertutup celana dalam yang di kenakannya, zaskia pun masih asyik mengocok perlahan penis raffi yang udah tegang maksimal.
Sambil terus menghisap payudara nagita, aku pun berusaha melepas celana dalam yang masih menutupi kemaluan zaskia, perlahan celana dalam itu pun meluncur melalu kedua paha nagita dan menampakkan vaginanya yang tampak mulus dan licin, mungkin nagita rajin mencukur bulu kemaluannya, ku loloskan celana dalamnya sampai benar – benar terlepas, lau ku loloskan pula celan dalam yang masih membungkus penisku, kini aku dan nagita sudah benar –benar telanjang, nagita masih terus mengocok – ocok penisku yang telah terpampang bebas tanpa penghalang.
“ssshhh,..oocchh,..sshhh,…kontol mu besar juga ya wan,..” ucap nagita pelan…
“ssluuurrpp,..aahh,… memek mu bakal kewalahan nahan kontolku ” bisikku
Nagita pun hanya tersenyum dan kini kulihat raffi serta zaskia pun sudah sama – sama telanjang, raffi kini asyik menjilati vagina zaskia yang tertutupi bulu kemaluan yang sangat lebat, sementara zaskia hanya terlihat pasrah dan badannya terlihat sangat seksi dengan keringat yang mulai membasahi tubuhnya yang nyaris polos hanya menyisakan jilbab saja.
“cruuppp,..sluurrpp,.. memekmu wangi dan indah sekali kia…” gumam raffi sambil terus menjilati vagina zaskia
“aacchhh,..oocchhh,..terus jilatin memekku raff,…enak sekali,..” erang zaskia pelan
Setelah puas menikmati payudara nagita akupun merentangkan kedua tangan nagita, terlihat ketiak bersih nagita sangat menggodaku, ku sapukan perlahan lidahku menyusuri ketiak nagita, bergantian kiri kanan ku jilati, aku sangat bernafsu melihat ketiak wanita yang mulai basah oleh keringat, terlihat sangat menggairahkan.
“oooccch,..aacchh,..enak banget wan,..” erang dari nagita
“slluurrpp,..ketek mu seksi dan wangi gi,..” ucapku
“hhssshh,…hhssshh,..terus wan jilatin ketek ku “ racau nagita
Aku pun semakin bernafsu untuk menjilati ketiak nagita, terlihat kini zaskia sedang mengulum penis raffi, di jilat serta di hisap kepala penis raffi, terlihat air liur zaskia menetes di sela – selabibirnya yang sedang melakukan kuluman pada penis raffi.
“accchhh,..aacchh,..seponganmu enak kia,..” gumam raffi
“apalagi dengan jilbab yang kamu pakai, makin terlihat seksi,..”lanjut raffi
Aku pun menghentikan jilatanku pada ketiak nagita, ku posisikan diriku rebahan di ranjang, ku bimbing nagita agar naik ke atas tubuhku, kini kami mencoba gaya 69, ku jilat perlahan vagina mulus nagita,kusapukan ujung lidahku, sementara nagita pun menjilat serta menghisap kepala penisku, sedikit demi sedikit di kulumnya penisku hingga masuk seluruhnya ke mulutnya, aku pun semakin ganas menjilat dan melumat vagina nagita, terasa agak sedikit amis dan asin kurasakan cairan yang mulai membasahi vagina nagita.
Raffi mulai mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina zaskia yang terbaring di atas ranjang, di gesek – gesekkannya kepala penisnya di depan lubang vagina zaskia, dengan gerakan perlahan di tusuknya lubang vagina zaskia, di maju mundurkan perlahan agar vagina zaskia dapat menerima penis raffi di dalamnya
“eerrghh,..memek mu masih sempit sekali kia,..” gumam raffi
“accchhh,…aaachhh,..sodok terus kontol mu raff,.” Lirih zaskia
Perlahan raffi pun mulai melakukan sodokan –sodokan ke dalam vagina zaskia, terdengar rintihan & erangan dari mereka berdua, aku pun menyudahi lumatan ku pada vagina nagita, ku arahkan tubuh nagita yang ada di atas tubuhku agar memposisikan vaginanya di atas penisku, nagita pun mulai menurunkan pantatnya agar penisku dapat masuk kedalam vaginanya, perlahan penisku masuk ke dalam vagina nagita, dia menggoyang perlahan pinggulnya agar penisku dapat masuk seluruhnya ke dalam vaginanya.
“ooccchhh,…occhhhh,..kontol mu besar wan,..” erang nagita
“hmmpphh,..memek mu hangat banget gi,.” Ujar ku
Nagita semakin mempercepat goyangannya begitu penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya, tubuhnya terlihat sangat seksi dengan payudara besar yang berguncang setiap dia bergoyang dan juga keringat yang membasahi tubuhnya,
Zaskia kini berada di atas tubuh raffi yang terbaring di atas ranjang, dia berusaha memasukkan kepala penis raffi ke dalam vaginanya, sedikit demi sedikit penis raffi pun masuk ke dalam vagina zaskia, raffi pun membantu dengan ikut mendorong penisnya agar masuk ke dalam vagina zaskia.
Goyangan nagita semakin cepat, kurasakan denyutan dari dalam vagina nagita yang semakin memjepit erat penisku, kepala nagita mendongak terlempar ke kiri dan kanan se iring dengan goyangannya yang semakin cepat.
“oocchh,..occhhh,…aku mau sampai wan,..” erang nagita
“terus goyang gi,..” ucap ku
“ooccchhh,..aaarrgghh,,.occhhhh,..aku sampai wan,…haaiisshh,..haaaiisshh,..” rintih nagita sembari ambruk di atas tubuhku. Aku pun mendiamkan sejenak tubuh nagita yang lemas menikmati orgasmenya.
Setelah nafasnya mulai terkendali aku pun merebahkan tubuh nagita agar berbaring di ranjang, ku posisikan kepala penisku di depan lubang vaginanya, ku tusuk perlahan penisku ke dalam vagina nagita yang masih basah oleh cairan orgasmenya, ku kocok perlahan penisku yang mulai memasuki vagina nagita.
Ku lihat tubuh zaskia melenting seiring dengan orgasme yang di dapatnya, raffi masih terus mengocok – ocok penisnya di dalam vagina zaskia sehingga zaskia hanya dapat pasrah merasakan tusukan – tusukan penis raffi.
Sedikit demi sedikit ku sodok semakin cepat penisku di dalam vagina nagita, dia hanya dapat mengerang menrasakan penisku yang menyodok – yodok dinding rahimnya, sodokan penisku terasa mudah karena lubang vagina nagita yang masih basah oleh cairan orgasmenya.
Aku tak berlama – lama di posisi ini, ku tarik nagita agar menungging di depanku, ku posisikan kepala penis di depan lubang vaginanya, nafsuku semakin tinggi ketika kulihat kedua bongkahan pantatnya yang besar menungging di depanku, ku masukkan perlahan kepala penisku ke dalam vagina nagita, ku sodok – sodok penisku di dalam vagina nagita.
“aacchhhh,..ooccchh,..aaccchhh,..sodok yang cepat wan…,,” erang nagita
“kontolku enak ya gi,..?? “ tanya ku
“aaacchhh,..iya,…waaann,..kontolmu hangat di memekku”,..racau nagita
Kini posisi ku menghadap kea rah raffi dan zaskia, mereka pun juga merubah posisi sama seperti aku dan nagita, posisi zaskia menungging dengan wajah berhadap – hadapan dengan nagita, raffi mulai menyodok lubang vagina zaskia dengan penisnya, zaskia terlihat sangat menggairahkan dengan tubuh polos telanjang yang basah oleh keringat dan mengenakan jilbab di kepalanya.
Ku percepat sodokan penisku di vagina nagita, ku jambak perlahan rambutnya yang terurai, ku hentak – hentakkan penisku di dalam vaginanya, aku sangat bernafsu melihat istriku yang sangat menikmati di genjot oleh raffi, tiba – tiba nagita mengecup bibir zaskia yang hanya berjarak sangat dekat dengan wajahnya, zaskia terlihat sedikit kaget,namun perlahan karena sedang di landa birahi dai pun balas melumat bibir nagita, mereka saling melumat dengan gansanya, hal ini semakin membuat gairah kami semakin meninggi.
“aaaccchhh,…aaccchhh,..aaccchhh,…aku sampai raff,..” erang istriku,.
“eerrghhh,..eerrgghh,..errghhh,..aku juga hampir sampai kia,..” gumam raffi sambilmempercepat sodokannya di vagina istriku.
“aaarrgghhh,..aarrgghhh,…arrggghhhhh,..aku sampai kia,..” erang raffi sambil mencengkeram pantat zaskia ketika spermanya menyemprot deras ke dalam vagina zaskia.
Raffi dan zaskia pun terkulai di ranjang setelah gelombang orgasme mereka yang hampir bersamaan, melihat hal ini kurasakan vagina nagita pun mulai berdenyut dan semakin erat menjepit penisku, aku sadar orgasme nagita pun sebentar lagi akan datang, ku percepat sodokan penisku dalam vaginanya.
“ooccchhh,..oooocchh,…sodok lebih cepet wan, aku udah mau sampai,..” erang nagita
“hhmmpphh,..hhmmppphh,…aku juga mau keluar, kita keluar bareng ya gi,..” ucapku
“ooouucchh,..ooouucchh,..aaccchhh,….aku sampai wan,..” desah nagita ketika kurasakan cairan orgasmenya membasahi vaginanya, hal ini juga membuat vagina menjepit kuat penisku, sehingga ku percepat sodokan penisku.
“aarrgghhh,..eerrrggghhh,…aku juga sampai gi,…” erangku ketika kurasakan air maniku menyemprot ke dalam iubang vagina nagita.
“hhaaaaiisshh,…haaiisshhh,…Nimat sekali gi,..” ucapku sambil membelai wajah nagita yang terkulai di ranjang, nagita pun hanya membalas dengan senyuman.
Kami berempat kini terkulai di ranjang dengan tubuh telanjang yang basah oleh keringat, kami sangat menikmati apa yang telah kami lakukan barusan, aku lihat zaskia tersenyum dengan tubuh telanjang di dalam pelukan raffi, nagita pun memeluk tubuhku yang basah oleh keringat, kucium lembut bibir nagita dan memeluk erat tubuh telanjangnya. Entahlah berapa kali lagi kami akan melakukan hal ini, yang pasti liburan kami baru saja dimulai.
Rabu, 20 Januari 2016
Cerita Dewasa Artis Zivanna 4
Part 4
Ia bergegas meninggalkanku. Ah, mungkin caraku terlalu frontal. Tapi, beginilah caranya. Dengan tergopoh - gopoh, ia menghampiriku.
"Ada Mas, saya sudah telepon dan lagi disiapin tempatnya. Saya antar sekarang, Mas."
Aku diantar menjauhi penginapan menuju sebuah rumah di sisi turunan bukit.
Aku sampai disana. Tidak lama, seorang perempuan muda berdiri disana. Aku melihatnya sebentar. Wajahnya menatapku benci. Ia tidak mau pekerjaan ini. Sesuai janjiku. Aku membayarkan uangnya kepada Tukadi dan mengajaknya masuk kamar. Tukadi menungguku di luar.
Di dalam kamar, ia begitu canggung. Ia masih duduk. Aku duduk di kursi dalam kamar. Pakaiannya menampakkan kesederhanaan.
"Siapa namamu?"
"Asri."
"Berapa umurmu?"
"17 tahun."
"Masih perawan?"
"Masih. Silahkan pak dicoba."
Ia berani menatapku kuat. Walaupun, kepedihannya begitu terasa.
"Mengapa mau menerima pekerjaan ini."
"Saya butuh uang untuk melunasi hutang."
"Dengan siapa?"
"Pak Danaran. Dia juga memberikan pekerjaan ini ke saya."
"Apa benar kau dijual ke Pak Danaran."
"Banyak teman saya berada dalam masa pingitan kemudian dipekerjakan seperti ini untuk melunasi hutang."
"Masa pingitan? Jelaskan padaku."
"Keluarga meminjam sejumlah uang dan bunga. Pada jatuh tempo, di beri waktu selama 2 bulan untuk pelunasan. Jika tidak, mereka akan masuk masa pingitan dimana anak perempuan mereka yang masih perawan dijadikan peliharaan dan terpakai saat seperti ini."
"Jika tidak perawan, bagaimana?"
"Mereka akan langsung dijual ke kota besar dan menjadi pelacur. Pak Danaran hanya memilih keluarga yang memiliki anak perempuan atau laki - laki dengan hak tanah."
Kami mengobrol selama beberapa menit. Aku takut, mereka juga mengintaiku.
"Aku butuh bantuanmu. Sekarang kamu berteriaklah seakan kamu sedang aku setubuhi."
Aku duduk membelakanginya.
"Cah wadon, gak usah kakean gerak."
"Mas, ojo mas. Inyong isih cilik mas. Inyong isih perawan."
"Wis lah gak usah kakean omong. Meneng ae. Enak enak pokoke."
"Ojo mas ojooooo......"
"Dancuk.....bener perawan awakmu."
"Ojo di kenthu mas. Ojo. Loro mas loro."
"Rasakno ae, nduk. Penak penak."
Aku mengelabuinya.
"Terima kasih atas kerjasamanya."
"Mas tidak jadi setubuhi saya?"
"Aku ndak tega. Ambillah. Ada sedikit uang bisa kau pakai. Kamu punya alamat rumah?"
"Ada mas."
"Tulis di kertas ini."
Ia menuliskan alamatnya.
"Kamu tidak ada nomor telepon?"
"Tidak ada, Mas."
"Nanti. Sebulan kemudian. Pada tanggal ini. Aku minta kamu menghubungi nomor ini. Kamu ceritain apa yang terjadi denganmu tentang Pak Danaran. Kalau bisa, ajak temanmu juga. Bilang, kamu adalah temanku. Aku minta tolong dengan sangat."
"Mas siapa sebenernya?"
"Aku manusia biasa koq. Tapi, janji kamu harus hubungin nomor ini. Dia akan butuh bantuan kamu juga. Begitupun, dengan kamu."
"Makasih mas. Saya gak nyangka bisa ketemu orang kayak mas."
"Bentar, aktingmu bagus. Terusin aja di luar. Biar mereka benar - benar percaya. Sehingga kamu bisa lepas dari Pak Danaran."
Kami keluar dan Asri berakting bahwa ia telah diperawani.
"Gimana mas tadi?" Tanya Tukadi
"Berisik, Mas. Tapi, enak sih."
"Masnya sampe bikin meringis tuh anak."
"Bisa anter aku balik?"
"Monggo Mas."
Aku kembali ke penginapan. Tidak kutemukan Zizi. Tidak di acaranya maupun kamarnya. Shit, Zizi dimana?
Aku bertanya tidak ada yang mengetahuinya. Aku mencari ke penjuru OW. Tidak kutemukan Zizi. Aku berinisiatif menemui Zizi di tempat pertama kali bertemu dengan Jahri.
Aku masuk ke dalam hutan. Dengan senter, aku masuk ke dalam hutan. Kulihat, tubuh manusia di seberang mataku. Ku dekati dan itu adalah Zizi.
"Zizi, bangun. Zizi! Zizi!."
Aku membopong tubuhnya. Dan seseorang menyerangku dengan balok. Berhasil kuhindari. Samar, aku mengenalinya wajahnya. Dia adalah Jahri.
"Sudah kuduga kau akan berbuat macam - macam."
"Aku hanya menyelamatkan dia."
"Bohong, jangan mengikutkan dia dalam masalahmu."
"Masalahku adalah untuk menjauhkan dirinya dari pengaruhnya."
"Untuk apa? Kau tidak menjelaskan mengapa orang itu begitu bersalah."
"Aku melakukan sesuatu yang kuyakini."
"Yakinkan saja kau bisa menang melawanku."
Ia menyerangku dengan balok di tangan. Aku menghindari dan menjatuhkan baloknya.
"Cih....harus kuberitahu dengan cara paksa."
Ia menyerangku bertubi - tubi. Aku hanya bisa mementahkan serangan tanpa bisa membalasnya. Ia mulai kelelahan. Aku berbalik dan mencekik lehernya. Aku mengunci lehernya dan memukulkan pangkal sikutku di kepalanya 3 kali hingga ia pingsan. Aku kembali membopong Zizi yang masih tidak sadar. Kelelahan, akupun terjatuh.
Kami dibangunkan oleh keributan di dekatku. Seseorang yang tidak ku kenal menungguiku. Di sampingnya ada Pak Danaran.
"Syukurlah, kalian sudah sadar."
"Dimana ini?"
"Di rumahku. Kalian ditemukan warga di dekat pasar."
"Dimana Zizi?"
"Wanita itu? Ia berada di kamar lainnya."
"Aku harus menemuinya."
Aku keluar menuju ruangan Zizi di rawat. Ia sedang berjalan menemuiku. Aku langsung berpelukan mengenang keselamatan kami.
"Kamu gak apa, Zizi? Maafin aku."
"Aku juga gak hati - hati."
"Kali ini, kita gak boleh pisah - pisah lagi. Aku pastiin itu."
Aku terus memeluknya dan tidak akan lepas dari pengawasanku. Setelah baikan, aku kembali ke kamar.
"Zizi, mengapa kau bisa berada di sana?"
"Aku mengikuti Jahri. Saat kau memulai rencanamu, aku melihat Jahri mengawasiku. Aku mengejarnya masuk hutan dan dari belakang aku dipukul balok."
"Dia berkata sesuatu?"
"Dia hanya bilang tetap jauhi Pak Danaran karena ia berbahaya."
"Mungkin ada benarnya perkataan Jahri. Hanya saja, kita tidak memiliki bukti kuat."
"Kau mempercayai orang yang telah menyakitiku?"
"Entahlah. Perkataannya mulai terbukti. Kita harus memancing Jahri keluar dari persembunyian dan membuatnya berterus terang."
"Maksudmu, kau menemukan bukti bahwa apa yang dikatakan orang itu benar?"
"Begitulah. Tapi, cara yang dilakukan oleh orang itu berbeda. Ia pasti datang lagi."
"Aku takut, Grha."
"Tenanglah, Zizi. Untuk hari ini, kita di penginapan saja. Kita ke bukit batunya nanti."
Pak Danaran melalui utusannya memberikan kompensasi notebook yang sesuai dengan apa yang ia minta kemarin. Ia mulai kembali bekerja. Dan, aku sendiri menyerahkan sebuah kartu media simpan.
"Aku minta data ini untuk diunggah ke penyimpananmu."
"Ini data apa?"
"Nanti kau akan mengetahuinya."
Zizi mengunggah datanya ke penyimpanan virtual miliknya.
"Grha, bagaimana kau bisa menemukanku?"
"Perasaanku memberitahuku aku harus kesana."
"Semudah itukah?"
"Akan lebih mudah lagi jika kita terus bersama."
Aku menggodanya dengan mencium rambutnya.
"Hey, aku baru sembuh. Udah nakal lagi."
"Bukan nakal. Sedikit godaan bisa jadi hal yang menyenangkan 'kan?"
Ponsel Zizi berdering.
"Sebentar ya. Aku angkat telepon dulu."
"Halo iya sayang...."
Zizi melanjutkan teleponnya bersama pasangannya. Aku diam memperhatikan dan menunggunya selesai. Zizi berbalik kepadaku. Ia mencium bibirku. Tanganku diarahkannya masuk ke dadanya dan dibiarkannya aku meremasnya. Ia menahan desahannya agar tidak curiga. Giliran, kepalaku dijepitnya dengan dadanya. Aku menyusui payudaranya. Ia menggigit bantal sesekali untuk melepaskan ketegangannya. Tangan kirinya dengan cekatan melepas celanaku. Digenggamnya penisku yang masih kendur. Dikocoknya perlahan.
"Ooohhhh......"
"Ssssttttt....."
Aku kelepasan. Ia terus mengocoknya hingga tegak berdiri. Jarinya mulai menari - nari di kepala penis dan lubang kencingnya. Cairan precum ku mulai keluar membasahi ujung jari Zizi. Ia mulai menjilati penisku lembut. Ia masih menelepon pasangannya.
Digigitnya batang penisku yang berdenyut. Diciumnya tanpa jijik. Ia mengambil jeda untuk mengoral penisku. Ia berbicara dengan pasangannya dan berhenti jeda untuk mengulum penisku. Shit, sensasi ini menggantung kenikmatanku. Tangannya ikut andil mengurut penisku. Ia menyedotnya seperti sedotan.
"Ssssslllluuuuurrrrrpppppp......sssssssllllllluuuu urrrrrpppp.......sssssssslllllllluuuuuuurrrrrrrrpp ppppp........Ssssssssssllllllllloooooopppphhhhhhh. .....ssssssssllllllllooooopppphhhhh........"
Aku sampai mendorong penisku masuk mengisyaratkan aku sudah berada di ujung. Ia mengakhiri teleponnya dan menjulurkan lidahnya.
"Cccccrrrrrroooooossssss........ccccccccrrrrrroooo oossssssss........ccccccccrrrrrrooooosssssss...... "
Penisku berkedut menembakkan sperma panas di dalam mulutnya. Ia berkumur dengan spermaku. Bahkan, mengambil foto dengan mulut penuh sperma. Aku mengeluhkan nafasku. Seperti ada yang terlepas dariku.
Zizi menelan spermaku membersihkan mulutnya dari bekas sperma.
"Still more of them? I'll suck them out."
Kami mulai foreplay untuk membangkitkan gairah kami. Tidak berapa lama, pintuku digedor dengan keras. Shit, siapa yang menggangguku sih. Aku membuka pintunya.
"Permisi, Pak Grha. Pak Danaran berhasil menangkap Jahri dan sekarang sedang diarak."
"Apa? Baiklah aku kesana."
Aku menutup pintunya dan bersiap.
"Ada apa, Grha?"
"Jahri ditangkap. Aku harus melihatnya."
"Tunggu, sekalian kita meliputnya."
"Baiklah."
Kami berdua keluar dan benar saja Jahri sudah diamankan. Ia sedang diarak menuju kantor polisi. Sampai disana, ia langsung menjalani tahanan dan akan diputuskan pada pengadilan.
"Mengapa jadi seperti ini keadaannya?"
"Maksudmu, Grha?"
"Dia bisa dengan mudah mengintai kita dan mencelakaimu. Tapi, begitu mudahnya tertangkap oleh anak buah Pak Danaran."
"Semoga kecurigaanmu salah."
"Semoga saja, Zizi."
Memakai samaran wartawan ini, kami berusaha untuk dekat dengan Jahri. Kami dipersilahkan untuk mewawancarainya. Jahri mengalami lebam di seluruh tubuhnya. Sepertinya habis dihajar massa.
"Tuduhanmu adalah mencuri uang milik seorang pengelola penginapan. Begitu mudahkah kau ditangkap?" Tanyaku
"Aku benar melakukannya. Aku tidak punya uang."
"Kau mencuri orang yang salah. Apalagi, kau mencuri uang Pak Dirgo. Tidak masuk akal."
"Aku mencuri siapapun."
"Bahkan, merusakkan notebook Zizi? Bagus sekali, karena aku tidak percaya."
"Pintu kamar tidak mengalami kerusakan berarti. Dengan kata lain, kau bisa mendapatkan kunci dengan mudah. Padahal, jika kau menjual notebook itu. Kau bisa mendapat uang lebih."
"Berarti ia disuruh merusaknya?" Tambah Zizi.
"Tepat. Dan kurasa memasukkan ia di penjara adalah salah satu rencana yang dilakukan oleh 3 orang. Kau, Pak Dirgo dan Pak Danaran."
"Pak Danaran juga ikut andil?"
"Iya, Zizi. Sebaiknya kau berterus terang, Jahri."
"Aku melakukannya karena ia berjanji akan mengembalikan kekasihku. Ia telah berjanji kepadaku. Jika, aku bisa melaksanakan tugasnya maka aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan."
"Kau sudah mengaku. Kami tidak akan menuntutmu lagi."
"Kalian berhati - hati lah. Mereka sudah pasti merencanakan sesuatu untuk menahan laju kalian."
Kami keluar dari kantor polisi.
"Sebaiknya kita kemasi barang kita di penginapan dan nanti malam saat semuanya tidur kita pergi dari sini. Sementara itu, kita selesaikan liputan bukit batu untuk terakhir kali."
Kami pergi ke bukit batu dan menyelesaikan liputan terakhir kali.
"Pemandangannya indah banget. Apalagi kalo sunset. Surga pokoknya."
"Sayang yah. Datengnya siang."
"Bentar aku foto dulu buat sosmed."
Ia memotret pemandangan dengan ponselnya.
"Kita selfie berdua sekarang."
"Gak apa nih?"
"Iya. Lagian biar tahu siapa yang nemenin aku sekarang."
Kami berfoto dengan background pemandangan. Hasilnya cukup bagus.
"Zizi. Udah gak kerasa mau balik lagi ke jakarta."
"Aku juga bakal kangen dengan tempat ini. Terlebih lagi kamu."
"Aku juga, Zizi."
"Kalo ada waktu main ke stasiun TV nanti kita ketemuan bareng."
"Jaga - jaga, kamu hubungin koresponden kamu disini untuk jemput kamu di pertigaan xxx."
"Kenapa? Masih ada acara kamunya?"
"Enggak. Jaga - jaga aja. Nanti biar dia nganter kamu ke jakarta."
"Pokoknya kamu anterin aku ke jakarta. Nanti gak aku bayar kamunya."
"Iya. Nanti aku usahain."
Kami selesai di tempat itu. Dan, menuju ke penginapan. Kami makan malam terlebih dahulu. Dan kemudian beristirahat sejenak. Barang kami telah dikemas sebelumnya.
Zizi tiduran di kasurnya. Ia tidak dapat memejamkan mata. Aku berdiri di depannya.
"Kamu istirahat Zizi. Aku udah nyiapin angkutan untuk kabur."
"Kesini dunk. Temenin aku tiduran."
"Iya, Zizi."
Kami berbaring berdampingan.
"Dibuka dunk celana kamu. Pengen liat penis kamu lagi."
Kulepas celanaku. Penisku masih mengendur. Zizi beringsut melepaskan celananya juga. Vagina berbulunya menantang birahiku.
"Kita ciuman sambil muasin diri."
Kami berdua sama - sama masih memakai baju. Kemaluan kami yang terlihat.
"Mmmmmhhhhh....cup....ccccllllllluuuuuppphhhhh.... .ccccccclllllluuuuuupppppphhhhhh.....ccccccllllllu uuuuuppppphhhhh......."
Aku berciuman dengan Zizi. Tangan kami berpindah. Zizi mengocok penisku sedangkan, aku mengocok vaginanya.
"Mmmmmmhhhhhhhh........aaaaaaaaccccchhhhhhh....... .ccccccllllluuuuuuppppphhhhhh........ccccclllllllu uuuuupppphhhhh......ooooooocccchhhhh."
Kami benar benar menuju relationship goal. Kami bertatapan mata.
"Punya aku udah basah, Grha. Please yah."
"Zizi? Yakin? Aku gak mau ngerusak hubungan ini."
"Gak koq. Aku pengen banget soalnya."
Zizi membasahi penisku. Penisku menghujam keras di vaginanya.
"Oooooogggggghhhhhhh......."
Aku menggoyangkan badanku. Ia merintih kesakitan.
"Pelan....Grha....pelan...perih..."
Kudiamkan sejenak agar vaginanya bisa menerimanya.
"Buruan digerakkin." Pinta Zizi.
Aku mulai menggosok Vagina Zizi dengan penisku. Penisku berkedut merasakan nikmatnya dinding Vaginanya menekan kulit sensitif ini.
"Oooooccccchhhhhh......hhhhmmmmmm......mmmmmmmhhhh hhhh......uuuuuuuuccccchhhhhhh........sssssssshhhh hhh....."
Bosan dengan misionaris, aku menusuk penisku dengan doggie style. Pantatnya bergoyang bebas saat aku tepat memasukkan penisku.
"Oooooohhhhh.....aaaaaaaahhhhhh..........ffffffffu uuuuuucccckkkkkkk.........."
Aku menjambak rambut pendek dan kutunggangi dengan cepat.
"Clop....clop...clop....clop.....clop.....clop...c lop....cpak.....cpak....cpak....cpak....cpak...."
Giliran ia menunggangiku.
Rambutnya tergerai. Ia membelakangiku dan membiarkan pantatnya bekerja pada penisku.
"Cpok....cpok.....cpok.....cpok.....cpok...9pok... .cpok......"
Ia memutar badannya dengan penis tertancap. Ia menggiling penisku dengan goyangannya dan hujamannya.
"Aaahhh....Zizi....enak banget....."
"Cleph....cleph....cleph.....cleph....cleph....cle ph.....cleph....."
"Ooooohhhh.....yyyyyeeeeeeaaaaaahhhhh.......ffffff ffuuuuucccckkkk......meeeeee........haaaarrrddddee eeerrrrr...."
Kuremas dadanya. Ia makin menggila. Aku membantu penisku agar lebih masuk ke dalam.
"Aaaaaccchhhhh......mmmaaauuuu.....kkkkeeeelllluuu uaaaarrrrr......Grha."
"Aaaakkkuuu....jjjjuuuuggggaaaa......Zizi.."
"Tunggu..jangan....tunggu."
Kalimat terakhirnya tidak kudengarkan. Tanganku berada di pinggulnya. Penisku memuntahkan spermanya di dalam.
"Cccccrrrrrooootttttttssssss.......ccccccccrrrrrro ooooottttttsssss.....ccccccccrrrrrroooootttttttsss sssss......."
Zizi kemudian orgasme juga setelah aku ejakulasi.
"CcCccccccrrrrrsssssssssssss........."
"Grha, kamu udah keluarin di dalem. Tadi aku mau bilang kalo aku lagi subur."
"Apa? Aduh bagaimana ini. Aku gak sengaja. Aku lepas kendali."
"Udah bagaimana lagi. Kamu udah keluarin di dalem. Aku cuma bisa nerima aja."
"Maafin aku, Zizi."
"Aku seneng koq. Lagian, nanti aku pulang aku minta pasangan aku untuk keluarin di dalam. Jadi, kamu gak akan terlalu masalah. Tapi, aku potong untuk biaya hotelnya."
"Terserah kamu, Zizi."
Kubiarkan penisku tercabut dengan sendirinya. Zizi berbaring di atas badanku. Kami tertidur sebentar setelah pergumulan ini.
Tengah malam, aku membangunkan Zizi untuk mengajaknya kabur. Aku menelepon salah satu mobil pick up dan mengantar kami hingga pertigaan xxx dimana koresponden menunggu.
"Ayo, Zizi. Kita tidak punya banyak waktu."
"Iya. Aku sudah siap."
"Zizi, ada sebuah surat dariku. Jangan dibuka sekarang. Nanti kalo sudah berada di jakarta dan kita berpisah, baru kamu buka surat itu."
"Baiklah."
Kami keluar dari OW xxxx dengan aman. Disebuah jembatan, mobil kami dihentikan segerombol orang.
Kami keluar dari mobil. Supir mobil itu disingkirkannya.
"Serahin barang - barangnya atau mau nyawamu gak selamat."
Aku memunggungi Zizi.
"Zizi, sebaiknya kau berada di sisi terjauh jembatan. Aku sudah menyuruh korespondenmu menjemputmu bersama polisi."
"Kau sudah mempersiapkannya sejauh ini."
"Karena aku ada bukti yang menyebutkan Pak Danaran terlibat. Kau sudah mengunggahnya kemarin."
Ia berlari ke sisi terjauh jembatan.
"Kalian mencari buktinya kan? Ada di kartu ini. Tapi lepaskan wanita itu."
Perhatian mereka teralihkan. Segera saja mereka mengeroyokku. Aku terlibat baku hantam dengan mereka. Aku kalah jumlah. Tetap kulawan saja. Mereka berusaha untuk merebut kartu media ku.
"Grhaaaaa!" Zizi berteriak.
Perlawanan itu tidak cukup lama bertahan. Aku terdesak hingga ke tepi jembatan. Mereka terus menghajarku habis - habisan. Digeledah badanku. Aku sudah tidak bisa melawan lagi. Zizi mematung di tempatnya. Salah satu dari mereka mendapatkan kartu medianya. Dalam keadaan seperti ini, mereka mendorong badanku jatuh dari jembatan. Aliran air cukup deras saat itu. Membawaku hanyut dengan aliran sungai.
"Grhaaaaaaaaa!" Zizi mulai menitikkan air mata.
"Don't die on me, Grha."
Zizi tidak percaya bahwa Grha mengorbankan nyawa untuk keselamatan dirinya. Sirine polisi nyaring terdengar. Gerombolan ini langsung berhamburan melarikan diri. Ternyata, mobil itu dikendarai oleh koresponden yang dihubungi.
"Nona Zivanna, ayo masuk. Saya akan mengantar anda pulang."
"Tapi, Pak. Kameramen saya hanyut di sungai. Kita harus menolongnya."
"Saya tahu. Tetapi, keadaan masih tidak aman. Saya disuruhnya untuk mengantar anda."
"Enggak. Saya gak akan pulang sebelum saya lihat dia."
"Nanti, besok pagi. Akan saya panggil polisi untuk menyisir tempat ini."
Zizi meronta menolak ajakan korespondennya. Ditariknya masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, Zizi meratapi kepergian Grha. Sesenggukan itu kadang pecah menjadi air mata.
Akhirnya, liputan Zizi digunakan dalam special report. Tayangannya mendapat share tinggi. Walaupun begitu, ia masih teringat dengan Grha. Tentu saja, Syifa shock mendengar kabar ini. Mereka sempat berselisih akibat peristiwa ini. Namun, pada akhirnya mereka berbaikan karena pada dasarnya hal ini adalah sebuah tindakan dari seorang manusia.
Surat yang diberikan Grha dibaca oleh Zizi dengan haru. Dalam surat itu digambarkan betapa senangnya ia bisa bersamanya. Ia meminta maaf tidak bisa mengantarnya ke Jakarta dan mengusut keterlibatan Pak Danaran. Ia meminta kesabaran selama sebulan.
Zizi mengambil dildo kesukaannya. Ia merenggut pakaian peninggalan Grha yang berhasil ditemukan.
"Grha.....ooooccccchhhhh....."
Diciumnya pakaian yang usang itu untuk mengingatkan dirinya dengan Grha. Sementara, dildo itu terus dimasukkan ke dalam vaginanya.
Beberapa saat kemudian, ia kelelahan akibat bermasturbasi. Ia terus mengingatnya.
"Grha, aku kangen kamu."
Sebulan kemudian, Zizi sibuk bekerja dengan liputan investigasinya. Rekaman percakapan Grha dengan seorang perempuan bernama Asri di dengarnya berulang - ulang. Suara Grha masih terngiang di pikirannya. Ponselnya berdering. Dari nomor telepon rumah yang baru di lihatnya.
"Halo, dengan Zivanna."
"Ha, Halo. Saya Asri, Ibu Zivanna."
"Asri? Asri siapa ya?"
"Saya disuruh Mas Grha untuk menelepon Ibu. Katanya Ibu butuh bukti bahwa Pak Danaran berbuat kejahatan. Katanya ibu bisa membantu saya."
"Kapan bisa bertemu?"
"Saya tidak bisa kemana - mana. Paling saya cuma bisa di terminal bus kota xxx."
"Besok jam 10 pagi. Kita ketemu. Saya pakai seragam TV."
"Baik, bu. Terima kasih."
"Terima kasih."
Zizi menutup ponselnya.
"Grha, inikah yang kau rencanakan? Andai kamu masih hidup."
Zizi meminta izin untuk dinas luar dan bertemu dengan perempuan bernama Asri tersebut. Dan, ia bersemangat mengungkap kejahatan Pak Danaran.
Finally, Should I live as a monster? Or die as a good man? Or else? Who knows
Ia bergegas meninggalkanku. Ah, mungkin caraku terlalu frontal. Tapi, beginilah caranya. Dengan tergopoh - gopoh, ia menghampiriku.
"Ada Mas, saya sudah telepon dan lagi disiapin tempatnya. Saya antar sekarang, Mas."
Aku diantar menjauhi penginapan menuju sebuah rumah di sisi turunan bukit.
Aku sampai disana. Tidak lama, seorang perempuan muda berdiri disana. Aku melihatnya sebentar. Wajahnya menatapku benci. Ia tidak mau pekerjaan ini. Sesuai janjiku. Aku membayarkan uangnya kepada Tukadi dan mengajaknya masuk kamar. Tukadi menungguku di luar.
Di dalam kamar, ia begitu canggung. Ia masih duduk. Aku duduk di kursi dalam kamar. Pakaiannya menampakkan kesederhanaan.
"Siapa namamu?"
"Asri."
"Berapa umurmu?"
"17 tahun."
"Masih perawan?"
"Masih. Silahkan pak dicoba."
Ia berani menatapku kuat. Walaupun, kepedihannya begitu terasa.
"Mengapa mau menerima pekerjaan ini."
"Saya butuh uang untuk melunasi hutang."
"Dengan siapa?"
"Pak Danaran. Dia juga memberikan pekerjaan ini ke saya."
"Apa benar kau dijual ke Pak Danaran."
"Banyak teman saya berada dalam masa pingitan kemudian dipekerjakan seperti ini untuk melunasi hutang."
"Masa pingitan? Jelaskan padaku."
"Keluarga meminjam sejumlah uang dan bunga. Pada jatuh tempo, di beri waktu selama 2 bulan untuk pelunasan. Jika tidak, mereka akan masuk masa pingitan dimana anak perempuan mereka yang masih perawan dijadikan peliharaan dan terpakai saat seperti ini."
"Jika tidak perawan, bagaimana?"
"Mereka akan langsung dijual ke kota besar dan menjadi pelacur. Pak Danaran hanya memilih keluarga yang memiliki anak perempuan atau laki - laki dengan hak tanah."
Kami mengobrol selama beberapa menit. Aku takut, mereka juga mengintaiku.
"Aku butuh bantuanmu. Sekarang kamu berteriaklah seakan kamu sedang aku setubuhi."
Aku duduk membelakanginya.
"Cah wadon, gak usah kakean gerak."
"Mas, ojo mas. Inyong isih cilik mas. Inyong isih perawan."
"Wis lah gak usah kakean omong. Meneng ae. Enak enak pokoke."
"Ojo mas ojooooo......"
"Dancuk.....bener perawan awakmu."
"Ojo di kenthu mas. Ojo. Loro mas loro."
"Rasakno ae, nduk. Penak penak."
Aku mengelabuinya.
"Terima kasih atas kerjasamanya."
"Mas tidak jadi setubuhi saya?"
"Aku ndak tega. Ambillah. Ada sedikit uang bisa kau pakai. Kamu punya alamat rumah?"
"Ada mas."
"Tulis di kertas ini."
Ia menuliskan alamatnya.
"Kamu tidak ada nomor telepon?"
"Tidak ada, Mas."
"Nanti. Sebulan kemudian. Pada tanggal ini. Aku minta kamu menghubungi nomor ini. Kamu ceritain apa yang terjadi denganmu tentang Pak Danaran. Kalau bisa, ajak temanmu juga. Bilang, kamu adalah temanku. Aku minta tolong dengan sangat."
"Mas siapa sebenernya?"
"Aku manusia biasa koq. Tapi, janji kamu harus hubungin nomor ini. Dia akan butuh bantuan kamu juga. Begitupun, dengan kamu."
"Makasih mas. Saya gak nyangka bisa ketemu orang kayak mas."
"Bentar, aktingmu bagus. Terusin aja di luar. Biar mereka benar - benar percaya. Sehingga kamu bisa lepas dari Pak Danaran."
Kami keluar dan Asri berakting bahwa ia telah diperawani.
"Gimana mas tadi?" Tanya Tukadi
"Berisik, Mas. Tapi, enak sih."
"Masnya sampe bikin meringis tuh anak."
"Bisa anter aku balik?"
"Monggo Mas."
Aku kembali ke penginapan. Tidak kutemukan Zizi. Tidak di acaranya maupun kamarnya. Shit, Zizi dimana?
Aku bertanya tidak ada yang mengetahuinya. Aku mencari ke penjuru OW. Tidak kutemukan Zizi. Aku berinisiatif menemui Zizi di tempat pertama kali bertemu dengan Jahri.
Aku masuk ke dalam hutan. Dengan senter, aku masuk ke dalam hutan. Kulihat, tubuh manusia di seberang mataku. Ku dekati dan itu adalah Zizi.
"Zizi, bangun. Zizi! Zizi!."
Aku membopong tubuhnya. Dan seseorang menyerangku dengan balok. Berhasil kuhindari. Samar, aku mengenalinya wajahnya. Dia adalah Jahri.
"Sudah kuduga kau akan berbuat macam - macam."
"Aku hanya menyelamatkan dia."
"Bohong, jangan mengikutkan dia dalam masalahmu."
"Masalahku adalah untuk menjauhkan dirinya dari pengaruhnya."
"Untuk apa? Kau tidak menjelaskan mengapa orang itu begitu bersalah."
"Aku melakukan sesuatu yang kuyakini."
"Yakinkan saja kau bisa menang melawanku."
Ia menyerangku dengan balok di tangan. Aku menghindari dan menjatuhkan baloknya.
"Cih....harus kuberitahu dengan cara paksa."
Ia menyerangku bertubi - tubi. Aku hanya bisa mementahkan serangan tanpa bisa membalasnya. Ia mulai kelelahan. Aku berbalik dan mencekik lehernya. Aku mengunci lehernya dan memukulkan pangkal sikutku di kepalanya 3 kali hingga ia pingsan. Aku kembali membopong Zizi yang masih tidak sadar. Kelelahan, akupun terjatuh.
Kami dibangunkan oleh keributan di dekatku. Seseorang yang tidak ku kenal menungguiku. Di sampingnya ada Pak Danaran.
"Syukurlah, kalian sudah sadar."
"Dimana ini?"
"Di rumahku. Kalian ditemukan warga di dekat pasar."
"Dimana Zizi?"
"Wanita itu? Ia berada di kamar lainnya."
"Aku harus menemuinya."
Aku keluar menuju ruangan Zizi di rawat. Ia sedang berjalan menemuiku. Aku langsung berpelukan mengenang keselamatan kami.
"Kamu gak apa, Zizi? Maafin aku."
"Aku juga gak hati - hati."
"Kali ini, kita gak boleh pisah - pisah lagi. Aku pastiin itu."
Aku terus memeluknya dan tidak akan lepas dari pengawasanku. Setelah baikan, aku kembali ke kamar.
"Zizi, mengapa kau bisa berada di sana?"
"Aku mengikuti Jahri. Saat kau memulai rencanamu, aku melihat Jahri mengawasiku. Aku mengejarnya masuk hutan dan dari belakang aku dipukul balok."
"Dia berkata sesuatu?"
"Dia hanya bilang tetap jauhi Pak Danaran karena ia berbahaya."
"Mungkin ada benarnya perkataan Jahri. Hanya saja, kita tidak memiliki bukti kuat."
"Kau mempercayai orang yang telah menyakitiku?"
"Entahlah. Perkataannya mulai terbukti. Kita harus memancing Jahri keluar dari persembunyian dan membuatnya berterus terang."
"Maksudmu, kau menemukan bukti bahwa apa yang dikatakan orang itu benar?"
"Begitulah. Tapi, cara yang dilakukan oleh orang itu berbeda. Ia pasti datang lagi."
"Aku takut, Grha."
"Tenanglah, Zizi. Untuk hari ini, kita di penginapan saja. Kita ke bukit batunya nanti."
Pak Danaran melalui utusannya memberikan kompensasi notebook yang sesuai dengan apa yang ia minta kemarin. Ia mulai kembali bekerja. Dan, aku sendiri menyerahkan sebuah kartu media simpan.
"Aku minta data ini untuk diunggah ke penyimpananmu."
"Ini data apa?"
"Nanti kau akan mengetahuinya."
Zizi mengunggah datanya ke penyimpanan virtual miliknya.
"Grha, bagaimana kau bisa menemukanku?"
"Perasaanku memberitahuku aku harus kesana."
"Semudah itukah?"
"Akan lebih mudah lagi jika kita terus bersama."
Aku menggodanya dengan mencium rambutnya.
"Hey, aku baru sembuh. Udah nakal lagi."
"Bukan nakal. Sedikit godaan bisa jadi hal yang menyenangkan 'kan?"
Ponsel Zizi berdering.
"Sebentar ya. Aku angkat telepon dulu."
"Halo iya sayang...."
Zizi melanjutkan teleponnya bersama pasangannya. Aku diam memperhatikan dan menunggunya selesai. Zizi berbalik kepadaku. Ia mencium bibirku. Tanganku diarahkannya masuk ke dadanya dan dibiarkannya aku meremasnya. Ia menahan desahannya agar tidak curiga. Giliran, kepalaku dijepitnya dengan dadanya. Aku menyusui payudaranya. Ia menggigit bantal sesekali untuk melepaskan ketegangannya. Tangan kirinya dengan cekatan melepas celanaku. Digenggamnya penisku yang masih kendur. Dikocoknya perlahan.
"Ooohhhh......"
"Ssssttttt....."
Aku kelepasan. Ia terus mengocoknya hingga tegak berdiri. Jarinya mulai menari - nari di kepala penis dan lubang kencingnya. Cairan precum ku mulai keluar membasahi ujung jari Zizi. Ia mulai menjilati penisku lembut. Ia masih menelepon pasangannya.
Digigitnya batang penisku yang berdenyut. Diciumnya tanpa jijik. Ia mengambil jeda untuk mengoral penisku. Ia berbicara dengan pasangannya dan berhenti jeda untuk mengulum penisku. Shit, sensasi ini menggantung kenikmatanku. Tangannya ikut andil mengurut penisku. Ia menyedotnya seperti sedotan.
"Ssssslllluuuuurrrrrpppppp......sssssssllllllluuuu urrrrrpppp.......sssssssslllllllluuuuuuurrrrrrrrpp ppppp........Ssssssssssllllllllloooooopppphhhhhhh. .....ssssssssllllllllooooopppphhhhh........"
Aku sampai mendorong penisku masuk mengisyaratkan aku sudah berada di ujung. Ia mengakhiri teleponnya dan menjulurkan lidahnya.
"Cccccrrrrrroooooossssss........ccccccccrrrrrroooo oossssssss........ccccccccrrrrrrooooosssssss...... "
Penisku berkedut menembakkan sperma panas di dalam mulutnya. Ia berkumur dengan spermaku. Bahkan, mengambil foto dengan mulut penuh sperma. Aku mengeluhkan nafasku. Seperti ada yang terlepas dariku.
Zizi menelan spermaku membersihkan mulutnya dari bekas sperma.
"Still more of them? I'll suck them out."
Kami mulai foreplay untuk membangkitkan gairah kami. Tidak berapa lama, pintuku digedor dengan keras. Shit, siapa yang menggangguku sih. Aku membuka pintunya.
"Permisi, Pak Grha. Pak Danaran berhasil menangkap Jahri dan sekarang sedang diarak."
"Apa? Baiklah aku kesana."
Aku menutup pintunya dan bersiap.
"Ada apa, Grha?"
"Jahri ditangkap. Aku harus melihatnya."
"Tunggu, sekalian kita meliputnya."
"Baiklah."
Kami berdua keluar dan benar saja Jahri sudah diamankan. Ia sedang diarak menuju kantor polisi. Sampai disana, ia langsung menjalani tahanan dan akan diputuskan pada pengadilan.
"Mengapa jadi seperti ini keadaannya?"
"Maksudmu, Grha?"
"Dia bisa dengan mudah mengintai kita dan mencelakaimu. Tapi, begitu mudahnya tertangkap oleh anak buah Pak Danaran."
"Semoga kecurigaanmu salah."
"Semoga saja, Zizi."
Memakai samaran wartawan ini, kami berusaha untuk dekat dengan Jahri. Kami dipersilahkan untuk mewawancarainya. Jahri mengalami lebam di seluruh tubuhnya. Sepertinya habis dihajar massa.
"Tuduhanmu adalah mencuri uang milik seorang pengelola penginapan. Begitu mudahkah kau ditangkap?" Tanyaku
"Aku benar melakukannya. Aku tidak punya uang."
"Kau mencuri orang yang salah. Apalagi, kau mencuri uang Pak Dirgo. Tidak masuk akal."
"Aku mencuri siapapun."
"Bahkan, merusakkan notebook Zizi? Bagus sekali, karena aku tidak percaya."
"Pintu kamar tidak mengalami kerusakan berarti. Dengan kata lain, kau bisa mendapatkan kunci dengan mudah. Padahal, jika kau menjual notebook itu. Kau bisa mendapat uang lebih."
"Berarti ia disuruh merusaknya?" Tambah Zizi.
"Tepat. Dan kurasa memasukkan ia di penjara adalah salah satu rencana yang dilakukan oleh 3 orang. Kau, Pak Dirgo dan Pak Danaran."
"Pak Danaran juga ikut andil?"
"Iya, Zizi. Sebaiknya kau berterus terang, Jahri."
"Aku melakukannya karena ia berjanji akan mengembalikan kekasihku. Ia telah berjanji kepadaku. Jika, aku bisa melaksanakan tugasnya maka aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan."
"Kau sudah mengaku. Kami tidak akan menuntutmu lagi."
"Kalian berhati - hati lah. Mereka sudah pasti merencanakan sesuatu untuk menahan laju kalian."
Kami keluar dari kantor polisi.
"Sebaiknya kita kemasi barang kita di penginapan dan nanti malam saat semuanya tidur kita pergi dari sini. Sementara itu, kita selesaikan liputan bukit batu untuk terakhir kali."
Kami pergi ke bukit batu dan menyelesaikan liputan terakhir kali.
"Pemandangannya indah banget. Apalagi kalo sunset. Surga pokoknya."
"Sayang yah. Datengnya siang."
"Bentar aku foto dulu buat sosmed."
Ia memotret pemandangan dengan ponselnya.
"Kita selfie berdua sekarang."
"Gak apa nih?"
"Iya. Lagian biar tahu siapa yang nemenin aku sekarang."
Kami berfoto dengan background pemandangan. Hasilnya cukup bagus.
"Zizi. Udah gak kerasa mau balik lagi ke jakarta."
"Aku juga bakal kangen dengan tempat ini. Terlebih lagi kamu."
"Aku juga, Zizi."
"Kalo ada waktu main ke stasiun TV nanti kita ketemuan bareng."
"Jaga - jaga, kamu hubungin koresponden kamu disini untuk jemput kamu di pertigaan xxx."
"Kenapa? Masih ada acara kamunya?"
"Enggak. Jaga - jaga aja. Nanti biar dia nganter kamu ke jakarta."
"Pokoknya kamu anterin aku ke jakarta. Nanti gak aku bayar kamunya."
"Iya. Nanti aku usahain."
Kami selesai di tempat itu. Dan, menuju ke penginapan. Kami makan malam terlebih dahulu. Dan kemudian beristirahat sejenak. Barang kami telah dikemas sebelumnya.
Zizi tiduran di kasurnya. Ia tidak dapat memejamkan mata. Aku berdiri di depannya.
"Kamu istirahat Zizi. Aku udah nyiapin angkutan untuk kabur."
"Kesini dunk. Temenin aku tiduran."
"Iya, Zizi."
Kami berbaring berdampingan.
"Dibuka dunk celana kamu. Pengen liat penis kamu lagi."
Kulepas celanaku. Penisku masih mengendur. Zizi beringsut melepaskan celananya juga. Vagina berbulunya menantang birahiku.
"Kita ciuman sambil muasin diri."
Kami berdua sama - sama masih memakai baju. Kemaluan kami yang terlihat.
"Mmmmmhhhhh....cup....ccccllllllluuuuuppphhhhh.... .ccccccclllllluuuuuupppppphhhhhh.....ccccccllllllu uuuuuppppphhhhh......."
Aku berciuman dengan Zizi. Tangan kami berpindah. Zizi mengocok penisku sedangkan, aku mengocok vaginanya.
"Mmmmmmhhhhhhhh........aaaaaaaaccccchhhhhhh....... .ccccccllllluuuuuuppppphhhhhh........ccccclllllllu uuuuupppphhhhh......ooooooocccchhhhh."
Kami benar benar menuju relationship goal. Kami bertatapan mata.
"Punya aku udah basah, Grha. Please yah."
"Zizi? Yakin? Aku gak mau ngerusak hubungan ini."
"Gak koq. Aku pengen banget soalnya."
Zizi membasahi penisku. Penisku menghujam keras di vaginanya.
"Oooooogggggghhhhhhh......."
Aku menggoyangkan badanku. Ia merintih kesakitan.
"Pelan....Grha....pelan...perih..."
Kudiamkan sejenak agar vaginanya bisa menerimanya.
"Buruan digerakkin." Pinta Zizi.
Aku mulai menggosok Vagina Zizi dengan penisku. Penisku berkedut merasakan nikmatnya dinding Vaginanya menekan kulit sensitif ini.
"Oooooccccchhhhhh......hhhhmmmmmm......mmmmmmmhhhh hhhh......uuuuuuuuccccchhhhhhh........sssssssshhhh hhh....."
Bosan dengan misionaris, aku menusuk penisku dengan doggie style. Pantatnya bergoyang bebas saat aku tepat memasukkan penisku.
"Oooooohhhhh.....aaaaaaaahhhhhh..........ffffffffu uuuuuucccckkkkkkk.........."
Aku menjambak rambut pendek dan kutunggangi dengan cepat.
"Clop....clop...clop....clop.....clop.....clop...c lop....cpak.....cpak....cpak....cpak....cpak...."
Giliran ia menunggangiku.
Rambutnya tergerai. Ia membelakangiku dan membiarkan pantatnya bekerja pada penisku.
"Cpok....cpok.....cpok.....cpok.....cpok...9pok... .cpok......"
Ia memutar badannya dengan penis tertancap. Ia menggiling penisku dengan goyangannya dan hujamannya.
"Aaahhh....Zizi....enak banget....."
"Cleph....cleph....cleph.....cleph....cleph....cle ph.....cleph....."
"Ooooohhhh.....yyyyyeeeeeeaaaaaahhhhh.......ffffff ffuuuuucccckkkk......meeeeee........haaaarrrddddee eeerrrrr...."
Kuremas dadanya. Ia makin menggila. Aku membantu penisku agar lebih masuk ke dalam.
"Aaaaaccchhhhh......mmmaaauuuu.....kkkkeeeelllluuu uaaaarrrrr......Grha."
"Aaaakkkuuu....jjjjuuuuggggaaaa......Zizi.."
"Tunggu..jangan....tunggu."
Kalimat terakhirnya tidak kudengarkan. Tanganku berada di pinggulnya. Penisku memuntahkan spermanya di dalam.
"Cccccrrrrrooootttttttssssss.......ccccccccrrrrrro ooooottttttsssss.....ccccccccrrrrrroooootttttttsss sssss......."
Zizi kemudian orgasme juga setelah aku ejakulasi.
"CcCccccccrrrrrsssssssssssss........."
"Grha, kamu udah keluarin di dalem. Tadi aku mau bilang kalo aku lagi subur."
"Apa? Aduh bagaimana ini. Aku gak sengaja. Aku lepas kendali."
"Udah bagaimana lagi. Kamu udah keluarin di dalem. Aku cuma bisa nerima aja."
"Maafin aku, Zizi."
"Aku seneng koq. Lagian, nanti aku pulang aku minta pasangan aku untuk keluarin di dalam. Jadi, kamu gak akan terlalu masalah. Tapi, aku potong untuk biaya hotelnya."
"Terserah kamu, Zizi."
Kubiarkan penisku tercabut dengan sendirinya. Zizi berbaring di atas badanku. Kami tertidur sebentar setelah pergumulan ini.
Tengah malam, aku membangunkan Zizi untuk mengajaknya kabur. Aku menelepon salah satu mobil pick up dan mengantar kami hingga pertigaan xxx dimana koresponden menunggu.
"Ayo, Zizi. Kita tidak punya banyak waktu."
"Iya. Aku sudah siap."
"Zizi, ada sebuah surat dariku. Jangan dibuka sekarang. Nanti kalo sudah berada di jakarta dan kita berpisah, baru kamu buka surat itu."
"Baiklah."
Kami keluar dari OW xxxx dengan aman. Disebuah jembatan, mobil kami dihentikan segerombol orang.
Kami keluar dari mobil. Supir mobil itu disingkirkannya.
"Serahin barang - barangnya atau mau nyawamu gak selamat."
Aku memunggungi Zizi.
"Zizi, sebaiknya kau berada di sisi terjauh jembatan. Aku sudah menyuruh korespondenmu menjemputmu bersama polisi."
"Kau sudah mempersiapkannya sejauh ini."
"Karena aku ada bukti yang menyebutkan Pak Danaran terlibat. Kau sudah mengunggahnya kemarin."
Ia berlari ke sisi terjauh jembatan.
"Kalian mencari buktinya kan? Ada di kartu ini. Tapi lepaskan wanita itu."
Perhatian mereka teralihkan. Segera saja mereka mengeroyokku. Aku terlibat baku hantam dengan mereka. Aku kalah jumlah. Tetap kulawan saja. Mereka berusaha untuk merebut kartu media ku.
"Grhaaaaa!" Zizi berteriak.
Perlawanan itu tidak cukup lama bertahan. Aku terdesak hingga ke tepi jembatan. Mereka terus menghajarku habis - habisan. Digeledah badanku. Aku sudah tidak bisa melawan lagi. Zizi mematung di tempatnya. Salah satu dari mereka mendapatkan kartu medianya. Dalam keadaan seperti ini, mereka mendorong badanku jatuh dari jembatan. Aliran air cukup deras saat itu. Membawaku hanyut dengan aliran sungai.
"Grhaaaaaaaaa!" Zizi mulai menitikkan air mata.
"Don't die on me, Grha."
Zizi tidak percaya bahwa Grha mengorbankan nyawa untuk keselamatan dirinya. Sirine polisi nyaring terdengar. Gerombolan ini langsung berhamburan melarikan diri. Ternyata, mobil itu dikendarai oleh koresponden yang dihubungi.
"Nona Zivanna, ayo masuk. Saya akan mengantar anda pulang."
"Tapi, Pak. Kameramen saya hanyut di sungai. Kita harus menolongnya."
"Saya tahu. Tetapi, keadaan masih tidak aman. Saya disuruhnya untuk mengantar anda."
"Enggak. Saya gak akan pulang sebelum saya lihat dia."
"Nanti, besok pagi. Akan saya panggil polisi untuk menyisir tempat ini."
Zizi meronta menolak ajakan korespondennya. Ditariknya masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, Zizi meratapi kepergian Grha. Sesenggukan itu kadang pecah menjadi air mata.
Akhirnya, liputan Zizi digunakan dalam special report. Tayangannya mendapat share tinggi. Walaupun begitu, ia masih teringat dengan Grha. Tentu saja, Syifa shock mendengar kabar ini. Mereka sempat berselisih akibat peristiwa ini. Namun, pada akhirnya mereka berbaikan karena pada dasarnya hal ini adalah sebuah tindakan dari seorang manusia.
Surat yang diberikan Grha dibaca oleh Zizi dengan haru. Dalam surat itu digambarkan betapa senangnya ia bisa bersamanya. Ia meminta maaf tidak bisa mengantarnya ke Jakarta dan mengusut keterlibatan Pak Danaran. Ia meminta kesabaran selama sebulan.
Zizi mengambil dildo kesukaannya. Ia merenggut pakaian peninggalan Grha yang berhasil ditemukan.
"Grha.....ooooccccchhhhh....."
Diciumnya pakaian yang usang itu untuk mengingatkan dirinya dengan Grha. Sementara, dildo itu terus dimasukkan ke dalam vaginanya.
Beberapa saat kemudian, ia kelelahan akibat bermasturbasi. Ia terus mengingatnya.
"Grha, aku kangen kamu."
Sebulan kemudian, Zizi sibuk bekerja dengan liputan investigasinya. Rekaman percakapan Grha dengan seorang perempuan bernama Asri di dengarnya berulang - ulang. Suara Grha masih terngiang di pikirannya. Ponselnya berdering. Dari nomor telepon rumah yang baru di lihatnya.
"Halo, dengan Zivanna."
"Ha, Halo. Saya Asri, Ibu Zivanna."
"Asri? Asri siapa ya?"
"Saya disuruh Mas Grha untuk menelepon Ibu. Katanya Ibu butuh bukti bahwa Pak Danaran berbuat kejahatan. Katanya ibu bisa membantu saya."
"Kapan bisa bertemu?"
"Saya tidak bisa kemana - mana. Paling saya cuma bisa di terminal bus kota xxx."
"Besok jam 10 pagi. Kita ketemu. Saya pakai seragam TV."
"Baik, bu. Terima kasih."
"Terima kasih."
Zizi menutup ponselnya.
"Grha, inikah yang kau rencanakan? Andai kamu masih hidup."
Zizi meminta izin untuk dinas luar dan bertemu dengan perempuan bernama Asri tersebut. Dan, ia bersemangat mengungkap kejahatan Pak Danaran.
Finally, Should I live as a monster? Or die as a good man? Or else? Who knows
Cerita Dewasa Artis Amel Alvi
Hari ini adalah hari yang paling penting dalam hidupku. Aku tidak pernah segugup ini menghadapi acara yang akan diselenggarakan siang ini. Anakku satu-satunya perempuan cantik yang sejak kecil kuberi nama Amel hari ini akan menikah . Umurnya sekarang 25 tahun bekerja di salah satu perusahaan minyak asing. Aku sendiri tahun ini genap 50 tahun. Dia bukan anak kandungku, karena sampai sekarang aku belum pernah beristri. Dia kutemukan terlantar di salah satu rumah sakit bersalin. Kata petugas di rumah sakit itu, ibunya sengaja meninggalkan anak itu . Ditunggu setahun keluarganya tak ada yang mengambilnya. Menurut isu yang beredar diantara suster-suster di rumah bersalin itu, Amel adalah hasil hubungan gelap antara majikan bule dengan pembantunya. Ketika pembantunya hamil si Bule pulang kenegaranya dan tidak pernah lagi memberi kabar, apalagi duit. Aku yang pada waktu itu menjenguk salah satu keluarga yang baru melahirkan menemukan Amel demikian namanya sering kupanggil.
Amel sekarang sudah dewasa, cantik, sexy, tinggi dan kulitnya putih. Rambutnya lurus agak kebule-bulean tergerai sampai ke bahu. Tinginya sekitar 175 cm, diatas tinggi rata-rata cewek Indonesia, Berat masih sepadan dengan tingginya yakni 65 kg. Dia dikaruniai tubuh yang montok, dengan ukuran buah dada 36 c dan pinggang 28 inci. Sehingga kelihatan ramping dan bokong yang gempal.
Amel mendapat suami seorang warga keturunan Inggris, Steven yang berusia 10 tahun diatas dia juga bekerja di perusahaan tempat Amel berkantor. Hanya saja Steven bekerja untuk pengeboran minyak di lepas pantai.
Acara perkawinan dilakukan secara adat daerah. Steven mengenakan baju adat Jawa. Acara pernikahan dan resepsi dilakukan secara simpel meskipun tidak dapat dikatakan sederhana. Sebab diselenggarakan di ball room hotel bintang 5 dan sekitar 1000 tamu yang menghadiri acara perkawinan Amel. Aku mendamping Amel, sementara Steven didampingi seniornya.
Selepas acara perkawinan itu Amel diboyong suaminya ke Thailand, karena Steve bertugas di lepas pantai Thailand.
Kembali ke masa lalu, entah kenapa aku iba melihat Amel yang polos terlunta-lunta di rumah sakit. Pada saat melihat Amel, aku sempat mengobrol dengan suster mengenai kemungkinan adopsi. Menurut suster di rumah sakit itu, pihak rumah sakit akan membantu sepenuhnya proses adopsi asal seluruh biaya ditanggung oleh pihak yang mengadopsi.
Ketika itu biaya adopsi masih terjangkau oleh kemampuanku. Aku tertarik mengadopsi anak itu yang kemudian kuberi nama AdAmel. Ketika mengadopsi Amel aku sudah bekerja sambil mengembangkan usaha. Di Jakarta aku memang hidup sendiri. Merantau dari satu desa kecil terpencil di Jawa Tengah. Aku hidup di Jakarta sejak lulus dari SMP. Aku berjuang sendiri sejak itu membiayai sekolahku sampai akhirnya bisa mendapat S-2 di bidang teknik. Ketika aku mengadopsi Amel aku baru membeli unit apartemen tipe studio di sebuah kompleks perbelanjaan terbesar di Jakarta.
Untuk mengurusny sehari-hari aku mempekerjakan baby sitter. Ketika siang hari aku bekerja, tugas mengawasi Amel ditangani baby sitter, malamnya baby sitter pulang , aku yang menangani Amel.
Sampai umur 5 tahun Amel diasuh oleh baby sitter. Sejak ia mulai sekolah , Amel kelihatannya mulai bisa mengurus dirinya sendiri dan dia menolak untuk diasuh baby sitter.
Jadilah kami berdua mengurus ruang kecil seluas 36 m2. Amel memanggilku Daddy. Meski agak repot setelah tidak ada baby sitter, tetapi kami lebih leluasa mengatur rumah sendiri.
Setelah 3 bulan ditinggal baby sitter kami mulai terbiasa mengurus sendiri. Amel bisa mempersiapkan diri untuk keperluan sekolahnya, dia juga bisa membuat sarapannya yang terdiri dari susu dan roti. Satu hal yang tidak mau dilakukan sendiri, yaitu mandi.
Sejak diasuh baby sitter, aku sekali-kali memang harus turun tangan memandikan Amel. Ini sejak dia kecil sampai sekarang. Mungkin karena terbiasa dan manja jadinya ya begitu. Lebih baik berangkat sekolah tidak mandi dari pada dia harus mandi sendiri pagi-pagi. Itulah sikap Amel. Padahal kamar mandi dilengkapi dengan air panas dan bath tub.
Sering kali aku berendam berdua di bath tub dengan air hangat. Amel senang sekali berada di pelukanku saat kami berendam.
Pengaruh air hangat dan kemaluanku terhimpit pantat Amel, sering kali penisku jadi menegang. Kalau sudah gitu kami bermain dengan aku menghimpitkan pantat Amel ke penisku. Kadang-kadang penisku menelusup diantara kedua pahanya. Kalau sudah spaning aku bermasturbasi menggunakan jepitan kedua paha Amel.
Amel menganggap permainan itu sebagai permainan biasa. Dia malah senang melonjak-lonjak di pangkuanku dengan badan penuh sabun dan jepitan pahanya jadi licin. Kalau sudah gitu aku bermain sampai aku berejakulasi.
Aku tidak tahu apakah seumuran Amel yang menjelang 6 tahun kegiatan seperti itu merangsang juga. Tapi dia menganggap permainan itu menyenangkan. Jadi setiap kali mandi selalu dia memainkan penisku dengan cara gitu. Tapi tidak setiap hari aku bisa berejakulasi, sehingga kadang-kadang berhenti karena capek terlalu lama bermain begitu.
Sejak aku kembali dari kunjungan ke Austria dan Tokyo, aku jadi punyai orientasi sex baru. Di Wina aku tertarik membeli beberapa majalah bergambar yang sebagian besar berisi foto anak-anak dibawah umur. Meskipun gambar-gambar itu hanya gambar telanjang, tetapi cukup menarik. Aku bosan dengan majalah porno seperti Playboy, Penthouse atau Hustler. Di Tokyo aku juga mendapatkan majalah ber gambar anak-anak di bawah umur. Bedanya bagian memeknya disensor. Mungkin pemerintah Jepang melarang gambar memek secara vulgar, meskipun memek anak kecil. Sejak itu aku mulai berburu di internet mengenai child sex. Aku sempat membeli password beberapa situs child sex dengan kartu kredit. Aku tidak menyangka ada dunia sex anak-anak. Bahkan di luar negeri hal itu sudah menjadi industri.
Sejak itu, aku mulai meraba-raba memek Amel saat kami mandi. Mulanya dia merasa geli. Tapi jika dilakukan lebih lama dia merasa enak dan kadang-kadang tubuhnya mengejang-ngejang.
Pada umur 6 tahun aku mulai terus terang melihat dan menguak memek Amel yang masih rapat dan dalamnya berwarna merah. Aku juga sering melakukan oral di bagian clitorisnya. Amel sering merasa senang dioral, meskipun kadang-kadang dia menolak karena geli. Tapi jika habis mandi dimana penisku sering menyenggol-nyenggol bagian memeknya, setelah itu kami mengeringkan badan, kalau memeknya aku jilati Amel tidak merasa terlalu geli. Dia bahkan mengejang-ngejang jika clitorisnya di jilat.
Ada kalanya malam-malam Amel tidur memelukku erat-erat sambil menempelkan memeknya yang masih tertutup pakaian ke pahaku. Dia menggerak-gerakkan pinggulnya seperti gerakan orang bersetubuh.
Kalau sudah gitu,kubuka celananya, memeknya memang sudah agak basah. Jika langsung aku oral Amel tidak merasa geli. Dia mengejang-ngejang nikmat. Kadang-kadang dia bersuara mengerang pelan dan nafasnya memburu.
Menjelang usia 7 tahun Amel sudah mulai mempunyai naluri sex bahkan sudah tumbuh keinginan sexnya.
Aku menandai jika dia lagi berhasrat, dia memegangi penisku dari balik celana. Kalau aku diamkan dia lepas sendiri celanaku lalu dia mulai mengoral. Amel memang sudah kuajari mengoral sejak dia berumur 6 tahun.
Dioral oleh mulut kecil memang tidak terlalu nikmat, tetapi kalau sudah birahi tinggi aku bisa berejakulasi juga. Aku sering menyemprotkan maniku ke mulut Amel. Dia tidak terlalu suka dengan air mani, sehingga bagian yang masuk ke mulutnya dia muntahkan ke tissu. Tapi dia tidak jijik.
Kepada Amel tidak pernah kutunjukkan gambar-gambar porno apalagi film atau gambar orang sedang berhubungan badan. Meskipun kedengarannya aneh, tetapi aku memang ingin menyembunyikan hal yang seperti itu.
Kegiatan sex kami mulai meningkat setelah Amel mencapai usia 7 tahun dimana dia mulai bersiap-siap naik ke kelas 2 SD. Aku mulai mencoba menusuk-nusukkan kepala penisku ke memek Amel. Usaha itu tidak pernah berhasil, karena memek Amel terlalu kecil bagi penisku yang berukuran lelaki normal dewasa.. Tapi kegiatan menempel-nempelkan ujung penisku ke memeknya membuat rangsangan yang kurasakan lebih nikmat sambil aku beronani. Mani kusemprotkan di belahan memeknya sampai meleleh.
Kalau sudah birahi terlalu tinggi sering kali pikiran normal jadi abnormal. Kalau sudah begitu aku tidak sekedar menempelkan ujung penisku, tetapi cairan jelly kulumurkan ke seluruh belahan memeknya dan penisku. Aku mencoba-coba menekan sampai agak tenggelam sedikit. Itu saja rasanya sudah nikmat dan bisa mempercepat datangnya ejakulasi.
Mungkin kerena terlalu sering memek Amel kusodok, maka sekarang kepala penisku bisa masuk ke belahan memeknya. Tapi kalau kuteruskan Amel menjerit kesakitan. Aku bisa juga terpuaskan hanya dengan menenggelamkan kepala penisku.
Sejalan dengan waktu, dan bertambahnya usia Amel serta terbiasanya permainan kami, belum genap dia berusia 8 tahun, perawannya sudah berhasil aku pecahkan. Pemecahan itu pun bukan hal gampang karena merupakan proses yang cukup lama dan ketika permukaan memek Amel sudah bisa beradaptasi dengan kepala penisku, maka lancarnya kepala penisku masuk ke memeknya lama-lama masuk makin dalam sampai akhirnya mencapai batas selaput perawannya. Sodokan sampai ke batas selaput itu pun tidak langsung menjebol, tetapi mungkin lebih dari sebulan aku bermain sampai batas selaput daranya. Setelah dia tidak merasa sakit barulah pelan-pelan dan hati-hati aku menekan lebih kuat untuk masuk. Amel sempat menjerit ketika selaputnya jebol. Darah agak banyak keluar. Memeknya masih belum siap menerima penetrasi, tetapi karena dipaksakan dan dibiasakan lama-lama lubangnya jadi membesar. Namun selaput daranya masih terlalu kencang ditembus, sehingga ketika dipaksa jeblos, Amel kesakitan.
Rasa sakit di memek Amel berangsur-angsur sembuh dan kini penisku bisa lebih jauh masuk ke dalam memeknya. Amel tetap masih merasakan sakit, sehingga penisku hanya bisa separuh terbenam di lubang memeknya. Aku tidak mau memaksakan untuk membenamkan seluruhnya, karena memek seusia 8 tahun memang belum siap untuk dientot.
Meskipun kalau dientot Amel sepertinya tidak bisa mencapai orgasme, tetapi dia menyukai permainan itu. Sementara aku merasakan sensasi memek sempit setiap kali aku melakukan hubungan badan. Aku selalu menggunakan jelly untuk membantu penetrasi, meskipun memek Amel sudah jebol perawannya.
Seingatku penisku baru bisa tengelam seluruhnya di memek Amel setelah dia berusia hampir 9 tahun. Ketika penisku bisa terbenam seluruhnya, aku merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Memek anak seusia 9 tahun selalu dalam keadaan sempit dan menjepit penisku. Oleh karena itu sejak itu aku tidak pernah lagi tertarik berhubungan dengan wanita lain, karena cukup kenyang berhubungan dengan Amel. Jika hari libur kami sebarian kerjanya hanya ngentot, makan dan tidur. Sehari semalam aku bisa melakukan sampai 12 kali. Jika sudah terlalu banyak begitu, pada hari senin aku sering kelelahan bekerja dikantor dan sama sekali tidak ada gairah. Bisa-bisa seharian penisku tidak bisa menegang.
Pada usia 10 tahun, tanda-tanda pertumbuhan kewanitaannya mulai terlihat. Tetek Amel mulai membengkak. Aku tidak mau kehilangan moment, Setiap 2 minggu sekali aku mengambil fotonya untuk merekam perkembangan seluruh tubuhnya. Pada usia 11 tahun Amel sudah membutuhkan mini set, karena kalau hanya dibalut kaus singlet dan seragam sekolah, bagian puting susunya menonjol dan samar-samar membayang warna hitam.
Aku semakin tidak memikirkan untuk beristri, karena apa yang aku butuhkan dari seorang perempuan sudah bisa dipenuhi Amel sepenuhnya. Bukan itu saja tetapi ada 3 orang teman Amel yang baru kelas 6 sudah tertarik untuk mencoba pengalaman sex. Amel membawanya ke aku dan mereka aku cumbui sampai akhirnya kudapatkan perawannya. Memang mereka tidak datang sekaligus, tetapi satu persatu dalam waktu yang cukup lama.
Kebiasaan Amel memperkenalkan sex berlanjut ketika dia mulai masuk jenjang SMP. Pada kelas 1 SMP Amel sudah menjelma menjadi gadis kecil yang cantik dengan ukuran payudara yang cukup besar untuk anak seusia 12 tahun. Beberapa teman-temannya diajak Amel ke kediaman kami dan kepada mereka kuajarkan pengalaman sex sampai akhirnya mereka merasakan kenikmatan dan melepas perawannya. Sejak Amel mendapatkan haidnya pada usia 12 tahun, aku mulai berhati-hati dalam melakukan hubungan. Aku tentu saja khawatir dia bisa hamil.
Pada usia 14 tahun Amel sudah menjadi Gadis yang cantik dan sexy, dia tidak kalah menarik dan montok dibanding anak usia 18 tahun, padahal usia nya masih sangat dini. Amel sudah seperti menjadi istriku. Kami di rumah selalu nudis dan melakukan hubungan sex sesuka kami di mana pun di sudut rumah, Pada usia 15 tahun Amel sudah mengenakan spiral. Sejak saat itu aku bebas melepaskan spermaku ke dalam memeknya.
Sampai dia kuliah dia masih juga membawa teman-temannya yang ingin mendapatkan pengalaman sex, tetapi belum punya kesempatan mendapat pacar.
Aku sudah tidak ingat berapa jumlah temannya yang keperawanannya diserahkan kepadaku. Aku pernah semalaman bermain melawan 3 cewek termasuk Amel. Aku terpaksa dopping dengan obat kuat. Itu aku alami ketika Amel baru lulus SMA.
Kehidupan sex ku bersama Amel memang luar biasa. Aku tidak tahu apakah karena sejak dini dia sudah kuperkenalkan sex, atau memang Amel mempunyai hasrat sex yang diatas rata-rata atau karena keduanya.
Ketika cerita ini kutulis, Amel sudah mempunyai dua anak gadis kecil dan tinggal di New Castle, Inggris. Kami berbeda jarak cukup jauh, sehingga aku tidak tahu bagaimana kehidupan sex keluarganya. Mungkin kalau tahun depan dia pulang ke Indonesia aku bisa bertanya.
Amel sekarang sudah dewasa, cantik, sexy, tinggi dan kulitnya putih. Rambutnya lurus agak kebule-bulean tergerai sampai ke bahu. Tinginya sekitar 175 cm, diatas tinggi rata-rata cewek Indonesia, Berat masih sepadan dengan tingginya yakni 65 kg. Dia dikaruniai tubuh yang montok, dengan ukuran buah dada 36 c dan pinggang 28 inci. Sehingga kelihatan ramping dan bokong yang gempal.
Amel mendapat suami seorang warga keturunan Inggris, Steven yang berusia 10 tahun diatas dia juga bekerja di perusahaan tempat Amel berkantor. Hanya saja Steven bekerja untuk pengeboran minyak di lepas pantai.
Acara perkawinan dilakukan secara adat daerah. Steven mengenakan baju adat Jawa. Acara pernikahan dan resepsi dilakukan secara simpel meskipun tidak dapat dikatakan sederhana. Sebab diselenggarakan di ball room hotel bintang 5 dan sekitar 1000 tamu yang menghadiri acara perkawinan Amel. Aku mendamping Amel, sementara Steven didampingi seniornya.
Selepas acara perkawinan itu Amel diboyong suaminya ke Thailand, karena Steve bertugas di lepas pantai Thailand.
Kembali ke masa lalu, entah kenapa aku iba melihat Amel yang polos terlunta-lunta di rumah sakit. Pada saat melihat Amel, aku sempat mengobrol dengan suster mengenai kemungkinan adopsi. Menurut suster di rumah sakit itu, pihak rumah sakit akan membantu sepenuhnya proses adopsi asal seluruh biaya ditanggung oleh pihak yang mengadopsi.
Ketika itu biaya adopsi masih terjangkau oleh kemampuanku. Aku tertarik mengadopsi anak itu yang kemudian kuberi nama AdAmel. Ketika mengadopsi Amel aku sudah bekerja sambil mengembangkan usaha. Di Jakarta aku memang hidup sendiri. Merantau dari satu desa kecil terpencil di Jawa Tengah. Aku hidup di Jakarta sejak lulus dari SMP. Aku berjuang sendiri sejak itu membiayai sekolahku sampai akhirnya bisa mendapat S-2 di bidang teknik. Ketika aku mengadopsi Amel aku baru membeli unit apartemen tipe studio di sebuah kompleks perbelanjaan terbesar di Jakarta.
Untuk mengurusny sehari-hari aku mempekerjakan baby sitter. Ketika siang hari aku bekerja, tugas mengawasi Amel ditangani baby sitter, malamnya baby sitter pulang , aku yang menangani Amel.
Sampai umur 5 tahun Amel diasuh oleh baby sitter. Sejak ia mulai sekolah , Amel kelihatannya mulai bisa mengurus dirinya sendiri dan dia menolak untuk diasuh baby sitter.
Jadilah kami berdua mengurus ruang kecil seluas 36 m2. Amel memanggilku Daddy. Meski agak repot setelah tidak ada baby sitter, tetapi kami lebih leluasa mengatur rumah sendiri.
Setelah 3 bulan ditinggal baby sitter kami mulai terbiasa mengurus sendiri. Amel bisa mempersiapkan diri untuk keperluan sekolahnya, dia juga bisa membuat sarapannya yang terdiri dari susu dan roti. Satu hal yang tidak mau dilakukan sendiri, yaitu mandi.
Sejak diasuh baby sitter, aku sekali-kali memang harus turun tangan memandikan Amel. Ini sejak dia kecil sampai sekarang. Mungkin karena terbiasa dan manja jadinya ya begitu. Lebih baik berangkat sekolah tidak mandi dari pada dia harus mandi sendiri pagi-pagi. Itulah sikap Amel. Padahal kamar mandi dilengkapi dengan air panas dan bath tub.
Sering kali aku berendam berdua di bath tub dengan air hangat. Amel senang sekali berada di pelukanku saat kami berendam.
Pengaruh air hangat dan kemaluanku terhimpit pantat Amel, sering kali penisku jadi menegang. Kalau sudah gitu kami bermain dengan aku menghimpitkan pantat Amel ke penisku. Kadang-kadang penisku menelusup diantara kedua pahanya. Kalau sudah spaning aku bermasturbasi menggunakan jepitan kedua paha Amel.
Amel menganggap permainan itu sebagai permainan biasa. Dia malah senang melonjak-lonjak di pangkuanku dengan badan penuh sabun dan jepitan pahanya jadi licin. Kalau sudah gitu aku bermain sampai aku berejakulasi.
Aku tidak tahu apakah seumuran Amel yang menjelang 6 tahun kegiatan seperti itu merangsang juga. Tapi dia menganggap permainan itu menyenangkan. Jadi setiap kali mandi selalu dia memainkan penisku dengan cara gitu. Tapi tidak setiap hari aku bisa berejakulasi, sehingga kadang-kadang berhenti karena capek terlalu lama bermain begitu.
Sejak aku kembali dari kunjungan ke Austria dan Tokyo, aku jadi punyai orientasi sex baru. Di Wina aku tertarik membeli beberapa majalah bergambar yang sebagian besar berisi foto anak-anak dibawah umur. Meskipun gambar-gambar itu hanya gambar telanjang, tetapi cukup menarik. Aku bosan dengan majalah porno seperti Playboy, Penthouse atau Hustler. Di Tokyo aku juga mendapatkan majalah ber gambar anak-anak di bawah umur. Bedanya bagian memeknya disensor. Mungkin pemerintah Jepang melarang gambar memek secara vulgar, meskipun memek anak kecil. Sejak itu aku mulai berburu di internet mengenai child sex. Aku sempat membeli password beberapa situs child sex dengan kartu kredit. Aku tidak menyangka ada dunia sex anak-anak. Bahkan di luar negeri hal itu sudah menjadi industri.
Sejak itu, aku mulai meraba-raba memek Amel saat kami mandi. Mulanya dia merasa geli. Tapi jika dilakukan lebih lama dia merasa enak dan kadang-kadang tubuhnya mengejang-ngejang.
Pada umur 6 tahun aku mulai terus terang melihat dan menguak memek Amel yang masih rapat dan dalamnya berwarna merah. Aku juga sering melakukan oral di bagian clitorisnya. Amel sering merasa senang dioral, meskipun kadang-kadang dia menolak karena geli. Tapi jika habis mandi dimana penisku sering menyenggol-nyenggol bagian memeknya, setelah itu kami mengeringkan badan, kalau memeknya aku jilati Amel tidak merasa terlalu geli. Dia bahkan mengejang-ngejang jika clitorisnya di jilat.
Ada kalanya malam-malam Amel tidur memelukku erat-erat sambil menempelkan memeknya yang masih tertutup pakaian ke pahaku. Dia menggerak-gerakkan pinggulnya seperti gerakan orang bersetubuh.
Kalau sudah gitu,kubuka celananya, memeknya memang sudah agak basah. Jika langsung aku oral Amel tidak merasa geli. Dia mengejang-ngejang nikmat. Kadang-kadang dia bersuara mengerang pelan dan nafasnya memburu.
Menjelang usia 7 tahun Amel sudah mulai mempunyai naluri sex bahkan sudah tumbuh keinginan sexnya.
Aku menandai jika dia lagi berhasrat, dia memegangi penisku dari balik celana. Kalau aku diamkan dia lepas sendiri celanaku lalu dia mulai mengoral. Amel memang sudah kuajari mengoral sejak dia berumur 6 tahun.
Dioral oleh mulut kecil memang tidak terlalu nikmat, tetapi kalau sudah birahi tinggi aku bisa berejakulasi juga. Aku sering menyemprotkan maniku ke mulut Amel. Dia tidak terlalu suka dengan air mani, sehingga bagian yang masuk ke mulutnya dia muntahkan ke tissu. Tapi dia tidak jijik.
Kepada Amel tidak pernah kutunjukkan gambar-gambar porno apalagi film atau gambar orang sedang berhubungan badan. Meskipun kedengarannya aneh, tetapi aku memang ingin menyembunyikan hal yang seperti itu.
Kegiatan sex kami mulai meningkat setelah Amel mencapai usia 7 tahun dimana dia mulai bersiap-siap naik ke kelas 2 SD. Aku mulai mencoba menusuk-nusukkan kepala penisku ke memek Amel. Usaha itu tidak pernah berhasil, karena memek Amel terlalu kecil bagi penisku yang berukuran lelaki normal dewasa.. Tapi kegiatan menempel-nempelkan ujung penisku ke memeknya membuat rangsangan yang kurasakan lebih nikmat sambil aku beronani. Mani kusemprotkan di belahan memeknya sampai meleleh.
Kalau sudah birahi terlalu tinggi sering kali pikiran normal jadi abnormal. Kalau sudah begitu aku tidak sekedar menempelkan ujung penisku, tetapi cairan jelly kulumurkan ke seluruh belahan memeknya dan penisku. Aku mencoba-coba menekan sampai agak tenggelam sedikit. Itu saja rasanya sudah nikmat dan bisa mempercepat datangnya ejakulasi.
Mungkin kerena terlalu sering memek Amel kusodok, maka sekarang kepala penisku bisa masuk ke belahan memeknya. Tapi kalau kuteruskan Amel menjerit kesakitan. Aku bisa juga terpuaskan hanya dengan menenggelamkan kepala penisku.
Sejalan dengan waktu, dan bertambahnya usia Amel serta terbiasanya permainan kami, belum genap dia berusia 8 tahun, perawannya sudah berhasil aku pecahkan. Pemecahan itu pun bukan hal gampang karena merupakan proses yang cukup lama dan ketika permukaan memek Amel sudah bisa beradaptasi dengan kepala penisku, maka lancarnya kepala penisku masuk ke memeknya lama-lama masuk makin dalam sampai akhirnya mencapai batas selaput perawannya. Sodokan sampai ke batas selaput itu pun tidak langsung menjebol, tetapi mungkin lebih dari sebulan aku bermain sampai batas selaput daranya. Setelah dia tidak merasa sakit barulah pelan-pelan dan hati-hati aku menekan lebih kuat untuk masuk. Amel sempat menjerit ketika selaputnya jebol. Darah agak banyak keluar. Memeknya masih belum siap menerima penetrasi, tetapi karena dipaksakan dan dibiasakan lama-lama lubangnya jadi membesar. Namun selaput daranya masih terlalu kencang ditembus, sehingga ketika dipaksa jeblos, Amel kesakitan.
Rasa sakit di memek Amel berangsur-angsur sembuh dan kini penisku bisa lebih jauh masuk ke dalam memeknya. Amel tetap masih merasakan sakit, sehingga penisku hanya bisa separuh terbenam di lubang memeknya. Aku tidak mau memaksakan untuk membenamkan seluruhnya, karena memek seusia 8 tahun memang belum siap untuk dientot.
Meskipun kalau dientot Amel sepertinya tidak bisa mencapai orgasme, tetapi dia menyukai permainan itu. Sementara aku merasakan sensasi memek sempit setiap kali aku melakukan hubungan badan. Aku selalu menggunakan jelly untuk membantu penetrasi, meskipun memek Amel sudah jebol perawannya.
Seingatku penisku baru bisa tengelam seluruhnya di memek Amel setelah dia berusia hampir 9 tahun. Ketika penisku bisa terbenam seluruhnya, aku merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Memek anak seusia 9 tahun selalu dalam keadaan sempit dan menjepit penisku. Oleh karena itu sejak itu aku tidak pernah lagi tertarik berhubungan dengan wanita lain, karena cukup kenyang berhubungan dengan Amel. Jika hari libur kami sebarian kerjanya hanya ngentot, makan dan tidur. Sehari semalam aku bisa melakukan sampai 12 kali. Jika sudah terlalu banyak begitu, pada hari senin aku sering kelelahan bekerja dikantor dan sama sekali tidak ada gairah. Bisa-bisa seharian penisku tidak bisa menegang.
Pada usia 10 tahun, tanda-tanda pertumbuhan kewanitaannya mulai terlihat. Tetek Amel mulai membengkak. Aku tidak mau kehilangan moment, Setiap 2 minggu sekali aku mengambil fotonya untuk merekam perkembangan seluruh tubuhnya. Pada usia 11 tahun Amel sudah membutuhkan mini set, karena kalau hanya dibalut kaus singlet dan seragam sekolah, bagian puting susunya menonjol dan samar-samar membayang warna hitam.
Aku semakin tidak memikirkan untuk beristri, karena apa yang aku butuhkan dari seorang perempuan sudah bisa dipenuhi Amel sepenuhnya. Bukan itu saja tetapi ada 3 orang teman Amel yang baru kelas 6 sudah tertarik untuk mencoba pengalaman sex. Amel membawanya ke aku dan mereka aku cumbui sampai akhirnya kudapatkan perawannya. Memang mereka tidak datang sekaligus, tetapi satu persatu dalam waktu yang cukup lama.
Kebiasaan Amel memperkenalkan sex berlanjut ketika dia mulai masuk jenjang SMP. Pada kelas 1 SMP Amel sudah menjelma menjadi gadis kecil yang cantik dengan ukuran payudara yang cukup besar untuk anak seusia 12 tahun. Beberapa teman-temannya diajak Amel ke kediaman kami dan kepada mereka kuajarkan pengalaman sex sampai akhirnya mereka merasakan kenikmatan dan melepas perawannya. Sejak Amel mendapatkan haidnya pada usia 12 tahun, aku mulai berhati-hati dalam melakukan hubungan. Aku tentu saja khawatir dia bisa hamil.
Pada usia 14 tahun Amel sudah menjadi Gadis yang cantik dan sexy, dia tidak kalah menarik dan montok dibanding anak usia 18 tahun, padahal usia nya masih sangat dini. Amel sudah seperti menjadi istriku. Kami di rumah selalu nudis dan melakukan hubungan sex sesuka kami di mana pun di sudut rumah, Pada usia 15 tahun Amel sudah mengenakan spiral. Sejak saat itu aku bebas melepaskan spermaku ke dalam memeknya.
Sampai dia kuliah dia masih juga membawa teman-temannya yang ingin mendapatkan pengalaman sex, tetapi belum punya kesempatan mendapat pacar.
Aku sudah tidak ingat berapa jumlah temannya yang keperawanannya diserahkan kepadaku. Aku pernah semalaman bermain melawan 3 cewek termasuk Amel. Aku terpaksa dopping dengan obat kuat. Itu aku alami ketika Amel baru lulus SMA.
Kehidupan sex ku bersama Amel memang luar biasa. Aku tidak tahu apakah karena sejak dini dia sudah kuperkenalkan sex, atau memang Amel mempunyai hasrat sex yang diatas rata-rata atau karena keduanya.
Ketika cerita ini kutulis, Amel sudah mempunyai dua anak gadis kecil dan tinggal di New Castle, Inggris. Kami berbeda jarak cukup jauh, sehingga aku tidak tahu bagaimana kehidupan sex keluarganya. Mungkin kalau tahun depan dia pulang ke Indonesia aku bisa bertanya.
Cerita Dewasa Artis Zivanna 2
Part 2
URL=http://www.imagebam.com/image/ebd35c459699958][/URL]
Kami meminta izin pemilik rumah makan untuk mengadakan liputan dan mewawancara secara acak pengunjung disitu. Selesai itu, aku memberikan bungkusan makanan kepada orang yang aku tunjuk.
"Kita harus cari rumah disini."
Aku mendatangi setiap penginapan yang ada. Tidak ada rumah yang bisa aku sewa. Hanya tersedia kamar saja. Itupun tinggal 1 karena sudah di book jauh - jauh hari.
"Udah penuh, Zizi. Cuma ada kamar."
"Fasilitasnya apa aja?"
"Standar sih. Kasur, televisi, kamar mandi air panas. That's it."
"Diambil aja dulu. Aku mesti ngeupload data dulu. Nanti dipikirin lagi."
Kamar yang kami dapat cukup sempit karena ukuran ranjang yang besar.
"Gimana, Zizi? Bener di ambil?"
"Terus kamu tidur dimana?"
"Dibawahnya ada karpet. Aku bisa disitu."
"Tapi, kamunya...."
"Gak apa - apa. Yang penting kerjaanmu dulu kelar."
"Yaudah deh."
Aku menyelesaikan administrasi dan Zizi mengeluarkan notebook dan mulai bekerja. Aku mengeluarkan kartu media simpan dari kamera dari kamera. Ia tidak ingin diganggu. Aku menungguinya di karpet. Kusandarkan punggungku ke dinding. Mataku terasa berat. Lamat - lamat aku mulai tertidur.
"Grha, kamu tidur?"
Gelagapan. Aku terbangun.
"Ah. Iya. Maaf, maaf gak sengaja. Aku cuci muka dulu."
Aku menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.
"Ada apa, Zizi? Maaf aku gak sengaja ketiduran."
"Kamu takut amat sih? Aku tadi cuma manggil kamu."
"Ya. Takut aja aku buat salah."
"Gak koq. Kamu gak ngehubungin Syifa?"
"Aku udah hubungin tadi."
"Kayaknya kamu kecapean deh. Dari semalem sampe sekarang. Kamu jagain aku waktu tidur. Istirahat gih."
"Makasih, Zizi. Aku mungkin butuh istirahat."
"By the way, makasih juga udah usap - usap rambut aku waktu tidur."
"Ups...maaf..kalo yang itu aku refleks aja."
"Gak apa. Kamu dah baik sama aku."
Aku tertidur kembali kutinggalkan Zizi tengah asyik bekerja. Tubuhku digoyang - goyang oleh Zizi sehingga aku terbangun.
"Grha. Sorry ngebangunin kamu."
"Iya gak apa - apa. Ada apa, Zizi?"
"Aku lupa ngasih tahu kalau kita belum ke sekretariat. Kita kesana yuk."
"Ya udah kita kesana yuk."
Kami menuju sebuah rumah di dengan plang bertuliskan "Sekretariat OW Xxxxx". Disambut oleh Pak Dirgo, kami berhasil mendapat izin. Walaupun, harus menyelipkan sejumlah uang koordinasi. Kami kembali ke kamar.
"Zizi, gimana tadi?"
"Bisa koq. Udah dapet izin. Tapi, ya begitulah. Mesti ada kontribusinya."
"Oiya, setelah liputan ini. Kau mau meliput lagi? Aku akan tunjukkan lokasi air terjunnya."
"Kita ke kamar dulu. Ambil peralatan. Abis itu kita muter cari liputan."
Aku bersiap dengan pakaian yang pantas. Zizi keluar dari kamar mandi. Ia cemberut dengan kemejanya.
"Kenapa cemberut, Zizi?"
"Ini nih kancing kemeja aku pada lepas semua."
"Gak ada pakaian lagi?"
"Ada sih. Tapi, pengen pake ini."
"Kancingnya ada?"
"Ada. Aku bawa. Tadi jatuh di kamar mandi."
"Tunggu sebentar."
Aku keluar dari kamar dan kembali dengan peralatan menjahit.
"Cuma 3 aja yang lepas. Mending dijahit aja."
Ia melepaskan kemejanya di depanku. Sleeveless shirt warna abu memperlihatkan bahunya yang menarik. Kuamati sebentar, ia tidak memakai bra. Putingnya tercetak walau samar.
"Kamu bisa jahit?"
"Bisa, kalo masang kancing."
Jarum jahit menembus kain mengaitkan benang di kancingnya. Tidak butuh lama untuk menyelesaikannya.
"Gak nyangka kamu bisa ngejahit."
"Kemampuan gak terlalu penting sih."
"Sekarang penting koq."
Membuatku menelan ludah melihat puting yang samar itu. Sayang, itu tertutup di balik kemeja.
"Yuk kita cari liputan."
"Ayo, Zizi."
Kami keluar dan mencari potensi liputan di tempat itu. Kami membaur dengan masyarakat lokal dan mengumpulkan informasi yang akan dibuat liputan. Terkadang, malah ia yang menjadi bahan kerumunan ibu - ibu dan remaja untuk berfoto. Dia masih menjadi selebritis untuk beberapa kalangan orang. Tidak lupa, ia juga mengambil beberapa foto untuk sosmednya. Kami bersantai sejenak sambil makan jagung bakar di dekat air terjun.
"Kulihat kau tidak banyak berfoto untuk dirimu?"
"Ah. Aku tidak punya banyak sosmed. Aku cuma punya facebook dan twitter. Itupun untuk membaca berita sekilas biar ada bahan obrolan."
"Apa akun twitter kamu? Biar aku follow."
"Biar aku follow punya kamu aja."
"Follow @ZivannaLetisha nanti mention aku loh."
"Diabisin dulu jagungnya nanti aku mention."
Aku melihat seseorang menatapku penuh curiga. Tidak terlalu kuhiraukan. Namun, aku tetap waspada. Apalagi, Zizi sedang melakukan citizen journalism. She's got no power to protect.
"Zizi, kita pindah yuk."
"Kenapa? Aku masih belum nyobain air terjun dan kolamnya.
"Nanti malem aja kita kesini lagi. Lagipula, udah mulai rame tuh."
"Kita ambil beberapa gambar untuk liputan lagi."
Sembari meliput, aku masih melihat orang itu mengamatiku dan Zizi. Kami selesai, dan kembali menuju kamar.
"Eh iya, kita ngeteh poci lagi dunk."
"Boleh aja."
Disebuah rumah makan, sambil minum teh poci. Aku mengamati sekitar.
"Eh, tadi kamu ngerasa gak?"
"Ngerasa apa, Zizi?"
"Tadi kayaknya ada liatin kita waktu liputan."
"Loh, kamu nyadar juga."
"Malah sewaktu di pasar sih."
"Makanya dari tadi aku ngeliatin sekitar."
"Kira - kira siapa yah? Jadi penasaran sih."
Aku memanggil tukang jajanan dan membelinya beberapa buah.
"Makan apaan, Grha?"
"Olos."
"Olos?"
"Iya. Makanan dari tepung diisi sayuran."
"Nyicip dunk."
"Boleh koq."
Zizi memakannya.
"Hmm....enak nih."
"Aslinya kalo ngeteh poci makannya ini."
"Eh, coba liat deh di deket penjual sayur. Tu kayaknya deh yang ngeliatin."
"Aku akan kesana."
"Eh. Ngapain sih? Ntar kenapa - kenapa loh."
"Menurut dugaanku, dia cuma pengen bicara sesuatu."
Aku menghampirinya. Awalnya, ia menolak ajakanku. Setelah cukup lama membujuknya, ia dapat kubawa. Ternyata seseorang remaja pria yang mengawasi kami dari tadi.
"Kamu siapa? Dari tadi aku melihatmu." Tanyaku.
"Grha, kasih minum dulu biar dia mendingan." Sambil menyodorkan gelas berisi teh.
Ia meminumnya. Ia mengumpulkan nafas dan mulai berbicara. Kami mengamati orang ini penuh selidik.
"Mengapa kau mengikuti kami?" Tanyaku.
"Aku mengikuti kalian sejak di pertigaan xxx dimana kalian meliput supir mobil bak terbuka."
"Lantas, mengapa kau mengikuti kami?" Tanya Zizi.
"A..a.a..aku disuruh untuk mengawasi gerak - gerik kalian disini."
"Kamu disuruh siapa?"
"Ini pasti kerjaan Pak Dirgo." Zizi marah.
"Jangan percaya Pak Danaran."
"Pak Danaran? Siapa dia?" Curigaku.
Dia langsung kabur begitu aku lengah.
"Damn, dia kabur, Zizi."
"Kita harus cari info siapa Pak Danaran."
"Sebaiknya kita mulai dari sekretariat dulu."
Aku membayar minuman yang kuminum bersama Zizi.
"Mas, tadi ngapain sama Jahri?"
"Jahri?"
"Itu mas yang tadi diajak ngobrol."
"Emang kenapa bu?"
"Dia anak agak sinting."
"Sinting kenapa bu?"
"Kasihan, Mas. Dia pernah nyebarin berita kalau Pak Danaran yang jadi bandar pelacur disini."
"Pelacuran? Bukannya gak ada?"
"Iya. Gak ada mas disini. Jahri nuduh Pak Danaran. Padahal, Pak Danaran itu orang yang baik."
"Kalo boleh tahu, siapa Pak Danaran?"
"Beliau seorang yang baik hati. Ia punya penginapan juga. Penginapannya xxxx. Beliau selalu menderma ke lingkungan sini. Aku rasa Jahri agak sinting karena pacarnya diduga dijual oleh Pak Danaran sebagai pelacur di kota. Maaf mas, saya jadi ngobrolin orang."
"Makasih bu informasinya."
Zizi melihatku kesal.
"Lama banget sih. Ngapain aja."
"Maaf, Zizi. Aku tadi nanya tentang pemuda tadi sama Pak Danaran."
"Dapet informasinya?"
"Dapet koq. Kita cerita aja di penginapan."
Sesampainya di penginapan, kuceritakan percakapanku dengan penjual tadi. Zizi mengangguk mengerti ceritaku.
"Jadi, siapa yang harus dipercaya?" Pikir Zizi.
"Aku juga tidak bisa menerima informasi ini secara langsung."
"Dia minta tolong ke kita. Apa yang bisa aku bantu?"
"Mungkin karena kau seorang wartawan. Wartawan selalu suka menyelidiki hal yang berbau rumor dan isu. Apalagi, jika itu benar - benar terjadi."
"Aku disini untuk citizen journalism."
"Do you want to investigate?"
"You'll help me, right?"
"Yeah. I'll help."
Spontan, ia memeluk tubuhku. Kami benar - benar berpelukan.
"Zizi, it's allright. Belum terjadi sesuatu kan?"
"Aku merasa takut setelah ia mendatangiku."
"Tidak apa, Zizi. Aku akan berusaha melindungimu. Ketakutanmu berlebihan."
Kami berpelukan hingga tertidur. Kuakui, Zizi cukup takut. Apalagi, Jahri juga menyebarkan aura tidak nyaman yang dapat kurasakan. Semoga, tidak terjadi hal yang buruk.
Kukecup keningnya saat tidur. Persetan jika ia memergokiku. Aku tidak akan peduli lagi. Aku ingin membuatnya nyaman.
"Grha, jangan kenceng - kenceng ciumin kening aku. Aku sampe kebangun nih."
"A.aku tidak sengaja."
"Sengaja juga gak apa. Koq diem? Gak mau dilanjutin nih?"
"Iya dilanjutin koq."
Bibirku mengecup hangat keningnya. Ia membalasnya dengan pelukanku erat. Payudaranya terasa menggencet di badanku. Jangan sampai tegang, jangan sampai tegang. Ia masih memelukku. Aku tidak berani untuk bertindak lebih jauh.
"Ntar keningku tipis diciumin terus."
"Hehehe....maaf."
Pipinya kiri kanan kuciumi berulang - ulang. Ia semakin bergairah. Nafasnya semakin berat. Kucium bibirnya, ia semakin terbuai.
"Mmmmmhhhhhh.......aaaahhhh.....mukaku basah diciumin terus."
Kugelitiki telinganya, ia mendesis nikmat.
"Aaaaaaacccccchhhhh........geli ah."
Giliran Zizi melakukan hal yang sama kepadaku. Lidahnya menyapu semua mukaku. Diciumi juga dengan gemas.
Kami saling bertatapan, dalam hati kami berkecamuk perasaan yang campur aduk.
"Zizi, boleh gak aku....."
"Boleh apa?"
"Mmmhhhh.....boleh gak aku kiss bibir kamu?"
Ia tertawa kecil. Seperti ada yang telah dilepaskan darinya.
"Sopan banget kamunya sih."
"You know the bonds between you and....."
"Ssstttt....it's only you and me now. Come on, hold my lips and my tongue tightly."
Pertama kalinya, aku mencium Zizi tepat di bibir. So warm. like a sugar, so sweet.
"Mmmhhhh......cccuuuppp.....ccccuuuuppp.....ccccuu uuppp.....ccccllluuuupppp.....cccclllluuuuppppp... ...ccccclllluuupppphhhh......ccccclllluuuuuppphhhh .....ccccclllluuuuppphhhh......"
Zizi menciumku begitu rapi. Tidak ada liurku keluar dari bibirnya. She's a good kisser. Kami berhenti berpagutan untuk mengambil nafas. Aku menyeka keringat di wajahnya.
"Kasihan wajah kamu penuh keringet. Sorry, aku gak bisa ngimbangin kamu tadi."
Zizi menciumku lagi.
"Mau latihan lagi biar ciumannya bisa ngimbangin?"
Kali ini, aku menciumnya. Di kasur, di karpet dan di kamar mandi. Kami berpelukan dan berpagutan satu sama lain hingga bosan. Baju yang kami kenakan sampai basah karena keringat. Ia menuntunku masuk ke kamar mandi. Dari shower, mengalir air dingin pegunungan yang cukup membekukan kulit. Tidak kurasakan karena Zizi dan aku masih berciuman. Kami masih mengenakan pakaian. Hingga Zizi mulai melepaskan baju yang kupakai. Tangannya mulai menjelajahi badan atasku. Tidak berhenti disitu, tanganku mulai meraba dadanya secara tidak langsung.
"Badan kamu bagus, Grha."
"Kau terlalu memujiku, Zizi."
Ia menyadari aku juga tidak bisa menahan keinginanku untuk tidak menyentuh dadanya. Ia melekatkan tanganku di kedua payudaranya.
"Gimana rasanya sentuh dada mantan Puteri Indonesia?"
"Koreksi, dan juga news anchor."
Telapak tanganku menapakkan kulitnya di dadanya. Empuknya terasa meski masih terbungkus baju. Kumainkan sebisaku saja.
"Aaaahhhhh....pelan - pelan.......uuuuucccchhhh."
Aku mulai senang bisa memainkan tanganku disana. Baru aku akan membuka pakaiannya. Dari kamar, ponsel Zizi berdering.
"Sebentar Grha....sepertinya ada telepon."
Dengan tubuh masih basah. Ia mengangkat teleponnya. Shit, gagal kesempatanku untuk melanjutkannya.
"Dari siapa tadi?"
"Jangan marah ya. Dari pasangan aku."
"Kamu udah ngabarin dia tadi."
"Belum sih."
"Yaudah. Kamu mau berendam gak di dekat air terjun. Airnya anget loh."
"Kenapa gak diterusin?"
"Jangan dulu. Aku ngehargain pasangan kamu. Lagipula, sekarang biasanya sepi loh."
"Boleh deh. Pengen tahu rasanya."
Kami berganti pakaian kering. Pakaian basah tetap kami bawa untuk berendam di kolam. Aku masih mengenali penjaga di kolam itu. Ia mengingatku karena pernah menolongnya saat berjaga disini.
"Pak. Masih disini."
"Mas kemana saja?"
"Iya. Baru sempet aja. Gimana kolam?"
"Sepi, Mas. Tadi abis ujan. Jadi males keluar."
"Pak, seperti biasa ya."
Aku menyerahkan beberapa lembar uang rupiah untuk sengaja mengosongkan kolam khusus kami berdua.
"Kamu kenal, Grha?"
"Iya. Dulu, ia sempat kutolong saat ia membutuhkan uang. Kita ke kolam yuk."
Kami kembali berganti pakaian basah. Teringat pakaian itu kami saling berciuman. Kami menceburkan diri ke dalam kolam yang hangat. Ia bermain dengan air di kolam, mengguyur kepalanya dan berenang kecil. Aku hanya duduk berendam di tepian.
"Sini dunk main sama aku."
"Kamu aja, Zizi."
Ia terus menyenangkan diri. Aku turut membantunya senang. Setelah puas bermain, ia mendekat ke aku. Dipeluknya badan aku sambil berendam.
"Enak disini, bisa santai."
"Aku juga gak nyangka bisa sedekat ini sama news anchor."
"Kamu sering liat acaraku."
"Morning show sama 16 sih yang aku suka. Kalo gak liat kamu, gak semangat."
"Ati - ati loh. Aku udah punya pasangan loh."
"In here. It's only me and you. Not else."
Ia kembali menjadikan tubuhku sebagai sandaran. Shit, penisku tegang. No time to lose it.
"Aku ngerasa aneh. Ada yang nyentuh paha aku nih."
Ia meraba - raba di bawah. Tangannya menyentuh penisku yang berada di balik celana pendek.
"Oooohhhh....."
"Kamu ereksi ya. Ngaku aja."
"Zizi, singkirin tangan kamu dari situ."
"Iya, aku singkirin."
Tangannya terlepas dan pahanya menjepit penisku.
"Udah lepas kan tangan aku."
"Iya lepas. Paha kamu malah ngejepit penis aku."
Ia tidak menjawabnya. Ia mendaratkan ciuman di bibirku. Naluriku mengikuti kemauannya. Aku sadar jika tempat ini bukan tempat yang tepat.
"Zizi. Jangan disini. Nanti ada yang ngeliat kita."
"Kita balik aja ke penginapan yuk."
Kami membersihkan diri. Aku memegani pakaian kering Zizi dan kulihat ada CDnya di tanganku. Aku menghirup aroma CDnya dalam. Bau yang nikmat. Aku teruskan hingga tidak sadar Zizi telah melihatku.
"Udah selesai belum maenin CD aku?"
"Ah, Zizi. Maaf. Maaf ini pakaianmu."
"Terima kasih."
Aku bergantian dengan Zizi menjaga pintu kamar mandi. Kami keluar dengan badan segar. Ia langsung menjewer kupingku.
"Aduh aduh aduh sakit Zizi dijewer kupingnya."
"Sakit? Ini hukumannya kalo maenin punya aku tadi. Pilih mana? Aku tuntut kamu atau kujewer?"
"Maafkan aku Zizi. Aku cuma penasaran aja baunya kayak gimana."
"Udah tahu baunya kan? Nah, giliran aku jewer kamu."
"Aduh aduh aduh aduh Zizi. Aku minta maaf. Aku traktir makan sate kelinci."
"Sate kelinci?"
"Iya. Sate kelinci. Ya gitu sih, kalo ngebayangin gimana nyembelihnya. Jangan makan. Kalo udah sate aja dimakannya."
"Enak gak rasanya?"
"Ya dicoba aja."
"Awas kalo gak enak. Aku tendang punya kamu."
"Aduh jangan dunk. Galak amat sih."
Secara acak, aku memilih penjual sate kelinci terdekat. Aku berharap sate ini enak. Zizi mencobanya.
"Hhhmmm.....rasanya lumayan enak."
"Syukurlah."
"Eits, tunggu dulu. Bukan berarti bebas hukuman."
"Ambilin kamera aku. Kita liputan sekarang."
"Loh? Baiklah."
Bersambung pada Post Selanjutnya
URL=http://www.imagebam.com/image/ebd35c459699958][/URL]
Kami meminta izin pemilik rumah makan untuk mengadakan liputan dan mewawancara secara acak pengunjung disitu. Selesai itu, aku memberikan bungkusan makanan kepada orang yang aku tunjuk.
"Kita harus cari rumah disini."
Aku mendatangi setiap penginapan yang ada. Tidak ada rumah yang bisa aku sewa. Hanya tersedia kamar saja. Itupun tinggal 1 karena sudah di book jauh - jauh hari.
"Udah penuh, Zizi. Cuma ada kamar."
"Fasilitasnya apa aja?"
"Standar sih. Kasur, televisi, kamar mandi air panas. That's it."
"Diambil aja dulu. Aku mesti ngeupload data dulu. Nanti dipikirin lagi."
Kamar yang kami dapat cukup sempit karena ukuran ranjang yang besar.
"Gimana, Zizi? Bener di ambil?"
"Terus kamu tidur dimana?"
"Dibawahnya ada karpet. Aku bisa disitu."
"Tapi, kamunya...."
"Gak apa - apa. Yang penting kerjaanmu dulu kelar."
"Yaudah deh."
Aku menyelesaikan administrasi dan Zizi mengeluarkan notebook dan mulai bekerja. Aku mengeluarkan kartu media simpan dari kamera dari kamera. Ia tidak ingin diganggu. Aku menungguinya di karpet. Kusandarkan punggungku ke dinding. Mataku terasa berat. Lamat - lamat aku mulai tertidur.
"Grha, kamu tidur?"
Gelagapan. Aku terbangun.
"Ah. Iya. Maaf, maaf gak sengaja. Aku cuci muka dulu."
Aku menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.
"Ada apa, Zizi? Maaf aku gak sengaja ketiduran."
"Kamu takut amat sih? Aku tadi cuma manggil kamu."
"Ya. Takut aja aku buat salah."
"Gak koq. Kamu gak ngehubungin Syifa?"
"Aku udah hubungin tadi."
"Kayaknya kamu kecapean deh. Dari semalem sampe sekarang. Kamu jagain aku waktu tidur. Istirahat gih."
"Makasih, Zizi. Aku mungkin butuh istirahat."
"By the way, makasih juga udah usap - usap rambut aku waktu tidur."
"Ups...maaf..kalo yang itu aku refleks aja."
"Gak apa. Kamu dah baik sama aku."
Aku tertidur kembali kutinggalkan Zizi tengah asyik bekerja. Tubuhku digoyang - goyang oleh Zizi sehingga aku terbangun.
"Grha. Sorry ngebangunin kamu."
"Iya gak apa - apa. Ada apa, Zizi?"
"Aku lupa ngasih tahu kalau kita belum ke sekretariat. Kita kesana yuk."
"Ya udah kita kesana yuk."
Kami menuju sebuah rumah di dengan plang bertuliskan "Sekretariat OW Xxxxx". Disambut oleh Pak Dirgo, kami berhasil mendapat izin. Walaupun, harus menyelipkan sejumlah uang koordinasi. Kami kembali ke kamar.
"Zizi, gimana tadi?"
"Bisa koq. Udah dapet izin. Tapi, ya begitulah. Mesti ada kontribusinya."
"Oiya, setelah liputan ini. Kau mau meliput lagi? Aku akan tunjukkan lokasi air terjunnya."
"Kita ke kamar dulu. Ambil peralatan. Abis itu kita muter cari liputan."
Aku bersiap dengan pakaian yang pantas. Zizi keluar dari kamar mandi. Ia cemberut dengan kemejanya.
"Kenapa cemberut, Zizi?"
"Ini nih kancing kemeja aku pada lepas semua."
"Gak ada pakaian lagi?"
"Ada sih. Tapi, pengen pake ini."
"Kancingnya ada?"
"Ada. Aku bawa. Tadi jatuh di kamar mandi."
"Tunggu sebentar."
Aku keluar dari kamar dan kembali dengan peralatan menjahit.
"Cuma 3 aja yang lepas. Mending dijahit aja."
Ia melepaskan kemejanya di depanku. Sleeveless shirt warna abu memperlihatkan bahunya yang menarik. Kuamati sebentar, ia tidak memakai bra. Putingnya tercetak walau samar.
"Kamu bisa jahit?"
"Bisa, kalo masang kancing."
Jarum jahit menembus kain mengaitkan benang di kancingnya. Tidak butuh lama untuk menyelesaikannya.
"Gak nyangka kamu bisa ngejahit."
"Kemampuan gak terlalu penting sih."
"Sekarang penting koq."
Membuatku menelan ludah melihat puting yang samar itu. Sayang, itu tertutup di balik kemeja.
"Yuk kita cari liputan."
"Ayo, Zizi."
Kami keluar dan mencari potensi liputan di tempat itu. Kami membaur dengan masyarakat lokal dan mengumpulkan informasi yang akan dibuat liputan. Terkadang, malah ia yang menjadi bahan kerumunan ibu - ibu dan remaja untuk berfoto. Dia masih menjadi selebritis untuk beberapa kalangan orang. Tidak lupa, ia juga mengambil beberapa foto untuk sosmednya. Kami bersantai sejenak sambil makan jagung bakar di dekat air terjun.
"Kulihat kau tidak banyak berfoto untuk dirimu?"
"Ah. Aku tidak punya banyak sosmed. Aku cuma punya facebook dan twitter. Itupun untuk membaca berita sekilas biar ada bahan obrolan."
"Apa akun twitter kamu? Biar aku follow."
"Biar aku follow punya kamu aja."
"Follow @ZivannaLetisha nanti mention aku loh."
"Diabisin dulu jagungnya nanti aku mention."
Aku melihat seseorang menatapku penuh curiga. Tidak terlalu kuhiraukan. Namun, aku tetap waspada. Apalagi, Zizi sedang melakukan citizen journalism. She's got no power to protect.
"Zizi, kita pindah yuk."
"Kenapa? Aku masih belum nyobain air terjun dan kolamnya.
"Nanti malem aja kita kesini lagi. Lagipula, udah mulai rame tuh."
"Kita ambil beberapa gambar untuk liputan lagi."
Sembari meliput, aku masih melihat orang itu mengamatiku dan Zizi. Kami selesai, dan kembali menuju kamar.
"Eh iya, kita ngeteh poci lagi dunk."
"Boleh aja."
Disebuah rumah makan, sambil minum teh poci. Aku mengamati sekitar.
"Eh, tadi kamu ngerasa gak?"
"Ngerasa apa, Zizi?"
"Tadi kayaknya ada liatin kita waktu liputan."
"Loh, kamu nyadar juga."
"Malah sewaktu di pasar sih."
"Makanya dari tadi aku ngeliatin sekitar."
"Kira - kira siapa yah? Jadi penasaran sih."
Aku memanggil tukang jajanan dan membelinya beberapa buah.
"Makan apaan, Grha?"
"Olos."
"Olos?"
"Iya. Makanan dari tepung diisi sayuran."
"Nyicip dunk."
"Boleh koq."
Zizi memakannya.
"Hmm....enak nih."
"Aslinya kalo ngeteh poci makannya ini."
"Eh, coba liat deh di deket penjual sayur. Tu kayaknya deh yang ngeliatin."
"Aku akan kesana."
"Eh. Ngapain sih? Ntar kenapa - kenapa loh."
"Menurut dugaanku, dia cuma pengen bicara sesuatu."
Aku menghampirinya. Awalnya, ia menolak ajakanku. Setelah cukup lama membujuknya, ia dapat kubawa. Ternyata seseorang remaja pria yang mengawasi kami dari tadi.
"Kamu siapa? Dari tadi aku melihatmu." Tanyaku.
"Grha, kasih minum dulu biar dia mendingan." Sambil menyodorkan gelas berisi teh.
Ia meminumnya. Ia mengumpulkan nafas dan mulai berbicara. Kami mengamati orang ini penuh selidik.
"Mengapa kau mengikuti kami?" Tanyaku.
"Aku mengikuti kalian sejak di pertigaan xxx dimana kalian meliput supir mobil bak terbuka."
"Lantas, mengapa kau mengikuti kami?" Tanya Zizi.
"A..a.a..aku disuruh untuk mengawasi gerak - gerik kalian disini."
"Kamu disuruh siapa?"
"Ini pasti kerjaan Pak Dirgo." Zizi marah.
"Jangan percaya Pak Danaran."
"Pak Danaran? Siapa dia?" Curigaku.
Dia langsung kabur begitu aku lengah.
"Damn, dia kabur, Zizi."
"Kita harus cari info siapa Pak Danaran."
"Sebaiknya kita mulai dari sekretariat dulu."
Aku membayar minuman yang kuminum bersama Zizi.
"Mas, tadi ngapain sama Jahri?"
"Jahri?"
"Itu mas yang tadi diajak ngobrol."
"Emang kenapa bu?"
"Dia anak agak sinting."
"Sinting kenapa bu?"
"Kasihan, Mas. Dia pernah nyebarin berita kalau Pak Danaran yang jadi bandar pelacur disini."
"Pelacuran? Bukannya gak ada?"
"Iya. Gak ada mas disini. Jahri nuduh Pak Danaran. Padahal, Pak Danaran itu orang yang baik."
"Kalo boleh tahu, siapa Pak Danaran?"
"Beliau seorang yang baik hati. Ia punya penginapan juga. Penginapannya xxxx. Beliau selalu menderma ke lingkungan sini. Aku rasa Jahri agak sinting karena pacarnya diduga dijual oleh Pak Danaran sebagai pelacur di kota. Maaf mas, saya jadi ngobrolin orang."
"Makasih bu informasinya."
Zizi melihatku kesal.
"Lama banget sih. Ngapain aja."
"Maaf, Zizi. Aku tadi nanya tentang pemuda tadi sama Pak Danaran."
"Dapet informasinya?"
"Dapet koq. Kita cerita aja di penginapan."
Sesampainya di penginapan, kuceritakan percakapanku dengan penjual tadi. Zizi mengangguk mengerti ceritaku.
"Jadi, siapa yang harus dipercaya?" Pikir Zizi.
"Aku juga tidak bisa menerima informasi ini secara langsung."
"Dia minta tolong ke kita. Apa yang bisa aku bantu?"
"Mungkin karena kau seorang wartawan. Wartawan selalu suka menyelidiki hal yang berbau rumor dan isu. Apalagi, jika itu benar - benar terjadi."
"Aku disini untuk citizen journalism."
"Do you want to investigate?"
"You'll help me, right?"
"Yeah. I'll help."
Spontan, ia memeluk tubuhku. Kami benar - benar berpelukan.
"Zizi, it's allright. Belum terjadi sesuatu kan?"
"Aku merasa takut setelah ia mendatangiku."
"Tidak apa, Zizi. Aku akan berusaha melindungimu. Ketakutanmu berlebihan."
Kami berpelukan hingga tertidur. Kuakui, Zizi cukup takut. Apalagi, Jahri juga menyebarkan aura tidak nyaman yang dapat kurasakan. Semoga, tidak terjadi hal yang buruk.
Kukecup keningnya saat tidur. Persetan jika ia memergokiku. Aku tidak akan peduli lagi. Aku ingin membuatnya nyaman.
"Grha, jangan kenceng - kenceng ciumin kening aku. Aku sampe kebangun nih."
"A.aku tidak sengaja."
"Sengaja juga gak apa. Koq diem? Gak mau dilanjutin nih?"
"Iya dilanjutin koq."
Bibirku mengecup hangat keningnya. Ia membalasnya dengan pelukanku erat. Payudaranya terasa menggencet di badanku. Jangan sampai tegang, jangan sampai tegang. Ia masih memelukku. Aku tidak berani untuk bertindak lebih jauh.
"Ntar keningku tipis diciumin terus."
"Hehehe....maaf."
Pipinya kiri kanan kuciumi berulang - ulang. Ia semakin bergairah. Nafasnya semakin berat. Kucium bibirnya, ia semakin terbuai.
"Mmmmmhhhhhh.......aaaahhhh.....mukaku basah diciumin terus."
Kugelitiki telinganya, ia mendesis nikmat.
"Aaaaaaacccccchhhhh........geli ah."
Giliran Zizi melakukan hal yang sama kepadaku. Lidahnya menyapu semua mukaku. Diciumi juga dengan gemas.
Kami saling bertatapan, dalam hati kami berkecamuk perasaan yang campur aduk.
"Zizi, boleh gak aku....."
"Boleh apa?"
"Mmmhhhh.....boleh gak aku kiss bibir kamu?"
Ia tertawa kecil. Seperti ada yang telah dilepaskan darinya.
"Sopan banget kamunya sih."
"You know the bonds between you and....."
"Ssstttt....it's only you and me now. Come on, hold my lips and my tongue tightly."
Pertama kalinya, aku mencium Zizi tepat di bibir. So warm. like a sugar, so sweet.
"Mmmhhhh......cccuuuppp.....ccccuuuuppp.....ccccuu uuppp.....ccccllluuuupppp.....cccclllluuuuppppp... ...ccccclllluuupppphhhh......ccccclllluuuuuppphhhh .....ccccclllluuuuppphhhh......"
Zizi menciumku begitu rapi. Tidak ada liurku keluar dari bibirnya. She's a good kisser. Kami berhenti berpagutan untuk mengambil nafas. Aku menyeka keringat di wajahnya.
"Kasihan wajah kamu penuh keringet. Sorry, aku gak bisa ngimbangin kamu tadi."
Zizi menciumku lagi.
"Mau latihan lagi biar ciumannya bisa ngimbangin?"
Kali ini, aku menciumnya. Di kasur, di karpet dan di kamar mandi. Kami berpelukan dan berpagutan satu sama lain hingga bosan. Baju yang kami kenakan sampai basah karena keringat. Ia menuntunku masuk ke kamar mandi. Dari shower, mengalir air dingin pegunungan yang cukup membekukan kulit. Tidak kurasakan karena Zizi dan aku masih berciuman. Kami masih mengenakan pakaian. Hingga Zizi mulai melepaskan baju yang kupakai. Tangannya mulai menjelajahi badan atasku. Tidak berhenti disitu, tanganku mulai meraba dadanya secara tidak langsung.
"Badan kamu bagus, Grha."
"Kau terlalu memujiku, Zizi."
Ia menyadari aku juga tidak bisa menahan keinginanku untuk tidak menyentuh dadanya. Ia melekatkan tanganku di kedua payudaranya.
"Gimana rasanya sentuh dada mantan Puteri Indonesia?"
"Koreksi, dan juga news anchor."
Telapak tanganku menapakkan kulitnya di dadanya. Empuknya terasa meski masih terbungkus baju. Kumainkan sebisaku saja.
"Aaaahhhhh....pelan - pelan.......uuuuucccchhhh."
Aku mulai senang bisa memainkan tanganku disana. Baru aku akan membuka pakaiannya. Dari kamar, ponsel Zizi berdering.
"Sebentar Grha....sepertinya ada telepon."
Dengan tubuh masih basah. Ia mengangkat teleponnya. Shit, gagal kesempatanku untuk melanjutkannya.
"Dari siapa tadi?"
"Jangan marah ya. Dari pasangan aku."
"Kamu udah ngabarin dia tadi."
"Belum sih."
"Yaudah. Kamu mau berendam gak di dekat air terjun. Airnya anget loh."
"Kenapa gak diterusin?"
"Jangan dulu. Aku ngehargain pasangan kamu. Lagipula, sekarang biasanya sepi loh."
"Boleh deh. Pengen tahu rasanya."
Kami berganti pakaian kering. Pakaian basah tetap kami bawa untuk berendam di kolam. Aku masih mengenali penjaga di kolam itu. Ia mengingatku karena pernah menolongnya saat berjaga disini.
"Pak. Masih disini."
"Mas kemana saja?"
"Iya. Baru sempet aja. Gimana kolam?"
"Sepi, Mas. Tadi abis ujan. Jadi males keluar."
"Pak, seperti biasa ya."
Aku menyerahkan beberapa lembar uang rupiah untuk sengaja mengosongkan kolam khusus kami berdua.
"Kamu kenal, Grha?"
"Iya. Dulu, ia sempat kutolong saat ia membutuhkan uang. Kita ke kolam yuk."
Kami kembali berganti pakaian basah. Teringat pakaian itu kami saling berciuman. Kami menceburkan diri ke dalam kolam yang hangat. Ia bermain dengan air di kolam, mengguyur kepalanya dan berenang kecil. Aku hanya duduk berendam di tepian.
"Sini dunk main sama aku."
"Kamu aja, Zizi."
Ia terus menyenangkan diri. Aku turut membantunya senang. Setelah puas bermain, ia mendekat ke aku. Dipeluknya badan aku sambil berendam.
"Enak disini, bisa santai."
"Aku juga gak nyangka bisa sedekat ini sama news anchor."
"Kamu sering liat acaraku."
"Morning show sama 16 sih yang aku suka. Kalo gak liat kamu, gak semangat."
"Ati - ati loh. Aku udah punya pasangan loh."
"In here. It's only me and you. Not else."
Ia kembali menjadikan tubuhku sebagai sandaran. Shit, penisku tegang. No time to lose it.
"Aku ngerasa aneh. Ada yang nyentuh paha aku nih."
Ia meraba - raba di bawah. Tangannya menyentuh penisku yang berada di balik celana pendek.
"Oooohhhh....."
"Kamu ereksi ya. Ngaku aja."
"Zizi, singkirin tangan kamu dari situ."
"Iya, aku singkirin."
Tangannya terlepas dan pahanya menjepit penisku.
"Udah lepas kan tangan aku."
"Iya lepas. Paha kamu malah ngejepit penis aku."
Ia tidak menjawabnya. Ia mendaratkan ciuman di bibirku. Naluriku mengikuti kemauannya. Aku sadar jika tempat ini bukan tempat yang tepat.
"Zizi. Jangan disini. Nanti ada yang ngeliat kita."
"Kita balik aja ke penginapan yuk."
Kami membersihkan diri. Aku memegani pakaian kering Zizi dan kulihat ada CDnya di tanganku. Aku menghirup aroma CDnya dalam. Bau yang nikmat. Aku teruskan hingga tidak sadar Zizi telah melihatku.
"Udah selesai belum maenin CD aku?"
"Ah, Zizi. Maaf. Maaf ini pakaianmu."
"Terima kasih."
Aku bergantian dengan Zizi menjaga pintu kamar mandi. Kami keluar dengan badan segar. Ia langsung menjewer kupingku.
"Aduh aduh aduh sakit Zizi dijewer kupingnya."
"Sakit? Ini hukumannya kalo maenin punya aku tadi. Pilih mana? Aku tuntut kamu atau kujewer?"
"Maafkan aku Zizi. Aku cuma penasaran aja baunya kayak gimana."
"Udah tahu baunya kan? Nah, giliran aku jewer kamu."
"Aduh aduh aduh aduh Zizi. Aku minta maaf. Aku traktir makan sate kelinci."
"Sate kelinci?"
"Iya. Sate kelinci. Ya gitu sih, kalo ngebayangin gimana nyembelihnya. Jangan makan. Kalo udah sate aja dimakannya."
"Enak gak rasanya?"
"Ya dicoba aja."
"Awas kalo gak enak. Aku tendang punya kamu."
"Aduh jangan dunk. Galak amat sih."
Secara acak, aku memilih penjual sate kelinci terdekat. Aku berharap sate ini enak. Zizi mencobanya.
"Hhhmmm.....rasanya lumayan enak."
"Syukurlah."
"Eits, tunggu dulu. Bukan berarti bebas hukuman."
"Ambilin kamera aku. Kita liputan sekarang."
"Loh? Baiklah."
Bersambung pada Post Selanjutnya
Langganan:
Postingan (Atom)