Hari ini adalah hari yang paling penting dalam hidupku. Aku tidak pernah segugup ini menghadapi acara yang akan diselenggarakan siang ini. Anakku satu-satunya perempuan cantik yang sejak kecil kuberi nama Amel hari ini akan menikah . Umurnya sekarang 25 tahun bekerja di salah satu perusahaan minyak asing. Aku sendiri tahun ini genap 50 tahun. Dia bukan anak kandungku, karena sampai sekarang aku belum pernah beristri. Dia kutemukan terlantar di salah satu rumah sakit bersalin. Kata petugas di rumah sakit itu, ibunya sengaja meninggalkan anak itu . Ditunggu setahun keluarganya tak ada yang mengambilnya. Menurut isu yang beredar diantara suster-suster di rumah bersalin itu, Amel adalah hasil hubungan gelap antara majikan bule dengan pembantunya. Ketika pembantunya hamil si Bule pulang kenegaranya dan tidak pernah lagi memberi kabar, apalagi duit. Aku yang pada waktu itu menjenguk salah satu keluarga yang baru melahirkan menemukan Amel demikian namanya sering kupanggil.
Amel sekarang sudah dewasa, cantik, sexy, tinggi dan kulitnya putih. Rambutnya lurus agak kebule-bulean tergerai sampai ke bahu. Tinginya sekitar 175 cm, diatas tinggi rata-rata cewek Indonesia, Berat masih sepadan dengan tingginya yakni 65 kg. Dia dikaruniai tubuh yang montok, dengan ukuran buah dada 36 c dan pinggang 28 inci. Sehingga kelihatan ramping dan bokong yang gempal.
Amel mendapat suami seorang warga keturunan Inggris, Steven yang berusia 10 tahun diatas dia juga bekerja di perusahaan tempat Amel berkantor. Hanya saja Steven bekerja untuk pengeboran minyak di lepas pantai.
Acara perkawinan dilakukan secara adat daerah. Steven mengenakan baju adat Jawa. Acara pernikahan dan resepsi dilakukan secara simpel meskipun tidak dapat dikatakan sederhana. Sebab diselenggarakan di ball room hotel bintang 5 dan sekitar 1000 tamu yang menghadiri acara perkawinan Amel. Aku mendamping Amel, sementara Steven didampingi seniornya.
Selepas acara perkawinan itu Amel diboyong suaminya ke Thailand, karena Steve bertugas di lepas pantai Thailand.
Kembali ke masa lalu, entah kenapa aku iba melihat Amel yang polos terlunta-lunta di rumah sakit. Pada saat melihat Amel, aku sempat mengobrol dengan suster mengenai kemungkinan adopsi. Menurut suster di rumah sakit itu, pihak rumah sakit akan membantu sepenuhnya proses adopsi asal seluruh biaya ditanggung oleh pihak yang mengadopsi.
Ketika itu biaya adopsi masih terjangkau oleh kemampuanku. Aku tertarik mengadopsi anak itu yang kemudian kuberi nama AdAmel. Ketika mengadopsi Amel aku sudah bekerja sambil mengembangkan usaha. Di Jakarta aku memang hidup sendiri. Merantau dari satu desa kecil terpencil di Jawa Tengah. Aku hidup di Jakarta sejak lulus dari SMP. Aku berjuang sendiri sejak itu membiayai sekolahku sampai akhirnya bisa mendapat S-2 di bidang teknik. Ketika aku mengadopsi Amel aku baru membeli unit apartemen tipe studio di sebuah kompleks perbelanjaan terbesar di Jakarta.
Untuk mengurusny sehari-hari aku mempekerjakan baby sitter. Ketika siang hari aku bekerja, tugas mengawasi Amel ditangani baby sitter, malamnya baby sitter pulang , aku yang menangani Amel.
Sampai umur 5 tahun Amel diasuh oleh baby sitter. Sejak ia mulai sekolah , Amel kelihatannya mulai bisa mengurus dirinya sendiri dan dia menolak untuk diasuh baby sitter.
Jadilah kami berdua mengurus ruang kecil seluas 36 m2. Amel memanggilku Daddy. Meski agak repot setelah tidak ada baby sitter, tetapi kami lebih leluasa mengatur rumah sendiri.
Setelah 3 bulan ditinggal baby sitter kami mulai terbiasa mengurus sendiri. Amel bisa mempersiapkan diri untuk keperluan sekolahnya, dia juga bisa membuat sarapannya yang terdiri dari susu dan roti. Satu hal yang tidak mau dilakukan sendiri, yaitu mandi.
Sejak diasuh baby sitter, aku sekali-kali memang harus turun tangan memandikan Amel. Ini sejak dia kecil sampai sekarang. Mungkin karena terbiasa dan manja jadinya ya begitu. Lebih baik berangkat sekolah tidak mandi dari pada dia harus mandi sendiri pagi-pagi. Itulah sikap Amel. Padahal kamar mandi dilengkapi dengan air panas dan bath tub.
Sering kali aku berendam berdua di bath tub dengan air hangat. Amel senang sekali berada di pelukanku saat kami berendam.
Pengaruh air hangat dan kemaluanku terhimpit pantat Amel, sering kali penisku jadi menegang. Kalau sudah gitu kami bermain dengan aku menghimpitkan pantat Amel ke penisku. Kadang-kadang penisku menelusup diantara kedua pahanya. Kalau sudah spaning aku bermasturbasi menggunakan jepitan kedua paha Amel.
Amel menganggap permainan itu sebagai permainan biasa. Dia malah senang melonjak-lonjak di pangkuanku dengan badan penuh sabun dan jepitan pahanya jadi licin. Kalau sudah gitu aku bermain sampai aku berejakulasi.
Aku tidak tahu apakah seumuran Amel yang menjelang 6 tahun kegiatan seperti itu merangsang juga. Tapi dia menganggap permainan itu menyenangkan. Jadi setiap kali mandi selalu dia memainkan penisku dengan cara gitu. Tapi tidak setiap hari aku bisa berejakulasi, sehingga kadang-kadang berhenti karena capek terlalu lama bermain begitu.
Sejak aku kembali dari kunjungan ke Austria dan Tokyo, aku jadi punyai orientasi sex baru. Di Wina aku tertarik membeli beberapa majalah bergambar yang sebagian besar berisi foto anak-anak dibawah umur. Meskipun gambar-gambar itu hanya gambar telanjang, tetapi cukup menarik. Aku bosan dengan majalah porno seperti Playboy, Penthouse atau Hustler. Di Tokyo aku juga mendapatkan majalah ber gambar anak-anak di bawah umur. Bedanya bagian memeknya disensor. Mungkin pemerintah Jepang melarang gambar memek secara vulgar, meskipun memek anak kecil. Sejak itu aku mulai berburu di internet mengenai child sex. Aku sempat membeli password beberapa situs child sex dengan kartu kredit. Aku tidak menyangka ada dunia sex anak-anak. Bahkan di luar negeri hal itu sudah menjadi industri.
Sejak itu, aku mulai meraba-raba memek Amel saat kami mandi. Mulanya dia merasa geli. Tapi jika dilakukan lebih lama dia merasa enak dan kadang-kadang tubuhnya mengejang-ngejang.
Pada umur 6 tahun aku mulai terus terang melihat dan menguak memek Amel yang masih rapat dan dalamnya berwarna merah. Aku juga sering melakukan oral di bagian clitorisnya. Amel sering merasa senang dioral, meskipun kadang-kadang dia menolak karena geli. Tapi jika habis mandi dimana penisku sering menyenggol-nyenggol bagian memeknya, setelah itu kami mengeringkan badan, kalau memeknya aku jilati Amel tidak merasa terlalu geli. Dia bahkan mengejang-ngejang jika clitorisnya di jilat.
Ada kalanya malam-malam Amel tidur memelukku erat-erat sambil menempelkan memeknya yang masih tertutup pakaian ke pahaku. Dia menggerak-gerakkan pinggulnya seperti gerakan orang bersetubuh.
Kalau sudah gitu,kubuka celananya, memeknya memang sudah agak basah. Jika langsung aku oral Amel tidak merasa geli. Dia mengejang-ngejang nikmat. Kadang-kadang dia bersuara mengerang pelan dan nafasnya memburu.
Menjelang usia 7 tahun Amel sudah mulai mempunyai naluri sex bahkan sudah tumbuh keinginan sexnya.
Aku menandai jika dia lagi berhasrat, dia memegangi penisku dari balik celana. Kalau aku diamkan dia lepas sendiri celanaku lalu dia mulai mengoral. Amel memang sudah kuajari mengoral sejak dia berumur 6 tahun.
Dioral oleh mulut kecil memang tidak terlalu nikmat, tetapi kalau sudah birahi tinggi aku bisa berejakulasi juga. Aku sering menyemprotkan maniku ke mulut Amel. Dia tidak terlalu suka dengan air mani, sehingga bagian yang masuk ke mulutnya dia muntahkan ke tissu. Tapi dia tidak jijik.
Kepada Amel tidak pernah kutunjukkan gambar-gambar porno apalagi film atau gambar orang sedang berhubungan badan. Meskipun kedengarannya aneh, tetapi aku memang ingin menyembunyikan hal yang seperti itu.
Kegiatan sex kami mulai meningkat setelah Amel mencapai usia 7 tahun dimana dia mulai bersiap-siap naik ke kelas 2 SD. Aku mulai mencoba menusuk-nusukkan kepala penisku ke memek Amel. Usaha itu tidak pernah berhasil, karena memek Amel terlalu kecil bagi penisku yang berukuran lelaki normal dewasa.. Tapi kegiatan menempel-nempelkan ujung penisku ke memeknya membuat rangsangan yang kurasakan lebih nikmat sambil aku beronani. Mani kusemprotkan di belahan memeknya sampai meleleh.
Kalau sudah birahi terlalu tinggi sering kali pikiran normal jadi abnormal. Kalau sudah begitu aku tidak sekedar menempelkan ujung penisku, tetapi cairan jelly kulumurkan ke seluruh belahan memeknya dan penisku. Aku mencoba-coba menekan sampai agak tenggelam sedikit. Itu saja rasanya sudah nikmat dan bisa mempercepat datangnya ejakulasi.
Mungkin kerena terlalu sering memek Amel kusodok, maka sekarang kepala penisku bisa masuk ke belahan memeknya. Tapi kalau kuteruskan Amel menjerit kesakitan. Aku bisa juga terpuaskan hanya dengan menenggelamkan kepala penisku.
Sejalan dengan waktu, dan bertambahnya usia Amel serta terbiasanya permainan kami, belum genap dia berusia 8 tahun, perawannya sudah berhasil aku pecahkan. Pemecahan itu pun bukan hal gampang karena merupakan proses yang cukup lama dan ketika permukaan memek Amel sudah bisa beradaptasi dengan kepala penisku, maka lancarnya kepala penisku masuk ke memeknya lama-lama masuk makin dalam sampai akhirnya mencapai batas selaput perawannya. Sodokan sampai ke batas selaput itu pun tidak langsung menjebol, tetapi mungkin lebih dari sebulan aku bermain sampai batas selaput daranya. Setelah dia tidak merasa sakit barulah pelan-pelan dan hati-hati aku menekan lebih kuat untuk masuk. Amel sempat menjerit ketika selaputnya jebol. Darah agak banyak keluar. Memeknya masih belum siap menerima penetrasi, tetapi karena dipaksakan dan dibiasakan lama-lama lubangnya jadi membesar. Namun selaput daranya masih terlalu kencang ditembus, sehingga ketika dipaksa jeblos, Amel kesakitan.
Rasa sakit di memek Amel berangsur-angsur sembuh dan kini penisku bisa lebih jauh masuk ke dalam memeknya. Amel tetap masih merasakan sakit, sehingga penisku hanya bisa separuh terbenam di lubang memeknya. Aku tidak mau memaksakan untuk membenamkan seluruhnya, karena memek seusia 8 tahun memang belum siap untuk dientot.
Meskipun kalau dientot Amel sepertinya tidak bisa mencapai orgasme, tetapi dia menyukai permainan itu. Sementara aku merasakan sensasi memek sempit setiap kali aku melakukan hubungan badan. Aku selalu menggunakan jelly untuk membantu penetrasi, meskipun memek Amel sudah jebol perawannya.
Seingatku penisku baru bisa tengelam seluruhnya di memek Amel setelah dia berusia hampir 9 tahun. Ketika penisku bisa terbenam seluruhnya, aku merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Memek anak seusia 9 tahun selalu dalam keadaan sempit dan menjepit penisku. Oleh karena itu sejak itu aku tidak pernah lagi tertarik berhubungan dengan wanita lain, karena cukup kenyang berhubungan dengan Amel. Jika hari libur kami sebarian kerjanya hanya ngentot, makan dan tidur. Sehari semalam aku bisa melakukan sampai 12 kali. Jika sudah terlalu banyak begitu, pada hari senin aku sering kelelahan bekerja dikantor dan sama sekali tidak ada gairah. Bisa-bisa seharian penisku tidak bisa menegang.
Pada usia 10 tahun, tanda-tanda pertumbuhan kewanitaannya mulai terlihat. Tetek Amel mulai membengkak. Aku tidak mau kehilangan moment, Setiap 2 minggu sekali aku mengambil fotonya untuk merekam perkembangan seluruh tubuhnya. Pada usia 11 tahun Amel sudah membutuhkan mini set, karena kalau hanya dibalut kaus singlet dan seragam sekolah, bagian puting susunya menonjol dan samar-samar membayang warna hitam.
Aku semakin tidak memikirkan untuk beristri, karena apa yang aku butuhkan dari seorang perempuan sudah bisa dipenuhi Amel sepenuhnya. Bukan itu saja tetapi ada 3 orang teman Amel yang baru kelas 6 sudah tertarik untuk mencoba pengalaman sex. Amel membawanya ke aku dan mereka aku cumbui sampai akhirnya kudapatkan perawannya. Memang mereka tidak datang sekaligus, tetapi satu persatu dalam waktu yang cukup lama.
Kebiasaan Amel memperkenalkan sex berlanjut ketika dia mulai masuk jenjang SMP. Pada kelas 1 SMP Amel sudah menjelma menjadi gadis kecil yang cantik dengan ukuran payudara yang cukup besar untuk anak seusia 12 tahun. Beberapa teman-temannya diajak Amel ke kediaman kami dan kepada mereka kuajarkan pengalaman sex sampai akhirnya mereka merasakan kenikmatan dan melepas perawannya. Sejak Amel mendapatkan haidnya pada usia 12 tahun, aku mulai berhati-hati dalam melakukan hubungan. Aku tentu saja khawatir dia bisa hamil.
Pada usia 14 tahun Amel sudah menjadi Gadis yang cantik dan sexy, dia tidak kalah menarik dan montok dibanding anak usia 18 tahun, padahal usia nya masih sangat dini. Amel sudah seperti menjadi istriku. Kami di rumah selalu nudis dan melakukan hubungan sex sesuka kami di mana pun di sudut rumah, Pada usia 15 tahun Amel sudah mengenakan spiral. Sejak saat itu aku bebas melepaskan spermaku ke dalam memeknya.
Sampai dia kuliah dia masih juga membawa teman-temannya yang ingin mendapatkan pengalaman sex, tetapi belum punya kesempatan mendapat pacar.
Aku sudah tidak ingat berapa jumlah temannya yang keperawanannya diserahkan kepadaku. Aku pernah semalaman bermain melawan 3 cewek termasuk Amel. Aku terpaksa dopping dengan obat kuat. Itu aku alami ketika Amel baru lulus SMA.
Kehidupan sex ku bersama Amel memang luar biasa. Aku tidak tahu apakah karena sejak dini dia sudah kuperkenalkan sex, atau memang Amel mempunyai hasrat sex yang diatas rata-rata atau karena keduanya.
Ketika cerita ini kutulis, Amel sudah mempunyai dua anak gadis kecil dan tinggal di New Castle, Inggris. Kami berbeda jarak cukup jauh, sehingga aku tidak tahu bagaimana kehidupan sex keluarganya. Mungkin kalau tahun depan dia pulang ke Indonesia aku bisa bertanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar