AADCDI?: Ada Apa Dalam CD Itu?
TOK TOK TOK
“Cinta? Hellooo?”
Tak ada jawaban yang kudengar. Kuketuk pintu ruang redaksi mading sekali lagi
“Cintaaa? Ini Mamet, mau ngumpulin bahan mading”
Tetap tak ada jawaban. Kuputar kenop pintu, ternyata tidak terkunci. Perlahan kubuka pintu dan kutengok ke dalam. Kosong. Aneh, biasanya mereka selalu tak lupa mengunci ruangan bila kosong. Karena ada komputer dan barang berharga lainnya di sana. Ah sudahlah, aku pun masuk ke dalam untuk mengumpulkan bahan mading. Setelah urusanku selesai, aku hendak keluar ketika mataku melihat sekeping CD diantara tumpukan kertas. Tak ada label di CD itu kecuali tulisan ‘Trip to Bali’. Aku ingat kalau liburan kemarin Cinta dan gengnya berlibur ke Bali. Hmm, mungkin ini isinya foto-foto atau video liburan mereka. Pikiran mesumku langsung bekerja, siapa tau aku bisa melihat mereka berbikini. Kan lumayan hehehe. Awalnya akal sehatku masih menolak, mereka pasti marah kalau CD ini kuambil dan kulihat isinya tanpa izin. Tapi kalau mereka tidak tahu...Ah, paling isinya tidak penting pikirku. Jadi kuambil saja CD itu dan diam-diam meninggalkan ruang mading. Akan kucek isinya di rumah nanti.
Begitu di rumah kumasukkan CD itu ke komputer. Aku melihat ada beberapa file video di dalamya. Ukuran filenya berbeda-beda. Sepertinya konversi handycam. Tak ada foto. Sambil menarik nafas aku mengklik video pertama.
START VIDEO 1
Yang pertama kulihat adalah pemandangan di sebuah kafe di pantai. Cinta, Alya, Maura dan Milly tampak di layar berarti Karmen yang memegang kamera. Yang menarik adalah kehadiran seorang bule di meja mereka. Cinta dan yang lain pun terdengar berbicara padanya dalam bahasa inggris. Kemudian Cinta menengok ke arah kamera
“Hello! Kita lagi ada di Cafe *** nih, lagi ketemuan sama guide kita selama di sini” ujar Cinta
Jan” seorang pria bule berambut cepak mengenalkan diri saat kamera beralih ke dirinya
“Bob” ternyata ada pria kulit hitam di situ yang tak kulihat sebelumnya, dia tersenyum ke kamera saat dirinya disorot.
“Kita bakal ngapain aja di sini...Well, liat aja nanti ya hehehe” Aku tersenyum saat Cinta tersenyum di kamera. Ah Cinta, Cintaku. Tapi aku iri juga, coba aku diajak ikut. Hah, ngarep.
Adegan berikutnya berganti-ganti. Di restoran, tempat wisata, juga di pantai. Sayang mereka tak berbikini sesuai harapanku. Yah sudahlah. Tapi anehnya aku tak melihat Jan dan Bob lagi. Bukankah menurut Cinta keduanya adalah ‘guide’ selama di sana? Aku baru melihat mereka berdua saat adegan berganti ke sebuah pub. Cinta dan yang lain berkumpul di sebuah meja. Tampak beberapa gelas minuman dan botol-botol bir. Aku kaget juga melihat mereka minum minuman keras, walaupun hanya Maura yang tampak sedikit mabuk. Ah sudahlah, tak masalah buatku. I still love you, Cinta!
"So who’s first?” kudengar suara Bob
Para gadis berdebat cukup seru untuk beberapa saat hingga akhirnya Milly menengahi
“Hompimpah aja!” usulnya
Yang lain pun sepertinya setuju karena mereka langsung ber-hompimpah. Aku bingung, buat apa? Yang jelas Maura yang kalah.
“Oke, lo yang giliran pertama Ra” perintah Cinta
“Ya udah, sini kameranya” balas Maura
Setelah itu, kamera pun gelap. Aku bertanya-tanya apa maksudnya tadi. Pertama? Pertama buat apa?
Begitu kamera menyala yang kulihat adalah Maura dan Bob di sebuah ruangan. Sepertinya kamar hotel. Kulihat Maura agak mabuk dan membiarkan Bob merangkulnya sambil bercanda.
Tunggu, Maura yang setengah mabuk hanya berdua saja dengan seorang pria di hotel? Ini skandal! Perasaanku jadi tidak enak, walaupun ada bagian tubuhku yang lain yang tidak setuju.
Maura sudah melepas jaketnya memperlihatkan tubuh indahnya dalam balutan tanktop ketat. Bob membisikkan sesuatu ke telinga Maura sembari merangkul bahu Maura lebih erat dan sekarang salah satu tangannya sudah berani mengusap-usap paha Maura yang terbalut celana jeans ketat. Maura yang agak mabuk karena banyak minum itu tidak menghiraukan tangan nakal Bob yang sekarang sudah menyusup kedalam tanktopnya dan meraba payudara Maura dibaliknya.
Celanaku jadi sempit. Ini bahaya. Konten video ini tidak main-main. Kalau beredar rekaman Maura digerayangi seorang pria kulit hitam dalam keadaan mabuk, bisa hancur reputasinya di sekolah. Tapi apa hanya segini saja apa akan lebih intens lagi? Aku setengah menyesal setengah bersyukur telah mengambil CD ini. Aku menelan ludah dan lanjut menonton.
Sekarang Bob menciumi leher Maura dari pangkal hingga bagian belakang telinga, membuat member Genk Cinta paling centil itu salah tingkah. Kuperhatikan tangan Bob tak hanya meremas payudara Maura tapi juga hendak menyingkap tanktop sekaligus bra-nya. Dan PLOP! Aku melotot saat sebelah payudara Maura terlepas dari sangkarnya. Gila! Tak kusangka bisa melihat puting susu salah satu anggota Genk Cinta seperti Maura. Tangan Maura hendak mencegah Bob yang memilin-milin putingnya, tapi rangsangan Bob di lehernya membuat Maura tak berdaya. Tak lama, Maura bahkan tak melawan saat Bob menciumi bibirnya yang seksi. Nih negro memang jago menaklukkan wanita, pikirku.
Maura yang setengah mabuk setengah terangsang limbung jatuh ke sofa. Bob menggunakan kesempatan ini untuk melucuti tanktop dan bra Maura sepenuhnya. Aku tak berkedip menyaksikan pemandangan indah dari teman sekolahku yang bertelanjang dada. Bob masih terus Maura menstimulasi bibir, payudara dan titik-titik sensitif Maura yang lain. Ketika tangan Bob merangsek ke selangkangan Maura yang masih terbungkus jeans ketat, gadis itu menggeliat melawan.
Tapi itu hanya perlawanan setengah hati. Karena Bob dengan mudahnya melepas kancing celana jeans Maura. Tangan Bob yang kekar berotot dengan mudahnya melorotkan jeans yang dipakai Maura berikut celana dalamnya, hanya dengan satu tangan. Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat kekuatan sekaligus teknik melucuti pakaian ala Bob. Dengan mudah celana jeans itu melorot turun seutuhnya, bersama celana dalamnya sekaligus.
Dan saat itu aku baru sadar. Maura. Telanjang bulat. Di depan mataku. Aku mendekatkan wajahku ke monitor, ingin melihat sedetil mungkin dari pemandangan indah itu. Jembut hitam lebat Maura terlihat sangat kontras dengan kulitnya. Pinggulnya pun melekuk indah melengkapi keseksian tubuhnya. Setelah Maura sukses dia bugili, Bob membuka kaosnya memperlihatkan tubuhnya yang berotot. Tanpa membuang waktu, Bob pun melepas celananya membuatku refleks menjauh dari monitor.
“Anjrit! Itu kontol apa pentungan!” seruku tanpa sadar
Maura pun tampak sama kagetnya denganku melihat benda itu. Dia terus menggeleng dengan wajah takut. Mungkin dia tak semabuk yang kukira. Tapi Bob memeluk tubuhnya dan kembali merangsang leher, puting, dan bibir Maura hingga perlawanannya mengendur. Malah Maura dengan sukarela mengocok batang Bob yang besar dan sudah ereksi sempurna itu. Wew, cepet amat, pikirku. Lama-lama kocokannya semakin panas sementara Bob sendiri sudah duduk di belakang Maura dan memangku gadis itu diperutnya. Sehingga Bob bisa menggesek-gesekkan batang kemaluannya ke bibir vagina Maura.
Diperlakukan seperti itu oleh Bob membuat wajah Maura memerah menahan gejolak birahinya yang sudah tak tertahan lagi. Apalagi Bob masih terus merangsang payudara dan putingnya. Suara desahan dari bibir seksi Maura pun mulai tertangkap mikrofon kamera.
“Ngghh…Nhh…” desahnya manja ketika batang raksasa Bob menggesek-gesek klitorisnya.
Rangsangan di semua titik sensitifnya membuat Maura pasrah, tak berani melawan. Masih di sofa dengan posisi memangku Maura dari belakang, Bob sekarang mulai menusuk-nusukkan batang kejantanannya kearah bibir luar vagina Maura.
“Aduhhh...Sakiiit...Nooo!” jerit Maura ketika batang kemaluan Bob menyeruak masuk kedalam lubang kemaluannya.
Dalam hitungan detik saja kepala kemaluan Bob sudah terbenam seluruhnya di liang senggamanya. Kedua tangan Bob menarik kedua paha Maura sehingga mengangkang lebih lebar dibanding tadi dan kembali memberi sebuah tusukan dahsyat kearah bibir kemaluan gadis itu.
“Aughhh!” Maura menjerit, masih ada nada kesakitan di suaranya
Bob pun berhenti menyodok lubang gadis itu untuk sementara. Mungkin dia memberi kesempatan bagi vagina Maura untuk menyesuaikan diri. Sementara itu kedua tangannya sibuk menstimulasi puting susu Maura, mencoba menaikkan birahi gadis itu lebih tinggi. Tampaknya berhasil karena Maura mulai melenguh nikmat. Cengkramannya di lengan Bob pun semakin mengendur.
Perlahan Bob menggerakkan pinggulnya, mendorong penisnya keluar masuk vagina Maura. Sepertinya tak terlalu sakit lagi. Maura menggigit bibirnya sambil memejamkan mata. Sesekali menengadah membiarkan Bob menciumi lehernya. Lama-lama malah Maura terlihat menggerakkan pinggulnya sendiri, menyambut setiap tusukan batang Bob di kemaluannya.
Aku serasa melihat film porno amatir. Tunggu, ini memang film porno amatir. Bila ini tersebar, habis sudah. Bukan hanya buat Maura tapi juga teman-temannya. Apa isi video lainnya juga seperti ini? Tadi Cinta bilang Maura giliran pertama. Jangan-jangan...Ah, nanti saja kucek. Saat ini baiknya aku fokus menyelesaikan yang ini dulu.
Sekarang kulihat percintaan Bob dan Maura semakin panas. Bob tak segan menusukkan kejantanannya dalam-dalam ke lubang senggama Maura, membuat gadis itu terpental-pental di atas pangkuan Bob. Tangan Maura sibuk meremasi payudaranya sendiri sementara wajahnya terus menengadah dengan mata terpejam dan mulut terbuka. Hingga akhirnya kulihat Maura kelojotan, dia seperti meronta di pelukan Bob. Kakinya menendang-nendang liar dan tangannya mencengkram erat lengan Bob yang memeluknya.
“Aaaaaaauuh!” pekik Maura kencang
Intensitas dari adegan itu membuatku terpaku. Apa yang barusan itu orgasme? Orgasme betulan, bukan akting? Oh wow. Aku tak bisa mencerna apa yang terjadi. Ini nyata. Dan wanita itu? Bukan artis porno. Dia teman kamu, Met.
Pikiranku dipenuhi berbagai pertanyaan hingga aku tak bisa berkonsentrasi menonton adegan berikutnya. Bob masih belum selesai menggarap Maura. Mereka berganti posisi, sekarang keduanya berbaring menyamping. Polanya sama seperti sebelumnya. Bob menusuk pelan-pelan, kemudian bertambah kencang, hingga akhirnya Maura melenguh-lenguh nikmat lalu mengejang saat klimaksnya tiba. Bob terus dan terus menggarap Maura selama 30 menit tanpa henti. Sampai-sampai tubuh seksi Maura dan rambutnya hitam panjangnya lepek basah oleh keringat.
Aku menyaksikan semuanya. Tanpa diskip. Walau pikiranku sebenarnya melayang entah ke mana. Dan akhirnya setelah Maura orgasme entah berapa kali, Bob mencabut penisnya lalu sambil berdiri mengocok batangnya di depan wajah Maura yang terduduk lemas mengambil nafas. Dan CROT, kulihat dengan jelas Maura mengenyit saat cairan kental dari ujung penis Bob menyembur wajahnya.
Setelah membuang amunisinya seenaknya di wajah Maura, Bob pun berlalu begitu saja dari situ. Meninggalkan Maura yang masih terduduk lemas mengambil nafas, dengan cairan lelaki di wajahnya.
Saat Maura bangkit berdiri, kulihat jalannya agak mengangkang. Dia meninggalkan frame sejenak, sepertinya untuk mengambil tisu karena begitu Maura kembali ke frame, dia sedang membersihkan wajahnya. Maura mendekati kamera dan mengambilnya.
“Haaah, gila banget lo ya Cinta. Milihin yang segede gitu, dower nih memek gue. Mana buang peju seenak udel ke muka gue” keluhnya ke kamera sebelum video berakhir.
END VIDEO 1
Aku tak percaya apa yang kutemukan. Ini sextape! Ini skandal! Aku merasa bersalah telah mengambil CD ini. Dan juga takut. Bila isinya begitu penting, mereka pasti panik mencari-cari CD ini. Mudah-mudahan mereka tak mencurigaiku.
Tenang Met, tenang. Aku menarik nafas panjang. Mencoba menenangkan diri. Aku semakin penasaran dengan isi video lainnya. Jumlah video di CD itu sama dengan jumlah anggota Genk Cinta. Mungkinkah?
Aku pun mengklik video ke-2 yang ukurannya paling kecil diantara yang lain.
START VIDEO 2
Video yang ini dimulai tanpa pembukaan, tanpa basa-basi, tanpa foreplay. Begitu diklik, yang pertama kulihat adalah Karmen, dari pinggang ke atas tanpa busana. Tubuhnya bergerak naik turun, membuat payudaranya ikut bergoyang-goyang seirama. Kulit coklatnya yang eksotis berkilauan oleh keringat yang menetes. Matanya terus menatap tajam ke arah kamera. Terus terang aku baru menyadari kalau gadis tomboy itu menggairahkan juga kalau sedang begini. Biarpun Karmen tidak mendesah, nafasnya yang memburu pun terdengar erotis. Besok-besok nongkrongin dia latihan basket ah...
Eh tapi siapa ya yang Karmen sedang tunggangi sekarang? Bob? Atau Jan? Dari kamera yang tak stabil, sepertinya kamera dipegang oleh tangan. Tapi dari sudut pandangnya sepertinya mustahil dipegang oleh pria yang Karmen tunggangi. Ya ampun Mamet, ada temen lo lagi ngentot ini malah analisa sinematografi? Aku mengutuk diri sendiri.
Pertanyaanku terjawab tak lama kemudian. Betapa kagetnya aku ketika kamera menyorot ke bawah, ternyata Karmen sedang bergerak naik turun di atas sebuah dildo! Benda karet yang menempel di lantai itu berkilat-kilat oleh cairan vagina Karmen.
“Just a bit more! Push it!” kudengar suara Jan dari balik kamera
“Time’s up! You did it” serunya tak lama kemudian, memperlihatkan stopwatch yang berhenti di angka 30 menit.
Karmen pun bersorak gembira, lalu berdiri hingga vaginanya tidak tersumbat dildo itu lagi. Ok, jadi sepertinya Jan menantang Karmen untuk menggoyang dildo itu selama 30 menit. Pantas saja Karmen banjir keringat seperti itu. Yah, mungkin ini tantangan yang cocok buat gadis sporty seperti Karmen.
Kamera menyorot Karmen yang bersandar di tembok mengatur nafasnya. Dia hanya tersenyum ketika kamera Jan menyoroti tubuhnya dari atas dan bawah. Tubuh yang ramping dan atletis. Dengan warna kulit eksotis yang biasanya disukai para bule.
“How ya’ feelin?” tanya Jan
“Tired. And horny” jawab Karmen nakal
“Want a real cock?” Karmen mengangguk ketika ditanya seperti itu.
Kamera berputar-putar tanpa fokus. Ketika kembali fokus, sepertinya Jan menyimpan kamera di meja atau tripod. Kulihat Jan yang juga sudah telanjang memeluk tubuh Karmen. Keduanya berciuman mesra, warna kulit keduanya nampak kontras, seperti Bob dan Maura sebelumnya. Dan seperti mereka, polanya pun sama. Bercumbu, saling merangsang, lalu penetrasi. Karmen digarap Jan dalam posisi berdiri. Gerakan Jan terlihat terlatih, sama seperti Bob. Mungkin dia dan Bob adalah bintang film porno atau gigolo professional.
Video nomor 2 berakhir tiba-tiba sama seperti awalnya. Tapi setidaknya aku sempat melihat Karmen menggelinjang dan menjerit histeris dalam pelukan Jan sesaat sebelum video berakhir.
END VIDEO 2
Maura dan Karmen. Dua video, dua-duanya berisi kebinalan dua anggota Genk Cinta. Ini bukan kebetulan. Tapi aku harus memastikan. Aku menghela nafas dan mengklik video ke-3. Yang ini juga ukuran datanya tak terlalu besar.
START VIDEO 3
Ubin di dinding khas kamar mandi adalah yang pertama kulihat di layar. Tampak air shower yang mengalir deras, menutupi suara pembicaraan antara seorang pria dan wanita yang hanya bisa kudengar samar-samar. Aku hendak mempercepat videonya ketika tiba-tiba seorang gadis berambut pendek meloncat ke depan kamera sambil melambai
“Hi! Milly here!” serunya dengan senyum polos yang biasa kulihat
Aku menelan ludah melihat Milly telanjang bulat memperlihatkan tubuhnya yang putih mulus, dengan payudara mungil, puting pink dan jembut hitam yang kontras dengan kulitnya. Ya, namanya di kamar mandi pastilah dia telanjang. Ini adalah kali ketiga aku melihat tubuh bugil teman sekolahku hari ini jadi aku tak terkejut lagi.
Tapi jujur saja, lagi-lagi aku harus membetulkan celanaku yang mendadak sempit.
Eh tunggu, bukannya tadi ada suara laki-laki juga? Tak lama pertanyaanku terjawab. Bob yang membuat Maura kelojotan sebelumnya muncul dan langsung memeluk Milly. Mereka berciuman mesra di bawah shower dengan tangan Bob menggerayangi seluruh tubuh Milly. Kadang Milly melepas ciumannya untuk menatap kamera dengan cengiran khasnya. Mereka tertawa-tawa saat saling meraba-raba tubuh masing-masing, sebelum Milly berlutut dan mengocok penis besar Bob di depan wajahnya. Gadis periang itu lalu tanpa canggung mengecup ujung batang Bob sambil tersenyum-senyum sendiri. Tipikal Milly. Mungkin di matanya pentungan Bob terlihat imut.
Tanpa canggung juga Milly membuka mulutnya dan langsung melahap batang jumbo Bob. Mulutnya yang mungil tampak kesulitan menampung benda hitam besar itu, tapi Milly tampak menikmati mulutnya dijejali seperti itu. Sambil maju mundur mengulum penis Bob, mata indah dan polos Milly menatap ke atas dengan lucunya. Ugh, meskipun yang aku taksir adalah Cinta, tapi kuakui Milly memang yang paling imut. Bahkan saat mulutnya kempot menghisap penis hitam besar milik Bob.
Ugh, celanaku makin sempit saja. Tahan Met, tahan dulu pikirku.
Setelah beberapa lama Bob meminta Milly berhenti. Lalu dibimbingnya Milly hingga setengah membungkuk menghadap kamera. Di posisi ini wajah Milly terekam jelas oleh kamera, sementara payudaranya yang menggelantung juga terlihat. Gantian Bob yang berlutut sekarang. Pria kulit hitam itu memposisikan mulutnya di pantat Milly.
Aku tersenyum melihat ekspresi lucu Milly saat Bob menjilati daerah sensitifnya. Tentu aku tak bisa melihat apa yang dilakukan oleh Bob dengan detail, tapi ekspresi Milly cukup menggambarkan. Sesekali Milly tertawa-tawa dan menggelinjang kegelian. Kadang ia menggigit bibir dengan mata sayu, tapi seringnya mulutnya setengah terbuka mengeluarkan desahan yang terdengar samar diantara suara shower. Lama-lama ekspresi Milly semakin intens. Sesekali sebelah tangannya meremas dan menstimulasi payudaranya sendiri. Kulit wajahnya yang putih merona merah, menyebar dari pipi ke bagian lain hingga leher.
“Aughhh!”
Tiba-tiba Milly memekik pendek dan tubuhnya mengejang sesaat. Gila, apa Bob berhasil membuatnya orgasme hanya dengan lidah saja? Yang pasti rona kepuasan terpancar dari wajah Milly.
Bob berdiri, dan ditariknya badan Milly hingga ikut berdiri. Tangan Bob lagi-lagi menggerayangi tubuh Milly sambil memeluk gadis itu dari belakang. Mereka berciuman lagi dengan mesra. Kemudian Bob tampak membisikkan sesuatu ke telinga Milly, yang dijawab gadis itu dengan anggukan.
Sepertinya aku tahu apa yang dibisikkan Bob.
Milly kembali ke posisi sebelumnya. Setengah membungkuk menghadap kamera, dengan payudaranya yang menggelantung indah terlihat jelas. Bob memposisikan dirinya di belakang tubuh Milly. Lagi-lagi aku akan menyaksikan teman sekolahku disetubuhi oleh pria kulit hitam berpenis jumbo. Dengan posisi kamera seperti ini aku tak bisa melihat detail penetrasi dari Bob. Aku hanya bisa melihat efeknya lewat ekspresi Milly.
Awalnya gadis itu terlihat menggigit bibir, kemudian mengernyit, kemudian mulutnya terbuka sebelum akhirnya meringis. Mungkin kejantanan Bob terlalu besar untuknya. Untuk beberapa saat wajah Milly tampak resah. Aku jadi kasihan juga melihatnya.
Tapi tak lama, karena ekspresi Milly perlahan berubah menjadi ekspresi kenikmatan seperti waktu dioral tadi. Hanya lebih intens. Matanya setengah terpejam seiring gerakan tubuhnya yang maju mundur dipompa Bob. Milly menggeleng ketika Bob menanyakan sesuatu. Mungkin dia bertanya apa Milly merasa sakit.
Kupikir, aneh juga Milly bisa lebih cepat menyesuaikan diri dengan ukuran penis Bob dibandingkan Maura. Kemudian Milly mengangguk ketika Bob bertanya lagi, dan segera setelah Milly mengangguk, genjotan Bob tiba-tiba bertambah cepat.
“Aaaaaahh!” Milly memekik kaget
Tubuh mungilnya terguncang-guncang, payudaranya ikut bergoyang hebat. Tapi dari ekspresi dan erangannya kulihat dia sangat menikmati gempuran Bob di lubang nikmatnya.
PLAK! PLAK!
Bob menampar pantat Milly dengan keras sampai-sampai suaranya mengalahkan suara aliran shower. Milly memekik setiap kali pantatnya ditampar atau buah dadanya diremas kasar oleh tangan besar Bob. Tapi sepertinya gadis periang itu nampak senang diperlakukan seperti itu.
Lagi-lagi Bob menarik tubuh Milly hingga berdiri, tapi kali ini dengan penis jumbonya mengocok liang senggama Milly. Bob memeluk tubuh Milly dari belakang dengan tangannya yang kasar itu mencengkram erat kedua payudara Milly. Sesekali Milly menengokkan kepalanya ke belakang untuk mencium bibir Bob, dan saat itulah tubuh Milly mengejang sekali lagi.
“Mmmmfhhhh” tersumpal bibir Bob, Milly tak bisa mengerang mengekspresikan klimaksnya seperti tadi.
Setelah beberapa lama, akhirnya perlahan cengkraman Bob di tubuh Milly mengendur. Pria berkulit hitam itu pun mundur melepas penisnya dari vagina Milly. Kulihat batang jumbo itu masih keras, sepertinya dia belum ejakulasi tadi. Apa mereka akan lanjut ke ronde berikutnya? Aku hanya bisa mengira-ngira karena setelah itu, Milly dengan terhuyung-huyung meraih kamera, lalu mengumbar senyum polosnya sebelum mematikan kamera.
END VIDEO 3
Tiga video berurutan dan semuanya video seks masing-masing anggota Genk Cinta. Gila, jadi mereka ke Bali itu untuk wisata seks? Mendengar keluhan Maura di akhir video pertama, jangan-jangan Bob dan Jan sengaja direkrut oleh Cinta untuk membuat video-video ini? Apa tujuan mereka membuat ini semua? Iseng? Memikirkan kemungkinan gadis SMA membayar laki-laki untuk menyetubuhi mereka di depan kamera hanya untuk tujuan iseng membuatku pusing. Dan iri. Kenapa gak gue aja gitu? Haah.
Masih ada 2 video lagi; Apa Cinta dan Alya yang jadi bintang selanjutnya? Dengan sejuta pertanyaan di kepala aku meng-klik video keempat...
START VIDEO 4
Pertanyaanku belum terjawab karena di menit-menit awal hanyalah pemandangan dari dalam mobil yang sedang melaju. Tiga menit, lima menit. Membosankan. Suara yang kudengar pun samar-samar. Tapi aku bisa mendengar logat Jan dan Bob dan suara seorang perempuan. Dalam hati aku berharap itu bukan Cinta, walaupun aku juga masih belum tahu apakah ini video seks seperti yang lain.
Di menit ke tujuh kamera tiba-tiba beralih menampakkan sesosok wajah cantik berkacamata. Tanpa sadar aku menarik nafas lega, karena setidaknya dia bukan Cinta.
Alya.
Dia tampak tersenyum malu-malu ke arah kamera. Memang Alya yang paling pendiam di Genk Cinta. Kamera hanya menyoroti wajah, leher, dan bahunya. Aku hanya melihat kalung di lehernya. Tak ada kaos ataupun strap tanktop terlihat di bahunya. Kupikir, mungkin dia mengenakan tube-top. Tak mungkin Alya telanjang di dalam mobil.
Tapi aku salah. Kamera turun menyoroti dada Alya yang tak tertutup apapun. Aku menelan ludah melihat puting berwarna coklat muda di atas payudara mungil tapi bulat sempurna milik Alya.
“Hey stop, I’m embarassed” kudengar suara Alya samar-samar. Tak ada nada kemarahan atau ketakutan. Yang ada malah nada manja. Aku menghela nafas. Apa yang Alya lakukan dengan dua orang itu, telanjang dada di mobil siang bolong?
Kamera tiba-tiba terputus dan begitu muncul gambar kembali, Alya sepertinya sudah pindah ke kursi depan. Kulihat Alya masih bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek saja. Alya dan Bob yang sedang mengemudi berciuman mesra. Tak pernah kusangka gadis pendiam seperti Alya bisa memagut bibir lelaki seliar itu. Aku semakin punya firasat buruk tentang Cinta tapi tak kuindahkan dulu. Jan dari kursi belakang menggerayangi tubuh Alya, membuat gadis itu menggelinjang dan tertawa-tawa. Tidak, kupikir dia tidak sedang mabuk. Hanya Maura di video pertama yang benar-benar tampak mabuk.
Setelah itu selama lima menit yang kulihat hanyalah wajah cantik Alya yang tampak sangat menikmati remasan tangan Jan di payudaranya dari belakang. Dengan binal Alya menatap kamera sambil mendesah uh-oh
“You like it?” samar kudengar suara Jan
Alya hanya mengangguk sambil terus menatap kamera dengan ekspresi penuh birahi
Adegan berikutnya, kamera yang tadinya di dashboard mengarah ke Alya, dibelokkan untuk merekam saat kepala Alya mendekat ke selangkangan Bob di kursi pengemudi. Aku bisa menebak apa yang akan terjadi. Bob menurunkan resleting celananya, menarik penis raksasanya dan menyodorkannya ke mulut Alya. Tanpa canggung Alya menjilati ujung penis itu seperti permen loli. Sepertinya itu bukan pertama kali buatnya.
“Ooh, suck it babe!” seru Bob
Kulihat penis Bob sudah sepenuhnya dalam mulut Alya, yang menggerakkan kepalanya naik turun mengulum kejantanan Bob. Jan dari kursi belakang asyik mempermainkan payudara Alya yang menggantung bebas. Terdengar racauan Bob merasakan nikmatnya kuluman dan hisapan Alya di mulutnya. Sementara mobil terus melaju, kadang berhenti sesaat, lalu melaju lagi. Pola berkendara di kota yang banyak lampu merahnya. Ditambah pemandangan yang kulihat di menit-menit awal, aku yakin mereka berkendara di daerah perkotaan, bukan jalanan sepi. Benar-benar nekad.
Kamera gelap untuk beberapa saat. Aku menunggu.
Pemandangan yang muncul berikutnya membuatku kembali menelan ludah. Zoom in sebatang penis tak berbulu, milik Jan, tanpa kondom. Sesaat sebelum mempenetrasi vagina berbulu tipis yang mengangkang. Vagina milik Alya, yang pasrah berbaring di kursi belakang sebuah mobil yang sedang berjalan. Telanjang bulat. Di tengah kota.
“I’m gonna go in, Alya!” seruan Jan terdengar jelas olehku
Di mataku terpampang detik-detik saat penis panjang itu menerobos belahan bibir vagina Alya, dari ujung kepala, hingga ¼ masuk, ½ masuk, ¾ masuk dan seluruhnya masuk. Lagi-lagi aku harus mengingatkan diriku sendiri kalau itu bukan bintang film porno yang kulihat. Tapi seseorang yang kukenal di dunia nyata. Teman sekolahku sendiri.
Kamera menangkap semua detil gerakan penis Jan menyodok-nyodok vagina Alya. Bibir kemaluan Alya seolah terbelah karena tusukan batang perkasa milik Jan. Kadang Jan menarik dan mendorong perlahan, kadang memutar, kadang menyodok dengan kencang sehingga batangnya seolah seperti piston yang bergerak keluar masuk kemaluan Alya. Kamera sesekali menyorot ke wajah Alya yang mendesah-desah dengan mulut setengah terbuka dan tatapan penuh birahi. Payudara mungilnya bergoyang-goyang saat Jan menggenjot vaginanya dengan kecepatan tinggi. Jan dengan rakus menciumi bibir Alya lalu menyosor kedua putingnya. Alya membalas ciuman Jan dengan tak kalah liarnya. Guncangan tubuh mereka saat berpagutan menandakan Jan masih masih terus mengaduk liang nikmat gadis berkacamata itu.
Kamera kembali gelap untuk beberapa saat. Aku mengusap keringat dingin di dahi.
Layar monitorku menampakkan sesosok punggung mulus berkulit kuning langsat yang terguncang-guncang karena didorong dari belakang. Kamera itu berputar sesaat, menampakkan bahwa mobil masih berjalan di area perkotaan yang ramai. Masih di bangku belakang tempat Alya di setubuhi tadi. Kamera menyorot penis Jan yang sedang asyik menyodok vagina Alya dalam posisi doggy style. Pantat Alya yang mulus dan kencang menampar-nampar paha Jan saking kencangnya pompaan Jan.
“Ouughhhh! Aughhh!” terdengar suara geraman liar yang tak pernah kupikir akan kudengar dari gadis seperti Alya.
Sesaat kemudian tubuh Alya terlihat menegang, lalu sesaat mengejang diiringi geraman panjang sebelum akhirnya tubuh Alya ambruk. Tak kupercaya Alya begitu binalnya meraih orgasme saat bercinta di dalam mobil seperti itu. Jan mengarahkan kameranya mendekati wajah Alya, yang menengok ke kamera sambil tersenyum manis. Kulit wajahnya sudah memerah, tampak rona keletihan tapi ada juga rona kepuasan yang kutangkap di sana.
“Did you cum?”
Lagi-lagi Alya hanya mengangguk.
Kamera kembali gelap untuk beberapa saat. Aku membetulkan posisi dudukku.
Seperti sebelumnya kamera menyorot Alya dari belakang. Tapi sekarang Alya di posisi duduk dengan tubuh bugilnya menempel di pintu mobil. Mobil itu cukup tinggi dengan jendela besar. Aku tak tahu apakah mobil itu punya kaca film gelap. Bila tidak, orang di luar mobil bisa melihat wajah dan payudara Alya yang terguncang-guncang disetubuhi Jan dari belakang
Erangan Jan terdengar jelas yang disambut dengan desahan Alya. Kedua insan beda ras itu terus bercinta tak peduli situasi. Dorongan Jan ke tubuhnya membuat Alya semakin terdesak ke pintu. Payudaranya pasti menjeplak ke pintu, memberi tontonan gratis pada siapapun di luar. Dan benar saja, kamera lalu menyorot seorang pengemudi sepeda motor yang menunjuk-nunjuk ke arah mobil. Kudengar Jan malah tertawa-tawa melihatnya. Alya masih terus mendesah dan menggeram tak peduli.
Aku menghela nafas setelah menyadari aku menyaksikan teman sekolahku melakukan seks eksibisionis.
Di menit-menit terakhir kamera mulai tak fokus, berputar-putar sebelum akhirnya menyorot ke lantai. Tapi terdengar jelas pekikan histeris Alya dan racauan Jan. Sebelum akhirnya hening, hanya ada suara mobil dan deru nafas memburu.
Adegan terakhir adalah zoom in ke pantat Alya yang masih ditancap oleh batang Jan. Lalu Jan mencabut kejantanannya yang sudah lemas tapi mengkilat oleh cairan dari liang vagina Alya. Begitu lubang itu tak tersumpal lagi, tampak cairan putih kental mengalir dari sana. Kamera beralih ke wajah Alya, yang menengok kebelakang sambil tersenyum nakal. Dan mereka kembali berciuman dengan penuh nafsu.
END VIDEO 4
Aku termenung selama beberapa menit. Menatap kosong ke arah monitor. Aku tak tahu harus berpikir apa. Kupikir aku mengenal mereka. Tapi aku benar-benar salah. Hanya tinggal Cinta yang tersisa. Dan masih ada video yang terakhir. Yang ini ukuran datanya paling besar.
Entah berapa lama aku termenung sebelum tanganku mengklik video yang terakhir.
START VIDEO 5
Wajah cantik Cinta adalah yang pertama kulihat di layar.
Oh tidak. No no no.
Sepertinya dia sedang berada di mobil, dari sabuk pengaman di dadanya. Tapi setidaknya dia masih mengenakan pakaian.
“Hello guys, ini Cinta. Sekarang kita mau ke klub **** nih” sapa Cinta ke kamera
Dia lalu mengarahkan kamera di tangannya ke samping, memperlihatkan Jan yang sedang mengemudi
“Hello” sapanya
Lalu kamera menyorot Bob di kursi belakang
“It’s gonna be wild, baby!” serunya sambil memberi salam tiga jari
Aku tak melihat ada orang lain. Hanya mereka bertiga. Seperti Alya sebelumnya. Membayangkan Cinta diperlakukan seperti Alya langsung membuat celanaku sempit.
Tapi kamera menjadi gelap sesaat setelah kembali menyorot wajah Cinta yang tersenyum manis. Dan begitu kamera kembali menyala, suara dentuman musik elektronik terdengar jelas sementara pemandangan khas diskotik tampak di layar. Mayoritas orang asing di sana, tapi aku tak melihat Cinta. Mungkin dia yang memegang kamera. Hanya kurang lebih semenit dan kamera kembali gelap.
Aku menghela nafas. Oke, Cinta ada di tempat publik sekarang. Tapi melihat pola video-video sebelumnya, rasanya aneh bila yang terakhir ini hanyalah video liburan biasa...
Layarku menampakkan Cinta duduk di sebuah sofa. Cinta sudah melepas cardigannya hingga tampak kaus tanpa lengan yang ketat membungkus tubuhnya. Botol-botol minuman keras terlihat di meja. Aku cemburu melihat Bob merangkul Cinta dengan mesra, mereka bercanda tawa dengan riang. Sayangnya aku tak bisa menangkap pembicaraan mereka karena dentuman musik menutupi suara mereka. Sesekali Cinta menengok ke kamera dan berbicara dengan Jan yang sepertinya memegang kamera. Mereka lalu melakukan toast dan minum sebelum kembali bercanda tawa. Melihat Cinta seperti ini saja hatiku sudah hancur. Tapi di lubuk terdalam masih ada konflik di hatiku, antara berharap dan tidak berharap Cinta melakukan kegilaan seperti teman-temannya di video yang lain.
Menit-menit berlalu dan Bob semakin berani. Tangannya yang merangkul Cinta mulai turun menggerayangi tubuh gadis itu. Cinta hanya tertawa-tawa dan menggelinjang saat Bob meremasi payudaranya. Ia tak melawan saat Bob meminta dicium. Dan mereka pun berpagutan mesra sementara tangan Bob semakin aktif merabai tubuh Cinta.
Aku semakin cemburu. Sekaligus juga penasaran. Tapi kamera kembali gelap untuk beberapa saat. Jantungku berdebar menantikan apa yang akan kulihat begitu kamera menyala kembali.
Tapi begitu gambar kembali muncul, yang kulihat adalah Cinta duduk di kursi bar. Tampak sedang asyik ngobrol dengan beberapa pria bule. Lalu cut ke adegan Cinta menari di lantai dansa, bersama bule-bule yang tadi. Entah siapa mereka dan entah siapa yang memegang kamera. Jan? Bob? Atau salah seorang dari bule tadi?
Beberapa menit setelahnya yang kulihat hanyalah potongan pemandangan di sekitar klub dan para bule yang berjoget sambil mabuk. Kolam renang dan area outdoor dari klub itu. Juga pemandangan pasangan-pasangan yang asyik memadu birahi tanpa peduli sekitar mereka. Tapi tak nampak Cinta di antara mereka. Dari suara orang yang memegang kamera, sepertinya itu bukan Cinta. Mungkin Jan. Ke mana Cinta? Apa ia sudah pulang?
Aku tak berminat melihat percintaan pasangan-pasangan bule yang terekam kamera. Mereka dengan cueknya bercinta di tempat terbuka di bawah pengaruh alkohol, disaksikan banyak orang yang menyoraki mereka. Kamera terus beralih dari satu pasangan ke pasangan yang lain. Aku merasa bosan, hingga akhirnya kamera menyorot ke pasangan berikutnya.
Wow, yang ini benar-benar nekad. Di atas sofa di area outdoor dekat kolam renang nampak seorang pria bule bertelanjang bulat menindih seorang wanita yang juga telanjang bulat. Yang lain sebelumnya paling sebatas rok tersingkap. Tak heran banyak orang yang berkumpul menonton sambil menyoraki. Apalagi si pria menggenjot lawan mainnya dengan ganas sehingga tubuh wanita dalam tindihannya itu terguncang-guncang pasrah. Apa mereka tidak malu bersetubuh tanpa busana sama sekali seperti itu di tempat umum? Pasti pengaruh alkohol, pikirku. Dasar bule-bule gila.
“Fuck her! Fuck her hard!” sorakan penonton mengiringi dentuman musik elektronik
Penonton semakin riuh ketika dengan jelas si wanita terlihat mengejang hebat. Kakinya menendang-nendang tanpa kendali, sepertinya orgasmenya begitu dahsyat. Bila tidak teredam suara musik mungkin jeritan kenikmatannya bisa kudengar. Tapi si bule masih terus menerus memompa si wanita tanpa henti, tanpa ampun. Berapa menit, aku tak menghitung. Yang jelas si wanita klimaks setidaknya satu kali lagi dan penonton pun semakin ramai.
“Grrraahh!” si bule menggeram sebelum mencabut penisnya dengan sekali sentak dan langsung menjejalkannya ke
mulut si wanita. Penonton bersorak ramai. Semakin ramai ketika salah seorang pria bule di antara penonton melepasi pakaiannya hingga bugil. Dia lalu mendekati si bule yang pertama yang tampaknya sudah selesai ejakulasi di mulut si wanita. Dengan santai dia pergi meninggalkan pasangan mainnya tadi tergeletak begitu saja telanjang bulat di bawah tatapan para penonton, siap disantap bule nomor 2.
Lepas dari tindihan si bule bisa kulihat wanita tak punya malu itu sepertinya gadis lokal, bukan bule. Dari warna kulitnya dan juga rambut hitam panjangnya. Sayangnya wajahnya tak terlihat jelas. Dan si bule nomor 2 memposisikan tubuh wanita itu di posisi doggy style membelakangi kamera. Penonton bersorak ketika dua insan beda ras itu mulai bercinta di bawah langit malam disaksikan banyak pasang mata. Tanpa malu si wanita mengarahkan tangan si bule untuk meremasi payudaranya yang menggelantung bebas. Si bule pun memompa liang vagina lawan mainnya dari belakang dengan kasar. Kamera terus merekam pemandangan layaknya sepasang anjing sedang kawin itu untuk beberapa saat.
“Hey Jan!” Bob tiba-tiba muncul depan kamera membuatku kaget
“Where is she?” tanyanya setengah berteriak untuk mengimbangi suara musik
“Cinta? She’s over there!” jawab Jan, juga setengah berteriak
“That’s her?” Bob menengok ke arah pasangan tak tahu malu itu “Holy shit!”
Seketika duniaku serasa terhenti.
Tunggu.
Wanita itu, yang tanpa malu bercinta, bersetubuh tanpa busana hingga klimaks di depan orang banyak itu...Cinta?
Tidak, tidak, tidak! Tidak mungkin! TIDAK!
“Let’s get closer” seru Jan sebelum kamera mulai bergerak-gerak dan tidak fokus. Nampaknya mereka menerobos
kumpulan orang yang menonton pertunjukan mesum itu. Hingga akhirnya kamera fokus kembali.
“Hey Cinta, over here”
Dan Cinta yang sedang menungging dan terhentak-hentak memandang ke arah kamera dengan mata sayu. Entah mabuk alkohol atau mabuk birahi. Cinta tersenyum dan melambaikan sebelah tangannya ke kamera. Jan rupanya cukup dekat dengan Cinta, hingga desahan erotis Cinta bisa terdengar diantara suara musik dan riuh-rendah penonton. Jan memfokuskan kamera ke wajah Cinta yang terus mendongak, mulutnya setengah membuka mengeluarkan desahan dan erangan seiring genjotan si bule di lubang vaginanya. Sesekali payudaranya yang bergoyang diremas kencang oleh si bule.
“Oh fuck! Fuck me! Aaahh!” erang Cinta dengan mata terpejam
“Cum! Cum! Cum!” teriak para penonton
Terbakar sorakan penonton, si bule semakin beringas mengaduk-aduk liang nikmat Cinta. Dari depan tubuh bugil Cinta terguncang-guncang hebat seperti tersengat listrik. Erangannya semakin intens hingga akhirnya kudengar jerit histeris dari mulut Cinta yang terbuka lebar. Di saat bersamaan kudengar si bule juga memekik keras dan menghentikan gerakannya. Cinta mendongak tinggi hingga urat-urat di lehernya yang menegang tampak jelas olehku. Hingga tubuh yang tegang itu melemas, dan ambruk saat si bule melepas batangnya dari lubang Cinta.
"Did he cum inside?” tanya Jan, yang dijawab anggukan lemah Cinta.
Dan itu bukan adegan terakhir. Kamera terus merekam, tidak kontinyu memang. Sesekali kamera gelap, kemudian menyala lagi. Berkali-kali. Tapi semua adegannya sama. Cinta, di sofa itu, ditonton banyak orang, digarap habis-habisan oleh banyak pria. Entah berapa banyak. Bule, kulit hitam, lokal. Entah berapa lama. Berjam-jam mungkin.
Aku sudah tidak peduli lagi. Stok emosiku sudah habis. Kegilaan apapun yang nampak di layar, aku hanya memandang dengan tatapan kosong. Kulihat Cinta bergerak liar di atas tubuh seorang pria lokal sementara pria lain mencekoki mulutnya dengan minuman keras. Di adegan lain seorang pria kulit hitam bertubuh kekar menggendong Cinta dan menggenjotnya sambil berdiri. Tubuh semampai Cinta pun seperti boneka saja di tangannya. Ada juga adegan Cinta menghisap dua penis di kanan kirinya bergantian sebelum keduanya menyemburkan cairan kelelakian di wajah Cinta. Adegan berganti ke Cinta yang tampak sedang meminum cairan putih kental dari gelas cocktail diiring sorakan penonton. Lalu beralih lagi ke adegan Cinta disetubuhi oleh entah orang keberapa. Berbagai posisi, berbagai variasi.
Pemandangan ini jauh lebih liar dari film porno yang pernah kutonton. Terlebih lagi pemerannya adalah orang yang kukenal. Tidak, mungkin Cinta lebih dari sekedar ‘kenalan’ atau ‘teman’ bagiku. Tapi yang kurasakan sekarang, menyaksikan Cinta seperti ini, hanyalah hampa. Celanaku bahkan tidak terasa ketat lagi.
Layar kosong untuk beberapa saat. Ketika muncul gambar kembali, tak terdengar dentuman musik elektronik yang mendominasi adegan-adegan sebelumnya. Sunyi. Perlahan kamera menyorot sofa yang sama dengan sebelumnya. Sepasang kaki berkulit mulus tampak mengangkang, kamera terus bergerak hingga ke pangkal dari kedua kaki itu.
“Holy hell” terdengar suara Jan “This is...”
Tampaknya dia sama speechlessnya denganku. Dari belahan bibir vagina Cinta, cairan putih kental menggumpal dalam jumlah banyak. Area selangkangannya tampak memerah setelah dipakai habis-habisan. Kamera bergerak lagi, dan kulihat dada Cinta penuh bekas cupangan. Payudara indahnya juga memerah karena terus diremas. Ada juga percikan cairan kental menghiasi dadanya, selain keringat tentunya. Dada Cinta naik turun dengan ritme halus seperti sedang tidur. Atau pingsan? Kamera terus bergerak, memperlihatkan bekas cupangan di leher jenjang Cinta. Hingga akhirnya kulihat wajah Cinta yang terlelap. Matanya terpejam, rona letih terpancar dari wajahnya. Tapi bibirnya seolah menyunggingkan senyum kepuasan. Puas, walaupun rambut panjang hitamnya acak-acakan dan wajah cantiknya blepotan cairan yang tak sepantasnya ada di sana.
“Cinta, wake up darling” Jan menepuk pelan pipi Cinta
“C’mon, let’s go home. It’s closing time” ujarnya pelan saat Cinta terbangun
Cinta menggeleng lemah, dan di sanalah video berhenti.
END VIDEO 5
Layar monitorku sudah kosong sekarang. Tak ada apa-apa lagi di sana sekarang.
Tapi aku terus menatapnya tanpa berkedip. Layar itu kosong, sama seperti perasaanku saat ini.
Entah apa yang harus kurasakan, atau kulakukan.
***
Beberapa hari kemudian.
“Anu...Ini mau ngasih bahan buat mading”
“Ya udah siniin. Lo pergi dulu sana, kita mau rapat penting”
“Eh Karmen bentar, denger-denger kalian pas liburan kemarin ke Bali ya?”
“Iya, trus?” kulihat jelas air muka Karmen berubah mendengar pertanyaanku
“Kapan-kapan kalo ke sana lagi, ajak gue dong hehe” jawabku sambil nyengir
“Huu, ngarep!”
Karmen menutup pintu, meninggalkanku nyengir sendirian di depan pintu ruang redaksi mading. Sebelum berlalu sambil senyum-senyum sendiri.
Aku sebelumnya diam-diam mengembalikan CD itu ke tempatnya semula. Aku pun tidak membuat copy dari isi video itu. Biarlah rahasia mereka tetap rahasia. Dan rahasiaku bahwa aku tahu rahasia mereka, biarlah tetap rahasia juga.
Njelimet ya?
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar