Apa kabar kawan, apakah waktu telah telah membuatmu menjadi semakin tawar atau justru malah semakin…
Dengan sekali teguk, isi dalam gelas kecil tersebut telah berpindah sepenuhnya ke dalam lambungku. Ah, ternyata rasanya masih sama seperti dulu, pahit tak ada enak-enaknya sama sekali, tetapi anehnya justru rasa pahit ini yang semakin membuat orang susah lepas. Dan dalam tempo setengah jam, gelas kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam saling bersusulan masuk ke perutku.
Tapi rasa pahit ini mulai mempengaruhi pikiran dan membuat bayangan percakapan malam itu terputar kembali, percakapan yang merubah hubunganku dengan Cinta, untuk selamanya.
Itu adalah malam terburuk yang pernah aku alami. Cinta lebih memilih Rangga dan membatalkan pertunangan serta pernikahan kami yang tinggal 2 bulan lagi.
BANGSAT! Meskipun kejadian itu sudah 2 bulan berlalu, tetapi masih tetap menghantui pikiranku. Dan tentu menghancurkan perasaanku, kehancuran yang susah dijelaskan.
Amarah menggelegak hebat dalam diriku. Saat aku hendak memesan gelas ketujuh, iPhone di saku celana kananku bergetar-getar.
Ada panggilan masuk.
Aku sedang tidak berminat untuk berbicara dengan siapapun. Tetapi aku baru ingat, aku sedang menunggu kabar dari seseorang.
Segera ku ambil handphone di saku celana, kulihat ID penelpon, ah ternyata benar, ini telepon yang aku tunggu sejak tadi malam.
“Halo Anton.”
“Halo bos, saya ada kabar baik tentang keberadaan Jonathan.”
“Jelaskan sekarang.”
“Lokasi keberadaan Jonathan Budi yang memiliki nama asli Rio Prayoga sudah kami ketahui. Si bangsat ini sekarang bersembunyi di kota Batam. Sudah beberapa hari ini saya mengikutinya terus bos. Ini saya berada di depan rumahnya. Dia tinggal bersama dengan seorang wanita.”
“Siapa yang wanita bersamanya?Istrinya?”
“Bukan istrinya bos. Istrinya orang Bandung, tetapi lama tinggal di Jakarta. Kalau yang di Batam ini setelah saya cari tahu adalah wanita simpanannya. Namanya Erna.”
“Dasar bajingan. Loe jangan mengambil tindakan apapun, tetap awasin dia, jangan sampai dia curiga Biar gue pikirin dulu sebaiknya bajingan itu mau gue apain. Besok gue telepon lagi.”
“Semakin cepat bos ambil keputusan semakin baik, karena gelagat dari Rio, dia sedang bersiap untuk melarikan diri bersama Erna ke luar negeri dalam waktu dekat.”
“Oke..Loe tenang aja. Oh iya ton, satu lagi. Loe tahu siapa nama istri Rio di Jakarta?”
“Tahu bos. Namanya Karmen Adisti.”
Hah, Karmen? aku yang awalnya sudah mulai pusing, langsung tersadar mendengar nama istri Rio. Namanya seperti nama salah satu sahabat Cinta. Tapi aku tidak tahu nama lengkap Karmen.
Aku penasaran.
“Ton, Loe punya biodata, foto dan alamat tempat tinggal Karmen?”
“Ada bos.”
“Kirimin itu semua ke e-mail gue sekarang.”
“Oke bos.”
KLIK.
Telepon kututup.
Sambil menunggu e-mail dari Anton, aku baru sadar aku masih memakai jas dan dasi lengkap. Lalu dasi aku longgarkan tanpa melepasnya sementara jas kulepas lalu kusampirkan di belakang kursi yang aku duduki sekarang.
Sejak Cinta memutuskan untuk membatalkan pernikahan kami, aku menenggelamkan diriku kepada pekerjaan. Pekerjaan menjadi satu-satunya pelarianku untuk melupakan rasa sakit dihatiku. Semakin lama aku mulai tidak peduli dengan penampilanku. Tubuhku yang dulu bagus dan atletis kini semakin menggemuk karena pola hidup dan pola makanku yang tidak beraturan. Kumis dan jenggot lebat mulai menghiasi wajahku, menambah kesan seram penampilanku. Berita bahwa pernikahanku dengan Cinta yang urung digelar, membuat orang-orang bahkan orangtuaku ikut sedih mendengarnya. Jadi ketika mereka melihat perubahan penampilan dan sikap dalam diriku yang sangat drastis, membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Senyum yang biasanya tersungging kepada siapapun yang aku temui di kantor, perlahan tersembunyi bahkan telah menghilang dibalik penampilanku yang baru. Kini semua orang takut berjumpa denganku, karena selain penampilanku yang berubah, aku kembali menjadi orang yang pemarah bahkan jauh lebih pemarah daripada aku yang dulu.
Saat putus dari Cinta aku sempat langsung ingin mabuk-mabukan teler tetapi aku masih bisa menahan diri. Aku sudah bersumpah di depan kedua orangtuaku bahwa aku tidak akan minum minuman beralkohol lagi. Sampai kemarin aku masih kuat untuk tidak mulai minum alkohol lagi, tidak memakai drugs bahkan aku sudah tidak bernafsu untuk sekedar bercinta dengan wanita manapun. Fokusku hanya bekerja dan bekerja.
Bahkan saat 2 minggu lalu, saat aku sadar bahwa aku telah ditipu rekan kerjaku sampai merugi 4 milyar, aku masih bisa mengendalikan diri, tetap tenang untuk tidak menyentuh alkohol. Tetapi pertahananku jebol juga ketika tadi malam di saat aku sedang sendirian bekerja lembur sampai larut malam di kantor seperti biasa, secara tidak sengaja aku melihat tanggal di kalender di mejaku.
Ada lingkaran merah mengelilinginya. Berbentuk hati. Aku ingat aku yang melingkari tanggal tersebut 3 bulan lalu. Tanpa aku sadari, besok ternyata adalah hari dan tanggal dimana akad nikah dan resepsi pernikahanku dengan Cinta seharusnya berlangsung. Aku langsung melempar kalender tersebut ke pojok ruangan. Rasa amarahku perlahan berganti dengan perasaan sedih luar biasa.
“Cinta….kenapa….kenapa kamu….” Sambil terisak aku menyebut nama Cinta.
Aku tidak kuasa lagi menahan godaan untuk kembali menyentuh alkohol.
Dan disinilah aku sekarang, seorang laki-laki gemuk dengan penampilan awut-awutan mabuk-mabukkan sendirian di sebuah bar sambil ditemani musik-musik instrumental. Musik yang sangat cocok di dengarkan oleh orang sepertiku yang sedang meratapi nasib setelah secara terus-menerus merasakan pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang aku percaya.
Setelah Cinta, ternyata Jonathan alias Rio, berhasil menipuku dan membuatku kehilangan uang sebesar 4 milyar. Uang yang awalnya ingin aku investasikan untuk development start-up yang aku rintis, raib karena aku tertipu oleh Jonathan Budi yang mengaku sebagai IT Consultant. Aku tidak curiga karena nama Jonathan Budi muncul setelah mendapat rekomendasi dari Fadli, salah satu teman baikku semasa kuliah yang kini bekerja di sebuah perusahaan IT terkenal. Setelah beberapa kali bertemu langsung dengan Jonathan, aku menilai Jonathan terlihat sangat menguasai bidang IT khususnya dalam bidang start-up dan tahu apa kemauanku. Setelah perjanjian kami deal, ia lalu menunjukkan beberapa tahap dalam development dimana beberapa tahap tersebut membutuhkan biaya dengan total 4 milyar. Dengan sangat meyakinkan, ia hanya memintaku untuk menyediakan biaya yang dibutuhkan lalu aku cukup duduk manis. Biar dia dan timnya yang akan bekerja keras mewujudkan ide-ideku. 1 bulan pertama semuanya berjalan baik, dia rajin memberikan laporan progress di saat aku sedang sibuk di perusahaan ekspor-impor milik ayahku dimana aku menjabat sebagai GM .
Tetapi beberapa saat kemudian Jonathan mulai jarang menghubungiku dan susah untuk dikontak maupun di temui. Bahkan saat aku datang ke kantornya, kantornya kosong melompong. Kemudian dari pemilik ruko aku mendapat info bahwa Jonathan memang hanya menyewa ruko selama 2 bulan lalu menghilang begitu saja. Aku lalu meminta Anton, salah satu kenalanku yang mempunyai banyak kenalan di dunia hitam untuk menyelidiki keberadaan Jonathan dan juga mencari tahu hubungan Fadli dengan Jonathan, karena ialah yang merekomendasikan Jonathan Budi kepadaku.
Dan beberapa hari lalu Anton memberikanku kabar buruk yang semakin membuatku susah untuk mempercayai siapapun lagi. Fadli yang merekomendasikan Jonathan kepadaku ternyata adalah kaki-tangan dari Jonathan. Sementara keberadaan Jonathan sendiri masih misterius.
3 pengkhianatan sekaligus menimpaku dalam waktu yang hampir bersamaan. 3 orang yang sangat aku percaya, Cinta, Jonathan dan Fadli. Mereka bertiga seolah-olah kompak dan serempak menikam diriku dari belakang. Ketika Anton bertanya kepadaku, Fadli mau diapakan, tanpa pikir panjang aku langsung meminta Anton untuk menculik Fadli lalu menginterogasinya. Setelah Fadli mau buka mulut memberitahukan dimana keberadaan Jonathan, aku memberikan 1 instruksi kepada Anton perihal Fadli.
“Tebas kedua pangkal kaki, lalu kedua tangannya sampai ia buntung. Lalu perlahan loe mutilasi Fadli dalam keadaan hidup-hidup sampai dia mati merasakan sakit tubuhnya dipotong-potong secara perlahan-lahan. Jangan berikan kematian yang mudah kepada seorang pengkhianat. Selesai loe mutilasi, sisa-sisa tubuhnya loe buang jauh-jauh di tengah laut. 50 juta udah gue kirim ke rekening loe.”
Sebuah instruksi yang membuat siapapun ngeri untuk melakukannya, tetapi bagi Anton, mantan residivis yang aku kenal karena pergaulanku dulu di dunia hitam, itu adalah perintah yang bisa ia laksanakan dengan mudah.
TING.
iPhone yang aku letakkan di atas meja, berbunyi, pertanda ada e-mail masuk. E-mail dari Anton. E-mail tersebut berisi attachment. Setelah aku download, segera kubuka folder yang berisi 2 file. 1 file berformat Microsoft Word aku buka terlebih dahulu dan berisi informasi yang sangat banyak dan lengkap tentang Karmen. Aku melihat alamat tempat tinggal orang tua Karmen di Bandung lalu melihat alamat rumah Karmen di Jakarta. Lalu disitu juga tertulis Karmen adalah lulusan SMA yang sama dengan Cinta bahkan seangkatan. 90% aku semakin yakin bahwa Karmen, istri dari Jonathan adalah Karmen yang juga teman dekat Cinta. Bahkan ada rincian kegiatan yang biasa dilakukan oleh Karmen sehari-hari. Aku seperti membaca CV lengkap seorang Karmen. Aku kagum dengan cara Anton menyelidiki seorang target. Dan kini aku saatnya membuka foto Karmen, dan ketika foto tersebut terbuka, aku tersenyum. 100% aku yakin bahwa ini adalah Karmen, teman Cinta sekaligus istri dari Jonathan Budi alias Rio Prayoga.
Karmen Adisti
Karmen…Selain kamu menjadi orang yang mempertemukan kembali Cinta dengan Rangga di Jogja, membuat pernikahan kami batal. Ternyata suami kamu juga telah menipuku mentah-mentah. Karmen kamu adalah orang yang paling bertanggung-jawab dengan kejadian-kejadian buruk yang terus menimpaku. Istri dari seorang pengkhianat juga harus menerima hukuman yang sama layaknya diterima oleh pengkhianat.
Tiba-tiba entah darimana datangnya, aku merasakan ada semacam tiupan di telinga kananku, bahkan sampai-sampai membuat bulu kudukku berdiri merinding. Secara reflek, aku menoleh ke kanan hingga belakangku. Tidak ada siapa-siapa di belakangku karena aku duduk di meja bar paling ujung berbatasan dengan dinding. Bahkan meja dibelakangku kosong tidak ada orang. Malam ini bar memang terlihat lebih sepi. Hanya ada beberapa orang. Itupun mereka berada cukup jauh dariku. Sementara si bartender juga tidak terlihat entah dimana. Aku yang cukup sibuk dengan pikirankku sendiri membuatku tidak memperhatikan orang –orang disekitarku.
“Masak di bar seperti ini ada……..ah mana ada.” Pikirku. Aku melihat jam di iPhoneku, pukul 2.12 dini hari.
“Anda mau tambah minuman lagi?”
“ANJINGG !”
Aku yang sedang menunduk melihat iPhoneku, terperanjat kaget sampai kata makian keluar dari mulutku, ketika tiba-tiba dari balik meja bar, muncul seorang bartender dan tiba-tiba bertanya.
“Setannn, loe bikin gue kaget.!”kataku kepada si bartender.
Si bartender terus menatapku dan tanpa tersenyum, dia kembali bertanya hal yang sama.
“Anda mau tambah minuman lagi? ”
“Iya..isi lagi gelasku…hey..heyy…minuman apa yang loe tuang ini?! gue maunya Jim Beam Black Bourbon.” Kataku kepada si bartender saat menuangkan botol entah merk apa yang berisi cairan berwarna kemerahan yang kini memenuhi gelasku.
Saat menuangkan botolnya ke gelasku, aku melihat tangan si bartender terjulur terlihat kurus dan anehnya sambil menuangkan minuman ia sambil menatapku. Aku lalu membalas tatapan dari si bartender ini, tampaknya si bartender ini berbeda dengan tadi yang melayaniku. Si bartender ini memiliki ekspresi wajah yang dingin bahkan putih pucat dengan bentuk wajah yang kotak dengan rambut tipis disisir menyamping. Yang membuat penampilan bartender tersebut semakin aneh adalah kedua bola matanya. Kedua bola matanya memiliki warna yang tampak lebih hitam dan legam.
Setelah mengisi penuh gelasku, dia lalu berdiri membelakangiku, entah apa yang dia lakukan.
Aneh banget ini bartender, lalu aku memandang isi minuman dalam gelasku yang nampak kemerahan. Sesaat aku ragu untuk meminumnya.
“Hey…awas kalau minuman yang loe isi ke gelas gue ini gak enak. Gue gak mau bayar !” Kataku kepada si bartender yang menjawab perkataanku pun tidak.
Dengan cepat aku lalu menghabiskan minuman tersebut dan ternyata rasanya….rasanya sangat berbeda. Aku sudah pernah mencoba berbagai merk minuman beralkohol tetapi aku belum pernah meminum minuman seenak ini. Rasanya susah untuk dijelaskan, tetapi efek dari minuman ini sungguh luar biasa. Aku yang tadinya mulai setengah mabuk, perlahan-lahan kesadaranku kembali sepenuhnya. Bahkan perasaanku yang sebelumnya sangat-sangat kacau tiba-tiba membaik. Aku merasakan kedamaian, aku seperti melayang.
Minuman apa ini?? Saat aku hendak bertanya kepada si bartender, aku merasa ada desakan di kantung kemihku. Nampaknya kantung kemihku sudah terisi penuh dan menuntut untuk segera dikeluarkan. Aku lalu menuju ke toilet untuk buang air kecil. Selesai buang air kecil, aku sempat untuk mencuci muka. Setelah kembali ke tempat dudukku, aku tidak melihat si bartender aneh tersebut. Malah aku melihat si bartender,yang sejak awal aku datang dia yang melayani minumanku, sedang mengelap meja bar.
“Dimana si kotak?” Tanyaku kepadanya lalu kembali duduk.
“Hah si kotak? “ jawabnya sambil memandangku heran.
“Iya, temanmu yang wajahnya kotak dan kurus. Tadi dia sempat mengisi gelas gue, minumannya enak banget. Makanya gue cari si kotak, gue mau nanya merk minuman tadi apa.”
“Maaf pak, saya tidak mengerti perkataan anda. Saya hari ini bertugas sendirian. Lagipula tidak ada teman saya sesama bartender yang memiliki ciri-ciri fisik yang seperti bapak sebutkan tadi. Bapak mungkin salah lihat.” Balasnya sopan sambil tetap mengelap meja.
Aku mengernyitkan dahi, tidak mungkin aku salah lihat. Aku yakin aku masih cukup sadar tadi. Tiba-tiba aku merasakan kantuk yang teramat sangat. Lalu aku menelungkupkan wajahku di atas meja beralaskan kedua lengan yang terlipat. Dan aku langsung jatuh tertidur.
“BALAS..BALAS SEMUA ORANG-ORANG YANG TELAH MENYAKITIMU, TRIAN. MEREKA HARUS MENDAPATKAN BALASAN YANG SETIMPAL ! BALAS PENGKHIANATAN MEREKA BERLIPAT-LIPAT LEBIH MENYAKITKAN ! JANGAN BIARKAN MEREKA BERSENANG-SENANG DI ATAS PENDERITAANMU..HUKUM MEREKA TRIAN. HUKUMMMMMMMM!”
Teriakan suara misterius tersebut di akhir kalimat membuatku terbangun kaget, keringat dingin mengucur deras dari dahiku. Mimpi macam apa itu tadi?mengerikan sekali. Aku bermimpi berada di sebuah tempat yang sangat gelap, bahkan pekat. Sampai-sampai kedua tanganku sendiri aku tidak bisa melihatnya. Lalu tiba-tiba aku mendengar suara misterius tersebut yang herannya masih bisa kuingat dengan jelas kata-katanya.
Siapapun yang mengatakan kata-kata tersebut, entah malaikat entah setan, dia benar. Aku harus membalas semua perbuatan mereka yang telah menyakitiku. Sambil memejamkan mata, aku kemudian mendengar ada suara misterius yang menuntun dan membantuku menyusun sebuah rencana. Sebuah rencana yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, kini sudah tersusun rapi di otakku. Aku terkekeh saat membayangkan hasil akhirnya nanti. Aku tidak sabar untuk segera melaksanakan rencana brilian ini!
Setelah membayar minumanku, dan herannya tetap saja dihitung enam gelas. Gelas ketujuh tidak pernah di anggap ada,. Ah ya sudahlah, pikirku. Kulihat jam di tangan kiriku, pukul 3 pagi. aku memutuskan untuk pulang ke rumah pribadiku. Setelah berada di dalam mobil, aku memikirkan kembali rencanaku.
Saatnya membuat gerakan pertama.
Aku segera menelpon Anton. Setelah terhubung dengannya, aku meminta tiga hal kepada Anton. Setelah kurang lebih 10 menit aku berbicara dengan Anton, aku kemudian menutup telepon. Karena aku mulai merasa mengantuk lagi, aku menyalakan radio di mobilku. Dan ketika radio menyala, terdengar intro dari sebuah lagu. Sebuah lagu yang cukup kencang untuk diputar di jam 3 pagi, menurutku. Kulihat layar radio tersebut menunjukkan channel 66.6 FM. Aku yang jarang mendengarkan radio, tidak tahu ini saluran radio apa. Lagu yang diputar ini juga aku tidak cukup familiar. Lalu ketika sampai di bagian reff, teriakan vokalisnya yang khas membuatku tahu ini lagu dari siapa. Ini suara serak dari Corey Taylor dan ini salah satu lagu dari Slipknot.
Step inside, see the devil in I
Too many times, we’ve let it come to this
Step inside, see the devil in I
You’ll realize I’m not your Devil
I’m not your Devil anymore
Too many times, we’ve let it come to this
Step inside, see the devil in I
You’ll realize I’m not your Devil
I’m not your Devil anymore
Sambil ditemani lagu yang lumayan membuatku terjaga, kulajukan mobil Mercy-ku menembus jalanan Jakarta yang lengang.
-0-0-0-0-0-
Setelah sampai di rumah pukul 3.44 pagi, aku langsung tertidur. Aku kemudian terbangun karena dering iPhoneku terus saja bergetar di saku celana. Kuraih ponselku dan kulihat ada nomer tidak dikenal yang menelponku. Saat aku hendak me-reject panggilan tersebut, aku teringat dengan percakapanku dengan Anton beberapa jam yang lalu. Aku memintanya untuk mengirimkan beberapa barang tepat pukul 8 pagi ke rumahku dan kulihat jam di iPhoneku menunjukkan pukul 8 pagi. Segera aku jawab telepon tersebut. Sang penelpon mengatakan dia Rudi dari Gojek sudah berada di pintu gerbang rumahku membawa paket kiriman kepada bapak Trian. Aku segera bangkit dan segera menuju ke pintu depan. Setelah menemui driver Gojek di depan pintu gerbang, dia memberikanku 1 kotak seukuran kotak sepatu yang dibungkus rapi dengan lakban berwarna coklat. Kutimang-timang kotak tersebut dan agak berat. Setelah memberikan driver tersebut uang tip 50.000 yang membuatnya senang, aku segera masuk ke dalam rumah dan membuka paket tersebut. Setelah aku buka, aku tersenyum puas karena isi kotak tersebut sesuai dengan yang aku minta. Selesai memindahkan isi kotak tersebut ke dalam tas ranselku, aku kemudian mandi dan sarapan. Tepat pukul 9 pagi, sambil menenteng ransel aku kemudian menuju mobilku. Aku membayangkan lagi susunan rencanaku.
Saatnya membuat gerakan kedua.
Sabtu pagi, jalanan Jakarta tidak terlalu ramai dan macet sehingga membuatku lancar sampai tujuanku. Di parkiran mobil yang berada di basement, aku melihat ada spot kosong tepat di belakang mobil Terios warna hitam dekat dengan tangga. Aku segera memarkirkan mobilku di belakangnya. Aku cek lagi nomor polisi mobil tersebut dan alangkah beruntungnya aku nomor polisi mobil tersebut sesuai dengan mobil milik targetku, Karmen. Kulihat jam tanganku, pukul 10.15 pagi. Seharusnya dia sudah selesai latihan yoga 15 menit lalu. Dan benar saja dari dalam mobilku yang memiliki kaca gelap sehingga tidak bisa dilihat dari luar, aku melihat Karmen menuruni tangga seorang diri. Sambil menenteng tas olahraga hitam, aku melihat Karmen mengenakan celana jeans dipotong pendek dan kaos tanktop abu-abu sepatu sporty, sementara rambut pendeknya yang keriting dikuncir ke belakang.
Untuk ukuran wanita, Karmen memiliki tubuh yang ideal dan tinggi, terlihat atletis malah. Jadi aku mesti hati-hati ketika aku menyergapnya nanti. Aku kemudian mengambil ransel yang aku taruh di kursi sebelahku dan mencari salah satu barang yang dikirim oleh Anton dan ketemu. Aku keluarkan sebotol kecil obat bius cair, kubuka tutupnya kemudian aku teteskan sedikit ke dalam sapu tangan yang aku pegang. Setelah aku rasa cukup untuk membuat Karmen pingsan kurang lebih 1 jam, aku menunggu saat yang tepat untuk menyergap Karmen.
Saat Karmen berada sisi kanan mobilnya, hendak membuka pintu mobil dengan posisi membelakangiku, dengan gerakan cepat aku keluar dari mobil dan langsung menyergapnya. Tangan kiriku memegang badannya dari belakang sementara tangan kananku membungkam mulut dan hidungnya dengan sapu tangan yang sudah aku beri obat bius. Karmen berusaha meronta, mendorong tubuhnya ke belakang, tetapi aku yang lebih tinggi daripada Karmen semakin mengeratkan sapu tanganku agar cepat ia hirup. Dan benar saja, perlawanan Karmen mulai mengendur. Aku lalu segera menyeret tubuh lemas Karmen masuk ke dalam mobilku. Aku baringkan Karmen yang sudah pingsan di kursi belakang. Setelah memasukkan Karmen ke dalam mobilku, aku mengambil tas dan kunci mobil Karmen yang terjatuh saat aku menyergapnya tadi. Aku taruh tas dan kunci mobil Karmen di bagasi mobil. Setelah memastikan keadaan masih aman, tidak ada orang. Aku kemudian masuk mobil memposisikan tubuh Karmen yang pingsan agar duduk bersender di jendela mobil tepat di belakangku agar saat aku keluar di pos parkir, petugas parkir tidak menaruh curiga. Beruntung, tanpa menaruh curiga petugas parkir membiarkanku lewat tanpa menyadari bahwa ada seorang wanita pingsan di belakangku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar