"Bagaimana perkembangannya, Clint?" tanya Romanoff melalui earset-nya. Ia dan seluruh tim Avengers yang lain masih berada di dekat Quinjet yang mendarat di tepian hutan, wilayah barat Sokovia.
"Sedikit lagi, Nat," lapor Clint Barton sambil mengarahkan warga tentang ke arah mana yang harus dituju.
"Sebaiknya kau harus segera menutup matamu, Clint," pesan Natasha sambil tersenyum simpul. "Kami tak ingin istrimu marah karena kau ikut serta pada 'pesta' yang kesekian kalinya ini."
"Begitukah?" Barton asal jawab. "Baiklah, Nat. Aku juga tidak ingin melihat pahlawan-pahlawan super Bumi melakukan hal gila yang di luar logikaku. Itu mengusik ketenanganku."
"Dimengerti...," balas Natasha, berguyon.
"Thor di mana?" tanya Kapten Rogers yang sudah lengkap dengan helm pelindung kepala bertuliskan huruf "A".
"Mungkin dia sedang minum-minum dulu di atas sana," gurau Tony Stark dari balik baju besinya.
"Hei, Tony!" tegur Banner dari pintu Quinjet yang terbuka. "Bagaimana dengan bagianku? Apakah aku hanya menunggu di sini terus?"
"Ada apa, Bruce? Kau ingin menghancurkan kota?" sindir Stark.
"Kupikir ada yang bisa kulakukan selain duduk diam," timpal Banner.
"Ya. Kau memang hanya harus duduk diam, Banner," kata Stark. "Ingat bahwa kami hanya membutuhkanmu, bukan lelaki 'yang satunya'."
Banner mengangguk mafhum. "Baiklah kalau begitu."
"Hei, ada satu pertanyaan yang belum terjawab," sela Kapten Rogers. "Dari sekian banyak negara di dunia ini, kenapa makhluk itu memilih Sokovia?"
"Aku tidak tahu pasti, Kapten," jawab Tony. "Tapi kurasa dia sedang mencari manusia hasil eksperimen Strucker."
"Eksperimen manusia Strucker?" Natasha mengernyit. "Bukankah semua percobaannya gagal?"
"Tidak, Romanoff," sangkal Stark. "Aku sempat bertemu mereka di lab Strucker. Mereka bisa saja membunuhku saat itu, namun entah kenapa mereka malah membiarkanku hidup."
"Kenapa mereka menyerangmu?" tanya Kapten Rogers.
"Aku sudah mencari informasi tentang mereka. Yang satu bernama Pietro Maximoff dan yang satu lagi Wanda Maximoff," papar Stark. "Mereka adalah korban dari negara-negara tetangga Sokovia yang selalu bergejolak. Saat umur mereka masih 10 tahun, apartemen yang mereka tinggali terkena bom, dan bom itu tampaknya diproduksi oleh perusahaanku. Mungkin itulah penyebab mereka sangat marah padaku."
"Jadi... mereka bersaudara?" usut Kapten Rogers.
"Secara teknis, kembar," ujar Tony.
"Lalu, bagaimana kau bisa tahu kalau makhluk itu sedang mencari mereka?" Natasha menyelidik.
"Sewaktu makhluk itu akan pergi dari lab-ku, dia bilang hendak mengunjungi seseorang dulu untuk melancarkan misinya," beber Stark. "Sepertinya dia tahu bahwa kekuatannya telah dibagikan kepada orang lain."
"Menurutmu, apa tujuannya?" tanya Kapten Amerika.
"Aku hanya mendapatkan dua kesimpulan, Kapten," tandas Stark. "Kemungkinan pertama adalah makhluk itu ingin mengajak Si Kembar bergabung bersamanya, dan kemungkinan kedua adalah dia hendak membunuh Si Kembar karena mereka bisa menjadi penghalang baginya."
Kapten Rogers menghela napas berat. "Menurut firasatku, dia akan..."
"Membunuh mereka...," susul Stark. "Kau benar, Kap. Kurasa serangan seks yang terjadi di wilayah ini hanyalah sebuah pancingan agar Si Kembar keluar dari persembunyiannya."
"Ini benar-benar tugas berat, ya," ujar Natasha.
"Kau menyindirku, Romanoff?" celetuk Kapten Rogers. "Sejauh yang kutahu, akulah yang dihadapkan pada tugas berat pada saat ini."
Tony Stark terkekeh. "Berusahalah, Kap. Kau harus memuaskan seorang wanita Mutan dengan hasrat seks tertinggi di dunia."
"Seluruh warga sudah berhasil dievakuasi...," lapor James Rhodes. Helm baju War Machine-nya terbuka. Ia sudah berkumpul kembali bersama Agen Hill dan Clint Barton.
"Ada tanda-tanda makhluk itu?" balas Natasha.
"Negatif...," ucap Rhodes sambil melihat sisa-sisa penduduk yang sudah memasuki perimeter aman.
"Dimengerti," pungkas Natasha. "Ayo, anak-anak, kita basmi pelacur itu."
"Ucapanmu, Romanoff," Kapten Rogers mengingatkan.
"Maaf, Kap," balas Natasha dengan senyum simpul.
Sang Iron Man mengangkat dua koper hitam panjang, menatap ke depan.
***
"Ada tanda-tanda kehidupan, Jarvis?" tanya Tony Stark.
"Tidak ada, Pak," sahut J.A.R.V.I.S. dari dalam baju besi Tony.
"Pindai terus, sobat."
"Ya, Pak."
Kapten Amerika, Iron Man, dan Black Widow menyusuri bangunan-bangunan kosong yang sudah ditinggalkan para penduduk. Mereka melihat ke kanan dan ke kiri, mendongak, dan melihat ke belakang seakan mengawasi sesuatu yang mungkin sedang mengintai.
"Cukup membosankan juga berjalan seperti ini," ujar Tony.
"Kita tak punya pilihan, Tony. Makhluk itu bisa ada di mana saja," kata Kapten Rogers.
Hari sudah hampir sore saat mereka mendekat ke sebuah area yang cukup lapang. Ada taman-taman bunga dan lampu-lampu hiasan. Bangunan-bangunan tinggi yang ada di sekeliling area itu senyap, tidak ada bunyi apa pun selain suara air mancur buatan yang ada di tengah tempat lapang itu. Mata mereka melihat ke segala arah sebelum sesuatu mendadak muncul di dekat mereka.
Sebuah sinar pelangi menghunjam vertikal ke atas tanah, mendatangkan sosok berjubah merah. Thor tiba di sana dengan Mjolnir dalam genggaman. Namun, ada yang berbeda di tangan kanannya itu. Putra Odin memakai sebuah sarung tangan emas sedalam setengah hasta lebih yang di bagian punggung telapaknya ada lubang-lubang kecil.
"Lama sekali, Thor? Apa kau tertidur?" sambut Kapten Rogers.
"Butuh waktu lama untuk meyakinkan Ayahku," jawab Thor.
"Itukah benda yang kau maksud?" tanya Natasha.
"Ya," sahut Thor. "Ini adalah Infinity Gauntlet, wadah untuk menampung batu itu."
"Syukurlah kau datang, karena kita tampaknya harus menunggu bersama-sama di sini," ujar Stark, menatap ke sekeliling yang seakan kosong melompong.
Namun, belum lama mereka mengobrol, sesuatu terdeteksi di layar antar-muka di dalam baju besi Stark.
"Ada yang sedang mendekat, Pak. Arah jam 12," J.A.R.V.I.S. melapor tiba-tiba.
Tony nanap, terkejut karena sebelumnya tidak ada objek yang terdeteksi sama sekali. "Bersiaplah, kawan-kawan. Dia datang," ucap Tony sembari meletakkan koper panjangnya.
"Apa?!" Kapten Amerika langsung pasang kuda-kuda, menganjurkan tameng Vibraniumnya di depan dada.
Thor mengangkat Mjolnir, siap dilemparkan. Sementara Natasha menggenggam pistolnya dengan dua tangan.
Cukup jauh di seberang, dari dalam gedung kosong, keluarlah seorang wanita, makhluk yang mereka cari-cari. Wanita itu tiba-tiba melayang, mendekat. Dalam sekejap, makhluk itu sudah ada di depan Iron Man dan kawan-kawan.
"Inikah makhluk yang kau katakan itu, Tony?" tanya Kapten Amerika, cengar-cengir. "Dia kelihatan..."
"Cantik...," sambung Thor, sumringah.
"Berhati-hatilah, kawan-kawan. Dia itu berbahaya," ujar Natasha.
Kapten Rogers menoleh ke sebelahnya. "Kau cemburu karena dia lebih cantik darimu?"
Romanoff menaikkan sebelah alisnya, melirik, tersenyum tipis. "Jika kau mengatakannya lagi, aku bersumpah akan menembakmu, Kap."
Kapten Rogers tak menggubris Natasha. Ia tetap asyik memandangi pemandangan indah di depannya.
Wanita ciptaan Stark itu memang luar biasa. Kemolekan badannya yang sintal dan padat itu dilapisi oleh sebuah kaus tanpa lengan berwarna putih yang bagian dadanya begitu rendah, menampakkan keindahan payudara besarnya. Sementara itu, di bagian bawah tubuhnya ia memakai hotpants ketat berbahan denim yang ukurannya hanya sampai di selangkangannya saja. Pahanya yang padat dan mulus itu pun jadi santapan mata yang menarik hingga ke betis bulir padinya yang diakhiri tanpa alas kaki. Rambut pirang panjang bergelombangnya tertiup angin, membawa anak-anak rambutnya menutupi sedikit wajah cantiknya. Sangat eksotis.
Namun, keindahan makhluk itu tampaknya tak cukup mempan pada Stark. Dia hanya memperhatikan batu kuning berkilauan yang ada di dahi wanita itu.
"Tunggulah, sayang. Aku akan mengeluarkanmu," bisik Tony.
"Aku baru saja melihat pelangi yang indah. Aku yakin kalau itu milik Thor," wanita itu menyapa, lemah lembut.
Tony dan kawan-kawan tak menjawab, hening.
"Apa kabar, Tony?" ucap makhluk itu lagi. "Kau sudah merindukanku?"
"Tidak! Oh... mmm... maksudku... ya!" Tony menjawab terbata-bata. "Di sini ada yang sangat ingin bercinta denganmu."
Kapten Amerika melirik Stark, lantas menatap kembali wanita di depannya.
"Apa maksudmu?" tanya wanita itu.
Tony mengarahkan jempolnya ke Kapten Rogers. "Kapten Rogers yang tampan ini ingin berhubungan seks denganmu."
Perempuan berambut pirang itu menatap Kapten Amerika. "Benarkah? Kau mau berhubungan seks denganku?"
"Oh... mm... ya, tentu!" balas Kapten Rogers, menelan ludah. "Kau mau, kan?"
Wanita itu pun tersenyum manis. "Kalau begitu, kemarilah," ucapnya sambil menggoyang-goyangkan telunjuknya dengan begitu menggoda, bermaksud mengajak.
Semua menoleh ke arah Kapten, mengangguk ringan.
Kapten Rogers menghela napas, lantas berjalan mendekati makhluk tersebut.
"Hei, bisakah kau tinggalkan tamengmu itu?" pinta wanita berparas cantik itu. "Perdamaian itu dengan cinta, bukan dengan senjata."
Kapten menengok ke belakang. Thor dan Natasha mengangguk.
"Oke," jawab Kapten seraya mencampakkan tamengnya ke arah Iron Man. Tony menangkapnya dengan sempurna.
Hanya sekejap Kapten Rogers berjalan, ia pun sampai di depan wanita itu. Makhluk ciptaan Stark tersebut langsung meraih tubuh Kapten, memeluknya di pinggangnya.
"Tony benar. Kau tampan," ujar perempuan itu. Tangannya meraba dada bidang Kapten Amerika, merasai tekstur bintang yang tercetak di kostum ketat Si Kesatria Bertameng.
"Mmm... kau ingin kita... berhubungan seks di sini?" tanya Kapten Rogers. Matanya melihat ke kanan dan ke kiri. Ada beberapa kursi panjang di sana.
"Tentu, sayang," kata wanita itu sambil membelai pipi Kapten Amerika. "Kita akan bersenang-senang."
Alangkah terkejutnya Kapten Rogers saat perempuan di hadapannya tiba-tiba menyeringai dengan mata menyorot tajam. Tangan makhluk itu dengan cepat mencekik dan mengangkat tubuh pria berkostum biru itu dengan mudahnya. Sebuah pukulan keras mendarat di perut Kapten Rogers dan dia pun terpelanting jauh demi menerima tendangan keras yang dengan cepat menghantam dadanya.
Tubuh pria berkostum biru itu langsung ditangkap Tony Stark. Ia meringis kesakitan.
"Bagaimana, Tony? Tipuan apa lagi yang ingin kau buat?" ucap wanita itu, tersenyum licik.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Stark.
"Kau pikir aku tidak tahu sarung tangan yang dipakai temanmu itu? Itu wadah untuk menampung batu di keningku ini, bukan?" Wanita itu membuka tirai rambut yang menutupi dahinya, menunjukkan batu kuning yang berkilauan.
"Ya, ini memang untuk itu...," ucap Thor yang tanpa ragu melontarkan Mjolnirnya ke arah musuh.
"Jangan...!" Teriak Tony.
Namun ternyata serangan Thor dapat dengan mudah dihindari oleh wanita itu. Ia mengelakkan tubuhnya, dan palu itu pun menghancurkan tugu tempat keluarnya air mancur. Thor tetap mengembangkan jemari tangannya, dan Mjolnir pun kembali ke dalam genggaman Putra Odin.
Tony membuka bagian wajah dari helm baju besinya. "Apa kau gila?! Pepper ada di dalam tubuhnya!" Protesnya.
"Apa lagi yang mau kau lakukan, Stark? Keadaan sudah berbalik!" balas Thor.
"Kita tidak bisa menyerangnya begitu saja!"
"Tapi kita tetap harus memisahkannya, bagaimanapun caranya!"
DORR...! DORR...! DORRR...!
Romanoff dengan ganas menembaki wanita itu. Tiga peluru ditembakkan beruntun.
Tony langsung menepis pistol Natasha hingga tercampak entah ke mana. "Apa yang kau lakukan?!" bentaknya.
"Tidak ada lagi yang bisa kau perbuat, Tony. Rencana 'B' harus segera dilakukan," tampik Romanoff.
"Tidak ada rencana 'B'...!" bantah Stark.
Tiba-tiba tangan Natasha terulur, menunjuk ke arah wanita yang ditembakinya. "Lihat itu."
Wanita itu tersenyum. Ia baik-baik saja, hanya pakaian putihnya yang tampak bolong di sana-sini karena tembakan.
Tony Stark tercengang.
"Cukup sudah, Tony!" seru Kapten Amerika seraya melemparkan tameng Vibraniumnya ke arah wanita itu. Sang Kapten juga segera berlari ke arahnya, bersiap melakukan serangan ganda.
Wanita itu menangkap dengan mudah tameng Kapten Rogers, lantas mengembalikannya lagi ke pemiliknya, meluncur kencang.
Kapten yang sedang berlari dengan sigap menghindari tamengnya sendiri. Larinya tak berhenti. Saat ia mencapai makhluk itu, pukulan demi pukulan pun dilancarkannya.
Pria berkostum ketat itu menyerang perut dan wajah wanita itu, namun ternyata lawannya tersebut bisa menghindar dan menangkis dengan mudah. Gerakannya tak kalah cepat dari Kapten Rogers.
Kapten menumpukan tangannya di tanah, lantas mencoba menyerang dengan tendangan. Tapi sayang, wanita itu menunduk menghindarinya. Posisi yang tak menguntungkan bagi Kapten pun membuatnya harus menerima tendangan wanita itu di perutnya. Kapten Rogers kembali terpental.
Hanya sedetik setelah itu, kilat tiba-tiba datang. Mjolnir Thor mengumpulkan tenaga petir sebanyak-banyaknya.
"Tidak...!" seru Stark. Topeng besinya tertutup, lantas terbang dengan cepat ke wanita itu.
Thor tidak ragu sedikit pun. Ia mengarahkan petir yang dikumpulkan palunya menuju sasaran.
Tony berdiri di depan makhluk ciptaannya, lantas membalas petir Thor dengan sinar repulsor dari kedua tangannya.
Duel tembakan besar pun tak terelakkan. Cahaya menyilaukan menerpa mata. Percikan-percikan energi petir Thor dan repulsor Stark yang terbias menyambar segalanya. Taman-taman bunga meledak, kursi-kursi panjang hancur, bahkan jalan-jalan kecil yang tadinya terlihat rapi jadi berlubang-lubang.
Saat Thor menarik palunya, Stark serentak menarik telapak tangannya. Asap dan debu bertebaran.
"Menyingkir, Stark!" teriak Thor berang.
"Tidak!" jawab Iron Man.
"Tony, menyingkirlah, atau kupanggil Bruce kemari," ancam Natasha.
Tony menoleh, melihat wanita di belakangnya yang tampak kalem. "Tidak, aku akan tetap di sini," sahutnya, menantang teman-temannya.
"Tony, apa kau sudah gila?!" ucap Kapten Rogers. Ia sudah berdiri kembali, lengkap dengan tamengnya.
Stark diam. Ia mengacungkan kedua tapak tangannya ke depan, bersiap menunggu serangan.
Natasha menghela napas. "Maafkan aku, Tony," katanya lirih. Tangannya menekan earset-nya. "Bruce... kode 'hijau'...."
Tony Stark tercengang di balik baju besinya. Ia tak menyangka Romanoff akan melakukannya. Namun ia tak punya pilihan. Tangannya tetap teracung.
"Hei, Tony! Wanita itu tersenyum mengejek di belakangmu!" ujar Kapten Amerika.
Stark menoleh ke belakang, melihat wanita itu diam saja, tidak tersenyum. "Dia tidak tersenyum, Kapten! Jangan mencoba mengalihkan perhatianku!"
"Aku tak akan berkata apa-apa lagi, Tony," pungkas Kapten Rogers.
Hanya hitungan detik setelah itu, dari kejauhan terdengar suara raungan dan gemuruh. Suaranya mendekat dengan cepat.
Tony Stark terbelalak ketika merasakan tanah yang diinjaknya bergetar-getar. Dari arah gedung sebelah kiri, makhluk hijau besar tiba-tiba muncul. Hulk menggeram keras.
"Bruce...," ucap Natasha.
Hulk menoleh.
"Serang wanita itu...," lanjutnya sambil menunjuk makhluk yang ada di belakang Tony.
Hulk meraung keras sebelum melompat dan mencoba menyerang wanita itu dengan beringas. Serangannya sangat cepat dan kuat sampai-sampai sinar repulsor Tony tak sanggup membendungnya.
Namun yang terjadi kemudian malah sangat mengejutkan. Makhluk yang justru hendak dilindungi Stark malah terbang dan maju ke depan. Ia melayang tepat ke kepala Hulk dan menyentuhkan jarinya di dahi makhluk besar berwarna hijau tersebut.
Bak kehilangan tenaga, Hulk langsung jatuh tersungkur. Ia mendengus-dengus dengan tubuhnya yang menegang. Wujud hijau dari makhluk raksasa itu mengecil dengan cepat. Hingga sesaat kemudian, yang ada di atas tanah hanyalah Bruce Banner yang mengejang-ngejang. Pinggulnya berkelejatan berkali-kali dengan noda basah yang ada di celana khususnya. Ia orgasme hebat.
Tony Stark sontak tertawa di dalam baju besinya.
Thor, Kapten Rogers, dan Natasha Romanoff tertegun melihatnya. Romanoff bahkan tak perlu 'ninabobo' untuk meredakan Hulk.
Banner menyerah. Ia tergeletak tak berdaya dengan sisa-sisa orgasmenya.
Tony rupanya terlalu senang hingga ia tak menyadari bahwa Thor sudah melancarkan serangannya yang berikutnya. Mjolnir dilepaskan dengan cepat dan berhasil menghantam bahu wanita itu. Makhluk ciptaan Stark itu pun terjatuh.
"Pepper...!" seru Tony panik.
Kapten Amerika berlari cepat ke arah wanita itu, hendak meringkusnya.
Tony yang melihat hal itu segera mengarahkan telapak tangannya ke Kapten Rogers. Tapi belum lagi sinar repulsornya benar-benar siap ditembakkan, Thor terbang bersama Mjolnirnya dan menghantam tubuh Stark. Mereka berdua terlontar membentur kolam air mancur. Seluruh air yang ada di dalam kolam itu tumpah berhamburan.
Saat Kapten Amerika sampai ke tempat wanita itu terjatuh, ia terhenti tiba-tiba. Makhluk seksi yang jatuh dalam keadaan telentang itu membuat nafsu Kapten Rogers naik perlahan-lahan. Ia tidak tahan melihat buah dada yang hanya dilapisi kaus bolong-bolong itu. Puting payudara wanita itu mengintip dari kaus itu, dan bagi Kapten Rogers yang punya metabolisme tubuh yang sangat tinggi, itu cukup membuatnya ereksi maksimal dalam hitungan detik.
Ketika Kapten Rogers hendak membuka ritsletingnya, ia dikejutkan oleh wanita itu yang tiba-tiba saja sudah berdiri tegak. Makhluk itu ternyata tak terluka sedikit pun. Dengan satu pukulan dahsyat, ia mencoba menyerang Kapten Amerika di perut, namun terblokir oleh tameng Vibranium.
Tak putus sampai di situ, serangan bertubi-tubi pun dilancarkan wanita itu. Ia sukses menghantam Kapten Amerika di wajah hingga empat kali, dan diakhiri dengan sekali tendangan. Lagi-lagi Kapten Rogers terpental, terseret-seret di atas tanah.
"Aakkhhh...," Kapten Amerika mengeluh dengan luka-luka di sekujur tubuhnya, tengkurap di atas tanah dengan tameng yang masih berada di tangannya.
"Kau tak apa-apa, Kap?" Romanoff menghampiri.
"Bagaimana menurutmu?" balas Kapten Rogers dengan wajah meringis. Ada sedikit darah yang mengalir dari bibirnya.
Mereka berdua melihat wanita itu sedang berjalan menuju ke arah mereka dengan santainya. Bahaya sudah menanti.
"Bagaimana ini, Romanoff?" tanya Kapten Rogers dengan napas tersengal-sengal.
"Aku tak punya ide," jawab Natasha sambil menggeleng pelan.
Di tengah kekalutan, Kapten Rogers melihat Thor dan Tony Stark yang sedang bertarung. Thor tampaknya bisa menahan Iron Man untuk tidak mengganggu, tapi pada misi ini seharusnya mereka berdualah yang merupakan tokoh sentral. Jika mereka saja sudah bertindak di luar target seperti itu, siapa lagi yang akan meringkus makhluk tersebut?
"Pepper, awas...!" seru Tony Stark yang melihat Thor melontarkan palunya lagi ke arah wanita itu.
Makhluk itu menghindar dengan cepat. Mjolnir meleset. Thor yang tanpa senjata di serang Tony dengan pukulan bertubi-tubi. Namun bukanlah Putra Odin namanya jika tidak bisa bertarung tangan kosong. Dewa Petir itu menangkis pukulan-pukulan Tony Stark dan mencoba membalas. Pertarungan pun berlangsung alot.
Sementara itu, wanita cantik yang sempat terhenti langkahnya kembali berjalan mendekati Natasha dan Kapten Amerika yang masih tergeletak di tanah. Keadaan semakin genting.
"Wanita itu tidak hanya kuat, tapi dia juga sangat gesit," keluh Kapten Amerika. "Dia seperti bisa membaca seranganku, dan dia juga tahu titik-titik kelemahanku dalam bertarung."
"Sebenarnya, aku punya satu ide, Kap. Tapi aku ragu ini akan berhasil," balas Natasha.
"Cepatlah, Romanoff. Ide sekecil apa pun sangat berarti saat ini," Kapten Rogers mendesak.
Tiba-tiba saja Natasha Romanoff menelentangkan tubuh Kapten Amerika, membuka ritsleting celananya dan meloloskan penisnya. Kapten Rogers terkejut bukan main.
"Romanoff, apa yang kau lakukan?!" Kapten Rogers mengernyit.
Natasha tak menjawab. Dia hanya menatap mata Kapten Amerika sesaat, lantas bergegas mengulum zakar kesatria bertameng itu.
"Romanoff, kau gila...?! Aahh...." Kapten Rogers tak bisa menahan lagi. Berahinya langsung naik dengan drastis.
Sang Kapten kembali terkejut karena tiba-tiba saja wanita itu sudah hadir di dekat mereka. Ia sudah pasrah atas apa yang terjadi, hanya berharap Thor dan Stark berhenti bertarung dan menolong mereka.
Namun, apa yang terjadi? Wanita cantik itu diam saja. Ia malah menatap antusias ke Natasha yang sedang memberikan oral seks pada Kapten Rogers.
Kapten Amerika diam sejenak. Pikirannya yang sudah dipenuhi nafsu mendadak melencengkan kewarasannya. Ia pun menatap perempuan itu dan dengan bodohnya berujar, "Kau mau?"
Wanita itu tak menjawab. Ia memandang kapten Rogers dengan matanya yang redup, lantas tiba-tiba meraih lengan Natasha. Agen S.H.I.E.L.D. itu dicampakkan dengan mudah, terlempar hingga lima meter.
Perempuan super seksi itu kemudian membuka kaus tanpa lengannya. Buah dadanya yang besar, bulat, dan kencang itu seketika terekspos di mata Kapten.
Namun, itu belumlah seberapa. Penis Kapten Rogers mengeras sejadi-jadinya saat wanita itu membuka hot pants-nya. Makhluk molek yang tak bercelana dalam itu langsung mempertontonkan vaginanya yang menggoda.
Wanita itu tak mau berlama-lama. Sebaik melepaskan helm dan memelorotkan celana Kapten Rogers, Ia langsung mengangkangi wajah pasangannya, memberikan vaginanya untuk dinikmati mulut pria tampan tersebut. Kapten yang memang sudah dalam pengaruh nafsu seks yang tinggi bergegas mengeluarkan lidahnya, menjilati bingkai peranakan makhluk buatan itu.
"Aaahhh... Rogers...," keluh wanita itu. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya yang sintal, menggilas wajah tampan 'kekasih baru'-nya.
"Mmhhh... ssrrpp... mmhhh... crupp...," Kapten Rogers menjilat dan menyedot-nyedot vagina wanita itu. Pria itu memeluk pinggang wanitanya seakan dia tak ingin jelmaan bintang porno itu lari ke mana-mana.
"Aaahhh... Rogers... sshhh... oohhh...," wanita itu mendesah dan mendesis manja. Ia memegang penis Sang Kapten, lantas mengulumnya dengan ganas.
Batang penis Kapten Amerika dikeluar-masukkan di mulut indah wanita tersebut. Liur meleleh-leleh dari bibirnya. Sementara Kapten Amerika membenamkan bibirnya ke celah kangkang perempuan seksi tersebut, menikmati setiap aroma dan cairan yang keluar dari dalam vagina menawan itu.
"Mmhhh... hnghhh... crupp... crupp... crupp...." Wanita itu mencoba menyedot-nyedot penis besar dan panjang Kapten Rogers. Wajahnya memerah, dan batu yang ada di dahinya bersinar lebih terang.
Adegan porno itu pun berjalan beberapa saat sampai suatu ketika wanita itu memutuskan untuk mengganti posisinya. Ia tak tahan lagi dan langsung berjongkok di atas penis Kapten Rogers. Perlahan namun pasti, ia memasukkan batang zakar itu ke dalam vaginanya.
"Ooohhh... Rogers...!" erangnya saat penis Sang Kapten tertelan vagina basahnya.
Wanita itu menurunkan lututnya, juga menumpangkan tangannya di dada Kapten, lantas mulai menggoyangkan pantat semoknya naik turun. Penis Kapten Amerika menusuk-nusuk vaginanya dengan sempurna.
"Oohhh... aahhh... sshhh... aahhh...," desah wanita itu nikmat. Payudaranya berguncah dengan indah.
Kapten Rogers tak melewatkannya. Ia langsung meremas-remas buah dada wanita itu sepuasnya hingga menjepit-jepit kedua putingnya.
"Aahhh... sayang... oohhh... sshhh... sayang...." Makhluk buatan itu semakin kesedapan.
Seolah itu masih kurang, Kapten Rogers membantu mengayun penisnya dari bawah, membalas setiap bantingan pinggul yang dilakukan pasangan mainnya. Alhasil, wanita itu menjerit-jerit histeris.
"Oohhh... yaahhh...! Enak, sayang...! Tusuk memekku dengan kontolmu itu...! Ohh... fuck...! Enak...!" Perempuan berambut pirang itu memejam karena nikmatnya rasa persetubuhan yang didapatkannya.
"Rasakan ini... rasakan ini... bitch...!" kata Kapten Rogers geram.
"Oohhh... entot terus...! Entot terus...! Entot...! Ooohhh... yaahh...!" wanita itu berteriak-teriak keenakan. Dia turut mengulek-ulek penis besar Kapten Amerika dari atas.
Kapten Rogers kian menggila. Ia lalu memeluk wanita itu dan menciuminya. Jelmaan bintang porno itu pun meladeninya dengan gairah yang tinggi.
"Mmhhh... cupp... cupp... mmhh... cupp... hmhhh...." Suara manja dan suara maskulin bercampur jadi satu di setiap lumatan bibir mereka. Napas mereka menderu-deru menerpa wajah satu sama lain.
Dengan posisi tubuh seperti itu, Kapten Amerika merasa lebih bebas. Ia meremas dan membelai-belai rambut pirang indah wanita yang disetubuhinya. Punggung perempuan seksi itu pun tak lepas dari elusan tangannya. Dan yang lebih utama, kapten Rogers juga bisa mempercepat sodokan penisnya.
"Mmhhh... Mmhhh... mmmhhh...," wanita itu menjerit-jerit tertahan di dalam ciuman Kapten. Bongkahan pantat sekalnya bergegar kencang menyambut tusukan-tusukan di vaginanya.
Wanita itu sudah larut dalam buaian nafsu ketika tanpa dia sadari ternyata Thor dan Tony sudah berhenti bertarung. Dia terus menciumi bibir Kapten Rogers dengan ganas, melumat-lumatnya, bahkan menjilat-jilatnya. Liurnya menetes-netes di bibir Sang Kapten saking intensnya.
Tony mengambil koper panjang dan membukanya. Isinya adalah bagian dari peti pencetak sel dari Doktor Cho, namun polaritasnya sudah diubah. Benda itu jadi tampak lebih kecil setelah dimodifikasi. Ia memasang alat itu di lengannya dengan memanfaatkan energi dari telapak tangannya.
Tony mengambil jarak lima meter dari bagian kaki dua insan yang sedang bersetubuh itu. Ada Natasha Romanoff di dekatnya, masih meringis kesakitan.
Sementara itu, Thor mengambil tempat sejauh lima meter dari bagian kepala mereka berdua. Thor cukup waswas dengan posisinya karena suatu waktu wanita itu bisa saja bangkit dan melihat keberadaannya. Itu bisa menghancurkan rencana.
Dan benar saja, wanita itu melepaskan kecupannya dari bibir Kapten Amerika. Thor cukup terkejut dan refleks mengangkat palunya. Tapi, keberuntungan tampaknya masih melingkupi tim Avengers. Rambut wanita itu menutupi pandangannya sendiri, ditambah lagi dia sekarang hanya terfokus pada pasangannya, tidak kepada hal yang lain lagi.
"Oohhh... Rogers... Oohhh... Rogers...," wanita itu merengek semakin manja. Batu di kepalanya bersinar terang.
Lalu, sebuah hal mengejutkan Kapten Amerika. Tekstur wajah dan warna rambut wanita itu berubah perlahan-lahan. Makhluk mutan itu membentuk wajah seseorang. Dia adalah kekasih lama Sang Kapten, Peggy Carter.
Sodokan penis Kapten Rogers melambat. Ia mengernyit. "Peggy...?"
"Steve...," balas wanita itu sambil tersenyum.
Kapten melongo. Ia masih tak percaya.
"Nikmati aku, Steve...," goda wanita itu. "Aku milikmu seutuhnya...."
Napas Kapten Rogers langsung memburu. Darahnya tersirap. Wajah kekasih lamanya itu justru semakin memompa semangatnya. Ia langsung mencium bibir Peggy Carter palsu itu dengan buasnya.
Pinggul Kapten Amerika bergerak sangat cepat. Hasrat berahinya terpompa tinggi. Tusukan penisnya bahkan lebih keras dan lebih kencang daripada yang tadi. Itu adalah pertanda Kapten Rogers sudah ingin mengeluarkan orgasme dan ejakulasinya.
"Mmhhh...! Mmhhh...! Mmmhhh...!" Peggy Carter palsu menjerit-jerit tertahan. Vaginanya sudah sangat basah dan licin.
Sementara itu, Tony Stark menonton adegan itu tak berkedip dari baju besinya. Mukanya memerah. Ia tak bisa berbohong kalau dia juga sangat terangsang.
Plokk... plokk... plokk... plokk... plokk...
Bongkahan pantat semok milik wanita itu berbunyi indah di tiap helaan penis Sang Kapten. Saking hebatnya, gegaran pantat itu seperti balon berisi air yang digetarkan. Buih-buih putih terbit dari dalam vagina wanita itu, tanda sodokan zakar Kapten Rogers sangatlah cepat.
"Hngghhh... hngghhh... hngghhh...," Kapten Amerika mendengus-dengus. Wajahnya memerah. Tak disangka dia akan menjemput orgasme sedemikian cepatnya dengan Peggy Carter palsu itu.
Wanita itu melepaskan ciumannya. Ia tak tahan untuk tidak mengerang dan mengeluh nikmat. "Ooohhh... yaahhh... Steve... Steve... fuck me, Steve... fuck me...! Ooohhh...!"
Hidung Kapten Amerika kembang-kempis. Wajahnya meringis. Dia sudah hampir pada klimaksnya.
"Steve...! Ooohhhh...! Sayang...! Fuck...! Oohhh... entot...! Entot...! Fuck...! Aku mau keluar, sayang...! Aku mau keluar...!" wanita itu memejamkan matanya. Alisnya mengerut. Mulutnya menganga.
"Aaahhhh...!" teriak Kapten Rogers, hendak mencapai orgasme.
"Aku keluar sayang...! I'm cumming...! Ooohhh... enak...! Fuck...!" jerit wanita itu sejadi-jadinya. Tubuhnya kelojotan hebat. Tubuhnya bergetar-getar. "Fuck...!" teriaknya sekali lagi sambil terpejam. Air liurnya menetes di wajah pasangannya.
"Hngghhh... aaahhh...!" Kapten Rogers menggeram keras. Tangannya memeras pinggul wanita itu. Air maninya menyembur-nyembur dengan derasnya menyambut derita orgasme yang luar biasa itu.
Di saat wanita itu benar-benar mencapai puncak syahwatnya, batu di keningnya bersinar dengan sangat terang. Thor tahu benar bahwa itu adalah momen yang tepat untuk mencabut benda itu.
"Stark, sekarang!" seru Thor mengaba-aba. Tangan kanannya mengacung, mengarahkan bagian punggung sarung tangan emas yang dipakainya ke wanita itu.
Tony langsung mendekat ke wanita itu, mengaktifkan alat di lengannya. Peluruh sel pun berjalan, terarah ke wanita yang sama.
Kapten Amerika yang masih punya sedikit kesadaran segera menolak tubuh wanita itu, mencoba bangkit dan merangkak menjauh. Ia segera menarik ke atas celana ketatnya kembali.
Makhluk buatan Stark itu terpekik merasakan proses pemisahan tersebut. Lapisan-lapisan di tubuhnya kelihatan. Pembuluh-pembuluh yang melingkupi dirinya tampak mengarah ke batu itu.
Thor mengerahkan konsentrasinya. Sarung tangan emasnya bersinar. Perlahan-lahan batu itu terangkat dari dahi makhluk itu.
Sementara itu, Tony Stark menatap jeri punggung manusia ciptaannya. Bagian belakang tubuh wanita itu tampak terkelupas dan menipis. Ia betul-betul takut kekasihnya tak bisa menahan rasa sakit.
"Sedikit lagi, Pepper. Bertahanlah...," bisik Tony di dalam baju besinya.
Suara teriakan makhluk itu berubah, semakin mirip dengan suara Pepper. Jaringan-jaringan otot di belakang tubuhnya juga hampir habis, menyisakan punggung yang memerah darah seperti luka bakar.
Tapi, keadaan tiba-tiba berbalik. Batu di dahi wanita itu mencoba menyatu kembali. Suara Pepper semakin redup.
"Pepper...!" seru Tony cemas.
Ternyata itu adalah Thor. Dia tampak kelelahan. Pertahanan makhluk itu sepertinya lebih kuat.
"Ayo, Thor! Kerahkan tenagamu!" sergah Stark menyemangati.
Thor tak menjawab. Dia mencoba mundur layaknya orang yang sedang menarik tali tambang, namun kakinya terhenti, tak bisa melangkah ke belakang. Yang ada malah tubuhnya yang seperti tertarik maju.
"Haakkhhh...!" Thor mendongak, seakan sudah kehabisan kekuatan.
Ketika harapan sepertinya sudah menipis, sesuatu tiba-tiba datang. Tubuh makhluk itu seakan dibaluti oleh aura merah. Jaringan "sampah" yang melekat di tubuh Pepper mendadak terpisah dengan cepat. Teriakan suara Pepper semakin jelas, dan batu kekuatan sontak terlepas dari kening makhluk yang mencoba bertahan itu.
'Batu Pikiran' melesat cepat menuju Infinity Gauntlet yang dipakai Thor, terpasang sempurna di bagian punggung jari kelingking sarung tangan tersebut. Thor seakan langsung mendapat kekuatan baru karenanya. Ia cengar-cengir.
Sementara Pepper sendiri melayang setengah meter di udara, dibaluti aura merah. Tony Stark senang sekali menatap kekasihnya yang tampak masih hidup. Namun dia juga tak menampik luka kulit yang diderita Pepper juga sangat parah.
Di dekatnya, Tony melihat Sang Penolong itu. Pietro Maximoff sudah berdiri di samping Wanda Maximoff yang sedang mengendalikan kekuatannya. Tony tersenyum lega, walaupun muncul sebuah pertanyaan dalam dirinya.
Tapi, belum lagi Stark mengucapkan terima kasih kepada mereka, sesuatu tiba-tiba menerpanya.
BOUNGG...
Pietro secepat kilat menghajar kepala Tony dengan sisa batang besi dari kursi taman yang hancur. Tony ambruk.
Kapten Amerika langsung merespon. "Hei, apa yang kau..."
Tony langsung mengangkat tangannya, mencegah Kapten Rogers untuk tidak ikut campur. Ia lalu membuka helm besinya yang sudah agak rusak, mencampakkannya begitu saja. "Jika kalian ingin membunuhku, bunuhlah," ucap Tony pasrah.
Bukannya melanjutkan serangan, Pietro malah mengulurkan tangannya, mengajak Stark bangkit. Ia tersenyum.
Tony mengernyit, menatap wajah dan tangan terulur Pietro bergantian. "Aku tak mengerti...," ucapnya asal.
"Jika kau berulah lagi, kami hanya berjanji untuk menghajarmu, Stark, bukan membunuhmu," timpal Wanda.
Stark menghela napas, meraih tangan Pietro, bangkit berdiri. "Tapi, seharusnya kalian..."
"Adikku merasakan sesuatu di dalam dirimu, di pertemuan pertama kita," Pietro memotong kata-kata Tony. "Ia bersikeras bahwa kau bukanlah Tony Stark yang kami pikirkan selama ini. Awalnya aku memang sangat ingin membunuhmu, tapi aku percaya pada adikku."
"Aku yakin kalian akan membawa dunia menuju ke arah yang lebih baik," tandas Wanda, tersenyum, "asal kita semua saling percaya."
Tony menatap Maximoff kembar dengan penuh arti. "Terima kasih."
Natasha, Kapten Amerika, dan Thor bergabung dengan Tony, mengembangkan senyum kemenangan.
"Aku akan membawanya ke tempat kalian," ujar Wanda. "Dia tidak mungkin bisa bersentuhan langsung dengan kita. Kulitnya masih rentan."
Tony menatap Pepper yang melayang. "Ya," ucapnya singkat, mengangguk. "Terima kasih karena kalian mau membantu."
Pietro dan Wanda mengangguk pula, tersenyum ramah.
"Semuanya sudah aman, misi selesai," lapor Natasha lewat earset.
"Hei, bagaimana dengan Banner?" ujar Kapten Amerika.
Mereka semua serentak menatap Bruce Banner yang sedang tertidur pulas di dekat salah satu kursi panjang yang belum terlalu hancur. Aliran air dari kolam air mancur yang luluh lantak tadi hampir mengenai tubuhnya.
Semua tertawa melihatnya.
"Oh, bagaimana dengan batunya, Thor?" tanya Kapten Amerika lagi.
Thor mangangkat sarung tangannya, menunjukkan batu kecil kekuningan yang menempel di sana. "Aman," ujarnya. "Dan kekuatannya memang luar biasa. Aku seperti merasa sangat sehat."
"Hei, kenapa sarungnya cuma sebelah kanan? Di mana yang sebelah kiri?" Stark yang melihat keganjilan itu langsung bertanya.
"Yang satu itu masih dimiliki Thanos, makhluk terkuat yang pernah ada di jagat raya," ujar Thor dengan wajah serius. "Aku juga harus segera mengantar ini kembali ke Asgard, Ayahku sudah menunggu di Bifrost."
Semuanya terdiam seketika.
"Hahaha.... Tenanglah, makhluk itu tidak jelas keberadaannya," Thor memecah keheningan. "Banyak yang bilang kalau dia sudah mati."
Kapten Rogers menghembuskan napas lega. "Berhentilah bercanda, Thor."
"Hei, kau tadi hebat," puji Thor pada Kapten.
Kapten Rogers tersenyum asal.
"Hei, kau cantik juga," ucap Thor kepada Wanda pula. "Mau ikut ke Kamar Seribu Tahun?"
***
Sinar-sinar halus bekerja, menerpa sebuah tubuh yang tampak buruk. Perlahan namun pasti, orang yang tergeletak tidur dan dipapari sinar itu merasakan kenyamanan.
Di sampingnya, berdiri orang yang sangat menyayanginya. Janggut eksentriknya tampak memutih di beberapa titik, namun tak membuang sisa-sisa masa muda di wajahnya.
"Berapa lama lagi, Doktor?" tanya orang berjanggut eksentrik itu.
"Tak lama lagi, Tony," ucap Doktor Cho. "Tanda-tanda vitalnya baik, dan kau akan segera menikmati kebersamaan dengan Nona Pepper lagi."
"Terdengar bagus," balas Tony Stark.
Seseorang masuk ke ruangan itu, mendekati Tony Stark. "Bagaimana keadaannya?"
"Mengesankan, Banner," jawab Tony.
Mereka berdua menatap Pepper yang masih dipulihkan oleh peti regenerasi Doktor Cho. Suasana lengang sejenak.
"Mmm... Tony, bisa kita keluar sebentar?" tanya Banner.
"Oke."
***
Tony dan Banner berjalan ke sebuah ruangan, mengobrol.
"Apakah kau akan berhenti membuat percobaan-percobaan itu, Tony?" tanya Banner.
"Entahlah, Banner. Aku hanya berpikir bahwa aku bisa mengendalikan segalanya, tapi tidak."
Banner mengangguk mafhum. "Apa kau menyalahkan dirimu?"
Tony menghela napas, menatap ke luar menara yang dihiasi oleh gedung-gedung tinggi. "Bumi ini sangat kecil, tetapi begitu banyak yang hendak menguasainya," ucapnya masygul. "Saat aku mengantarkan nuklir itu ke ruang angkasa, aku melihat sesuatu yang mungkin akan menyadarkan banyak orang akan artinya kedamaian."
Banner menatap Tony, terdiam.
"Sebesar apa pun namaku, aku tetap membutuhkan kalian," ujar Tony, merenung.
Banner memegang pundak Tony. "Kita adalah tim, Tony. Kita akan selalu memecahkan masalah bersama-sama."
Tony menatap Bruce dalam-dalam, tersenyum yakin. "Terima kasih, kawan."
Banner mengangguk. Namun, sedetik kemudian, ia teringat sesuatu. "Hei, kau belum memberikan nama pada makhluk ciptaanmu itu, Tony."
Tony mengernyit, nyengir. "Haruskah? Bukankah namanya adalah Ultron?"
"Tidak, Tony. Wanita sialan itu sudah membuat 'diriku yang lain' seperti tak ada gunanya. Kau tidak boleh memberi nama semegah itu padanya." Banner tak senang.
Stark terkekeh sejenak, lalu terdiam, berpikir. "Mmm... bagaimana kalau..."
Banner menatap sahabatnya, menunggu.
"Sextron," pungkas Tony.
Banner mengangguk, tersenyum simpul. "Ya, itu cocok."
Mereka berdua pun tertawa bersama.
"Hei, di mana yang lainnya?" tanya Tony lagi.
***
"Oohhh... mmhhh... aahhh...," lenguh Wanda Maximoff yang sedang telanjang, menunggangi Thor di atas kasur. Dia memompa vaginanya ke penis Sang Dewa Petir.
Seakan tak puas, Wanda tiba-tiba mengeluarkan kekuatannya. Ia menarik tubuh Kapten Rogers ke hadapannya, dan langsung mengulum penis yang tak kalah besar dari milik Thor itu.
"Hei!" Protes Natasha. Ia yang kehilangan penis Kapten Rogers di mulutnya langsung uring-uringan.
Sang Kapten hanya tertawa.
Sementara itu, Maria Hill dan Rhodes sedang bercinta dengan gaya berdiri. Agen Hill berpegangan pada dinding, membungkuk menyodorkan vaginanya untuk Rhodes yang menyodok dari belakang. Mereka memejamkan mata demi menikmatinya.
"Cepat masukkan kontolmu," perintah Natasha pada Pietro. Dia dan Si Cepat itu mencoba jadi pasangan bercinta kali ini.
"Kau yakin?" tanya Pietro, memastikan.
"Cepat masukkan dan entot aku!" kata Natasha dengan galak.
Pietro pun memasukkan kemaluannya ke dalam vagina Romanoff.
"Oohhh...," keluh Romanoff keenakan. "Sekarang, entot aku, sayang."
Pietro tersenyum. Dia tiba-tiba menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan yang luar biasa. Gerakan pinggulnya bahkan tidak kelihatan lagi. Vagina Natasha seperti dibor.
"Aaahhh...! Aaahhhh...! Berhenti...! Berhenti...!" teriak Romanoff kelabakan.
Tepat ketika Pietro menghentikan tusukan penisnya, vagina Natasha memuncratkan cairan bening yang membasahi kasur. Berkali-kali dia menyemprotkannya laksana air kencing.
Semua orang di ruangan itu tertawa geli.
***
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar