HOLLYWOOD
Tulisan besar setinggi 14 meter ini dari jauh tampak mempesona. Selain karena posisinya yang berada di bukit. Kata “Hollywood” sudah sangat melekat pada manusia-manusia di seluruh dunia. Siapa yang tak kenal dengan Los Angeles? Kota para artis dunia? Tempat syuting film-film box office yang sering kita lihat di bioskop ataupun lempengan kaset dvd seharga Rp. 5000,00 per kepingnya, dan jangan lupakan Las Vegas, tempat hiburan malam yang digandrungi para penjudi dunia yang bersiap bangkrut saat mendatanginya.
Arabella, datang dari Indonesia jauh-jauh hanya untuk melihat tempat ini. Dia ingin mendatangi Hollywood Sign, berfoto di sana lalu menguploadnya di sosial media. Agar orang-orang tahu kalau Bella sedang berada di surganya Los Angeles. Setidaknya surga menurut Bella. Walau mungkin penduduknya tak berpendapat begitu. Kakaknya yang melanjutkan pendidikan dan mendapat beasiswa di University of Califoria (UCLA) jurusan bisnis membuka peluang untuknya datang sendiri ke kota ini. Walaupun kakaknya malah pergi meninggalkannya sendiri, sibuk katanya. Kakak macam apa yang tega meninggalkannya untuk beberapa hari ke depan di kota asing? Tetapi kakaknya hanya tersenyum dan mengatakan kalau butuh bantuan tinggal minta tolong tetangganya saja di apartement sebelah. Dia wanita Indonesia juga. Bella hanya memajukan bibirnya, karena ternyata si tetangga itu juga memiliki kesibukan yang tak kalah dengan kakaknya. Jadi Bella memutuskan jalan-jalan sendiri.
Bermodalkan beberapa pengetahuan yang ia miliki, dari cerita kakaknya, buku wisata, artikel yang ia baca, serta film-film yang ia tonton. Bella memutuskan untuk mengelilingi LA. Dan untuk tujuan pertama, tentu saja Hollywood Sign. Kemudahan menggunakan transportasi umum di LA, dan banyaknya penduduk yang sadar akan pentingnya naik transportasi umum membuat aksesnya lebih mudah, bahkan untuk orang luar seperti Bella. Berbekal trip planner yang ia siapkan, dia menaiki Metro menggunakan rute yang ada.
Downtown, salah satu bagian kota Los Angeles, tempat ukiran huruf “Hollywood” itu menjulang. Bukan hal sulit untuk naik ke atas bukitnya, dan berterima kasihlah pada siapapun yang menciptakan teknologi GPS yang sangat akurat di kota itu, karena jalanan yang rumit berkelokpun dapat Bella susuri dengan cukup mudah tanpa tersesat. Di sana ia melewati pemukiman elite dengan rumput-rumput di sekitar halamannya yang terawat, pemandangan yang sangat asri. Kemudian sesampainya di sana, Bella tentu saja tak melewatkan berfoto di Hollywood sign dan sejenak melihat pemandangan downtown yang tadi sempat ia lewati.
Bella senang sekali menikmatinya. Jalanan yang katanya macet, tapi tak semacet Jakarta, dan mobil-mobil sport keren yang dikendarai warganya membuat Bella ingin sekali tinggal di sini. Tapi sayang sekali dia tak akan cukup kaya bila harus tinggal di sini dan mengikuti gaya hidup mereka. Kakaknya saja harus mengeluarkan biaya sekitar 10-20 juta rupiah setiap bulannya. Harus pintar bila ingin hidup di negeri orang. Sungguh kota yang membuatnya iri. Beruntung Kakaknya sudah mengajaknya ke beberapa tempat kemarin di sekitar downtown, lalu menunjukan rute-rute yang harus dia hapal. Jadi Bella tak terlalu asing dengan jalanan ini. Kakaknya bilang, untuk jaga-jaga bila adiknya tersesat.
Mc Donald, salah satu pilihan makan siang untuk Bella, karena ia tak yakin harus makan dimana selain tempat yang begitu familiar di negaranya. Mungkin nanti dia harus mengajaknya agar dia tahu makanan apa yang enak dimakan di kota ini.
Dan satu lagi hal yang akan dia lakukan. Mengunjungi tantenya. Beverly Hills I’m Coming. Yeah , riangnya dalam hati. Senang, bahagia. Setidaknya itulah yang dibayangkan Bella saat menyusuri kota ini. Melewati perumahan-perumaha elite dan memastikan kalau tantenya ada di rumah adalah hal yang pertama kali ia lakukan. Tidak lucu bukan kalau tantenya ternyata sedang pergi, lalu dia datang dengan bodohnya kesana.
Mobil sport yang berjejer, berwarna-warni di setiap rumah yang Bella lewati. Rumput-rumput hijau dan bangunan-bangunan rumah yang menjulang memberi kesan berwibawa namun bersahaja, menurut pendapat Bella. Lalu sampailah ia di sebuah rumah yang Bella tahu di setiap inchi rumahnya terlihat label “mahal” walau tak dapat dilihat secara kasat mata. Di Indonesia, Bella bukan orang miskin, tapi di LA dia seperti tak punya apa-apa. Its be different, when you stay in Indonesia, and go to LA.
Bukan hal yang sulit menghadapi security yang berjaga di gerbang rumah itu saat kita memiliki kenalan di sana. Apalagi tantenya sudah berpesan kepada seluruh penghuni rumah untuk memberitahunya bila ada gadis berwajah asia yang datang.
“Tanteeeeeee……” Bersemangat Bella memeluk wanita dengan postur tubuh lebar, berisi namun memiliki raut wajah ramah ini. Dia menyambut Bella dari depan rumah dengan antusiasme yang tak kalah besar dengan Bella.
“Bella. Masuk-masuk.”
Gadis berambut sebahu ini tersenyum, lalu mengikuti wanita di hadapannya.
“Tante kaget, Bella sampai jauh-jauh kemari.” Sahut wanita ini setelah Bella diajaknya ke kamar di bagian belakang rumah itu.
Perkenalkan, nama wanita itu adalah Ani. Dia dulu sempat menjadi pembantu setia di rumah keluarga Bella sampai gadis itu berumur 14 tahun. Sekarang dia bekerja di LA, walau masih sebagai pembantu, namun tentu saja kesejahteraannya lebih terjamin.
“Habis, aku tuh kangen banget sama tante, udah berapa tahun coba kita gak ketemu?”
Ani hanya tersenyum, melihat gadis yang dulu dirawatnya kini tumbuh dewasa. Bentuk wajahnya yang tirus dan hidungnya yang mancung namun tak berlebihan, ditambah bibir merah yang penuh, kemudian tatapan mata gadis itu yang selalu berbinar penuh semangat. Membuat Ani sangat kagum padanya. Selain cantik, tak pernah dia merasakan titik-titik kesombongan di diri gadis itu.
Berbeda dengan orang-orang yang memanggil Bibi pada umumnya kepada pembantu rumah tangga, Bella lebih senang memanggil wanita itu tante, karena Bella merasa itu panggilan yang dapat membuatnya menjadi seakrab ini, apalagi dulu dia adalah anak kecil yang hampir tak pernah diperhatikan orang tuanya karena kesibukan mereka. Dan Ani adalah yang selalu ada untuknya. Mau tak mau, Bella menganggap Ani adalah keluarga dekatnya. Begitupun sebaliknya. Ani sangat menyayangi Bella.
“Tante beruntung banget punya majikan sebaik itu. Bisa percaya banget sama tante. Selain itu… ganteng lagi. Aku mau deh kerja di sini kalau majikannya kayak dia juga. Hehe.” Tawa renyah keluar dari bibir Bella saat mereka berbincang penuh kerinduan. Hebat sekali tantenya itu, bisa membuat majikannya begitu percaya hingga dia mengijinkan saja Bella datang kesini dan bahkan diijinkan menginap. Memangnya dia tidak curiga? Bagaimana kalau ternyata aku adalah pencuri?. Tanya Bella saat berbicara lewat video call dengan tantenya. Tetapi tantenya hanya bilang kalau selama dia bekerja, majikannya senang dengannya, dan dia hampir tak pernah membuat kesalahan di depan majikannya.
Bella hanya diam keheranan, namun senang-senang saja bila faktanya demikian. Oh dia harus meminta maaf pada kakaknya karena dia malah pergi keluyuran seperti ini. Bella akan menghubunginya dan menjelaskan segalanya nanti. Kalau sekarang, pastilah kakaknya akan sibuk.
Bella tak pernah tahu, kalalu hari-harinya di LA akan menjadi hari yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
*****
“Shit. Sharky! Tidak bisakah kau lebih serius? Kita belum berhasil membuat satu lagu pun!” Lelaki bernama Michael mengusap wajahnya frustasi.
“Yeah. Kau pikir dengan serius aku bisa mendapatkan inspirasiku? Kalian juga sama saja man. Tak ada lagu yang bagus untuk album baru kita!”
Pria berambut gondrong dan pirang dan temannya yang lain kini ikut gelisah. Akhir-akhir ini performa mereka kacau, mereka merasa tak ada lagu yang cocok atau menarik untuk mereka. Entah kenapa mereka begitu pemilih kali ini. Padahal mereka memiliki vokalis dengan suara unik yang tak dimiliki penyanyi lainnya, tapi tetap saja ini jadi halangan bila chemistry dari lagu tersebut tak sampai ke hati mereka.
Asap rokok kini mengepul menghias udara-udara di ruang tamu besar yang mereka tempati. Interior yang kata arsitek rumah ini akan membuat penghuninya nyaman dan mengurangi stress nampaknya tak berpengaruh kali ini. Tak ada alat musik. Hanya sofa dan meja biasa, serta vas-vas bunga penghias ruangan, seperti rumah mewah pada umumnya.
Michael, James, Matthew dan terakhir Adam yang biasa dipanggil Sharky, memutuskan untuk sejenak meninggalkan alat musik mereka. Berdiskusi tentang alasan-alasan kenapa sulit sekali untuk membuat lagu akhir-akhir ini. Itu berakibat pada performa mereka yang kurang baik saat di panggung, dan bagi seorang professional, itu tidak boleh terjadi. Bila dibiarkan, mereka tidak akan bisa lagi bersaing dengan musisi-musisi papan atas. Dan apa jadinya kalau album mereka tidak lagi masuk ke dalam tangga lagu Billboard? Oh, itu buruk sekali. Mereka harus segera menemukan solusinya.
Sementara itu, Adam yang sama sekali tak terpengaruh dengan asap rokok yang dihembuskan dari mulut para lelaki di ruangan itu memejamkan matanya dengan tenang. Terlintas di pikirannya tentang hal-hal yang selama ini menjadi pemicunya untuk membuat lagu.
Adam ingat saat bandnya mulai mengganti nama menjadi Maroon5 dan lagu ciptaannya berhasil mengangkat nama mereka, dengan judul “Songs About Jane”. jelas sekali dari judulnya kalau Jane adalah wanita yang menginspirasinya membuat lagu sebagus itu.
Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Hingga kesunyian datang setelah perdebatan panjang mereka. Sama-sama berpikir bagaimana caranya agar mood dan feel mereka kembali baik seperti sebelumnya.
Kemudian, saat mereka sama-sama terhanyut… jeritan itu terdengar.
“AAAAKKKKKKK!”
Seluruh personel yang tergabung dalam band Maroon 5 itu sama-sama terkejut. Teriakan yang begitu nyaring sekaligus lembut yang mereka yakini itu adalah suara woman menggelitik telinga mereka.
“Sharky, kali ini wanita mana lagi??” Tanya Mike malas. Ia sudah tak aneh lagi dengan perilaku temannya yang doyan berkencan dengan wanita. Mulai dari model penyanyi, hingga model majalah terkenal seperti Vogue.
“Ha ha ha. Ya ya, I love woman. But, believe me, that's not my doing, dude! ” Adam membela diri. Dia benar-benar tak tahu siapa gadis yang dari teriakannya saja, dia tebak, sangat ekspresif. Hm, entah kenapa dia merasa kalau teriakan itu terdengar begitu merdu. Membangkitkan sesuatu dalam dirinya.
“Apa sebaiknya kita periksa? Mungkin saja itu pencuri?” James dengan santainya berjalan mengikuti arah suara itu.
Ketiga orang lainnya mengikuti. Sama-sama penasaran. Berjalan mengikuti insting dan sumber suara yang diperkirakan, keempat orang itu datang ke bagian belakang rumah, dekat dapur, dan kamar mandi. Dan betapa terkejutnya mereka melihat gadis berambut hitam dan basah bersimpuh di sana.
Mulut mereka terbuka, saat gadis itu dengan badan terlilit handuk hijau tampak memandang mereka dengan tatapan sama terkejutnya. Belahannya semakin terlihat jelas saat titik-titik air mengalir ke sela bagian itu. Meluncur mulus lalu tenggelam dalam balutan handuk hijau muda.
Adam sendiri tampak menelan ludah ketika matanya turun ke paha wanita itu, sama basahnya. Holly Shit. Dia tampak benar-benar siap diterkam singa-singa kelaparan di rumahnya.
“A… aku… maaf… ah maksudku… sorry… I .. I am sorry.”
Bela sangat kaget melihat pria-pria tinggi besar di hadapannya. Dengan keadaannya yang tak layak seperti ini, tergelincir di depan kamar mandi dan dipandangi pria-pria tampan yang tentu saja Bella kenal. Sangat kenal.
Alasan apa lagi yang sangat kuat membawanya ke rumah majikan Tante Ani kalau bukan untuk melihat sosok mereka dari dekat?
Maroon 5.
Dan… oh Tuhan, dia Adam. Adam Levine!
Ingin sekali Bella menjerit keras melihat idolanya sedekat ini. Tapi otaknya kembali pulih saat dia menyadari kondisinya sendiri.
“Who are you? ” Adam bertanya kepada wanita di depannya.
Bella hanya tergagap lalu membenarkan posisinya hingga berdiri. Mukanya merah hingga telinga dan leher. Ekor matanya mencari-cari sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang hanya terbalut handuk. Walau beberapa detik kemudian dia berubah pikiran agar tidak terkesan lebih memalukan lagi di hadapan para lelaki ini.
“A… aku tadi terpeleset dan….”
“Who are you? ” sekali lagi Adam bertanya. Tapi James menimpali dengan menepuk punggung lebar Adam.
“Chill out, Man! Sepertinya little angel ini takut pada kita.” Paparnya sambil mengedipkan sebelah matanya, menggoda. Membuat Bella semakin merona karenanya.
Adam tak pernah melihat wanita ini di rumah sekalipun, dan sekarang tiba-tiba saja ada seorang wanita cantik dengan tubuh basah dan seluruh tubuhnya memerah sedang berdiri di hadapannya. Dia tidak habis pikir dengan kejadian ini.
Dengan gugup Bella berusaha menjelaskan semuanya, “Maafkan aku, tapi bisakah aku memakai pakaianku dulu sebelum menjelaskan semuanya?”
Bella risih dengan keadaannya yang setengah telanjang, lalu hampir berlari ketika Adam menahannya.
“Tunggu!” ucapnya lantang.
Pria dengan sorot mata tajam itu kemudian menarik Bella mendekat, membuat Bella gugup karena dipandangi begitu rupa dari atas ke bawah, dan sejenak berhenti ketika matanya menangkap payudara yang membusung indah. Alarm di otak Bella berdering, membuat kesadaran Bella yang sempat hilang kini terkumpul kembali.
“Aku tahu kau selebriti ! Tapi bukan berarti kau bebas menatapku dengan tatapan kurang ajar seperti itu. Pervert!” Tangannya mendorong tubuh Adam lalu berjalan cepat menuju kamar tantenya.
Sementara itu kawan-kawannya hanya tertawa keras menyaksikan reaksi wanita di depan mereka. Tak menyangka kalau teman yang dijulukinya Sharky karena keahliannya menebar pesona pada wanita kini mati kutu tak bergaya.
Adam mengusap rambutnya, frustasi.
“Damn you, guys! Kalian tidak setia kawan. Sudah tahu kan kalau bukan itu maksudku?”
Namun lagi-lagi temannya hanya terbahak. Adam menggaruk kepalanya kesal, walau di sisi lain ia juga merasa sedikit senang. Karena sesuatu yang bangkit setelah lama tak ia rasakan sejak dia putus dengan Jane. Adam dengan penuh semangat lalu berbicara pada James.
“Apa kau punya pena?” dan satu kalimat tanya itu membuat seluruh personel Maroon 5 langsung melonjak girang.
*****
Ani yang baru saja pulang dari supermarket terkejut melihat lutut Bella yang terluka, tak begitu parah tapi cukup membuat Ani penasaran. Setelah ditanyakan, Bella pun menjelaskan semuanya, lengkap dengan titik komanya. Ani pun mengerti, dan kembali memaparkan dengan lantang kepada majikannya. Lalu meminta izin agar Bella bisa menginap di sini. Dan malam itu, Adam mulai paham, dengan kemunculan the little angel-nya yang tiba-tiba itu.
Insting liarnya mengatakan, kalau wanita itu tidak boleh disia-siakan. Apalagi feeling-nya yang sudah berpengalaman dengan berbagai macam wanita, membuat dia begitu yakin kalau wanita itu mampu mengatasi kesulitan yang sedang dia hadapi.
“I got this feeling for you and I can’t help myself no more”
Ucapnya spontan. Lalu kemudian menuliskan sesuatu di atas note kecil yang digenggamnya.
=====
Sebagai ganti karena telah membuat geger rumahnya tadi siang. Adam memutuskan untuk menahan Bella di rumahnya, dan membuat gadis itu sedikit kesal karena ulah seorang Adam Levine. Bella tak habis pikir, bagaimana bisa Ani tahan dengan kelakuan Adam yang seperti itu. Sedikit-sedikit memanggil Bella, meminta dibuatkan jus dan diantar ke kamarnya.
Awalnya Bella menurut saja, karena dia tahu kalau dia hanya tamu tak diundang di rumah ini, meskipun si pemilik rumah telah mengizinkannya datang sebelumnya karena permintaan tantenya. Setelah mengantarkan jus jeruk, Bella pikir tugasnya sudah selesai, tapi kemudian Adam mengeluh berlebihan, jusnya terlalu manis, kurang dingin, dan minta diganti dengan kopi. Setelah diberi, Lelaki itu kembali mengomel karena kopinya terlalu panas.
Bella hanya bisa berdecak malas, dan menghentakkan kakinya dengan keras melihat reaksi Adam yang ia yakin hanya mengerjainya saja. Di lain sisi, lelaki yang dilukis tattoo di banyak bagian tubuhnya itu tak bisa berhenti berpikir tentang Bella. Bahkan belum 24 jam dia berada di rumahnya. Namun sekarang rumah ini terasa hidup.
Lain halnya saat dia mengajak beberapa teman kencannya di rumah. Ada yang cerewet, mengomel, terakhir wanita cantik model pakaian dalam terkenal Victoria Secret begitu menjengkelkan saat dia seenaknya mengkritik rumah Adam dan para pelayannya di sana. Dia harus segera memutuskan wanita itu tidak lama lagi, tekadnya. Tapi tentu saja setelah dia puas menikmati si sexy itu.
Hingga pagi menjelang, hal pertama yang diingat Adam saat bangun pagi adalah Bella. Entah bagaimana gadis itu bisa menyihir pikiran Adam dalam waktu singkat. Membayangkan tubuh mungil namun berisi di bagian-bagian yang tepat, sangat menggelitik kejantanannya. Model-model kurus, yang katanya langsing dan pantas dipakaikan bentuk pakaian apapun tak dapat menandingi betapa berisinya tubuh Bella. Mungil, namun berisi. Dan, pasti empuk. Pikir Adam sambil menyeringai mesum. Di dapur Bella sedang membantu Ani menyiapkan sarapan.
“Hahh, aku pikir masakan artis luar negeri seperti dia akan berbeda dengan rakyat jelata. Nyatanya Cuma nasi goreng biasa. Benar-benar tak dapat dipercaya.” Bella mengomel kecil sambil mengaduk nasi dalam penggorengan.
“Memang apa salahnya dengan nasi goreng?” suara Adam terdengar meimpali ucapan Bella tentang komentarnya barusan.
“Apa?” ucapnya kaget. Tak menyangka kalau tante Ani yang tadi ditemaninya sudah menghilang entah kemana.
“Kau mengagetkanku, Sir. Dan bagaimana kau mengerti ucapanku saat aku berbicara dengan bahasa negeriku?” heran dengan Adam yang tampaknya tak kesulitan mengerti omelan Bella. Adam menatap Bella dengan sinar geli di matanya.
“Aku pikir, tidak sulit memahaminya saat kau bergaul dengan orang Indonesia di dalam rumahmu setiap hari.”
Bella tampak mengangguk malas namun mengiyakan jawaban Levine. Walau bukan hal yang biasa, tapi ini suatu hal yang pantas dikagumi bagi Bella. Wow. Amazing. Di berita yang dia baca tentang Levine, tak ada satu pun yang menuliskan tentang Levine dapat berbahasa Indonesia, dan ini keren!
Sambil memindahkan nasi goreng ke piring dia berbicara kembali, “Ok, kau hebat. Waw. Dan ini. Makanlah. Habiskan karena aku tak suka dengan orang yang menyisakan makanan. Hm, dan walaupun tanteku bekerja di sini, tapi jangan samakan aku dengan dia yang bersikap lembut padamu. Lagipula beberapa hari lagi aku akan kembali ke negeriku. Jadi terimalah sikapku. Dan nanti sore aku akan pergi dari rumahmu.”
Nada ketus Bella bukan membuat Adam kesal namun malah semakin senang mengusilinya.
“Siapa bilang kau boleh pergi?” kata Adam, “Tinggallah sehari lagi, karena semalam aku lihat ada paparazzi yang berjaga di sekitar rumahku. Kau tidak mau memanfaatkan ketenaranku untuk jadi terkenal kan?” penuh percaya diri, Adam mengedipkan matanya sambil tersenyum menggoda. Jantung Bella sedikit kebat-kebit sekaligus kesal.
“Aku tidak berniat memiliki skandal dengan artis playboy sepertimu, Tuan. Dan kalau mau, mungkin aku bisa menyembunyikan fakta sebenarnya.”
Dahi Adam mengerut tak mengerti. Kemudian Bella melanjutkan, “Mungkin aku bisa membuat skandal bahwa, aku adalah fans berat Adam Levine, dan sang artis memanfaatkan hal itu untuk memaksaku tidur dengannya.” Bella tertawa mengejek. “Ide bagus bukan?” tanyanya, mengakhiri kalimat provokatif tersebut.
“Hei. Kau mencoba mengancamku?”
Adam tak salah kira. Selain tubuhnya yang membuat dia tak bisa tidur dan hanya gelisah. Ternyata lidah gadis cantik ini begitu tajam dan berbisa. Mungkin satu atau dua ciuman bisa membungkam mulutnya.
“Kapan pengalaman seksmu pertama kali?”
Terkejut, Bella menatap Adam yang tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan, dia tak menyangka orang LA begitu vulgar dan blak-blakan. Bahkan dengan orang yang baru ditemuinya beberapa jam lalu. Bahkan belum sampai 24 jam dia mengenal artis itu.
“Apakah orang Amerika begitu terbuka sepertimu? Oh astaga. Kau tak boleh menanyakan hal seperti itu pada orang Asia yang baru kau temui beberapa saat lalu.”
Pria itu tertawa, “Tak masalah. Kalau begitu, I’ll ask you later. ”
Bella menghembuskan nafasnya kesal. Pipinya merona memikirkan pertanyaan Adam. Tiba-tiba khayalannya muncul begitu saja. Matanya melirik tubuh Adam yang dibalut kaos hitam yang membungkus tubuhnya ketat. Hingga lekukan otot-otot liatnya tercetak indah. Dari lengannya muncul tato yang melingkar hingga ujung pergelangan tangan.
Adam yang menyadari tatapan Bella kemudian mendekat, hingga wajah mereka berhadapan. “Jadi…. Kapan seks pertamamu?”
Refleks, Bella memukul kepala Adam karena sekali lagi, pertanyaannya begitu vulgar untuk ukuran wanita Indonesia yang baru dikenalnya.
“Kau bilang akan bertanya nanti!” bentaknya.
“Nantinya dua detik kemudian,” jawab Adam sambil terbahak puas. Lalu Bella memukulnya kembali.
Hening tercipta sejenak, sampai Bella kembai berucap, “Saat SMA. With my teacher.”
Adam melirik sejenak, baginya itu hal biasa, tapi Adam mengerti kalau budaya timur tak sebebas di tempat tinggalnya. Saat melirik Bella, ada gurat sedih di sana.
“Oke, tak masalah jika kau keberatan menceritakannya.”
“Tidak.”
“Tidak?” Tanya Adam.
“Aku akan menceritakannya. Kalau dulu aku pernah berpacaran dengan guru SMAku. Yah, kau tahu? Rasa penasaran anak dalam masa pubertas sangat menggebu, sehingga aku tak dapat membedakan mana yang benar dan yang salah. Hanya mengikuti kata hati saja.”
Adam menyimak tanpa memotong kalimat gadis itu.
“Lalu, ternyata aku tahu kalau dia sudah memiliki istri. Saat itu aku terlalu egois untuk memikirkan perasaan istrinya dan memilih untuk merebutnya. Bahkan menyerahkan keperawananku untuk lelaki brengsek itu.” Bella terdiam sejenak, “Lalu aku tahu kalau ternyata dia memiliki wanita lain selain aku dan istrinya. Dari sana aku sadar, kalau orang yang tidak setia sekali saja, maka dia akan berpotensi untuk terus mengkhianati kepercayaan orang terdekatnya.”
“Bagaimana kalau suatu saat kau jatuh cinta lagi pada pria yang tidak setia? Kau tahu kan, masalah hati tidak ada yang bisa memprediksi.”
Bella menatap mata Adam yang tajam, dengan alis tebal yang membingkai wajahnya. “Aku akan berusaha untuk tidak mengikuti perasaanku. Bahkan kalau mungkin aku harus menahan rasa cintaku sedemikian sulitnya. Karena aku tak mau menggadaikan masa hidupku untuk menghabiskan sebagian atau sepanjang hidup bersama lelaki seperti itu.”
Telak. Adam merasa kalau kalimat yang Bella tujukan adalah untuknya.
Dia sadar, kalau selama ini dia merupakan salah satu golongan pria yang tidak dapat dipegang hatinya. Lalu dia berpikir, akankah masa tuanya akan dia habiskan dengan istri yang merawat dia dan anak-anaknya ataukah dia akan ditinggalkan keluarganya karena kebodohan dia dan kebencian mereka terhadapnya di masa lalu mereka? Ah, tapi dia buru-buru menyingkirkan pikiran mellow tersebut. Lalu kembali mengalihkan topik pembicaraan.
“Bagaimana dengan lelaki keduamu?”
Bella menggeleng, “Sampai saat ini tidak ada laki-laki lain.”
Suara detik jam di dinding mengisi diamnya mereka yang sibuk dengan pikiran masing-masing. Bella dengan masa lalunya, dan Adam dengan hidupnya di masa kini. Tetapi bukan laki-laki namanya bila terus memikirkan masalah hati sedangkan di sampingnya kini ada gadis jelita yang bersedih.
“Ikut aku.” Ajak Adam sambil meraih tangan Bella. Mengajaknya ke ruang tengah, disana tersedia sebuah sofa berwarna krem. Mereka berdua duduk dan Adam menyalakan televisi home theatre di depannya, setelah sebelumnya menyalakan keping dvd yang dia ambil di rak sebelah kanan ruangan itu. Tempat berjejernya koleksi dvd Adam Levine.
“Kau tahu, aku senang menonton di kala aku sedang memikirkan sesuatu. Yah, tidak sering, tapi kadangkala melihat dunia orang lain di layar kaca bisa membuat kita melupakan sejenak dunia kita sendiri.”
Bella mendengus mendengar penuturan Adam, “Kupikir kau biasa menghabiskan hidupmu dan melupakan masalahmu di night club lalu melakukan one night standdengan wanita-wanita di sana.”
Adam mengangguk, “Ya. Itu salah satunya.” Dia membenarkan.
Mereka berdua pun menonton film Lord of The Ring, membiarkan layar itu memutar tayangan yang sudah pernah mereka tonton berdua, walau di tempat dan waktu yang berbeda.
“Aku suka film ini,” kata Adam tiba-tiba.
“Aku juga.”
“Hm, maksudku dari kacamata laki-laki.”
Bella kembali mendengus keras.
“Oh ya? Dan apa yang dipikirkan laki-laki dan tidak dipikirkan wanita saat menonton film ini?”
“Cincin.”
“Cincin?”
“Ya. Kuharap bisa memiliki cincin itu agar bisa menghilang dan mengintip kegiatan-kegiatan khusus wanita-wanita di sekitarku.”
“APA?! Oh aku tak percaya lelaki yang tak kekurangan wanita sepertimu bisa punya pikiran norak seperti itu!” Bella mencubitnya keras. Dia tak percaya, penyanyi yang beberapa waktu lalu dia kagumi karena ketampanan dan lagu-lagunya kini bersikap menyebalkan dalam sehari. Dan itu dalam konteks mesum.
“Apa yang ada di otakmu hanya seks saja?”
“Ya, 99%.”
“OH My God. Aku benar-benar tak percaya ini.” Bella menjambak rambutnya, ekspresif.
“Hey, tapi itu kenyataan. Aku suka seks dan aku suka saat wanita-wanita di bawah tubuhku mendesah keras, dan berisik di ranjangku saat kami melakukannya.”
“Syukurlah aku bukan orang yang berisik di ranjang.”
Adam terdiam mendengar Bella yang bergumam lega. "Kalau begitu bagaimana kalau kita coba?” Tanya Adam sambil berbalik hingga tubuh mereka berhadapan, masih dalam posisik duduk di sofa.
Mendengar itu Bella shock, apakah ini ajakan berhubungan seks? Aku diajak berhubungan oleh penyanyi terkenal?? Bella kau beruntung! . Pikiran jahat Bella memanipulasi. Tapi otaknya kembali terkumpul saat Adam semakin merapat ke tubuhnya, mengurung dirinya dengan kedua tangan di sisi tubuh Bella.
Bella tak tahu harus berbuat apa, pria di hadapannya begitu besar dibanding tubuh Bella, sehingga dia berpikir kalau tubuh Adam dapat meremukan tubuhnya. Jantungnya berdetak ribuan kali lebih kencang dari biasanya. Tatapan pria itu seolah membakar dirinya, membuat aliran darah dalam tubuhnya bergolak dan tulang-tulang seakan melemas tak berdaya.
“Apa… kau ingin mencobanya?” ucap dia di dekat telinga Bella, membuat sekujur tubuh Bella merinding merasakan sapuan bibirnya yang menyentuh daun telinga Bella saat bicara. Sementara tubuh Adam menghimpit si mungil di hadapannya. Tak tahan lagi dengan pesona Bella, dia membiarkan singa di dalam tubuhnya keluar dan mengamuk, mendominasi dirinya.
“A… apa?” Ucap Bella dengan cicitan suara kecil ketakutan. Bagaikan kelinci yang tertangkap pemburunya. God, dia sangat tahu apa maksud Adam, tapi tetap saja dia tak terbiasa diperlakukan oleh orang asing seperti ini. Tak ada pengaruhnya, bahkan saat dia sering melihat wajahnya di layar kaca. Namun merasakan hembusan nafasnya di dekat bibir mereka yang kini hanya berjarak satu sentimeter saja membuat Bella kehilangan kesadaran. Otaknya lumpuh, dan kini hanya bisa pasrah.
“Ngh…” erangan kecil dari mulut Bella meruntuhkan pertahanan Adam. Dia menghisap bibir kenyal Bella, menggigit dan memasukan lidahnya ke dalam bibir Bella yang terbuka. Menelusuri rongga mulutnya, saling mengait dengan tubuh menghimpit.
Bella tak pernah membayangkan bisa begitu dekat dengan Adam, bahkan dalam pikiran paling liarnya sekalipun, ia tak pernah membayangkan Adam dalam konteks seksual. Walau Bella akui pria ini memang sangat seksi, menguarkan aura seksual dan pheromone yang tinggi.
Saat ciuman itu berlangsung, Bella merasakan bulu-bulu di wajahnya yang menggesek rahang dan pipinya saat Adam mencumbu kulit Bella yang halus. Oh di wajah Adam benar-benar banyak bulu. pikir Bella konyol.
Deru nafas kedua insan itu saling memburu, bersahutan. Adam yang sangat penasaran untuk bersatu dengan Bella, mencicipi rasanya berkali-kali menggeram senang melihat reaksi Bella yang katanya sudah tidak perawan tapi jauh dari berpengalaman.
Sofa itu kini menjadi tempat bergumulnya dua anak manusia yang sama-sama berburu hasrat. Bella melayang saat merasakan tangan Adam menjelajahi tubuhnya. Memijit payudaranya pelan, sambil tetap bercumbu. Membuka kaos Bella dan menikmati tatapan sayunya dengan bra yang sudah terbuka kaitannya.
Hasrat membara di dalam diri Adam. Dengan gemas dia melahap hidangan di hadapannya. Mengecup, menggigit dan menghisap payudara Bella, membuat kepalanya pusing dan penuh oleh gairah yang membludak. Sedangkan Bella hanya bisa mendesah hebat, sambil mendaratkan tangannya di sekujur badan Levine yang dipenuhi tattoo.
Kejantanannya begitu tegak, saat dia membebaskannya dari kungkungan celana pendeknya. Membuat Bella yang tadinya terlena kini melotot ngeri.
“Ti… tidak!”
Adam tak menghiraukan dan berusaha memasukannya.
“A…adam jangan, kau mengerikan. Aku tak pernah dimasuki oleh barang sebesar itu!”
Bella beringsut hendak lari dari Adam, tapi kemudian Adam mengurungnya kembali.
“Kau bercanda. Aku sudah di ujung dan kau bersikap seperti anak perawan. Ini akan gawat kalau tidak dimasukkan.” Tergesa Adam mencari lubang itu tanpa mendengar penolakan Bella.
"Adaaaaam! Slooow doown! " Bella berteriak spontan saat kejantanan Adam perlahan memasuki lubangnya. Walaupun dirinya bukan perawan, tapi sudah cukup lama sejak terakhir ia berhubungan intim.
"Tahan, baby! Sedikit lagi!"
Bella memejamkan matanya sambil menggigit bibir menahan sakit.
Bless. Dan benda itu meluncur masuk, hingga akhirnya terbenam sepenuhnya. Membuat Bella meringis pada awalnya namun kemudian lega, karena dia bisa menerima benda yang dia pikir sangat besar. Lebih besar dari guru SMAnya dulu.
“Masuk bukan?” canda Adam sambil bergerak perlahan mencari puncak kenikmatan di dalam tubuh Bella.
"Shut up, Adam! Berhenti bergerak dulu! Aku perlu beradaptasi!
"Kau yakin ingin aku berhenti?" tanya Adam sambil menarik setengah kejantanannya keluar dari tubuh Bella.
"Ya, aku terasa sangat penuh oleh... Ah….” Bella mendesah tanpa ia sadari saat Adam tiba-tiba menunjamkan kembali kejantanannya. Adam pun langsung menyergap bibir Bella, menciumnya dengan penuh napsu seakan belum pernah mencium bibir wanita sebelumnya. Tidak lupa tangannya menjelejahi setiap jengkal tubuh Bella sambil memaju-mundurkan pinggulnya perlahan.
Ciuman dan rabaan tangan Adam serta ukuran kejantanannya, ternyata mampu membuat gairah seksualitas Bella meletup-letup seperti ini. Ia pun tak sadar lagi dengan sikapnya. Detik itu juga dia berubah, menjadi Bella yang tidak biasanya. Liar dan menggairahkan.
Adam menurunkan kepalanya ke arah payudara Bella, ia mengecup mesra puting Bella, membuat Bella tersentak. Tidak berhenti di situ, tangan Adam meremas payudara Bella yang lain, membuat Bella melenguh perlahan.
"Do you like it, darling? " tanya Adam sambil tersenyum. Bella meraih kepala Adam dan menciumnya dengan ganas. Hilang sudah semua akal Bella. Ia hanya ingin memuaskan nafsunya sekarang.
Adam memeluk Bella dan berguling, membuat Bella berada di atasnya. Bella mengangkat badannya dari pelukan Adam dan menatap lelaki yang menjadi idolanya sambil tersenyum. Ia pun perlahan mulai menggerakan badannya naik turun, mencari kepuasan dari kejantanan Adam yang memenuhi dirinya.
Adam tersenyum puas. Sebuah pemandangan tak ternilai bisa melihat seorang gadis seperti Bella kehilangan kontrol diri seperti ini. Tapi tiba-tiba sebuah pikiran datang begitu saja membanjiri kepalanya.
“Sial. Kenapa harus sekarang?" Adam mengumpat perlahan," Oh fuck! ”
“Bella, Bella, kau punya pena?”
Di tengah gairah yang melanda, Bella sama sekali tak pernah menduga bahwa Adam akan menanyakan pena padanya. Mana dia tahu? Yang punya rumah ini kan dia.
“Ah ah…”
Bella hanya mendesah tak peduli. Dan Adam semakin frustasi, lalu melingkarkan kaki Bella ke pinggangnya. Memeluknya dan berdiri dengan posisi sambil menggenjot Bella. Perlahan dia berjalan sambil membawa Bella dengan kelamin yang masih beradu. Menuju kamarnya. Tak peduli dengan ketelanjangan dan aktivitas mereka saat ini.
Sesekali Adam menghentikan langkahnya, dan menaruh Bella di meja, lalu bergerak sebentar dan menikmati momen itu. Tapi setelah sadar dia kembali mengumpat. Dan berjalan hingga sampai di depan kamarnya. Adam membawanya ke ranjang, dan melakukan itu di sana. Bibir mereka kembali Saling menghisap, dan dengan berat hati tiba-tiba Adam melepaskan Bella.
“Tunggu sebentar.” Katanya, pergi mengambil pena di nakas lalu menuliskan sesuatu yang tak diketahui Bella. Namun, hasrat yang sudah tak tertahankan menjadikan Bella bersikap tak peduli. Dia menarik lengan Adam dan kembali menciumnya ganas. Dia harus mendapatkan pelepasannya. Dan kertas itu terjatuh begitu saja.
Adam frustasi. Dia tak tahu kertas itu jatuh dimana. Ia hanya tahu kalau dia tak segera menulisnya maka dia akan segera lupa dengan lagunya. Damn. Dia mendapat inspirasi saat berhubungan dengan Bella. Wanita ini benar-benar hebat. Persetan dengan kertas itu. Dia membalas ciuman Bella dengan tak kalah ganasnya, dan kembali memasukinya.
“Fuck! ” erang Bella penuh kenikmatan.
“Yeah, Fuck!” balas Adam menyeringai, senang melihat Bella begitu pasrah di bawah kendalinya. Pemandangan wanita dengan bentuk payudara yang bulat membusung membuat dia kehilangan pikirannya. Segera mulut itu membenamkan wajahnya pada bukit kembar Bella.
“What are you do..ing??” Mata Bella berkunang-kunang dengan sensasi hebat yang menyerang tubuhnya. Namun sadar akan perilaku Adam yang kini malah sedang menuliskan sesuatu di payudaranya. Jelas sekali kalau tadi ujung bolpoin itu menusuk kulitnya perlahan.
“Adam…”
Seolah tak mendengar, Adam menikmati tubuh Bella seolah tak ada lagi wanita yang dapat memuaskannya. Payudaranya terasa pas di tangan Adam yang besar. Hhh. Payudara sebesar apa lagi yang dia harapkan saat dihadapannya dada Bella begitu bulat, membusung dan sangat pas di kurungan telapak tangannya? Begitu hangat, putih dan kenyal. Dia benar-benar bisa gila hanya karena menikmati payudara saja. Dan desahan Bella. God. Her sexy bedroom voice, begitu serak, merdu dan inspirasinya kembali mengalir deras. What The Hell. Kenapa harus saat sedang bermain seperti ini, inspirasi itu datang? Tidak bisakah mereka menunggu sampai Dia selesai dengan Bella. Adam menggeram, lalu menghunjamkan miliknya berkali-kali dengan cepat dan keras, lalu kembali menulis, kali ini di bawah payudara Bella, sesaat berhenti untuk menulis lalu kemudian bergerak lagi.
Dan sesekali menulis di tubuh Bella. Kadang dada, kadang punggung.
“Apa…”
Bibirnya kembali dikulum Adam sebelum sempat berbicara lagi. Tubuh mereka menyatu, dengan peluh yang keluar dari kulit masing-masing. Kini, tangan Bella bergerak, menjamah bagian atas tubuh Adam, tattoo yang menempel di kulit Adam ini ia telusuri dengan jemarinya, kadang kukunya menancap di lengan dan punggung Adam saat kenikmatan itu datang.
Lalu mereka orgasme bersamaan.
“Aaahhh…. Adammm.” Bella melengking keras. Dan Adam menyaksikan pemandangan yang begitu menakjubkan baginya. Tidak ada tulang rusuk yang terlihat, seolah akan patah di tubuh Bella saat punggungnya melengkung Indah. Berbeda sekali dengan wanita-wanita kurus yang dikencaninya selama ini.
“Bella, kau…. Menakjubkan.” Adam mengecup kening Bella saat percintaan itu berakhir.
*****
End of Scene 3---
But baby there you go again, there you go again, making me love you
And I stop using my head, using my head, let it all go
Now you’re stuck on my body, on my body, like a tattoo
And now I’m feeling stupid, feeling stupid coming back to you
So I cross my heart and I hope to die
That I’ll only stay with you one more night
And I know I said it a million times
But I’ll only stay with you one more night
Oh baby give me one more night~
Lengkingan vokalis Maroon 5 yang khas ini terdengar saat dia menunjukkan lagu yang baru saja ia buat tadi siang.
“Bagaimana?”
James yang berposisi sebagai gitaris, menambahkan beberapa bagian yang dirasanya kurang, seperti di bagian intro. Dan well, saat mereka menyanyikannya dengan utuh untuk pertama kalinya sejak minggu-minggu suram mereka. Para anggota band ini merasa… puas.
“Wow.”
“Cool. ”
“Aku jadi ingin membawa pacarku ke ranjang saat mendengar lagu ini. Apakah kau baru saja mendapatkan seks yang hebat?” Matthew, memainkan stick drumnya sambil tersenyum jenaka. Tentu saja mereka tahu kebiasaan sahabatnya ini, dengan perubahannya saat mendapat kepuasan seks dengan teman kencannya. Tetapi kali ini, mereka ikut puas karena permasalahan mereka teratasi dengan baik. Sepertinya mereka akan segera meluncurkan single terbaru tak lama lagi.
Di waktu yang sama Bella menggigit bibirnya, tadi pagi dia merasakan seks lagi setelah lama tak melakukannya. Dia tidur di ranjang Adam dengan tubuh polos di selimuti selimut tebal. Berpikir berulang kali mengenai semuanya. Besok, dia akan pergi dari rumah ini, dan kembali ke tempat kakaknya.
Huft. Menghela nafas dia menjernihkan otaknya.
Hanya begini saja? Setelah pagi yang begitu menggebu? Iya. dia bukan lagi wanita naïf yang akan memikirkan masa depan menikah dengan artis terkenal sekaliber Adam Levine. Fansnya ada hampir di seluruh dunia. Dan dia telah melakukannya dengan Adam? Sebut Bella gila. Tapi inilah yang terjadi. Bella tak berani berharap jauh. Apalagi reputasi pria itu yang terkenal player. Tak pernah serius dengan wanita, bahkan tak berniat menikah, padahal usianya sudah kepala tiga.
Tak ada untungnya dia di rumah ini lebih lama. Padahal tadinya dia sudah berkhayal untuk meminta tanda tangan dan menjerit kegirangan saat bertemu Adam. Kenyataannya, dia malah ditemukan dalam keadaaa memalukan dan berusaha menjaga harga diri dengan tidak histeris sampai kemudian kegilaan itu terjadi. Entah keberuntungan atau kesialan, karena kini dadanya berdenyut nyeri.
Derap langkah dari luar kamar membuatnya tersadar. Itu pasti Adam, dia jadi inget tantenya, yang belum ditemuinya sejak tadi. Apakah Tante Ani mengetahui apa yang ia lakukan? Dia tak berani berpikir jauh kesana. Yang jelas, saat ini dia harus menghadapi Adam.
Suara pintu pun terbuka, dan sosok lelaki berperawakan tinggi dan besar bagi Bella muncul. Adam datang dengan penuh riang. Bahagia tercetak jelas di wajahnya.
“Bella.” Katanya datang dan memeluk wanita itu lalu mencium bibirnya, “kau tahu, sepertinya aku akan meluncurkan single terbaru.”
Dia menceritakan tentang dirinya yang berhasil membuat lagu baru, dan inspirasinya adalah Bella. Dia yakin kalau lagunya akan kembali meledak seperti sebelumnya. Bella sendiri menyimaknya dengan penuh perhatian, sesekali mengangguk dan berkomentar hingga akhirnya, Bella menyampaikan keinginannya untuk pergi besok. Mendengar itu Adam terkejut luar biasa. Padahal dia baru saja menyampaikan berita gembira kepada gadis itu, namun dibalasnya dengan berita yang tidak ingin Adam dengar.
“Baiklah aku akan berkunjung ke Indonesia. Tahun depan aku akan konser di sana. Dan kita akan bertemu.” Ucap Adam penuh percaya diri.
“Tidak Adam. Aku harap kita tak pernah bertemu lagi. Kejadian tadi pagi itu, aku… aku harap kau dapat melupakannya. Sungguh, itu terjadi atas kekhilafanku. Aku minta maaf untuk semuanya.”
Kebingungan melanda pria itu. Melupakannya dia bilang? Baru kali ini ada wanita yang minta maaf untuk sebuah seks… ah bukan. Make love. Dia lebih suka menyebutnya make love bila dengan Bella. Dan dia harus melupakan percintaan yang mengesankan itu.
Oh bunuh saja dirinya. Bahkan lagu “One More Night” ditujukan untuk gadis itu yang mencuri perhatiannya. Bullshit? Katakan itu pada orang yang tak pernah merasakan apa yang dia alami. Tapi percayalah, Love at the first sight itu ada. Dan Adam baru saja mengalaminya namun dengan gampangnya dicampakan oleh si mungil ini.
“Kita bicara soal kesetiaan kemarin.” Adam berbicara.
“Selama ini yang kutahu adalah bagaimana bisa memuaskan dan terpuaskan ketika tidur di ranjang dengan wanita. Tapi… tapi kau membuatku berpikir lebih jauh untuk itu. Dan… dan bisakah kita melanjutkannya? Kau tahu, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Kau boleh mengatakan aku pembohong, playboy, brengsek, bajingan. Meskipun begitu…”
Adam meraih bahu Bella yang terbuka. “Bella… I Love you. Aku ingin mencoba menjalin hubungan dengan sebuah kesetiaan di dalamnya. Jadi… kupikir…”
“Adam…”
Sungguh Bella tak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu dari seorang Adam Levine. Haruskah ia percaya?
Gadis itu mengerjapkan matanya. Mengumpulkan kata demi kata, membuat Adam mengerti, kalau dia tidak pantas untuk ini. Bahkan, dia sendiri tak mengerti apa yang dia rasakan pada lelaki di hadapannya ini. Cintakah?
Dia rasa bukan. Karena, baginya butuh waktu untuk mencintai dan percaya bahwa lelaki di dekatmu benar-benar mencintamu.
Mungkin, suatu saat dia akan bisa menerimanya. Tapi bukan saat ini.
“Aku berterimakasih atas perasaanmu. Tapi, aku tak bisa.”
Bella mencoba memberikan pengertian untuk Adam. Bahwa dia tak memiliki perasaan yang sama untuknya. Apalagi ketakutan yang dihadapinya begitu besar. Dia ingat pernah berkata pada Adam kalau dia tak akan pernah berhubungan dengan orang yang menurutnya tak pernah setia. Apakah Adam termasuk? Bella sendiri tak yakin. Tetapi itu cukup membuat Adam paham bahwa dia bukanlah wanita yang bisa menjalin hubungan jangka panjang dalam waktu hanya satu atau dua hari saja.
“Apakah kau begitu mencintai pria Indonesia itu?” Tanya Adam penasaran.
“Kalau yang kau maksud adalah cinta pertamaku, maka jawabannya adalah tidak. Dan kalau yang kau maksud adalah pria Indonesia pada umumnya, maka jawabanku adalah Iya. Dari kecil aku tak pernah bercita-cita punya pacar seorang bule.”
“Bule?”
“Iya, panggilan untuk orang luar negeri yang pirang.” Jawab Bella sambil tertawa kecil.
“Memangnya Apa hebatnya pria Indonesia sampai kau menyia-nyiakan pria bule terkenal dan tampan sepertiku?”
Bella tertawa keras, tak habis pikir dengan percaya diri Adam yang begitu luar biasa.
“Sharky.” Panggilnya dengan nickname yang biasa dipakai teman-teman dekatnya di Maroon 5.
“Aku pernah baca di suatu novel. Dan kali ini akan kuucapkan padamu, karena kau menanyakan hal yang sama. Dengar baik-baik.” Diam sejenak, kemudian dia melanjutkan, “Aku suka pria Indonesia karena mereka adalah keturunan laki-laki yang mampu membangun seribu candi dalam semalam, keturunan pria yang mampu membuat perahu besar demi permintaan wanita yang dicintainya, lalu keturunan Ken Arok yang dengan gagah meruntuhkan kekuasaan Raja dan merebut istrinya untuk dia peristri. Kau kira aku akan menyia-nyiakan potensi pria-pria yang rela berkorban demi wanita yang dicintainya? Nah itulah bedanya lelaki Indonesia dan Kau, pria bule. Kalian itu keturunan pangeran yang hanya datang di akhir cerita, mencium sang putri lalu bahagia. Secara tidak langsung, kalian itu adalah pahlawan kesiangan. ” Pungkas Bella menunjuk dada Adam dengan ujung jemarinya.
Sedangkan Adam hanya diam, tak tahu harus berkata apa.
“Baiklah. Kau benar. Aku pikir aku tak pantas dengan wanita bermulut tajam sepertimu. Itu bisa membuat tekanan darahku naik,” guraunya.
“Aku akan senang kalau kau kelak menemukan wanita lain yang mampu bersanding dan menandingi dirimu dari segala segi. Tidak lucu bila kau pacaran dengan rakyat jelata dari negeri tak terkenal sepertiku bukan?”
Adam menggeleng, kemudian mengecup kening Bella, dalam dan tulus.
“Aku mengerti. Aku akan melakukan apa yang kau minta. Aku akan mencari wanita yang ingin kunikahi kelak. Tapi kau harus ingat, kalau selama apapun, kau adalah satu-satunya wanita yang memiliki tempat khusus di hatiku, selain ibuku.”
Bella mencium pipi Adam Levine yang penuh bulu. “Aku doakan semoga kau bahagia,” bisiknya.
Adam memejamkan mata, menikmati sensasi yang ditimbulkan dari bibir Bella yang hangat.
“Bolehkah aku bertanya lagi?”
Bella mengangguk, “Tanya saja.”
“Apakah pria-pria yang kau sebutkan tadi berhasil menyelesaikan tugasnya? Dan apakah mereka hidup bahagia bersama wanita-wanita yang kau bilang tadi?”
Mengerjap, Bella tertawa terbahak.
“Kau bercanda! Tentu saja tidak!”
Adam kaget dengan jawaban Bella yang tidak diduganya. “Kau yang bercanda.” Sahutnya tak terima.
“Bagaimana bisa mereka berkorban begitu besar tapi tak bahagia dengan wanita yang mereka cintai?”
Berdehem, gadis itu menjawab pertanyaan Adam dengan hati-hati.
“Karena wanita Indonesia lebih pintar dari para prianya.”
“What???”
“Iya, Pria yang membangun seribu candi dan perahu besar itu merasa gagal karena terpedaya tipu muslihat para wanitanya. Sedangkan Ken Arok yang berhasil meruntuhkan tahta Raja saat itu, di masa depannya dibunuh anak dari istrinya, alias anak raja terdahulu.”
Adam menggeleng kembali. “Kau benar-benar membuatku kesal.”
Dan Bella hanya tertawa.
Kedua insan itu tahu, kalau mereka tidak akan bersatu. Hubungan yang hanya berjarak kurang dari 48 jam itu harus diakhiri. Bella hanya berharap dapat melihat Adam menikah dan hidup setia hanya untuk satu wanita saja. Maka itu akan membuatnya bahagia, dan mulai percaya, bahwa kesetiaan yang selama ini diharapkannya bukan hanya mimpi belaka.
~END~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar