Minggu, 06 Desember 2015

Cerita Dewasa Artis paula Varhoeven 3

Setelah selesai urusan di kantor Era Moda, aku langsung cabut bersama Alan. Fyuuh rasanya lega bangeet deh saat mengetahui pihak Era Moda memback up penuh semua kebutuhan ku. Tak lama setelah mobil sedan premium Alan melaju, hp cowok keren yang ku kagumi berbunyi.. “Menepi dulu aja Lan dari pada sambil nyetir.” saran ku. Sambil melepas blazer. Sekarang bagian atas tubuhku cuma berbalun kemben mini ketat warna hitam sangat kontras dengan putih warna kulit ku.

“Gapapa, tenang aja. Aman kok.” tukas dia cepat. Alan cuma menjawab singkat-singkat selama menelepon. Tapi aku tahu senyum Alan selalu merekah senang saat menjawab siapakah gerangan yang di seberang sana.


Siapaa yaa? Cewek nya kali. Tapi kayaknya bukan deh orang Alan selalu bersamaku. Tapi dari ekspresi wajahnya kok kaya telfonan sama seseorang yang di kasihi? Enggak mungkin, dasar Alan aja orangnya suka senyum gitu. Hati ku saling berbantah-bantahan sendiri. Uughh menyebalkan. Nyetel musik aja deh, ucapku dalam hati seraya menset lagu di player.

“Siapaa?” tanyaku pelan. “Temen.” jawabnya singkat di iringi senyum. Ekor matanya melirik fresh meat di dada ku.


Aku menggeliatkan tubuh untuk menghilangkan penat sejenak. Saat tanganku merentang keatas kedua payudara ku tampak semakin membusung. Duuh mana kendor nih kaitan bh nya batin ku sambil memasukkan tangan kiri ku merogoh kedalam kemben belahan dada sehingga kemben itu melorot dan makin menampakkan daging bulat payudaraku yang membal kenyal.

Kalau aku pikir-pikir memang akhir-akhir ini kesibukan ku meningkat berkali lipat. Tidak pernah aku rasakan dan setelah urusan di Era Moda beres, barulah kepenatan yang selama ini menumpuk baru terasa. I need something maybe. A dick? Absolutely haahaha pikir ku kacau. Aah, aku jadi teringat dengan Antoinella yang slutty bangeet. Hmmm kurasakan vagina ku meremang.


“Lan, kamu adaa acara setelah ini?”

“Adaa tapi masih ntaar kok. Kenapa?”


“Check in yuuk.” ucapku frontal.

Aku memang free dalam hal kaya gini. Asal senang sama senang, tidak adaa paksaan, perbudakan, aku sih fine-fine aja. Tanpa menjawab ajakan ku, pedal gas mobilnya di injak lebih dalam dan ini menandakan dia setuju ajakan ku. Asyiiik.



###


Kamar 11206 nov*tel

Setelah bersih-bersih menyegarkan tubuh, hanya mengenakan bathrope hotel aku duduk di pinggir ranjang kamar sambil memainkan talinya dengan tatap mata lapaar kearah Alan yang baru keluar dari kamar mandii. Telanjang dada dan hanya mengenakan boxer skaters. Penisnya tampak membayang sedikit ereksi saat dia berjalan.


Dada ku berdegup membayangkan penis cowok keren yang pasti sebentar lagi akan aku oral. Aah aku punya ide agak nakal. Melihat Alan lagi sibuk men-cek hp nya, aku beranjak kearah jendela kamar. Menyingkap korden lebar-lebar hingga tampak gedung perkantoran di samping hotel. Moga aja ada yang meneropong aktifitas yang akan aku lakukan ini hihihii.

Aku mendengar suara langkah Alan mendekati ku. Dengan pose ku yang nakal ini aku yakin Alan tidak akan tahan untuk segera menyentuh tubuh sintal yang sekarang tampak binal.


Kedua tanganku dari siku sampai telapak tangan menempel di permukaan kaca. Pantat ku yang membulat padat sedikit aku tunggingkan dengan menekuk sedikit kaki kanan dan meluruskan kaki kiri. Bathrope hotel yang aku pakai pun tersingkap sampai setengah pantat sehingga tidak mampu lagii menutupi belahan pantat bagian bawah dan sedikit bibir vagina yang terasa basah.

"Eemhh!.. Aahh! Sshhh!" desah Alan membisikkan rasa nikmat saat batang penisnya mendesak ketat tepat di belahan pantat ku yang berkulit mulus tanpa noda.


Tubuh ku ikut menggelinjang merespon sesuatu yang mengganjal di pantat ku. “Ouugh Laan. Ngghhh.” lenguhku saat Alan mendekatkan wajahnya ke leher jenjang ku. Pasti Alan semakin terbakar saat menghirup harum wangi parfum ku yang menggoda.

"Aauuww! Aku berontak kecil saat penisnya menggesek lipatan bibir memek ku bersamaan dengan tangannya yang menyingkap bathrope makin keatas dan telapak tangannya mengusap lembut kulit pinggangku.


Aku Paula Verhoeven, gadis cantik bertubuh seksi yang sudah bergairah semenjak di mobil segera saja berbalik menghadap Alan dan mendorong badannya sampai terduduk di pinggiran ranjang. Aku mengerlingkan mata dengan genit. “Just feel the taste, hmm..”

Alan pun mengangguk-angguk setuju. Perlahan, aku pun membungkukkan tubuh indahku, aku berusaha biar sepasang pantat ku yang aduhai berikut bibir memek yang tampak peret ini menempel lekat di kaca jendela kamar hotel memberikan kesempatan kepada siapaa pun untuk ikut menikmatinya. Haahaha..


“Ouughh say, pose kamu gak sopan banget.” suara Alan sampai bergetar mengetahui gaya ku yang slutty. Aku mulai menurunkan boxer Alan yang sekarang menggelembung indah. Penis itu berkedut saat jemari lentik berkulit putih milik ku mulai mengusap di sekujur batang penuh urat itu.

“Udah keras banget neh. Kapan kamu keluarin terakhir kali?" tanya ku sambil mendesah nakal.


"Ouwhh, Laa.. Enakk.. Baru 4 hari kemaren keluar." jawab Alan sambil mendesah.

Tak ingin berlama-lama, aku pun langsung menjilati kepala penis Alan dengan lidah merah dan lancip andalan ku. Alan mengelinjang ketika tangan ku mulai mengelus dan mengocoknya. Tak berapa lama, akupun mendekatkan kepala dan terjilat lah kepala penis cowok metroseksual ini. Sambil terus mengocok, aku mengulum penisnya dan tak lupa lidah ku menari ketika batang berotot itu sudah di dalam mulut mungil ku yang berbibir tipis.


"Slep.. Sleepp.. slepp." Terdengar suara kecipak yang menggairahkan.

Naluri ku pun langsung memutar pinggul sehingga pantat ku yang padat dan bulat itu tampak seperti mengelap kaca. Aku melepaskan mulut dari penis Alan.


“Enak Lan?” tanyaku seraya menoleh ke belakang sesaat dan terlihan cairan lendir birahi dari belahan bibir memek ku menodai beningnya kaca jendela. Ouugh yeesshhh!

Alan cuma mengangguk perlahan. Duuch mimik wajahnya bikin aku makin horny. Tak lama, kembali Alan merasakan kehangatan dan kelembutan mulut ku ketika kejantanan itu aku telan sampe. setengahnya. Tak sampai di situ, aku langsung mengatupkan bibir ini erat dan menariknya perlahan.


"Ouughh! Aaah.. Sshhh!" desah Alan tertahan.

Aku kembali memasukkan penisnya perlahan dan aku tarik lagi. Aku masukkan lagi lebih dalam dan aku tarik lagi. Duuch nikmat banget. Kepala cowok berjambang tipis itu sampai terdongak keatas ketika aku men-deepthroat batang kemaluannya sampai begitu dalam, sambil lidah ku mengulas-ulas batang penis yang makin mengeras. Tak lupa pula jemari lentik sebelah kiri ku mengusap-usap lembut kantung zakar Alan dan sesekali aku meremasnya perlahan. Pantat ku terus berputar semakin cepat di permukaan kaca jendela kadang juga selip karena cairan lendir birahi semakin banyak menjadikan kaca itu semakin licin.


"Oough, Paulaa!.. Enak bangetsshhh!.. Hangat dan bergerinjal mulut kamu.. Umphhfff! gila kamu jago banget ya ternyata soal oral sex." terengah-engah Alan meresapi nikmatnya servis mulutku.

Setelah men-deepthroat dengan kemampuan khusus ku, aku lanjutkan dengan menjilat-jilat dan menghisap kantung zakarnya. "Sreptt! srrept.. sruuptt!" tangan halus ku tetap mengocok penis Alan dengan cepat.


"Aaaghh Paulaaa! Ouughh.. Shitt!" ceracau Alan sambil mengarahkan kepala ku untuk menghisap dan mengulum kemaluannya lagi.

Aku tahu maksudnya, maka langsung saja aku melakukan hisapan serta kocokan mulut dengan cepat. Jemari ku juga masih tetap mengurut lembut kantong zakar Alan. Alan sudah tidak tahan lagi. 15menit berlalu, penis Alan sudah berdenyut-denyut di dalam hangatnya mulut ini. Hihii..


“Time out dulu say. Time out dulu. Mau keluar ini.. Sshhh” desahnya tertahan.

Aku tersenyum melihat Alan tak berdaya. Setelah beberapa saat aku pun memintanya untuk segera menyetubuhiku. Aku sudah tidak kuat. Birahi ku sudah tepat di ubun-ubun.


“C'moon babe, eat me now. All you can eat babe.” Kataku menggoda nya.

Aku sudah berposisi menghadap kaca seperti awal kita akan bercinta. Cairan lendir memek ku terasa perlahan mulai merembes turun ke paha dalam ku. I'm on high voltage.


Alan mulai menempelkan batang penisnya di sela-sela pantatku. Karena sudah tak sabar, aku pun segera membimbing penis kenyal yang sudah tegang dan keras itu masuk ke dalam memek ku. “Sleeephhh..” penis Alan menyeruak masuk.

“Aaakhh.. Pe.. Pelaan babe..” jerit ku antara nikmat dan perih. Penisnya terasa sangat mengganjal di memek peret ku.


“Ouughh Laa..aaa sempitt bahngeettts..” lenguh Alan saat lubang memek ku menghimpit ketat seakan mengunyah batang penuh urat itu.

Aku juga yakin Alan pasti merasakan kehangatan yang mengalir mulai ujung penisnya ke setiap aliran darah. Cowok ganteng itu memegangi pundakku dan menggerakkan pinggulnya yang liat dengan gerakan serupa spiral. Seperti mata bor yang melubangi liang sempit memek ku. Alan memutarnya dengan pelan tapi bertenaga. Suara gesekan pemukaan penis Alan dengan selaput lendir memek ku menimbulkan suara yang erotis sehingga menimbulkan sensasi tambahan ke otakku.


Suara-suara erangan dan desahan napas kami berdua yang terpatah-patah, suara gesekan penis dan cairan lendir memek yang lengket berbaur dengan lembut seperti simfoni nada. Alan menarik tangan kanan ku dan di rangkulkan ke lehernya. Sedang tangan kanannya mengangkat kaki kanan ku ke pinggangnya. Sekarang aku di setubuhinya dari belakang dengan posisi tubuh menyamping.

Dia juga tidak membiarkan sepasang payudara dengan puting kemerahan ku yang ikut bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya menganggur begitu saja. Ia lahap buah dada ku yang terlihat memantul-mantul seksi itu. Setelah sekian lama Alan menyetubuhi ku, akhirnya tanpa bisa kutahan lagii, aku menceracau panjang, “Uugghh.. Sshhh.. Hhmffhhh.. Aku.. Akuuu dapeetshh, Laan.” Sesaat aku terdiam sambil menengadahkan wajah ke atas, dengan mata masih terpejam.


Kemudian Alan melanjutkan gerakannya. Barangkali cowok ganteng itu ingin mengulanginya dan aku tidak keberatan karena aku ingin sekali merasakan. puncak kenikmatan itu berulang kali. Aku pun sebisa mungkin juga menggoyangkan pinggulku dan memainkan otot-otot kegel agar penis Alan terasa seperti di pilin juga di pelintir dengat ketat oleh memek ku. Aku ingin dia ikut merasakan kenikmatan yang maksimal. Tangan Alan begitu lincah. Jika tidak aktif di buah dada ku yang ranum berkilat keringat, maka ia susupkan di selangkanganku dan mencari daging kecil di atas lubang memek yang dipenuhi oleh penisnya.

Sekarang aku di pangku Alan. Otot memek ku masih liat mencengkeram dengan erat otot penisnya. Gerakan pinggul Alan untuk menaik turunkan kemaluanku menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Aku tahu menjaga tempo permainannya agar aku bisa mengikuti cara Alan bermain dan agar Alan tidak cepat-cepat meledak. Dengan women on top memang sama sekali tidak ada gerakan liar. Yang aku lakukan adalah gerakan-gerakan lembut, tapi justru menimbulkan kenikmatan yang luar biasa bagi kami.


Setelah beberapa menit kemudian aku mengalami extacy yang hebat. “Aaaghh.. Hmmphh.. Sshhh, ini yang kedua.. Laan, aku daapettshh lagii.” jeritku penuh nikmat.

Alan membaringkan ku di ranjang, dan dia merubah posisinya diatas tubuhku. Penis nya langsung di masukkannya ke dalam memek ku. Kami melanjutkan permainan cinta yang lembut tapi panas itu. Kini cowok gagah berada di atas tubuh ku.


“Giliran kamu sekarang. Keluarin yaa.” ucapku lirih.

Alan tahu yang aku maksudkan, maka kemudian pelan-pelan dia semakin bertenaga memompa memek ku. Aku kini membiarkannya melakukan itu. Setelah beberapa saat kemudian, Alan mulai merasakan lahar panasnya ingin meledak. Penis nya berdenyut-denyut, menandai bahwa sebentar lagi akan adaa ledakan dahsyat yang akan ikut melambungkanku ke awang-awang.


“Keluarin. di dalam aja Lan. Aku ingin merasakan sensasi cairan hangat itu.. Di dalam rahimku.. Uugghh.. Ouughh”.

Mendapat izin, Alan langsung menusuk memek ku semakin cepat dan akhirnya sperma hangat dari penis nya benar- benar meledak, kubiarkan ia mengendap di memek ku, dengan diiringi teriakan nikmatnya.


“Ouugghh yeeshh Paulaaa, akuu.. Aakuu ke.. Keluu..aaarghh!” jeritnya parau dengan tubuh berkelojotan seperti hewan di sembelih.

Setelah itu, Alan dengan lembut menciumi bibirku dan tangannya mengusap-usap puting susuku. Aku juga melakukan hal yang sama dengan mengusap-usap punggungnya yang saat itu basah karena keringat. Dan memang sensasi yang kurasakan luar biasa. Perlahan nafas kami mulai teratur kembali.



###


“Lan, kamu menganggap aku sebagai apaa sih sebenernya? Perlakuanmu ke aku tuh udah bukan kaya temen biasa. Ini udah lebih dari sekedar temen, Lan..” tanyaku sambil mengusap dada bidangnya.

Alan cuma tersenyum. Tangannya mengusap lembut rambutku. Saat aku menatap bola matanya yang terlihat sesuatu yang ganjil. “Aku mau kok jadi cewek kamu.”


“.....”

“Iih malah bengong, di tanya juga.” ucapku sewot.


“Aku gak tau Paulaa gimanaa perasaanku.” jawabnya tertahan kemudian mencium keningku dan beranjak bangkit. “Udah yuk Laa, kita pulang. Aku udah di tungguin neh.” lanjutnya setelah mengecek hp nya.


Aku hanya menghela nafas panjang. Setelah event tunggal ku rampung, aku akan minta ketegasan Alan.




###





Goosshh! Akhirnya hari yang aku nanti benar-benar tiba. Ini adalah pesta ku jadi aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Sekali gagal sirnalah sudah impianku. Tata panggung untuk peragaan busana di Embassy begitu mewah dan elegan. Rasanya ingin aku cubit pipi ku berkali-kali bahwa ini adalah nyata.

Daaan here we go! Pesta nya sudah di mulai. Aku sekarang sedang berada di belakang panggung bersama para model-modelku.


Aku merapikan busana Stella, salah satu model yang berwajah oriental. Aku akui sekarang adalah saat-saat yang sangat mendebarkan. Sebenarnya aku sudah berkali-kali mengikuti ajang fashion show tapi baru kali ini aku merasa begitu grogi.

Yaa, bagaimana tidak grogi kalau ternyata tamu undangan dan para hadirin yang datang melebihi ekspektasiku. Begitu heboh dan banyak juga orang-orang ternama di dunia per-fashion-an Indonesia ikut hadir. Ivan Gunawan, Itang Yunaz, dan beberapa lagi yang sampai aku lupa namanya. Siapa lagi kalau bukan Patricia, asisten cantikku yang memberitahu semuanya.


Take it slow, Paula, take it slow Paula. Everything going to be alright.. You have ability to conquer the show, conquer the show!


“Patrice, pleasee ambilin peniti yang ada di laci meja rias! Cepat yaah!”

Aku sebenarnya menahan tawa melihat Patricia yang pontang-panting membantuku. Cewek berambut brunette itu tampak tergopoh-gopoh berlari mengambilkan pinset.

“Thanks, Patrice. Lo tetep cantik walau ikutan heboh.” Selorohku sambil berusaha merapatkan rajutan-rajutan kain di bagian dada Stella.


Dooh, ni toked pake gede segala sih.


Patricia hanya tergelak mendengar candaku mungkin juga gumam dalam hatiku.

“Stella, lo hati-hati yaa saat jalan di catwalk nanti. Konsentrasi.” Stella mengangguk tanda mengerti.


“Jangan banyak berlenggok takutnya peniti lepas. Iiih abisnya toked lo ngegemesin banget. Pokoknya jalan dengan anggun tapi ga boleh kaku, oke!” berapi-api aku menyemangatinya. Stella tertawa. Wajahnya sedikit memerah saat aku memuji keindahan buah dadanya.

“Toked Mbak Paula juga nafsuin loh. Hihihii.” Sahutnya asal.


Aseeeem! Sempet-sempetnya Stella ngomong ngawur.


Setelah aku perhatikan dress longgar yang aku kenakan ternyata memang bermodel krah melebar sehingga Stella dengan leluasa memindai keelokan sepasang payudara ku yang terbungkus adhesive bra. Hihihii^^^

Gelaran fashion show ini memang diikuti beberapa designer tapi tetap saja yang utama adalah sajian dari designer-designer rumah mode di seluruh Jakarta bandung. Dan bangganya aku orang yang mendapat kepercayaan itu. Awalnya aku memang frustrasi dengan karyaku sendiri dan beberapa designer tapi setelah berjuang untuk merevisi dan merevisi beberapa design yang tidak sesuai dengan tema, akhirnya semua bisa dilewati dengan perasaan penuh kekhawatiran.


Sebelumnya aku memang menenggelamkan diri dengan berjuta kesibukan dalam mempersiapkan rancangan baju berminggu-minggu untuk event besar yang bekerja sama dengan Era Moda.

Aku dengan hati-hati melangkah dan berjingkat diantara kabel-kabel sound system dan tata lampu. Aku penasaran banget dengan apa yang terjadi didepan. Dengan rasa penasaran yang berlebih, aku pun mengintip pesta di Embassy dari balik tirai persembunyianku di backstage.


Model-model yang sudah terseleksi sedang asyik berpose. Tatanan panggung yang dahsyat dan begitu mewah merupakan salah satu nilai plus-plus bagi pagelaran fashion show kali ini. Apalagi permainan cahaya lampu sorot atau laser yang demikian memukau. Nuansa yang natural.

Nuansa yang dibuat biru laut dan berbagai ornamen laut yang dibuat elegan. Dibagian luar di tepi catwalk aku melihat suasana yang begitu ramai penuh dengan wanita-wanita sosialita yang stylish. Meskipun kadang lampunya berubah menjadi temaram tapi aku dapat melihat dengan jelas beberapa selebriti yang hadir.


Arzeta, Aji Notonegoro bahkan ada beberapa musisi kelas wahid seperti Anggun C. Sasmi, Agnes Monica, Ahmad Dhani, Mulan Jamelaa. Mereka semua terlihat begitu menawan dalam balutan busana mewah.

Aku hanya memandang dengan kagum sambil meremas-remas tirai backdrop tempat persembunyianku. Sudah 5menit berlalu aku masih terpekur memandang pesta di Embassy. Tidak tahu kenapa, secara tiba-tiba telapak tanganku berkeringat dingin, dan perutku menjadi mual.


Aah, aku terkena paranoid. Bagaimana kalau gagal? Bagaimana kalau ternyata mengecewakan. Persiapan yang begitu memakan waktu dan pikiran, emosi jiwa dan raga, bagaimana kalau hancur dalam semalam? Aku takut. Sangat takut.

Alan, iya Alan, dimana dia ya? Andai dia ada, pasti sudah menenanganku dari tadi. Huk..huk.. huukk, meski didalam keramaian tapi aku merasa sendiri. Sejenak aku menajamkan pandangan mataku. Ahaa, aku melihat Alan disana. Sahabat terbaikku itu duduk dengan bersahaja disebuah kursi diujung catwalk. Dan itu.. Ooh God, Rubben juga hadir duduk disebelah Alan. Betapa semangatku langsung berkibar tinggi. They are my angel.


Thanks banget Dude, kamu dah bela-belain dateng disini. Aku jadi tenang. Aah, aku jadi pengen meluk kamu.


Sesekali Alan aku perhatikan melihat kearah jam tangannya. Wajah terangnya tampak semakin bening. Malam ini dia rapi sekali mengenakan Tuxedo hitam dengan aksen sapu tangan putih didada sebelah kirinya dan itu membuatku hampir ngakak. Yahh, aku jadi teringat dengan aksi bintang film mandarin, Jacky Chan. Rubben pun terlihat tampan sambil terus tersenyum sepanjang acara.

“Mbak Paulaaa, giliran kita nih.” Patricia menepuk bahuku dari belakang.


Oh God, help me.


Aku langsung bergegas tergopoh-gopoh kembali ketempat para modelku untuk bersiap-siap.

“Okey gurl! Lets get the party started! Mari kita bersenang-senang!” tidak tahu dari mana datangnya semangat yang berkobar itu, aku mengangkat tanganku dengan mengepalkan jemari. Seluruh modelku segera menyambut dengan teriakan penuh semangat.

Lagu instrumental mengalun lembut.

“GoodLuck, sayang.” Aku menepuk pundak salah seorang modelku. Christin, namanya, segera mengangguk dan kemudian berjalan dengan anggun.

Christin mengenakan kain tenun ikat oranye diberi variasi chiffon yang dibentuk menyerupai kemben dengan pola garis-garis vertikal. Rok berbahan sutra telah aku modifikasi dengan potongan tenun ikat dark green membentuk sebuah rok yang unique. Waow! Aku sendiri takjub saat bandana tenun ikat yang juga berwarna darkgreen yang dipakai untuk mengikat rambut Christin, berkibar tertiup angin buatan dari sebuah blower.

Aku menahan nafas setelah melihat para kritikus mode sedang menulis-nulis sesuatu.

Semoga yang ditulisnya hal-hal positif.


Model selanjutnya, Stella. “Inget ya Stell.” Aku mengingatkannya kembali. “Oke Mbak, ga usah khawatir soal ini.” Stella melirik sebentar kearah sepasang toked nya sendiri yang memang membulat putih dibalik baju yang ia kenakan.

Semakin lama ritme musik terdengar semakin cepat, sesuai dengan kedinamisan busana selanjutnya. Aku menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku. Kedua mataku terpaku tajam kearah layar televisi plasma yang memang disediakan dibalik panggung.


Aku mengetuk-ngetukkan heels ke keramik sebagai tanda gelisah. Kadang-kadang aku teriak kepada Patricia,”Aah Patrice, peniti di dada Stella hampir copot. Sial dia dapet irama lagu yang cepat.” Atau “Oh Rahma. Jangan cepat-cepat jalannya. Itu heels ga begitu kuat kalo lo pake buat jalan cepat. Pelan-pelan sayang. Pelan-pelan, nah gitu.” Dan teriakan-teriakan kecil terus aku lakukan sampai Patricia yang berada disampingku terbahak-bahak.

“Mbak Paulaa lucu. Hahahaa.”


Aku menoleh kearahnya. “Biarin.”

Aku melihat jam tangan. Aah 30 menit sudah berlalu dan saatnya encore. Yaitu saatnya si pembuat baju atau designer naik keatas panggung untuk melakukan penghormatan kepada para tamu undangan.


“Maju Mbak. Cepetan!” Patricia mendorongku.


Aduuuh, kaki ku lemes. Kaki ku lemees. Kenapa tubuh ku kayak ga ada tulangnya??


Aku mulai berjalan pelan menuju ke beberapa model yang sedang berdiri berbaris dan bertepuk tangan. Saat aku hampir ditengah catwalk, ada sekitar 10 model yang mengapitku, mengawalku untuk berjalan ke ujung catwalk.

Tepuk tangan semakin riuh. Suara music semakin bergema diiringi kilatan-kilatan cahaya lampu. Aku melayang tinggi, kaki ku seakan tidak menginjak tanah saat mengetahui para hadirin memberikan standing ovation buat ku persis saat aku berdiri di ujung bagian depan catwalk.


Take a bow yang hanya bisa aku lakukan. Dan suara teriakan bercampur tepuk tangan yang serentak itu sukses membawaku semakin tinggi menuju indahnya pelangi. Sukseeees beraaaaat!



###


Sungguh badan ku terasa ringan setelah event tunggal ku yang baru saja berakhir berjalan dengan mulus. Di dalam masih terlihat rame dan crowded. Ada sesi interview, ada foto-foto bareng model, dan lain sebagainya. Aku melipir pelan-pelan keluar gedung karena setelah event berakhir aku tidak melihat kedua malaikat ku.

Aku sangat terkejut karena Ruben juga datang bersama Alan. Terlintas di benak ku untuk merasakan thresome yang liar. Hahaaha gila.


Sekarang aku mencari mereka di sebuah halaman parkir. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan mengajak Alan dan Ruben untuk foto bersama atas keberhasilanku & suksesnya peragaan busana barusan.

Selain itu aku ingin mendengar kepastian dari Alan apakah kita akan menyambung tali cinta yang belum sempat terajut kemarin setelah bercinta.


“Nah itu dia mobilnya. Alan.. Rubbeen..” ucapku memanggil.

Aku semakin mendekati mobil sedan premium yang mentereng. Suasana hening tapi aku masih bisa mendengar suara gumaman seseorang. Saat aku berada di dekat pintu mobil, mataku membelalak lebar. Tubuhku kaku seketika. Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri.


“MENJIJIKKAN KALIAN! DASAR LAKNATT!” aku langsung berteriak kepada mereka berdua.

Yang aku lihat sungguh di luar akal sehatku. Alan sedang berbaring di atas bagasi belakang sedan. Pinggang ke bawah menjejak ke tanah dengan celana panjang berikut celana dalamnya sudah teronggok di mata kakinya. Demikian pula dengan Rubben yang sudah bugil bagian bawah.


Alan sedang di tindih Ruben dengan penuh nafsu. Bibir keduanya menempel erat saling melumat basah penuh syahwat. Alan yang sedang di tindih Ruben pun tanpa tahu malu mengocok penis cowok Italia tersebut dengan cepat sehingga menimbulkan suara erangan erotis Ruben di sela-sela ciuman panas mereka.

Begitu aku menangkap basah mereka yang ternyata gay, sepasang cowok homo itu kaget bukan kepalang dan langsung bergegas memakai celana kembali. Penis mereka masih terlihat tegang.


“Paulaa, Paulaa.. Aku bisa menjelaskan semuanya.” ucap Alan. “Iyaa.. Paa.. Paulaa, i can explain it.” Ruben ikut bersuara dengan nafas terengah-engah.

Dengan tatapan mata yang paling bengis yang baru ini aku lakukan,“APAA?? HEH? APAAA YANG MAU KAMU JELASIN?? KAMU MAU JELASIN ENAKNYA NGENTOD SESAMA JENIS??! MAU JELASIN NIKMATNYA SALING MENUSUK BO`OL??! IYA GITU ??!” semburku tidak kira-kira.


Alan & Ruben langsung menelan ludah melihatku yang begitu murka dan berapi-api.

“Tunggu Paula biaa...” ucap mereka bersamaan tapi langsung aku potong,“MULAI SEKARANG JANGAN PERNAH MENAMPAKKAN WAJAH KALIAN DI DEPAN MUKA KU. DASAR HOMO LAKNAAAT!” teriak ku sambil menunjuk muka mereka berdua dengan penuh kebencian.


Aku langsung berlari kearah gedung yang masih ramai. Aku menangis, iya menangis karena kecewa dengan mereka.

Tapi aku juga menangis, iya menangis karena bahagia dengan mimpi ku yang sudah terwujud.


“Miss Paula Verhoeven, congrat! You know Paris, Milan, London, and NewYork waiting for you. Congrat!” crew fashion tivi memberikan ucapan selamaat kepadaku.

Di kejauhan tampak Ivan Gunawan dan Itang Yunaz berjalan tergesa kearahku dengan senyum lebar terukir di bibir. Aah, sekali laagi.. Iya sekali lagii aku pun menangis.



###


THE END COMPLETED . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar