Akhir-akhir ini matahari mungkin sedang malu menampakkan wajahnya,ia lebih suka berselimut diantara awan-awan hitam yang cukup tebal, berjejalan dengan bulir-bulir air hujan yang nyaris tumpah, bahkan ditengah hari seperti ini.
Cuaca memang sedang tak bersahabat, dari pada mengutuk seperti kebanyakan manusia pada umumnya, aku lebih memilih menikmati suasananya, menikmati sensasi malas yang ditimbulkan ketika bulir-bulir air berlomba menuju tanah, sensasi itu akan bertambah ketika bulir-bulir air menghujami stratosfer, hujan akan membawa oleh-oleh berupa udara dingin, udara inilah yang kini sedang berdesakan memenuhi ruangan 5x6 meter ini.
Kalau sudah begini kopi hangat dan batang SUPER adalah kolaborasi yang pas, ditambah lagi akhir pekan sedang melanda, kamar-kamar kos yang biasanya penuh tawa canda dan segala macam hiruk pikuknya kini lenyap sudah, mayoritas pemiliknya lebih memilih bertemu keluarga, menghabiskan akhir pekan bersama, atau sekedar meminta jatah uang bulanan. Sehingga tak ada pilihan lain yang cukup tepat selain menikmati cangkir KAPAL API plus asap SUPERnya.
Aku memamg sudah terlalu biasa disuguhi suasana seperti ini, dingin dan sendiri seolah telah menjadi bagian dari hidupku. Aku adalah seorang mantan ketua umum MAPALA disebuah kampus swasta yang cukup terkamuka, bahkan aku sempat menjadi salah satu anggota tim seven submit Indonesia, sebuah tim yang dibentuk untuk mengibarkan merah putih dipuncak-puncak tertinggi di dunia.
Suhu ekstrim sudah begitu mainstream terhadap tubuh kekarku ini. Inilah bentuk tubuh yang aku dapat sebagai hadiah setelah bertahun tahun bersahabat dengan puncak – puncak gunung. Namun kini aku sedang berjuang menaklukkan puncak yang paling sulit dikalahkan, tubuh kekar ini seolah hilang jika sudah bertemu dengan kaca mata berlensa tebal serta kumis yang terlihat mengerikan. Yang paling mengerikan adalah jika ia telah mengambil pena, ia akan terlihat mencakar-cakar ganas, detik berikutnya wajahku akan terasa perih, seolah ditampar kanan, kiri, kiri,kanan lalu kanan lagi. Tapi semuanya harus dihadapi demi sebuah gelar prestis dibelakang nama, inilah aku mahasiswa semester “digit dua” yang jatuh bangun mengejar gelar SARJANA.
Kadang aku merasa sedikit frustasi juga, berbulan-bulan hanya mendapat coretan-coretan yang lebih mirip huruf sansekerta, ditambah lagi jika “sang naga” telah menyemburkan kata-kata apinya. Ia selalu mengancam dengan sebuah kata yang mengganjal saluran telinga, DROP-OUT !!!
Jika sudah begini yang kulakukan adalah menenangkan diri, dan lagi-lagi gunung adalah pilihan yang tepat. Disana aku akan puas bercumbu dengan keheningan, melupakan semua beban. Kebetulan karena reputasiku sebagai salah satu anngota 7submit, job sebagai pemandu jalan para pendaki banyak berdatangan. Kebetulan juga kini mendaki gunung adalah tren baru dikalangan anak muda. Selain menenangkan diri aku pun kini tak perlu takut lagi kehabisan uang.
*********
Minggu - 20.03
Malam pun mulai menjelang, hujan kini telah reda, namun tidak dengan rasa bosan, ia baru saja datang berkunjung, untuk menghalau kebosanan, kusambar sebuah layar kecil bercahaya, tanganku kini sedang menari-nari diatasnya. Aku mencoba mencari seseorang yang sedang sama bosannya.
“BINGGO Ketemu juga akhirnya …. !!!” Teriakku dalam hati
Namanya Ita (Bukan nama sebenarnya), adik kelasku yang beberapa bulan lalu pernah kupandu untuk mencapai puncak, ia seorang gadis dengan lesung pipi, menampakkan kesan manis nan menggoda.
Di akun sosoialnya ia memasang status yang cukup mengenaskan.
“Bosan adalah ketika kos sepi dan pacar ibarat mitos yang tak pernah ada”
Aku tertawa dalam hati, lalu kuputuskan untuk menyapa.
“Malem” Ketikku
“Iya malem kakak” balasnya
Tahap selanjutnya kami larut dalam obrolan, mulai dari acara mendaki, kuliahnya, pacarnya, temen temennya, cuciannya, kosnya, pokoknya semua dia ceritakan, dan aku menjadi pendengar yang baik, walaupun rasanya enek juga. Tapi setelahnya obrolan menuju arah yang lebih sensitif, aku memancingnya dengan emoticon “KISS”, tak disangka dia balas “KISS” juga. Aku berteriak kegirangan sembari tertawa jahat.
“SAATNYA SSI !” Tahap ssi berjalan dengan cukup lancar, bahkan jauh melebihi ekspektasi, sehingga sangat sayang jika tak dilakukan publikasi.hahaha
Biarlah SS dibawah yang berbicara :
1.
2.
3.
4.
Obrolan pun bertambah lebih panas !!!
5.
6.
7.
8.
Speak-speak iblis yang lazim disebut SSI kurang afdol rasanya jika tanpa foto payudara sang TO,
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Jika SSI sudah mencapai tahap tetek TO, SSI menuju exe tinggal dijalankan,
Pada kasus ini TO sendiri yang meminta untuk segera bertemu.
15.
16.
17.
18.
Diakhir obrolan aku memang sengaja tidak membalas. Hal ini dikarenakan aku cukup kaget juga, seorang adik kelas yang memiliki wajah manis nan rupawan berhasil aku SSI dengan sekali percobaan, bahkan kini ia ingin bertemu, mimpikah??
Tentu saja jawabannya tidak hal ini diperkuat fakta bahwa seseorang mengetuk pintu kos ku.
“tok tok tok”
“kak Rimba?”
Aku memang biasa dipanggil dengan nama Rimba, namaku asli sebenarnya adalah Ridwan Malik Badrudin, Rimba adalah nama yang diberikan teman-teman MAPALA selain karena aku telah begitu akrab dengan alam, RIMBA merujuk pada nama ku yang disingkat.
Siapa coba malem-malem ke kos ku, aku mencoba menerka-nerka,
“tok, tok, tok” pintu kembali diketuk
“Kak . . . “Suara cewek disebrang pintu,
Aku lalu berdiri membuka, pintu kini telah terbuka, seditik kemudian wangi tubuhnya menghambur didepan wajahku, aku masih kaget, termangu seperti patung tak bernyawa, ia hanya tersenyum manis sambil memeprlihatkan lesung pipinya.
“Boleh masuk ? di luar dingin kak”. Pertanyaan yang membuatku kembali bernyawa.
“oh ya, maaf, abisnya gag nyangka tiba-tiba ada kamu”
“hehehe, abisnya dikos sepi kak gag ada temen”
Kini ia sudah ada didalam kamarku, karena udara yang cukup dingin tentu saja pintu aku tutup rapat. Terciptalah suasana serba canggung didalam kamar. Aku mencoba mencairkan suasana dengan memainkan lagu dari laptopku, sementara ita hanya bermain-main dengan ponselnya.
“kak mau liat flm dong” tanyanya tiba-tiba
“ya sini lah, cari aja sendiri” jawabku
Aku dan dia kini duduk bersebelahan, ia sedang mengobok-obok isi laptopku, aku hanya melihat ulahnya.
Belum juga ia menemukan film yang dicarinya, tiba-tiba listrik padam, laptopku juga ikut mati,
“Aaauw” dia menjerit kecil
“eh tenang deg” jawabku sambil berdiri meraih lilin yang ada diatas lemari kamar
Sialnya lilin panjang yang biasa dipakai jika lampu padam tak kutemukan, yang ada hanya sebuah lilin aroma terapi, tak ada pilihan lain selain memakainya. Lilin itu kuletakkan diatas meja disarming laptopku. Samar samar kulihat wajah ita sedikit ketakutan.
“kenapa deg?”
“Takut gelap kak”
“kan ada aku deg” aku lalu berpindah duduk disampingnya
Duaaaarrrrrr !!!!
Petir besar tiba-tiba berbunyi mengusik ketenangan,
“Aaaaauwwww” jerit keras ita sambil melompat ke arahku lalu membenamkan wajahnya diatas dadaku.
Kasihan juga anak ini, pikirku. Namun tidak dengan penisku, tangan ita pasti merasakan penisku yang sudah cukup tegang.
“Udah gpp deg” bisik ku pada daun telingnya.
“Ia kakak, makasih ya” ia menjawab dengan sedikit mengangkat wajah
Kini mata kami sudah saling bertemu, aku lalu mengelus lembut pipinya, ia hanya memejamkan mata. Wajah kami kini semakin berdekatan, sedetik kemudian bibirnya telah kulumat-lumat, awalnya dia tak membalas. Namun ketika aku memasukkan lidahku kemulutnya, lidahku langsung tersedot kedalam rongga mulutnya.
Aku membopongnya menuju tempat tidur tanpa melepaskan ciuman. Kubuka sweaternya yang berwarna ping, kini ia hanya memakai tangtop hitam tanpa bh.
Aku mulai menjilati bagian leher sampai daerah sekitar dadanya, ia hanya mendesah-desah kenikmatan. Kusingkap tangtop hitam miliknya, putingnya berwarna ping, perutnya rata, keindahan tiada tara.
Yang kulakukan kini adalah menjilati putting susunya. Desahannya semakin keras saja, ia lalu mencoba meloloskan kaosku, kini kita berdua sudah bertelanjang dada.
Sambil masih menjilat putting sebelah kanan, tangan kiriku bergerak melepapas celana beserta cd nya, kini ia sudah benar benar bugil tanpa sehelai benang pun.
Lidahku kumainkan disekitar putingnya, lalu turun kebawah menjilati daerah sekitar pusarnya, dia hanya bias mendesah pelan, tanganku meraba memeknya yang sudah sangat basah, ciumanku lalu turun pada area vagina, kujilati rakus, ia menggelinjang penuh kinikmatan
“ooooooooooohhhhhhhhhhh enak kak”
“emmmm, aku diapain kak, kok enak banget”
Pahanya begitu keras mengapit kepalaku, aku agak sedikit susah bernafas,
“aahhhhhhhhhhhhhh, emmmmmmmmmm kakak”
Ia hanya merancu penuh nafsu. Dengan sebelah tangan aku mencoba melepas celana ku sendiri, kini kami berdua sudah sama-sama bugil.
“Owhhhhhhhhhhhhhhhh kak mau pipis”,
Aku terus saja memainkan lidah di area vaginanya, pahanya lagi-lagi menekan dua sisi kepalaku.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh, kaaaakaak”
Himpitan kedua pahanya kini melemah, nafasnya tersenggal-senggal, keringat membasasi tubuhnya, ia lalu tersenyum manis. Kuhampiri wajahnya lalu kucium keningnya.
Aku yang belum terpusakan lalu kembali mencium bibirnya,
“emmmmmmmmmmmm” Hanya erangan yang keluar dari mulutnya, aku arahkan penisku menuju rongga mulutnya, awalnya dia agag ragu, namun akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya, sensasi kenikmatan yang tiada taranya.
Aku berpindah menuju bagian tubuhnya, pantatnya kuganjal dengan bantal, sambil meremas payudarnya, penisku kugesek-gesekan di area vaginanya.
"Hmmmmm....sshhhhhhh....emmmmmm" desahnya lagi ketika ujung penisku kugesekan pada permukaan vaginamu.
“ahhhhhhhhhhhhh kakak sayang”, tanpa sadar ita malah mendekatkan vaginanya, sehingga penisku separuhnya masuk, menimbulkan sensasi nikmat, darah segar lalu menetes keluar dari vaginanya. Kukecup bibirnya,lalu dengan gerakan sangat perlahan penisku kini telah terbenam sepenuhnya.
“ahhhhhh sayang perih”, erangnya. Kubiarkan penisku berhenti sejenak, memberi kesempatan pada ita agar terbiasa dengan kehadirannya. Beberapa menit kemudian pantatnya bergerak-gerak liar.
“ahhhhhhh, emmmmmmm, sshhhhh”
Ita merancu tak karuan. Vaginanya terasa mencengkram erat penisku.
“mmmppphh kak rimba…oh nikmat banget kak”
“ah kaaaaaak aaa-akuuu peeengeeen keeeeeluar lagiiiiiiiiiii” teriaknya sambil pinggulnya bergoyang tak beraturan. Diperlakukan seperti itu spermaku tak sanggup lagi dibendung. Berbarengan dengam melemasnya gerakan ita, aku mencabut penisku,
“Oooohhhhhhhhhhhh ita sayang………….aku keluar”
Spermaku kini membasahi perutnya. Tubuhku roboh disamping tubuhnya. Nafas kami masih tersenggal-senggal.
“emmm, enak gag dek ita?’
“ahhh…enak bgt kak.”
“mau lagi?” tanyaku pada ita
“heem” jawabnya sambil menganggukan kepala
Setelah membersihkan badan masing-masing dan istirahat sebentar kami lalu memulai ronde kedua, malam itu ita aku ajari beberapa gaya. Malam ini aku bimbing ia menuju PUNCAK lain yang tak kalah indah. INILAH PUNCAK KENIKMATAN.
************************************************** ************************************************** ********
Senin - 07.54
Dering ponsel membangunkan tidurku, aku bangkit lalu menyambar ponselku. Sebuah nomer dengen kode lokasi 021.
“Halo selamat pagi, dengan mas Rimba?” suara orang diujung telfon
“iya mbak saya sendiri?”
“Saya Dewi mas, yang tempo hari muncak sama mas di gunung Lawu”
Dewi adalah salah satu client, ia bersama beberapa temannya memintaku sebagai pemandu ketika mereka mengunjungi gunung Lawu. Terjadilah percakapan diantara kami.
Rimba = Aku
Dewi = Wanita disebrang telfon
Rimba : “Oh ya mbak dewi, ada yang bisa dibantu?”
Dewi : “Iya saya butuh bantuan lagi nih mas”
Rimba : “Siap mbak, mau hari apa?”
Dewi : “Besok mas, tapi ini beda mas”
Rimba : “Beda gimana mbak?”
Dewi : “Saya kan kerja di salah satu televisi swasta mas, nha salah satu program acara kami namanya BERBURU mas, mas RIMBA tau kan?”
Rimba : “Ya taulah mbak, aku ngefans banget sama hostnya mbak, hehehe Terus masalahnya mbak?”
Dewi : “wah kebetulan mas, kalo mas ngefans, soalnya kami lagi cari leader yang Yang cukup paham kondisi gunung Lawu mas, mas bisa gag kira-kira
jadi pemandu tim kami?”
Rimba : “Jelas bisa lah mbak”
Dewi : “Oke deh mas, siang ini kita berangkat dari Jakarta, silakan nanti malam sekitar Datang pukul 8 malem datang aja kehotel Sunan, saya dan
crew rencananya Akan menginap disana”
Rimba : “Oke mbak siap”
Dewi lalu menutup telfonnya. Kuletakkan ponsel diatas meja. Mataku tertuju pada sobekan kertas diatas laptopku Sebuah pesan tertulis diatasnya.
Makasih yang semalem ya kak Rimba
Aku bener-bener puas, kapan-kapan lagi yah…
Oh ya kak aku buru-buru pulang kekost ada kuliah pagi,
Maaf gag sempet pamitan, abisnya gag tega sih bangunin kak rimba
:* ITA
************************************************** ************************************************** *********
Senin - 19.44
Kini aku telah berada di lobi hotel tempat dimana para crew BERBURU menginap. Akupun lantas bertemu dengan sang produser, kami berbincang bincang tentang semua persiapan mengenai acara. Mulai non teknis berupa honor dan kewajibanku serta faktor teknis yang berkaitan dengan acara.
Sang produser lalu membawaku menuju café hotel yang terletak ditepi kolam renang, disana para crew dan pendukung acara telah berkumpul untuk menyantap hidangan makan malam. Sang produserpun membuka acara malam itu, dtak lupa pula beliau memperkenalkan aku kepada para crew, dengan bercanda sang produser menyebut aku adalah juru kunci lawu, semua tertawa tak terkecuali sang primadona acara, JENNY CORTEZ.
Jenny malam itu terlihat seksi dalam balutan kaos merah tanpa lengan, ia terlihat duduk bersama seorang wanita, wanita itu mungkin saja managernya, wajahnya terus saja fokus pada ponsel yang tengah digengagamnya, sesekali ia berbicara dengan sang wanita, lalu ia kembali membenamkan pandangannya pada sang ponsel.
Sebelumnya aku sudah cukup kenyang ketika aku datang, hidangan-hidangan yang cukup mewah terlihat hambar. Ah sialan kenapa tadi aku harus makan dulu. Aku mengutuk diriku sendiri. Cukup segan juga berkumpul bersama tanpa mencicipi hidangan, kuputuskan menjauh dari titik keramaian, kusambar segelas jus lalu melangkah keseberang kolam, kebetulan smoking area memang berada disana.
Smoking area dibangun menyerupai gubuk gubuk sawah, cukup nyaman juga pikirku. Aku dikagetkan suara berdehem ketika tenagh menikmati batang rokokku.
“ehemm….” Aku menoleh kebelakang, kekagetanku tak berhenti disitu, sang pemilik suara kini berdiri dihadapanku sambil merogoh saku celanannya. Dia adalah JENNY CORTEZ. Terbius sudah aku dengan kecantikan dan keseksian tubuhnya. Ia lalu berdehem lagi
“eheem…..mas punya korek?”
“oh ada mbak,……..monggo” jawabku sambil menyerahkan sebuah korek gas, ia lalu menyulut rokoknya lalu duduk didekatku.
“makasih mas”
“iya sama-sama mbak”
Cukup lama kami berdua hanya diam, namun tiba-tiba jenny membuka obrolan.
“Mas Rimba masih kuliah?”
“Owh, iya mbak masih, masih belum kelar skripsinya, hehe”
Dan obrolan-obrolan pun berlanjut setelahnya, malam itu ditengah kepungan asap aku berbincang santai dengannya,dan saat itulah pertama kali melihat senyum manisnya tanpa rekayasa kamera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar