Sabtu, 07 November 2015

Cerita Dewasa Artis Ve JKT48

Jakarta, 9 oktober 2015.

Remang-remang, bau asap kendaraan bermotor, panas dan sedikit bising oleh suara mesin-mesin Genset serta mobil-mobil yang menderu, menyamarkan suara erangan erotis dari salah satu mobil yang terparkir di park area salah satu pusat perbelanjaan Jakarta.


Di sana, di salah satu mobil yang masih terpakir di pojokan ruangan, dua orang manusia berbeda gender tengah menciptakan suasana ‘panas’ mereka sendiri. Meski begitu kegiatan yang menimbulkan aroma khas percintaan disana seperti tak terhalang oleh terbatasnya ruang gerak yang sebenarnya hanya cukup untuk empat orang dalam posisi duduk.


“Auuuh... sshhh! shit! cukup gue gak kuat lagi, gue nyerah.” pemuda berusia akhir belasan tahun itu terengah sembari melepaskan puting kemerahan yang basah dari mulutnya. Ia mengatur nafasnya yang tersengal membiarkan peluh membasahi kemeja putih setengah terbuka yang dikenakannya. Pemuda itu baru saja mendapatkan orgasmenya lagi, entah untuk yang keberapa kali.


Sementara itu di atasnya, gadis cantik berkulit seputih porselen dengan helaian legam yang panjang tengah menindih—menatapnya lapar sembari bergerak liar mengakibatkan mobil berguncang dan berdecit, seolah tidak memperdulikan tatapan curiga beberapa orang yang tak sengaja melewati mobil mereka.


Beberapa saat kemudian gadis itu menghentikan gerakannya, berdecak kesal menatap prianya dengan tatapan tak suka. Tentu saja, karena benda yang memasukinya mulai melemas, seperti pisang goreng dingin berminyak menjijikan. “Bangke lo! Gue belom selesai babi!” umpatnya kesal.


Pria yang tampak puas sekaligus kelelahan itu hanya diam mengabaikan, baginya istirahat sejenak untuk mengembalikan tenaganya terdengar lebih penting. Sedangkan sang gadis yang masih menginginkan 'lebih', berusaha membuat pasangannya kembali 'bangun' dengan mendekatkan puting kemerahannya, “Isepin!”


"Nggh..." dia mengumam, merasa ada bulatan kecil basah yang tidak asing diwajahnya. Tapi hanya membuka matanya tak tertarik sembari menahan rasa kantuk yang mulai menggelayutinya. “Cukup beb gue bener-bener ga kuat lagi nih,” jawabnya acuh, bahkan buah dada ranum dengan puncak kemerahan yang beberapa jam yang lalu ia gilai mendadak menjadi sama sekali tidak menarik. Bukan karena tidak ingin; pria itu masih sangat ingin mengulum dan mengecup kedua bongkahan indah milik gadis yang sekarang menatapnya marah. Hanya saja ia benar-benar kehabisan tenaga setelah berulang kali mengeluarkan semen panasnya. Oh ayolah... masih bisa menikmatinya besok-besok kan? batinnya.


Untuk sejenak dia hanya menatap prianya tajam. Dari sorot kedua onyxnya gadis itu terlihat benar-benar marah, kecewa dan merasa tidak dihargai. Tapi kemudian ia mulai tersenyum—menyeringai misterius mendekatkan bibir basahnya ketelinga pria itu. “Jadi? Gue yang menang taruhan?" bisiknya pelan disertai gerakan lembut jemari lentiknya mengusap pipi sang pria, "gue boleh lakuin apapun yang gue mau?”


“Heem...” dia menggumam. "Apapun sayang,"


Seolah mendengar pluit tanda 'mulai', jemari dengan kuteks merah itu berpindah, membelai lembut leher kokoh si pria diikuti bibir basahnya yang sudah menempel dipipi. “Apapun?” ia hembuskan nafas hangatnya dengan gerakan sedikit menggoda. Harusnya hal itu dapat membuat lelaki manapun terbakar oleh sensasinya.


Tapi tidak berlaku bagi pria yang saat ini masih setengah sadar di hadapannya. “Iya sayang,” ia hanya menggumam malas, sepertinya ia benar-benar lelah melayani gadis yang baru dikencaninya hari ini. Gadis itu benar-benar gila, mereka melakukannya berkali-kali, tapi ia tetap bergairah seolah energinya tak pernah habis.


Pemilik helaian lurus terawat itu kembali menyeringai tak di sadari pria dihadapannya. Mata sehitam malamnya berubah kemerahan, tanpa menurunkan tatapan tajamnya pada sang pria, ia memindahkan ibu jari dan telunjuknya kemudian menekan titik nadi di leher pria itu sambil berkata, "kalau begitu matilah," membuat sang pria mengerang pelan, meski masih bisa ia abaikan.


“Hhhh... sayang kalau matinya habis ngentotin lo gue rela deh,” dengusnya tanpa membuka mata, menanggapi dengan candaan tak menyadari jemari lentik gadisnya semakin kuat menekan leher kokohnya. “Mmmh...” kemudian ia mencoba menyingkirkan jemari yang mulai membuat lehernya tidak nyaman. Tapi entah karena tenaganya sudah terkuras habis setelah bercinta atau memang gadis itu yang terlalu kuat, ia merasa tidak mampu membuat cengkraman yang diberikannya terlepas dengan mudah.


Sang gadis menjauhkan wajahnya sebentar tanpa melepaskan tatapan tajamnya. Dengan wajah jahat ia tersenyum lebar kemudian berbisik, ”as your wish baby...”


Kkrrrrkkk


Tanpa aba-aba jemari lentik itu mencekik leher kokoh yang sebelumnya ia belai dengan lembut membuat sang pria seketika membuka matanya lebar-lebar, rasa lelahnya mendadak hilang berganti rasa cemas bercampur tak percaya.


“Khhh!” ia tatapi wajah gadis diatasnya dengan sebuah tanda tanya besar. Gadis yang baru saja dicumbuinya, gadisnya yang cantik tengah menyeringai kejam kearahnya dengan tangan kuat yang menekan lehernya. Yang benar saja gadis itu mau membunuhnya?!


Dia juga hampir pingsan melihat mata indah gadisnya berubah merah semerah darah, warna merah yang jahat! riasan pada kelopak matanya juga berbeda, kelopak dengan warna baby pink itu berubah menggelap, jauh lebih gelap dari sebelumnya.


Hawa dingin, jahat, penuh kutukan, dan mengerikan seketika mulai terasa memenuhi atmosfer malam panjangnya. Sang pria yang menyadari adanya ketidakberesan disana berusaha berontak, mencengkeram pergelangan tangan sang gadis berniat menggulingkan, kalau perlu membalas cekikan itu. Tapi tubuh polos gadis yang baru saja dinikmatinya itu terasa lebih berat berpuluh-puluh kilo dari sebelumnya. Ini benar-benar buruk!


“Ssi-siapkhh...” tanyanya terbata-bata kekurangan pasokan udara, dan pertanyaan sederhananya hanya dibalas tatapan penuh kebencian gadis yang berubah jadi iblis—entahlah. Detik berikutnya pria itu hanya bisa pasrah saat merasa sesuatu yang teramat sangat tajam seperti ribuan belati menusuk lehernya, aroma besi dan keringat seketika menguar disana. Darahnya terasa berhenti mengalir. Kepalanya berat, pendengarannya terasa tuli, jantungnya berdetak lebih kencang dan lehernya terasa begitu perih.


“Siapa aku?" dengusnya remeh. "Memang apa untungnya kalau kau tahu, bukankah sebentar lagi kau akan mati?” ia menatap jijik pemuda yang kini berusaha menghirup oksigen banyak-banyak, meski ia tau hal itu akan menjadi hal yang percuma karena jemari sang gadis semakin kuat menekan lehernya, menghentikan pasokan oksigen yang seharusnya memasuki paru-parunya. Tapi sang gadis patut memberinya apresiasi atas usahanya melawan dengan memberikan sedikit pertunjukan kecil.


Kedua bola mata yang hampir melompat keluar itu menatap putus asa wajah cantik yang kini tertawa bagai iblis. Kemudian tanpa disangka-sangka sebelumnya, gadis yang tengah berusaha membunuhnya perlahan berubah. Tubuh polos yang ia telanjangi beberapa saat yang lalu perlahan tertutup oleh gaun cantik layaknya bangsa peri atau elfish, bedanya pakaian itu berwarna hitam dilengkapi tali-tali hitam lainnya, seperti sebuah pita melilit tangan dan kaki jenjangnya. Meski begitu payudara yang sempat ia remasi dan ia hisap puas-puas tetap tidak tertutup seluruhnya.


Nafasnya tercekat habis, tubuhnya mengejang hebat ketika tiba-tiba saja bentangan sayap hitam—besar muncul dari punggung sang gadis mengejutkannya, menimbulkan suara ‘BRAAK!’ yang dramatis diikuti hancurnya kap mobil miliknya.


Wajah sang pria memucat—membiru melihat semua kenyataan yang ada, ia berharap ini adalah mimpi buruk, dan apapun itu ia ingin bangun sekarang juga! Tapi sayang harapannya tidak terkabul, rasa takut dan sakit itu begitu nyata menggerogotinya.


Jika tadinya sang pria tidak paham apa arti kata menyerah, mungkin sekarang ia baru tahu apa itu menyerah. Ia tatapi ribuan helaian bulu lembut berwarna hitam beterbangan diudara kemudian jatuh perlahan menghujaninya.


Saat itu pula si pria baru benar-benar sadar gadis yang tengah mencekiknya bukanlah manusia biasa. Dia bagai Iblis betina yang menyamar sebagai wanita cantik! Iya dilihat dari sisi manapun wanita itu iblis! Mata yang merah mengerikan seperti binatang buas, dan sepasang sayap hitam besar.


Dia ingin segera lari menjauh, sejauh mungkin dari iblis betina yang tengah berusaha membunuhnya. Mulutnya bergerak melafalkan sebuah nama yang tercekat dilehernya. Dan sang pria sadar kapan ia harus menyerah saat kuku-kuku tajam itu berhasil memutus urat nadi dilehernya disertai bunyi ‘Krrrraak!’ mengerikan mematahkan lehernya.


Untuk sesaat gadis itu masih menekan leher kokoh itu kuat-kuat, menikmati pemandangan menyenangkan dimana sang korban mengejang hebat menahan ribuan rasa sakit dilehernya, bagai ayam yang baru saja disembelih.


Setelah beberapa saat sang gadis yang telah berubah menjadi makhluk bersayap aneh melepaskan tangan berlumuran darah dari leher pria itu. Saat merasa tidak ada lagi rontaan disana, ia kembali menyeringai puas menatap tajam korbannya. Pria menjijikan yang begitu mudah jatuh kedalam dosa yang ia ciptakan.


Kemudian mendadak perutnya merasa geli melihat pria yang baru saja dibunuhnya mati dengan mata melotot dan leher yang hampir putus. Mungkin sekarang pria itu tengah menyesali taruhannya dengan sang iblis, taruhan siapa yang lebih kuat bercinta dia yang akan keluar sebagai pemenang, bebas melakukan apa saja yang diinginkan.


Tangannya kemudian menyentuh mulut terbuka pria malang itu, mendadak cahaya kebiruan berpendar dari sana, lalu terhisap habis kedalam genggaman iblis wanita. Bisa diartikan iblis itu tengah menghisap semua energi kehidupan dari korbannya.


Ia tertawa terbahak-bahak merendahkan pria bodoh yang tidak mungkin memenangkan taruhan ini dengannya. Kemudian sosok bersayap hitam itu terbang pergi meninggalkan area parkir mall FX sudirman Jakarta.


Ia ingat pria itu memanggilnya.


Lucifer.


bodoh!


Dia lebih suka disebut malaikat hitam.



KUROI TENSHI

Cover by Me. Gambar punya blacktoner.devianart, gambar lain dari berbagai sumber

Shibuya’s Fanfiction LKTCP 2015|Oneshoot

Cast : Jessica Veranda (Ve JKT48), Shinta Naomi (Naomi JKT48). Ect

Genre : Fantasy, Supernatural, Horror, Just a little Gore, Drama

Rate : M

Warning : Mature content (21+ Only), AU, OC, OOC, Bad-Veranda, Bad-Naomi, Soft/Hard lemon, Bashing Character (generasi ketiga JKT48), Typo(s)

Disclaimer : Cerita ini hanya sebuah fanfiksi, tidak berniat menjelek-jelekan, melecehkan atau mencemarkan nama-nama tokoh dalam cerita ini. Ide dan cerita ini punya saya. 48group milik Yasushi Akimoto-sensei selaku General produser termasuk JKT48, saya hanya meminjam nama grupnya.



Happy reading ^^
________________________________________



Jakarta, 1 oktober 2015


Angin malam berhembus lembut, membelai tubuh seorang gadis cantik yang tengah duduk diatas dataran atap rumahnya. Dengan sundress putih polos ia membiarkan kedua kaki telanjangnya menjuntai bebas diudara, seolah tidak ada perasaan takut akan terjatuh kebawah. Rambut sepunggung yang pernah ia potong beberapa bulan yang lalu melambai mengikuti kemana arah angin berhembus.


Mata indahnya sedikit sayu menatap langit luas dengan beberapa bintang yang masih beruntung bisa terlihat diantara terangnya lampu-lampu kota Jakarta.


Memandang langit adalah hobinya selain membaca dan mengoleksi boneka minnions. Katanya so peacefull. Langit malam yang gelap maupun langit biru dipagi hari, tidak ada bedanya. Sama-sama membuat Jessica Veranda merasa damai saat memandangnya.




Tapi rasa damai saat menatap langit, akhir-akhir ini tidak dapat ia rasakan lagi. Bahkan langit malam yang kini sedang ia tatapi tak mampu lagi mendamaikan hatinya seperti yang sudah-sudah. Sang gadis dengan julukan bidadari karena konon kecantikan yang dimilikinya bagai dewi-dewi khayangan, kini tengah bersedih.


Hatinya yang lembut gundah. Desir kekhawatiran berkecamuk didadanya seolah merobek lukisan-lukisan harapan indahnya bersama JKT48. Idol group yang membesarkan namanya.


Wajah cantiknya yang disebut-sebut wajah seribu tahun—karena kecantikan seperti itu hanya muncul seribu tahun sekali tampak sedih. Dibalik senyum ceria diatas panggung dan setiap celotehnya ditwitter siapa yang tahu jika setiap malam tiba sang penyayang Siberian Husky ini selalu berada ditempat yang sama, dengan beban yang akhir-akhir sama.


Skandal. Sebuah kata yang sepanjang perjalanan karirnya tak ingin ia sentuh. Hal itu juga yang akhir-akhir ini mendiami otak cerdas member nomor satu di JKT48 ini. Sudah menjadi rahasia umum bagi fans 48 group, bahwa enam bulan terakhir ini kerajaan mereka tengah digempur ombak skandal member. Berbagai macam foto skandal bertebaran. Berciuman, berpelukan, melakukan sebuah ‘pesta’ dan berujung pemecatan pihak-pihak yang terkait. Ve panggilannya, masih bersyukur bukan video ‘panas’ yang beredar meski beberapa fans yang geram menunjukan kekecewaan mereka dengan berkomentar ’ditungguin 3gpnya'.


Meski begitu, semua masalah tidak berakhir begitu saja setelah mereka lulus dari JKT48. Mereka yang lulus dengan mencoreng nama JKT48 selamanya akan meninggalkan bekas luka di sana. Tidak akan terhapus, malahan menanamkan beberapa paham baru yang makin lama makin kuat, menanamkan dalam-dalam bahwa JKT48 adalah sekumpulan Idola penipu yang menjual Golden rules palsu sebagai nilai jual. Mereka beramai-ramai setuju aturan anti cinta ditubuh JKT48 hanyalah sebuah tipuan. Dan tidak sedikit dari mereka yan g kecewa perlahan berhenti mengidolakan JKT48.


Ve mengigit bibir bawahnya yang berwarna peach sembari meremas ujung dressnya. Dadanya terasa begitu sesak, ia ingin berteriak sekencang-kencangnya saat mengingat beberapa—mungkin ribuan mention yang setiap hari masuk ke akun Twitternya, mencaci maki dan menanyakan kebenaran Golden rules yang sampai saat ini terkesan abu-abu. Memang sampai sekarang tak seorang pun fans yang tahu ada atau tidaknya aturan anti cinta yang sebenarnya.


Ve sendiri sebenarnya sadar Golden rules memang hanyalah aturan tak tertulis yang seharusnya dipatuhi semua Idol group. Tidak hanya 48G, bahkan semua Idol group Jepang, Korea, dan China juga melakukannya. Seperti suatu kebiasaan yang mendahulukan orang tua dan Ibu hamil disaat berada dikendaraan umum, jika kau tidak memberikan tempat dudukmu untuk mereka kau akan dipandang hina oleh orang-orang yang berada disana. Begitu juga dengan Idol Group, jika terikat kontrak sudah menjadi keharusan bagi mereka mematuhi aturan anti cinta tak tertulis itu. Jika tidak, seharusnya mereka malu dengan embel-embel Idol dibelakang nama mereka.


“Apa yang harus aku lakukan... ” berbisik—bertanya pada dirinya sendiri. Otaknya sedang berputar lebih cepat dan bekerja lebih keras dari biasanya, memikirkan solusi untuk mengembalikan kepercayaan orang-orang pada JKT48.


“Ve! Kok ngelamun sih?”


Suara yang mendadak muncul dari belakang membuatnya menoleh, "Eh Naomi?" sedikit terkejut, kemudian mengembangakan senyum lembutnya dengan pipi gembil saat mendapati teman se-timnya berjalan mendekat.


Gadis keturunan Taiwan-Sunda itu duduk disamping Ve—membuat posisi yang sama dengan sang senior yang berbeda satu tahun dengannya. “Kangen Khayangan ya?” Naomi menggoda, yang mau tak mau membuat wajah putih Ve memerah meski tak disadari keduanya.


“Apaan sih Tsunaomi?” balas Ve, menyebut julukan Shinta Naomi yang diberikan fans. Keduanya terkikik pelan mengingat fans selalu memberikan nama-nama panggilan yang unik dan kadang terkesan berlebihan, padahal mereka tidak merasa secantik itu. “Tumben kamu kesini?” sinyal-sinyal tanda tanya tercetak jelas diwajahnya, bukan apa-apa hanya saja selama mereka di JKT48 Ve dan Naomi bisa dikatakan tidak terlalu dekat—terlebih mereka beda generasi dan beda Tim, baru beberapa bulan ini Naomi masuk tim J bergabung dengan Ve. Jika tiba-tiba Naomi datang menemuinya sendirian, bagi Ve itu adalah hal yang patut membuatnya penasaran.


“Ada rapat kecil tim J," jawab Naomi merogoh saku di jaketnya. Mengambil ponsel, "dan semua kapten tim sih,” lanjutnya sembari menunjukan pesan yang berasal dari Melody, selaku global center sekaligus Manager theater yang berisi bahwa semua member tim J harus datang pada rapat ini. “Kamu kan dari tadi ditelpon kak Melody, tapi katanya ga di jawab gitu,” Naomi memajukan bibirnya.


Ve melebarkan matanya teringat sesuatu. “Duh! Iyaa aku lupa," sesalnya menepuk jidat. "Jadi kamu kesini jemput aku?”


Naomi mengangguk. “Iya, kan kebetulan aku lewat daerah sini. Kak Melody minta buat jemput kamu sekalian, soalnya km belom dateng takutnya ketiduran gitu. Eh... taunya lagi mandangin langit pengen pulang ke khayangan,” lagi-lagi Naomi menggoda, kali ini dengan menyikut pelan lengan seniornya. Ve tersenyum sambil berdecak pura-pura kesal, kemudian berdiri menepuk-nepuk debu dari dressnya.


“Yaudah yuk berangkat ah takutnya telat nih,” ajak Ve.


Naomi nyengir, memposisikan tangannya dikening memberi hormat. “Iyaaa siap miss badai.” kata mantan kapten KIII itu, bangkit mengikuti Ve yang mengibaskan tangannya salah tingkah.



===Kuroi Tenshi===


“Jadi aku mohon sama kalian semua yang ada disini—” Melody menatap tegas satu persatu teman-temannya yang membentuk sebuah lingkaran—posisi yang selalu mereka gunakan untuk berdiskusi. Karena dengan cara duduk bersila membentuk sebuah lingkaran, dipercaya membuat mereka merasa dekat satu sama lain. “—jaga nama JKT48," dan itu perintah, sebuah perintah dari Melody hukumnya wajib dijalankan bagi anggota JKT48.


"Kita yang ada disini kan mayoritas dari generasi pertama, kalian tentu ingat bagaimana dulu kita berjuang? Aku gak mau semua perjuangan kita itu sia-sia,” tambah Melody mengingatkan.


Mereka mengangguk setuju, sembari menjawab, "Baiiikkk kaaak!" persis seperti sebuah koor.


Ve sendiri tentu masih sangat ingat, salah satu perjuangan JKT48 di awal-awal mereka muncul. Dari tampil di parkiran ke parkiran yang lain dengan Heavy Rotation sebagai lagu debut. Dari hinaan yang terus datang, membuat mereka terjatuh kemudian bangkit, semakin kuat dan berkembang dari waktu ke waktu.


Hanya butuh waktu sekitar satu tahun untuk membesarkan nama mereka. Usaha keras itu terbayar. Fans JKT48 berkembang dengan pesat, tawaran iklan berdatangan. Single, Photopack, Handshake tickets selalu habis terjual. Berbagai macam penghargaan juga mereka dapatkan, nama mereka di elukan. Jika semua usaha kerasnya itu kini mulai hancur perlahan tentu saja Ve tidak akan membiarkannya.


Tatapan Melody belum melembut, dia memang selalu begitu. Di balik sikapnya yang lembut dan ceria, Melody adalah wanita yang dewasa, tegas, dan kadang terkesan galak, seorang pemimpin yang perintahnya wajib dijalankan demi kelangsungan JKT48.


"Aku juga mohon sama kalian, buat selalu kasih contoh yang baik bagi adik-adik kita. Kalo bisa kita tegor kalo mereka salah, dan yang lebih penting sih kita harus taatin peraturan, jangan sampe deh kita ngecewain fans", lanjutnya.


Sebagai ujung tombak JKT48 yang merangkap General manager tentu saja kelangsungan JKT48 termasuk dalam daftar penting yang harus Melody utamakan. Dan masalah skandal akhir-akhir ini juga merupakan PR berat yang harus ia selesaikan.


“Ini tuh gara-gara anak generasi ketiga yang bego!” mendadak suara dengan nada kesal yang berasal dari Naomi membuat semua mata member tim J, termasuk dua orang perwakilan dari tim KIII dan T, Kinal dan Haruka menatap kaget gadis penyuka basket itu.


“Apa maksudnya Naomi?” Melody memiringkan kepalanya tak mengerti, menatap mantan kapten tim KIII itu yang duduk diantara Ve dan Nabilah. Dan pertanyaan yang dilontarkannya sepertinya telah mewakili semua pasang mata yang mempunyai sorot sama.


Naomi menghela nafas. “Kita semua tahu kan sumber skandal terheboh itu dari generasi ketiga?” ia melirik Elaine dan Sofia yang kebetulan ada disana. Tentu saja kedua gadis anggota baru tim J itu melongo kaget. "Anak-anak baru yang gak ngerti apa-apa."


“Kak Naomi kok ngomongnya gitu?” Elaine Hartanto menyela, ia yang merupakan generasi ketiga dan kebetulan sangat beruntung dapat bergabung ke tim elit seperti tim J protes tak terima, mendengar Naomi memukul rata member generasi ketiga yang patut disalahkan atas semua skandal yang beredar. Padahal Elaine masih sangat ingat foto Naomi bersama seorang pria pernah muncul dipermukaan, meski akhirnya Naomi mengaku fotonya diambil sebelum menjadi member.


"Iya dong kak, gak semua member gen tiga kayak gitu..." tambah Sofia membela Elaine.


Naomi memutar bola matanya bosan mendengar sanggahan kedua juniornya. "Kenyataanya Elaine... Sofia! temen-temen lo di generasi tiga gue tanya mana yang serius di JKT48?!"


"Ya aku ga tau lah kak, tapi gak semua gentiga kayak gitu kok!"


"Tapi kenyataannya banyak Len! generasi ketiga biang kerok dari semua masalah akhir-akhir ini!" Naomi ngotot. Saat itu mulai terdengar bisik-bisik beberapa member yang sepertinya setuju pendapat Naomi.


Elaine melirik kanan-kiri memastikan bahwa senior-senior yang ada disana tidak sedang menyalahkan generasi ketiga juga. Tapi mendadak keningnya berkedut, menyadari hampir semua yang ada di sana mulai terpengaruh. "Gimana dengan K3 yg berasal dari gen dua? Kak Naomi jangan lupa sama skandal generasi kedua!" tak mau kalah Elaine mencoba menggulingkan opini Naomi.


"Hn?!" Naomi memandang remeh Elaine, tidak menjawab atau lebih tepatnya belum sempat menjawab, tapi Melody sudah menghentikan pertengkaran kecilnya dengan Elaine.


"Stop ya!” ia membagi tatapan tegasnya untuk Naomi dan Elaine yang kini sama-sama mempunyai raut wajah yang sama. Yaitu raut wajah ngambek. “Kita disini bukan untuk saling menyalahkan, kita diskusi cari jalan keluar biar JKT48 dapet kepercayaan fans lagi.”


“Tapi kita semua tahu kan generasi ketiga itu baru, dan mereka pikir mereka siapa dateng-dateng langsung bikin JKT48 hancur sama skandal murahan?!” Naomi mengabaikan Melody. Dia yang memang masih ikut merasakan kerasnya berjuang di JKT48 saat itu merasa yakin generasi ketiga sangat berpengaruh mundurnya JKT48.


“Jadi gen pertama dan kedua gak bersalah atas skandal-skandal itu kak?!” Elaine masih terus membela diri, "Jadi kalian merasa paling bersih?!”


“Bukan gitu Len,” sahut Shania Kapten tim J, masih bisa menguasai emosi.


“Itu kenyataannya Len!”dan celetukan lain datang dari Dhike seniornya.


“Aku juga ngerasa generasi tiga gak serius,” Nabilah menambahkan.


Wajah Elaine memerah, alisnya menaut, menggeretakan giginya. Ia tak kuat lagi dengan tuduhan-tuduhan dari seniornya yang memojokan dirinya dan teman-temannya. “Jadi intinya disini kalian semua nyalahin gen tiga?!" nadanya meninggi bersamaan dengan emosinya. "Gimana dengan kak Haruka sebagai Kapten tim T, seharusnya dia bisa ngatur anak buahnya dong!”


“Kok aku sih Len? Aku kan baru di tim T!” sanggah member asal Jepang itu tak terima.


Sofia ikut menambahi, “iya dong, Kak Haruka kan Kapten!”


“Elaine, Sofia cukup!” Ve melerai. Ia menghela nafas tak tahan mendengar junior dan teman-temannya mulai memanas.


“Gak bisa dong kak! Masa gen tiga yang salah, kak Haruka kenapa gak tanggung jawab?!”


"Sofia kita bisa bicarakan lagi!"


Tapi perdebatan itu semakin menjadi saat Haruka kembali menjawab dengan kemarahan. Gadis asal Jepang itu merasa tersinggung dengan perkataan Elaine dan Sofia juniornya. Dasarnya Haruka tidak mau kalah, suasana semakin memanas saat tim J kecuali Melody, Ve dan Shania sepakat—menyerang menyalahkan generasi tiga saat itu juga.Mereka membela Haruka yang mereka rasa tidak patut disalahkan karena bobroknya mental generasi ketiga.


Sekali lagi sang gadis kelahiran 19 Agustus duapuluh dua tahun yang lalu ini menghela nafas dalam-dalam, menyilakan rambutnya kebelakang dan mengembungkan pipinya. Ia tak suka keributan apalagi yang melibatkan teman-temannya di JKT48. Kepalanya terasa berdenyut keras seperti dipompa dan siap meledak jika saja hal itu terus terjadi.




===Kuroi Tenshi===


Jakarta, 2 Oktober 2015

‘Crasssssshhhhh’


Suara kran yang menjatuhkan ribuan tetes air mengucur deras, dibawahnya berdiri seorang gadis—bukan dia lebih pantas disebut malaikat tak bersayap sedang membiarkan buliran air dingin membasahi rambut berikut tubuh polos bak pualam miliknya.


Kepalanya mendongak memberi kesan sexy seolah ia tak peduli meski sedikit kesulitan bernafas dibawah guyuran air dari shower seperti itu. Ia masih merasakan kepalanya sedikit berdenyut setelah kejadian malam sebelumnya yang melibatkan keributan yang cukup serius antar member tim J. Bahkan esok harinya ia harus menjalani show keluar kota. show yang seumur hidupnya tak ingin ia ingat.


Idola yang menggemari FC Barcelona setelah sebelumnya mendukung Arsenal itu menumpahkan sedikit shampo beraroma fruity mix kesukaannya, dan menggosok pelan rambut indahnya membuat gumpalan busa yang banyak disana. Ia sedikit memijit-mijit kepalanya yang perlahan pijatan itu menjadi sebuah remasan kuat yang membuatnya meringis sakit. Bukan. Bukan karena pijatan kuat dikepalanya yang membuatnya meringis kesakitan, melainkan ingatan show semalam yang begitu menohok jantungnya.


Sang gadis badai menangis, ia terisak sendirian dikamar mandi. Untuk pertama kalinya show JKT48 pasca berada diatas puncak mengalami penurunan drastis. Siapa yang tidak kecewa jika penampilan Idola sekelas JKT48 hanya dihadiri 10-15 orang padahal pihak JKT48 sedang berbaik hati membagikan tiket gratis yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Sebuah realita yang jauh dari ekspektasi para member sekaligus staffnya.


Tidak hanya itu, dari segelintir fans yang datang mereka memprotes keras penampilan JKT48 yang sangat jauh dari kata lumayan. Bahkan penampilan mereka adalah penampilan terburuk sepanjang karir JKT48. Koreo yang sama sekali tidak kompak, blockingan selalu salah, beberapa kali member saling tabrak satu sama lain dan tak jarang mereka terjatuh. Itu sangat memalukan baginya.


Tak dapat dipungkiri keributan yang ditimbulkan semalam sebelumnya memang mempengaruhi performa teman-temannya. Setiap member mempunyai bebannya sendiri, mempunyai pendapatnya sendiri. Tidak ada yang mau mengalah, lebih memilih mempertahankan ego masing-masing, saling menyalahkan, akibatnya konsentrasi mereka buyar dan berdampak fatal bagi performa JKT48 diatas pentas.


Tentu saja penampilan memalukan itu membuat 20 member yang terpilih menjalani show keluar kota menerima amukan dari General Manager JKT48 sekaligus sensei dance mereka. Itu merupakan pukulan telak yang membuat para member benar-benar berada dititik nol.


30 menit puas menangis dibawah guyuran air, Ve memutuskan untuk menyelesaikan kegiatan mandinya dan berganti pakaian. Meski ia masih terus bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya untuk memulihkan JKT48 dalam setiap gerakan tubuhnya.


Ia memilih sebuah sun dress berwarna biru laut 5cm diatas lututnya yang putih, dengan pita biru yang mempunyai warna setingkat lebih gelap dari bajunya. Tak lupa sepasang flat shoes Loubutin berwarna biru pudar. Sempurna untuk pemilihan pakaiannya hari ini, tidak salah jika dia mengaku seorang fashionista—salah satu member dengan selera pakaian berkelas di JKT48. Selera pakaiannya memang diatas rata-rata.


Setelah mengeringkan rambut lurusnya dan membiarkannya tergerai indah, Ve sedikit membubuhkan make-up tipis diwajah cantik nan mendamaikan siapapun yang menatapnya. Ia tersenyum didepan kaca yang memantulkan bayangan dirinya. Bahkan ia sendiri tidak tahu untuk apa tersenyum—sebenarnya tidak ada alasan untuk tersenyum saat itu, hanya saja ia terbiasa berterima kasih pada dirinya sendiri setelah selesai merias wajahnya.


Dia belum memutuskan kemana akan menghabiskan hari liburnya ini. Setaunya menemui teman-teman JKT48-nya bukanlah ide yang tepat, mereka masih dalam mode sensitif sama seperti dirinya. Menikmati kesendirian mungkin juga salah satu hal yang mereka inginkan.


Meski begitu, dirumah juga bukan sebuah pilihan yang bagus untuk menghabiskan waktu libur yang hanya satu hari, ia benar-benar butuh suasana baru yang menyegarkan otaknya.


Setelah menyampirkan tas dipundak kecilnya Mahasiswi Untar yang mengambil jurusan DKV ini memutuskan untuk mengambil kunci mobil yang berada didekat jejeran koleksi parfumnya, kemudian pergi meninggalkan area parkir rumah dengan New Honda Jazz berwarna merah kesayangannya.


Berputar keliling kota Jakarta memang seharusnya tak ia lakukan kalau tujuannya adalah untuk refreshing. Tapi entah perhitungan yang salah atau memang moodnya yang sedang rusak, kini keputusannya berkeliling Jakarta malah membawanya terjebak macet setelah 10 menit keluar dari kompleks perumahannya.


bad Veranda! Ia akhirnya bisa keluar setelah mobil berjalan 30 menit bagai kura-kura diantara ribuan mobil yang lainnya. Ia menghela nafas lega, mungkin ke starbucks dan menikmati Green Tea crème Frappuchino berukuran Venti ditemani Rhubarb and Apple Crumble Pie adonan manis bermentega yang diisi klembak dicampur potongan apel segar serta dilapisi remah almond terdengar sangat menggiurkan. Apalagi ia sudah lama sekali tidak menyentuh makanan-makanan tinggi kalori semacam itu, kalau hanya sekali saja mencicipinya tidak masalah kan? Bagaimana kalau dia juga membawa Laptopnya dan menonton video konser Taylor Swift? Waw! Hari liburnya terdengar sempurna!


Setelah mendapatkan pilihan dimana ia akan menghabiskan waktunya, Veranda memutar setir kekiri memasuki jalanan yang tidak terlalu ramai, jalan yang menghubungkan stand Starbucks yang akan ia kunjungi.


Tapi lampu merah tiba-tiba menghentikan laju mobilnya, ia lirik traffic light didepannya dan berdecak kesal. Counter down berwarna merah menunjukan angka 99, itu terlalu lama untuk segera menikmati kopi ala Starbucks seperti rencananya.


Menghilangkan kebosanan Idola berzodiak Leo itu memilih mengalihkan atensinya yang sedari tadi hanya fokus lurus kedepan ke arah jalan di seberang kirinya, sebuah bangunan lantai dua bertuliskan ‘PERPUSTAKAAN UMUM’ yang tertangkap matanya entah kenapa tiba-tiba membuat hasratnya bersantai dikafe hilang sudah.


Tanpa perintah, ketika penghitung waktu mundur itu berubah warna hijau dan menunjukan angka 59 Ve langsung menginjak gas melajukan mobilnya, putar balik kemudian berhenti dibangunan yang merupakan surga bagi para kutu buku.


Membaca adalah salah satu hobinya, jadi ia sempat merutuki dirinya sendiri karena sempat sedikit stress memilih tempat dimana ia harus menghabiskan waktunya. Kenapa tidak dari tadi saja kesini? batinnya.


Setelah memakirkan mobil merah yang anggun seanggun dirinya, Ve masuk kedalam perpustakaan. Sebelumnya ia harus mendaftar sebagai anggota perpustakaan.


“Terima kasih,” ia tersenyum pada wanita yang menyerahkan sebuah kartu keanggotaan yang berisi namanya. Setelah urusannya selesai dengan pustakawan, ia tak sabar ingin segera menghambur ditempat rak-rak besar yang menyediakan berbagai macam buku.


Dalam perjalanan menuju rak buku yang akan ia kunjungi, atensinya sesekai berpindah-pindah antara rak buku dan beberapa pengunjung yang tengah sibuk dengan buku-buku yang mereka baca. Entah kenapa ia sedikit tersenyum melihat surga bagi kutu buku ini, tampak begitu nyaman dengan sofa-sofa empuk. Ia sudah tidak sabar ingin segera menemukan buku yang menarik.


Rak yang pertama kali didatanginya adalah ke kelompok rak buku Disain. Tidak! Ia bahkan melewatinya. Sepertinya otaknya sudah terlalu bosan dijejali materi-materi semacam itu saat dikampus. Lalu ia berjalan lagi ke kelompok rak buku Filosofi, Sejarah, Ekonomi. Entahlah semuanya terlalu berat untuknya saat ini, ia hanya ingin bersantai.


“Bagaimana kalau Sherlock holmes?” gumamnya pada diri sendiri sembari menggigit telunjuknya. “Uhhfhh...tidak,” ia menggeleng cepat. Bahkan ia baru saja menyelesaikan bacaan kesukaannya itu beberapa waktu yang lalu. Mungkin ia akan membaca majalah fashion seperti Vogue, People, Cosmo girl, NYLON, kebetulan Ayahnya yang biasanya selalu ia titipi majalah-majalah itu sudah lama belum keluar negeri, jadi ia bisa membacanya disini. “Ide yang bagus,” setelah mengatakannya Ve berpindah ke kelompok rak majalah luar Negeri.


Sang bidadari tanpa sayap memindai jemarinya dari satu tumpuk majalah ke majalah yang lain. Wajahnya tampak serius memilih, tapi sepertinya ia belum juga menemukan majalah apa yang akan dibacanya. “Teen Vogue, NYLON, People... apa yaa...”


Kegiatan memilihnya itu tak terasa telah sampai pada ujung rak kelompok majalah wanita, tapi ia tak juga temukan majalah yang menarik. Pipinya menggembung membuat siapapun pasti tak tahan untuk tidak mencubitnya. Disela-sela keputusasaannya, ia melirik rak disamping kelompok rak Majalah. Matanya menangkap placard bertuliskan Supernatural. Entah kenapa hal itu membuat mantan figuran sinetron ini tertarik untuk mendekat.


Ve kembali memindai, mencari buku mana yang akan ia baca. ‘Seribu cara melihat hantu’ tidak! Itu bukan bacaan yang bagus, ‘Primbon jawa’ tidak juga. ‘Tumbal dan pengasihan’ Ve tidak butuh, ‘Berdialog dengan Jin muslim’ tidak bahkan Ve bukan seorang muslim.


Jemarinya berhenti pada sebuah buku yang sangat asing untuknya. Buku itu bersampul cokelat, tebal dan tampak tua berjudul 72 demons. Dengan rasa penasaran yang tinggi Ve menarik buku itu dari susunan, tapi sebuah buku lain ikut tertarik kemudian terjatuh menimbulkan debaman kecil yang membuatnya mau tak mau mengalihkan atensinya kebuku yang kini disamping kaki mulusnya.


Ve sedikit merendahkan tubuhnya untuk meraih buku yang tampaknya tak kalah tua dengan buku yang hampir saja dibacanya, berniat mengembalikan pada tempatnya. Tapi mendadak alisnya tertaut menyiratkan sebuah pertanyaan besar hanya dengan membaca judul buku yang kini sudah ada ditangannya.


Demon summoning spells?” ia menggumam. Ia pandangi sampul bergambar kepala kambing berbentuk bintang persegi lima ditengah sebuah lingkaran ganda. Buku yang asing untuknya, tapi entah kenapa penggemar Agatha crhistie ini sedikit tertarik dengan buku yang kini sudah ia bawa menuju ke salah satu sudut sofa berwarna cokelat. Sebelumnya ia telah mengembalikan buku 72 Demon ketempatnya.


Setelah menemukan tempat yang nyaman—sedikit berjauhan dari orang-orang, Ve membuka lembar pertama buku tua yang ia bawa. Lalu lembar kedua, lembar ketiga, keempat dan seterusnya, yang entah mengapa membuatnya sedikit merinding sekaligus penasaran saat ia semakin jauh membaca lembar demi lembar isi buku tersebut.


Buku itu berisi beberapa ritual pemanggil iblis. Yang dikatakan didalamnya iblis yang kita panggil mampu mengabulkan apapun yang kita inginkan. Kekayaan, kesejahteraan, kehormatan, dan lain sebagainya.


Setelah membaca buku itu isi kepalanya sedikit berputar oleh masalah yang akhir-akhir ini mengguncang dunia peridolan Indonesia. Pandangannya beralih pada titik terjauh tembok didepannya. Ia berfikir, apa benar Iblis bisa mengabulkan semua permintaannya? Kalau memang benar Ve rela melakukannya. Demi apapun gadis yang juga mempunyai sebutan miss badai itu tidak rela jika Idol group yang melambungkan namanya hancur.


Mungkin ini satu-satunya cara untuk mengembalikan JKT48 pada titik tertinggi piramida musik tanah air. Meminta pertolongan pada Iblis?


Mendadak ia memejamkan mata, menggelengkan kepalanya cepat. Tidak mungkin, Ve menghela nafas dalam-dalam, dia berusaha menghapus keinginan bodohnya yang baru saja terlintas. Tidak! Bagaimanapun dia adalah gadis modern yang tidak percaya—kalau bisa menjauhi hal-hal tidak masuk akal seperti itu.


Drrrtttt....ddrrrtt...drrrtt...


Getaran ponsel dari dalam satchel bag cokelatnya membuat Ve sedikit gelagapan, sampai-sampai buku bersampul cokelat pudar yang ada ditangannya terjatuh. Ia merogoh tas, lalu melihat id caller yang menampilkan nama Melody disana, kemudian Ve menjawab panggilan telpon setelah sebelumnya memindahkan buku itu kepangkuannya.


“Iya halo kak Melody,” jawabnya pelan saat menerima panggilan dari sang General kapten, sambil membolak-balik buku dipangkuannya. Sepertinya Ve sangat tidak sabar membaca lanjutan bacaannya.


Untuk sesaat ia terdiam, mengernyitkan dahinya mendengarkan orang disebrang sana yang tampaknya tengah bicara dengan serius. “Apah?!” setelahnya-pun wajah Ve membeo, seolah tak percaya oleh apa yang dikatakan Melody. “Ba-baik kak aku kesana sekarang.”


Setelah menutup ponselnya, Ve menoleh kanan-kiri seperti kebingungan, setelah merasa tidak ada yang ketinggalan, ia bergegas—pergi terburu-buru. Tak lupa ia membawa buku yang entah sejak kapan ingin dia sewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar