Selasa - 14.34
Saya beserta para crew telah tiba di pos 4 jalur pendakian cemoro sewu, karena kelelahan crew berencana mendirikan tenda ditempat ini. Proses syuting yang rencananya dilakukan 2 hari, tempat ini akan dijadikan base camp tempat crew dan pendukung acara berkumpul dan mempersiapkan semua keperluan.
Tenda-tenda barak yang berukuran cukup besar dipersiapkan sebagai tempat tidur kami, sebenarnya aku membawa tenda berukuran kecil didalam ranselku, namun karena crew sudah mempersiapkan tenda yang lebih nyaman kuputuskan untuk tidak memakainya.
Waktu menunjukan pukul 16.23, tenda dan sumber penerangan kini sudah terpasang, para crew sedang mempersiapkan peralatan untuk esok hari, ada juga beberapa crew yang sedang mempersiapkan makan malam. Kulihat Jenny duduk diam diatas sebuah batu besar, tatapan matanya terlihat begitu nanar, aku menghampiri lalu duduk disebelahnya, ia tak menyadari atau mungkin cuek saja dengan kehadiranku.
“Rokok mbak?” Kusodorkan sebungkus rokok dihadapannya, ia sedikit kaget lalu melihat kearahku.
“Ohh, iya mas” Jenny membuka sarung tangannya, sehingga menampakkan lentik indah jari-jemarinya. Ia lalu mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.
“Kenapa mbak galau ya?” dia tak menjawab, kuteruskan pertanyaanku.
“lagi galau sama tukang parfum ya mbak?” tanyaku sambil tertawa, mengajaknya bercanda
Saat itu JENNY sedang digosipkan dengan seorang supplier parfum yang mengaku sebagai pengusaha dari luar negeri.
Tiba-tiba saja Jenny menatapku tajam, matanya melotot. Sedetik kemudian ia menghela nafas panjang. Lalu menurnkan pandangnya.
“Huffftt…..lucu bgt ya mas gue”. Duh aku yang pengen bercanda malah membuat dia tambah galau, merasa bersalah juga rasanya.
“eh mbak maaf……cuma bercanda mbak”
“ah iya mas gpp kok”
“emm, mas mau gag temanin aku jalan-jalan, mas kan juru kunci lawu pasti tau kan tempat-tempat asik disini?”
“eh aku bukan juri kunci lawu lho mbak, tapi aku emang tau sih tempat-tempat asik disini”
“Tapi ntar dicari in crew gimana mbak?”
“Ah gag penting lah mas, yang penting mas mau gag?”
“Ya udah deh mbak, aku ambil ransel dulu kalo gitu”
“Oke !”
Sepanjang jalan aku bercerita tentang hal-hal pribadiku, tentang skripsi, dosen yang gag banget, sampai lika-liku menjadi seorang pendaki, aku mencoba terbuka tentang kehidupanku. Ada sebuah petuah yang benar-benar aku praktekkan saat itu.
JIKA INGIN MEMBUAT ORANG MEMBUKA HAL PRIBADINYA, COBALAH UNTUK MEMBUKA DIRIMU DIHADAPANNYA
Namun usaha itu belum berhasil juga. Ia masih enggan membahas masalah pribadinya, terlebih tentang pertanyaan yang kerap dilontarkan media, pertanyaan yang membuatku cukup penasaran juga. PERNAHKAH IA BERSETUBUH DENGAN TUKANG PARFUM YANG SEDANG DIGOSIPKAN DENGANNYA.
Aku melihat arloji ditanganku, pukul 5 tepat, berarti sudah sekitar setngah jam berjalan, karena takut kemalaman, akku menawarkan untuk kembali ke camp, tapi hal itu tak digubrisnya, ia malah berjalan lebih cepat. Aku coba sedikit berteriak kepadanya
“mbak balik yuk udah sore nih, ntar kemaleman lho”
“jam berapa sih mas sekarang?”
“jam 5 lho mbak”
“ah ntar dulu deh mas”
Aku turuti saja dia, tapi Jenny berjalan keluar dari jalur pendakian, aku yang sedari tadi dibelakangnya, aku hanya bisa mengekor, menikmati gerakan indah pantatnya. Ia memakai celana panjang bercorak TNI, sementara bagian atasnya menggunakan sebuah jaket yang cukup tebal, membuat payudaranya nyaris tak terlihat. Bagian tubuh yang dapat aku nikmati hanyalah bokong indahnya.
Kini kita berjalan diluar jalur pendakian, hari sudah mulai gelap, kabut mulai turun membatasi jarak pandang, aku lalu menyalakan senter, dan lagi aku mengajak Jenny kembali ke camp.
“mbak, udah gelap balik yuk”
Jenny lalu berhenti, duduk, lalu mengatur nafasnya, ku tawari sebotol air, ia merainya lalu meminumnya dengan cukup rakus, sampai-sampai beberapa liter air tumpah membasahi jaketnya. Setelah nafasnya teratur ia manjawab pertanyaanku.
“gue pengen disini aja mas?”
“hah?” jawabku terkejut, aku baru tau rencana ini telah di persiapkan olehnya sejak awal
“gue lagi males mas sama manager tengik itu, berita tentang tukang parfum itu sengaja di blow up sama dia, alesannya biar gue bisa lebih terkenal mas, padahal kan itu aib mas”
“tap…………..” belum selesai kalimatku Jenny kembali menyahut
“Belum lagi si produser yang gila uang itu mas, besok gue disuruhnya pakai baju yang terbuka banget, katanya biar rating naik, padahal kan dingin banget mas disini”
“Gue lagi gag pengen ada ditengah-tengah keramaian”
“Tapi mbak, ntar aku dikira nyulik mbak!” akhirnya kalimatku kali ini selesai.
“Ya terserah mas kalau mau balik sih, tapi gue tetep disini”. Tak mungkin juga aku meninggalkan ia sendirian, akhirnya aku mengalah.
“Ya udah deh mbak, tapi kalau aku dikira macem-macem mbak tanggung jawab ya?”
“iya mas nanti biar aku jelasin ke mereka” Jenny kini mengganti kata “gue” menjadi “aku” hal ini membuat suaranya lebih manis.
“Untungnya ranselku belum sempet tak bongkar mbak.”
“makasih ya mas”
Aku lalu mendirikan tenda diantara 2 buah batu besar, hal ini kulakukan untuk menggurangi udara dingin, tak lupa kugantung senter diatas tenda sebagai sumber cahaya. Sementara Jenny mulai mengumpulkan ranting-ranting pohon lalu menyusunnya menjadi api unggun. Aku kini telah selesai mendirikan tenda, Jenny belum berhasil menghidupkan api unggunnya, hal ini dikarenakan semalam hujan turun, sehingga ranting-ranting menjadi basah. Aku mencoba membantunya, setelah beberapa saat api berhasil dinyalakan, aku mengeluarkan panci untuk memasak air. Sementara Jenny telah masuk kedalam tenda.
Aku membawakannya segelas kopi, ketika akan masuk kedalam tenda tanganku bergetar, mataku nyaris lepas dari tempatnya, sementara jantungku seperti berdegup kencang. Jenny telah melepas jaket tebal dan celana panjangnya, ia hanya menggunakan tangtop berwarna hijau dan celana pendek yang begitu pendek sampai-sampai pangkal pahanya nyaris terlihat. Diperhatikan seperti itu Jenny Nampak biasa saja.
“Kenapa mas?” ia bertanya sambil tersenyum
“eh, anu mbak gpp.” Lalu kuletakkan gelas dihadapannya, aku sedikit membungkuk masuk kedalam tenda, sekilas payudara Jenny terlihat sangat jelas, bahkan hingga puting susunya.
Aku lalu kembali keluar menuju api unggun, kupersiapkan makan malam bagi sang putri yang cantik nan seksi. Mie instan adalah satu-satunya bekal makanan yang kubawa, tak jauh dari tempat kami banyak tumbuh tanaman sawi, maka aku mengambil beberapa helai daunnya untuk kutambahkan dalam mie instan. Disaat sedang memetik daun sawi aku melihat tumbuhan yang memiliki daun berbentuk hati, batangnya menjalar diatas tanah, tumbuhan itu memiliki nama ilmiah Pimpinella alpina K.D.S atau orang biasa menyebutnya purwoceng. Purwoceng dikenal sebagai tanaman herbal yang berkhasiat untuk menambah stamina, iseng kumasukkan beberapa daunnya. Beberapa menit kemudian mie instan sudah siap disantap.
Dengan cepat mie instan dihadapan kami kini telah raib, sejak siang tadi perut kami memang belum sempat terisi. Selepas itu kami menjadi begitu akrab, Jenny sampai terpingkal-pingkal ketika aku menceritakan hal-hal yang konyol. Kadang juga ia bercerita tentang sisi lain kehidupannya sebagai artis. Beberapa menit kami mengobrol tiba-tiba saja aku merasa udara di dalam tenda sangat panas, kurasa Jenny juga merasakannya, ia berulang kali mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya. Jenny terlihat begitu seksi, dengan bulir-bulir keringat pada daerah leher hingga dadanya, bahkan tangtop hijau yang dipakai basah pada bagian dada, terlihat seksi dan menggairahkan. Nafasnya terlihat begitu berat, payudaranya bergerak naik turun seirama dengan nafasnya. Ia lalu mengibas-ngibaskan rambutnya, membuat payudaranya nyaris melompat keluar.
Disuguhi suasana demikian penisku tak dapat lagi menahan ereksi, ereksi ini terasa begitu kuat, sama halnya dengan Jenny aku juga merasa gerah, tak ada pilihan lain untuk tidak menanggalkan jaket dan kaos ku, kini aku bertelanjang dada. Bulir-bulir keringat membasahi nyaris seluruh tubuhku, tubuhku terlihat mengkilap,
Jenny menatapku seperti singa yang hendak menerkam mangsanya, sementara aku menatapnya sebagai singa yang harus dipuaskan, bangga juga ketika Jenny memuji badanku.
“Mas badannya bagus yah” Jenny lalu menggeser tubuhnya beberapa senti didepanku, jarak kami sangat dekat, mungkin saja Jenny mendengar dentum jantungku, ia lalu menyentuh perutku, lalu dadaku kini dengan kedua tanagnnya. Diperlakukan seperti itu penisku benar benar tersiksa, aku lalu membetulkan posisi dudukku. Tapi dengan pengamatan yang begitu jeli Jenny bertanya.
“Kenapa mas penisnya, lagi nafsu ya?”
“Ehh. Iya mbak, ehh engg…ak ding”
“Hehehe, iya apa enggak nih mas, mana sini coba aku liat”
Selanjutnya Jenny meraba penisku, lalu mencoba membuka ikat pinggangku, seperti kerbau yang dicocok hidungnya aku berdiri dengan kedua lututku, memudahkan Jenny melepas sabuk dan megeluarkan penisku. Dikocoknya penisku dengen gerakan lumayan cepat, aku hanya bisa memejamkan mata, menikmati handjob dari seorang publik figur ternama.
“emmmmm….ahhhhhhhh”aku mendesah tak karuan, kini Jenny membungkukkan sedikit badannya, aku masih memejamkan mata. Selanjutnya sensasi itu bertambah nikmat, penisku kini sudah raib menyesaki rongga mulutnya, lidahnya tak henti-hentinya menjilati lubang kencingku.
“Sruuup…..sruppp…emmmmm”, suara yang keluar dari mulutnya menambah sensasi nikmat yang tak pernah bisa digambarkan. Aku meremas payudaranya, membuat sedotan pada penisku bertambah makin kencang.
Setelah puas menimati penisku, Jenny memposisikan dirinya sejajar denagnku,ia berdiri menggunakan kedua lututnya. Kudekatkan wajahku, kucium lembut bibirnya, lalu kulepaskan sejenak, lalu kucumbu lagi bibirnya kini kumainkan lidahku didalam mulutnya. Ia membalas dengan lidahnya.
Tangan kiriku menopang tubuh Jenny sementara tangan kanan meremas-remas payudaranya.
“ahhhhhhhhhhhhhhh……………..emmmmmmmmmmmmm” Jenny mendesah desak kenikmatan. Aku mendorong pelan tubuh Jenny, kini ia tubunya terbaring pasrah, aku mencium lagi bibirnya, Jenny melingkarkan tangannya pada leherku.
“Emmmmmmm…………emmmmmmmmmmmmmm” aku mencoba menyingkap bajunya diatas kedua payudara. Jenny melepas ciumannya, diangkat kepalanya sehingga dengan tangtop hijau itu lepas dari tubuhnya.
Aku lalu menjilati bagian perutnya, Jenny dengan cepat membuka kait BH lalu melepasnya, kini ia telah bertelanjang dada, payudara indahnya terhampar didepan mata, begitu sempurna, aku kembali menjilati putting susunya, sehingga putingnya semakin menonjol saja.
“ahhhhhhhhhhhh…….massssssssssssss……enak……..ahhhhhh hhhhh”
Ia meraih penisku, aku menggeser 1 kakiku melewati tubuhnya, penisku kini tepat berada diantara kedua payudaranya. Dengan sigap Jenny menahan kedua sisi payudaranya, sehingga penisku terjepit diantara keduanya. Aku mendorong tubuhku, mengakibatkan ujung penisku muncul-hilang lalu muncul lagi, Jenny megeluarkan lidahnya sehingga kepala penisku merasakan geli karena gesekan payudara dan lidahnya.
Aku lalu terun dari tubuhnya, lalu meloloskan celana pendeknya, kini aku sedang mamainkan lidah diantara kedua pangkal pahanya, vaginanya mulus tanpa sehelai bulu, walaupun cairan membasahi permukaannya, baunya tetap saja wangi, aku dengan semangat memainkan lidahku.
“Ahhhhhhhhhhh……..aduuuuhhhhhhhh…….ahhhhhhhhhhhhh…. sayaaaaaang” ia menjerit kenikmatan, tanganya tak henti-hentinya menjambak rambutku.
“ahhhhhhhhhhhhhh………sayaaaaanggg ……eeegggak………tahhaaaan,….ahhhhh”
Sepertinya Jenny telah mengalami orgasme yang pertama, tapi sepertinya ia memiliki tenaga super, pasalnya ketika aku menggesekan ujung penisku di area vaginanya, Jenny malah meraihnya, lalu penisku dibimbingnya masuk kedalam lubang yang hangat dan nikmat, aku memompa penisku perlahan.
“ahhhhhhhhhhhhhhhh………….heeeeeeeeemmmmmmmmmmmm mm” kini ia menggoyangkan pinggulnya, penisku terasa mengenai rahimnya. Aku lalu mengangkat 1 kakinya, lalu menopang kaki kanannya dengan tangan kiriku.
“ahhhhhhhh………enak bangeeeet…………ahhhhhhhhh……….kontolmu sayang”
Suara-suara erotis semakin membuatku bertambah semangat, aku memepercepat gerakan maju-mundur pantatku, Payudara Jenny bergoyang-goyang tak beraturan semakin berisik saja.
“ahhhhhhhh……….kontoooooooooollllllllll………biaadabbb bbbbbb………ooooooohhhhhhhhhhhhhh…………..enaaaaaakk…….. bangeettttttt.”
Tiba-tiba penisku terasa dicengkram dengan kuat oleh vaginanya, penisku rasanya tersedot masuk kedalam vaginnya,
“ahhhhhhhhhhhhhhhh………………………sayaaaaaaaangggggggggg… ……………akuuuuuuuuuuuu……….pengeeeeeeeennnn………kkkkkeee eeeee-luuuar……..laaaa-giiiiiiiiiii………”
Penisku masih perkasa namun vaginanya sudah benar-benar basah karena dua orgasmenya, nafasnya tersenggal-senggal, namun tenaganya sama sekali belum terkuras, ia lalu bangkit dari tidurnya, melepaskan penisku dari vaginanya, lalu memberi isyarat padaku untuk merebahkan diri.
Ia lalu menaiki tubuhku, tangannya bertumpu kebelakang, kutekuk sedikit lututku sebagai tempat untuk bertumpu, Jenny lalu bergerak naik turun, ia terlihat sangat menikmati, ia menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata, aku menikmati setiap detiknya. Menikmati setiap inci tubuhnya, yang paling mengguda tentu saja payudara yang bergoncang seirama dengan tubuhnya, dengan kedua tanganku aku menggenggamnya, sementara Jenny semakin cepat bergerak naik turun. Kini aku sudah tak tahan lagi menahan penisku.
“ahhhhhhhhh….mbak aku mau keluar………ahhhhhhhhhhhhhh”
Ia malah menambah lagi kecepatannya
“ahhhhhhhh……..keluarin bareng yah mas sayang”
Kembali lagi aku mengalami hal yang sama, vaginanya terasa menyedot-nyedot peniskuk, kali ini aku tak tahan lagi.
“ahhhhhhhhhhhh…..mbak aku keluar…”
“ohhhhhhhhhhhhhhhhhh………masssssssssss………….aku jugaaaaa”
Jenny lalu ambruk diatas tubuhku nafasnya tak karuan, kubiarkan penisku mengecil didalam vaginanya, aku lalu menggeser tubuhnya,
“plop” suara peniskku yang lepas dari lubang senggamanya.
Senyum puas tampak menghiasi wajahnya, kucium keningnya, lalu menarik selimut untuk kami berdua, malam itu kami tidur bersama, tanpa busana.
************************************************** ***************************************
Rabu – 06.00
Kami akan bersiap kembali menuju base camp, Jenny kini terlihat lebih seksi dari sebelummnya, sebelum ia sibuk hari ini aku mencoba memotretnya.
************************************************** ***************************************
Selama 2 hari syuting berjalan lancar, sementara aku dan Jenny semakin lengket saja. Kini saatnya kembali ke kota, aku berjalan agak jauh dibelakang para rombongan yang sudah tak cukup hafal jalan pulang. Jenny melambatkan langkahnya, ia lalu berbisik ditelinga.
“Mas kemaren kok aku bisa nafsu banget ya sama mas”
“Selain itu aku jadi punya tenaga super gitu mas, gag punya capek”
“Kamu juga mas, kok bisa perkasa banget, biasanya kalau aku bercinta sama orang, mereka cepet banget keluarnya”
Aku tak menjawab hanya tersenyum kecil.
“kok malah senyum-senyum sendiri mas?”
“Haha, sebenernya aku iseng aja mbak masukin daun purwoceng ke mie yang kita makan, tak kira itu buat nambah stamina, eh ternyata marai ngaceng juga mbak”
“hah? Itu daun apa mas?”
Aku berhenti sejenak, sedikit berjongkok lalu mengambil sehelai daun, kuberikan pada Jenny.
“Ini lho mbak”
Jenny mengambil daun itu dari tanganku, lalu tersenyum penuh arti.
“Mas, fotoin dong”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar