“Jadi kau ingin membunuh semua teman-temanmu? Hm?” kedua tangan kekar itu memeluk tubuh polos Ve, sang bidadari yang meringkuk lemah pada dadanya yang bidang.
Ve menghirup dalam-dalam wangi tubuh Graphel yang khas, “Iya, lebih tepatnya penyakit-penyakit yang melemahkan JKT48,” jawabnya, ia sudah tidak takut lagi dengan mata merah dan sayap yang saat ini memenuhi lebar kasur empuknya.
“Khukhukhukhu...aku senang mendengarnya,” satu kecupan ringan didaratkan dikening Veranda. “Kau ingin aku membunuh mereka?” tanya Graphel meraih salah satu tangan Veranda dan mengecupnya, ”Atau kau sendiri yang akan mengotori tanganmu?”
Tatapan Ve menajam. Orang-orang itu—yang menjatuhkan, menghina dan mencaci-maki JKT48 pantas dibunuh. Ia tidak akan repot-repot meminta Graphel untuk turun tangan. Karena membunuh mereka yang menghinamu dengan tanganmu sendiri terasa lebih memuaskan bukan? “Aku akan membunuh mereka sendiri,”
Lagi-lagi Graphel menyeringai mendengar jawaban Veranda. Sang bidadari kini benar-benar telah terjatuh pada lubang kelam yang akan membawanya ke neraka—tentu saja Graphel sangat berbahagia apabila pulang membawa gadis secantik Veranda. “Tapi jangan lupa, setelah ini kau bukan manusia lagi,”
“Aku tidak peduli,”
“Kau akan berubah menjadi Succubus. Dengan nafsu yang tidak akan pernah ada habisnya,”
“Aku tidak peduli,”
“Kau akan menjadi jalang—bahkan lebih rendah dari teman-teman yang akan kau bunuh itu,”
Hati Ve mencelos. Graphel benar. Ia tak lebih kotor dari member-member yang telah menjatuhkan JKT48 dengan skandal-skandalnya. Tapi dia melakukannya demi JKT48, dan yang lebih penting tidak akan ada orang yang tau bahwa ia lebih busuk dari teman-temannya. Asal tak ada satupun manusia yang tahu apa yang telah diperbuatnya.
“Aku akan memberikanmu segel yang berarti kau adalah miliku,” ucap Graphel menjauhkan tubuh Ve dari pelukannya membuat Ve terduduk. “Segel bahwa kau akan selalu tuduk padaku,” kemudian ia beringsut turun dari ranjang Ve.
Ve menatap Graphel tak mengerti, apalagi saat makhluk bersayap itu menyentuh dagu Ve dan mencium bibirnya pelan. kemudian tangannya turun meremas buah dada Ve yang masih menggantung membuatnya mendesah pelan sambil mengigit bibir. Tangan itu naik dada kiri Ve, telapak tangannya berhenti disana. “Ini akan sedikit sakit,” seringai Graphel membuat Ve ngeri.
Telapak tangan yang menempel didada kiri Ve perlahan mengeluarkan sinar berwarna kekuningan. Ve meringis kesakitan, dadanya terasa begitu panas seperti terbakar, tidak hanya itu ia juga merasa seperti ribuan jarum tengah menusuk-nusuk tulang rusuknya. Ia menjerit histeris kesakitan memegangi tangan Graphel berniat menyingkirkannya jauh, tapi percuma tangan Graphel sangat kuat.
Beberapa saat kemudian seluruh tubuh Ve bersinar terang. Bahkan jika ada orang yang melihatnya sudah dipastikan orang itu buta setelah melihat cahayanya. Dapat ia rasakan panas yang sebelumnya hanya dibagian dada kini menjalar keseluruh tubuhnya. Dan yang lebih menyakitkan, punggungnya terasa panas seperti ada benda lain yang bergerak-gerak ingin keluar dari sana, ia hampir sekarat. Kalau saja tangan Graphel tidak menahannya Ve pasti sudah kejang-kejang di ranjangnya. Tak lama kemudian sesuatu dipunggungnya itu bergerak, merobek kedua sisi punggung Ve membuat luka sayatan yang darahnya membasahi punggung Ve. Tapi tiba-tiba sebuah sayap berwarna hitam membentang seketika, sepasang sayap cantik berbulu hitam disusul kain sutera yang menutupi tubuh polosnya.
Cahaya putih itu perlahan menghilang meninggalkan Veranda yang terengah memegangi dada dengan penampilan barunya dengan sayap. Ia lirik graphel yang menatapnya tajam, ia melihat sudut bibir pria itu bergerak naik—tipis nyaris saja tak terlihat. Menit-menit berikutnya ia memandangi telapak tangannya sendiri. Lengannya terlilit kain-kain hitam, saat ia menyentuh punggungnya wajahnya sedikit terbelalak karena ia mempunyai sepasang sayap.
“Graphel?”ia memiringkan wajahnya meminta penjelasan.
“Malaikat hitam ya?” Graphel mengumam kecil. “Kukira kau akan berubah menjadi sepertiku,”
“A-apa maksud semua ini? Kenapa aku bersayap?”
“Kau,” Graphel mengulurkan tangannya memberi isyarat—mengajak Ve turun dari ranjang. “Sudah kubilang kau bukan manusia lagi, kau adalah pengikutku.” Ia mencium tangan Ve yang sudah berhadapan dengannya.
“Aku tidak lupa bahwa aku adalah pengikutmu Graphel, tapi bagaimana mungkin aku berpenampilan seperti ini dan bergabung dengan manusia lain?”
“Sayap itu adalah sayap malaikat, bukan Incubus sepertiku.”
“Itu bukan jawaban Graphel!”
“Sayap malaikat yang muncul mengidentifikasikan kau sebenarnya adalah gadis berhati malaikat," Graphel mengabaikan pertanyaan Ve, "tapi warna hitam yang muncul mengidentifikasikan bahwa sang malaikat mempunyai kebencian yang begitu besar. Nafsu, kebencian, dan dendam.”
“Graphel kau sama sekali bukan pendeta!” Ve tidak sabaran. "Berhenti bicara seolah kau tahu semua kebenaran di dalam diriku!"
Graphel merendahkan tubuhnya, mencium bibir Ve, “Aku tahu Jessie, kau tidak perlu khawatir dengan penampilanmu. Tanda didada kirimu itu. Kau bisa menyentuhnya saat ingin berubah menjdi manusia,”
Ve menatap ragu mata merah Graphel, tapi saat lelaki itu mengangguk, Ve menurunkan tatapannya, melihat tanda yang dimaksud Graphel. Tangannya meraba sebuah tanda berbentuk dua lingkaran dengan bintang ditengah yang bergambar kepala kambing. Ve lega mendengarnya, setetidaknya ia masih punya tubuh untuk menemui teman-temanya.
Graphel mendekati tubuh baru Ve, memeluk pinggangnya dari belakang, hidungnya bergerak menciumi tengkuk Ve yang masih lekat dengan bau liurnya. “Sekarang aku harus pergi Jessie,” pamitnya melepaskan pelukannya dari Ve.
Ve berbalik cepat mendengar Graphel berniat meninggalkannya. “Tunggu!” semacam perasaan yang tidak rela.
“Hn?”
Alih-alih menjawab, Ve mendekati Graphel dengan tatapannya yang berubah agak sedikit... errr... liar. “Sebelum kau pergi bagaimana kalau...” tangannya bergerak menelusup dibalik celana kain Graphel, berhenti dikejantanannya yang masih belum bangun, ”sekali lagi.” dan hal itu disambut seringaian buas dari Graphel.
“Tentu saja Kuroi tenshi-sama”.
Lalu kedua makhluk bersayap itu kembali saling memeluk, mencium, melumat, dan saling meremas satu sama lain.
===Kuroi Tenshi===
Jakarta, 10 oktober 2015
Pagi itu disalah satu rumah member JKT48 yang bernama Tya berkumpul beberapa member JKT48 dari generasi ketiga. Mereka tengah berusaha menghibur Tya teman seangkatan mereka yang baru saja kehilangan kekasihnya untuk selamanya, semalam pemuda malang itu ditemukan terbunuh secara sadis dengan leher hampir terputus dari kepalanya disalah satu parkiran pusat perbelanjaan Jakarta.
Elaine yang sedari tadi menungguinya hanya bisa terus memeluk dan menghujaninya dengan kalimat menenangkan, yang bahkan dirinya sendiri sadar semua itu percuma. “Tya... Tya... lo sabar ya, gue yakin semua bakal baik-baik aja Tya,”
“Iya Tya kita bakal nemenin lo di sini kok,” sahut Feni yang mempunyai tatapan sama dengan yang lain—tatapan iba.
“Tapi lo semua tau kan?” tatap Tya dengan mata bengkak kearah beberapa teman dari generasi ketiga yang masih tersisa. Feni, Elaine, Sofia, Cesen, Gracia, dan Shani. “Semua mati, semua mati! Gue gak mau Len! Gue gak maaauuukkk!” Tya menjerit, meremas rambut panjangnya dan membenamkan kepalanya dikedua tekukan lututnya. Mengingat semua teman-temannya mati secara tragis setelah sebelumnya kekasih mereka terbunuh terlebih dahulu, adalah hal yang saat ini mengguncang jiwanya.
Mereka menyebut kutukan Golden Rules. Semua member JKT48 yang melanggar aturan anti cinta mati tragis. Nina ditemukan tak bernyawa dengan tubuh terpotong menjadi dua bagian, yang mayatnya ditemukan didepan pintu Theater JKT48 dan dikamar mandi FX sudirman. Tak hanya itu, lelaki yang tempo hari bersamanya saat foto mereka tersebar, sebelumnya telah mati mengenaskan dengan kemaluan yang terpotong dan dijejalkan dimulutnya sendiri.
Beda lagi dengan nasib tragis yang menimpa Nadse. Gadis dari generasi ketiga itu ditemukan tewas dikamar hotel dengan kelamin yang menempel dengan pasangannya. Keduanya mati membusuk setelah beberapa hari tak keluar kamar hotel.
Farin. Gadis itu ditemukan mati dirumahnya karena terpeleset didapur yang membuat wajah cantiknya tersiram air panas dan kepalanya tertusuk pisau buah. Sebelumya diketahui gadis itu berpesta sabu-sabu dengan teman kuliahnya disalah satu diskotik.
“Tyaa...” kali ini nada pasrah keluar dari mulut Elaine. Ia sangat paham betul ketakutan yang dirasakan Tya. Kalau boleh jujur Elaine juga khawatir sesuatu menimpa Tya yang mereka ketahui memang melanggar Golden rules. “Semuanya Cuma kebetulan kok, ga ada yang namanya kutukan Tya,” dusta Elaine berusaha menghibur Tya.
“Iya Tya... lo tenang aja, kita pasti nemenin lo disini kok,” hibur Shani diiyakan semua yang ada disitu.
Tya perlahan mengangkat wajahnya yang berantakan. Ia lirik satu persatu mereka yang ada disana melalui bulu matanya yang basah. Tapi saat matanya beralih kedepan dimana jendela kamarnya terbuka, Tya membuka mulutnya lebar-lebar. Sesosok makhluk bersayap hitam tengah menatapnya dengan mata merah yang mengerikan, seolah hanya dengan mata itu Tya bisa terbunuh saat itu juga.
“Enggaaaaakkkk!” Tya menjerit heboh menutup wajahnya dan menangis histeris. Semua yang ada disana panik.
“Tya ga ada apa-apa tya?” kata Elaine yang sebelumnya mengikuti arah pandang Tya.
“Tya lo kenapa?” tanya Shani khawatir.
“Enggak! Gue gak mau matiii!” Tya meloncat turun dari ranjangnya, melesat pergi ke kamar mandinya. Semua berusaha menahannya tapi tak berhasil.
“Tyaaa! Buka Tya!” Sesaat setelah pintu itu terkunci Elaine dan yang lain berteriak menggedor-gedor pintu berharap Tya membukanya.
“Pergiiii! Kalian semua pergi!” usir Tya menjerit-jerit dikamar mandi.
“Len gimana dong?” tanya Gracia panik.
“Gue juga gak tau Grey, coba kalian semua panggil bantuan gue khawatir banget nih sama Tya,” perintah Elaine yang diiyakan teman-temannya. Kemudian Gracia dan Feni pergi mencari bantuan.
Sementara itu didalam kamar mandi, Tya meringkuk di dalam bath up yang tidak terisi. Ia menangis terisak ketakutan, bagaimanapun ia tidak mau mati! Tapi tiba-tiba ia merasa suhu dalam kamar berubah, Tya mendengar suara aneh seperti suara kekasihnya sedang memanggil namanya.
“Tyaaa...” suara itu terdengar jelas di telinga Tya, membuat Tya menghentikan tangisannya dan memasang telinga tajam-tajam.
“Tyaaa...” lagi. Suara itu terdengar semakin jelas dari belakangnya. Jantung Tya berdetak begitu keras, bola matanya bergerak-gerak gelisah dan tubuhnya terasa sangat dingin. Dengan hati-hati ia memutar kepalanya kebelakang.
Tap!
Lampu kamar mandinya mati. Saat itu jantungnya mendadak seperti berhenti berdetak. Ia merasakan hawa dingin meniup wajahnya. Bulunya merinding ketika aroma amis, busuk yang dibawa angin berhawa dingin itu tercium olehnya. Tak lama kemudian lampu menyala, tiba-tiba wajah penuh darah kekasihnya muncul tepat di depannya. Tya menjerit, meloncat keluar dari bath up.
“Tolooong!” berlari ke pintu, berniat keluar dari kamar mandi, Tya masih mendengar Elaine dan yang lain memanggil namanya. Ia sedikit bersyukur, tapi saat tangannya memutar knop pintu, benda itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Macet!
“Tolooongg! Buka!” seperti wanita gila Tya mulai menangis, apalagi saat ia menoleh kebelakang, mayat kekasihnya tengah berjalan ke arahnya dengan leher hampir putus, mirip zombie mengerikan yang seumur-umur tak ingin ia lihat. Kakinya terasa lemas, tubuhnya melorot kebawah.
“Tyaaa... sayangku... aku kesepian sayang...” mayat itu bicara. Tangan penuh darahnya terulur menyentuh wajah Tya.
“Enggak! Lo udah mati! Pergi!” dengan kakinya, Tya menendang-nendang kasar mayat kekasihnya, tapi entah kenapa makhluk menyeramkan itu tidak juga pergi.
Tya kembali menutup matanya menjerit histeris. Meski ia dapat merasakan tangan dingin itu menyentuh rambut-rambutnya, Tya terus menjerit. “Enggak... lo udah mati!”
“Mati ya, hm?”
Suara mayat kekasihnya berubah. Suara yang lembut dan tidak asing untuk Tya, hanya dengan mendengarnya saja Tya merasa tenang dan senang. Cepat-cepat Tya membuka matanya dan mendongak dengan mata berbinar. “K-k-kak Ve??” namun beberapa saat kemudian mata berbinarnya berubah dengan tatapan tak percaya. Ia sadari penampilan seniornya itu berbeda. Sayap hitam? Sejak kapan Ve mempunyai sayap hitam? Setaunya sayap seperti itu memang kostum dari single Halloween night dimana Veranda mendapat kostum Lucifer. Tapi penampilan Ve sangat sempurna, itu bukan kostum.
“Hmmm?” sosok Ve yang ia lihat tersenyum. Tapi kemudian senyuman itu menjadi sebuah seringaian kejam, mata hitamnya memerah semerah darah. Dan hal itu membuat Tya kembali dilanda ketakutan.
“K-kkak Ve?” Tya mencoba memundurkan badanya menjauh, tapi percuma, pintu dibelakangnya adalah tanda bahwa ia tidak bisa lari lagi. “Kak Ve, ke-kenapa?” tanya Tya disela-sela ketakutannya.
Ve menatapnya tajam, tangan putihnya terulur menyentuh dagu Tya membuat gadis itu mendongak keatas, sengaja menunjukan betapa mengerikan mata miliknya. “Tya sayang...” suara itu terkesan sangat lembut. Tapi tak lagi membuat Tya tenang.
“Apa kau sudah puas menghancurkan JKT48?” tanya Ve. Tya tidak menjawab, ia hanya terus terisak ketakutan, ia tidak pernah melihat Ve yang seperti itu sebelumnya.
“Kak Ve... m-maaf... hiks... maaf kak Ve!”
Ve menaikan salah satu alisnya, “Hanya maaf? Apa dengan itu JKT48 kembali bersih, he?”
“Maaf kak Ve... aku janji bakal ninggalin JKT48 kak. Aku bakal minta maaf sama semuanya tapi tolong jangan sakiti aku!” isak Tya ketakutan sembari memohon.
“Wow...wow..wow... aku gak akan sakiti kamu kok Tya..." jawab Ve. "Aku bakal bikin semua gampang dan gak terasa, kamu tenang aja,” Ve menyeringai kejam, menekan dagu Tya, membuat gadis itu meringis menahan sakit.
“Mmmaaf kak... aku nyesel kak jangan bunuh aku!”
Ve tertawa terbahak-bahak melihat Tya memohon. Hn! Kemana saja gadis binal ini, bersenang-senang dengan prianya? Membohongi fans yang rela melakukan segalanya untuk dirinya? Segala bentuk kebohongan ditubuh JKT48 tidak akan dimaafkannya—terlebih membohongi fans yang selama ini Ve anggap sebagai orang-orang yang sangat berjasa. Orang-orang yang tidak akan dihianatinya.
“Kkkhh!” wajah Tya memerah. Matanya melotot menahan cekikan kuat dilehernya, tangannya mencoba menyingkirkan tangan Ve. Tapi mustahil, tangan Ve semakin kuat mencekik lehernya dan nafasnya hampir habis.
“Mmhh..kkh...mmffaaf...mmffaah kkkh Ve,” hanya itu yang sanggup Tya katakan. Rasanya tidak ada hal lain yang bisa ia perbuat selain terus memohon agar nasibnya tidak seperti teman-temannya yang lain.
“Ini untuk mereka yang kamu hianati, bitch!” Ve mengangkat tinggi-tinggi tubuh Tya dengan tangan yang masih mencekik. Kaki Tya mendendang-nendang bebas sebagai bentuk rasa kesakitan, tersiksa. Tendangan Tya berkali-kali mengenai pintu kayu kamar mandinya, Elaine yang mendengar suara gedoran masih terus memanggil-manggil Tya.
Beberapa saat kemudian darah mengalir membasahi tangan Ve karena kuku-kuku tajamnya berhasil menembus kulit leher Tya. Gerakan Tya tak lama mulai melemah dan semakin melemah. Ve tersenyum memandangi ekspresi Tya yang penuh rasa kesakitan, ia benar-benar puas melihat ekspresi penuh keputusasaan yang terlukis indah disana.
Setelah puas Ve menurunkan tubuh sekarat Tya. Meski begitu Tya masih bisa mendengar Ve berkata, “Kita selesaikan, ini tidak akan sakit Tya. Percayalah.”
KRRRRAAAAKKK!
Bahkan suara mengerikan itu masih sempat Tya dengar. Lalu perlahan-lahan Tya sudah tidak merasakan apa-apa lagi, rasa sakitnya menghilang.
Di luar, Elaine dan Shani masih menempelkan telinga mereka ke pintu, mereka saling berpandangan mendengar suara Tya yang tiba-tiba menghilang. Tapi hal lain yang berada dibawah kaki mereka—sebuah cairan merah mengalir membasahi kaki telanjang keduanya, membuat mereka menurunkan pandangan, ke kaki mereka.
“Kyaaaaaahhh!” kedua gadis itu berteriak histeris menyadari cairan kental berwarna merah itu adalah darah.
Detik berikutnya knop pintu bergerak. Ditengah perasaan takut yang bercampur aduk dengan rasa penasaran juga jijik, Elaine mendorong pintu. Tapi tiba-tiba kepala penuh darah Tya yang sudah terpisah dari tubuhnya menggelinding tepat dibawah kaki Elaine dan Shani. Seketika keduanya menjerit histeris.
==KUROI TENSHI==
6 bulan kemudian...
“J-Joyfull! K-kawaii! T-try to the best! J.K.T Fourty eight yeaaahh!” teriakan penuh suka cita itu terdengar begitu meriah mengiringi Group toast JKT48 yang akan tampil dikonser Revival show Renai kinshi jourey atau aturan anti cinta.
Ya, JKT48 telah kembali menduduki puncak piramida musik tanah air. Skandal-skandal member berhasil dibersihkan. Mereka yang belum sempat bertemu sang malaikat hitam ketakutan, member yang melanggar aturan anti cinta memutuskan hubungan percintaan mereka. Mereka yang belum sempat meminta maaf karena kabar burung yang beredar telah meminta maaf ssecara terbuka pada fans.
Generasi ketiga JKT48 dinyatakan gagal. Mereka memutuskan untuk lulus masal dari JKT48 karena perasaan takut terus menghantui, meski beberapa member tidak melakukan kesalahan. Sedangkan sang malaikat hitam kini bisa tersenyum penuh kemenangan, kerajaan tercintanya berhasil ia kembalikan—bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.
Malam itu Veranda terligat sangat cantik, sang malaikat hitam membawakan lagu Kuroi tenshi bersama Naomi dan Melody yang telah sembuh dari koma. Sang bidadari berada ditengah, berlenggak lenggok dan semua mata tertuju padanya, teriakan meriah, acungan serentak ligth stick, teriakan Chou zetsu kawaii ditujukan untuknya.
Sudah tak bisa kembali kesucian kan kubuang,
Sampai kapanpun ucapan manis tak kan bisa kuucap
Namun mata indahnya tak lepas dari salah satu penonton tanpa light stick dikejauhan sana. Pria itu melipat kedua tangannya di dada, menyeringai menatap kekasih tercantiknya.
Bagaikan... akulah malaikat hitam
Aaah... melepas High heels dan berjalan,
tak seorangpun tau kupunya wajah satu lagi,
Mata tajamnya terus mengikuti arah gerak sang bidadari, gadis jelmaan dewi yang berhasil ia pikat. Cantik, indah dan menawan.
Hancurkan saja diriku, sudah lupa cinta murni,
Graphel mencintainya.
Bagaikan, akulah malaikat hitam aah.. jatuh dikegelapan malam
Cinta dipenuhi dusta. Nee... sendiri tinggalkan diriku.
Graphel akan terus menjaga malaikat hitamnya. Terus berada disamping Veranda, sampai suatu hari nanti mereka akan pulang ke Neraka.
SELESAI
“Wiiiihh.... cewek, cantik banget sih,”
“Iya... mantep coi bodynya,”
“Apalagi geolannya,”
Godaan-godaan rendahan yang dilontarkan oleh orang-orang yang juga rendahan terdengar, ketika seorang gadis cantik tengah berjalan di area parkir sebuah pusat perbelanjaan Jakarta, dari arah pandangnya sepertinya gadis itu tengah mengingat di mana mobilnya terpakir.
Gadis dengan tampang 'jutek' itu terus berjalan mengabaikan, tanpa menoleh ke arah ketiga pemuda tanggung yang sedari tadi mengikutinya. Ia sibuk memeluk kuat-kuat sebuah buku tebal bersampul cokelat yang di temukan dari kamar Veranda tiga hari yang lalu.
“Jutek banget sih neng...” celetuk salah satu pemuda berkaus merah. Tapi Naomi tetap diam, tak tertarik.
Seolah tak mau menyerah ketiga pemuda itu terus menggoda Naomi sembari berbisik-bisik mencurigakan.
“Lo member JKT48 kan ya? Sombong banget deh ah," lagi, suara itu berasal dari salah satu dari mereka yang berjaket Barcelona FC. "JKT48 kan isinya cabe-cabean semua. Sini deh gua entotin, sejutaan aje ya neng,”
Mendengar perkataan terakhir dari salah satu pemuda yang menggodanya, Naomi berhenti. Ia hanya melirik ketiga pemuda kurang ajar ini melalui ekor matanya. Ia menyunggingkan senyum jahat dibalik sifat diamnya.
“Mau main dimana?” jawab Naomi ketika pemuda-pemuda itu setengah mengepungnya.
Mendengar gadis cantik seperti Shinta Naomi Prasetya, seolah menyetujui tawaran mereka, ketiga pemuda itu berbinar-binar senang.
“Waah... yakin nih? Terserah lo aja deh,” jawab pria bertopi sembari mencolek payudara sekal Naomi.
“Hm?” Naomi memiringkan kepalanya, menyeringai seperti merencanakan sesuatu. “Ikut gue,” perintah Naomi memberi isyarat. Kemudian berjalan diikuti ketiga pemuda yang tampak kegirangan dan saling melakukan tos.
Tanpa menoleh Naomi terus berjalan di area parkir yang luas. Perlahan tangan kanannya bergerak ke dada kirinya, melepas dua kancing kemeja merah yang ia pakai, membuat sebuah segel Incubus bersinar kekuningan disana.
Naomi terus menyunggingkan senyum misterius, lebih tepatnya senyuman jahat yang mengerikan. Setelah ini, jangan salahkan dirinya jika ketiga pemuda kurang ajar dan bodoh ini tidak akan pernah kembali selamanya.
Karena malaikat-malaikat hitam di JKT48 akan terus ada. Malaikat hitam yang rela berkorban untuk segaris senyum dan teriakan semangat yang menginspirasi banyak orang. Malaikat yang rela mengotori dirinya untuk melenyapkan kebencian yang melukai jiwa tulus dewi-dewi JKT48. Selamanya malaikat penjaga JKT48 akan terus ada, berjuang bersama gadis-gadis Theater JKT48 yang mempunyai impian besar, mimpi-mimpi yang pantas di lindungi.
KUROI TENSHI
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar