Sebelumnya ane mau mengucapkan terima kasih kepada suhu moderator yang sudah mengijinkan ane berpartisipasi dalam lomba ini walaupun udah tahap-tahap akhir penutupan pendaftaran. Terima kasih juga kepada agan-agan yang sudah menyempatkan diri untuk membaca. Perlu ane sampaikan bahwa cerita yang ane tulis disini hanyalah fiktif belaka, ane mengambil peran dan gambar artis ini selain karena tuntutan rule lomba yang mengharuskan artis, juga hanya untuk mempermudah agan-agan semua dalam menghayati cerita ane. Ane mengakui masih banyak kekurangan yang ada di cerita ini, mengingat cerita ini hanya ane buat selama 2 hari saja.
Selamat membaca, semoga tidak mengecewakan .
Tessa
Sandy (Suami)
“Papa, pemasukan kita sekarang berkurang drastis” Keluh istriku
“Tawaran syuting lagi sepi, usaha kamu juga turun banget penghasilannya” Lanjutnya masih mengeluh.
“Sabar aja mah, namanya juga usaha kan ada masa pasang surutnya” Ujarku menenangkan.
“Ya tapi kalo gini terus kita bisa bangkrut pah, biaya cicilan rumah, cicilan mobil, kebutuhan anak-anak gimana? Masa kita mau utang sih?” Istriku masih tetap kekeuh dengan pandangannya.
“Kalo cuma tentang kebutuhan sehari-hari sih aku masih sanggup buat penuhin, asal hidup kita biasa aja jangan terlalu boros”
“Oh, jadi selama ini kamu anggap aku boros gitu? Hidup aku penuh foya-foya? Terserah aku lah, uang juga uang aku, sibuk cari duit juga aku pontang panting syuting dari pagi sampe malem! Emangnya kamu yang cuma sibuk ngurusin bisnis abal-abal kamu itu yang gak ada penghasilannya?” Marah istriku meledak, sepertinya dia tersinggung dengan perkataanku barusan.
“Bukan gitu mah, kita ini harus bisa menata keuangan kita, gimanapun kita udah berkeluarga harus bisa mengatur keuangan demi kebaikan masa depan kita semua” Aku mencoba menjelaskan ke dia tentang maksud ucapanku.
“Udah ah, mending kita tidur aja! Males!” Istriku merajuk kemudian dia tidur membelakangiku.
Aku hanya bisa diam, karena memang sifat dia yang keras, aku rasa percuma juga kita lanjutkan debat. Kuperhatikan saat dia sedang tidur membelakangiku, dia mengenakan piyama terusan dengan bahan sutera yang membuat tubuh indahnya tercetak dibalik gaun tidurnya tersebut. Aku perhatikan bagian pinggul dia yang besar dan pantat dia yang montok, seketika nafsukupun naik dan kuberanikan diri untuk menyentuh pinggulnya, kemudian perlahan aku usap dan kuelus hingga turun kebagian pantatnya, terasa tekstur celana dalam saat tanganku bergeser sambil mengelus dari pinggul ke arah pantatnya. Ketika tanganku sampai ke bagian pantat sedikit kuelus dan kuremas pelan pantatnya dengan harapan birahinya akan terpancing.
“Apaan sih? Males ah mau tidur aja! Udah kamu juga tidur sana biar besok bisa dapetin proyek yang bagus” Protes istriku menghentikanku, seketika nyaliku langsung menciut dan membalikkan badanku membelakanginya.
Akupun mencoba meredam nafsuku dan kemudian mencoba untuk tidur.
Esok paginya aku terbangun sekitar jam setengah 6 pagi, saat terbangun aku tidak melihat istriku disampingku, mungkin dia sudah bangun untuk membangunkan anak-anak. Akupun bergegas untuk mandi dan kemudian bersiap-siap untuk ke kantorku.
Seperti biasa, kami sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk sarapan bersama, ini permintaan istriku agar kita selalu dekat dengan anak-anak katanya. Suasana dalam sarapan ini terasa sangat ceria, sampai aku lupa semalam habis debat dengan istriku, setelah sarapan kami menyempatkan waktu berbincang sejenak dengan anak-anak untuk mengetahui apa PR mereka sudah dikerjakan dan pelajaran apa saja yang akan mereka dapatkan hari ini.
Sesampainya di kantor, suasana kantor sudah cukup ramai, beberapa ada yang sedang mengobrol, ada yang sedang menyeduh kopi dan ada juga yang sedang sibuk didepan komputernya walaupun jam mulai kantor masih sekitar 10 menit lagi. Mereka yang sibuk itu pasti mereka yang sedang kebut deadline kerjaannya.Aku tersenyum melihatnya karena akupun sering mengalaminya dan tau betapa stressnya saat menghadapi kejadian itu.
Sesampainya di ruanganku, aku membereskan berkas berkas yang ada di meja, tumben sekali sekretarisku jam segini belum datang.
Setengah jam kemudian sekretarisku, Rossa atau Ocha datang dan langsung menemuiku.
“Maaf pak saya terlambat”
“Iya gak apa, kenapa terlambat?” tanyaku.
“Saya ketemu pak Hendro pak, dia bilang ada proyek iklan buat kita, ada klien dari Dubai yang tertarik sama proposal kita” Jelas Ocha girang.
“Wah bagus itu, terus gimana kelanjutannya” Aku sangat tertarik dengan apa yang dikatakan Ocha, tentu saja ini proyek besar apalagi datang dari luar negeri, akhirnya aku bisa mengatasi kegelisahan istriku semalam. Huft
“Pak Hendro bilang, lusa pagi para klien itu akan datang ke Jakarta dan mereka minta langsung ditemani oleh pimpinan proyek, Bapak bisa menemani mereka?” Tanya Ocha.
“Oh iya bisa bisa, wah proyek besar ini Cha”
“Iya pak, proyek besar ini pak” Ocha terlihat sangat bersemangat.
“Berita bagus ini, nanti kamu susun tim kita siapa aja ya. Eh ngomong-ngomong kamu ketemu pak Hendro kapan?” Tanyaku.
“Semalam pak” Jawab Ocha.
“Loh ketemu semalam kok kamu daengnya telat?” Tanyaku lagi, dengan wajah heran.
“Kan kita nginep pak, hihi. Terus kata pak Hendro berangkat telat dikit gak apa, nanti dia yang izinin” wajah Ocha bersemu merah.
“Wah kalian ini” Aku mendenguskan nafas.
“Hihi maaf pak, nanti kata pak Hendro juga saya disuruh nemenin klien itu pak”
“Oh gitu, ya gak apa sih biar proyek kita lancar juga ya hehe” Aku menimpalinya
“Iya pak, kata pak Hendro kalo dibantu saya nanti biar lebih gampang” Jawab Ocha.
“Oh okelah, yaudah sana kamu siapin semuanya, hubungin tim kita biar mereka siap” Perintahku.
“Baik pak, saya permisi” Jawab Ocha.
Ingin sekali aku cepat-cepat memberitahu istriku, tapi tidak puas rasanya kalo cuma diberitahu lewat telepon,akhirnya aku putuskan saja buat memberitahunya nanti sepulang kerja.
Akhirnya, jam kantor sudah selesai. Akupun merapikan kembali berkas-berkas yang berserakan, kupisahkan berkas yang sudah selesai aku tangani dan yang belum kutangani, agar memudahkan besok saat akan kulanjutkan kerjaanku. Setelah selesai, akupun mulai meninggalkan ruanganku.
Di Lobby kantor aku lihat Ocha sedang duduk sambil memainkan smartphonenya.
“Sendirian aja Cha?” Sapaku
“Eh iya pak, saya nunggu pak Hendro, gak bawa mobil saya pak” Jawab Ocha
“Wah, orang gendut item jelek gitu kok ditungguin, ayo saya antar hehe” Candaku, Ochapun ikut tertawa.
“Yaah Bapak gak tau sih, dia itu hebat tau” Jawab Ocha sambil mengerling kepadaku.
Aku cuma menggeleng melihat tingkahnya, kemudian aku pamit untuk pulang. Ya, hanya segelintir orang yang tau perselingkuhan mereka,dan aku termasuk salah satunya. Ada sisi dimana aku merasa bangga dapat dipercaya untuk mengetahui dan menjaga rahasia mereka, tapi di sisi lain ada juga rasa berdosa karena aku tau itu perbuatan salah dan aku terlibat dalam hal yang salah tersebut.
Sesampainya di rumah, aku mendapati sedang duduk di sebuah kursi santai yang terletak di teras, dia sedang membaca majalah wanita dan sesekali memperhatikan anak-anak yang sedang bermain didepan rumah. Saat aku baru keluar dari mobil anak-anak langsung menghambur kepadaku untuk kucium mereka, istrikupun melakukan hal yang sama, dia segera bangkit menghampiriku sambil mengecup bibirku, kemudian akupun melingkarkan tanganku di pinggangnya.
“Gimana kerjaan hari ini pah?” Tanya istriku saat kita berjalan bersama ke dalam rumah sambil kupeluk pinggangnya.
“Ya biasa mah, kerjaan ya gitu” Jawabku
“Pah, tadi manajemen mamah nawarin sesi pemotretan pah di Bali, berangkat besok lusa disana sehari” Istriku bersemangat mengabarkannya kepadaku.
“Wah asik dong mah bisa sekalian liburan dong” Aku menimpalinya
“Makanya, papah ikut ya, fee-nya besar pah, tiket gratis juga soalnya ini dari majalah luar negeri”
“Wah aku gak bisa mah, aku baru aja dapat proyek besar ni, dan lusa juga ada klien itu dateng dari Dubai dan minta langsung ketemu sama aku mah” Aku menjawab.
“Wuiih dapet proyek besar nih ya hehe”
“tapi gimana dong pah, aku gak mungkin juga ajak anak-anak, kasihan mereka kalo aku lagi pemotretan kan ditinggal sendiri, lagian juga mereka hampir ujian” Istriku bingung.
“Yaudah gak usah terima aja tawarannya” Aku memberi masukan.
“Jangan gitu dong pah, ini bagus buat karier aku loh, kan majalah internasional ini pah, kenapa gak papah aja yang batalin tu proyek?” Istriku tidak mau mengalah.
“Wah mamah ini, ya gak bisa juga dong kan kasian juga tim aku”
“Yaudah itu tau, gimana dong?” Tanya istriku
“Aku juga gak mungkin juga bawa anak-anak temuin klien, gimana kalo kita titipin di tante Indri? Disana kan deket sama sekolah mereka” Aku memberi usulan.
“Apa gak ngerepotin pah?” Istriku sepertinya agak keberatan, mengingat dia tidak terlalu dekat dengan tanteku tersebut.
“Anak-anak kan deket sama dia, terus dia juga sayang sama anak-anak mah” Aku menjelaskan.
“Tapi pah” Istriku masih keberatan
“Udah nanti aku aja yang ngomong ke dia, nanti aku telpon dia biar dia bisa jemput anal-anak” Aku memotong ucapan dia.
“Duh jangan gitu dong, udah ngerepotin mau nitip anak masa malah dia disuruh jemput sih? Papah ihh” Istriku tersenyum.
“Udah tenang aja sayang, nanti aku yang ngomong ke dia ya” Kataku sambil mengecup keningnya, dia memejamkan mata.
Kemudian aku kecup bibirnya, dia sedikit membuka mulutnya hingga aku langsung lumat bibirnya sambil memainkan lidah.
‘Hmmmm mmmmhhh’ hanya itu yang keluar dari mulutnya, kemudian tanganku aku asrahin ke payudaranya, sedikit kuremas payudaranya dia sedikit mendesis diantara lumatan bibirku ‘hmmmm ehh ssssst’.
Desahan dia membangkitkan nafsuku, tanganku yang tadi meremas payudaranya perlahan kuturunkan untuk mengelusi perutnya, kemudian terus kutelusuri perutnya hingga turun, saat hendak menyingkap roknya, dia menahan tanganku.
“Papah, ini kan di ruang tamu, malu kalo dilihat anak-anak.” Dia menarik tanganku kemudian duduk di sofa sambil mengatur nafasnya.
“yaah mamah ini, tanggung ni” Protesku.
“Biarin” Jawabnya sambil menjulurkan lidahnya.
“Eh pah, tau gak siapa photographer yang nanti motret aku?” Tanyanya bersemangat.
“Gak tau lah, kan mamah belum ngasih tau” Kataku masih kesal.
“Iiih gitu aja ngambek, yaudah deh nanti malem mamah kasih lips service ya hihi” Istriku malah mengejekku.
“Ah mamah ini becanda aja kerjaanya” Aku masih kesal.
“Hihi, yang fotoin mamah tuh nanti bang Ivan, mamah lupa namanya Ivan siapa, tapi katanya sih dulu temen deket papah, nanti malem mau kesini katanya pengin ketemu papah” Katanya.
“Ivan?” Aku mengernyitkan dahi seolah berpikir, penasaran juga aku.
“Udah gak usah dipikirin, nanti juga ketemu kok, sana gih mandi, bau tau huuekk” Istriku mendorongku untuk mandi sambil menutup hidungnya.
Sekitar jam 8 malam aku keluar dari kamar, kulihat istriku sedang ada tamu.
“Pah sini deh, ini loh si Ivan itu” Istriku memanggilku.
“Oh Astaga ternyata si Ivan kribo ya, apa kabar Van? Lama banget kita gak ketemu”. Kataku sambil bersalaman dengan Ivan.
Ivan yang dimaksud istriku adalah teman sekolahku dulu, kita bersahabat waktu SMA, tapi karena suatu masalah akhirnya aku dan dia jadi saling menjauh. Senang sekali sekarang aku bisa ketemu dia lagi, ya semoga dia masalah yang dulu udah kita anggap selesai.
“Baik San, wah jadi tambah ganteng aja loe, enaknya ya punya istri artis jadi bisa keurus juga suaminya haha” Ivan tertawa.
“Haha bisa aja loe, emang loe sekarang jadi photographer ya? Kirain bakal jadi musisi loe. Dia dulu jago banget main gitar loh mah” Aku ikut bergabung dengan mereka.
“Wah, beneran ni? Lumayan dong bisa hibur kita buat nyanyi nyanyi” Istriku menimpali.
“Ya gimana ya, passion gue sekarang lebih ke fotografi sih jadi ya aku tekuni aja hehe” Jawab Ivan.
“Beneran ni kalian mau ada proyek di Bali? Terus nanti temanya apa? Pemotretannya gimana?” Aku bertanya ke mereka.
“Jelasin bang, gue susah jelasinnya” Istriku meminta Ivan untuk menjelaskan.
“Hmm, jadi gini loh, kita tu dapet proyek dari salah satu majalah luar negeri, mereka tu mau angkat tema tentang eksotisme Asia, salah satunya ya Indonesia ini. Nah karna di Indonesia ini yang famous Bali, jadi klien minta ke kita buat adain pemotretan disana aja” Jelas Ivan.
“Nanti jeng Tesa bakal ikut sesi pemotretan sama salah satu model cowo dari agency lain yang udah menangin tender, nah nanti kita pemotretan di sekitar pantai dan di hotel. Gue sebenernya udah usul buat di Jogja aja, biar deket dan tempatnya bagus-bagus kok, tapi pihak sana gak mau” Kata Ivan.
“Wah ada tema pantai ni, tapi istriku gak pake baju yang aneh-aneh kan?” Tanyaku.
“Hmm, kalo temanya sih emang jeng Tesa ini ceritanya lagi bulan madu sama model cowo itu, tapi aku rasa sih kita masih menghormati adat kita jadi ya kita tetep utamain kesopanan. Soalnya nanti dari pihak klien kan datang juga buat liat prosesnya kan bro” Jawab Ivan.
“Oh jadi gitu, terus rencana berangkat kapan?” Tanyaku kembali.
“Lusa jam 2 kita flight, loe mau join?” Ivan berbalik tanya.
“Gak bisa bro, gue ada kerjaan ni yang gak bisa ditinggal, bisa berabe nanti” Jawabku.
“Wiih rajin bener ya, loe beruntung jeng bisa dapetin temen gue ini, dari dulu dia emang rajin jeng, gue aja sering nyontek tugas ama dia haha”
“Ihh beneran yah papa rajin? Perasaan sekarang malesan deh, kalo lagi libur ya cuma tiduran aja dikamar” Istriku menimpali Ivan.
Suasana saat itu mengasyikan, Ivan banyak bercerita tentangku saat dulu waktu masih zaman sekolah, dia seperti masih mengingat banyak hal, yang aku sendiri sudah lupa tentang hal itu. Dia begitu semangat menceritakan kenakalan masa remaja kita, istrikupun dengan serius mendengarkan cerita Ivan yang berakhir dengan bullyan kepadaku. Ah Ivan sepertinya sudah melupakan masalah kita yang dulu.
Karena terlalu asik ngobrol, tak terasa sudah jam 11 malam dan sudah waktunya Ivan pamit pulang. Kamipun mengantarkannya sampai di gerbang rumah. Kemudian kami masuk ke dalam untuk beristirahat.
“Pah, Ivan kayaknya orang baik ya? Papah kok dulu gak cerita sih punya temen si Ivan itu” Istriku berkata sambil merebahkan kepalanya di dadaku.
“Ya kan lupa mah, mamah masih dapet?” tanyaku
“Yee masa sama sahabat lupa sih? Udah bersih kok pah, pengen ya? Hihi” Jawab istriku sambil mencubit pinggangku.
“Ih nakal ya pake cubit cubit, awas ya aku bales” Balasku sambil menggelitik pinggangnya.
“Aduuh ampun pah geli hahaha ampun pah” Istriku memberontak kegelian.
“Biarin, siapa suruh main nakal nak ... hmmppp” tiba tiba istriku melumat bibirku, akupun membalas lumatannya.
Sambil berciuman, tanganku mulai meremasi pelan payudaranya dari luar piyamanya. Aku remas pelan sambil terus kumainkan lidahku di mulutnya.
“Hmmmm pahhh ahh gellii sayang sstt hmmmphh” Istriku berkata ditengah ciuman kami.
Akupun mulai melepasi kain yang menempel di badannya, dimulai dari piyama yang dia kenakan aku lepaskan, di susul bra yang dia pakai dan kemudian celana tidurnya. Hingga sekarang tinggalah celana dalam berenda miliknya, celana dalam itu aku yang belikan dulu, celana dalam tersebut bermodel transparan, tetapi kain di sekitar belahan vagina lebih tebal hingga menyamarkan bagian vaginanya, celana dalam itu sebagian berwarna putih polos tembus pandang dengan pas di bagian vaginanya berwarna putih terang dengan bahan sedikit lebih tebal.
Kembali aku cium bibirnya, kemudian aku mulai mengecupi keningnya, terus turun ke pipinya, aku lanjutkan kecupan itu ke bibirnya kemudian turun lagi ke dagunya dan terus turun.
“Pahh aahhh esst gelliih sayangh” rintih istriku saat kecupan dicampur jilatan dan ciumanku mendarat di lehernya.
Aku tidak mempedulikan rintihannya, terus saja aku ciumi dia dan ciumanku terus turun menyusuri tulang selangkanya, saat itu tanganku sudah mulai bergerak untuk memijat pelan payudara istriku. Sambil kupijat pelan payudara istriku, jilatankupun mulai meluncur turun ke arah payudaranya. Kujilati daerah di sekitar gunung kembar tersebut, aku kecup kecup pinggiran payudara istriku, kemudian kulanjutkan jilatanku menyusuri payudaranya dan seperti sedang mendaki, lidahku pelan pelan terus naik ke arah bagian atas payudaranya, ku kecup aerola payudaranya, tetapi sebisa mungkin gerakanku tidak mengenai putingnya.
“Auuuhh paaahhh jangaann mainh main dong, ayoo” Istriku protes, sekarang tangannya sudah mulai mencoba menggapai penisku, setelah di dapatkannya penisku itu, dia mu;ai meremas keras penisku.
“Auh mah sakit tau aw” Protesku.
“Nah makanya jangan nakal dong hihi” Istriku mengejekku.
“Kasian pah juniornya pengen keluar tu hihi” Istriku berkata sambil memelorotkan kolorku, hingga sekarang tersembullah penisku yang mengangguk-angguk. Akupun membantu istriku dengan melolosi celana kolorku tersebut.
“Tuh kan bener kata mama, dia setuju tu makanya angguk-angguk gitu hihi” istriku memperhatikan penisku.
“Iya deh apa kata mamah aja” Ujarku.
“Iihhhh lucu banget sih, sinih mamah ciumm cup cup cup” Istriku kemudian terduduk, dia memajukan wajahnya ke arah penisku, kemudian mulai dikecupinya bagian samping penisku.
Dia menciumi sekujur penisku, dikecup kecup setiap bagian penisku sambil tangannya memainkan buah zakarku. Ciumannya terus merambat hingga ke ujung penisku, kulihat tatapan matanya tertuju ke arah lubang kencingku, kemudian dia menjulurkan lidahnya dan mulai menyapu lubang kencingku tersebut. Ahh rasanya sangat sulit untuk di ceritakan, dimana rasa geli yang disalurkan oleh lidah istriku lewat lubang kencingku terasa sampai ke ubun ubun, ingin sekali aku menahannya tetapi dengan cepat dia memasukkan batang penisku ke mulutnya.
Dia masukkan hampir semua batang penisku ke mulutnya, kemudian dia tahan sampai beberapa detik. Terasa sebuah gerakan seperti otomatis menyedot nyedot penisku, mungkin itu gerakan dari tenggorokannya yang sedang mencari udara. Uh, rasanya benar benar nikmat sekali!
Setelah melakukan teknik tersebut, istriku perlahan mulai memaju mundurkan kepalanya dengan mulut merekat rapat pada batang penisku, menimbulkan rasa yang sangat nikmat karena penisku terasa seperti diurut oleh sesuatu yang lembab dan hangat, hingga seketika penisku sudah mulai berdiri sempurna dan dalam posisi siap tempur.
Saat istriku sedang asyik bermain dengan penisku, dan aku mulai merasa hampir jebol pertahanan, langsung aku tarik penisku dan kudorong istriku hingga dia terlentang di ranjang. Aku buka celana dalamnya dan ku elus bibir vaginanya.
“Mamah horni banget ya? Udah basah bener ni” Tanyaku sambil menunjukkan jari-jariku yang basah oleh cairan cintanya.
“Iiih enggak pah, tadi kan mamah habis pipis” jawab istriku sambil memalingkan wajahnya karena malu.
Ah dasar istriku, sudah sekian tahun berumah tangga juga masih malu mengakui kalo sedang terangsang.
Akupun mulai memposisikan diri, kedua kaki istriku kulebarkan hingga vaginanya yang merah merekah terlihat jelas olehku. Ku posisikan batang penisku tepat di depan lubang vaginanya, tapi alih-alih kumasukkan, batang penisku justru aku mainkan di sekitar lubang vaginanya. Kugesek-gesek vaginanya dengan gerakan ke atas dan ke bawah.
“Paahhhh” panggil istriku manja.
“Kenapa mah?” Tanyaku dengan senyum kepuasan karena bisa memainkan birahinya.
“Geli pahh” Jawab istriku sambil mengigit bibir bawahnya.
Akupun mulai memposisikan penisku tepat di lubang vaginanya, kemudian pelan kudorong masuk ke dalam vaginanya. Sambil mendorong masuk, kutatap dalam-dalam mata istriku, dia mengernyitkan dahinya saat penisku mulai memasuki liang senggamanya. Aku sangat menikmati moment ini, karna bagiku moment terindah saat bercinta adalah saat melihat ekspresi wajah lawan bercinta kita saat tubuhnya dimasuki oleh batang kejantanan kebanggan kita. Kulihat istriku mengernyitkan dahi dan menggigit bibirnya, kemudian wajahnya mulai merona merah dan tatapan matanya juga fokus memandang mataku. Moment indah itu berlangsung beberapa saat karena memang aku memasukkan penisku dengan gerakan yang sangat pelan. Moment itu berakhir ketika aku mendengar rintihan kecil ‘Uh’ dari istriku, itu menandakan bahwa batang penisku sudah tertanam sempurna, karena aku merasa kulit zakarku sudah bersentuhan dengan kulit sekitar vaginanya.
Kemudian aku mulai memompa vagina istriku, kami melakukan posisi missionaris hingga aku mengeluarkan spermaku di dalam vagina istriku. Ya memang untuk pasangan seusia kami sudah malas untuk melakukan variasi dalam bercinta, sehingga cukup dengan satu gaya kami sudah dapat mencapai puncak kenikmatan.
Kamipun tertidur dengan penuh kepuasan, hingga paginya kami terbangun dengan segar dan penuh semangat. Hari ini aku akan mempersiapkan semua hal yang diperlukan untuk menyambut klienku, hingga kemungkinan hari ini akan menjadi hari yang sangat sibuk, sementara istriku bilang hari ini akan belanja buat keperluan besok sekalian mengantar anak-anak ke rumah tanteku.
Dengan kesibukan yang aku jalani hari ini, aku pulang sekitar jam 11 malam. Kulihat istriku sudah tertidur, akupun mengecup kepalanya sambil mengucapkan selamat tidur, tapi sepertinyadia sudah sangat terlelap sehingga tidak menyadari kepulanganku.
Esok paginya saat sarapan, istriku bercerita dia akan pergi nanti jam 1 siang dari rumah naik taksi, karena flight jam 3. Kata dia, kalo saja dapet flight pagi pasti gak perlu deh sampe nginep 2 malam. Aku juga bercerita bahwa hari ini klienku akan datang jam 9, sambil meminta maaf kalo aku gak bisa nganter, diapun tidak keberatan.
Hari ini merupakan hari yang melelahkan, saking sibuknya akupun lupa untuk mengucapkan selamat jalan kepada istriku, hingga sekitar jam 6 sore aku mendapat pesan WA dari istriku yang mengatakan bahwa dia sekarang sedang dinner bersama timnya, dia mengirimiku foto selfie bareng timnya saat di resto, akupun langsung menelponnya.
“Halo pah” Ucap istriku di ujung telepon
“Iya mah, udah sampe ya?” Tanyaku
“Udah pah, barang udah mama beresin juga” Jawab istriku
“Oh oke oke, mamah cewe sendiri ya?” Tanyaku lagi.
“Iya pah, harusnya ada cewe 1 lagi tapi gatau kenapa dia gak jadi ikut” Jawabnya lagi.
“Oh yaudah deh mah, ini aku juga lagi sama klien. Jaga diri ya mah” Pesanku.
“Oke papah sayang, muah” Jawabnya.
Hari ini dan besok bakal jadi hari yang sangat sibuk karena klienku ini sangat kritis, dia mau semuanya sempurna sehingga semuanya harus ditata rapi dengan baik.
Gak terasa hari yang melelahkan sudah berakhir, nanti sore rencananya aku akan menjemput istriku di bandara, tapi sebelumnya aku jemput dulu anak-anaku dirumah tanteku. Kami bersama menjemput istriku di bandara, sekitar 15 menit menunggu akhirnya istriku muncul juga yang langsung disambut dengan pelukan dari anak-anakku. Kami menyempatkan diri untuk makan di restoran langganan kami.
Sesampainya dirumah anak-anakku langsung berebut oleh-oleh dari mamanya, aku tertawa melihat tingkah anak-anakku yang saling berebut hadiah dari mamanya.
Saat di kamar, istriku menunjukkan beberapa hasil foto dirinya yang akan diterbitkan katanya, aku melihat dia memakai beberapa busana yang seksi, sangat seksi menurutku, tapi entah bagaimana aku yang tidak begitu paham akan seni pun bisa melihat sentuhan seorang seniman foto di foto istriku, disitu terlihat istriku yang sebenarnya memakai baju yang sangat seksipun tidak terlihat seperti gambar tak senonoh, disitu masih terlihat sisi kesopanannya, memang fokus utama dari foto-foto tersebut adalah pemandangannya.
Ada beberapa foto istriku dengan lawan prianya, disitu terlihat istriku melakukan beberapa pose dengan lawan mainnya tersebut, dimana istriku mengenakan pakaian seksi dan si pria hanya memakai celana kolor. Mereka berfoto di sekitar pantai, ah memang photographer profesional, sehingga foto-foto yang sepertinya sederhana saja tetapi bisa menjadi sangat menakjubkan.
Satu minggu berlalu setelah istriku pemotretan tersebut, dan proyek yang aku tanganipun berhasil.
Saat sedang santai dikantor sambil memainkan laptop, Ocha datang kekantorku dan menyerahkan kotak kecil, dia bilang ada titipan dari agency istriku.
Setelah aku buka kotak itu ternyata berisi sebuah flashdik, tidak ada pesan apapun di dalam paketan itu, hingga dengan penasaran akupun mencolokkan flashdisk itu ke laptopku, dan disitu cuma ada 1 file yang berformat film, dengan judul “Tahan Nafas Bro!”
Dalam film itu, awalnya terlihat suasana sebuah kamar yang cukup luas, mungkin kamar sebuah hotel. Kemudian ada seorang lelaki setengah baya masuk dan memberi kode ke orang yang berada di belakang kamera. Tak lama berselang masuk seorang lelaki lagi, lelaki itu adalah lawan main istriku saat sedang pemotretan, dia langsung mengambil posisi duduk di tepian ranjang.
Beberapa saat kemudian istriku masuk menggunakan kimono, kulihat wajahnya begitu tegang karena kamera meng close-up wajahnya.
“Seriusan nih gue harus ngelakuin ini?” Tanya istriku ke seseorang.
“Iya jeng, seharusnya ini sesi pemotretan model satunya, tapi dia gak bisa dateng” Jawab seseorang.
“Tapi bigboss tetep ngotot buat adain sesi pemotretan ini, kalo gak katanya kita gak bakal dibayar dan harus ganti rugi kerugiannya” Jawab seseorang lagi.
“Duuh gimana ya?” Istriku masih kebingungan.
“Ya mau gak mau harus mau jeng, lagian tenang aja jeng, kita jamin ini gak bakal edar di Indonesia kok” Seseorang meyakinkan istriku.
Kulihat istriku seperti menelan ludah.
“Oke deh, tapi tetp janji ya gak ada coitus?” Istriku seperti berusaha meyakinkan diri.
“Kita ambil angle dari samping jeng, yang penting jeng Tesa ekspresiin aja kenikmatannya ya” Jawab seseorang lagi.
“Oke sekarang gue gimana?” Tanya istriku.
“Duduk aja di ranjang, pertama kalian ciuman aja, nanti selanjutnya biar Ivan yang pandu, Roy loe mulai cium dia dulu” Jawab seseorang.
Kulihat lawan main istriku yang ternyata bernama Roy itu membelai rambut istriku, kemudian kulihat dia mulai memajukan wajahnya dan mulai mencium bibir istriku, kulihat istriku mencoba memjamkan matanya tetapi mulutnya terlihat diam tidak membalas ciuman Roy.
Ckrek ckrek ckrek, kudengar beberapa kali suara jepretan kamera.
“Ayo jeng bayangin aja dia Roy itu suami loe, bayangin loe lagi ditempat yang nyaman, hmm pasti nikmat banget tu dicium kaya gitu” Ucap seseorang, yang kutau itu adalah Ivan mencoba memprovokasi istriku.
Kulihat istriku terprovokasi ucapan Ivan, kulihat dia mulai membalas ciuman dari Roy.
Ckrek ckrek kembali kudengar suara kamera.
“Ayo Roy ciuman loe turunin ke leher jeng Tesa” Kulihat Roy menurut perintah Ivan, dia susuri leher istriku.
“Buka kimononya Roy, pelan aja biar kita dapet momennya” Perintah Ivan, Roy pun langsung menurut.
Tetapi tangan istriku menahan tangan Roy.
“Ayolah jeng, cuma gitu aja kok, jeng Tesa nikmatin aja, semua bakal baik-baik aja kok” Ivan berusaha meyakinkan istriku lagi. Sekarang istriku melepas tangannya hingga Roy dengan leluasa melepas ikatan kimononya dan melepasnya. Oh Astaga! Istriku tidak memakai bra, hingga sekarang tersembullah payudara istriku yang bulat ranum itu. Sekarang istriku hanya memakai celana dalam berwarna hitam!
Melihat itu, tanpa diperintah oleh Ivan kulihat Roy langsung menciumi payudara istriku sambil satu tanganna meremas yang satunya.
“Wah nafsu banget loe roy, belum juga gue arahin haha” Ivan tertawa, kulihat istriku memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya, sepertinya dia masih malu malu.
“Tapi Jeng Tesa nafsu juga kok Roy, buktinya tu putingnya keras gitu, enak ya say? Hehe” Tanya Ivan.
“Uhhhh aph ah apaan sihh bang, emangh tuh toketkuhh masihh kencenghh tauhh” istriku menjawab
Cker ckrek ckrek ckrek ckrek ckrek ckrek ckrek.
Suara kamera berkali-kali berbunyi.
“Udah say nikmatin aja ya” Ivan kembali mencoba meyakinkan istriku, kulihat istriku mengangguk.
“Udah Roy, keenakan loe netek terus sama dia, durasi woy” Perintah Ivan.
“Maaf bang, kenyel banget soalnya hehe” Jawab Roy, kemudian disusul oleh jitakan oleh istriku.
“Udah lanjutin aja, kita balik nih tar sore. Loe pertahanin netek sama toketnya, sambil elus memeknya dari luar, kita mau ambil momentnya. Siap ya say” Perintah Ivan, kulihat istriku mengangguk.
Kemudian Roy kembali mengenyoti payudara istriku dan tangannya mulai mengelusi vagina istriku dari luar. Kulihat istriku kembali memejamkan matanya dan tangannya mulai mengelusi rambut Roy, kulihat dia juga membuka pahanya hingga memberi ruang photographer untuk mengambil gambar kelakuan tangan Ivan, begitu juga kulihat di layar sepertinya kamera mengclose-up hingga dapat kulihat dengan jelas apa yang dikerjakan oleh tangan Roy dan kudengar desisan lirih dari istriku ‘eesssttt esssttt’, sangat seksi sekali.
Melihat itu peniskupun mengeras dengan maksimal, akupun mulai mengelusinya dari luar.
“Udah basah ni bang” Ucap Roy sambil nyengir.
“Ih apaan sih loe Roy, jangan rusak mood gue deh” Istriku kembali menjitak kepala Roy.
“Nah loe sih roy, jadi marah kan dia haha” Kata Ivan
“Iya sorry say, ayo lanjutin” Kulihat Roy kembali melumat bibir istriku tanpa diperintah Ivan, kulihat istrikupun membalasnya.
“Udah cukup ciumannya, ini bukan syuting bokep ya, sekarang loe buka cdnya Roy” Perintah Ivan.
Saat celana dalamnya dibuka, aku kembali terkaget karena kulihat bulu kemaluan istriku sudah tercukur habis, hingga kini vagina imutnya terpampang jelas di kamera.
Kembali kudengar suara jepretan kamera membahana di seluruh ruangan.
“say, loe baring aja sambil buka kaki loe ya, kita mau ambil moment Roy lagi oral loe ni” Perintah Ivan, istrikupun menurut.
Roy membaringkan istriku pelan-pelan sambil matanya menatap dalam istriku, begitupun istriku juga menatap mata Roy, mereka seperti sangat menghayati perannya masing-masing. Hal ini tidak di siakan oleh photographer karena kembali kudengar suara jepretan kamera.
Kulihat Roy mengecupi payudara istriku dan terus turun kebawah, dia menciumi perut istriku, kulihat istriku sepertinya sekuat tenaga menahan desahannya. Ciuman Roy terus turun hingga kini dia sudah dihadapan vagina istriku. Seorang photographer mendekat, tapi dengan tiba-tiba istriku menutupi vaginanya dengan tangannya.
“Kenapa say?” tanya Ivan
“Malu tau bang, memek gue diliatin banyak orang gini” Jawab istriku sambil memalingkan mukanya.
Kulihat di layarku seperti kamera mendekat, disitu kulihat sebuah tangan mengelusi rambut istriku, ku kira itu tangan Ivan.
“Gak apa say, lagian juga tadi kita semua udah lihat kok dan gak ada masalah kan? Kamu cantik dan seksi kok, kita lanjut ya” Ivan kembali meyakinkan istriku, kulihat dia mengangguk pasrah.
“Oke Roy, sekarang coba kamu jilat klitorisnya, kasih space ya biar kamera bisa ambil gambarnya” Perintah Ivan yang langsung dituruti oleh Roy, kulihat Roy mulai merentangkan kedua kaki istriku dan dia mulai memajukan wajahnya ke arah selangkangan istriku. Kulihat istriku seperti hanya memejamkan matanya sambil menutup matanya. Aku tidak dapat melihat apa yang Roy lakukan karena kamera video ini kembali menjauh sehingga aku hanya dapat melihat dari samping.
Kulihat kepala Roy sudah mulai bergerak maju-mundur dan naik turun, pertanda bahwa dia sedang melakukan oralsex terhadap istriku, bunyi bunyi jepretan kamera kembali membahana.
Kulihat sepertinya Ivan mendekat ke arah mereka. Sekarang dia men zoom kepala Roy yang sedang asik menjilati vagina istriku, istriku sepertinya hanya mendengus pelan karena samar samar kamera menangkap suara nafas yang berat yang aku yakin itu dari istriku.
“Udah Roy cukup, sekarang loe lepas sempak loe” perintah Ivan yang langsung dituruti oleh Roy.
“Tapi gak coitus kan bang?” Istriku kembali bertanya.
“Enggak lah, tenang aja say” Jawab Ivan. Sekarang Roy sudah membuka celananya, batang penisnya terlihat sudah sangat menegang, tapi ukurannya gak terlalu besar.
“Yaudah, sekarang kita ambil angle dari samping ya, Roy sama jeng Tesa tolong improvin gimana ekspresi orang yang lagi em el ya” Instruksi dari Ivan.
“Lha terus ini gimana bang?” Tanya Roy sambil menunjuk batang penisnya.
“Udah loe tekuk aja keatas tempelin ke perut, terus tempelin ke memek dia” Jawab Ivan yang langsung dituruti oleh Roy.
Kembali kudengar kamera berbunyi saling bersahutan. Samar samar kudengar ada orang yang mendekati Ivan dan berbincang dalam bahasa asing, aku tidak terlalu mendengarnya hanya kudengar beberapa kali kalimat ‘Oke oke’.
“Duh gimana ya, si mister bilang ekspresi kalian gak dapet ni” Keluh Ivan.
“Yaah gimana dong bang?” Istriku sepertinya kecewa dengan Ivan.
“cape ni bang kaya gini terus” Protes Roy, ternyata Roy sekarang sedang memainkan payudara istriku.
“Ih ini anak nakal deh, geli tau. Tu kontolmu udah tegang gitu padahal” Istriku memprotes Roy, tapi tanpa kuduga ternyata dia menjulurkan tangan ke arah penih Roy dan kulihat dari gerakan tangannya sepertinya dia sedang mengelusi penis Roy.
“Hmmm, gimana kalo dimasukin aja, kalian kayak lagi em el beneran gitu, tapi cuma satu dua celup aja” Ujar Ivan.
‘Iiih apaan sih? Gak mau ah! Perjanjian kita gak ada coitus ya!” Istriku tidak setuju, dia seperti hendak berdiri tapi dicegah oleh Roy.
“Ya gimana jeng, mau gak mau ya kita harus total aja, gini aja deh gue naikin honornya 10%, ayolah jeng biar kita total aja, ini menyangkut karirku juga loh jeng” Ivan seperti memelas.
“Iya juga sih, lagian juga kita udah sejauh ini sih. Gimana?” Roy menguatkan argumen Ivan.
“Yaudah deh” sepertinya istriku menyerah dengan argumen mereka.
“Yaudah mulai aja Roy” Perintah Ivan.
Kulihat gerakan mulut Roy seperti berkata ‘Maaf ya’ tetapi tanpa suara, kulihat istriku mengangguk.
“Pelan pelan Roy, uhh” kata istriku.
Roy mulai memasukkan penisnya ke vagina istriku, dan dia membenamkannya.
Ckrek ckrek ckrek.
“Oke kita ulang sekali lagi ya” Kata Ivan, Roy pun mencabut penisnya diselingi suara desahan ‘ahhh’ dari istriku.
Kemudian Roy mengulangi memasukkan kembali batang penisnya dengan perlahan kedalam vagina istriku, layar didepanku mengclose-up ekspresi istriku yang mengernyitkan dahinya dan mendesah ‘uuhhh’ saat dirinya dimasuki oleh penis Roy, sungguh pemandangan yang sangat seksi sekali dan tidak disia-siakan oleh kameramen untuk mengambil gambarnya.
‘Oke cukup cukup, sekarang coba seakan akan kalin lagi doggy style ya” Perintah Ivan.
“Terus dimasukkin lagi bang? Hehe” tanya Roy.
“Iyalah, tapi jangan gerak-gerak ya, kita gak lagi syuting bokep hahaha” Jawab Ivan disusul suara tawa dari seluruh ruangan, termasuk istriku juga ikut tertawa.
Istriku sekarang memposisikan dirinya dengan menungging, dimana dibelakangnya ada Roy yang siap menusukkan batang kejantanannya. Mula-mula Roy mulai menggesek-gesekan batang kejantanannya di vagina istriku.
“Janganh main main Royh masukin ajahh” kudengar istriku mendesah, dan sekarang kulihat dia mulai menggapaitangannya ke arah payudaranya. Ya ampun, istriku sudah mulai terangsang!
“Waw improvisasi yang bagus hehe” Komentar Ivan.
Kulihat dengan perlahan Roy memasukkan batang penisnya ke dalam vagina istriku, terlihat istriku sampai terdongak dan membuka bibirnya sambil mendesah ‘oohh’.
Roy membenamkan Penisnya di vagina istriku. Disambut oleh jepretan dari kamera-kamera yang ada di ruangan tersebut.
Hampir saja aku terlonjak kaget! Saat aku melihat perlahan istriku mulai memaju-mundurkan pantatnya untuk menggenjot penis Roy!
“Anjriit gak tahan banget gueehh ouuh” Rintih istriku yang mulai memaju mundurkan pantatnya sambil menungging.
Jepretan kamera mulai terdengar lagi, diiringi suara siulan. Kulihat Roy melihat kearah kamera yang dipegang oleh Ivan dan membuka kedua tangannya seoalah dia tak tahu apa yang harus dilakukannya.
“Hahaha lanjut aja Roy, live ini” Ivan memberi perintah yang langsung disambut Roy dengan gerakan mengayunkan pinggulnya untuk menggempur pantat montok istriku.
“Oohhh yaaah gituu hh uuhh Rooyyyhh aahhh” Jerit istriku yang disambut dengan jepretan kamera.
“Ouuhh montok banget ni pantat uhhh” Roy meracau.
“Ahhh bangh Ivannhhh uh enak bangethh nii” Istriku mendesah sambil menoleh ke Ivan dan memberikan pandangan sayu.
“Baanggh uhh nih kontol Roy dalemhh bangethh uhh” dia semakin kencang menggerakan pentatnya menyambut sodokan dari Roy.
Melihat adegan itu aku menjadi tidak tahan dan kubuka resleting celanaku dan kumulai mengocok penisku. Persetan dengan keadaan kantor!
“tau gini mending kaya tadi live sex aja ya say” tanya Ivan kepada istriku.
“Iyyaaahh uhhh enakk banghhh” Jawab istriku, kulihat Roy sedang berkonsentrasi menggenjot istriku.
“Gak malu say diliatin banyak orang gini hehe?” Tanya Roy yang sepertinya melecehkan istriku.
“Biarinhh ajahh banggh mereka uh lihat tubuhku ahahs” Jawab istriku
“Anjritt bentar lagi gue keluarr uh ni” Kata Roy yang semakin cepat menggenjot vagina istriku dari belakang.
“bentar royyh uh bentar lagiih akuhh sampeeh aahhh, aku sampeee uhh” kulihat badan istriku mengejang ngejang, tetapi Roy tidak memberinya kesempatan untuk istirahat dan dia terus menggenjot vagina istriku.
“Ahhhh akkuu keluaaar” dicabutnya penis itu dan kemudian disemprotkan ke pantat bulat istriku uhhh,
Kameramen langsung mendekat dan memotret pantat istriku yang sedang di lelehi oleh sperma tersebut..
Kemudian di layar kamera aku melihat Ivan meng close-up wajahnya, kemudian dia berkata tanpa suara yang kubaca dari bibirnya dia mengatakan ‘INI PEMBALASAN GUE, MAPUS LOE’.
Aku yang sebenarnya telah berejakulasipun langsung terduduk lemas, pikiranku berkecamuk. Ternyata ini ancaman pembalasan dari Ivan terhadap apa yang aku lakukan ke dia dulu.
Dulu aku memang bersahabat dengan Ivan, segala suka duka kita lalui bersama. Ivan adalah anak yang nakal sewaktu jaman sekolah dulu, tapi aku tahu dia setia sama satu wanita. Wanita pujaan hatinya, dimana dia bilang hanya Jenny yang bisa mengerti dia. Ya, pacar Ivan itu adalah Jenny, wanita yang bisa menaklukan kebuasan Ivan, dan juga bisa menaklukanku!
Aku memang bukan sahabat yang baik, dimana aku goda pacar sahabatku sendiri hingga akhirnya dia memilih meninggalkan Ivan untuk dapat bersamaku. Saat mengetahui hal tersebut, Ivan sangat murka dan dia mendatangiku sambil membawa sebilah belati, dia tarik kerah bajuku, aku siap saja jika memang harus di hajar atau mungkin ditusuknya, tapi dia tidak melakukannya, dia malah melepasku.
“Gue bisa aja bunuh loe sekarang, hajar loe sampe pincang, tapi itu gak bakal berarti!” bentaknya
“Sorry Van” Aku meminta maaf.
“Gak bisa, loe tunggu pembalasan gue, loe bakal gue bikin ngerasa sakit yang kaya gue, sekarang gue gak mau lagi kenal loe!” Ivan langsung berlari meninggalkanku.
Ya begitulah kisah persahabatanku dengan Ivan, dan aku tau sekarang Ivan sudah puas karena sudah berhasil membalas dendamnya kepadaku, betapa beruntungnya orang yang dapat membalaskan dendamnya!
Hubunganku dengan Jenny? Kandas juga, karena dia lebih memilih teman kuliahnya daripada bertahan denganku, ya aku tau resiko mendapatkan orang yang rela meninggalkan kekasihnya demi diriku, suatu saat kemungkinan dia akan meninggalkanku demi kekasih barunya. Aku tahu itu.
Aku bergegas pulang untuk menemui istriku dan menanyakannya, dengan penuh emosi kupacu mobilku dengan cepat dengan harapan cepat sampai rumah dan dapat kulampiaskan emosiku!
Begitu sampai rumah aku membanting pintu mobil dengan sangat sangat keras dan buru-buru masuk untuk mencari istriku, kudapati dia sedang bersantai di ruang keluarga sedang bercanda bersama anak-anak.
“Ehh tumben papah udahh pulang” Tanya istriku.
“Papaah papaah” Kedua anakku langsung menghambur memelukku.
Merasakan suasana yang sehangat ini, membuat emosiku tiba-tiba sirna, aku memikirkan bagaimana nasib anakku kelak dan semua masa depannya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk memendam sendiri saja masalahku ini, tapi aku akan berusaha menjauhkan istriku dari Ivan. Masa depan keluarga jauh lebih penting daripada ego pribadi!
jual obat aborsi
BalasHapus